Anda di halaman 1dari 464

-2-

3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007


tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
4. Undang–Undang Nomor 51 Tahun 2008
tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan di
Provinsi Banten (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 188), Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4935);
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059);
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa
kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9
Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4833) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun
2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional (Lembaran Negara Tahun 2017
Nomor 77, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6042);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010
tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5103);
-3-

9. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010


tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat
Dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5160);
10. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2008 tentang
Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok,
Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur;
11. Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016
tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 4) sebagaimana telah beberapa
kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden
Nomor 56 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua
Atas Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016
tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2018 Nomor 107);
12. Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2016
tentang Percepatan Pembangunan Infrastruktur
Ketenagalistrikan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 8) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun
2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden
Nomor 4 Tahun 2016 tentang Percepatan
Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017
Nomor 27);
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80
Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum
Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 2036) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 120
Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang
Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 157);
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Tahun 2016 tentang Evaluasi Rancangan Peraturan
Daerah tentang Rencana Tata Ruang Daerah (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 464);
-4-

15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 115


Tahun 2017 tentang Mekanisme Pengendalian
Pemanfaatan Ruang Daerah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 1853);
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 116
Tahun 2017 tentang Koordinasi Penataan Ruang
Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2017 Nomor 1854);
17. Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2018 tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi, Kabupaten dan Kota (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 394);
18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4
Tahun 2019 tentang Tata Cara Peran Masyarakat
dalam Perencanaan Tata Ruang di Daerah (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 167);
19. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 2
Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi Banten Tahun 2010-2030 (Lembaran
Daerah Provinsi Banten Tahun 2011 Nomor 2,
Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Banten Nomor
32) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Daerah Nomor 5 Tahun 2017 tentang Perubahan
Atas Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 2
Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi Banten Tahun 2010 – 2030 (Lembaran
Daerah Provinsi Banten Tahun 2017 Nomor 5,
Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Banten
Nomor 69); dan
20. Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 5
Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Tangerang Selatan Tahun 2011–2031
(Lembaran Daerah Kota Tangerang Selatan Tahun
2011 Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah Kota
Tangerang Selatan Nomor 1511);
-5-

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN


dan
WALIKOTA TANGERANG SELATAN

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PERUBAHAN ATAS


PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA TANGERANG
SELATAN TAHUN 2011 – 2031.

Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Nomor 15
Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Tangerang Selatan Tahun 2011–2031 (Lembaran Daerah
Kota Tangerang Selatan Tahun 2011 Nomor 15, Tambahan
Lembaran Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 1511),
diubah sebagai berikut:
1. Ketentuan Pasal 1 angka 2, angka 3, angka 5, angka 16,
angka 17, angka 40, angka 43, angka 44, angka 45,
angka 50, angka 62, angka 65 dan angka 73 diubah,
8 (delapan) angka yakni angka 24, angka 25, angka 38,
angka 46, angka 47, angka 48, angka 49, dan angka 51
dihapus, serta setelah angka 75 ditambah 6 (enam)
angka yakni angka 76, angka 77, angka 78, angka 79,
angka 80, angka 81, sehingga Pasal 1 berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan:
1. Kota adalah Kota Tangerang Selatan.
2. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan
pemerintahan Negara Republik Indonesia yang
dibantu oleh Wakil Presiden dan Menteri
sebagaimana dimaksud dalam Undang – Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
3. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai
unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang
memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah otonom.
-6-

4. Kepala Daerah adalah Walikota Tangerang Selatan.


5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya
disingkat DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat
daerah Kota Tangerang Selatan yang berkedudukan
sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.
6. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat,
ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di
dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat
manusia dan makhluk lain hidup, melakukan
kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.
7. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola
ruang.
8. Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat
perumahan dan sistem jaringan prasarana dan
sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan
sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis
memiliki hubungan fungsional.
9. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang
dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan
ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang
untuk fungsi budidaya.
10. Penataan Ruang adalah suatu sistem proses
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
11. Penyelenggaraan Penataan Ruang adalah kegiatan
yang meliputi pengaturan, pembinaan, pelaksanaan
dan pengawasan penataan ruang.
12. Pengawasan Penataan Ruang adalah upaya agar
penyelenggaraan penataan ruang dapat diwujudkan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
13. Perencanaan Tata Ruang adalah suatu proses
untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang
yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana
tata ruang.
14. Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk
mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai
dengan rencana tata ruang melalui penyusunan
dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya.
15. Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah upaya
untuk mewujudkan tertib tata ruang sesuai dengan
rencana tata ruang yang telah ditetapkan.
-7-

16. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata


ruang.
17. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tangerang
Selatan yang selanjutnya disebut RTRW Kota
Tangerang Selatan adalah rencana tata ruang yang
bersifat umum dari wilayah Kota Tangerang
Selatan, yang mengacu pada Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional, Rencana Tata Ruang
Jabodetabekpunjur dan Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi.
18. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan
geografis beserta segenap unsur terkait yang batas
dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
administratif dan/atau aspek fungsional.
19. Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama
lindung dan budidaya.
20. Kawasan Lindung adalah wilayah yang ditetapkan
dengan fungsi utama melindungi kelestarian
lingkungan hidup yang mencakup sumber daya
alam dan sumber daya buatan.
21. Kawasan Budidaya adalah wilayah yang ditetapkan
dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas
dasar kondisi dan potensi sumber daya alam,
sumber daya manusia dan sumber daya buatan.
22. Kawasan Perkotaan adalah wilayah yang
mempunyai kegiatan utama bukan pertanian
dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat
perumahan perkotaan, pemusatan dan distribusi
ruang pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan
sosial dan kegiatan ekonomi.
23. Kawasan Strategis Nasional adalah wilayah yang
penataan ruangnya diprioritaskan karena
mempunyai pengaruh sangat penting secara
nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan
dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya
dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah
ditetapkan sebagai warisan dunia.
24. Dihapus.
25. Dihapus.
-8-

26. Kawasan Pertahanan dan Keamanan adalah


wilayah yang ditetapkan secara nasional yang
digunakan untuk kepentingan pertahanan dan
keamanan negara.
27. Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota adalah
tujuan yang ditetapkan pemerintah daerah kota
yang merupakan arahan perwujudan visi dan misi
pembangunan jangka panjang kota pada aspek
keruangan, yang pada dasarnya mendukung
terwujudnya ruang wilayah nasional yang aman,
nyaman, produktif, dan berkelanjutan
berlandaskan wawasan nusantara dan ketahanan
nasional.
28. Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota adalah
rencana yang mencakup sistem perkotaan wilayah
kota dalam wilayah pelayanannya dan jaringan
prasarana wilayah kota yang dikembangkan untuk
mengintegrasikan wilayah kota selain untuk
melayani kegiatan skala kota, meliputi sistem
jaringan transportasi, sistem jaringan energi dan
kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, dan
sistem jaringan sumber daya air.
29. Rencana Pola Ruang Wilayah Kota adalah rencana
distribusi peruntukan ruang wilayah kota, meliputi
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan
budidaya yang dituju sampai dengan akhir masa
berlakunya RTRW kota (20 tahun) yang dapat
memberikan gambaran pemanfaatan ruang wilayah
kota yang dituju sampai dengan akhir masa
berlakunya perencanaan dua puluh tahun.
30. Cekungan Air Tanah, yang selanjutnya disingkat
CAT adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas
hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis
seperti proses pengimbuhan, pengaliran, dan
pelepasan air tanah berlangsung.
31. Pusat Pelayanan Kota yang selanjutnya disingkat
PPK adalah pusat pelayanan ekonomi, sosial,
dan/atau administrasi yang melayani seluruh
wilayah kota dan/atau regional.
-9-

32. Sub pusat Pelayanan Kota yang selanjutnya


disingkat SPK adalah pusat pelayanan ekonomi,
sosial, dan/atau administrasi yang melayani sub
wilayah kota.
33. Pusat Lingkungan yang selanjutnya disingkat PL
adalah pusat pelayanan ekonomi, sosial dan/atau
administrasi lingkungan kota.
34. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang
meliputi segala bagian Jalan, termasuk bangunan
pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada
permukaan tanah, di atas permulaan tanah, di
bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas
permukaan air, kecuali jalan kerta api, jalan lori,
dan jalan kabel (road/street).
35. Jalan Arteri Sekunder adalah jalan arteri yang
menghubungkan antara kawasan primer dan
kawasan sekunder kesatu, antar kawasan sekunder
kesatu, atau antara kawasan sekunder kesatu dan
kawasan sekunder kedua.
36. Jalan Kolektor Sekunder adalah Jalan yang
menghubungkan antar kawasan sekunder kedua,
atau antara kawasan sekunder kedua dan kawasan
sekunder ketiga kolektor.
37. Jalan Lokal adalah jalan umum yang berfungsi
melayani angkutan setempat, berciri perjalanan
jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan
jumlah Jalan masuk tidak dibatasi.
38. Dihapus.
39. Sistem Jaringan Jalan adalah kesatuan ruas Jalan
yang saling menghubungkan dan mengikat pusat-
pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada
dalam pengaruh pelayanannya dalam satu
hubungan hierarkis.
40. Jalan Bebas Hambatan adalah Jalan umum yang
merupakan bagian sistem jaringan Jalan dan
sebagai Jalan nasional yang penggunanya
diwajibkan membayar.
- 10 -

41. Sumber Daya Air adalah air, mata air, dan daya air
yang terkandung di dalamnya.
42. Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disingkat
DAS adalah suatu wilayah daratan yang
merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak
sungainya, yang berfungsi menampung,
menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari
curah hujan ke danau atau ke laut secara alami,
yang batas di darat merupakan pemisah topografis
dan batas di laut sampai dengan daerah perairan
yang masih terpengaruh aktivitas daratan.
43. Wilayah Sungai yang selanjutnya disingkat WS
adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya
air dalam satu atau lebih daerah aliran sungai
dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang
dari atau sama dengan 2.000 km2 (dua ribu
kilometer persegi).
44. Sungai adalah alur atau wadah air alami dan/ atau
buatan berupa jaringan pengaliran air beserta air di
dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan
dibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan.
45. Air Baku untuk Air Minum Rumah Tangga, yang
selanjutnya disebut Air Baku adalah air yang
berasal dari sumber air permukaan, air tanah, air
hujan, dan air laut yang memenuhi baku mutu
tertentu sebagai Air Baku untuk Air Minum.
46. Dihapus.
47. Dihapus.
48. Dihapus.
49. Dihapus.
50. Pedestrian adalah lintasan yang diperuntukkan
untuk pejalan kaki, pesepeda, penyandang
disabilitas dapat berupa trotoar, penyeberangan
sebidang dan penyeberangan tidak sebidang.
51. Dihapus.
52. Kawasan Rawan Bencana adalah kawasan lindung
atau kawasan budidaya yang meliputi zona-zona
yang berpotensi mengalami bencana.
53. Ruang Evakuasi Bencana adalah area terbuka atau
lahan terbuka hijau atau bangunan yang dapat
digunakan masyarakat untuk menyelamatkan diri
dari bencana alam maupun bencana lainnya.
- 11 -

54. Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disingkat


RTH adalah area memanjang/jalur dan/atau
mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat
terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang
tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja
ditanam.
55. Ruang Terbuka Non Hijau yang selanjutnya
disingkat RTNH adalah ruang terbuka di wilayah
perkotaan yang tidak termasuk dalam kategori
RTH, berupa lahan yang diperkeras dan badan air.
56. Saluran Utama Tegangan Tinggi yang selanjutnya
disingkat SUTT adalah saluran udara yang
mendistribusikan energi listrik dengan kekuatan
150 (seratus lima puluh) kilovolt yang
mendistribusikan dari pusat-pusat beban menuju
gardu-gardu listrik.
57. Saluran Utama Tegangan Ekstra Tinggi yang
selanjutnya disingkat SUTET adalah saluran udara
dengan kekuatan 500 (lima ratus) kilovolt yang
ditujukan untuk menyalurkan energi listrik dari
pusat-pusat pembangkit yang jaraknya jauh
menuju pusat-pusat beban sehingga energi listrik
bisa disalurkan dengan efisien.
58. Drainase yaitu prasarana yang berfungsi
mengalirkan limpasan air permukaan ke badan air
penerima atau ke bangunan resapan batuan.
59. Air Limbah yaitu semua jenis air buangan yang
mengandung kotoran dari rumah tangga, binatang
atau tumbuh-tumbuhan, termasuk buangan
industri dan kimia.
60. Kolam Tandon Air adalah tempat penampungan air,
dalam kondisi cukup jernih dan mempunyai suhu
antara 20ºC-30ºC.
61. Tempat Penampungan Sementara, yang selanjutnya
disingkat TPS adalah tempat sebelum sampah
diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan
dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu.
62. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu, yang
selanjutnya disingkat TPST adalah tempat
dilaksanakannya kegiatan pengumpulan,
pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang
dan pengolahan sampah.
- 12 -

63. Right Of Way, yang selanjutnya disingkat ROW


adalah ruang milik jalan yaitu sejalur tanah
tertentu di luar ruang manfaat jalan yang masih
menjadi bagian dari ruang milik jalan yang dibatasi
oleh tanda batas ruang milik jalan yang
dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan
keluasan keamanan penggunaan jalan antara lain
untuk pelebaran ruang manfaat jalan pada masa
yang akan datang.
64. Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Kota adalah
arahan pemanfaatan ruang wilayah untuk tingkat
kota.
65. Indikasi Program Utama Jangka Menengah Lima
Tahunan adalah petunjuk yang memuat usulan
program utama penataan/ pengembangan kota,
sumber pendanaan instansi pelaksana dan waktu
pelaksanaan, dalam rangka mewujudkan ruang
kota yang sesuai dengan rencana tata ruang.
66. Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Wilayah Kota adalah ketentuan-ketentuan yang
dibuat/ disusun dalam upaya mengendalikan
pemanfaatan ruang wilayah kota agar sesuai
dengan RTRW Kota yang berbentuk ketentuan
umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan,
ketentuan insentif dan disinsentif, serta arahan
sanksi untuk wilayah kota.
67. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Sistem Kota
adalah ketentuan umum yang mengatur
pemanfaatan ruang/penataan kota dan unsur-
unsur pengendalian pemanfaatan ruang yang
disusun untuk setiap klasifikasi peruntukan/
fungsi ruang sesuai dengan RTRW Kota.
68. Koefisien Dasar Bangunan yang selanjutnya
disingkat KDB adalah koefisien perbandingan
antara luas lantai dasar bangunan gedung dan luas
persil atau kaveling atau blok peruntukan.
69. Koefisien Lantai Bangunan yang selanjutnya
disingkat KLB adalah koefisien perbandingan
antara luas keseluruhan lantai bangunan gedung
dan luas persil atau kaveling atau blok peruntukan.
- 13 -

70. Koefisien Dasar Hijau yang selanjutnya disingkat


KDH adalah angka persentase perbandingan antara
luas seluruh ruang terbuka di luar bangunan
gedung yang diperuntukan bagi pertamanan atau
penghijauan dan luas tanah perpetakan atau
daerah perencanaan yang dikuasai sesuai dengan
rencana tata bangunan dan lingkungan.
71. Garis Sempadan Bangunan yang selanjutnya
disingkat GSB adalah sempadan yang membatasi
jarak terdekat bangunan terhadap tepi jalan,
dihitung dari batas terluar saluran air kotor sampai
batas terluar muka bangunan, berfungsi sebagai
pembatas ruang atau jarak bebas minimum dari
bidang terluar suatu massa bangunan terhadap
lahan yang dikuasai, batas tepi sungai atau pantai,
antara massa bangunan yang lain atau rencana
saluran, jaringan tegangan listrik, jaringan pipa gas
dan sebagainya.
72. Orang adalah orang perseorangan dan/atau
korporasi.
73. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok
orang termasuk masyarakat hukum adat, korporasi
dan/atau pemangku kepentingan nonpemerintah
lain dalam penyelenggaraan penataan ruang.
74. Peran Masyarakat adalah berbagai kegiatan
masyarakat, yang timbul atas kehendak dan
prakarsa masyarakat, untuk berminat dan bergerak
dalam penyelenggaraan penataan ruang.
75. Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan
yang selanjutnya disingkat KKOP adalah tanah
dan/atau perairan dan ruang udara di sekitar
bandar udara yang dipergunakan untuk kegiatan
operasi penerbangan dalam rangka menjamin
keselamatan penerbangan.
76. Tempat Pemrosesan Akhir, yang selanjutnya
disingkat TPA adalah tempat untuk memroses dan
mengembalikan sampah ke media lingkungan.
77. Pusat Kegiatan Nasional yang selanjutnya disingkat
PKN adalah kawasan perkotaan yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala internasional,
nasional atau beberapa provinsi.
- 14 -

78. Wilayah Kerja Pembangunan yang selanjutnya


disingkat WKP adalah suatu strategi perangkaan
perwilayahan dalam rangka mewujudkan tujuan
dan sasaran pembangunan daerah jangka panjang
melalui pegembangan potensi unggulan daerah
secara menyeluruh, terarah dan terpadu yang
memungkinkan terjadinya penyebarluasan
pembangunan dan hasil-hasilnya ke seluruh
pelosok daerah.
79. Kawasan Berorientasi Transit yang selanjutnya
disebut Kawasan TOD adalah kawasan yang
ditetapkan dalam rencana tata ruang sebagai
kawasan terpusat pada integrasi intermoda dan
antarmoda yang berada pada radius 400 (empat
ratus) meter sampai dengan 800 (delapan ratus)
meter dari simpul transit moda angkutan umum
massal yang memiliki fungsi pemanfaatan ruang
campuran dan padat dengan intensitas
pemanfaatan ruang sedang hingga tinggi.
80. Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah yang
selanjutnya disebut TKPRD adalah badan bersifat
ad hoc, yang dibentuk untuk mendukung
pelaksanaan Undang-Undang Nomor 26
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang di daerah,
dan mempunyai fungsi pelaksanaan tugas Walikota
dalam pelaksanan koordinasi penataan ruang di
daerah.
81. Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang,
Bekasi, Puncak dan Cianjur yang selanjutnya
disebut sebagai Kawasan Jabodetabekpunjur,
adalah kawasan strategis nasional yang meliputi
seluruh wilayah Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta, sebagian wilayah Provinsi Jawa Barat, dan
sebagian wilayah Provinsi Banten.

2. Ketentuan Pasal 5 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 5
Wilayah perencanaan RTRW Kota Tangerang Selatan
meliputi 7 (tujuh) Kecamatan meliputi:
1. Kecamatan Serpong;
2. Kecamatan Serpong Utara;
- 15 -

3. Kecamatan Pondok Aren;


4. Kecamatan Ciputat;
5. Kecamatan Ciputat Timur;
6. Kecamatan Pamulang; dan
7. Kecamatan Setu.

3. Ketentuan Pasal 6 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 6
Kota Tangerang Selatan secara geografis terletak pada
koordinat 106º 38’- 106º47’ bujur timur dan 06º 13’30” -
06º 22’00” lintang selatan dengan luas 16.485,47 (enam
belas ribu empat ratus delapan puluh lima koma empat
tujuh) hektar.

4. Ketentuan huruf c Pasal 9 dihapus, sehingga Pasal 9


berbunyi sebagai berikut:
Pasal 9
Kebijakan penataan ruang meliputi:
a. kebijakan struktur ruang; dan
b. kebijakan pola ruang;
c. dihapus.

5. Ketentuan huruf a dan huruf b Pasal 10 diubah,


sehingga Pasal 10 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 10
Kebijakan struktur Ruang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 huruf a meliputi:
a. pemantapan peran kota dalam sistem nasional
sebagai PKN yang melayani kegiatan skala nasional
dan dalam sistem provinsi sebagai WKP 1 (satu);
b. peningkatan aksesibilitas kegiatan skala regional dan
nasional yang terintegrasi dan berhirarki;
c. pengembangan dan peningkatan sarana prasarana
transportasi berbasis transportasi publik yang
terpadu dan terkendali; dan
d. pengembangan dan peningkatan kualitas dan
jangkauan pelayanan sistem infrastruktur kota
secara terpadu, merata dan berkelanjutan dengan
mengutamakan kelestarian lingkungan hidup.
- 16 -

6. Ketentuan Pasal 11 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 11
(1) Strategi pemantapan peran kota dalam sistem
nasional sebagai PKN dan dalam sistem provinsi
sebagai WKP 1 (satu) sebagaimana yang dimaksud
dalam Pasal 10 huruf a meliputi:
a. mendorong kemudahan aksesibilitas terhadap
kegiatan skala regional dan nasional;
b. mengembangkan infrastruktur untuk
mendukung kegiatan skala regional dan
nasional; dan
c. memperkuat kota agar dapat berfungsi dan
berpotensi sebagai pusat pelayanan jasa dan
perdagangan skala regional dan nasional serta
perumahan atau permukiman.
(2) Strategi peningkatan aksesibilitas kegiatan skala
regional dan nasional yang terintegrasi dan
berhirarki, sebagaimana yang dimaksud dalam
Pasal 10 huruf b meliputi:
a. Menetapkan dan menghubungkan pusat-pusat
kegiatan melalui sistem transportasi darat yang
terintegrasi dan berjenjang;
b. mengembangkan fungsi kegiatan yang
mendukung pusat-pusat kegiatan;
c. menyediakan sarana dan prasarana
transportasi yang memadai dan terintegrasi
pada tiap pusat-pusat kegiatan sesuai skala
pelayanannya; dan
d. mengembangkan kawasan TOD meliputi
pengembangan kawasan di dalam dan di sekitar
simpul transit agar bernilai tambah yang
menitikberatkan pada integrasi antar jaringan
angkutan umum massal dan antara jaringan
angkutan umum massal dengan jaringan moda
transportasi tidak bermotor, serta pengurangan
penggunaan kendaraan bermotor yang disertai
pengembangan kawasan campuran dan padat
dengan intensitas pemanfaatan ruang sedang
hingga tinggi.
- 17 -

(3) Strategi pengembangan dan peningkatan sarana


prasarana transportasi berbasis transportasi publik
yang terpadu dan terkendali sebagaimana dimaksud
Pasal 10 huruf c, dilakukan melalui strategi:
a. menjaga fungsi dan hirarki jalan;
b. meningkatkan kapasitas jaringan jalan melalui
pembangunan dan pelebaran jalan, pengelolaan
lalu lintas serta menghilangkan gangguan sisi
jalan;
c. memprioritaskan pengembangan sistem
angkutan umum massal berbasis jalan dan
berbasis rel yang terpadu yang terintegrasi
dengan sistem angkutan umum massal
perkotaan dan antar kota;
d. menyediakan fasilitas parkir dan fasilitas bike
sharing yang memadai dan terpadu dengan
pusat-pusat kegiatan;
e. membangun sistem park and ride;
f. membangun dan mengembangkan stasiun dan
terminal; dan
g. mengoptimalkan pengendalian dan
penyelenggaraan sistem transportasi kota.
(4) Strategi pengembangan dan peningkatan kualitas
jangkauan pelayanan sistem jaringan prasarana
kota yang merata dan berkelanjutan dengan
mengutamakan kelestarian lingkungan hidup
sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 10
huruf d dilakukan melalui strategi:
a. mengembangkan sistem jaringan transportasi
darat dalam pelayanan perkotaan;
b. meningkatkan penyediaan dan persebaran
infrastruktur perkotaan ke seluruh wilayah
kota;
c. mengembangkan distribusi jaringan energi dan
pelayanan ke seluruh wilayah kota;
d. meningkatkan jangkauan pelayanan
telekomunikasi ke seluruh wilayah Kota;
- 18 -

e. mengembangkan dan meningkatkan pelayanan


prasarana sumber daya air ke seluruh wilayah
kota;
f. mewajibkan penyediaan instalasi pengelolaan
limbah khusus pada setiap kegiatan yang
menghasilkan limbah;
g. meningkatkan sistem pengolahan persampahan
yang ramah lingkungan;
h. meningkatkan pelayanan prasarana drainase
untuk mengatasi permasalahan banjir dan
genangan;
i. meningkatkan penyediaan prasarana dan
sarana pejalan kaki dan pesepeda pada
kawasan fungsional kota termasuk penyediaan
jalur bagi penyandang disabilitas;
j. meningkatkan penyediaan jalur evakuasi
bencana dan menyediakan ruang dan gedung
pemerintah sebagai titik kumpul dan ruang
evakuasi bencana; dan
k. mengembangkan sarana dan prasarana untuk
mengurangi dan mengatasi terjadinya
kebakaran.

7. Ketentuan ayat (3) huruf d Pasal 13 diubah, sehingga


Pasal 13 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 13
(1) Strategi pengembangan kawasan lindung dengan
meningkatkan kualitas kawasan lindung agar sesuai
dengan fungsi perlindungannya sehingga terjaga
kelestariannya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12 huruf a meliputi:
a. menetapkan kawasan lindung di wilayah Kota
untuk mendukung RTH kota;
b. meningkatkan dan mengembalikan fungsi
kawasan lindung yang telah menurun akibat
pengembangan kegiatan budidaya, dalam
rangka mewujudkan dan memelihara
keseimbangan ekosistem;
- 19 -

c. mempertimbangkan daya tampung dan daya


dukung lingkungan hidup dalam mengarahkan
kegiatan pembangunan fisik; dan
d. meningkatkan jumlah RTH hingga mencapai
30% (tiga puluh persen) pada akhir tahun
perencanaan.
(2) Strategi pengendalian pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 huruf b meliputi:
a. mencegah terjadinya tindakan yang dapat
secara langsung atau tidak langsung
menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan
yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak
berfungsi dalam menunjang pembangunan yang
berkelanjutan;
b. mengarahkan orientasi pembangunan
sepanjang sungai dengan menjadikan sungai
sebagai bagian dari latar depan; dan
c. mendorong terselenggaranya pembangunan
kawasan yang dapat menjamin tetap
berlangsungnya konservasi air dan tanah,
menjamin tersedianya air tanah dan air
permukaan, serta menanggulangi banjir dengan
mempertimbangkan daya dukung lingkungan
yang berkelanjutan dalam pengelolaan
kawasan.
(3) Strategi pengembangan kawasan budidaya dengan
meningkatkan produktivitas kawasan namun tidak
melampaui daya dukung dan daya tampung
lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
huruf c meliputi:
a. mengembangkan kegiatan budi daya unggulan
beserta prasarana secara sinergis dan
berkelanjutan untuk mendorong pengembangan
perekonomian;
b. mengurangi dampak negatif kegiatan budidaya
agar tidak menurunkan kualitas lingkungan
hidup dan efisiensi kawasan;
- 20 -

c. mengembangkan fungsi perkotaan dengan tetap


memperhatikan penyediaan RTH melalui
pengaturan intensitas ruang; dan
d. mewajibkan penyediaan sumur resapan dalam
setiap kegiatan pembangunan.
(4) Strategi peningkatan fungsi kawasan untuk
pertahanan dan keamanan negara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 huruf d meliputi:
a. mendukung penetapan kawasan peruntukan
pertahanan dan keamanan negara;
b. mengembangkan budi daya secara selektif di
dalam dan sekitar kawasan untuk menjaga
fungsi pertahanan dan keamanan negara;
c. mengembangkan kawasan lindung dan/ atau
kawasan budidaya tidak terbangun di sekitar
kawasan pertahanan dan keamanan sebagai
zona penyangga; dan
d. turut serta memelihara dan menjaga aset
pertahanan dan keamanan negara.

