Anda di halaman 1dari 21

PL2254

TOPIK KHUSUS
PERENCANAAN

POTRET METROPOLITAN
DI INDONESIA
STUDI KASUS : CEKUNGAN
BANDUNG

Kelompok 8

JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR DAN KEWILAYAHAN


PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
2023
PL2254
TOPIK KHUSUS PERENCANAAN

Dosen Pengampu

Dr. Eng. Ir. IB Ilham Malik, ST., MT Husna Tiara Putri, S.T., M.T

Anggota
20156)
Muhamm

07)
Khai
07)
Khai

02
02

02
ru
ru

ad

22
22

12

sa
ni

sa G
ni

0 ila ( 0
an Ik 2
ik (12 ng a O (1
a oc via
ta Ramadh ctavia
33)
Regit

)
Da
02

50
a

0)
Da
rr
22

01
C

el

hy
23

R
m
a

2
02
2

an 1 ay iM 0
i Yasmiin (
a

mon 2 2
d P (1 arc
elo (12 02
1
PL2254
TOPIK KHUSUS PERENCANAAN

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 3
1.1 Latar Bel akang 3
1.2 Rumusan Masal ah 5
1.3 Tujuan dan Sasaran 5

BAB II KAJIAN LITERATUR 7


2.1 Definisi Metropol itan 7
2.2 Struktur Metropol i t an 8
BAB III GAMBARAN UMUM 9
3.1 Gambaran Umum Kawa san
9
Metropil itan Cekungan Bandung
3.2 Administrasi Kabupat en 10
Bandung
3.3 Admnistrasi Kota Ba ndung 10
BAB IV PEMBAHASAN 11
4.1 Struktur Kota Metro p o l itan 11
4.2 Sejarah T er bent uk 13
Metropol itan
4.3 Struktur Pem er intah 14
Metropol itan
4.4 Karakteristik Metro p o l itan 15
4.5 Isu dan Tant angan 18
Metropol itan

BAB V KESIMPULAN 19
DAFTAR PUSTAKA 20

2
PL2254
TOPIK KHUSUS PERENCANAAN

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan kota-kota metropolitan di
Indonesia semakin pesat pada beberapa tahun terakhir, kini
berada dalam level pemanfaatan ruang yang semakin
kompleks. Kota metropolitan merupakan secercah harapan
bagi sebagian orang. Berbicara metropolitan ini memiliki
daya tarik tersendiri yang cenderung akan di padatkan
penduduk. Alhasil, seiring berjalan nya waktu penduduk pun
semakin padat, bertambah pula kompleksitas pada kawasan
itu. Pada akhirnya, kompleksitas yang meningkat ini
menyebabkan masalah tambahan yang harus ditangani oleh
pengelola dan penghuni metropolitan. Bahkan, itu terjadi
ketika tidak dikelola secara efektif yang akhirnya akan
menyebabkan masalah semakin banyak, dari yang bersifat
fisik hingga non fisik, mulai dari lonjakan penduduk,
degredasi lingkungan, buruknya sistem pelayanan,
keruweatan mobilitas dan lain sebagainya.
Kota metropolitan adalah pusat pemukiman besar yang
terdiri dari suatu kota besar dan beberapa kawasan yang
berada di sekitarnya dengan satu atau lebih kota besar yang
melayani sebagai titik hubung dengan kota-kota di
sekitarnya.
Kota metropolitan di Indonesia dapat digambarkan
dengan beberapa hal yang sama seperti penduduk yang
sangat padat, gedung-gedung tinggi, kemacetan masif,
ekonomi, status sosial yang tinggi dan gaya hidup yang
serba cepat, Begitu pula yang ada di Cekungan Bandung.
Gaya hidup modern saat ini membuat Kota Cekungan
Bandung selalu dipadati dengan kendaraan bermotor setiap
harinya. Tingkat kemacetan sekan menjadi hal yang biasa.

