Anda di halaman 1dari 20

SALINAN

BERITA DAERAH
KOTA TANGERANG SELATAN
No.49,2019 PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN.
Perencanaan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum Perumahan.

PROVINSI BANTEN
PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN
NOMOR 48 TAHUN 2019
TENTANG
PERENCANAAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS UMUM PERUMAHAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA TANGERANG SELATAN,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 8

ayat (5) Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan

Nomor 3 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan

Perumahan dan Kawasan Pemukiman, perlu

menetapkan Peraturan Walikota tentang Perencanaan

Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum Perumahan;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang

Pembentukan Kota Tangerang Selatan Di Provinsi

Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2008 Nomor 188, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4935);

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang

Perumahan dan Kawasan Permukiman

(Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5188);


-2-

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali
diubah, terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5679);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016
tentang Penyelenggaraan Perumahan dan
Kawasan Permukiman (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 101,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5883);
6. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat
Nomor 34/PERMEN/M/2006 tentang Pedoman
Umum Penyelenggaraan Keterpaduan Prasarana,
Sarana, dan Utilitas Umum (PSU) Kawasan
Perumahan;
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9
Tahun 2009 tentang Pedoman Penyerahan
Prasarana, Sarana, dan Utilitas Perumahan dan
Permukiman di Daerah;
8. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat
Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Bantuan
Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum (PSU)
Perumahan dan Kawasan Permukiman;
9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat No 38/PRT/M/2015 tentang
Bantuan Prasarana, Sarana, Dan Utilitas Umum
untuk Perumahan Umum (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1216)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Nomor 3/PRT/M/2018 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Nomor 38/PRT/M/2015
tentang Bantuan Sarana Prasarana Utilitas
Umum untuk Perumahan Umum (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 292);
-3-

10. Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan


Nomor 15 Tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Tangerang Selatan
Tahun 2011-2031 (Lembaran Daerah Tahun 2011
Nomor 15, Tambahan Lembaran Daerah Nomor
50) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 9 Tahun
2019 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah
Nomor 15 Tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Tangerang Selatan Tahun
2011-2031 (Lembaran Daerah Tahun 2019
Nomor 9, Tambahan Lembaran Daerah Nomor
100);
11. Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan
Nomor 3 Tahun 2014 tentang Penyelengaraan
Perumahan dan Kawasan Pemukiman (Lembaran
Daerah Kota Tangerang Selatan Tahun 2014
Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kota
Tangerang Selatan Nomor 50;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG PERENCANAAN


PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS UMUM
PERUMAHAN.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan:


1. Daerah adalah Kota Tangerang Selatan.
2. Pemerintah Daerah adalah Walikota sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan Daerah otonom.
3. Walikota adalah Walikota Tangerang Selatan.
4. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Walikota dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah dalam menyelenggarakan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.
5. Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman,
baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana,
sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang
layak huni.
-4-

6. Rumah Tapak adalah rumah horizontal yang berdiri di atas tanah yang
dibangun atas upaya masyarakat atau lembaga atau institusi yang
berbadan hukum melalui suatu proses perijinan sesuai peraturan
perundang-undangan.
7. Badan Hukum adalah badan hukum yang didirikan oleh warga negara
Indonesia yang kegiatannya di bidang penyelenggaraan perumahan dan
kawasan permukiman.
8. Lingkungan Hunian adalah bagian dari kawasan permukiman yang terdiri
atas lebih dari satu satuan permukiman.
9. Kawasan Perumahan adalah kawasan yang pemanfaatannya untuk
perumahan dan berfungsi sebagai tempat tinggal atau lingkungan hunian
yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.
10. Kawasan Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar
kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan,
yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian
dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
11. Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan hunian yang
memenuhi standar tertentu untuk kebutuhan bertempat tinggal yang
layak, sehat, aman, dan nyaman.
12. Sarana adalah fasilitas dalam lingkungan hunian yang berfungsi untuk
mendukung penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan sosial,
budaya, dan ekonomi.
13. Utilitas Umum selanjutnya disebut Utilitas adalah kelengkapan penunjang
untuk pelayanan lingkungan hunian.
14. Rencana Tapak adalah rencana teknis peletakan bangunan sesuai
ketentuan yang berlaku untuk keperluan pembangunan suatu proyek
yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang.
15. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang yang memuat
rencana struktur ruang dan rencana pola ruang, diklasifikasikan menjadi
rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang.
16. Penyelenggaraan Prasarana, Sarana, Utilitas adalah kegiatan
perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk
di dalamnya penyelenggaraan kelembagaan, pendanaan dan sistem
pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu.
17. Right of Way yang selanjutnya disebut ROW adalah sejalur tanah tertentu
di luar ruang manfaat jalan yang masih menjadi bagian dari ruang milik
jalan yang dibatasi oleh tanda batas ruang milik jalan yang dimaksud
untuk memenuhi persyaratan keluasan keamanan penggunaan jalan
antara lain untuk keperluan pelebaran ruang manfaat jalan pada masa
yang akan datang.
-5-