8. Ketentuan Pasal 14 dihapus.

9. Ketentuan ayat (1) Pasal 15 diubah, sehingga Pasal 15


berbunyi sebagai berikut:
Pasal 15
(1) Rencana struktur ruang wilayah kota meliputi:
a. sistem pusat kegiatan di wilayah kota; dan
b. sistem jaringan prasarana.
(2) Rencana struktur ruang wilayah kota digambarkan
dalam Peta Rencana Struktur Ruang dengan tingkat
ketelitian 1:25.000 (satu berbanding dua puluh lima
ribu) sebagaimana tercantum dalam Lampiran I
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.

10. Ketentuan Pasal 16 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 16
(1) Rencana sistem pusat kegiatan di wilayah kota
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1)
huruf a meliputi:
a. PPK;
b. SPK; dan
c. PL.
- 21 -

(2) Rencana sistem pusat kegiatan digambarkan dalam


Peta Rencana Sistem Perkotaan dengan tingkat
ketelitian 1:25.000 (satu berbanding dua puluh lima
ribu) sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem pusat
kegiatan akan disusun dalam Rencana Detail Tata
Ruang di Kota Tangerang Selatan.

11. Ketentuan Pasal 17 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 17
PPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1)
huruf a meliputi:
a. PPK I memiliki fungsi sebagai pusat pemerintahan,
kegiatan pelayanan umum, perdagangan dan jasa
skala pelayanan regional dan nasional serta
perumahan diarahkan di Kecamatan Ciputat;
b. PPK II memiliki fungsi sebagai kegiatan
pemerintahan, pelayanan umum, perdagangan dan
jasa skala pelayanan regional dan nasional serta
perumahan diarahkan di Kecamatan Serpong; dan
c. PPK III memiliki fungsi sebagai kegiatan, pelayanan
umum, perdagangan dan jasa skala pelayanan
regional dan nasional serta perumahan diarahkan di
Kecamatan Pondok Aren.

12. Ketentuan Pasal 18 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 18
SPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1)
huruf b meliputi:
a. SPK I memiliki fungsi sebagai pelayanan umum,
perdagangan dan jasa, dan perumahan diarahkan
di Kecamatan Serpong Utara;
b. SPK II memiliki fungsi sebagai perkantoran
pemerintahan, dan perumahan diarahkan di
Kecamatan Setu;
c. SPK III memiliki fungsi sebagai kegiatan pelayanan
umum, dan perumahan diarahkan di Kecamatan
Ciputat Timur; dan
- 22 -

d. SPK IV memiliki fungsi sebagai kegiatan pelayanan


umum, perdagangan dan jasa dan perumahan
diarahkan di Kecamatan Pamulang.

13. Ketentuan Pasal 20 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 20
(1) Rencana sistem jaringan prasarana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) huruf b meliputi:
a. rencana sistem jaringan transportasi;
b. rencana sistem jaringan energi;
c. rencana sistem jaringan telekomunikasi;
d. rencana sistem jaringan sumber daya air; dan
e. rencana infrastruktur perkotaan.
(2) Rencana sistem jaringan transportasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. sistem jaringan transportasi darat; dan
b. sistem jaringan transportasi udara.

14. Ketentuan Pasal 21 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 21
(1) Sistem jaringan transportasi darat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2) huruf a meliputi:
a. sistem jaringan jalan; dan
b. sistem jaringan kereta api.
(2) Rencana sistem jaringan transportasi darat
digambarkan dalam Peta Rencana Sistem Jaringan
Transportasi Darat dengan tingkat ketelitian
1:25.000 (satu berbanding dua puluh lima ribu)
sebagaimana tercantum dalam Lampiran III.A dan
Lampiran III.B yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

15. Ketentuan Pasal 22 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 22
Sistem jaringan jalan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 21 ayat (1) huruf a meliputi:
a. Sistem jaringan jalan nasional meliputi:
1. Peningkatan jaringan jalan nasional fungsi
kolektor primer satu (JKP 1) meliputi:
a) Jalan Dewi Sartika;
b) Jalan Ir. H. Juanda;
- 23 -

c) Jalan Moh Toha;


d) Jalan Otto Iskandar Dinata;
e) Jalan Rambutan; dan
f) Jalan RE Martadinata.
2. Peningkatan dan pembangunan jaringan jalan
bebas hambatan meliputi:
a) Jalan Bebas Hambatan Jakarta Outer Ring
Road II (Kunciran-Serpong);
b) Jalan Bebas Hambatan Jakarta Outer Ring
Road II (Serpong-Cinere);
c) Jalan Bebas Hambatan Pondok Aren-
Serpong;
d) Jalan Bebas Hambatan Pondok Aren-
Ulujami;
e) Jalan Bebas Hambatan Serpong-Balaraja;
dan
f) Jalan Bebas Hambatan Serpong- Muncul-
Rumpin.
3. Rencana pengembangan jaringan jalan
nasional yang terintegrasi dengan jaringan
transportasi angkutan massal perkotaan dan
antar kota; dan
4. Rencana pembangunan akses tol/interchange,
jalan lingkar, simpang sebidang, underpass,
overpass, flyover, frontage yang berada pada
jalan nasional.
b. Sistem jaringan jalan provinsi meliputi:
1. Peningkatan jaringan jalan provinsi fungsi
kolektor primer dua (JKP 2) meliputi:
a) Jalan Aria Putra;
b) Jalan BSD Grand Boulevard;
c) Jalan Ceger Raya;
d) Jalan Cirendeu Raya;
e) Jalan Cisauk;
f) Jalan Dr. Setiabudi;
g) Jalan H. Amir Machmud;
h) Jalan Haji Usman;
i) Jalan Jombang Raya;
j) Jalan Lingkar Selatan;
k) Jalan Otto Iskandar Dinata;
l) Jalan Pahlawan Seribu;
- 24 -

m) Jalan Pajajaran;
n) Jalan Pondok Betung Raya;
o) Jalan Pondok Cabe Raya;
p) Jalan Raden Fatah;
q) Jalan Raya Pondok Aren;
r) Jalan Raya Puspiptek;
s) Jalan Raya Serpong;
t) Jalan Siliwangi;
u) Jalan Surya Kencana; dan
v) Jalan Sarimulya.
2. Rencana pengembangan jaringan Jalan
provinsi yang terintegrasi dengan jaringan
transportasi angkutan massal perkotaan dan
antar kota; dan
3. Rencana pembangunan akses tol/interchange,
Jalan lingkar, simpang sebidang, underpass,
overpass, flyover, frontage yang berada pada
Jalan provinsi.
c. Sistem jaringan Jalan kota meliputi:
1. Peningkatan dan pembangunan jaringan jalan
kota fungsi Arteri Sekunder meliputi:
a) Jalan Alam Sutera Boulevard;
b) Jalan Bhayangkara 1;
c) Jalan Bhayangkara Raya;
d) Jalan Bintaro Utama 3A;
e) Jalan Bintaro Utama 5;
f) Jalan Boulevard Bintaro Jaya;
g) Jalan Boulevard Graha Raya;
h) Jalan Boulevard Silk Town;
i) Jalan BSD Boulevard Utara;
j) Jalan BSD Grand Boulevard;
k) Jalan Bukit Indah;
l) Jalan Ciater Raya;
m) Jalan Cut Mutia I;
n) Jalan Cut Mutia II;
o) Jalan Dr. GSSJ Sam Ratulangi;
p) Jalan Graha Raya Bintaro;
q) Jalan Jalur Sutera;
r) Jalan Jalur Sutera Boulevard;
s) Jalan Kapten Soebianto
Djojohadikusumo;
- 25 -

t) Jalan Lengkong Karya;


u) Jalan Letnan Sutopo;
v) Jalan Lingkar Parigi Baru;
w) Jalan Lingkar Timur;
x) Jalan Menteng Raya;
y) Jalan MH Thamrin;
z) Jalan Pahlawan Seribu;
aa) Jalan Promoter;
bb) Jalan Rawa Buntu- Buaran;
cc) Jalan Raya South City;
dd) Jalan Sarua Raya;
ee) Jalan Tekno Widya;
ff) Jalan Terusan AMD Raya - Graha Raya
Bintaro;
gg) Jalan Terusan Amd Raya - Melati III;
hh) Jalan Terusan Boulevard Graha Raya -
AMD Raya;
ii) Jalan Terusan Graha Bintaro Raya - Tol
Serpong Kunciran;
jj) Jalan Terusan Jelupang Raya - Tol
Serpong Kunciran;
kk) Jalan Terusan Letnan Sutopo - Wana
Kencana;
ll) Jalan Terusan Lingkar Timur- Tekno
Widya;
mm) Jalan Terusan Promoter; dan
nn) Jalan Wage Rudolf Supratman.
2. Peningkatan dan pembangunan jaringan Jalan
kota fungsi Kolektor Sekunder dengan
meliputi:
a) Jalan Alam Utama;
b) Jalan Ambon;
c) Jalan AMD Raya;
d) Jalan Bakti Jaya Pocis 13;
e) Jalan Bambu Apus;
f) Jalan Batam;
g) Jalan Benda Raya;
h) Jalan Bhakti Karya;
i) Jalan Bhayangkara 1;
j) Jalan Bhayangkara Raya;
k) Jalan Bintaro Utama;
- 26 -

l) Jalan Bintaro Utama 3;


m) Jalan Bintaro Utama 3A;
n) Jalan Bintaro Utama 9;
o) Jalan Boulevard Graha Raya;
p) Jalan BSD Bintaro;
q) Jalan Buaran-BSD;
r) Jalan Cendana Residence;
s) Jalan Cendrawasih;
t) Jalan Cendrawasih UPJ;
u) Jalan Dr Setiabudi (Pondok Aren);
v) Jalan Elang;
w) Jalan Gading Golf Boulevard;
x) Jalan Graha Bunga;
y) Jalan Graha Raya;
z) Jalan Graha Raya Bintaro;
aa) Jalan Haji Rean;
bb) Jalan HR Rasuna Said;
cc) Jalan Japos Raya;
dd) Jalan Jati Jelupang;
ee) Jalan Jelupang Raya;
ff) Jalan Jenderal Soedirman;
gg) Jalan Kademangan Curug;
hh) Jalan Kademangan Lebak;
ii) Jalan Kalimantan;
jj) Jalan Kemiri Raya;
kk) Jalan Kertamukti;
ll) Jalan Ki Hajar Dewantoro;
mm) Jalan Komplek Japos;
nn) Jalan Kyai Haji Wahid Hasyim;
oo) Jalan Lengkong Gudang Timur Raya;
pp) Jalan Lengkong Wetan;
qq) Jalan Lingkar Barat;
rr) Jalan Lingkar Bintaro Jaya;
ss) Jalan Lingkar BXC Mall;
tt) Jalan Lingkar CBD BSD;
uu) Jalan Lingkar Eka Hospital;
vv) Jalan Lingkar Exchange;
ww) Jalan Lingkar Jaya;
xx) Jalan Lingkar Puspem;
yy) Jalan Lingkar Regensi Raya - Jati
Jelupang;
- 27 -

zz) Jalan Maruga Raya;


aaa) Jalan Menjangan Raya;
bbb) Jalan Merpati;
ccc) Jalan Momonggor;
ddd) Jalan Mujair Raya;
eee) Jalan Pahlawan;
fff) Jalan Pahlawan Seribu CBD;
ggg) Jalan Pamulang Permai 1;
hhh) Jalan Parakan;
iii) Jalan Parigi Raya;
jjj) Jalan Pondok Betung;
kkk) Jalan Pondok Jagung Timur;
lll) Jalan Pondok Kacang Prima;
mmm) Jalan Purnawarman;
nnn) Jalan Rawa Kutuk;
ooo) Jalan Raya Kelapa Gading Utara;
ppp) Jalan Raya Kompas;
qqq) Jalan Raya Pasar Jengkol;
rrr) Jalan Raya Pondok Kacang;
sss) Jalan Raya Puspitek - Bakti Pocis 13;
ttt) Jalan Raya Tentara Pelajar;
uuu) Jalan Regensi Raya;
vvv) Jalan Senayan Utama;
www) Jalan Serpong Lagoon;
xxx) Jalan Setu Raya;
yyy) Jalan SKKI;
zzz) Jalan Sodetan Buaran;
aaaa) Jalan Suka Mulya;
bbbb) Jalan Sukakarya;
cccc) Jalan Sumatera;
dddd) Jalan Sumatera (Nusaloka);
eeee) Jalan Sutan Syahrir - Sawah Baru;
ffff) Jalan Taman Makam Bahagia ABRI;
gggg) Jalan Tarumanegara;
hhhh) Jalan Tegal Rotan;
iiii) Jalan Tegal Rotan Raya;
jjjj) Jalan Tembusan Lingkar Jaya;
kkkk) Jalan Terminal Pondok Cabe
(KH Salem);
llll) Jalan Terusan MH Thamrin - Lingkar
Bintaro Jaya;
- 28 -

mmmm) Jalan Terusan Aria Putra – Merpati;


nnnn) Jalan Terusan Bambu Apus- Aria
Putra;
oooo) Jalan Terusan Bintaro Utama 3A -
Lingkar Exchange;
pppp) Jalan Terusan Jembatan Kranggan –
Momonggor;
qqqq) Jalan Terusan Pahlawan - Haji
Juanda;
rrrr) Jalan Terusan Pahlawan - Haji
Juanda 2;
ssss) Jalan Terusan Serpong Lagoon –
Momonggor;
tttt) Jalan Terusan Waru;
uuuu) Jalan Teuku Umar;
vvvv) Jalan Titian;
wwww) Jalan UPJ;
xxxx) Jalan Vila Japos;
yyyy) Jalan Vila Melati Mas Raya;
zzzz) Jalan Villa Pamulang Mas;
aaaaa) Jalan Waru; dan
bbbbb) Jalan Yapen.
3. Peningkatan dan pembangunan jaringan Jalan
kota fungsi lokal meliputi:
a) Jalan Akses Tandon;
b) Jalan Al Hikmah;
c) Jalan Alam Segar;
d) Jalan Alam Sutera Town Center;
e) Jalan AMD Babakan Pocis;
f) Jalan Anggrek Loka;
g) Jalan Anggrek Ungu;
h) Jalan Angsana Raya;
i) Jalan Artowijoyo;
j) Jalan Babakan III;
k) Jalan Backside Giant BSD;
l) Jalan Backside Intermark;
m) Jalan Bali I;
n) Jalan Bangau;
o) Jalan Beringin Raya;
p) Jalan Bhakti Karya;
q) Jalan Bintaro Puspita Raya;
- 29 -

r) Jalan Bratasena Raya;


s) Jalan Buaran Timur;
t) Jalan Cabe II;
u) Jalan Cabe V;
v) Jalan Camar;
w) Jalan Candi Borobudur;
x) Jalan Desa Lama Kademangan;
y) Jalan Dr. Satrio;
z) Jalan Emerald Boulevard;
aa) Jalan Griya Loka Raya;
bb) Jalan Gunung Raya;
cc) Jalan Haji Abdul Ghani;
dd) Jalan Haji Jamat (Gg Rais);
ee) Jalan Haji Taif;
ff) Jalan Hasanrika;
gg) Jalan Hutama Karya;
hh) Jalan Ismaya Raya;
ii) Jalan Jati Jelupang
jj) Jalan Kademangan Curug;
kk) Jalan Kademangan Curug-TPA
Cipeucang;
ll) Jalan Kali Angke;
mm) Jalan Kapuk Amarapura;
nn) Jalan Kasuari;
oo) Jalan Kecamatan Pondok Aren;
pp) Jalan Kenari 10;
qq) Jalan Kenari Raya;
rr) Jalan Kencana Raya;
ss) Jalan Ketapang III;
tt) Jalan Kunir;
uu) Jalan Legoso Raya;
vv) Jalan Lele Raya;
ww) Jalan Lingkar ITC;
xx) Jalan Maleo Raya;
yy) Jalan Maruga Raya;
zz) Jalan Masjid;
aaa) Jalan Masjid Al Istiqomah;
bbb) Jalan Masjid Nurul Qomar;
ccc) Jalan Menteng Raya;
ddd) Jalan Padawa Lima;
eee) Jalan Pahlawan Seribu CBD Dalam 1;
- 30 -

fff) Jalan Pahlawan Seribu CBD Dalam II;


ggg) Jalan Palem Indah;
hhh) Jalan Palem Puri;
iii) Jalan Panti Asuhan;
jjj) Jalan Paradise Serpong City;
kkk) Jalan Permata Permai Raya;
lll) Jalan Persatuan;
mmm) Jalan Perumahan Savia;
nnn) Jalan Pesantren;
ooo) Jalan Pinus Raya;
ppp) Jalan Pondok Jaya;
qqq) Jalan Pondok Pucung Raya;
rrr) Jalan Pulo Air;
sss) Jalan Pulo Air III;
ttt) Jalan Puri Bitaro;
uuu) Jalan Pusaka Kencana;
vvv) Jalan Puspem 1;
www) Jalan Puspem 2;
xxx) Jalan Rawa Buntu Utara;
yyy) Jalan Raya Villa Pamulang Mas;
zzz) Jalan Salak Raya;
aaaa) Jalan Sodetan Muncul;
bbbb) Jalan Sutera Utama;
cccc) Jalan Swadaya;
dddd) Jalan Talas II;
eeee) Jalan Talas III;
ffff) Jalan Taman Makam Bahagia;
gggg) Jalan Tarumanegara;
hhhh) Jalan Tekno I;
iiii) Jalan Tekno I - Jalan Raya Serpong;
jjjj) Jalan Terusan Lingkar Timur –
Swadaya;
kkkk) Jalan Terusan Pahlawan Seribu -
Jalan Lingkar CBD BSD;
llll) Jalan Terusan Persatuan - Al Hikmah;
mmmm) Jalan Terusan Savia – Persatuan;
nnnn) Jalan Terusan Tekno 2;
oooo) Jalan TPA Cipeucang;
pppp) Jalan TPU Babakan;
qqqq) Jalan Villa Pamulang;
rrrr) Jalan Wana Kencana;
- 31 -

ssss) Jalan Waru; dan


tttt) Jalan Witana Harja.
4. Rencana pengembangan jaringan Jalan kota
yang terintegrasi dengan jaringan transportasi
angkutan massal perkotaan dan antar kota;
5. Rencana pembangunan akses tol/interchange,
jalan lingkar, jalan poros, simpang sebidang,
underpass, overpass, flyover, frontage yang
berada pada jalan kota; dan
6. penanganan perlintasan sebidang dan tidak
sebidang dengan jalan kota dan jalur kereta
api.
d. Rencana penyediaan jalur angkutan umum massal
berbasis Jalan yang terintegrasi dengan sistem
angkutan perkotaan dan antar kota.
e. Pembangunan dan peningkatan terminal
penumpang.
16. Ketentuan Pasal 23 diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 23
(1) Pembangunan dan peningkatan terminal
penumpang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22
huruf e meliputi:
a. Pembangunan dan Peningkatan kapasitas dan
kualitas terminal tipe A di Pondok Cabe
Kecamatan Pamulang;
b. Pembangunan terminal tipe B di Kecamatan
Ciputat;
c. Pembangunan dan Peningkatan kapasitas dan
kualitas terminal tipe C meliputi:
1. Terminal Tipe C BSD Sektor 1 (satu) di
kecamatan Serpong;
2. Terminal Tipe C Stasiun Rawabuntu di
kecamatan Serpong;
3. Terminal Tipe C Stasiun Pondok Ranji di
kecamatan Ciputat Timur;
4. Terminal Tipe C Stasiun Sudimara di
kecamatan Ciputat;
5. Terminal Tipe C Stasiun Serpong di
Kecamatan Serpong; dan
6. Terminal Tipe C Pasar Modern BSD di
Kecamatan Serpong.
- 32 -

d. Rencana pengembangan terminal yang


terintegrasi dengan jaringan transportasi
angkutan umum massal perkotaan dan antar
kota.
(2) Penyediaan fasilitas parkir kendaraan pribadi
dengan konsep park and ride di terminal.
(3) Pembangunan Kawasan TOD skala sub kota di
terminal Pondok Cabe.
(4) Rencana pengembangan Kawasan TOD pada
rencana pengembangan terminal yang terintegrasi
dengan jaringan transportasi angkutan umum
massal perkotaan dan antar kota.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai rencana kawasan
TOD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dirinci
dalam Rencana Detail Tata Ruang.
17. Ketentuan Pasal 24 dihapus.

18. Ketentuan Pasal 25 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 25
(1) Sistem jaringan kereta api sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 ayat (1) huruf b meliputi:
a. jaringan jalur kereta api, termasuk kereta rel
listrik, kereta bawah tanah, monorel; dan
b. stasiun penumpang.
(2) Jaringan jalur kereta api sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. Peningkatan kapasitas dan kualitas jaringan
jalur kereta api antar kota pada jalur Tanah
Abang – Serpong – Maja;
b. Pembangunan jaringan jalur kereta api antar
kota meliputi:
1. jalur Serpong – Tangerang – Bandara
Soekarno Hatta; dan
2. jalur lebak bulus – ciputat – pamulang –
rawa buntu.
c. Pembangunan jaringan jalur kereta api
perkotaan meliputi:
1. jalur lebak bulus – ciputat – bintaro; dan
2. jalur Bintaro – Serpong Utara.
d. Rencana pengembangan jaringan jalur kereta
api yang terintegrasi dengan sistem angkutan
umum massal perkotaan dan antar kota.
- 33 -

(3) pembangunan dan peningkatan stasiun


Pengembangan stasiun penumpang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. penumpang yang terintegrasi dengan kawasan
TOD meliputi:
1. stasiun Serpong di Kecamatan Serpong;
2. stasiun Rawa Buntu di Kecamatan
Serpong;
3. stasiun Sudimara di Kecamatan Ciputat;
4. stasiun Jurangmangu di Kecamatan
Ciputat; dan
5. stasiun Pondok Ranji di Kecamatan
Ciputat Timur.
b. Rencana pengembangan stasiun penumpang
yang terintegrasi dengan sistem angkutan
umum massal perkotaan dan antar kota serta
pengembangan Kawasan TOD;
c. Penyediaan fasilitas parkir kendaraan pribadi
dengan konsep park and ride di stasiun;
d. Pengembangan kawasan TOD di stasiun,
meliputi:
1. Kawasan TOD skala kota berada pada
stasiun Rawa Buntu dan stasiun
Jurangmangu; dan
2. Kawasan TOD skala sub kota berada pada
stasiun Serpong, Stasiun Sudimara,
Stasiun Pondok Ranji.
e. Rencana pengembangan Kawasan TOD pada
rencana pengembangan stasiun yang
terintegrasi dengan jaringan transportasi
angkutan umum massal perkotaan dan antar
kota; dan
f. Ketentuan lebih lanjut mengenai rencana
kawasan TOD sebagaimana dimaksud dalam
huruf d dirinci dalam Rencana Detail Tata
Ruang.
(4) Rencana sistem jaringan kereta api digambarkan
dalam Peta Rencana Sistem Jaringan Kereta Api
dengan tingkat ketelitian 1:25.000 (satu berbanding
dua puluh lima ribu) sebagaimana tercantum
dalam Lampiran IV yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
- 34 -

19. Ketentuan Pasal 26 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 26
(1) Rencana sistem jaringan transportasi udara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2)
huruf b meliputi:
a. tatanan kebandarudaraan; dan
b. ruang udara untuk penerbangan.
(2) Tatanan kebandarudaraan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a meliputi Bandar Udara
Khusus Pondok Cabe di Kecamatan Pamulang.
(3) Ruang udara untuk penerbangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. KKOP Bandara Pondok Cabe sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan;
b. KKOP Lapangan Terbang Rumpin sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangan;
dan
c. Penataan dan pengendalian pemanfaatan
ruang kota dalam KKOP mengacu pada
ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
(4) Rencana sistem jaringan transportasi udara
digambarkan dalam Peta digambarkan dalam peta
rencana sistem jaringan transportasi udara dengan
tingkat ketelitian 1:25.000 (satu berbanding dua
puluh lima ribu) sebagaimana tercantum dalam
Lampiran V yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

20. Ketentuan Pasal 27 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 27
(1) Rencana sistem jaringan energi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) huruf b meliputi:
a. jaringan infrastruktur gas bumi;
b. jaringan infrastruktur ketenagalistrikan; dan
c. penyediaan energi alternatif.
(2) Jaringan infrastruktur gas bumi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:
a. wilayah jaringan distribusi kota sesuai dengan
Rencana Induk Jaringan Transmisi dan
Distribusi Gas Bumi Nasional di Kecamatan
Pamulang, Kecamatan Ciputat, Kecamatan
Serpong, dan Kecamatan Serpong Utara; dan
- 35 -

b. pengembangan pelayanan energi gas untuk


transportasi melalui pengadaan Stasiun
Pengisian Bahan Bakar Gas pada jalan-jalan
arteri dan kolektor.
(3) Jaringan infrastruktur ketenagalistrikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
meliputi:
a. pengembangan jaringan transmisi tenaga
listrik untuk menyalurkan tenaga listrik antar
sistem meliputi:
1. jaringan transmisi SUTET yang melintasi
Kecamatan Setu; dan
2. pengembangan jaringan transmisi SUTT
yang melintasi Kecamatan Pamulang,
Kecamatan Ciputat, Kecamatan Serpong,
Kecamatan Serpong Utara, Kecamatan
Pondok Aren, Kecamatan Setu dan
Kecamatan Ciputat Timur.
b. gardu induk yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari transmisi tenaga listrik, di
Kecamatan Serpong, Kecamatan Setu,
Kecamatan Ciputat, Kecamatan Ciputat Timur
dan Kecamatan Pondok Aren;
c. pengadaan gardu distribusi di seluruh wilayah
kota;
d. pengembangan jaringan transmisi SKTT atau
jaringan transmisi bawah tanah di seluruh
wilayah kota;
e. Pemerataan pelayanan penerangan jalan
umum pada seluruh lingkungan permukiman;
dan
f. peningkatan kualitas penerangan jalan umum.
(4) Penyediaan sumber energi alternatif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:
a. penyediaan energi listrik alternatif yang
berwawasan lingkungan terutama untuk
bangunan dengan kebutuhan energi listrik
yang besar, memanfaatkan tenaga surya dan
angin; dan
b. penyediaan sumber energi baru biogas yang
tersebar di seluruh kecamatan.
- 36 -

(5) Rencana pengembangan dan penyediaan jaringan


infrastruktur ketenagalistrikan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3) disesuaikan dengan
peraturan bidang kelistrikan yang berlaku.
(6) Rencana sistem jaringan energi digambarkan dalam
Peta Rencana Sistem Jaringan Energi tingkat
ketelitian 1:25.000 (satu berbanding dua puluh
lima ribu) sebagaimana tercantum dalam
Lampiran VI yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

21. Ketentuan Pasal 28 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 28
(1) Rencana sistem jaringan telekomunikasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1)
huruf c, meliputi pengembangan jaringan
telekomunikasi sistem kabel dan sistem nirkabel
yang menjangkau seluruh wilayah Kota.
(2) Pengembangan dan pemerataan jaringan
telekomunikasi sistem kabel yang menjangkau
seluruh wilayah kota sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi pengembangan jaringan
telekomunikasi bawah tanah untuk menjaga dan
meningkatkan kualitas ruang kota.
(3) Pengembangan dan pemerataan jaringan
telekomunikasi sistem nirkabel yang menjangkau
seluruh wilayah kota sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), meliputi:
a. penguatan signal jaringan Global Sistem for
Mobile (GSM) dan Code Division Multiple Access
(CDMA);
b. pengembangan dan penataan menara Base
Transceiver Station (BTS) secara terpadu di
wilayah Kota; dan
c. Ketentuan lebih lanjut mengenai
pengembangan dan penataan menara Base
Transceiver Station (BTS) dengan Peraturan
Walikota.
(4) Ketentuan penggunaan frekuensi pemancar radio
untuk menjamin kelancaran dan keamanan arus
penerbangan ditetapkan sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan.
- 37 -

(5) Rencana sistem jaringan telekomunikasi


digambarkan dalam Peta Rencana Sistem Jaringan
Telekomunikasi dengan tingkat ketelitian 1:25.000
sebagaimana tercantum dalam Lampiran VII yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.