3
PL2254
TOPIK KHUSUS PERENCANAAN

Hal ini menyebabkan tingginya tingkat polusi udara kotor


di kota Cekungan Bandung. Angka kelahiran yang tinggi
menyebabkan tingkat kepadatan penduduk Kota Cekungan
Bandung sangat tinggi.
Metropolitan Cekungan Bandung pada tahun 2010,
terdapat 56 kecamatan yang telah mempunyai ciri
perkotaan di Kota Bandung, Kota Cimahi, sebagian
Kabupaten Bandung, sebagian Kabupaten Bandung Barat,
dan sebagian Kabupaten Sumedang. 56 kecamatan tersebut
termasuk kedalam delineasi Metropolitan Cekungan
Bandung dengan jumlah penduduk sebesar 5.813.269 jiwa
dan luas wilayah sebesar 106.015 Ha (konsep awal
pembangunan Metropolitan Cekungan Bandung, 2013).
Dari ke lima kabupaten atau kota yang tergabung dalam
Metropolitan Cekungan Bandung ini Kota Bandung
merupakan pusat dari Metropolitan Cekungan Bandung.
Jumlah penduduk di Kota Bandung meningkat seiring
dengan daya tarik di Kota Bandung dan sekitarnya, pada
tahun 2010 Kota Bandung telah memiliki jumlah penduduk
2.395 juta jiwa. Peningkatan penduduk bergerak secara
dinamis diikuti dengan pergerakan aktivitas yang terus
meningkat. Aktivitas yang ada saat ini tentu saja membuat
kebutuhan pergerakan di Kota Bandung menjadi sangat
tinggi. Adapun pergerakan tersebut pada umumnya
bergerak dari tempat tinggalnya di sekitar Metropolitan
Cekungan Bandung menuju arah pusat Kota Bandung.
Pada penelitian ini peneliti melakukan kajian Potret
Metropolitan di Indonesia studi kasus Cekungan Bandung
untuk mengetahui sejarah, struktur kawasan baik kota
maupun pemerintah, karakteristik dan isu-isu atau
persoalan yang ada di kawasan Metropolitan Cekungan
Bandung.

4
PL2254
TOPIK KHUSUS PERENCANAAN

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang ada maka peneliti


merumuskan masalah dan mendapatkan pertanyaan
sebagai berikut :
1. Bagaimana struktur kota dan pemerintah Kawasan
Metropolitan Cekungan Bandung?
2. Bagaimana karakteristik Kawasan Mteropolitan
Cekungan Bandung?
3. Apa saja isu dan tantangan yang terdapat di
Kawasan Metropolitan Cekungan Bandung?
1.3 Tujuan dan Sasaran

1.3.1 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi


perkembangan Metropolitan Cekungan Bandung
berdasarkan pertumbuhan penduduk dan struktur kota.

1.3.2Sasaran

Berdasarkan tujuang yang ada maka sasaran yang ada


pada penelitian kali ini yaitu:
1. Mengetahui struktur kota dan pemerintah Kawasan
Cekungan Bandung
2. Mengetahui karakteristik Kawasan Metropolitan
Cekungan Bandung
3. Mengetahui isu dan tantangan yang terdapat di
Kawasan Metropolitan Cekungan Bandung.

5
PL2254
TOPIK KHUSUS PERENCANAAN

1.4 Sistematikan Penulisan


Bab I Pendahuluan
Pada bagian bab I berisikan pemaparan masalah dan
pertanyaan yang melatarbelakangi laporan ini.
Kemudian pemaparan rumusan masalah, tujuan dan
sasaran. Lalu dilanjutkan dengan sistematika penulisan.
Bab II Kajian Literatur
Berisikan teori yang digunakan pada penelitian ini yaitu
berupa teori Kawasan Metropolitan yang berisikan
pengertian dan definisi yang diambil dari sumber yang
berkaitan dengan penyusunan penulisan serta beberapa
literatur yang berhubungan dengan penulisan.
Bab III Gambaran Umum
Pada bab 3 ini menjelaskan mengenai gambaran umum
terkait kondisi wilayah Metropolitan Cekungan
Bandung.
Bab IV Pembahasan
Pada bab 4 ini mengenai metode penelitian yang
dilakukan dengan menyajikan sejarah, struktur kawasan
baik kota maupun pemerintah, karakteristik, dan isu-isu
atau persoalan yang ada di Kawasan Metropolitan
Cekungan Bandung.
Bab V Kesimpulan
Bab ini berisi kesimpulan dari pembahasan Potret
Kawasan Metropolitan Cekungan Bandung