BAB II
PERENCANAAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS
Bagian Kesatu
Umum

Pasal 2

(1) Setiap Badan Hukum yang akan membangun Perumahan wajib


merencanakan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Perumahan.
(2) Perumahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan Rumah
Tapak.
(3) Selain perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Badan Hukum
wajib menyediakan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Perumahan.
(4) Perencanaan dan penyediaan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Perumahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) wajib direncanakan
diatas lahan yang telah dimiliki oleh Badan Hukum sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) Badan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (4) wajib menyediakan
Prasarana, Sarana, dan Utilitas Perumahan dengan luas paling sedikit
40% (empat puluh per seratus) dari luas lahan yang dikembangkan.
(6) Perumahan yang dibangun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
sedikit 15 (lima belas) unit rumah.
(7) Perencanaan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Perumahan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian dari dokumen perencanaan
Perumahan.
(8) Rincian kewajiban penyediaan Prasarana, Sarana dan Utilitas Perumahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tercantum dalam Lampiran I yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini.

Pasal 3

(1) Perencanaan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Perumahan pada lingkungan


Perumahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dihitung
berdasarkan jumlah penghuni Perumahan.
(2) Perencanaan lokasi untuk Prasarana, Sarana, dan Utilitas Perumahan
bukan merupakan sisa lahan dari kawasan.
(3) Prasarana, Sarana, dan Utilitas Perumahan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. kemudahan dan keserasian hubungan dalam kegiatan sehari-hari;
b. pengamanan; dan
c. struktur, ukuran, dan kekuatan sesuai dengan fungsi dan
penggunaannya.
(4) Sarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian yang
penempatan dan penataannya harus diperhitungkan secara matang.
(5) Penempatan dan penataan Sarana sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
harus berada pada lokasi yang strategis dan mudah terjangkau.
-6-

Pasal 4

Pedoman perencanaan Prasarana, Sarana, dan Utilitas pada rumah tapak


tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Walikota ini.

Bagian Kedua
Prasarana
Pasal 5

Perencanaan Prasarana Perumahan terdiri atas:


a. jaringan jalan;
b. jaringan saluran pembuangan air limbah;
c. jaringan saluran pembuangan air hujan;
d. sumur resapan komunal; dan
e. tempat penampungan dan/atau pengolahan sampah.

Paragraf 1
Jaringan Jalan
Pasal 6

(1) Perencanaan Prasarana jaringan jalan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 5 huruf a harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. direncanakan dengan material yang ramah lingkungan dan rendah
biaya pemeliharaan dengan konstruksi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
b. terkoneksi;
c. sesuai dengan klasifikasi dan hierarki jalan lokal dan jalan
lingkungan Perumahan; dan
d. memperhatikan unsur estetika.
(2) Jalan lokal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c yang berfungsi
sebagai jalan utama Perumahan direncanakan mempunyai lebar ROW
paling sedikit 10 (sepuluh) meter.
(3) Jalan lokal dan jalan lingkungan perumahan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c direncanakan mempunyai lebar ROW paling sedikit
6 (enam) meter.

Paragraf 2
Jaringan Saluran Pembuangan Air Limbah
Pasal 7

(1) Perencanaan Prasarana jaringan saluran air limbah sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 5 huruf b wajib memenuhi ketentuan perencanaan
yang berlaku.
(2) Air limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan air limbah
rumah tangga yang bersumber dari kakus dan non kakus.
(3) Ketentuan perencanaan prasarana jaringan saluran air limbah
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
-7-

Paragraf 3
Jaringan Saluran Pembuangan Air Hujan

Pasal 8

(1) Perencanaan Prasarana Jaringan saluran pembuangan air hujan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
a. tertutup dan terkoneksi antar kavling, antar Perumahan dan antar
kawasan, dengan terlebih dahulu memanfaatkan sumur resapan dan
kolam retensi sebagai filter;
b. memperhatikan elevasi Kawasan Permukiman sehingga air hujan
yang dibuang ke saluran utama tidak membebani kawasan dan kota;
dan
c. terpisah dengan jaringan air limbah.
(2) Perencanaan teknis Prasarana berupa jaringan saluran air hujan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) direncanakan dan ditempatkan
sesuai rekomendasi Perangkat Daerah yang membidangi urusan
pekerjaan umum.