22. Ketentuan Pasal 29 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 29
(1) Rencana sistem jaringan sumber daya air
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1)
huruf d dilaksanakan secara terpadu dan
berkelanjutan berdasarkan WS mengacu pada pola
dan rencana pengelolaan SDA WS Ciliwung-
Cisadane, yang merupakan WS lintas provinsi atau
merupakan kewenangan Pemerintah Pusat.
(2) Sistem jaringan sumber daya air yang dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
a. Sistem jaringan air baku; dan
b. Sistem pengendalian daya rusak.
(3) Sistem jaringan air baku yang dimaksud pada
ayat (2) huruf a meliputi:
a. Sumber air baku, meliputi sumber air
permukaan dan air tanah;
b. Sumber air permukaan meliputi sungai, mata
air, tampungan air alami dan tampungan
buatan meliputi:
1. Sungai pada DAS Angke-Pesanggrahan dan
DAS Cisadane;
2. Situ Legoso/ Situ Kuru seluas kurang lebih
0,54 (nol koma lima empat) hektar di
Kecamatan Ciputat Timur, Situ Pamulang
seluas kurang lebih 25,8 (dua puluh lima
koma delapan) hektar di Kecamatan
Ciputat dan Kecamatan Pamulang, Situ
Bungur seluas kurang lebih 2,91 (dua
koma sembilan satu) hektar di Kecamatan
Ciputat Timur, Situ Rompong seluas
kurang lebih 1,77 (satu koma tujuh tujuh)
hektar di Kecamatan Ciputat Timur, Situ
Parigi seluas kurang lebih 4,14 (empat
koma satu empat) hektar di Kecamatan
Pondok Aren, Situ Ciledug seluas kurang
- 38 -

lebih 23,05 (dua puluh tiga koma nol lima)


hektar di Kecamatan Pamulang, Situ Kayu
Antap 1,64 (satu koma enam empat) hektar
di Kecamatan Ciputat Timur, Situ Pondok
Jagung/Rawa Kutuk 7,59 (tujuh koma lima
sembilan) hektar di Kecamatan Serpong
Utara, dan Bendungan Gintung 22,57 (dua
puluh dua koma lima tujuh) hektar di
Kecamatan Ciputat Timur;
3. Kolam Tandon Air Ciater seluas kurang
lebih 2,45 (dua koma empat lima) hektar di
Kecamatan Serpong, Kolam Tandon Air
Jelupang 10,15 (sepuluh koma satu lima)
hektar di Kecamatan Serpong, Kolam
Tandon Air Telaga Biru Alam Sutera 6,91
(enam koma sembilan satu) hektar di
Kecamatan Serpong Utara, Kolam Tandon
Air BPI 0,72 (nol koma tujuh dua) hektar di
Kecamatan Pamulang, Kolam Tandon Air
Nusaloka seluas kurang lebih 0,61 (nol
koma enam satu) hektar di Kecamatan
Serpong, Kolam Tandon Air Jeletreng 1,09
(satu nol sembilan) hektar di Kecamatan
Serpong dan Kecamatan Setu, dan Kolam
Tandon Air lainnya yang tersebar di
seluruh kecamatan; dan
4. Bendungan Karian dan pengembangan
sumber air baku lainnya.
c. Sumber air tanah digunakan sebagai
conjunctive use pada kawasan yang tidak
memiliki atau terbatas sumber air
permukaannya, dengan mempertimbangkan
kondisi CAT, yang terdiri atas CAT Serang -
Tangerang yang merupakan CAT lintas
kabupaten/kota dan CAT Jakarta yang
merupakan CAT lintas provinsi;
d. Jaringan air baku meliputi saluran distribusi
dari sumber air hingga ke Instalasi Pengolahan
Air; dan
e. Penyediaan air baku untuk air bersih
diperuntukkan untuk kebutuhan domestik,
perkotaan dan industri.
- 39 -

(4) Sistem pengendalian daya rusak yang dimaksud


pada ayat (2) huruf b meliputi sistem pengendalian
banjir di sekitar Sungai Angke, Kali Serua,
Kali Ciputat, Kali Kedaung, Sungai Pesanggrahan,
situ dan kolam tandon air, melalui:
a. Pengembangan jalur hijau di sepanjang sungai,
kali, situ dan kolam tandon air;
b. pengendalian banjir jangka panjang dengan
pengerukan dan normalisasi sungai, kali, situ
dan saluran pembuang;
c. penetapan badan air berupa saluran dan
sungai sesuai peruntukannya;
d. rehabilitasi saluran drainase dengan
memperbesar saluran drainase serta
membongkar dan/atau mengganti utilitas yang
dapat mengganggu sistem drainase;
e. penataan dan/atau pelebaran sungai, kali dan
saluran pembuang;
f. penurapan dan pompanisasi sungai, kali, dan
saluran pembuang;
g. pembuatan kolam tandon air dan sumur
resapan di seluruh wilayah kota; dan
h. Sistem pengendalian banjir dilengkapi dengan
sistem peringatan dini.

23. Ketentuan Pasal 30 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 30
Rencana infrastruktur perkotaan sebagaimana
tercantum dalam Pasal 20 ayat (1) huruf e meliputi:
a. sistem penyediaan air minum;
b. sistem pengelolaan air limbah;
c. sistem jaringan persampahan;
d. sistem drainase;
e. sistem jaringan pejalan kaki;
f. sistem jaringan pesepeda;
g. sistem jaringan evakuasi bencana;
h. sistem proteksi kebakaran; dan
i. sistem perparkiran.
- 40 -

24. Ketentuan Pasal 31 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 31
(1) Sistem penyediaan air minum sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 30 huruf a meliputi:
a. jaringan perpipaan; dan
b. jaringan non-perpipaan.
(2) Jaringan perpipaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a meliputi:
a. pengembangan penyediaan air minum dilakukan
untuk memenuhi cakupan pelayanan minimal
50% (lima puluh persen) dari seluruh jumlah
penduduk;
b. pengembangan unit air baku yang
memanfaatkan air permukaan bersumber dari
Sungai Cisadane, Sungai Angke, Kali
Pesanggrahan, Bendungan Karian, situ, kolam
tandon air dan sumber air baku lainnya di Kota
Tangerang Selatan;
c. unit produksi air minum terdiri atas Instalasi
Pengolahan Air (IPA) yang berada di Kecamatan
Pamulang, Kecamatan Serpong, Kecamatan
Serpong Utara dan Kecamatan Pondok Aren, dan
Kecamatan Setu;
d. unit pelayanan air minum terdiri atas:
1. Zona I meliputi Kecamatan Serpong,
Kecamatan Serpong Utara;
2. Zona II meliputi Kecamatan Pondok Aren;
3. Zona III meliputi Kecamatan Ciputat,
Kecamatan Ciputat Timur dan Kecamatan
Pamulang; dan
4. Zona IV meliputi Kecamatan Setu dan
Sistem Pengelolaan Air Minum terpusat.
e. sistem penyediaan air minum jaringan
perpipaan unit produksi air minum terdiri atas
Instalasi Pengolahan Air (IPA) sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf c pengembangan
distribusinya diintegrasikan dengan sistem
jaringan jalan dan saluran; dan
f. pengembangan unit pelayanan air minum
dilakukan dengan mempertimbangkan optimasi
ruang, efisiensi dan efektifitas pelayanan.
- 41 -

(3) Jaringan non-perpipaan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. sistem penyediaan air minum jaringan non-
perpipaan hanya dilakukan pada wilayah yang
belum terlayani oleh Sistem Penyediaan Air
Minum perpipaan; dan
b. sistem penyediaan air minum jaringan non-
perpipaan berbentuk individual, dan komunal
dilakukan dengan mempertimbangkan optimasi
spasial, efektifitas dan efisien.
(4) penyediaan air minum diarahkan pada peningkatan
pelayanan 100% (seratus persen) sampai akhir
tahun 2031.
(5) Pengembangan sistem penyediaan air minum
dilakukan melalui:
a. peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha
(swasta) dalam penyelenggaraan sistem
penyediaan air minum mengacu pada peraturan
yang berlaku; dan
b. peningkatan kerjasama dengan daerah
sekitarnya terkait rencana pengembangan
penyediaan pelayanan maupun sumber air
bakunya mengacu pada peraturan yang berlaku.
(6) Ketentuan lebih rinci mengenai sistem penyediaan
air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
(7) Rencana sistem penyediaan air minum digambarkan
dalam Peta Rencana Sistem penyediaan air minum
dengan tingkat ketelitian 1:25.000 (satu banding
dua puluh lima ribu) sebagaimana tercantum dalam
Lampiran VIII yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

25. Ketentuan Pasal 32 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 32
(1) Sistem pengelolaan air limbah sebagaimana
dimaksud Pasal 30 huruf b meliputi:
a. sistem pembuangan air limbah (sewage)
termasuk sistem pengolahan berupa:
1. Instalasi pengolahan air limbah (IPAL)
meliputi seluruh wilayah kota;
- 42 -

2. IPAL setempat untuk pengelolaan limbah


cair dari kegiatan rumah sakit, industri,
hotel dan limbah domestik dari kegiatan/
dan atau usaha seperti mall, apartemen,
restoran sesuai dengan baku mutu air
limbah;
3. Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) di
Kecamatan Setu; dan
4. pembangunan IPLT baru.
b. sistem pembuangan air limbah rumah tangga
(sewerage) baik individual maupun komunal
meliputi:
1. dilakukan secara individual dengan tangki
septik tersebar di seluruh wilayah kota; dan
2. dilakukan secara komunal pada kawasan
permukiman dan perumahan.
(2) Pengembangan sistem pengelolaan air limbah
dilakukan melalui:
a. peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha
(swasta) mengacu pada peraturan yang berlaku;
dan
b. peningkatan kerjasama dengan daerah
sekitarnya mengacu pada peraturan yang
berlaku.
(3) Ketentuan lebih rinci mengenai sistem pengelolaan
air limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
(4) Rencana sistem pengelolaan air limbah digambarkan
dalam Peta Rencana Sistem Pengelolaan Air Limbah
dengan tingkat ketelitian 1:25.000 sebagaimana
tercantum dalam Lampiran IX yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.

26. Ketentuan Pasal 33 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 33
(1) Rencana sistem jaringan persampahan sebagaimana
dimaksud Pasal 30 huruf c, meliputi:
a. Optimalisasi pemanfaatan TPA Cipeucang
dengan inovasi teknologi yang tepat guna dan
berwawasan lingkungan;
- 43 -

b. Pengembangan TPA dapat melalui pengadaan


TPA baru yang menggunakan sistem
pemrosesan sampah ramah lingkungan
berbasis teknologi dan/ atau kerjasama TPA
regional; dan
c. Pengadaan TPS dan/ atau TPST pada setiap
Kelurahan.
(2) Peningkatan akses pelayanan pengelolaan
persampahan hingga mencapai cakupan minimal 80
(delapan puluh) persen dari seluruh jumlah
penduduk.
(3) Upaya reduksi timbulan sampah dilaksanakan
melalui:
a. penetapan target pengurangan sampah secara
bertahap dalam jangka waktu tertentu;
b. kegiatan menggunakan kembali dan mendaur
ulang; dan
c. memfasilitasi pemasaran produk-produk daur
ulang.
(4) Pengembangan sistem jaringan persampahan
sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat dilakukan
melalui:
a. peningkatan peran masyarakat dan dunia
usaha (swasta) mengacu pada peraturan yang
berlaku; dan
b. peningkatan kerjasama dengan daerah
sekitarnya mengacu pada peraturan yang
berlaku.
(5) Pengelolaan Kandungan Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) dengan teknologi dan metode
pemrosesan yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan-undangan.
(6) Ketentuan lebih rinci mengenai sistem jaringan
persampahan diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Walikota.
(7) Rencana sistem jaringan persampahan digambarkan
dalam Peta Rencana Sistem Jaringan Persampahan
dengan tingkat ketelitian 1:25.000 (satu banding
dua puluh lima ribu) sebagaimana tercantum dalam
Lampiran X yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
- 44 -

27. Ketentuan Pasal 34 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 34
(1) Sistem drainase sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 30 huruf d di seluruh wilayah kota meliputi
saluran drainase utama, drainase lingkungan, dan
drainase jalan yang terintegrasi dari hulu hingga
hilir.
(2) Ketentuan lebih rinci mengenai sistem drainase
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Walikota.
(3) Rencana sistem drainase digambarkan dalam Peta
Rencana Sistem Drainase dengan tingkat ketelitian
1:25.000 (satu banding dua puluh lima ribu)
sebagaimana tercantum dalam Lampiran XI yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.

28. Ketentuan Pasal diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 35
(1) Sistem jaringan pejalan kaki sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 30 huruf e berupa ruas pejalan kaki
yang terintegrasi dengan sistem transportasi darat
dan memperhatikan kebutuhan penyandang
disabilitas.
(2) Penyediaan ruas pejalan kaki sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) meliputi:
a. pedestrian;
b. penyeberangan sebidang berupa tempat
penyeberangan yang dinyatakan dengan marka;
dan
c. penyeberangan tidak sebidang berupa jembatan
penyeberangan dan penyeberangan bawah
tanah.
(3) Penyediaan dan pengembangan pedestrian
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf a
meliputi:
a. penyediaan lahan bagi pedestrian di setiap
jalan, kecuali jalan tol;
b. penyediaan lahan bagi pedestrian yang baru,
dapat dilakukan bersamaan dengan rencana
peningkatan dan pembangunan jalan; dan
c. penyediaan pedestrian di Kawasan TOD.
- 45 -

(4) Penyediaan penyeberangan sebidang sebagaimana


dimaksud dalam ayat (2) huruf b meliputi:
a. Penyediaan penyeberangan sebidang pada kaki
persimpangan yang dikendalikan dengan lampu
lalu lintas atau tanpa lampu lalu lintas; dan
b. Penyediaan penyeberangan sebidang pada ruas
jalan yang dikendalikan dengan lampu lalu
lintas atau tanpa lampu lalu lintas.
(5) Penyediaan penyeberangan tidak sebidang
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf c,
meliputi:
a. Penyediaan penyeberangan tidak sebidang
ditempatkan pada lokasi dengan volume arus
lalu lintas dan pejalan kaki yang menyeberang
tinggi; dan
Penyediaan penyeberangan tidak sebidang pada
lokasi penyeberangan sebidang yang tersedia
sudah mengganggu lalu lintas yang ada.
(6) Rencana sistem jaringan pejalan kaki digambarkan
dalam Peta Rencana sistem jaringan Pejalan Kaki
dengan tingkat ketelitian 1:25.000 (satu berbanding
dua puluh lima ribu) sebagaimana tercantum dalam
Lampiran XII yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

29. Ketentuan Pasal 36 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 36
(1) Sistem jaringan pesepeda sebagaimana dimaksud
Pasal 30 huruf f meliputi jalur sepeda dan
prasarana pesepeda.
(2) Penyediaan dan pengembangan jalur sepeda
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi:
a. penyediaan lahan bagi jalur sepeda di setiap
jalan, kecuali jalan tol;
b. penyediaan lahan bagi jalur sepeda yang baru,
dapat dilakukan bersamaan dengan rencana
peningkatan dan pembangunan jalan; dan
c. penyediaan jalur sepeda di Kawasan TOD.
(3) Penyediaan dan pemanfaatan prasarana sepeda
berupa bike sharing sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) meliputi:
a. halte;
b. stasiun;
- 46 -

c. terminal; dan
d. kawasan TOD.
(4) penyediaan sistem jaringan pesepeda tetap
mempertimbangkan segi keselamatan, keamanan,
kenyamanan dan kelancaran serta terintegrasi
dengan sistem transportasi darat.
(5) penyediaan sistem jaringan pesepeda tetap
memperhatikan kebutuhan bagi penyandang
disabilitas.
(6) Rencana sistem jaringan pesepeda digambarkan
dalam Peta Rencana Sistem Jaringan Pesepeda
dengan tingkat ketelitian 1:25.000 (satu berbanding
dua puluh lima ribu) sebagaimana tercantum dalam
Lampiran XIII yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

30. Ketentuan Pasal 37 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 37
(1) Sistem jaringan evakuasi bencana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 30 huruf g meliputi jalur
evakuasi bencana dan ruang evakuasi bencana.
(2) Jenis rawan bencana yang potensial terjadi di Kota
Tangerang Selatan meliputi rawan banjir, rawan
tanah longsor, dan rawan gagal teknologi yaitu
rawan bencana ledakan pipa gas, rawan bencana
ledakan gudang senjata dan rawan bencana nuklir.
(3) Jalur evakuasi bencana sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi jalur keluar dan titik kumpul.
(4) Jalan yang ditetapkan sebagai jalur keluar
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi jalan
di sekitar wilayah rawan bencana yang mengarah ke
titik kumpul terdiri atas:
a. Jalur evakuasi bencana banjir, yaitu:
1. Jalan Akses Tandon;
2. Jalan Alam Sutera Boulevard;
3. Jalan Ambon;
4. Jalan Angsana Raya;
5. Jalan Aria Putra;
6. Jalan Artowijoyo;
7. Jalan Batam;
8. Jalan Bhakti Karya;
- 47 -

9. Jalan Bhayangkara 1;
10. Jalan Bhayangkara Raya;
11. Jalan Bintaro Utama 3A;
12. Jalan Bintaro Utama 5;
13. Jalan Boulevard Bintaro Jaya;
14. Jalan Boulevard Graha Raya;
15. Jalan Boulevard Silk Town;
16. Jalan BSD Bintaro;
17. Jalan BSD Boulevard Utara;
18. Jalan BSD Grand Boulevard;
19. Jalan Buaran Timur;
20. Jalan Ceger Raya;
21. Jalan Cendrawasih UPJ;
22. Jalan Cirendeu Raya;
23. Jalan Cut Mutia II;
24. Jalan Dewi Sartika;
25. Jalan Dr Setiabudi;
26. Jalan Emerald Boulevard;
27. Jalan Graha Bunga;
28. Jalan Graha Raya;
29. Jalan Griya Loka Raya;
30. Jalan Gunung Raya;
31. Jalan Ir. H. Juanda;
32. Jalan Jalur Sutera;
33. Jalan Japos Raya;
34. Jalan Jelupang Raya;
35. Jalan Jombang Raya;
36. Jalan Kademangan Curug;
37. Jalan Kademangan Lebak;
38. Jalan Kalimantan;
39. Jalan Kertamukti;
40. Jalan Ki Hajar Dewantoro;
41. Jalan Lengkong Karya;
42. Jalan Lengkong Wetan;
43. Jalan Lingkar Jaya;
44. Jalan Menteng Raya;
45. Jalan Momonggor;
46. Jalan Otto Iskandar Dinata;
47. Jalan Pahlawan;
48. Jalan Pahlawan Seribu;
49. Jalan Pajajaran;
50. Jalan Perumahan Savia;
- 48 -

51. Jalan Pesantren;


52. Jalan Pondok Betung;
53. Jalan Pondok Cabe Raya;
54. Jalan Pondok Kacang Prima;
55. Jalan Promoter;
56. Jalan Pusaka Kencana;
57. Jalan Raden Fatah;
58. Jalan Raya Pondok Aren;
59. Jalan Raya Puspitek;
60. Jalan Raya Serpong;
61. Jalan RE Martadinata;
62. Jalan Setu Raya;
63. Jalan Siliwangi;
64. Jalan SKKI;
65. Jalan Sumatera;
66. Jalan Sutan Syahrir - Sawah Baru;
67. Jalan Sutera Utama;
68. Jalan Talas III;
69. Jalan Tegal Rotan Raya;
70. Jalan Teuku Umar;
71. Jalan Titian;
72. Jalan Wana Kencana;
73. Jalan UPJ;
74. Simpang Jalan Raya Serpong - Alam
Sutera;
75. Terusan Jalan Jembatan Kranggan –
Momonggor; dan
76. Terusan Jalan Promoter.
b. Jalur evakuasi bencana longsor, yaitu:
1. Jalan Al Hikmah;
2. Jalan Ambon;
3. Jalan Batam;
4. Jalan Cabe V;
5. Jalan Cendana Residence;
6. Jalan Ciater Raya;
7. Jalan Cireundeu Raya;
8. Jalan Kademangan Curug;
9. Jalan Kademangan Lebak;
10. Jalan Kertamukti;
11. Jalan Lingkar Puspem;
12. Jalan Lingkar Selatan;
13. Jalan Maruga Raya;
14. Jalan Momonggor;
- 49 -

15. Jalan Perumahan Savia;


16. Jalan Pondok Cabe Raya;
17. Jalan Purnawarman;
18. Jalan Raya Puspitek;
19. Jalan Raya Serpong;
20. Jalan Raya South City;
21. Jalan Serpong Lagoon;
22. Jalan Tarumanegara;
23. Jalan Terusan Waru;
24. Terusan Jalan Jembatan Kranggan –
Momonggor;
25. Terusan Jalan Persatuan - Al Hikmah;
26. Terusan Jalan Persatuan – Al Hikmah;
27. Terusan Jalan Savia – Persatuan; dan
28. Terusan Serpong Lagoon – Momonggor.
c. Jalur evakuasi bencana ledakan gudang
senjata, yaitu:
1. Jalan Bintaro Utama 3A;
2. Jalan Ceger Raya;
3. Jalan Pondok Betung; dan
4. Jalan Pondok Betung Raya.
d. Jalur evakuasi bencana ledakan pipa gas
menggunakan jaringan Jalan nasional, provinsi
dan kota menuju pusat pelayanan kesehatan;
dan
e. Jalur evakuasi bencana nuklir, yaitu:
1. Jalan Alam Sutera Boulevard;
2. Jalan Benda Raya;
3. Jalan Bhayangkara Raya;
4. Jalan Cisauk;
5. Jalan Dr. Setiabudi;
6. Jalan Jalur Sutera;
7. Jalan Lingkar CBD BSD;
8. Jalan Lingkar Puspem;
9. Jalan Lingkar Selatan;
10. Jalan Pahlawan Seribu;
11. Jalan Parakan;
12. Jalan Pondok Cabe Raya;
13. Jalan Raya Puspitek;
14. Jalan Raya Serpong;
15. Jalan Siliwangi;
16. Jalan Sodetan Muncul; dan
17. Jalan Surya Kencana.
- 50 -

(5) Titik kumpul sebagaimana dimaksud pada ayat (3)


meliputi RTH Lapangan, sarana prasarana umum
seperti sarana pendidikan, sarana kesehatan dan
perkantoran pemerintah.
(6) Ruang evakuasi bencana sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi RTH Lapangan, sarana
prasarana umum seperti sarana pendidikan,
sarana kesehatan dan perkantoran pemerintah.
(7) Rencana sistem jaringan evakuasi bencana
digambarkan dalam Peta Rencana Sistem
Jaringan Evakuasi Bencana Nuklir dengan tingkat
ketelitian 1:25.000 (satu berbanding dua puluh
lima ribu) sebagaimana tercantum dalam
Lampiran XIV.A yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(8) Rencana sistem jaringan evakuasi bencana
digambarkan dalam Peta Rencana Sistem
Jaringan Evakuasi Bencana Ledakan Gudang
Senjata dengan tingkat ketelitian 1:25.000 (satu
berbanding dua puluh lima ribu) sebagaimana
tercantum dalam Lampiran XIV.B yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
(9) Rencana sistem jaringan evakuasi bencana
digambarkan dalam Peta Rencana Sistem
Jaringan Evakuasi Bencana Longsor dengan
tingkat ketelitian 1:25.000 (satu berbanding dua
puluh lima ribu) sebagaimana tercantum dalam
Lampiran XIV.C yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(10) Rencana sistem jaringan evakuasi bencana
digambarkan dalam Peta Rencana Sistem
Jaringan Evakuasi Bencana Banjir dengan tingkat
ketelitian 1:25.000 (satu berbanding dua puluh
lima ribu) sebagaimana tercantum dalam
Lampiran XIV.D yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
- 51 -

31. Ketentuan ayat (2) Pasal 40 diubah, sehingga Pasal 40


berbunyi sebagai berikut:
Pasal 40
(1) Rencana Pola Ruang Wilayah Kota, diwujudkan
melalui :
a. rencana pengembangan Kawasan Lindung; dan
b. rencana pengembangan Kawasan Budi Daya.
(2) Rencana Pola Ruang Wilayah Kota digambarkan
dalam Peta Rencana Pola Ruang dengan tingkat
ketelitian 1:25.000 sebagaimana tercantum dalam
Lampiran XV yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
32. Ketentuan Pasal 42 diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 42
(1) Kawasan perlindungan setempat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 41 huruf a seluas kurang
lebih 193,42 (seratus sembilan puluh tiga empat
dua) hektar, meliputi:
a. kawasan sempadan situ sesuai dengan
peraturan yang berlaku;
b. kawasan sempadan sungai dan/atau kali
dan/atau saluran pembuang meliputi:
1. sempadan Sungai Cisadane;
2. sempadan Sungai Angke;
3. sempadan Sungai Pesanggrahan; dan
4. anak kali atau saluran pembuang.
c. garis sempadan sungai tidak bertanggul di
dalam kawasan perkotaan, ditentukan:
1. paling sedikit berjarak 10 (sepuluh) meter
dari tepi kiri dan kanan palung sungai
sepanjang alur sungai, dalam hal
kedalaman sungai kurang dari atau sama
dengan 3 (tiga) meter;
2. paling sedikit berjarak 15 (lima belas)
meter dari tepi kiri dan kanan palung
sungai sepanjang alur sungai, dalam hal
kedalaman sungai lebih dari 3 (tiga) meter
sampai dengan 20 (dua puluh) meter; dan
3. paling sedikit berjarak 30 (tiga puluh)
meter dari tepi kiri dan kanan palung
sungai sepanjang alur sungai, dalam hal
kedalaman sungai lebih dari 20 (dua
puluh) meter.
- 52 -

d. garis sempadan sungai bertanggul di dalam


kawasan perkotaan sebagaimana ditentukan
paling sedikit berjarak 3 (tiga) meter dari tepi
luar kaki tanggul sepanjang alur sungai;
e. garis sempadan situ ditentukan paling sedikit
berjarak 50 (lima puluh) meter dari tepi muka
air tertinggi yang pernah terjadi;
f. kawasan sekitar sempadan situ ditetapkan
paling kurang 50 (lima puluh) meter dari tepi
badan situ; dan
g. kawasan sekitar sempadan kolam tandon air
ditetapkan oleh instansi teknis terkait.
(2) Rencana pengembangan kawasan perlindungan
setempat meliputi:
a. mempertahankan fungsi sempadan situ,
sempadan kolam tandon air, sempadan sungai/
kali dan mengendalikan perkembangannya;
b. mengembalikan fungsi sempadan situ,
sempadan kolam tandon air, sempadan sungai/
kali diseluruh wilayah kota sebagai RTH secara
bertahap; dan
c. merehabilitasi kawasan sempadan situ,
sempadan kolam tandon air, sempadan
sungai/kali yang mengalami penurunan fungsi.
(3) Rencana kawasan perlindungan setempat wilayah
kota digambarkan dalam Peta Rencana Kawasan
Perlindungan Setempat dengan tingkat ketelitian
1:25.000 (satu banding dua puluh lima ribu)
sebagaimana tercantum dalam Lampiran XVI yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.