6
PL2254
TOPIK KHUSUS PERENCANAAN

BAB II KAJIAN LITERATUR


2.1 Defenisi Metropolitan

Metr opoli tan adalah ka wa san p e r kotaan yang te r d i ri


atas sebuah kawasan p e r kotaan ya ng be r d i r i se ndi ri
atau kawasan per kotaan i nti dengan kawa san p e r kotaan
di seki tar nya yang s al i ng memi l i ki ke te r kai tan
fungsi onal yang di hubungkan dengan si ste m j ar i ngan
pr asarana wi layah yan g ter i nte gr asi de ngan j uml ah
penduduk secar a ke se l ur uhan s e kur a ng-kur angnya
1.000.000 (satu j uta) j i wa.
Metr opoli tan didefi nisi kan se ba gai sua tu p usat
per muki man yang bes ar ya ng ter di r i da r i satu kota
besar dan beber apa kawa san ya ng be r ada di se ki tar nya
dengan satu atau lebih kota be sar mel ayani se b agai
ti tik hubung dengan kota-kota s e ki tar nya te r se but.
Suatu kawa san metr opoli tan mer upakan a gl ome r asi dar i
beber apa kawasan pe rmuki man, ti da k har us kaw asan
per muki man yang be r si fat kota, namun se cara
keselur uhan membentuk s ua tu satu ke satu an dal am
akti vitas ber si fat kota da n ber mua r a p ada p usat (kota
besar yang mer upakan i n ti ) ya ng dap at di l i hat dar i
ali ran tenaga ker j a da n akti vi tas kome r si al . Me nu r ut
Goheen (dalam Bour ne , e d. 1 97 1 ), K ota/ Di stri k
Metr opoli tan adalah kawa san p e r kotaan d e ngan
karakter i sti k penduduk yang me nonj ol di bandi ngkan
dengan penduduk pedesaan di se ki tar nya.

7
PL2254
TOPIK KHUSUS PERENCANAAN

2.2 Struktur Metropolitan

Suatu kawasan metropolitan memiliki dua jenis struktur


metropolitan, yaitu dimana hanya mempunyai satu pusat
(monocentric), dan mempunyai lebih dari satu pusat
(polycentric). Yang dimana, pusat metropolitan tidak
harus secara fisik tersambung dalam bentuk kawasan
terbangun (built-up area) pada suatu metropolitan yang
polycentric dengan contoh bentuk di wilayah Tokyo-
Kawasaki Yokohama (the Keihin area), atau Osaka-Kobe
dan Kyoto sebagai Kenshin Zone. Jika metropolitan-
metropolitan sangat berdekatan, mereka bisa
membentuk suatu Megalopolis. Metropolitan dapat juga
dikenali dari berbagai ciri-ciri yang kemudian dapat
digunakan untuk menentukan suatu kawasan disebut
sebagai 18 metropolitan atau bukan.

8
PL2254
TOPIK KHUSUS PERENCANAAN

BAB III GAMBARAN UMUM


3.1 Gambaran Umum Kawasan Metropolitan Cekungan
Bandung

Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung merupakan


Kawasan Strategis Nasional (KSN) untuk Kepentingan
Ekonomi dan berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres)
Nomor 45 Tahun 2018 tentang Rencana Wilayah
Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung. Tujuan
penataan kawasan adalah mewujudkan kawasan
perkotaan berkelas dunia seperti pusat kebudayaan,
pusat wisata dan pusat jasa kreatif nasional serta dunia
usaha berbasis perguruan tinggi dan industri
berteknologi tinggi yang berdaya saing dan berwawasan
lingkungan. Kawasan perkotaan Cekungan Bandung
terdiri dari kawasan inti yaitu H. Kota Bandung dan Kota
Cimah, serta sekitarnya yaitu. H. wilayah administrasi
Bandung, wilayah administrasi Bandung Barat dan lima
wilayah administrasi Sumedang. Penatausahaan
Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung tercantum
dalam Pasal 116 tentang Tata Kelola Kawasan Perkotaan
Cekungan Bandung. Mengingat pentingnya peran dan
urgensi Pengelolaan Kawasan Perkotaan Cekungan
Bandung sebagai kawasan strategis nasional, maka
dibentuklah Badan Pengelola Kawasan Perkotaan
Cekungan Bandung berdasarkan Peraturan Gubernur
(Pergub) Jawa Barat Nomor 86 Tahun 2020.