Paragraf 4
Sumur Resapan Komunal

Pasal 9

(1) Perencanaan Prasarana sumur resapan komunal sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 5 huruf d dapat ditempatkan pada sarana pertamanan dan
ruang terbuka hijau.
(2) Perencanaan Prasarana sumur resapan komunal sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus dibangun dan ditempatkan sesuai rekomendasi
Perangkat Daerah yang membidangi urusan pekerjaan umum.
(3) Setiap Badan Hukum wajib membangun sumur resapan komunal dalam
setiap kawasan yang dapat berbentuk kolam tandon dan/atau kolam
retensi sesuai dengan karakteristik kawasan.

Paragraf 5
Tempat Penampungan Dan/Atau Pengolahan Sampah

Pasal 10

(1) Perencanaan Prasarana tempat Penampungan dan/atau pengolahan


sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf e harus memenuhi
ketentuan sebagai berikut:
a. direncanakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan;
b. ditempatkan terpusat pada lokasi yang mudah diakses oleh penghuni
dan petugas kebersihan Pemerintah Daerah; dan
c. direncanakan terdiri dari tempat penampungan dan/atau pengolahan
sampah organik dan non organik.
-8-

(2) Perencanaan penyediaan tempat penampungan sampah bagi perumahan


dengan luas di atas 2 (dua) hektar menggunakan konsep tempat
pengolahan sampah terpadu.

Bagian Ketiga
Sarana

Pasal 11

Perencanaan Sarana Perumahan meliputi:


a. perencanaan Sarana perniagaan atau perbelanjaan;
b. perencanaan Sarana pelayanan umum dan pemerintahan;
c. perencanaan Sarana pendidikan;
d. perencanaan Sarana kesehatan;
e. perencanaan Sarana peribadatan;
f. perencanaan Sarana rekreasi dan olah raga;
g. perencanaan Sarana pemakaman;
h. perencanaan Sarana pertamanan dan ruang terbuka hijau; dan
i. perencanaan Sarana parkir.

Paragraf 1
Perencanaan Sarana Perniagaan atau Perbelanjaan

Pasal 12

(1) Perencanaan Sarana perniagaan atau perbelanjaan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 11 huruf a dapat direncanakan sebagai bagian dari
lahan efektif atau menjadi bagian Sarana yang wajib diserahkan kepada
Pemerintah Daerah.
(2) Perencanaaan Sarana perniagaan atau perbelanjaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditempatkan pada lokasi yang dapat diakses oleh
penghuni dengan kemudahan aksesibilitas dan tidak mengganggu privasi
penghuni.
(3) Kemudahan aksesibilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
merupakan kemudahan pencapaian tanpa bantuan kendaraan bermotor.
(4) Badan Hukum dapat membangun rumah toko dengan
mempertimbangkan kondisi dan situasi lingkungan sekitarnya.

Paragraf 2
Perencanaan Sarana Pelayanan Umum Dan Pemerintahan

Pasal 13

(1) Perencanaan Sarana pelayanan umum dan pemerintahan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 11 huruf b direncanakan berupa lahan kosong dan
menjadi bagian dari Sarana yang wajib diserahkan kepada Pemerintah
Daerah.
-9-

(2) Lahan kosong untuk Sarana pelayanan umum dan pemerintahan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan antara lain untuk:
a. kantor Pemerintah Daerah;
b. sekretariat rukun tetangga/rukun warga;
c. balai pertemuan;
d. pos keamanan lingkungan;dan
e. tempat lainnya yang bersifat pelayanan umum dan pemerintahan.

Paragraf 3
Perencanaan Sarana Pendidikan

Pasal 14

(1) Perencanaan Sarana Pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11


huruf c direncanakan berupa lahan kosong dan menjadi bagian dari
sarana yang wajib diserahkan kepada pemerintah daerah.
(2) Lahan kosong untuk sarana pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) digunakan antara lain untuk
a. sarana pendidikan formal; dan
b. sarana pendidikan nonformal.