33. Ketentuan Pasal 43 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 43
(1) Penyediaan RTH sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 41 huruf b meliputi:
a. RTH private; dan
b. RTH publik.
- 53 -

(2) Untuk mencapai luas RTH minimal 30% (tiga puluh


persen) dari luas wilayah kota atau seluas kurang
lebih 4.945,64 (empat ribu sembilan ratus empat
puluh lima koma enam empat) hektar, dilakukan
dengan cara:
a. Penyediaan RTH private minimal 10% (sepuluh
persen) dari luas wilayah kota atau seluas
kurang lebih 1.648 (seribu enam ratus empat
puluh delapan) hektar; dan
b. Penyediaan RTH publik sebesar 20% (dua
puluh persen) dari luas wilayah kota atau
seluas kurang lebih 3.297 (tiga ribu dua ratus
sembilan puluh tujuh) hektar.
(3) Penyediaan RTH private sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf a, meliputi halaman
pekarangan rumah, halaman perkantoran non
pemerintah, halaman pertokoan dan tempat usaha,
halaman kawasan industri, halaman kawasan
pergudangan, taman atap bangunan, lapangan golf.
(4) Penyediaan RTH publik sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b meliputi:
a. RTH lapangan yang tersebar di seluruh
Kecamatan;
b. RTH halaman terdiri atas halaman Gedung
Pusat Pemerintahan Kota, halaman
perkantoran pemerintahan, halaman sekolah
dan halaman fasilitas pelayanan umum yang
tersebar di seluruh Kecamatan;
c. RTH taman kota yang tersebar di seluruh
Kecamatan;
d. RTH taman jalan dan jalur hijau jalan yang
tersebar di seluruh Kecamatan;
e. RTH pemakaman yang tersebar di seluruh
Kecamatan;
f. RTH hutan kota di Kecamatan Setu;
g. RTH sempadan sungai/kali, situ/embung/
pond/kolam tendon air, pengaman jalur
kereta api, pengaman jalur pipa gas, dan
SUTT/SUTET, tersebar di seluruh Kecamatan;
h. RTH pada kawasan pengembangan yang
merupakan bagian dari sarana, prasarana dan
utilitas kawasan; dan
i. RTH taman lingkungan yang tersebar di
seluruh kelurahan dan kecamatan.
- 54 -

(5) Rencana penyediaan RTH digambarkan dalam Peta


Rencana Kawasan RTH dengan tingkat ketelitian
1:25.000 (satu banding dua puluh lima ribu)
sebagaimana tercantum dalam Lampiran XVII yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.

34. Ketentuan Pasal 44 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 44
(1) Kawasan rawan bencana alam sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 41 huruf c meliputi:
a. kawasan rawan bencana banjir;
b. kawasan rawan bencana longsor; dan
c. kawasan rawan bencana gagal teknologi,
meliputi Kawasan rawan bencana radiasi
nuklir, ledakan pipa gas dan ledakan gudang
senjata).
(2) Kawasan rawan bencana banjir sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a tersebar di seluruh
kecamatan.
(3) Kawasan rawan bencana longsor sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b di Kecamatan
Pamulang, Kecamatan Setu, Kecamatan Serpong,
Kecamatan Ciputat dan Kecamatan Ciputat Timur.
(4) Kawasan rawan bencana gagal teknologi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
meliputi:
a. Kawasan Rawan radiasi nuklir sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berpusat di kawasan
Puspiptek, Kecamatan Setu dengan sebaran
radiasi meliputi 0,5-5 km (nol koma lima
sampai lima kilometer) dari dinding terluar
bangunan reaktor meliputi Kecamatan Setu,
Kecamatan Serpong dan Kecamatan
Pamulang;
b. Kawasan rawan ledakan pipa gas berada pada
jaringan pipa gas di Kota Tangerang Selatan
yang melewati Kecamatan Pamulang,
Kecamatan Ciputat, Kecamatan Serpong dan
Serpong Utara; dan
- 55 -

c. Kawasan rawan ledakan senjata api dan


mesiu berpusat di Resimen Arhanud Kodam
Jaya Pesanggrahan DKI Jakarta yang
berbatasan dengan Kecamatan Pondok Aren.
(5) Kawasan rawan bencana digambarkan dalam Peta
Kawasan Rawan Bencana Radiasi Nuklir dengan
tingkat ketelitian 1:25.000 (satu banding dua
puluh lima ribu) sebagaimana tercantum dalam
lampiran XVIII.A yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(6) Kawasan rawan bencana digambarkan dalam Peta
Kawasan Rawan Bencana Ledakan Gudang Senjata
dengan tingkat ketelitian 1:25.000 (satu banding
dua puluh lima ribu) sebagaimana tercantum
dalam lampiran XVIII.B yang merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(7) Kawasan rawan bencana digambarkan dalam Peta
Kawasan Rawan Bencana Longsor dengan tingkat
ketelitian 1:25.000 (satu banding dua puluh lima
ribu) sebagaimana tercantum dalam lampiran
XVIII.C yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(8) Kawasan rawan bencana digambarkan dalam Peta
Kawasan Rawan Bencana Banjir dengan tingkat
ketelitian 1:25.000 (satu banding dua puluh lima
ribu) sebagaimana tercantum dalam lampiran
XVIII.D yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

35. Ketentuan Pasal 45 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 45
(1) Kawasan cagar budaya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 41 huruf d meliputi:
a. Bangunan peristiwa Lengkong di Kecamatan
Serpong Utara;
b. Tugu pernyataan rakyat Serpong di
Kecamatan Serpong;
c. Makam Kramat Tajug di Kecamatan Serpong;
dan
d. Klenteng Boey Han Bio di Kecamatan Serpong.
- 56 -

(2) Ketentuan lebih rinci mengenai pengembangan


kawasan cagar budaya diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Walikota.
36. Ketentuan Pasal 46 diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 46
Rencana pengembangan kawasan budidaya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (1) huruf b
meliputi:
a. Kawasan pertanian;
b. Kawasan peruntukan industri;
c. Kawasan pariwisata;
d. Kawasan permukiman; dan
e. Kawasan pertahanan dan keamanan.
37. Ketentuan Pasal 47 diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 47
(1) Kawasan pertanian sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 46 huruf a merupakan kawasan hortikultura
seluas kurang lebih 27,07 (dua puluh tujuh koma
nol tujuh) hektar di Kecamatan Setu, Kecamatan
Serpong, dan Kecamatan Ciputat.
(2) Ketentuan lebih rinci mengenai pengembangan
kawasan pertanian diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Walikota.
38. Diantara Pasal 47 dan Pasal 48 disisipkan 1 (satu) pasal
yaitu Pasal 47A yang berbunyi sebagai berikut:
Pasal 47A
(1) Kota Tangerang Selatan tidak diarahkan untuk
menjadi kawasan pertanian.
(2) Lahan pertanian di Kota Tangerang Selatan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
(3) Apabila terjadi perubahan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) maka pola ruang mengikuti
sekitarnya.
39. Ketentuan Pasal 48 diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 48
(1) Kawasan peruntukan industri sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 46 huruf b seluas kurang
lebih 242,45 (dua ratus empat puluh dua koma
empat lima) hektar meliputi kawasan industri dan
sentra industri kecil dan menengah.
- 57 -

(2) Peruntukan kawasan industri dipusatkan pada


kawasan industri Taman Tekno di Kecamatan Setu
dan kawasan industri Multiguna Kecamatan
Serpong Utara seluas kurang lebih 220,25 (dua
ratus dua puluh koma dua lima) hektar.
(3) Sentra industri kecil dan menengah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) seluas kurang lebih 22,20
(dua puluh dua koma dua nol) hektar tersebar di
seluruh kecamatan.
40. Ketentuan Pasal 49 diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 49
(1) Kawasan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 46 huruf c seluas kurang lebih 5,97 (lima
koma sembilan tujuh) hektar di Kecamatan
Serpong.
(2) Pengembangan kawasan pariwisata, meliputi:
a. pengembangan wisata alam dan rekreasi
diarahkan di Kecamatan Setu, Kecamatan
Serpong, kecamatan Serpong Utara,
Kecamatan Ciputat Timur, dan Kecamatan
Pamulang;
b. pengembangan wisata belanja diarahkan di
Kecamatan Pondok Aren, Kecamatan Serpong,
dan Kecamatan Ciputat Timur; dan
c. pengembangan wisata kuliner di Kecamatan
Serpong, Kecamatan Serpong Utara dan
Kecamatan Pondok Aren.
(3) Ketentuan lebih rinci mengenai pengembangan
kawasan pariwisata diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Walikota.
41. Ketentuan Pasal 50 diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 50
Kawasan permukiman sebagaiman dimaksud dalam
Pasal 46 huruf d direncanakan seluas kurang lebih
15.279,16 (lima belas ribu dua ratus tujuh puluh
sembilan koma satu enam) hektar tersebar di seluruh
wilayah kota meliputi:
a. Kawasan perumahan direncanakan seluas kurang
lebih 10.281,71 (sepuluh ribu dua ratus delapan
puluh satu koma tujuh satu) hektar meliputi:
1. Kawasan perumahan untuk perumahan
vertikal; dan
- 58 -

2. Kawasan perumahan untuk perumahan


horizontal.
b. Kawasan perdagangan dan jasa direncanakan pada
pusat-pusat bisnis dan sepanjang koridor jalan
direncanakan seluas kurang lebih 3.255,32 (tiga
ribu dua ratus lima puluh lima koma tiga dua)
hektar;
c. Kawasan perkantoran direncanakan seluas kurang
lebih 293,45 (dua ratus sembilan puluh tiga koma
empat lima) Hektar meliputi:
1. kawasan peruntukan perkantoran pemerintah
di Kecamatan Ciputat, Kecamatan Setu,
Kecamatan Serpong, kantor Kecamatan
tersebar di setiap kecamatan, kantor kelurahan
tersebar di setiap kelurahan; dan
2. kawasan Puspiptek di Kecamatan Setu.
d. Kawasan pendidikan direncanakan seluas kurang
lebih 306,08 (tiga ratus enam koma nol delapan)
hektar meliputi:
1. kawasan pendidikan yang tersebar di seluruh
kecamatan; dan
2. kawasan pendidikan militer di Kecamatan
Serpong dan Kecamatan Serpong Utara.
e. Kawasan kesehatan direncanakan seluas kurang
lebih 11,98 (sebelas koma sembilan delapan) hektar
yang tersebar di kecamatan;
f. Kawasan RTNH direncanakan seluas kurang lebih
880,14 (delapan ratus delapan puluh koma satu
empat) hektar yang tersebar di seluruh kecamatan;
g. Tempat evakuasi bencana;
h. Kawasan peribadatan direncanakan seluas kurang
lebih 4,75 (empat koma tujuh lima) hektar yang
tersebar di seluruh kecamatan;
i. Kawasan olahraga direncanakan seluas kurang
lebih 74,31 (tujuh puluh empat koma tiga satu)
hektar yang tersebar di kecamatan; dan
j. Kawasan transportasi, direncanakan seluas kurang
lebih 171,43 (seratus tujuh puluh satu koma empat
tiga) hektar meliputi terminal dan Bandar udara.
- 59 -

42. Ketentuan Pasal 51 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 51
Kawasan pertahanan dan keamanan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 46 huruf e, direncanakan seluas
kurang lebih 42,19 (empat puluh dua koma satu
sembilan) hektar meliputi:
a. Batalyon Kavaleri 9/Satya Dharma Kala
(Yonkav/Cobra) di Kecamatan Serpong Utara;
b. Batalyon Artileri Pertahanan Udara I/Purwa Braja
Cakti (Yon Arhanud 1/Rajawali) di Kecamatan
Serpong Utara;
c. Pusat Penerbangan Angkatan Darat di Kecamatan
Pamulang berada di dalam kawasan Bandar Udara
Khusus Pondok Cabe;
d. Satuan Brimob Detasemen C Pelopor di Kecamatan
Ciputat;
e. Komando Rayon Militer yang tersebar pada seluruh
Kecamatan di Kota; dan
f. Polisi Udara di Kecamatan Pamulang berada di
dalam kawasan Bandar Udara Khusus Pondok
Cabe.
43. Ketentuan Pasal 52 dihapus.
44. Ketentuan Pasal 53 dihapus.
45. Ketentuan Pasal 54 dihapus.
46. Ketentuan Pasal 55 dihapus.

47. Ketentuan Pasal 56 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 56
Kota Tangerang Selatan ditetapkan termasuk dalam
Kawasan Strategis Nasional Jabodetabekpunjur.

48. Ketentuan Pasal 57 dihapus.

49. Ketentuan Pasal 58 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 58
(1) Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Kota
merupakan perwujudan rencana struktur ruang
dan pola ruang.
(2) Arahan pemanfaatan ruang terdiri atas:
a. indikasi program utama;
- 60 -

b. indikasi sumber pendanaan;


c. indikasi pelaksana kegiatan; dan
d. waktu pelaksanaan.
(3) Indikasi program utama sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf a terdiri atas:
a. indikasi program utama perwujudan struktur
ruang; dan
b. indikasi program utama perwujudan pola
ruang.
(4) Indikasi sumber pendanaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b terdiri atas dana
Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kota,
Swasta dan Masyarakat.
(5) Indikasi pelaksana kegiatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf c terdiri atas Pemerintah,
Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kota, Swasta
dan/atau Masyarakat.
(6) Waktu pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf d terdiri atas 4 (empat) tahapan
meliputi:
a. tahap pertama, pada periode tahun 2011-2016;
b. tahap kedua, pada periode tahun 2017-2021;
c. tahap ketiga, pada periode tahun 2022-2026;
dan
d. tahap keempat, pada periode tahun 2026-
2031.
(7) Rincian Indikasi program utama, indikasi sumber
pendanaan, indikasi pelaksana kegiatan, dan waktu
pelaksanaan sebagaimana tercantum dalam
Lampiran XIX yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

50. Ketentuan Pasal 59 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 59
(1) Indikasi program utama perwujudan struktur
ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat
(3) huruf a meliputi indikasi program utama
perwujudan pusat kegiatan di wilayah kota dan
perwujudan sistem jaringan prasarana.
- 61 -

(2) Indikasi program utama perwujudan pusat kegiatan


di wilayah kota sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi:
a. PPK;
b. SPK; dan
c. PL.
(3) Perwujudan indikasi program utama perwujudan
sistem jaringan prasarana sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
a. Sistem jaringan transportasi;
b. Sistem jaringan energi;
c. Sistem jaringan telekomunikasi;
d. Sistem jaringan sumber daya air; dan
e. Sistem infrastruktur perkotaan.

51. Ketentuan Pasal 60 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 60
(1) Indikasi program utama perwujudan struktur
ruang tahap pertama pada periode tahun 2011-
2016 meliputi:
a. perwujudan Pusat Pelayanan Kota, Sub Pusat
Pelayanan Kota dan Pusat Lingkungan;
b. perwujudan sistem jaringan transportasi
meliputi:
1. peningkatan jaringan jalan nasional
fungsi kolektor primer satu (JKP 1);
2. peningkatan dan pembangunan jalan
bebas hambatan;
3. pengembangan jaringan jalan nasional
yang terintegrasi dengan jaringan
transportasi angkutan massal perkotaan
dan antar kota;
4. pembangunan akses tol/interchange,
jalan lingkar, simpang sebidang,
underpass, overpass, flyover, frontage
yang berada pada jalan nasional;
5. peningkatan dan pembangunan jaringan
jalan provinsi fungsi kolektor primer dua
(JKP 2);
6. pengembangan jaringan jalan provinsi
yang terintegrasi dengan jaringan
transportasi angkutan massal perkotaan
dan antar kota:
- 62 -

7. pembangunan akses tol/interchange,


jalan lingkar, simpang sebidang,
underpass, overpass, flyover, frontage
yang berada pada jalan provinsi;
8. peningkatan dan pembangunan jaringan
jalan kota fungsi Arteri Sekunder,
Kolektor Sekunder dan lokal;
9. pengembangan jaringan jalan kota yang
terintegrasi dengan jaringan transportasi
angkutan massal Jabodetabek;
10. pembangunan akses tol/interchange,
jalan lingkar, simpang sebidang,
underpass, overpass, flyover, frontage
yang berada pada jalan kota;
11. penanganan perlintasan sebidang dan
tidak sebidang dengan jalan kota dan
jalur kereta api;
12. penyediaan jalur angkutan umum massal
berbasis jalan yang terintegrasi dengan
sistem angkutan perkotaan dan antar
kota;
13. Peningkatan kapasitas dan kualitas
terminal tipe A di Pondok Cabe
Kecamatan Pamulang;
14. Penyediaan Angkutan Pengumpan
(feeder) yang melayani transjabodetabek
di Kota Tangerang Selatan;
15. Penyediaan Angkutan Pemadu Antar
Moda Kota Tangerang Selatan - Bandar
Udara;
16. Penyediaan fasilitas parkir kendaraan
pribadi dengan konsep park and ride di
stasiun;
17. Peningkatan kapasitas dan kualitas
jaringan kereta api lintas Tanah Abang –
Serpong – Maja;
18. pembangunan dan peningkatan stasiun
penumpang;
19. pemanfaatan dan pengendalian
ketatanan kebandarudaraan Bandara
Pondok Cabe; dan
20. Pengendalian ruang udara untuk
penerbangan Bandara Pondok Cabe.
- 63 -

c. perwujudan sistem jaringan energi meliputi


meliputi :
1. Pengadaan dan pengembangan jaringan
distribusi kota sesuai dengan Rencana
Induk Jaringan Transmisi dan Distribusi
Gas Bumi Nasional;
2. penyediaan pelayanan energi gas untuk
transportasi melalui pengadaan Stasiun
Pengisian Bahan Bakar Gas di jalan-
jalan arteri, kolektor dan lokal;
3. Pengadaan dan pengembangan jaringan
transmisi tenaga listrik sesuai dengan
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga
Listrik;
4. pengadaan dan pengembangan gardu
induk yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari transmisi tenaga listrik;
5. pengadaan dan pengembangan gardu
distribusi di seluruh wilayah kota;
6. pengadaan dan pengembangan jaringan
transmisi SKTT atau jaringan transmisi
bawah tanah di seluruh wilayah kota;
7. Pemerataan pelayanan penerangan jalan
umum;
8. peningkatan kualitas penerangan jalan
umum; dan
9. Penyediaan sumber energi alternatif.
d. perwujudan sistem jaringan telekomunikasi
meliputi:
1. pengembangan dan pemerataan jaringan
telekomunikasi sistem kabel dan
nirkabel; dan
2. pengendalian penggunaan frekuensi
pemancar radio.
e. perwujudan sistem jaringan sumber daya air
meliputi:
1. Pengembangan jalur hijau di sepanjang
sungai, kali, situ;
2. pengendalian banjir jangka panjang
dengan pengerukan dan normalisasi
sungai, kali, situ dan saluran pembuang;
- 64 -

3. penetapan badan air berupa saluran dan


sungai sesuai peruntukannya;
4. rehabilitasi saluran drainase dengan
memperbesar saluran drainase serta
membongkar dan/atau mengganti utilitas
yang dapat mengganggu sistem drainase;
5. penataan dan/ atau pelebaran sungai,
kali dan saluran pembuang;
6. penurapan dan pompanisasi sungai, kali,
dan saluran pembuang;
7. pembuatan sumur resapan di seluruh
wilayah kota; dan
8. penyusunan kajian tentang rencana
pembangunan instalasi pengolahan air
dan pembangunan saluran pembawa air
baku.
f. perwujudan sistem jaringan infrastruktur
perkotaan meliputi
1. perwujudan sistem penyediaan air
minum, melalui:
a) penyusunan kajian dan rencana
induk sistem penyediaan air minum,
terutama untuk mendorong
percepatan penyediaan air minum
dengan jaringan perpipaan; dan
b) peningkatan pelayanan jaringan non
perpipaan pada wilayah yang belum
terlayani jaringan perpipaan.
2. perwujudan sistem pengelolaan air
limbah, melalui:
a) penyusunan kajian dan rencana
induk sistem pembuangan air
limbah (sewage) termasuk sistem
pengolahan;
b) penyediaan sistem pembuangan
rumah tangga limbah (sewarage),
baik secara individual dan komunal;
dan
c) pengendalian pengelolaan air
limbah.
- 65 -

3. perwujudan sistem persampahan,


melalui:
a) Pengadaan lahan dan pembangunan
TPA cipeucang;
b) Pemanfaatan TPA cipeucang;
c) Pengadaan TPS dan/atau TPST;
d) Penerapan konsep mengurangi,
mendaur ulang, menggunakan
kembali dan memulihkan;
e) Peningkatan akses pelayanan
pengelolaan persampahan; dan
f) Pengawasan pengelolaan Kandungan
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
4. perwujudan sistem drainase, melalui:
a) rehabilitasi saluran drainase dengan
memperbesar saluran drainase serta
membongkar dan/atau mengganti
utilitas yang dapat mengganggu
sistem drainase;
b) pembangunan saluran drainase;
c) penataan sungai dan situ menurut
fungsinya sebagai pengendali banjir,
drainase, penggelontor, dan
konservasi air; dan
d) pengembangan drainase diarahkan
sebagai saluran air hujan yang
merupakan saluran drainase utama,
drainase lingkungan, dan drainase
jalan yang terintegrasi dari hulu
hingga hilir.
5. perwujudan sistem jaringan pejalan kaki,
melalui:
a) pengadaan lahan bagi jalur
pedestrian yang dilakukan
bersamaan dengan rencana
peningkatan jalan;
b) pengadaan penyeberangan sebidang
berupa tempat penyeberangan yang
dinyatakan dengan marka; dan
c) penyediaan rambu- rambu lalu
lintas serta dapat didukung dengan
lampu lalu lintas.
- 66 -

6. perwujudan sistem proteksi kebakaran,


meliputi:
a) Penyediaan sistem proteksi
kebakaran;
b) pemberdayaan peran masyarakat
dalam mencegah kebakaran;
c) perekrutan dan peningkatan kualitas
SDM pemadam kebakaran; dan
d) peningkatan respon time
penyelamatan jiwa dan harta benda.
7. perwujudan sistem perpakiran, meliputi:
a) penyediaan parkir di luar badan
jalan;
b) pembatasan dan penataan parkir
pada jalan/on street;
c) penyediaan fasilitas parkir
kendaraan pribadi dengan konsep
park and ride untuk berpindah
angkutan; dan
d) peningkatan jumlah minimal parkir
yang harus disediakan pada setiap
jenis kegiatan yang menimbulkan
bangkitan perjalanan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
8. Perwujudan sistem jaringan evakuasi
bencana, melalui penetapan jalur
evakuasi bencana dan ruang evakuasi
bencana.
(2) Indikasi program utama perwujudan struktur
ruang tahap kedua pada periode tahun 2017-2021
meliputi:
a. pemantapan fungsi Pusat Pelayanan Kota, Sub
Pusat Pelayanan Kota dan Pusat Lingkungan;
b. perwujudan sistem jaringan transportasi
meliputi:
1. peningkatan jaringan jalan nasional
fungsi kolektor primer satu (JKP 1);
2. peningkatan dan pembangunan jalan
bebas hambatan;
3. pengembangan jaringan jalan nasional
yang terintegrasi dengan jaringan
transportasi angkutan massal perkotaan
dan antar kota;
- 67 -

4. pembangunan akses tol/interchange,


jalan lingkar, simpang sebidang,
underpass, overpass, flyover, frontage
yang berada pada jalan nasional;
5. peningkatan dan pembangunan jaringan
jalan provinsi fungsi kolektor primer dua
(JKP 2);
6. pengembangan jaringan jalan provinsi
yang terintegrasi dengan jaringan
transportasi angkutan massal perkotaan
dan antar kota:
7. pembangunan akses tol/interchange,
jalan lingkar, simpang sebidang,
underpass, overpass, flyover, frontage
yang berada pada jalan provinsi;
8. peningkatan dan pembangunan jaringan
jalan kota fungsi Arteri Sekunder,
Kolektor Sekunder dan lokal;
9. pengembangan jaringan jalan kota yang
terintegrasi dengan jaringan transportasi
angkutan massal perkotaan dan antar
kota;
10. pembangunan akses tol/interchange,
jalan lingkar, simpang sebidang,
underpass, overpass, flyover, frontage
yang berada pada jalan kota;
11. penanganan perlintasan sebidang dan
tidak sebidang dengan jalan kota dan
jalur kereta api;
12. penyediaan jalur angkutan umum massal
berbasis jalan yang terintegrasi dengan
sistem angkutan perkotaan dan antar
kota;
13. Peningkatan kapasitas dan kualitas
terminal tipe A di Pondok Cabe
Kecamatan Pamulang;
14. Peningkatan kapasitas dan kualitas
terminal tipe C;
15. Pengembangan Angkutan Pengumpan
(feeder) yang melayani transjabodetabek
di Kota Tangerang Selatan;
- 68 -