9
PL2254
TOPIK KHUSUS PERENCANAAN

3.2 Administrasi Kabupaten Bandung


Kondisi geografis wilayah Kabupaten Bandung yang
terletak pada koordinat 1070 22′ – 1080 – 50 Bujur
Timur dan 60 41′ – 70 19′ Lintang Selatan terletak di
wilayah dataran tinggi. Luas wilayah keseluruhan
Kabupaten Bandung 176.238,67 Ha.
• Batas wilayah administrasi pemerintahan Kabupaten
Bandung adalah :
-Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Bandung
Barat, Kota Bandung, dan Kabupaten Sumedang
-Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten
Sumedang dan Kabupaten Garut
-Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Garut
dan Kabupaten Cianjur
-Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bandung
Barat, Kota Bandung dan Kota Cimahi.
3.3 Administrasi Kota Bandung
Kota Bandung memiliki luas wilayah 16.731 hektar, yang
secara administratif terbagi atas 30 kecamatan, 151
kelurahan, 1.561 rw, dan 9.691 rt. kecamatan terluas
adalah kecamatan gedebage, dengan luas 958 hektar
dan kecamatan terkecil adalah wilayah kecamatan
astana anyar dengan luas 89 hektar.Kota Bandung
berbatasan dengan beberapa daerah kabupaten/kota
lainnya. Di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten
Bandung dan Kabupaten Bandung Barat. Sedangkan di
sebelah barat berbatasan dengan Kota Cimahi. Di
sebelah timur dan selatan juga berbatasan dengan
Kabupaten Bandung.
10
PL2254
TOPIK KHUSUS PERENCANAAN

BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Struktur Kota Metropolitan

Dalam RTRWP Jawa Barat Tahun 2010, kebijakan


pengembangan struktur tata ruang Provinsi Jawa Barat
mengikuti model pengembangan wilayah fungsional
terintegrasi yang sesuai dengan Perda No.3 Tahun 1994.
Pengembangan struktur ini terbagi menjadi tiga wilayah
pengembangan, yaitu Wilayah Pengembangan Barat,
Tengah dan Timur. Masing-masing wilayah
pengembangan ini memiliki sistem kota-kota dengan
hirarki kota I sampai dengan IV. Berdasarkan RTRWP
Jawa Barat Tahun 2010, Kota Bandung berada di wilayah
Pengembangan Tengah dengan hirarki Kota I.

11
PL2254
TOPIK KHUSUS PERENCANAAN

Berdasarkan PP no 47 Tahun 1997 mengenai RTRWN,


Wilayah Metropolitan Bandung ditetapkan sebagai
kawasan andalan yang mencakup beberapa kota
dengan masing-masing fungsinya yaitu:
Kota Bandung ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan
Nasional Wilayah Metropolitan Bandung
Kota Cimahi, Padalarang, Lembang, Majalaya,
Cileunyi, Banjaran, Soreang, Pangalengan, Ciwidey,
Ciparay, Sumedang dan Subang ditetapkan sebagai
sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Wilayah
Metropolitan Bandung

12
PL2254
TOPIK KHUSUS PERENCANAAN

4.2 Sejarah terbentuk Metropolitan

Cekungan Bandung diperkirakan terbentuk akibat


letusan Gunung Sunda yang terjadi sekitar 210.000
hingga 105.000 tahun lalu. Cekungan ini kemudian
sempat terisi air akibat tersumbatnya Sungai Citarum,
sehingga membentuk Danau Bandung Purba. Kawasan
Bandung, Jawa Barat.

Kawasan Cekungan Bandung merupakan kawasan


pendidikan dan ilmu pengetahuan yang menjadi daya
tarik pendatang. Sementara itu, dari segi ekonomi,
kawasan ini merupakan pusat industri pengolahan dan
produk tekstil di tingkat daerah dan nasional.
Masalahnya, pusat-pusat kegiatan mulai tumbuh di
luar kendali dan industri masih terkonsentrasi di kota
inti. Perkembangan Kota Bandung meningkat pesat
dari tahun ke tahun, baik dari segi jumlah penduduk,
keadaan sosial ekonomi, ketersediaan sarana dan
prasarana, maupun perluasan fisik.

Kota Bandung memiliki perkembangan yang pesat


sehingga perkembangan tersebut menyebabkan
perluasan wilayah yang melewati batas-batas
administrasi. Hal ini terlihat pada daerah perbatasan
yang telah menyatu dengan perkotaan. Kecepatan
perkembangan ini menjadi tidak terkendali, sehingga
diperlukan perencanaan terpadu kota Bandung dan
sekitarnya dalam konteks kawasan metropolis
Bandung .