Paragraf 4
Perencanaan Sarana Kesehatan

Pasal 15

(1) Perencanaan Sarana kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11


huruf d dapat direncanakan sebagai bagian dari lahan efektif atau menjadi
bagian Sarana yang wajib diserahkan kepada Pemerintah Daerah.
(2) Sarana kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain:
a. rumah sakit;
b. pusat kesehatan masyarakat;
c. klinik;
d. balai pengobatan; dan
e. apotek.

Paragraf 5
Perencanaan Sarana Peribadatan

Pasal 16

(1) Perencanaan Sarana peribadatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11


huruf e dapat berupa:
a. lahan kosong; dan/atau
b. bangunan sarana peribadatan.
(2) Lahan kosong dan/atau bangunan sarana peribadatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) menjadi bagian dari sarana yang wajib diserahkan
kepada Pemerintah Daerah.
- 10 -

(3) Perencanaan Sarana peribadatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


ditempatkan pada ruang terbuka publik dan dapat diakses oleh selain
penghuni kawasan dengan aksesibilitas cukup.

Paragraf 6
Perencanaan Sarana Rekreasi Dan Olahraga

Pasal 17

(1) Perencanaan Sarana rekreasi dan olahraga sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 11 huruf f dapat direncanakan sebagai bagian dari lahan efektif atau
menjadi bagian Sarana yang wajib diserahkan kepada Pemerintah Daerah.
(2) Sarana rekreasi dan olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terintegrasi dengan Sarana ruang terbuka hijau.

Paragraf 7
Perencanaan Sarana Pemakaman

Pasal 18

(1) Perencanaan Sarana pemakaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11


huruf g direncanakan berupa lahan kosong dan menjadi bagian dari
Sarana yang wajib diserahkan kepada Pemerintah Daerah.
(2) Penyediaan Sarana pemakaman sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
sebesar 2% (dua per seratus) dari luas kawasan perumahan yang diijinkan
tidak termasuk dalam proporsi kewajiban 40% (empat puluh per seratus)
sarana prasarana.
(3) Sarana pemakaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditempatkan
pada lokasi sesuai dengan rencana tata ruang wilayah.

Paragraf 8
Perencanaan Sarana Pertamanan Dan Ruang Terbuka Hijau

Pasal 19

(1) Perencanaan Sarana pertamanan dan ruang terbuka hijau sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 11 huruf h ditempatkan dalam hamparan sebagai
kewajiban pemenuhan koefisien dasar hijau.
(2) Lahan yang diperuntukkan sebagai Sarana pertamanan dan ruang
terbuka hijau harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Paragraf 9
Perencanaan Sarana Parkir

Pasal 20

(1) Perencanaan Sarana parkir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11


huruf i diperuntukkan bagi Sarana dalam kawasan Perumahan yang
harus menyediakan sarana parkir.
- 11 -

(2) Perencanaan Sarana parkir sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dilaksanakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Bagian Keempat
Utilitas

Pasal 21

Perencanaan Utilitas Perumahan meliputi:


a. perencanaan jaringan air bersih;
b. perencanaan jaringan listrik;
c. perencanaan pemadam kebakaran;
d. perencanaan sarana penerangan jalan umum;
e. perencanaan jaringan gas;
f. perencanaan jaringan internet; dan
g. perencanaan jaringan transportasi dan kelengkapannya.

Paragraf 1
Perencanaan Jaringan Air Bersih

Pasal 22

(1) Perencanaan jaringan air bersih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21


huruf a harus mengutamakan air bersih jaringan perpipaan.
(2) Dalam hal belum tersedia air bersih jaringan perpipaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat menggunakan air sumur dangkal.

Paragraf 2
Perencanaan Jaringan Listrik

Pasal 23

(1) Perencanaan jaringan listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf


b harus mengutamakan jaringan listrik bawah tanah.
(2) Dalam hal pertimbangan teknis tidak memungkinkan perencanaan
jaringan listrik bawah tanah dapat merencanakan jaringan listrik saluran
udara.
(3) Perencanaan penempatan gardu induk dan/atau trafo ditempatkan pada
jalan utama dengan aksesibilitas langsung.

Paragraf 3
Perencanaan Pemadam Kebakaran

Pasal 24

(1) Perencanaan pemadam kebakaran sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 21 huruf c berupa:
a. hidran; dan/atau
b. alat pemadam api ringan.
- 12 -

(2) Perencanaan pemadam kebakaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


harus sesuai rekomendasi dari Perangkat Daerah yang membidangi
urusan pemadam kebakaran.