16. Pengembangan Angkutan Pemadu Antar


Moda Kota Tangerang Selatan - Bandar
Udara;
17. Peningkatan kapasitas dan kualitas
jaringan kereta api lintas Tanah Abang–
Serpong – Maja;
18. pembangunan dan peningkatan stasiun
penumpang yang terintegrasi dengan
kawasan TOD;
19. pembangunan Kawasan TOD yang
terintegrasi dengan stasiun penumpang;
20. Penyediaan fasilitas parkir kendaraan
pribadi dengan konsep park and ride di
stasiun;
21. pemanfaatan dan pengendalian tatanan
kebandarudaraan Bandara Pondok Cabe;
dan
22. Pengendalian ruang udara untuk
penerbangan Bandara Pondok Cabe dan
Bandara Rumpin.
c. Perwujudan sistem jaringan energi meliputi:
1. Pengadaan dan pengembangan jaringan
distribusi kota sesuai dengan Rencana
Induk Jaringan Transmisi dan Distribusi
Gas Bumi Nasional;
2. penyediaan pelayanan energi gas untuk
transportasi melalui pengadaan Stasiun
Pengisian Bahan Bakar Gas di jalan-
jalan arteri, kolektor dan lokal;
3. Pengadaan dan pengembangan jaringan
transmisi tenaga listrik sesuai dengan
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga
Listrik;
4. pengadaan dan pengembangan gardu
induk yeng merupakan bagian tidak
terpisahkan dari transmisi tenaga listrik;
5. pengadaan dan pengembangan gardu
distribusi di seluruh wilayah kota;
6. pengadaan dan pengembangan jaringan
transmisi SKTT atau jaringan transmisi
bawah tanah di seluruh wilayah kota;
- 69 -

7. Pemerataan pelayanan penerangan jalan


umum;
8. peningkatan kualitas penerangan jalan
umum; dan
9. Penyediaan sumber energi alternatif.
d. perwujudan sistem jaringan telekomunikasi
meliputi pengembangan jaringan
telekomunikasi meliputi:
1. pengembangan dan pemerataan jaringan
telekomunikasi sistem kabel dan
nirkabel; dan
2. pengendalian penggunaan frekuensi
pemancar radio.
e. perwujudan sistem jaringan sumber daya air
meliputi:
1. Pengembangan jalur hijau di sepanjang
sungai, kali, situ;
2. pengendalian banjir jangka panjang
dengan pengerukan dan normalisasi
sungai, kali, situ dan saluran pembuang;
3. penetapan badan air berupa saluran dan
sungai sesuai peruntukannya;
4. rehabilitasi saluran drainase dengan
memperbesar saluran drainase serta
membongkar dan/atau mengganti utilitas
yang dapat mengganggu sistem drainase;
5. penataan dan/ atau pelebaran sungai,
kali dan saluran pembuang;
6. penurapan dan pompanisasi sungai, kali,
dan saluran pembuang;
7. pembuatan kolam tandon air dan sumur
resapan di seluruh wilayah kota; dan
8. penyusunan rencana pembangunan
instalasi pengolahan air dan
pembangunan saluran pembawa air
baku.
f. pengembangan sistem jaringan infrastruktur
perkotaan meliputi:
1. perwujudan sistem penyediaan air
minum, melalui:
a) penyusunan kajian dan rencana
induk sistem penyediaan air minum,
terutama untuk mendorong
percepatan penyediaan air minum
dengan jaringan perpipaan; dan
- 70 -

b) penyediaan pelayanan jaringan non


perpipaan pada wilayah yang belum
terlayani jaringan perpipaan.
2. perwujudan sistem pengelolaan air
limbah, melalui:
a) penyusunan kajian dan rencana
induk sistem pembuangan air
limbah (sewage) termasuk sistem
pengolahan;
b) penyediaan sistem pembuangan
rumah tangga limbah (sewarage),
baik secara individual dan komunal;
dan
c) pengendalian pengelolaan air
limbah.
3. perwujudan sistem persampahan,
melalui:
a) Pengadaan lahan dan pembangunan
TPA cipeucang;
b) Optimalisasi pemanfaatan TPA
cipeucang;
c) Pengadaan TPS dan/atau TPST;
d) Penerapan konsep mengurangi,
mendaur ulang, menggunakan
kembali dan memulihkan;
e) Peningkatan akses pelayanan
pengelolaan persampahan; dan
f) Pengawasan pengelolaan Kandungan
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
4. perwujudan sistem drainase, melalui:
a) rehabilitasi saluran drainase dengan
memperbesar saluran drainase serta
membongkar dan/atau mengganti
utilitas yang dapat mengganggu
sistem drainase;
b) pembangunan saluran drainase;
c) penataan sungai dan situ menurut
fungsinya sebagai pengendali banjir,
drainase, penggelontor, dan
konservasi air; dan
d) pengembangan drainase diarahkan
sebagai saluran air hujan yang
merupakan saluran drainase utama,
drainase lingkungan, dan drainase
jalan yang terintegrasi dari hulu
hingga hilir.
- 71 -

5. perwujudan sistem jaringan pejalan kaki,


melalui:
a) pengadaan lahan bagi jalur
pedestrian yang dilakukan
bersamaan dengan rencana
peningkatan jalan;
b) pengadaan penyeberangan sebidang
berupa tempat penyeberangan yang
dinyatakan dengan marka; dan
c) penyediaan rambu- rambu lalu
lintas serta dapat didukung dengan
lampu lalu lintas.
6. perwujudan sistem proteksi kebakaran,
meliputi:
a) Penyediaan sistem proteksi
kebakaran;
b) pemberdayaan peran masyarakat
dalam mencegah kebakaran;
c) perekrutan dan peningkatan kualitas
SDM pemadam kebakaran; dan
d) peningkatan respon time
penyelamatan jiwa dan harta benda.
7. perwujudan sistem perpakiran, meliputi;
a) penyediaan parkir di luar badan
Jalan;
b) pembatasan dan penataan parkir
pada jalan/on street;
c) penyediaan fasilitas parkir
kendaraan pribadi dengan konsep
park and ride untuk berpindah
angkutan; dan
d) peningkatan jumlah minimal parkir
yang harus disediakan pada setiap
jenis kegiatan yang menimbulkan
bangkitan perjalanan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
8. Perwujudan sistem jaringan evakuasi
bencana, melalui penetapan jalur
evakuasi bencana dan ruang evakuasi
bencana.
- 72 -

(3) Indikasi program utama perwujudan struktur


ruang tahap ketiga pada periode tahun 2022-2026
meliputi:
a. pemantapan fungsi Pusat Pelayanan Kota, Sub
Pusat Pelayanan Kota dan Pusat Lingkungan;
b. perwujudan sistem jaringan transportasi
meliputi:
1. peningkatan jaringan jalan nasional
fungsi kolektor primer satu (JKP 1);
2. peningkatan dan pembangunan jalan
bebas hambatan;
3. pengembangan jaringan jalan nasional
yang terintegrasi dengan jaringan
transportasi angkutan massal perkotaan
dan antar kota;
4. pembangunan akses tol/interchange,
jalan lingkar, simpang sebidang,
underpass, overpass, flyover, frontage
yang berada pada jalan nasional;
5. peningkatan dan pembangunan jaringan
jalan provinsi fungsi kolektor primer dua
(JKP 2);
6. pengembangan jaringan jalan provinsi
yang terintegrasi dengan jaringan
transportasi angkutan massal perkotaan
dan antar kota;
7. pembangunan akses tol/interchange,
jalan lingkar, simpang sebidang,
underpass, overpass, flyover, frontage
yang berada pada jalan provinsi;
8. peningkatan dan pembangunan jaringan
jalan kota fungsi Arteri Sekunder,
Kolektor Sekunder dan lokal;
9. pengembangan jaringan jalan kota yang
terintegrasi dengan jaringan transportasi
angkutan massal perkotaan dan antar
kota;
10. pembangunan akses tol/interchange,
jalan lingkar, simpang sebidang,
underpass, overpass, flyover, frontage
yang berada pada jalan kota;
- 73 -

11. penanganan perlintasan sebidang dan


tidak sebidang dengan jalan kota dan
jalur kereta api;
12. penyediaan jalur angkutan umum massal
berbasis jalan yang terintegrasi dengan
sistem angkutan perkotaan dan antar
kota;
13. Peningkatan kapasitas dan kualitas
terminal tipe A di Pondok Cabe
Kecamatan Pamulang;
14. Pembangunan terminal tipe B di
Kecamatan Ciputat;
15. Peningkatan kapasitas dan kualitas
terminal tipe C;
16. Pengembangan rencana terminal lainnya
yang terintegrasi dengan jaringan
transportasi angkutan umum massal
perkotaan dan antar kota;
17. Pengembangan Angkutan Pengumpan
(feeder) yang melayani transjabodetabek
di Kota Tangerang Selatan;
18. Pengembangan Angkutan Pemadu Antar
Moda Kota Tangerang Selatan - Bandar
Udara;
19. Peningkatan kapasitas dan kualitas
jaringan jalur kereta api antar kota lintas
Tanah Abang– Serpong – Maja;
20. Pembangunan jaringan jalur kereta api
antar kota jalur Serpong – Tangerang –
Bandara Soekarno Hatta; dan jalur lebak
bulus – ciputat – pamulang – rawa buntu;
21. pembangunan dan peningkatan stasiun
penumpang yang terintegrasi dengan
kawasan TOD;
22. pengembangan rencana stasiun lainnya
yang terintegrasi dengan jaringan
transportasi massal perkotaan dan antar
kota;
23. pembangunan Kawasan TOD pada
stasiun-stasiun yang terintegrasi dengan
jaringan transportasi angkutan massal
perkotaan dan anter kota;
- 74 -

24. Penyediaan fasilitas parkir kendaraan


pribadi dengan konsep park and ride di
stasiun;
25. pemanfaatan dan pengendalian tatanan
kebandarudaraan Bandara Pondok Cabe;
dan
26. Pengendalian ruang udara untuk
penerbangan Bandara Pondok Cabe dan
Bandara Rumpin.
c. Perwujudan sistem jaringan energi meliputi:
1. Pengadaan dan pengembangan jaringan
distribusi kota sesuai dengan Rencana
Induk Jaringan Transmisi dan Distribusi
Gas Bumi Nasional;
2. penyediaan pelayanan energi gas untuk
transportasi melalui pengadaan Stasiun
Pengisian Bahan Bakar Gas di jalan-
jalan arteri, kolektor dan lokal;
3. Pengadaan dan pengembangan jaringan
transmisi tenaga listrik sesuai dengan
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga
Listrik;
4. pengadaan dan pengembangan gardu
induk yeng merupakan bagian tidak
terpisahkan dari transmisi tenaga listrik;
5. pengadaan dan pengembangan gardu
distribusi di seluruh wilayah kota;
6. pengadaan dan pengembangan jaringan
transmisi SKTT atau jaringan transmisi
bawah tanah di seluruh wilayah kota;
7. Pemerataan pelayanan penerangan jalan
umum;
8. peningkatan kualitas penerangan jalan
umum; dan
9. Penyediaan sumber energi alternatif.
d. perwujudan sistem jaringan telekomunikasi
meliputi:
1. pengembangan dan pemerataan jaringan
telekomunikasi sistem kabel dan
nirkabel; dan
2. pengendalian penggunaan frekuensi
pemancar radio.
- 75 -

e. perwujudan sistem jaringan sumber daya air


meliputi:
1. Pengembangan jalur hijau di sepanjang
sungai, kali, situ;
2. pengendalian banjir jangka panjang
dengan pengerukan dan normalisasi
sungai, kali, situ dan saluran pembuang;
3. penetapan badan air berupa saluran dan
sungai sesuai peruntukannya;
4. rehabilitasi saluran drainase dengan
memperbesar saluran drainase serta
membongkar dan/atau mengganti utilitas
yang dapat mengganggu sistem drainase;
5. penataan dan/atau pelebaran sungai,
kali dan saluran pembuang;
6. penurapan dan pompanisasi sungai, kali,
dan saluran pembuang;
7. pembuatan kolam tandon air dan sumur
resapan di seluruh wilayah kota; dan
8. pembangunan instalasi pengolahan air
dan pembangunan saluran pembawa air
baku.
f. pengembangan sistem jaringan infrastruktur
perkotaan meliputi:
1. perwujudan sistem penyediaan air
minum, melalui:
a) penyediaan air minum dengan
jaringan perpipaan; dan
b) penyediaan pelayanan jaringan non-
perpipaan pada wilayah yang belum
terlayani jaringan perpipaan.
2. perwujudan sistem pengelolaan air
limbah, melalui:
a) penyediaan sistem pembuangan air
limbah (sewage) termasuk sistem
pengolahan;
b) penyediaan sistem pembuangan
rumah tangga limbah (sewarage),
baik secara individual dan komunal;
dan
c) pengendalian pengelolaan air
limbah.
- 76 -

3. perwujudan sistem persampahan,


melalui:
a) Optimalisasi pemanfaatan TPA
cipeucang;
b) Pengadaan TPS dan/atau TPST;
c) Penerapan konsep mengurangi,
mendaur ulang, menggunakan
kembali dan memulihkan;
d) Peningkatan akses pelayanan
pengelolaan persampahan; dan
e) Pengawasan pengelolaan Kandungan
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
4. perwujudan sistem drainase, melalui:
a) rehabilitasi saluran drainase dengan
memperbesar saluran drainase serta
membongkar dan/atau mengganti
utilitas yang dapat mengganggu
sistem drainase;
b) pembangunan saluran drainase;
c) penataan sungai dan situ menurut
fungsinya sebagai pengendali banjir,
drainase, penggelontor, dan
konservasi air; dan
d) pengembangan drainase diarahkan
sebagai saluran air hujan yang
merupakan saluran drainase utama,
drainase lingkungan, dan drainase
jalan yang terintegrasi dari hulu
hingga hilir.
5. perwujudan sistem jaringan pejalan kaki,
melalui:
a) pengadaan lahan bagi jalur
pedestrian yang dilakukan
bersamaan dengan rencana
peningkatan jalan;
b) pengadaan penyeberangan sebidang
berupa tempat penyeberangan yang
dinyatakan dengan marka; dan
c) penyediaan rambu-rambu lalu lintas
serta dapat didukung dengan lampu
lalu lintas.
- 77 -

6. perwujudan sistem proteksi kebakaran,


meliputi:
a) Penyediaan sistem proteksi
kebakaran;
b) pemberdayaan peran masyarakat
dalam mencegah kebakaran;
c) perekrutan dan peningkatan kualitas
SDM pemadam kebakaran; dan
d) peningkatan respon time
penyelamatan jiwa dan harta benda.
7. perwujudan sistem perpakiran, meliputi;
a) penyediaan parkir di luar badan
jalan;
b) pembatasan dan penataan parkir
pada jalan/on street;
c) penyediaan fasilitas parkir
kendaraan pribadi dengan konsep
park and ride untuk berpindah
angkutan; dan
d) peningkatan jumlah minimal parkir
yang harus disediakan pada setiap
jenis kegiatan yang menimbulkan
bangkitan perjalanan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
8. perwujudan sistem jaringan evakuasi
bencana, melalui penetapan jalur
evakuasi bencana dan ruang evakuasi
bencana.
(4) Indikasi program utama perwujudan struktur
ruang tahap keempat pada periode tahun 2027-
2031 meliputi :
a. pemantapan fungsi Pusat Pelayanan Kota, Sub
Pusat Pelayanan Kota dan Pusat Lingkungan;
b. perwujudan sistem jaringan transportasi
meliputi:
1. peningkatan jaringan jalan nasional
fungsi kolektor primer satu (JKP 1);
2. peningkatan dan pembangunan jalan
bebas hambatan;
3. pengembangan jaringan jalan nasional
yang terintegrasi dengan jaringan
transportasi angkutan massal perkotaan
dan antar kota;
- 78 -

4. pembangunan akses tol/interchange,


jalan lingkar, simpang sebidang,
underpass, overpass, flyover, frontage
yang berada pada jalan nasional;
5. peningkatan dan pembangunan jaringan
jalan provinsi fungsi kolektor primer dua
(JKP 2);
6. pengembangan jaringan Jalan provinsi
yang terintegrasi dengan jaringan
transportasi angkutan massal perkotaan
dan antar kota;
7. pembangunan akses tol/interchange,
Jalan lingkar, simpang sebidang,
underpass, overpass, flyover, frontage
yang berada pada jalan provinsi;
8. peningkatan dan pembangunan jaringan
Jalan kota fungsi Arteri Sekunder,
Kolektor Sekunder dan lokal;
9. pengembangan jaringan Jalan kota yang
terintegrasi dengan jaringan transportasi
angkutan massal perkotaan dan antar
kota;
10. pembangunan akses tol/interchange,
Jalan lingkar, simpang sebidang,
underpass, overpass, flyover, frontage
yang berada pada jalan kota;
11. penanganan perlintasan sebidang dan
tidak sebidang dengan Jalan kota dan
jalur kereta api;
12. penyediaan jalur angkutan umum massal
berbasis Jalan yang terintegrasi dengan
sistem angkutan perkotaan dan antar
kota;
13. Peningkatan kapasitas dan kualitas
terminal tipe A di Pondok Cabe
Kecamatan Pamulang;
14. Pembangunan terminal tipe B di
Kecamatan Ciputat;
15. Peningkatan kapasitas dan kualitas
terminal tipe C;
- 79 -

16. Pengembangan rencana terminal lainnya


yang terintegrasi dengan jaringan
transportasi angkutan umum massal
perkotaan dan antar kota;
17. Pembangunan Kawasan TOD terminal
Pondok Cabe;
18. Penyediaan fasilitas parkir kendaraan
pribadi dengan konsep park and ride di
terminal;
19. Pengembangan Angkutan Pengumpan
(feeder) yang melayani transjabodetabek
di Kota Tangerang Selatan;
20. Pengembangan Angkutan Pemadu Antar
Moda Kota Tangerang Selatan - Bandar
Udara;
21. Peningkatan kapasitas dan kualitas
jaringan jalur kereta api antar kota lintas
Tanah Abang– Serpong – Maja;
22. Pembangunan jaringan jalur kereta api
antar kota meliputi jalur Serpong –
Tangerang – Bandara Soekarno Hatta dan
jalur lebak bulus – ciputat – pamulang –
rawa buntu;
23. Pembangunan jaringan jalur kereta api
perkotaan meliputi jalur lebak bulus –
ciputat – bintaro dan jalur Bintaro –
Serpong Utara;
24. pembangunan dan peningkatan stasiun
penumpang yang terintegrasi dengan
kawasan TOD;
25. pengembangan rencana stasiun lainnya
yang terintegrasi dengan jaringan
transportasi massal perkotaan dan antar
kota;
26. pembangunan Kawasan TOD pada
stasiun-stasiun yang terintegrasi dengan
jaringan transportasi angkutan massal
perkotaan dan antar kota;
27. Penyediaan fasilitas parkir kendaraan
pribadi dengan konsep park and ride di
stasiun;
- 80 -

28. pemanfaatan dan pengendalian tatanan


kebandarudaraan Bandara Pondok Cabe;
dan
29. Pengendalian ruang udara untuk
penerbangan Bandara Pondok Cabe dan
Bandara Rumpin.
c. Perwujudan sistem jaringan energi meliputi:
1. Pengadaan dan pengembangan jaringan
distribusi kota sesuai dengan Rencana
Induk Jaringan Transmisi dan Distribusi
Gas Bumi Nasional;
2. penyediaan pelayanan energi gas untuk
transportasi melalui pengadaan Stasiun
Pengisian Bahan Bakar Gas di jalan-
jalan arteri, kolektor dan lokal;
3. Pengadaan dan pengembangan jaringan
transmisi tenaga listrik sesuai dengan
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga
Listrik;
4. pengadaan dan pengembangan gardu
induk yeng merupakan bagian tidak
terpisahkan dari transmisi tenaga listrik;
5. pengadaan dan pengembangan gardu
distribusi di seluruh wilayah kota;
6. pengadaan dan pengembangan jaringan
transmisi SKTT atau jaringan transmisi
bawah tanah di seluruh wilayah kota;
7. Pemerataan pelayanan penerangan jalan
umum;
8. peningkatan kualitas penerangan jalan
umum; dan
9. Penyediaan sumber energi alternatif.
d. perwujudan sistem jaringan telekomunikasi
meliputi:
1. pengembangan dan pemerataan jaringan
telekomunikasi sistem kabel dan
nirkabel; dan
2. pengendalian penggunaan frekuensi
pemancar radio.
e. perwujudan sistem jaringan sumber daya air
meliputi:
1. Pengembangan jalur hijau di sepanjang
sungai, kali, situ;
- 81 -

2. pengendalian banjir jangka panjang


dengan pengerukan dan normalisasi
sungai, kali, situ dan saluran pembuang;
3. penetapan badan air berupa saluran dan
sungai sesuai peruntukannya;
4. rehabilitasi saluran drainase dengan
memperbesar saluran drainase serta
membongkar dan/atau mengganti utilitas
yang dapat mengganggu sistem drainase;
5. penataan dan/ atau pelebaran sungai,
kali dan saluran pembuang;
6. penurapan dan pompanisasi sungai, kali,
dan saluran pembuang;
7. pembuatan kolam tandon air dan sumur
resapan di seluruh wilayah kota; dan
8. pembangunan instalasi pengolahan air
dan pembangunan saluran pembawa air
baku.
f. pengembangan sistem jaringan infrastruktur
perkotaan meliputi:
1. perwujudan sistem penyediaan air
minum, melalui:
a) penyediaan air minum dengan
jaringan perpipaan; dan
b) penyediaan pelayanan jaringan non
perpipaan pada wilayah yang belum
terlayani jaringan perpipaan.
2. perwujudan sistem pengelolaan air
limbah, melalui:
a) penyediaan sistem pembuangan air
limbah (sewage) termasuk sistem
pengolahan;
b) penyediaan sistem pembuangan
rumah tangga limbah (sewarage),
baik secara individual dan komunal;
dan
c) pengendalian pengelolaan air
limbah.
3. perwujudan sistem persampahan,
melalui:
a) Optimalisasi pemanfaatan TPA
cipeucang;
- 82 -

b) Pengadaan TPS dan/atau TPST;


c) Penerapan konsep mengurangi,
mendaur ulang, menggunakan
kembali dan memulihkan;
d) Peningkatan akses pelayanan
pengelolaan persampahan; dan
e) Pengawasan pengelolaan Kandungan
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
4. perwujudan sistem drainase, melalui:
a) rehabilitasi saluran drainase dengan
memperbesar saluran drainase serta
membongkar dan/atau mengganti
utilitas yang dapat mengganggu
sistem drainase;
b) pembangunan saluran drainase;
c) penataan sungai dan situ menurut
fungsinya sebagai pengendali banjir,
drainase, penggelontor, dan
konservasi air; dan
d) pengembangan drainase diarahkan
sebagai saluran air hujan yang
merupakan saluran drainase utama,
drainase lingkungan, dan drainase
jalan yang terintegrasi dari hulu
hingga hilir.
5. perwujudan sistem jaringan pejalan kaki,
melalui:
a) pengadaan lahan bagi jalur
pedestrian yang dilakukan
bersamaan dengan rencana
peningkatan jalan;
b) pengadaan penyeberangan sebidang
berupa tempat penyeberangan yang
dinyatakan dengan marka;
c) pengadaan penyeberangan tidak
sebidang; dan
d) penyediaan rambu- rambu lalu
lintas serta dapat didukung dengan
lampu lalu lintas.
- 83 -

6. Perwujudan sistem proteksi kebakaran,


meliputi:
a) Penyediaan sistem proteksi
kebakaran;
b) pemberdayaan peran masyarakat
dalam mencegah kebakaran;
c) perekrutan dan peningkatan kualitas
SDM pemadam kebakaran; dan
d) peningkatan respon time
penyelamatan jiwa dan harta benda.
7. Perwujudan sistem perpakiran, meliputi;
a) penyediaan parkir di luar badan
jalan;
b) pembatasan dan penataan parkir
pada jalan/on street;
c) penyediaan fasilitas parkir
kendaraan pribadi dengan konsep
park and ride untuk berpindah
angkutan; dan
d) peningkatan jumlah minimal parkir
yang harus disediakan pada setiap
jenis kegiatan yang menimbulkan
bangkitan perjalanan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
8. Perwujudan sistem jaringan evakuasi
bencana, melalui penetapan jalur
evakuasi bencana dan ruang evakuasi
bencana.

52. Ketentuan Pasal 61 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 61
(1) Indikasi program utama perwujudan pola ruang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (3)
huruf b meliputi indikasi program untuk
perwujudan kawasan lindung dan perwujudan
kawasan budidaya.
(2) Indikasi program utama perwujudan kawasan
lindung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
meliputi:
a. perwujudan kawasan perlindungan setempat;
b. perwujudan RTH;
c. perwujudan Kawasan Rawan Bencana; dan
d. perwujudan Kawasan Cagar Budaya.
- 84 -

(3) Indikasi program utama perwujudan kawasan


budidaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
meliputi:
a. perwujudan Kawasan Permukiman, terdiri
dari:
1. Kawasan Perumahan;
2. Kawasan Perdagangan dan Jasa;
3. Kawasan Perkantoran;
4. Kawasan Pendidikan;
5. Kawasan Kesehatan;
6. Kawasan RTNH;
7. Tempat Evakuasi Bencana;
8. Kawasan Peribadatan;
9. Kawasan Olahraga; dan
10. Kawasan Transportasi.
b. perwujudan Kawasan Peruntukan Industri;
c. perwujudan kawasan pariwisata;
d. perwujudan kawasan pertanian; dan
e. perwujudan kawasan pertahanan keamanan.