13
PL2254
TOPIK KHUSUS PERENCANAAN

4.3 Struktur Pemerintahan Metropolitan

Kawasan Cekungan Bandung memiliki luas kurang lebih


sebesar 16.731 hektar dan secara administratif terbagi
menjadi Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten
Bandung Barat, Kota Cimahi, dan sebagian Kabupaten
Sumedang. Dengan adanya pembagian administratif
tersebut maka terdapat lima kewenangan daearah
namun tetap menjalin kerja sama antar pusat dan
daerah sehingga dibentuknya organisasi Badan
Pengelola Cekungan Bandung.

Struktur Organisasi Badan Pengelola Cekungan


Bandung, yaitu:
Dewan Pengarah, terdiri dari Gubernur Jawa Barat
serta Walikota dan Bupati wilayah terkait;
Sekretariat Dewan Pengarah, yang diketuai oleh
Sekertaris Daerah Jawa Barat dan wakil ketua dari
Kepala Bappeda Jawa Barat. Dengan anggota terdiri
dari Sekertaris Daerah serta Kepala Bappeda dari
masing-masing wilayah terkait; dan
Pelaksana, terdiri dari Kepala Pelaksana,
Sekreteriat Pelaksana, Divisi Penataan Ruang, Divisi
Transportasi Divisi Sumber Daya Air, dan Divisi
Persampahan.

14
PL2254
TOPIK KHUSUS PERENCANAAN

4.4 Karakteristik Metropolitan

Karakteristik Demografi
Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung adalah
gabungan dari beberapa wilayah seperti Kota Bandung,
Kota Cimahi, Padalarang, Lembang, Majalaya, Cileunyi,
Banjaran, Soreang, Pangalengan, Ciwidey, Ciparay,
Sumedang dan Subang dengan total luas kawasan
perkotaan sebesar 9.153,44 km². Dikarenakan kawasan
perkotaan ini merupakan gabungan dari 5 kabupaten di
Provinsi Jawa Barat maka kawasan ini memiliki banyak
penduduk, yaitu sebanyak 11.793.918 jiwa pada tahun
2020. Dengan perhitungan jumlah penduduk dan luas
wilayah, maka didapatkan bahwa kepadatan penduduk
di wilayah ini sebanyak 1.287 jiwa/km².

Pusat Kegiatan
Tekstil menjadi sektor utama yang menggerakkan
perekonomian di kawasan metropolitan Cekungan
Bandung. Selain tekstil, wilayah Kabupaten Bandung
dan Kabupaten Bandung Barat juga dikenal sebagai
pusat pertanian. Komoditas utama yang dihasilkan
adalah teh, sayuran, dan buah-buahan. Pertanian
menjadi sektor pekerjaan yang penting di kawasan ini.
Kawasan metropolitan Cekungan Bandung juga dikenal
sebagai kawasan pendidikan. Kota Bandung sendiri
memiliki beberapa universitas terkemuka di Indonesia,
seperti Universitas Padjadjaran, ITB, dan Universitas
Parahyangan.

15
PL2254
TOPIK KHUSUS PERENCANAAN

Karakteristik Infrastruktur
Pembangunan Light Rail Transit (LRT) di kawasan
metropolitan cekungan Bandung. Proyek LRT ini akan
menghubungkan kota Bandung dengan kota-kota di
sekitarnya seperti Cimahi dan Padalarang.
Pembangunan Jalan Tol Soreang-Pasirkoja. Proyek tol
ini akan menghubungkan Soreang dengan Pasirkoja dan
mengurangi kemacetan di jalan raya yang
menghubungkan Bandung dengan Garut. Pengembangan
kawasan pariwisata di Lembang, Kabupaten Bandung
Barat. Kawasan ini akan menjadi pusat pariwisata yang
menawarkan berbagai atraksi seperti taman hiburan,
waterpark, dan hotel berbintang.

Topografi dan Morfologi


Cekungan Bandung merupakan wilayah topografi
berbentuk cekungan dengan luas kurang lebih 343.087
hektar. Bagian terendah Cekungan Bandung merupakan
dataran dengan luas kurang lebih 75.000 hektar dan
elevasi sekitar +650 m sampai +700 m di atas muka laut.
Cekungan Bandung dikelilingi oleh banyak gunung-
gunung dengan elevasi mencapai lebih dari +2.000 m di
atas muka laut, antara lain yaitu Gunung Tangkuban
Perahu, Gunung Salak, Gunung Galunggung dan Gunung
Guntur.