Paragraf 4
Perencanaan Sarana Penerangan Jalan Umum

Pasal 25

(1) Perencanaan Sarana penerangan jalan umum sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 21 huruf d berupa penempatan titik lokasi.
(2) Perencanaan penerangan jalan umum sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus sesuai rekomendasi dari Perangkat Daerah yang membidangi
urusan pekerjaan umum.

Paragraf 5
Perencanaan Jaringan Gas

Pasal 26

(1) Perencanaan jaringan gas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf


e dapat dilakukan dengan menyediakan lokasi jalur gas.
(2) Perencanaan jaringan gas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Paragraf 6
Perencanaan Jaringan Internet

Pasal 27

(1) Perencanaan jaringan internet sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21


huruf f dapat dilakukan dengan menyediakan lokasi jalur internet.
(2) Perencanaan jaringan internet sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Paragraf 7
Perencanaan Jaringan Transportasi Dan Kelengkapannya

Pasal 28

(1) Perencanaan jaringan transportasi dan kelengkapannya sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 21 huruf g dapat dilakukan dengan menyediakan
berupa:
a. terminal;
b. shelter; dan/atau
c. halte.
(2) Perencanaan jaringan transportasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
LAMPIRAN II
PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN
NOMOR 48 TAHUN 2019
TENTANG
PERENCANAAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PERUMAHAN

PEDOMAN PERENCANAAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PADA RUMAH TAPAK


A. PRASARANA

No Kebutuhan Jumlah Jiwa [Jiwa/KK] Ukuran Minimal Keterangan

1. Jaringan jalan Kurang dari 250 Jiwa ROW 6m Mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Saluran pembuangan air limbah Kurang dari 250 Jiwa - Mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Saluran Pembuangan Air Hujan Kurang dari 250 Jiwa - Mengacu pada rekomendasi perangkat daerah yang membidangi urusan
drainase.

4. Sumur Resapan Kurang dari 250 Jiwa - Mengacu pada rekomendasi perangkat daerah yang membidangi urusan
drainase.

5. TPS Lebih dari 250 Jiwa 100m2 Ditempatkan di atas tanah bersama, terpisah dari bangunan rumah, atau
di luar tanah bersama dan paling kurang memiliki:
a. Ruang Penyimpanan Sementara;
b. Ruang Pemilah; dan
c. Docking Arm Roll
-2-

B. SARANA

No Kebutuhan Jumlah Jiwa [Jiwa/KK] Ukuran Minimal Keterangan

1. Sarana Pertokoan/Perniagaan:

a. Warung 250 jiwa/50 KK 18-36m2 Ditempatkan pada tempat dengan aksesbilitas cukup

b. Toko-toko/Perusahaan Dagang 2.500 jiwa ±50m2 a. Ditempatkan pada tempat dengan aksesbilitas cukup; atau
c. Pusat Perbelanjaan 2.500 jiwa ±600m2 b. Ditempatkan pada pusat lokasi.

2. Pelayanan Umum dan Pemerintahan


a. Kantor Rukun Tetangga/ Rukun Telah mencapai 250 jiwa 36m2
Warga Ditempatkan pada ruang publik dan dapat diakses selain penghuni.
b. Ruang Serbaguna Telah mencapai 3.000 jiwa 250m2
c. Ruang Petugas dan Alat Telah mencapai 2.000 jiwa 36m2
Ditempatkan pada tempat dengan akses cukup.
Pemadam Kebakaran
d. Ruang Petugas dan Alat Telah mencapai 2.000 jiwa 36m2 a. Ditempatkan berdekatan dengan ruang petugas dan alat pemadam
Keamanan kebakaran; atau
b. Ditempatkan pada ruang dengan aksesbilitas mudah.
3. Pendidikan
a. Pendidikan Anak Usia Dini Telah mencapai 1.500 jiwa 250m2 Ditempatkan berdekatan dengan tempat bermain dan dapat diakses oleh
selain penghuni.
b. Sekolah Dasar Telah mencapai 1.600 jiwa 2.000m2 a. Disediakan di dalam Kawasan perumahan dengan aksesbilitas cukup
dan dapat diakses oleh selain penghuni; atau
-3-