53. Ketentuan Pasal 62 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 62
(1) Indikasi program utama perwujudan pola ruang
tahap pertama periode tahun 2011-2016 meliputi:
a. perwujudan kawasan lindung meliputi:
1. perwujudan Kawasan perlidungan
setempat, meliputi:
a) mempertahankan fungsi sempadan
situ, sempadan kolam tandon air,
sempadan sungai/kali dan
mengendalikan perkembangannya;
b) mengembalikan fungsi sempadan
situ, sempadan kolam tandon air,
sempadan sungai/kali diseluruh
wilayah kota sebagai RTH secara
bertahap; dan
c) merehabilitasi kawasan sempadan
situ, sempadan kolam tandon air,
sempadan sungai/kali yang
mengalami penurunan fungsi.
- 85 -

2. perwujudan RTH, meliputi:


a) Penyediaan RTH private; dan
b) Penyediaan RTH publik sebesar 4%
(empat persen) dari luas wilayah
melalui pengadaan dan pengaturan
penyediaan RTH pada kawasan
budidaya.
3. perwujudan Kawasan rawan bencana
meliputi:
a) Pengaturan kegiatan budidaya yang
bertampalan dengan Kawasan
Rawan Bencana; dan
b) Penyediaan jalur evakuasi bencana
dan ruang evakuasi bencana.
4. Perwujudan Kawasan cagar budaya
meliputi perlindungan dan revitalisasi
Kawasan cagar budaya.
b. perwujudan kawasan budidaya, meliputi:
1. perwujudan Kawasan permukiman,
meliputi:
a) perwujudan Kawasan perumahan
meliputi penyediaan dan pengaturan
kawasan perumahan horizontal dan
perumahan vertikal;
b) perwujudan kawasan perdagangan
dan jasa meliputi penyediaan dan
pengaturan kawasan perdagangan
dan jasa;
c) perwujudan kawasan perkantoran,
meliputi penyediaan dan pengaturan
kawasan Perkantoran Pemerintahan
dan Puspiptek;
d) perwujudan Kawasan Pendidikan
meliputi penyediaan dan pengaturan
kawasan pendidikan;
e) perwujudan Kawasan kesehatan
meliputi penyediaan dan pengaturan
kawasan kesehatan;
f) perwujudan Kawasan RTNH meliputi
penyediaan dan pengaturan
kawasan RTNH;
- 86 -

g) perwujudan tempat evakuasi


bencana meliputi penyediaan dan
pengaturan tempat evakuasi
bencana;
h) perwujudan kawasan peribadatan
meliputi penyediaan dan pengaturan
kawasan peribadatan;
i) perwujudan Kawasan olahraga
meliputi penyediaan dan pengaturan
kawasan olahraga;
j) Perwujudan kawasan transportasi,
meliputi penyediaan dan pengaturan
Kawasan terminal dan Kawasan
Bandar Udara Khusus di Pondok
Cabe.
2. Perwujudan Kawasan industri meliputi
penyediaan dan pengaturan kawasan
peruntukan industri;
3. perwujudan kawasan pariwisata meliputi
penyediaan dan pengaturan kawasan
pariwisata;
4. perwujudan Kawasan pertanian meliputi
Penyediaan dan pengaturan kawasan
pertanian hortikultura; dan
5. perwujudan Kawasan pertahanan dan
keamanan meliputi penyediaan dan
pengaturan kawasan pertahanan
keamanan.
(2) Indikasi program utama perwujudan pola ruang
tahap kedua periode tahun 2017-2021 meliputi:
a. perwujudan kawasan lindung meliputi:
1. perwujudan Kawasan perlidungan
setempat, meliputi:
a) mempertahankan fungsi sempadan
situ, sempadan kolam tandon air,
sempadan sungai/kali dan
mengendalikan perkembangannya;
b) mengembalikan fungsi sempadan
situ, sempadan kolam tandon air,
sempadan sungai/ kali diseluruh
wilayah kota sebagai RTH secara
bertahap; dan
- 87 -

c) merehabilitasi kawasan sempadan


situ, sempadan kolam tandon air,
sempadan sungai/kali yang
mengalami penurunan fungsi.
2. Perwujudan RTH, meliputi:
a) Penyediaan RTH private; dan
b) Penyediaan RTH publik sebesar 5%
(lima persen) dari luas wilayah
melalui pengadaan dan pengaturan
penyediaan RTH pada kawasan
budidaya.
3. Perwujudan Kawasan rawan bencana
meliputi:
a) Pengaturan kegiatan budidaya yang
bertampalan dengan Kawasan
Rawan Bencana; dan
b) Penyediaan jalur evakuasi bencana
dan ruang evakuasi bencana.
4. Perwujudan Kawasan cagar budaya
meliputi perlindungan dan revitalisasi
Kawasan cagar budaya.
b. perwujudan kawasan budidaya, meliputi:
1. perwujudan Kawasan permukiman,
meliputi:
a) perwujudan Kawasan perumahan
meliputi penyediaan dan pengaturan
kawasan perumahan horizontal dan
perumahan vertikal;
b) perwujudan kawasan perdagangan
dan jasa meliputi penyediaan dan
pengaturan kawasan perdagangan
dan jasa;
c) perwujudan kawasan perkantoran,
meliputi penyediaan dan pengaturan
kawasan Perkantoran Pemerintahan
dan Puspiptek;
d) perwujudan Kawasan Pendidikan
meliputi penyediaan dan pengaturan
kawasan pendidikan;
e) perwujudan Kawasan kesehatan
meliputi penyediaan dan pengaturan
kawasan kesehatan;
- 88 -

f) perwujudan Kawasan RTNH meliputi


penyediaan dan pengaturan
kawasan RTNH;
g) perwujudan tempat evakuasi
bencana meliputi penyediaan dan
pengaturan tempat evakuasi
bencana;
h) perwujudan kawasan peribadatan
meliputi penyediaan dan pengaturan
kawasan peribadatan;
i) perwujudan Kawasan olahraga
meliputi penyediaan dan pengaturan
kawasan olahraga; dan
j) Perwujudan kawasan transportasi,
meliputi penyediaan dan pengaturan
Kawasan terminal dan Kawasan
Bandar Udara Khusus di Pondok
Cabe.
2. Perwujudan Kawasan industri meliputi
penyediaan dan pengaturan kawasan
peruntukan industri;
3. perwujudan kawasan pariwisata meliputi
penyediaan dan pengaturan kawasan
pariwisata;
4. perwujudan Kawasan pertanian meliputi
Penyediaan dan pengaturan kawasan
pertanian hortikultura; dan
5. perwujudan Kawasan pertahanan dan
keamanan meliputi penyediaan dan
pengaturan kawasan pertahanan
keamanan.
(3) Indikasi program utama perwujudan pola ruang
tahap ketiga periode tahun 2022-2026 meliputi:
a. perwujudan kawasan lindung meliputi:
1. perwujudan Kawasan perlidungan
setempat, meliputi:
a) mempertahankan fungsi sempadan
situ, sempadan kolam tandon air,
sempadan sungai/kali dan
mengendalikan perkembangannya;
- 89 -

b) mengembalikan fungsi sempadan


situ, sempadan kolam tandon air,
sempadan sungai/ kali diseluruh
wilayah kota sebagai RTH secara
bertahap; dan
c) merehabilitasi kawasan sempadan
situ, sempadan kolam tandon air,
sempadan sungai/kali yang
mengalami penurunan fungsi.
2. Perwujudan RTH, meliputi:
a) Penyediaan RTH private; dan
b) Penyediaan RTH publik sebesar 5%
(lima persen) dari luas wilayah
melalui pengadaan dan pengaturan
penyediaan RTH pada kawasan
budidaya.
3. Perwujudan Kawasan rawan bencana
meliputi:
a) Pengaturan kegiatan budidaya yang
bertampalan dengan Kawasan
Rawan Bencana; dan
b) Penyediaan jalur evakuasi bencana
dan ruang evakuasi bencana.
4. Perwujudan Kawasan cagar budaya
meliputi perlindungan dan revitalisasi
Kawasan cagar budaya.
b. perwujudan kawasan budidaya, meliputi:
1. perwujudan Kawasan permukiman,
meliputi:
a) perwujudan Kawasan perumahan
meliputi penyediaan dan pengaturan
kawasan perumahan horizontal dan
perumahan vertikal;
b) perwujudan kawasan perdagangan
dan jasa meliputi penyediaan dan
pengaturan kawasan perdagangan
dan jasa;
c) perwujudan kawasan perkantoran,
meliputi penyediaan dan pengaturan
kawasan Perkantoran Pemerintahan
dan Puspiptek;
- 90 -

d) perwujudan Kawasan Pendidikan


meliputi penyediaan dan pengaturan
kawasan pendidikan;
e) perwujudan Kawasan kesehatan
meliputi penyediaan dan pengaturan
kawasan kesehatan;
f) perwujudan Kawasan RTNH meliputi
penyediaan dan pengaturan
kawasan RTNH;
g) perwujudan tempat evakuasi
bencana meliputi penyediaan dan
pengaturan tempat evakuasi
bencana;
h) perwujudan kawasan peribadatan
meliputi penyediaan dan pengaturan
kawasan peribadatan;
i) perwujudan Kawasan olahraga
meliputi penyediaan dan pengaturan
kawasan olahraga; dan
j) Perwujudan kawasan transportasi,
meliputi penyediaan dan pengaturan
Kawasan terminal dan Kawasan
Bandar Udara Khusus di Pondok
Cabe.
2. Perwujudan Kawasan industri meliputi
penyediaan dan pengaturan kawasan
peruntukan industri;
3. perwujudan kawasan pariwisata meliputi
penyediaan dan pengaturan kawasan
pariwisata;
4. perwujudan Kawasan pertanian meliputi
Penyediaan dan pengaturan kawasan
pertanian hortikultura; dan
5. perwujudan Kawasan pertahanan dan
keamanan meliputi penyediaan dan
pengaturan kawasan pertahanan
keamanan.
(4) Indikasi program utama perwujudan pola ruang
tahap keempat periode tahun 2027-2031 meliputi:
a. perwujudan kawasan lindung meliputi:
1. perwujudan Kawasan perlidungan
setempat, meliputi:
a) mempertahankan fungsi sempadan
situ, sempadan kolam tandon air,
sempadan sungai/kali dan
mengendalikan perkembangannya;
- 91 -

b) mengembalikan fungsi sempadan


situ, sempadan kolam tandon air,
sempadan sungai/ kali diseluruh
wilayah kota sebagai RTH secara
bertahap; dan
c) merehabilitasi kawasan sempadan
situ, sempadan kolam tandon air,
sempadan sungai/ kali yang
mengalami penurunan fungsi.
2. Perwujudan RTH, meliputi:
a) Penyediaan RTH private; dan
b) Penyediaan RTH publik sebesar
5 (lima) persen dari luas wilayah
melalui pengadaan dan pengaturan
penyediaan RTH pada kawasan
budidaya.
3. Perwujudan Kawasan rawan bencana
meliputi:
a) Pengaturan kegiatan budidaya yang
bertampalan dengan Kawasan
Rawan Bencana; dan
b) Penyediaan jalur evakuasi bencana
dan ruang evakuasi bencana.
4. Perwujudan Kawasan cagar budaya
meliputi perlindungan dan revitalisasi
Kawasan cagar budaya.
b. perwujudan kawasan budidaya, meliputi:
1. perwujudan Kawasan permukiman,
meliputi:
a) perwujudan Kawasan perumahan
meliputi penyediaan dan pengaturan
kawasan perumahan horizontal dan
perumahan vertikal;
b) perwujudan kawasan perdagangan
dan jasa meliputi penyediaan dan
pengaturan kawasan perdagangan
dan jasa;
c) perwujudan kawasan perkantoran,
meliputi penyediaan dan pengaturan
kawasan Perkantoran Pemerintahan
dan Puspiptek;
- 92 -

d) perwujudan Kawasan Pendidikan


meliputi penyediaan dan pengaturan
kawasan pendidikan;
e) perwujudan Kawasan kesehatan
meliputi penyediaan dan pengaturan
kawasan kesehatan;
f) perwujudan Kawasan RTNH meliputi
penyediaan dan pengaturan
kawasan RTNH;
g) perwujudan tempat evakuasi
bencana meliputi penyediaan dan
pengaturan tempat evakuasi
bencana;
h) perwujudan kawasan peribadatan
meliputi penyediaan dan pengaturan
kawasan peribadatan;
i) perwujudan Kawasan olahraga
meliputi penyediaan dan pengaturan
kawasan olahraga; dan
j) Perwujudan kawasan transportasi,
meliputi penyediaan dan pengaturan
Kawasan terminal dan Kawasan
Bandar Udara Khusus di Pondok
Cabe.
2. Perwujudan Kawasan industri meliputi
penyediaan dan pengaturan kawasan
peruntukan industri;
3. perwujudan kawasan pariwisata meliputi
penyediaan dan pengaturan kawasan
pariwisata;
4. perwujudan Kawasan pertanian meliputi
Penyediaan dan pengaturan kawasan
pertanian hortikultura; dan
5. perwujudan Kawasan pertahanan dan
keamanan meliputi penyediaan dan
pengaturan kawasan pertahanan
keamanan.

54. Ketentuan Pasal 63 dihapus.

55. Ketentuan Pasal 64 dihapus.


- 93 -

56. Ketentuan ayat (3) huruf c Pasal 67 dihapus, sehingga


Pasal 67 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 67
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2) huruf a dapat
meliputi :
a. ketentuan umum kegiatan yang
diperbolehkan, kegiatan yang diperbolehkan
dengan syarat dan kegiatan yang tidak
diperbolehkan;
b. ketentuan umum intensitas pemanfaatan
ruang;
c. ketentuan umum prasarana dan sarana
minimum yang disediakan; dan
d. ketentuan khusus sesuai dengan karakter
masing-masing zona.
(2) Apabila Rencana Detail Tata Ruang Kota belum
tersusun, Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
berfungsi sebagai dasar pemberian izin
pemanfaatan ruang dan dasar pelaksanaan
pengawasan pemanfaatan ruang.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diterapkan klasifikasi
zonasi yang meliputi :
a. ketentuan umum peraturan zonasi struktur
ruang;
b. ketentuan umum peraturan zonasi pola
ruang; dan
c. dihapus.
(4) Tabel Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
sebagaimana tercantum dalam Lampiran XX.a
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
(5) Tabel Intensitas Pemanfaatan Ruang sebagaimana
tercantum dalam Lampiran XX.b merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.
- 94 -

57. Ketentuan Pasal 68 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 68
Ketentuan umum peraturan zonasi struktur ruang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 ayat (3) huruf a
meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi sistem pusat
kegiatan;
b. ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan
transportasi;
c. ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan
energi;
d. ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan
telekomunikasi;
e. ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan
sumber daya air; dan
f. ketentuan umum peraturan zonasi sistem
infrastruktur perkotaan.
58. Ketentuan Pasal 69 diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 69
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk pusat
kegiatan di wilayah kota sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 68 huruf a meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi PPK;
b. ketentuan umum peraturan zonasi SPK; dan
c. ketentuan umum peraturan zonasi PL.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi PPK
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan
dengan pelayanan skala nasional, regional dan
kota yang sesuai dengan peruntukan pada
rencana pola ruang; dan
b. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan yang tidak sesuai dengan peruntukan
pada rencana pola ruang.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi SPK
sebagaimana dimaksud pada pada ayat (1) huruf b
meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan
dengan pelayanan skala kota yang sesuai
dengan peruntukan pada rencana pola ruang;
dan
- 95 -

b. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi


kegiatan yang tidak sesuai dengan peruntukan
pada rencana pola ruang.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi PL sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan
dengan pelayanan skala lokal yang sesuai
dengan peruntukan pada rencana pola ruang;
dan
b. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan yang tidak sesuai dengan peruntukan
pada rencana pola ruang.

59. Ketentuan Pasal 70 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 70
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi rencana sistem
jaringan transportasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 68 huruf b meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi
transportasi darat; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi
transportasi udara.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi transportasi
darat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi jaringan
jalan; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi jaringan
kereta api.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi jaringan jalan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
1. kegiatan yang mengikuti ketentuan ruang
milik jalan, ruang manfaat jalan, dan
ruang pengawasan jalan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku;
2. kegiatan yang mendukung pengembangan
terminal dan pengembangan kawasan
TOD sesuai dengan ketentuan yang
berlaku; dan
- 96 -

3. kegiatan yang mendukung pengembangan


jaringan transportasi umum massal sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
b. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan yang mengganggu sistem jaringan
jalan; dan
c. intensitas pemanfaatan jaringan jalan
disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi jaringan kereta
api sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf b
meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
1. kegiatan pembangunan dan
pengembangan sarana, prasarana dan
fasilitas penunjang jaringan kereta api
sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
2. kegiatan yang mendukung pengembangan
stasiun dan pengembangan kawasan TOD
sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
dan
3. kegiatan yang mendukung pengembangan
jaringan transportasi umum massal sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
dan terbatas meliputi kegiatan pemasangan
papan reklame, parkir, dan kegiatan lainnya
yang tidak mengganggu kelancaran dan
keselamatan pengguna kereta api;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan yang dapat mengganggu kepentingan
operasi dan keselamatan transportasi kereta
api; dan
d. intensitas pemanfaatan jaringan kereta api
disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku.
(5) Ketentuan umum peraturan zonasi jaringan
transportasi udara sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
1. kegiatan pembangunan dan
pengembangan sarana, prasarana dan
fasilitas penunjang jaringan transportasi
udara sesuai dengan ketentuan yang
berlaku;
- 97 -

2. kegiatan operasional jaringan


transportasi udara sesuai dengan
ketentuan yang berlaku; dan
3. penyediaan RTH.
b. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi:
1. bangunan yang dapat menambah tingkat
fatalitas apabila terjadi kecelakaan
pesawat seperti bangunan SPBU, pabrik
atau gudang kimia berbahaya, SUTT
dan/atau SUTET serta kegiatan lainnya
sesuai ketentuan yang berlaku;
2. kegiatan yang menimbulkan gangguan
terhadap isyarat-isyarat navigasi
penerbangan atau komunikasi radio
antar bandar udara dan pesawat udara;
3. kegiatan yang menyulitkan penerbang
membedakan lampu-Iampu rambu udara
dengan lampu-Iampu lain;
4. kegiatan yang menyebabkan kesilauan
pada mata penerbang yang
mempergunakan bandar udara;
5. kegiatan yang melemahkan jarak
pandang sekitar bandar udara; dan
6. kegiatan yang menyebabkan timbulnya
bahaya burung, atau dengan cara lain
dapat membahayakan atau mengganggu
pendaratan, lepas landas atau gerakan
pesawat udara yang bermaksud
mempergunakan bandar udara.
c. intensitas pemanfaatan jaringan transportasi
udara sesuai dengan ketentuan ruang udara
KKOP yang berlaku; dan
d. pemanfaatan ruang pada ruang udara KKOP
dengan ketinggian tertentu harus
mendapatkan rekomendasi dari instansi
berwenang.
60. Ketentuan Pasal 71 diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 71
Ketentuan umum peraturan zonasi jaringan energi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 huruf c meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
1. Pembangunan prasarana dan sarana jaringan
transmisi tenaga listrik, kegiatan penunjang
sistem jaringan transmisi tenaga listrik dan
penghijauan;
- 98 -

2. Pembangunan prasarana dan sarana jaringan


pipa gas dan penunjang sistem jaringan pipa
gas; dan
3. Pembangunan prasarana dan sarana jaringan
sumber energi alternatif dan kegiatan dan
penunjang sumber energi alternatif.
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat dan
terbatas meliputi kegiatan pemakaman, pertanian,
olah raga, rekreasi dan kemasyarakatan,
perparkiran, dan kegiatan lain yang bersifat
sementara dan tidak permanen dan tidak
mengganggu fungsi jaringan energi; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada
huruf a dan huruf b yang dapat mengganggu fungsi
sistem jaringan energi.
61. Ketentuan Pasal 73 diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 73
Ketentuan umum peraturan zonasi jaringan sumber
daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 huruf e
meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan
pembangunan kolam tandon air, normalisasi sungai,
pembangunan prasarana lalu lintas air,
pembangunan bangunan penunjang jaringan sumber
daya air, kegiatan pengamanan sungai dan
pengamanan sempadan situ;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi
pembangunan bangunan pengambilan air dengan
debit paling besar 100 m3/bulan/KK dan kegiatan
yang tidak mengganggu fungsi jaringan sumber daya
air; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan
yang dapat mengganggu fungsi jaringan sumber daya
air.
62. Ketentuan Pasal 75 diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 75
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi pola ruang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 ayat (3)
huruf b meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
lindung; dan
- 99 -

b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan


budidaya.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan lindung
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
perlindungan setempat;
b. ketentuan umum peraturan zonasi RTH;
c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
rawan bencana; dan
d. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
cagar budaya.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
budidaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
pertanian;
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
peruntukan industri meliputi:
1. ketentuan umum peraturan zonasi
kawasan industri; dan
2. ketentuan umum peraturan zonasi sentra
industri kecil dan menengah.
c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
pariwisata;
d. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
permukiman meliputi:
1. ketentuan umum peraturan zonasi
kawasan perumahan;
2. ketentuan umum peraturan zonasi
kawasan perdagangan dan jasa;
3. ketentuan umum peraturan zonasi
kawasan perkantoran;
4. ketentuan umum peraturan zonasi
kawasan pendidikan;
5. ketentuan umum peraturan zonasi
kawasan kesehatan;
6. ketentuan umum peraturan zonasi
kawasan RTNH;
- 100 -

7. ketentuan umum peraturan zonasi


kawasan tempat evakuasi bencana;
8. ketentuan umum peraturan zonasi
kawasan peribadatan;
9. ketentuan umum peraturan zonasi
kawasan olahraga; dan
10. ketentuan umum peraturan zonasi
kawasan transportasi.
e. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
pertahanan dan keamanan.

63. Ketentuan Pasal 76 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 76
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
perlindungan setempat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 75 ayat (2) huruf a meliputi:
a. Ketentuan umum peraturan zonasi sekitar
sempadan sungai;
b. Ketentuan umum peraturan zonasi sekitar
sempadan situ; dan
c. Ketentuan umum peraturan zonasi sekitar
sempadan kolam tandon air.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi sekitar
sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a meliputi:
a. Kegiatan yang diperbolehkan berupa kegiatan
pemanfaatan sempadan sungai untuk RTH,
tempat perkemahan, budidaya pertanian
dengan jenis tanaman yang tidak mengurangi
kekuatan struktur tanah, kolam ikan, papan
pengumuman, pemasangan bentangan
jaringan transmisi tenaga listrik, kabel telepon,
dan pipa air minum, pembangunan prasarana
lalu lintas air dan bangunan pengambilan dan
pembuangan air, dan bangunan penunjang
sistem prasarana kota;
b. Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
dan terbatas meliputi kegiatan selain
sebagaimana dimaksud pada huruf a yang
tidak mengganggu fungsi sempadan sungai
sebagai kawasan perlindungan setempat dan
kualitas lingkungan di sempadan sungai;
- 101 -

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi


kegiatan budidaya termasuk mendirikan
bangunan, kecuali bangunan yang menunjang
fungsi kawasan dan/atau bangunan yang
merupakan bagian dari suatu jaringan atau
tranmisi bagi kepentingan umum; dan
d. Ketentuan umum intensitas pemanfaatan
ruang sempadan sungai meliputi:
1. KDB paling besar 5% (lima persen);
2. KLB paling besar 0,2 (nol koma dua);
3. KDH paling sedikit 95% (sembilan puluh
lima persen); dan
4. batas sempadan sungai yang paling
rendah disesuaikan dengan ketentuan
yang ditetapkan.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi sekitar
sempadan situ sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b meliputi:
a. Kegiatan yang diperbolehkan berupa kegiatan
pemanfaatan kawasan sekitar situ untuk RTH,
kegiatan olahraga, kegiatan pariwisata,
penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan, aktivitas budaya dan
keagamaan, pertanian, dan kolam ikan;
b. Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
dan terbatas meliputi kegiatan selain
sebagaimana dimaksud pada huruf a yang
tidak mengganggu fungsi kawasan sekitar situ
sebagai kawasan perlindungan setempat dan
kualitas lingkungan di kawasan sekitar situ;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan budidaya termasuk mendirikan
bangunan, kecuali prasarana pariwisata,
olahraga, dan keagamaan, prasarana dan
sarana sanitasi, bangunan yang menunjang
fungsi kawasan dan/atau bangunan yang
merupakan bagian dari suatu jaringan atau
tranmisi bagi kepentingan umum; dan
d. Ketentuan umum intensitas pemanfaatan
ruang sempadan situ meliputi:
1. KDB paling besar 7,5% (tujuh koma lima
persen);
- 102 -

2. KLB paling besar 0,2 (nol koma dua);


3. KDH paling sedikit 92,5% (sembilan
puluh dua koma lima persen); dan
4. Batas sempadan situ ditentukan paling
sedikit berjarak 50 (lima puluh) meter
dari tepi badan situ.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi sekitar
sempadan kolam tandon air sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:
a. Kegiatan yang diperbolehkan berupa kegiatan
pemanfaatan kawasan sekitar kolam tandon
air untuk RTH, kegiatan olahraga, kegiatan
pariwisata, penelitian dan pengembangan
ilmu pengetahuan, aktivitas budaya dan
keagamaan, pertanian, dan kolam ikan;
b. Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
dan terbatas meliputi kegiatan selain
sebagaimana dimaksud pada huruf a yang
tidak mengganggu fungsi kawasan sekitar
kolam tandon air sebagai kawasan
perlindungan setempat dan kualitas
lingkungan di kawasan sekitar kolam tandon
air;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan mendirikan bangunan, kecuali
bangunan yang menunjang fungsi kawasan
dan/atau bangunan yang merupakan bagian
dari suatu jaringan atau tranmisi bagi
kepentingan umum; dan
d. Ketentuan umum intensitas pemanfaatan
ruang sempadan tandon meliputi:
1. KDB paling besar 7,5% (tujuh koma
lima persen);
2. KLB paling besar 0,2 (nol koma dua);
3. KDH paling sedikit 92,5% (sembilan
puluh dua koma lima persen); dan
4. batas sempadan kolam tandon air
minimal ditetapkan oleh instansi yang
menangani Sumber Daya Air (SDA).
- 103 -

64. Ketentuan Pasal 77 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 77
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi RTH
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2)
huruf b meliputi:
a. Ketentuan umum peraturan zonasi RTH
Lapangan;
b. Ketentuan umum peraturan zonasi RTH
Halaman Bangunan Pemerintah;
c. Ketentuan umum peraturan zonasi RTH
Taman Kota;
d. Ketentuan umum peraturan zonasi RTH
Taman Jalan dan jalur hijau jalan;
e. Ketentuan umum peraturan zonasi RTH
Pemakaman;
f. Ketentuan umum peraturan zonasi RTH Hutan
Kota;
g. Ketentuan umum peraturan zonasi RTH
Pengaman Jalur Kereta Api;
h. Ketentuan umum peraturan zonasi RTH
Pengaman Jalur Pipa Gas;
i. Ketentuan umum peraturan zonasi RTH
SUTT/SUTET; dan
j. Ketentuan umum peraturan zonasi RTH
Taman Lingkungan.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi RTH Lapangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi:
a. Kegiatan yang diperbolehkan meliputi RTH
dan kegiatan olahraga;
b. Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
dan terbatas meliputi kegiatan perkemahan,
kegiatan informal, pertanian hortikultura,
parkir, TPST dengan konsep mengurangi,
mendaur ulang, menggunakan kembali dan
memulihkan, dan kegiatan selain
sebagaimana dimaksud pada huruf a yang
tidak mengganggu fungsi kawasan;
- 104 -