16
PL2254
TOPIK KHUSUS PERENCANAAN

Bentang alam gunung-gunung yang mengelilingi


Cekungan Bandung ini umumnya berupa kerucut gunung
api yang menampakkan bentukan fasies sentral (puncak
gunung), fasies proksimal (lereng atas), fasies medial
(lereng bawah), dan fasies distal (kaki gunung dan
dataran). Pada gunung api muda dicirikan oleh bentuk
kerucut yang keempat fasiesnya masih utuh dengan
pola aliran sungainya menyebar dari puncak gunung
(radial pattern). Pada gunung api yang semakin tua
bentuk kerucutnya semakin “kasar”/bergelombang
akibat erosi yang semakin lanjut, dengan pola aliran
sungainya berbentuk mendaun (dendritic pattern).

Karakteristik Pengguna Lahan


Karakteristik pemanfaatan ruang eksisting di Kawasan
Perkotaan Cekungan Bandung dijelaskan berdasarkan
pola pemanfaatan ruangnya, struktur kota-kota yang
ada, serta kondisi infrastruktur wilayah.
Sampai dengan tahun 2004, 49.288,05 Ha lahan (14,41%
luas lahan total) lahan sudah berubah menjadi lahan
terbangun dan sisanya tetap masih berupa lahan tidak
terbangun, yaitu sebesar 85,59%. Oleh sebab itu bisa
ditarik kesimpulan bahwa secara umum pada tahun
2004 sebagian besar Kawasan Perkotaan Cekungan
Bandung masih merupakan kawasan tidak terbangun.

17
PL2254
TOPIK KHUSUS PERENCANAAN

4.5 Isu dan Tantangan Metropolitan

Kawasan Cekungan Bandung memeliki beberapa isu dan


tantangan yang mana merupakan salah satu faktor
penghambat Kawasan Metropolitan Cekungan
bandung,isu dan tantangan tersebut antara lain :

Pengelolaan Tata Ruang


Transportasi
Sumber Daya Air
Persampahan

Salah satu fokus penanganan Badan Pengelola Kawasan


Perkotaan Cekungan Bandung adalah penataan ruang.
Masalah yang dominan terjadi di kawasan perkotaan ini
dipengaruhi oleh belum optimalnya pelaksanaan
pengendalian pemanfaatan ruang, Kemudian ada 479
program yang telah ditetapkan sejak 2018. Namun
progres masih di bawah 40 persen. Ini menjadi sebuah
tantangan yang cukup besar bagi pemerintah dan
masyarakat sekitar.

18
PL2254
TOPIK KHUSUS PERENCANAAN

BAB V KESIMPULAN

Indonesia memiliki beberapa metropolitan salah satunya


ialah Cekungan Bandung atau Bandung Raya yang
terletak di Provinsi Jawa Barat. Kawasan ini memiliki
luas wilayah sekitar 9.153,44 Km2 serta memiliki jumlah
penduduk 11.793.918 jiwa. Kawasan Cekungan Bandung
diperlukan agar tercipta keseimbangan lingkungan
serta direncanakan sebagai upaya mengendalikan
keseimbangan Sub DAS Citarum Hulu dan
pengembangan kawasan Metropolitan Bandung. Dalam
isu kawasan cekungan Bandung ialah, Pengelolaan Tata
Ruang, Transportasi, Sumber Daya Air dan
Persampahan. Kemudian ada 479 program yang telah
ditetapkan sejak 2018. Namun progres masih di bawah
40 persen. Ini menjadi sebuah tantangan yang cukup
besar bagi pemerintah dan masyarakat sekitar.

19
PL2254
TOPIK KHUSUS PERENCANAAN

DAFTAR PUSTAKA

http://cekunganbandung.jabarprov.go.id/

https://pu.go.id/berita/rtr-cekungan-bandung-akan-
dibuat

Dr. Ir. A. Hermanto Dardak, M., Ir. Andi Oetomo, M., &
dkk. (2006). Metropolitan di Indonesia: Kenyataan dan
Tantangan dalam Penataan Ruang. Kebayoran Baru,
Jakarta : Direktorat Jenderal Penataan Ruang,
Departemen Pekerjaan Umum .

Direktorat Jenderal Penataan Ruang, D. P. (2006).


Metropolitan di Indonesia Kenyataan dan Tantangan
Dalam Penataan Ruang.

20

Anda mungkin juga menyukai