No Kebutuhan Jumlah Jiwa [Jiwa/KK] Ukuran Minimal Keterangan

b. Disediakan di luar Kawasan perumahan berupa lahan siap bangun


dan dapat termasuk bangunan sekolahnya dengan akses:
1. Di atas tanah Bersama;
2. Di luar tanah Bersama dalam satu hamparan; atau
3. Di luar hamparan sesuai kajian Perangkat Daerah yang
membidangi urusan Pendidikan.
c. Sekolah Lanjutan Tingkat a. Di luar tanah Bersama dalam satu hamparan; atau
Telah mencapai 4.800 jiwa 2.700-9.000m2
Pertama b. Di luar hamparan sesuai kajian Perangkat Daerah yang membidangi
d. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Telah mencapai 4.800 jiwa 3.000-12.500m2 urusan Pendidikan

4. Kesehatan

a. Balai Pengobatan/ Klinik Telah mencapai 1.000 jiwa 100m2 Ditempat pada tempat yang dapat diakses oleh selain penghuni

b. Pusat Kesehatan Telah mencapai 30.000 jiwa 1.000-1.200m2 a. Di luar tanah Bersama dalam satu hamparan; atau
Masyarakat/Rumah Sakit Ibu b. Di luar hamparan sesuai kajian Perangkat Daerah yang membidangi
dan Anak urusan kesehatan.
5. Peribadatan
a. Mushola Telah mencapai 50 KK 9m2 per 40 KK a. 9m2 tidak termasuk ruang wudhu, sehingga harus ditambahkan ruang
wudhu dan toilet;
b. Ditempat pada tempat yang dapat diakses oleh selain penghuni.
-4-

No Kebutuhan Jumlah Jiwa [Jiwa/KK] Ukuran Minimal Keterangan

b. Masjid Telah mencapai 250 KK 1.500m2 a. Ditempat pada tempat yang pencapaian mudah dan dapat diakses oleh
selain penghuni;
b. Disediakan lahan siap bangun dan ditempatkan pada satu hamparan
di luar tanah Bersama; atau
c. Di tempatkan di luar hamparan.
6. Rekreasi dan Olah Raga
a. Lapangan Olahraga Telah mencapai 30.000 jiwa 1 Ha Ditempatkan di luar hamparan.
b. Tempat Bermain Telah mencapai 200 KK 150m2 Ditempatkan di pusat lokasi.
Sarana Olahraga Lain Bisa disatukan dengan tempat bermain

7. Pemakaman

Mengacu kepada ketentuan Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan tentang Pemakaman dan Pengabuan Jenazah.

8. RTH

Diperhitungkan sebagai koefisien dasar hijau hanya pada taman dan ruang terbuka hijau yang berada di atas tanah

9. Parkir Mengacu pada rekomendasi perangkat daerah yang membidangi urusan


- -
lalu lintas.
-5-

C. UTILITAS

No Kebutuhan Jumlah Jiwa [Jiwa/KK] Ukuran Minimal Keterangan


1. Jaringan Air Bersih • 55–75% penduduk • Radius Mengacu pada rekomendasi perangkat daerah yang membidangi urusan
terlayani pelayanan kebinamargaan.
• 1 Kran Umum untuk maksimum
250 jiwa 100 meter
• 30-50 lt/org
/hari, /u
lingkungan
perumahan
- - Mengacu pada rekomendasi dan peraturan perundangan yang
2. Jaringan Listrik
membidangi urusan kelistrikan.
3. Jaringan Gas - Mengacu pada rekomendasi dan peraturan yang membidangi minyak dan
55–75% penduduk terlayani
gas.
4. Jaringan Internet - Mengacu pada rekomendasi dan peraturan perangkat daerah yang
-
membidangi urusan telekomunikasi.
5. Jaringan Transportasi Mengacu pada rekomendasi dan peraturan yang membidangi urusan
- -
perhubungan.
6. Pemadam Kebakaran • 1 pos kebakaran/ Minimal a. Untuk daerah komersial jarak antara kran kebakaran 100m;
90.000 jiwa tersedia: b. Untuk daerah perumahan jarak antara kran maksimum 200m;
• 2 mobil kapasitas 4.000 • Hidran kota c. Jarak dengan tepi jalan minimum 3m;
lt/pos jaga pada setiap d. Apabila tidak dimungkinkan membuat kran diharuskan membuat
• 1 org satlakar/ 1000 jarak 200m di sumur-sumur kebakaran; dan
penduduk tepi jalan
atau berupa
tandon air
(kolam, air
mancur,
sungai dan
reservoar,
dsb)
• Akses bagi
pema-daman
kebakaran
untuk
lingkungan
permukiman

Anda mungkin juga menyukai