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi


kegiatan mendirikan bangunan, kecuali
bangunan yang menunjang fungsi kawasan
dan/atau bangunan yang merupakan bagian
dari suatu jaringan atau tranmisi bagi
kepentingan umum; dan
d. Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang
Kawasan RTH Lapangan Olahraga meliputi:
1. KDB paling besar 25% (dua puluh lima
persen);
2. KLB paling besar 1,2 (satu koma dua);
dan
3. KDH paling sedikit 75% (tujuh puluh lima
persen).
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi RTH halaman
bangunan pemerintah dimaksud pada ayat (1)
huruf b meliputi:
a. Kegiatan yang diperbolehkan meliputi RTH;
b. Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
dan terbatas meliputi pelataran non hijau,
kegiatan olahraga, pertanian hortikultura,
kolam ikan, parkir, TPST dengan konsep
mengurangi, mendaur ulang, menggunakan
kembali dan memulihkan, dan kegiatan selain
sebagaimana dimaksud pada huruf a yang
tidak mengganggu fungsi kawasan;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan mendirikan bangunan, kecuali
bangunan yang menunjang fungsi kawasan
dan/atau bangunan yang merupakan bagian
dari suatu jaringan atau transmisi bagi
kepentingan umum; dan
d. Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang
Kawasan RTH Halaman Bangunan Pemerintah
meliputi:
1. KDB paling besar 5% (lima persen);
2. tinggi bangunan paling besar 1 (satu)
lantai; dan
3. KDH paling sedikit 95% (sembilan puluh
lima persen).
- 105 -

(4) Ketentuan umum peraturan zonasi RTH Taman Kota


dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:
a. Kegiatan yang diperbolehkan meliputi RTH,
taman bermain, kebun bunga, cagar budaya,
dan wisata alam;
b. Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
dan terbatas meliputi, kegiatan pelataran non
hijau, kegiatan informal, parkir, BTS, gardu
listrik, perkemahan, olahraga, pertanian
hortikultura, kolam ikan, TPST dengan konsep
mengurangi, mendaur ulang, menggunakan
kembali dan memulihkan, dan kegiatan selain
sebagaimana dimaksud pada huruf a yang
tidak mengganggu fungsi kawasan;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan mendirikan bangunan, kecuali
bangunan yang menunjang fungsi kawasan
dan/atau bangunan yang merupakan bagian
dari suatu jaringan atau tranmisi bagi
kepentingan umum; dan
d. Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang
Kawasan RTH Taman Kota meliputi:
1. KDB paling besar 12,5% (dua belas koma
lima persen);
2. KLB paling besar 0,25 (nol koma dua
lima); dan
3. KDH paling sedikit 87,5 (delapan puluh
tujuh koma lima persen).
(5) Ketentuan umum peraturan zonasi RTH Taman
Jalan dan jalur hijau jalan dimaksud pada ayat (1)
huruf d meliputi:
a. Kegiatan yang diperbolehkan meliputi RTH;
b. Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
dan terbatas meliputi kegiatan pelataran non
hijau, parkir, gardu listrik, tanaman hias dan
kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada
huruf a yang tidak mengganggu fungsi
kawasan;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan mendirikan bangunan, kecuali
bangunan yang menunjang fungsi kawasan
dan/atau bangunan yang merupakan bagian
dari suatu jaringan atau tranmisi bagi
kepentingan umum; dan
- 106 -

d. Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang


Kawasan RTH Taman Jalan dan jalur hijau
jalan meliputi:
1. KDB paling besar 2,5% (dua koma lima
persen);
2. tinggi bangunan paling besar 1 (satu)
lantai; dan
3. KDH paling sedikit 97,5% (sembilan
puluh tujuh koma lima persen).
(6) Ketentuan umum peraturan zonasi RTH
Pemakaman dimaksud pada ayat (1) huruf e
meliputi:
a. Kegiatan yang diperbolehkan meliputi
pemakaman, RTH, wisata religi/budaya/
sejarah/cagar budaya;
b. Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
dan terbatas meliputi kegiatan pelataran non
hijau, kegiatan informal, parkir, gardu listrik,
tanaman hias, krematorium, rumah duka,
musholla, pertanian hortikultura, TPST
dengan konsep mengurangi, mendaur ulang,
menggunakan kembali dan memulihkan, dan
kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada
huruf a yang tidak mengganggu fungsi
kawasan;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan mendirikan bangunan, kecuali
bangunan yang menunjang fungsi kawasan
dan/atau bangunan yang merupakan bagian
dari suatu jaringan atau tranmisi bagi
kepentingan umum; dan
d. Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang
Kawasan RTH Pemakaman meliputi:
1. KDB paling besar 25% (dua puluh lima
persen);
2. KLB paling besar 0,2 (nol dua); dan
3. KDH paling sedikit 75% (tujuh puluh lima
persen).
(7) Ketentuan umum peraturan zonasi RTH Hutan Kota
dimaksud pada ayat (1) huruf f meliputi:
a. Kegiatan yang diperbolehkan meliputi RTH,
wisata alam, perkemahan;
- 107 -

b. Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat


dan terbatas meliputi kegiatan penjualan
tanaman hias, kegiatan seni dan budaya,
kegiatan informal, olahraga, pelataran non
hijau, TPST dengan konsep mengurangi,
mendaur ulang, menggunakan kembali dan
memulihkan, gardu listrik, dan kegiatan selain
sebagaimana dimaksud pada huruf a yang
tidak mengganggu fungsi kawasan;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan mendirikan bangunan, kecuali
bangunan yang menunjang fungsi kawasan
dan/atau bangunan yang merupakan bagian
dari suatu jaringan atau tranmisi bagi
kepentingan umum; dan
d. Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang
Kawasan RTH Hutan Kota meliputi:
1. KDB paling besar 10% (sepuluh persen);
2. KLB paling besar 0,1 (nol koma satu); dan
3. KDH paling sedikit 90% (sembilan puluh
persen).
(8) Ketentuan umum peraturan zonasi RTH Pengaman
Jalur Kereta Api dimaksud pada ayat (1) huruf g
meliputi:
a. Kegiatan yang diperbolehkan meliputi RTH,
pertanian, kolam ikan, dan kebun bunga;
b. Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
dan terbatas meliputi TPS, gardu listrik, BTS
Microcell, dan kegiatan selain sebagaimana
dimaksud pada huruf a yang tidak
mengganggu fungsi kawasan;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan mendirikan bangunan, kecuali
bangunan yang menunjang fungsi kawasan
dan/atau bangunan yang merupakan bagian
dari suatu jaringan atau tranmisi bagi
kepentingan umum; dan
d. Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang
Kawasan RTH Pengaman Jalur Kereta Api
meliputi:
1. KDB paling besar 0% (nol persen);
2. KLB paling besar 0 (nol); dan
3. KDH paling sedikit 100% (seratus
persen).
- 108 -

(9) Ketentuan umum peraturan zonasi RTH Pengaman


Jalur Pipa Gas dimaksud pada ayat (1) huruf h
meliputi:
a. Kegiatan yang diperbolehkan meliputi RTH,
pipa gas, pertanian, dan kebun bunga;
b. Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
dan terbatas meliputi kegiatan kolam ikan,
TPS, gardu listrik, dan kegiatan selain
sebagaimana dimaksud pada huruf a yang
tidak mengganggu fungsi kawasan;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan mendirikan bangunan, kecuali
bangunan yang menunjang fungsi kawasan
dan/atau bangunan yang merupakan bagian
dari suatu jaringan atau tranmisi bagi
kepentingan umum; dan
d. Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang
Kawasan RTH Pengaman Jalur Pipa Gas
meliputi:
1. KDB paling besar 0% (nol persen);
2. KLB paling besar 0 (nol); dan
3. KDH paling sedikit 100% (seratus
persen).
(10) Ketentuan umum peraturan zonasi RTH
SUTT/SUTET dimaksud pada ayat (1) huruf i
meliputi:
a. Kegiatan yang diperbolehkan meliputi RTH,
TPU, pipa gas, pertanian, gardu listrik, dan
kebun bunga;
b. Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
dan terbatas meliputi kegiatan hunian
tunggal, pusat penjualan tanaman hias,
olahraga, parkir, taman bermain, kolam ikan,
wisata, BTS microcell, TPST dengan konsep
mengurangi, mendaur ulang, menggunakan
kembali dan memulihkan, TPS, dan kegiatan
selain sebagaimana dimaksud pada huruf a
yang tidak mengganggu fungsi kawasan;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan mendirikan bangunan, kecuali
bangunan yang menunjang fungsi kawasan
dan/atau bangunan yang merupakan bagian
dari suatu jaringan atau tranmisi bagi
kepentingan umum; dan
- 109 -

d. Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang


Kawasan RTH SUTT/SUTET meliputi:
1. KDB paling besar 0% (nol persen);
2. KLB paling besar 0 (nol);
3. KDH paling sedikit 100% (seratus
persen); dan
4. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang
untuk kegiatan hunian tunggal pada
kawasan RTH SUTT/SUTET mengikuti
ketentuan intensitas pemanfaatan ruang
perumahan di sekitarnya.
(11) Ketentuan umum peraturan zonasi RTH Taman
Lingkungan dimaksud pada ayat (1) huruf j
meliputi:
a. Kegiatan yang diperbolehkan meliputi RTH,
taman bermain, kebun bunga, cagar budaya,
dan wisata alam;
b. Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
dan terbatas meliputi kegiatan pelataran non
hijau, kegiatan informal, parkir, BTS, gardu
listrik, perkemahan, olahraga, pertanian
hortikultura, kolam ikan, TPST dengan konsep
mengurangi, mendaur ulang, menggunakan
kembali dan memulihkan, dan kegiatan selain
sebagaimana dimaksud pada huruf a yang
tidak mengganggu fungsi kawasan;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan mendirikan bangunan, kecuali
bangunan yang menunjang fungsi kawasan
dan/atau bangunan yang merupakan bagian
dari suatu jaringan atau tranmisi bagi
kepentingan umum; dan
d. Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang
Kawasan RTH Taman Lingkungan meliputi:
1. KDB paling besar 15% (lima belas
persen);
2. KLB paling besar 0,15 (nol koma satu
lima); dan
3. KDH paling sedikit 85% (delapan puluh
lima persen).
65. Ketentuan Pasal 78 diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 78
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan rawan
bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75
ayat (2) huruf c meliputi:
a. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
rawan bencana banjir;
- 110 -

b. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan


rawan bencana longsor;
c. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
rawan bencana radiasi nuklir;
d. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
rawan bencana ledakan pipa gas; dan
e. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
rawan bencana ledakan senjata api.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan rawan
bencana banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a meliputi:
a. Kegiatan yang diperbolehkan meliputi
kegiatan RTH, sarana dan prasarana
pengendali banjir;
b. Kegiatan yang diperbolehkan secara bersyarat
dan terbatas meliputi kegiatan budidaya
dengan pembatasan intensitas pemanfaatan
ruang serta diwajibkan membuat sumur
resapan pada skala kavling dan tandon air
pada skala kawasan untuk mengendalikan
limpasan air;
c. Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan yang dapat menambah bencana
banjir, mengganggu limpasan air dan drainase
serta merusak lingkungan kawasan;
d. Pelaksanaan kegiatan dan/atau pembangunan
harus mendapatkan rekomendasi
pengendalian banjir dari instansi terkait;
e. Intensitas pemanfaatan ruang pada kawasan
budidaya yang bertampalan kawasan bencana
banjir KDH harus ditambah 5% (lima
persen) dan KDB dikurangi 5 (lima) persen
dari ketentuan; dan
f. Pemanfaatan ruang untuk budidaya baik
untuk hunian, maupun kegiatan lainnya
harus dilakukan melalui kajian teknis dan
melakukan penanganan rekayasa teknis atau
rekayasa teknologi untuk mengantisipasi
bencana.
- 111 -

(3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan rawan


bencana longsor sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b meliputi:
a. Kegiatan yang diperbolehkan meliputi
kegiatan RTH, sarana dan prasarana
pengendali longsor;
b. Kegiatan yang diperbolehkan secara bersyarat
dan terbatas meliputi kegiatan budidaya
dengan pembatasan intensitas pemanfaatan
ruang sesuai dengan pedoman penataan
ruang kawasan bencana longsor;
c. Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan yang dapat menambah bencana
longsor, mengganggu kondisi tanah dan
geologi kawasan serta merusak lingkungan
kawasan;
d. Pembatasan intensitas pemanfaatan ruang
pada kawasan budidaya yang bertampalan
kawasan bencana longsor disesuaikan dengan
tipe kawasan bencana longsor; dan
e. Pemanfaatan ruang untuk budidaya baik
untuk hunian, maupun kegiatan lainnya
harus dilakukan melalui kajian teknis dan
melakukan penanganan rekayasa teknis atau
rekayasa teknologi untuk mengantisipasi
bencana longsor.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan rawan
radiasi nuklir sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c meliputi:
a. Kegiatan yang diperbolehkan meliputi
kegiatan RTH;
b. Kegiatan yang diperbolehkan secara bersyarat
dan terbatas meliputi kegiatan budidaya
dengan pembatasan pemanfaatan ruang
sesuai dengan peraturan dari instansi terkait;
c. Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan yang dapat mengganggu kawasan
nuklir serta merusak lingkungan kawasan
sesuai dengan peraturan dari instansi terkait;
- 112 -

d. Penyediaan jalur dan ruang evakuasi bencana,


jika terjadi kecelakaan teknologi nuklir; dan
e. Pembatasan pemanfaatan ruang pada
kawasan budidaya yang bertampalan kawasan
radiasi nuklir disesuaikan dengan radius zona
bahaya nuklir.
(5) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan rawan
ledakan pipa gas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf d meliputi:
a. Kegiatan yang diperbolehkan meliputi
kegiatan RTH;
b. Kegiatan yang diperbolehkan secara bersyarat
dan terbatas meliputi kegiatan budidaya
dengan jarak aman sesuai dengan peraturan;
c. Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan yang dapat menambah bencana
ledakan pipa gas, mengganggu kawasan pipa
gas serta merusak lingkungan kawasan sesuai
dengan peraturan; dan
d. Penyediaan jalur dan ruang evakuasi bencana,
jika terjadi kecelakaan ledakan pipa gas.
(6) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan rawan
ledakan senjata api dan mesiu sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf e meliputi:
a. Kegiatan yang diperbolehkan meliputi
kegiatan RTH;
b. Kegiatan yang diperbolehkan secara bersyarat
dan terbatas meliputi kegiatan budidaya
dengan jarak aman sesuai dengan peraturan;
c. Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan yang dapat menambah bencana
ledakan senjata api dan mesiu, mengganggu
kawasan gudang senjata serta merusak
lingkungan kawasan sesuai dengan peraturan;
dan
d. Pembatasan pemanfaatan ruang pada
kawasan budidaya yang bertampalan kawasan
rawan ledakan senjata dan mesiu disesuaikan
dengan radius zona bahaya.
- 113 -

66. Ketentuan Pasal 79 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 79
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan cagar
budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat
(2) huruf d meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan berupa kegiatan
penelitian, kegiatan pendidikan, kegiatan
sosial budaya, dan kegiatan pariwisata;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
meliputi pemanfaatan ruang secara terbatas
untuk bangunan pengawasan dan kegiatan
selain sebagaimana dimaksud pada huruf a
yang tidak mengganggu fungsi kawasan cagar
budaya; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan yang dapat merusak kekayaan
budaya yang berupa bangunan bersejarah,
pendirian bangunan yang tidak sesuai dengan
fungsi kawasan, pemanfaatan ruang yang
dapat mengganggu kelestarian lingkungan di
sekitar peninggalan bangunan bersejarah,
dan/atau pemanfaatan ruang yang dapat
mengganggu upaya pelestarian budaya
masyarakat setempat.
(2) Ketentuan umum intensitas pemanfaatan ruang
untuk pelestarian kawasan cagar budaya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. KDB paling besar sesuai dengan kondisi
eksisting;
b. KLB paling besar sesuai dengan kondisi
eksisting; dan
c. KDH paling sedikit 25% (dua puluh lima
persen).
67. Ketentuan Pasal 80 diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 80
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75
ayat (3) huruf a diarahkan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan
pertanian lahan kering, pertanian
hortikultura, penjualan tanaman hias, taman,
peternakan, kebun bunga, TPST dengan
konsep mengurangi, mendaur ulang,
menggunakan kembali dan memulihkan;
- 114 -

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat


dan terbatas meliputi kegiatan pengolahan
pertanian, kegiatan pengolahan peternakan,
kolam ikan, wisata, pusat penelitian pertanian
dan sarana penunjang kawasan; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan yang mengakibatkan terganggunya
kawasan pertanian.
(2) ketentuan umum intensitas pemanfaatan ruang
kawasan pertanian meliputi:
a. KDB paling besar 30% (tiga puluh persen);
b. KLB paling besar 0,6 (nol koma enam); dan
c. KDH paling sedikit 30% (tiga puluh persen).
68. Ketentuan Pasal 81 diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 81
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75
ayat (3) huruf b angka 1 meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan
pemanfaatan ruang untuk industri dan
fasilitas penunjang industri dengan
memperhatikan konsep ecoindustrial park
meliputi perkantoran industri, terminal
barang, pergudangan, tempat ibadah, fasilitas
olahraga, sarana telekomunikasi, dan jasa-
jasa penunjang industri meliputi jasa promosi
dan informasi hasil industri, jasa
ketenagakerjaan, jasa ekspedisi, dan sarana
penunjang lainnya meliputi Instalasi
Pengelolaan Air Limbah terpusat untuk
pengelolaan limbah cair;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
dan terbatas meliputi kegiatan pemanfaatan
ruang untuk mendukung kegiatan industri
berupa hunian, rekreasi, serta perdagangan
dan jasa dengan luas total tidak melebihi 10%
(sepuluh persen) total luas persil;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
menambah luasan lahan dan kapasitas
produksi pada kawasan industri di luar
kawasan industri Taman Tekno dan kegiatan
selain sebagaimana dimaksud pada huruf a
dan huruf b;
- 115 -

d. Kawasan industri eksisting di luar kawasan


industri taman tekno diarahkan untuk masuk
ke dalam Kawasan Industri Taman Tekno;
e. Pengembangan dan optimalisasi kegiatan
industri berada pada kawasan industri Taman
Tekno di Kecamatan Setu; dan
f. Ketentuan umum intensitas pemanfaatan
ruang kawasan industri sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
1. KDB paling besar 70% (tujuh puluh
persen);
2. KLB paling besar 4.2 (empat koma dua);
dan
3. KDH paling sedikit 12.5% (dua belas
koma lima persen).
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi sentra industri
kecil dan menengah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 75 ayat (3) huruf b angka 2 meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan
pemanfaatan ruang untuk industri kecil dan
menengah dan fasilitas penunjang sentra
industri kecil dan menengah dengan
memperhatikan konsep ecoindustrial;
b. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
menambah luasan lahan dan kapasitas
produksi pada sentra industri kecil dan
menengah; dan
c. Penambahan luasan sentra industri kecil dan
menengah sehingga menyebabkan
penambahan kapasitas produksi dan skala
industri diarahkan untuk masuk ke dalam
kawasan industri yang telah ada.
d. Perubahan kegiatan pada sentra industri kecil
dan menengah menjadi kegiatan usaha
diperbolehkan dengan intensitas pemanfaatan
ruang sesuai dengan kawasan yang ada di
sekitarnya.
e. Ketentuan umum intensitas pemanfaatan
ruang sentra industri kecil dan menengah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
1. KDB paling besar 60% (enam puluh
persen);
2. KLB paling besar 2 (dua); dan
3. KDH paling sedikit 15% (lima belas
persen).
- 116 -

69. Ketentuan Pasal 82 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 82
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75
ayat (3) huruf c meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan
pemanfaatan ruang untuk kegiatan
pembangunan pariwisata dan fasilitas
penunjang pariwisata, kegiatan pemanfaatan
potensi alam dan budaya masyarakat sesuai
dengan daya dukung dan daya tampung
lingkungan, kegiatan perlindungan terhadap
peninggalan kebudayaan masa lampau;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
dan terbatas meliputi kegiatan pemanfaatan
ruang secara terbatas untuk menunjang
kegiatan pariwisata adalah kegiatan hunian,
jasa pelayanan bisnis, jasa percetakan,
fotografi dan komunikasi; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan yang berpotensi terjadinya
perubahan lingkungan fisik alamiah ruang
untuk kawasan wisata alam dan kegiatan
selain sebagaimana dimaksud pada huruf a
dan huruf b.
(2) Ketentuan umum intensitas pemanfaatan ruang
kawasan pariwisata sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi:
a. KDB paling besar 60% (enam puluh persen);
b. KLB paling besar 4 (empat); dan
c. KDH paling sedikit 15% (lima belas persen).
70. Ketentuan Pasal 83 diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 83
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
perumahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75
ayat (3) huruf d angka 1 meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan
pembangunan perumahan vertikal dan
horizontal, RTH, kegiatan pembangunan
prasarana dan sarana lingkungan perumahan
sesuai dengan standar, hirarki dan skala
pelayanannya;
- 117 -

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat


dan terbatas meliputi kegiatan selain
sebagaimana dimaksud pada huruf a berupa
pemanfaatan ruang secara terbatas untuk
mendukung kegiatan perumahan vertikal dan
horizontal beserta prasarana dan sarana
lingkungan, industri rumah tangga dengan
luas bangunan paling besar 100 (seratus)
meter persegi dan tidak merupakan industri
polutif, kegiatan pertanian hortikultura,
kegiatan perikanan budidaya, kegiatan
peternakan terbatas pada kegiatan eksisting di
lokasi perumahan yang tidak mencemari
lingkungan dan tidak mengembangkan
kegiatan peternakan baru;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan industri besar dan kegiatan lainnya
yang mengakibatkan terganggunya kegiatan
perumahan;
d. kegiatan pembangunan perumahan vertikal
untuk rumah susun jumlah lantai paling
besar 10 (sepuluh) lantai dapat dilakukan
pada kawasan permukiman dengan syarat
ROW jalan paling kurang 12 (dua belas) meter
dan mendapat persetujuan dari pemerintah
daerah;
e. kegiatan pembangunan perumahan vertikal
untuk rumah susun dengan fungsi asrama di
dalam kawasan pertahanan dan keamanan,
kepolisian dan pendidikan militer dengan
jumlah lantai paling besar 8 (delapan) lantai
dengan syarat ROW jalan 6 (enam) meter; dan
f. penyelenggaraan perumahan berjumlah
15 (lima belas) unit rumah mengikuti
ketentuan penyelenggaraan perumahan.
(2) Ketentuan umum intensitas pemanfaatan ruang
kawasan perumahan untuk perumahan vertikal
meliputi:
a. KDB paling besar 60% (enam puluh persen);
b. KLB paling besar 3 (tiga);
c. KDH paling sedikit 17,5% (tujuh belas koma
lima persen); dan
d. KTB paling besar 60% (enam puluh persen).
- 118 -

(3) Ketentuan umum intensitas pemanfaatan ruang


kawasan perumahan untuk perumahan horizontal
meliputi:
a. KDB paling besar 60 (enam puluh) persen;
b. KLB paling besar 1,2 (satu koma dua); dan
c. KDH paling sedikit 12,5% (dua belas koma
lima persen).
(4) RTH Publik yang harus disediakan kawasan
perumahan paling sedikit sebesar 12,5% (dua belas
koma lima persen).
(5) Dalam pengembangan kawasan perumahan,
intensitas pemanfaatan ruang kawasan perumahan
dihitung secara kawasan dan bukan dihitung secara
persil;
(6) Dalam radius pengembangan Kawasan TOD,
intensitas pemanfaatan ruang kawasan perumahan
dapat menggunakan intensitas pemanfaatan ruang
kawasan perumahan vertikal;
(7) Penataan dan pengendalian pemanfaatan ruang
kawasan perumahan yang terkena KKOP bandara
diatur berdasarkan ketentuan yang berlaku; dan
(8) Dalam hal pembangunan prasarana dan sarana
lingkungan perumahan berupa sarana pendidikan,
sarana kesehatan, sarana olahraga, sarana
transportasi, dan sarana peribadatan pada kawasan
perumahan maka intensitas pemanfaatan ruangnya
mengikuti ketentuan umum intensitas pemanfaatan
ruang kawasan sesuai peruntukannya.

71. Ketentuan Pasal 84 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 84
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
perdagangan dan jasa sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 75 ayat (3) huruf d angka 2 meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan untuk kegiatan
profesional jasa keuangan, sektor informal,
jasa perkantoran, usaha dan perdagangan,
jasa hiburan dan rekreasi, jasa
kemasyarakatan serta kegiatan pembangunan
prasarana dan sarana umum pendukung pada
kawasan blok komersial dan jalan nasional
meliputi kegiatan pemanfaatan ruang untuk
kegiatan perdagangan dan jasa skala regional,
- 119 -

pada strip komersial dan jalan provinsi


meliputi kegiatan pemanfaatan ruang untuk
kegiatan perdagangan dan jasa skala regional
dan skala kota, pada jalan kota meliputi
kegiatan pemanfaatan ruang untuk kegiatan
perdagangan dan jasa skala kota dan skala
lokal; dan
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
dan terbatas meliputi kegiatan pemanfaatan
ruang untuk mendukung kegiatan
perdagangan dan jasa skala regional, skala
kota dan lokal seperti rumah susun,
apartemen, sarana pelayanan umum berupa
sarana pendidikan, sarana kesehatan, rekreasi,
sarana olahraga, sarana transportasi, dan
sarana peribadatan; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada
huruf a dan huruf b.
(2) Ketentuan umum intensitas pemanfaatan ruang
kawasan perdagangan dan jasa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. KDB paling besar 60% (enam puluh persen);
b. KLB paling besar 9,6 (sembilan koma enam);
c. KDH paling sedikit 15% (lima belas persen);
dan
d. KTB paling besar 65% (enam puluh lima
persen).
(3) Dalam hal pemanfaatan ruang perdagangan dan
jasa berada pada dua akses jalan yang berbeda
maka ketentuan intensitas pemanfaatan ruang
mengikuti ROW jalan yang dijadikan akses utama.
(4) Dalam hal lahan yang berada pada dua fungsi
peruntukan ruang ketentuan intensitas
pemanfaatan ruang dihitung secara proporsional.
(5) Dalam hal kegiatan untuk bangunan tinggi pada
kawasan perdagangan dan jasa dengan ROW jalan
yang belum sesuai rencana maka perhitungan
intensitas pemanfaatan ruang dalam ijin mendirikan
bangunan mengikuti ketentuan intensitas
pemanfaatan ruang sesuai ROW jalan eksisting
sedangkan site plan dapat mengikuti ketentuan
intensitas pemanfaatan ruang pada ROW jalan
rencana.
- 120 -

(6) Penataan dan pengendalian pemanfaatan ruang


kawasan perdagangan dan jasa yang terkena KKOP
bandara diatur berdasarkan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan.
(7) Dalam hal pembangunan kegiatan sarana
pendidikan, kesehatan, olahraga, transportasi, dan
sarana peribadatan pada kawasan perdagangan dan
jasa maka intensitas pemanfaatan ruangnya
mengikuti ketentuan umum intensitas pemanfaatan
ruang kawasan sesuai peruntukannya.

