Round Down Acara Etu Sagi
Round Down Acara Etu Sagi
Menurut narasi yang disampaikan secara turun temurun, Etu atau Sagi berawal
dari pertarungan antara dua orang kakak beradik dalam menyelesaikan
permasalah yang timbul di antara mereka, dikisahkan dalam pertarungan
tersebut sang kakak mengalami kekalahan dan secara gentle mengakui
keunggulan sang adik dan masalah dinyatakan selesai.
Sikap gentle dan mengakui keunggulan lawan terus terbawa dalam tradisi Etu
atau Sagi. Dalam Etu atau Sagi usai pertandingan bagi para petinju memiliki dua
pilihan yakni berdamai atau melanjutkan pertemuan tinju pada kampung dan
kesempatan lain.
Dalam perkembangan selanjutnya tradisi Etu atau Sagi, bergeser menjadi ritual
keagamaan asli orang Nagekeo dan Soa berkaitan dengan persembahan darah
untuk kepentingan kemakmuran dan kesuburan, serta sekaligus sebagai ucapan
terimakasih kepada yang Ilahi atas panenan yang berlimpah.
Dalam Etu atau Sagi harus ada darah yang keluar dari para petinju dan darah
itu harus menetes ke bumi sebagai bentuk persembahan, diyakni semakin
banyak darah yang mengucur dari para petinju atau banyak yang terluka maka
akan mendatangkan hujan dan panenan berlimpah pada tahun berikutnya.
Jadi Etu atau Sagi tidak hanya semata mata ketangkasan bertarung antara
kedua pria pemberani tetapi ada juga unsur kepercayaan dan magis di baliknya.
Itulah sekelumit makna dan filosofi di balik ritual Etu atau Sagi.