72. Ketentuan Pasal 85 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 85
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
perkantoran pemerintahan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 75 ayat (3) huruf d angka 3 meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan
pemanfaatan ruang untuk kegiatan
pembangunan perkantoran, serta kegiatan
pembangunan prasarana dan sarana umum
pendukung perkantoran seperti sarana pejalan
kaki yang menerus, sarana olahraga, sarana
peribadatan, sarana perparkiran, sarana
kuliner, sarana transportasi umum, ruang
terbuka hijau, gedung penelitian, dan peragaan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Trade dan
Expo Center dan jaringan utilitas perkantoran
yang dilengkapi aksesibilitas bagi penyandang
cacat;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
dan terbatas meliputi kegiatan pemanfaatan
ruang untuk mendukung kegiatan perkantoran
pemerintahan selain sebagaimana dimaksud
pada huruf a;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada
huruf a dan huruf b; dan
d. Ketentuan umum intensitas pemanfaatan
ruang kawasan perkantoran pemerintahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
KDH paling sedikit 20% (dua puluh persen).
- 121 -

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan


pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75
ayat (3) huruf d angka 4 diarahkan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan
pembangunan untuk prasarana dan sarana
sesuai dengan skala pelayanan yang
ditetapkan, penghijauan, TPST dengan konsep
mengurangi, mendaur ulang, menggunakan
kembali dan memulihkan, dan gardu listrik;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
dan terbatas meliputi pemanfaatan ruang
secara terbatas untuk mendukung kegiatan
pendidikan;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a dan huruf b;
d. kegiatan pembangunan untuk prasarana dan
sarana pendidikan mengacu pada peraturan
menteri yang berlaku; dan
e. ketentuan umum intensitas pemanfaatan
ruang kawasan pendidikan meliputi:
1. KDB paling besar 60% (enam puluh
persen);
2. KLB paling besar 6 (enam);
3. KDH paling sedikit 15% (lima belas
persen); dan
4. KTB paling besar 65% (enam puluh lima
persen).
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75
ayat (3) huruf d angka 5 diarahkan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan
pembangunan prasarana dan sarana
kesehatan sesuai dengan skala pelayanan yang
ditetapkan, penghijauan dan kegiatan
pembangunan fasilitas penunjang kawasan
kesehatan;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
dan terbatas meliputi pemanfaatan ruang
secara terbatas untuk mendukung kegiatan
kesehatan;
- 122 -

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi


kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf a dan huruf b;
d. kegiatan pembangunan untuk prasarana dan
sarana kesehatan mengacu pada peraturan
menteri yang berlaku; dan
e. ketentuan umum intensitas pemanfaatan
ruang kawasan kesehatan meliputi:
1. KDB paling besar 60% (enam puluh
persen);
2. KLB paling besar 6 (enam);
3. KDH paling sedikit 15% (lima belas
persen); dan
4. KTB paling besar 65% (enam puluh lima
persen).
73. Ketentuan Pasal 86 diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 86
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan RTNH
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (3)
huruf d angka 6 meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan
pemanfaatan ruang untuk kegiatan
berlangsungnya aktifitas masyarakat, kegiatan
olahraga, kegiatan rekreasi, kegiatan parkir,
penyediaan plasa, monumen, landmark dan
evakuasi bencana;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
meliputi kegiatan pemanfaatan ruang untuk
sektor informal secara terbatas untuk
menunjang kegiatan sebagaimana dimaksud
huruf a sesuai dengan KDB yang ditetapkan;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada
huruf a dan huruf b; dan
d. Ketentuan umum intensitas pemanfaatan
ruang kawasan RTNH sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
1. KDB paling besar 10% (sepuluh persen);
2. KLB paling besar 0,4 (nol koma empat);
3. tinggi bangunan paling besar 2 (dua)
lantai; dan
4. KDH paling sedikit 10% (sepuluh persen).
- 123 -

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi tempat evakuasi


bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75
ayat (3) huruf d angka 7 meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan
untuk pembangunan prasarana dan sarana
evakuasi bencana, penghijauan, dan
pembangunan fasilitas penunjang
keselamatan orang dan menunjang kegiatan
operasionalisasi evakuasi bencana;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
meliputi kegiatan pemanfaatan ruang secara
terbatas untuk menunjang kegiatan evakuasi
bencana;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada
huruf a dan huruf b; dan
d. Ketentuan umum intensitas pemanfaatan
ruang tempat evakuasi bencana sesuai dengan
ketentuan umum intensitas pemanfaatan
ruang yang bertampalan.
74. Ketentuan Pasal 87 diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 87
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
peribadatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75
ayat (3) huruf d angka 8 diarahkan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan
pembangunan prasarana dan sarana
peribadatan, penghijauan dan kegiatan
pembangunan fasilitas penunjang kawasan
peribadatan;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
dan terbatas meliputi pemanfaatan ruang
secara terbatas untuk mendukung kegiatan
peribadatan;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a dan huruf b; dan
d. ketentuan umum intensitas pemanfaatan
ruang kawasan peribadatan meliputi:
1. KDB paling besar 60% (enam puluh
persen);
2. KLB paling besar 6 (enam);
- 124 -

3. KDH paling sedikit 15% (lima belas


persen); dan
4. KTB paling besar 65% (enam puluh lima
persen).
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
olahraga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75
ayat (3) huruf d angka 9 diarahkan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan
pembangunan prasarana dan sarana
olahraga, penghijauan dan kegiatan
pembangunan fasilitas penunjang kawasan
olahraga;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
dan terbatas meliputi pemanfaatan ruang
secara terbatas untuk mendukung kegiatan
olahraga;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a dan huruf b; dan
d. ketentuan umum intensitas pemanfaatan
ruang kawasan olahraga meliputi:
1. KDB paling besar 60% (enam puluh
persen);
2. KLB paling besar 6 (enam);
3. KDH paling sedikit 15% (lima belas
persen); dan
4. KTB paling besar 65% (enam puluh lima
persen).
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
transportasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
75 ayat (3) huruf d angka 10 diarahkan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan
pembangunan prasarana dan sarana
transportasi, penghijauan dan kegiatan
pembangunan fasilitas penunjang kawasan
transportasi;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
dan terbatas meliputi pemanfaatan ruang
secara terbatas untuk mendukung kegiatan
transportasi;
- 125 -

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi


kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a dan huruf b; dan
d. ketentuan umum intensitas pemanfaatan
ruang kawasan transportasi meliputi:
1. KDB paling besar 60% (enam puluh
persen);
2. KLB paling besar 6 (enam);
3. KDH paling sedikit 15% (lima belas
persen); dan
4. KTB paling besar 65% (enam puluh lima
persen).

75. Ketentuan Pasal 88 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 88
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pertahanan
dan keamanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75
ayat (3) huruf e diarahkan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi pemanfaatan
ruang untuk kegiatan pertahanan dan keamanan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan
dan penghijauan;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat dan
terbatas meliputi pemanfaatan ruang untuk
fasilitas penunjang kawasan pertahanan dan
keamanan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada
huruf a dan huruf b; dan
d. ketentuan umum intensitas pemanfaatan ruang
kawasan pertahanan dan keamanan meliputi:
1. KDB paling besar 60% (enam puluh persen);
2. KDH paling sedikit 20% (dua puluh persen);
3. KLB paling besar Sesuai Kebutuhan; dan
4. KTB paling besar Sesuai Kebutuhan.

76. Ketentuan Pasal 89 dihapus.

77. Ketentuan Pasal 90 dihapus.

78. Ketentuan Pasal 91 dihapus.

79. Ketentuan Pasal 92 dihapus.


- 126 -

80. Ketentuan ayat (2) Pasal 93 diubah, sehingga Pasal 93


berbunyi sebagai berikut:
Pasal 93
(1) Di kawasan budidaya dapat ditetapkan kegiatan
selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75
ayat (1) huruf b dengan ketentuan tidak
mengganggu dominasi fungsi kawasan yang
bersangkutan dan tidak melanggar ketentuan
umum peraturan zonasi pola ruang sebagaimana
diatur dalam Peraturan Daerah ini.
(2) Pemanfaatan kawasan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat dilaksanakan setelah adanya kajian
komprehensif dan setelah mendapat rekomendasi
dari TKPRD Kota.

81. Ketentuan Pasal 99 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 99
(1) Dalam rangka mendorong terwujudnya struktur
dan pola ruang wilayah kota, insentif diberikan
pada kawasan sebagai berikut:
a. kawasan yang didorong perkembangannya;
dan
b. kawasan pusat kota.
(2) Bentuk insentif yang diberikan pada kawasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. reduksi biaya retribusi iklan bagi sektor
swasta yang mengelola RTH yang berada pada
ruang publik;
b. penyediaan pelayanan jaringan utilitas dan
prasarana dasar kawasan;
c. penyediaan jalan akses yang memadai;
d. Pada kawasan perumahan skala besar
penetapan intensitas kawasan perdagangan
dan jasa dapat diterapkan teknik pengaturan
transfer development right dengan syarat
harus membuat masterplan dan Urban Design
Guidelines dengan batasan kelebihan KLB
25 (dua puluh lima) dari ketentuan yang
ditetapkan;
- 127 -

e. Pada kawasan industri disekitar fungsi


perdagangan dan jasa jika merubah fungsinya
menjadi perdagangan jasa dapat diberikan
insentif berupa perubahan KLB sesuai dengan
kawasan perdagangan dan jasa serta
penambahan KLB dengan batasan maksimal
15 (lima belas) dari KLB perdagangan dan jasa
pada lokasi tersebut;
f. Pada kawasan industri disekitar fungsi hunian
apabila berubah fungsi menjadi hunian
vertikal maka dapat diberikan insentif berupa
perubahan KLB sesuai dengan Perdagangan
dan Jasa;
g. Kegiatan industri pada kawasan perumahan
jika merubah fungsinya menjadi hunian maka
diberikan insentif berupa perubahan KLB
sesuai dengan kawasan perumahan vertikal;
h. Dalam hal pengembang dapat menyediakan
RTH Publik yang diserahkan kepada
pemerintah daerah di luar ketentuan
intensitas yang ditetapkan maka pengembang
berhak mendapatkan insentif kelebihan KTB
sebesar 1,5 (satu lima) kali luas RTH publik
yang disediakan; dan
i. Bagi masyarakat yang bermukim di sekitar
kawasan TPA dan terkena dampak maka
dapat diberikan insentif berupa prioritas
sasaran program dan kegiatan pembangunan.

82. Ketentuan Pasal 100 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 100
(1) Untuk menghambat perkembangan kawasan yang
dibatasi perkembangannya maka disinsentif
diberlakukan pada kawasan sebagai berikut:
a. kawasan yang dibatasi pengembangannya;
b. kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan
pemugaran; dan
c. kawasan budidaya.
(2) Bentuk disinsentif yang dikenakan pada kawasan
yang dibatasi pengembangannya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. membatasi izin prinsip dan izin lokasi;
- 128 -

b. setiap pengembangan ruang wajib dilengkapi


dengan dokumen amdal dan wajib
mendapatkan izin prinsip dan izin lokasi dari
Walikota; dan
c. tidak dibangun jaringan prasarana baru
kecuali prasarana vital yang sudah ditetapkan
di dalam RTRW Kota Tangerang Selatan.
(3) Bentuk disinsentif yang dikenakan pada kawasan
yang ditetapkan sebagai kawasan pemugaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi:
a. Pengenaan pajak kegiatan yang relatif lebih
besar daripada kawasan lainnya untuk setiap
pengembangan ruang;
b. Setiap pengembangan ruang wajib dilengkapi
dengan dokumen amdal dan wajib
mendapatkan izin lokasi dari walikota;
c. Pengenaan sanksi terhadap kegiatan yang
menimbulkan dampak negatif bagi pelestarian
kawasan maupun bangunan cagar budaya;
d. Pembatasan ketinggian bangunan dan luas
lahan bagi pengembangan kegiatan di dalam
dan di sekitar kawasan cagar budaya; dan
e. Pelarangan ekstensifikasi lahan bagi kegiatan
yang telah ada, kecuali pada kawasan yang
telah memiliki petunjuk yang telah disahkan,
namun dengan memperhatikan standar teknis
konstruksi dan aspek mitigasi bencana.
(4) Bentuk disinsentif yang dikenakan pada kawasan
budidaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c meliputi:
a. Dalam hal terdapat pembangunan bangunan
tinggi dengan KLB melebihi ketentuan
intensitas pemanfaatan ruang maka
dikenakan biaya sesuai dengan peraturan
yang berlaku, dengan batasan maksimal
kelebihan KLB sebesar 20 (dua puluh); dan
b. Dalam hal terdapat bangunan tinggi dengan
KTB melebihi ketentuan intensitas
pemanfaatan ruang maka dikenakan
disinsentif berupa penyediaan RTH di luar
lahan perencanaan semula dengan luasan
sesuai dengan kelebihan KTB tersebut.
-1-

PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN
NOMOR 9 TAHUN 2019
TENTANG
PERUBAHAN ATAS
PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA TANGERANG SELATAN
TAHUN 2011 – 2031

I. UMUM
Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang
sebagai landasan hukum komprehensif penyelenggaraan penataan
ruang secara nasional untuk mewujudkan ruang yang aman, nyaman,
produktif, dan berkelanjutan, mengamanatkan agar dibentuk peraturan
pelaksanaan sebagai landasan operasional dalam mengimplementasikan
ketentuan undang-undang. Untuk itu diperlukan peraturan
pelaksanaan perencanaan tata ruang yang mengatur ketentuan
mengenai penyusunan dan penetapan rencana tata ruang kawasan
perkotaan yang dilaksanakan melalui prosedur untuk menghasilkan
rencana tata ruang yang berkualitas dan dapat diimplementasikan.
Peraturan tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
merupakan peraturan yang dapat dijadikan pedoman pelaksanaan
penataan ruang kawasan. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional,
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, dan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota mencakup ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi, sebagai tempat masyarakat melakukan
kegiatan dan memelihara kelangsungan hidupnya, serta merupakan
suatu sumber daya yang harus ditingkatkan upaya pengelolaannya
secara bijaksana. Dengan demikian RTRW Kota Tangerang Selatan
sangatlah strategis untuk menjadi pedoman dalam penyelenggaraan
penataan ruang, serta untuk menjaga kegiatan pembangunan agar tetap
sesuai dengan kaidah-kaidah pembangunan berkelanjutan, sekaligus
mampu mewujudkan ruang yang produktif dan berdaya saing menuju
Kota Tangerang Selatan sebagai kota yang cerdas, berkualitas, dan
berdaya saing berbasis teknologi dan inovasi.
-2-

II. PASAL DEMI PASAL


Pasal I
Angka 1
Pasal 1
Cukup jelas.
Angka 2
Pasal 5
Wilayah perencanaan RTRW Kota Tangerang
Selatan dijabarkan sampai dengan tingkat
kecamatan.
Angka 3
Pasal 6
Yang dimaksud luas wilayah administrasi
Kota Tangerang Selatan adalah diukur
berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 5 Tahun 2012 tentang Batas Daerah
Kabupaten Tangerang Dengan Kota Tangerang
Selatan Provinsi Banten, Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2012 tentang
Batas Daerah Kota Tangerang Selatan dengan
Kota Tangerang Provinsi Banten, Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2015
tentang Batas Daerah Provinsi Daerah Khusus
Ibu Kota Jakarta dengan Provinsi Banten, dan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 38
Tahun 2015 tentang Batas Daerah Kabupaten
Bogor Provinsi Jawa Barat dengan Kabupaten
Tangerang Provinsi Banten, Kabupaten Bogor
Provinsi Jawa Barat dengan Kota Tangerang
Selatan Provinsi Banten dan Kota Depok Provinsi
Jawa Barat dengan Kota Tangerang Selatan
Provinsi Banten.
Angka 4
Pasal 9
Kawasan strategis kota akan diatur dalam RDTR.
-3-

Angka 5
Pasal 10
Mengakomodir Peraturan Daerah Provinsi Banten
Nomor 5 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 2
Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Banten Tahun 2010 – 2030 yang
menyebutkan Kota Tangerang Selatan termasuk
ke dalam WKP 1.
Angka 6
Pasal 11
Cukup jelas.
Angka 7
Pasal 13
Cukup jelas.
Angka 8
Pasal 14
Kawasan strategis kota akan diatur dalam RDTR.
Angka 9
Pasal 15
Menyesuaikan dengan nomenklatur Peraturan
Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2018
tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten dan Kota.
Angka 10
Pasal 16
Menyesuaikan dengan nomenklatur Peraturan
Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2018
tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten dan Kota.
Angka 11
Pasal 17
Cukup jelas.
-4-

Angka 12
Pasal 18
Cukup jelas.
Angka 13
Pasal 20
Menyesuaikan dengan nomenklatur Peraturan
Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2018
tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten dan Kota.
Angka 14
Pasal 21
Cukup jelas.
Angka 15
Pasal 22
Huruf a
angka 1
Jalan Ir. Juanda, Jalan Dewi
Sartika, Jalan M. Toha, Jalan RE
Martadinata, merupakan nama
jalan pada ruas Bts. DKI Banten-
Gandaria/Bts.Depok/Tangerang
(Ciputat - Bogor). Pengembangan
dan peningkatan jaringan jalan
nasional lainnya mengacu pada
peraturan yang berlaku.
Besaran ROW jaringan jalan
nasional fungsi kolektor primer
satu (JKP 1) meliputi:
a) Jalan Dewi Sartika dengan
lebar ROW Jalan 40 (empat
puluh) meter;
b) Jalan Ir. H. Juanda dengan
lebar ROW Jalan 40 (empat
puluh) meter;
-5-

c) Jalan Moh Toha dengan


lebar ROW Jalan 40 (empat
puluh) meter;
d) Jalan Otto Iskandar Dinata
dengan lebar ROW Jalan 40
(empat puluh) meter;
e) Jalan Rambutan dengan
lebar ROW Jalan 12 (dua
belas) meter;
f) Jalan RE Martadinata
dengan lebar ROW Jalan 40
(empat puluh) meter.
angka 2
Rencana Jalan Tol Serpong-
Muncul-Rumpin berdasarkan
rencana project JORR II.
angka 3
Rencana pengembangan sistem
jaringan transportasi angkutan
massal terpadu berbasis jalan
pada jalan Nasional meliputi
Jl. Moh. Toha – Jl. RE.
Martadinata.
angka 4
Cukup jelas.
Huruf b
angka 1
Jalan H. Amir Machmud, Jalan
Raden Fatah merupakan nama
jalan pada ruas Jalan Raya
Jombang. Jalan Lingkar Selatan
merupakan jalan terusan Jalan
Raya Puspitek hingga perbatasan
Kab. Tangerang. Jalan Sarimulya
merupaan pengalihan jalan
simpang muncul-parung. Jalan
Ceger Raya, Jalan Raya Pondok
-6-

Aren dan Jalan Pondok Betung


Raya (menghubungkan
Tangerang dan DKI Jakarta)
diusulkan menjadi jalan Provinsi.
Pengembangan dan peningkatan
jaringan jalan provinsi lainnya
mengacu pada peraturan yang
berlaku.
Besaran ROW jaringan jalan
provinsi fungsi kolektor primer
dua (JKP 2) meliputi:
a) Jalan Aria Putra dengan
lebar ROW Jalan 24 (dua
puluh empat) meter;
b) Jalan BSD Grand Boulevard
dengan lebar ROW Jalan
40 (empat puluh) meter;
c) Jalan Ceger Raya dengan
lebar ROW Jalan 24 (dua
puluh empat) meter;
d) Jalan Cirendeu Raya dengan
lebar ROW Jalan 24 (dua
puluh empat) meter;
e) Jalan Cisauk dengan lebar
ROW Jalan 24 (dua puluh
empat) meter;
f) Jalan Dr. Setiabudi dengan
lebar ROW Jalan 24 (dua
puluh empat) meter;
g) Jalan H. Amir Machmud
dengan lebar ROW Jalan
24 (dua puluh empat) meter;
h) Jalan Haji Usman dengan
lebar ROW Jalan 12 (dua
belas) meter;
-7-

i) Jalan Jombang Raya dengan


lebar ROW Jalan 24 (dua
puluh empat) meter;
j) Jalan Lingkar Selatan
dengan lebar ROW Jalan
40 (empat puluh) meter;
k) Jalan Otto Iskandar Dinata
dengan lebar ROW Jalan
40 (empat puluh) meter;
l) Jalan Pahlawan Seribu
dengan lebar ROW Jalan
20 (dua puluh) dan
40 (empat puluh) meter;
m) Jalan Pajajaran dengan lebar
ROW Jalan 40 (empat
puluh) meter;
n) Jalan Pondok Betung Raya
dengan lebar ROW Jalan
24 (dua puluh empat) meter;
o) Jalan Pondok Cabe Raya
dengan lebar ROW Jalan
24 (dua puluh empat) meter;
p) Jalan Raden Fatah dengan
lebar ROW Jalan 24 (dua
puluh empat) meter;
q) Jalan Raya Pondok Aren
dengan lebar ROW Jalan
24 (dua puluh empat) meter;
r) Jalan Raya Puspitek dengan
lebar ROW Jalan 40 (empat
puluh) meter;
s) Jalan Raya Serpong dengan
lebar ROW Jalan 40 (empat
puluh) meter;
t) Jalan Siliwangi dengan lebar
ROW Jalan 40 (empat
puluh) meter;
-8-

u) Jalan Surya Kencana


dengan lebar ROW Jalan
16 (enam belas) dan 24 (dua
puluh empat) meter;
v) Jalan Sarimulya dengan
lebar ROW Jalan 16 (enam
belas) meter.
angka 2
Rencana pengembangan sistem
jaringan transportasi angkutan
massal terpadu berbasis jalan
pada jalan Provinsi meliputi:
a) Jalur Serpong Raya (Jl. Raya
Serpong – BSD- Jl. Pahlawan
Seribu – Puspiptek – Jl.
Siliwangi); dan
b) Jalur Jl. Cabe Raya – Jl.
Setiabudi – Jl. Pajajaran –
Jl.Ir. H. Juanda.
angka 3
Cukup jelas.
Huruf c
Jaringan Jalan Kota Tangerang Selatan
berdasarkan update Keputusan Walikota
Tangerang Selatan nomor 621/Kep.254-
Huk/2012 tentang Penetapan Status
Jalan Sebagai Jalan Kota dan Jalan
Strategis Kota. Pengembangan dan
peningkatan jaringan jalan kota lainnya
mengacu pada peraturan yang berlaku.
angka 1
Besaran ROW jaringan jalan kota
fungsi Arteri Sekunder meliputi:
a) Jalan Alam Sutera
Boulevard dengan lebar
ROW Jalan 20 (dua puluh)
dan 40 (empat puluh)
meter;
-9-

b) Jalan Bhayangkara 1
dengan lebar ROW Jalan
24 (dua puluh empat)
meter;
c) Jalan Bhayangkara Raya
dengan lebar ROW Jalan
24 (dua puluh empat)
meter;
d) Jalan Bintaro Utama 3A
dengan lebar ROW Jalan
20 (dua puluh) meter;
e) Jalan Bintaro Utama 5
dengan lebar ROW Jalan
20 (dua puluh) meter;
f) Jalan Boulevard Bintaro
Jaya dengan lebar ROW
Jalan 40 (empat puluh)
meter;
g) Jalan Boulevard Graha
Raya dengan lebar ROW
Jalan 24 (dua puluh empat)
meter;
h) Jalan Boulevard Silk Town
dengan lebar ROW Jalan
24 (dua puluh empat)
meter;
i) Jalan BSD Boulevard Utara
dengan lebar ROW Jalan
40 (empat puluh) meter;
j) Jalan BSD Grand Boulevard
dengan lebar ROW Jalan
32 (tiga puluh dua) dan
40 (empat puluh) meter;
k) Jalan Bukit Indah dengan
lebar ROW Jalan 24 (dua
puluh empat) meter;
- 10 -

l) Jalan Ciater Raya dengan


lebar ROW Jalan 24 (dua
puluh empat) meter;
m) Jalan Cut Mutia I dengan
lebar ROW Jalan 20 (dua
puluh) meter;
n) Jalan Cut Mutia II dengan
lebar ROW Jalan 20 (dua
puluh) meter;
o) Jalan Dr. GSSJ Sam
Ratulangi dengan lebar
ROW Jalan 20 (dua puluh)
meter;
p) Jalan Graha Raya Bintaro
dengan lebar ROW Jalan 24
(dua puluh empat) meter;
q) Jalan Jalur Sutera dengan
lebar ROW Jalan 20 (dua
puluh) dan 24 (dua
puluh empat) meter;
r) Jalan Jalur Sutera
Boulevard dengan lebar
ROW Jalan 20 (dua puluh)
meter;
s) Jalan Kapten Soebianto
Djojohadikusumo dengan
lebar ROW Jalan 40 (empat
puluh) meter;
t) Jalan Lengkong Karya
dengan lebar ROW Jalan
32 (tiga puluh dua) meter;
u) Jalan Letnan Sutopo
dengan lebar ROW Jalan
32 (tiga puluh dua) meter;
- 11 -

v) Jalan Lingkar Parigi Baru


dengan lebar ROW Jalan
24 (dua puluh empat)
meter;
w) Jalan Lingkar Timur dengan
lebar ROW Jalan 32 (tiga
puluh dua) meter;
x) Jalan Menteng Raya dengan
lebar ROW Jalan 20 (dua
puluh) meter;
y) Jalan MH Thamrin dengan
lebar ROW Jalan 20 (dua
puluh) meter;
z) Jalan Pahlawan Seribu
dengan lebar ROW Jalan 40
(empat puluh) meter;
aa) Jalan Promoter dengan
lebar ROW Jalan 32 (tiga
puluh dua) meter;
bb) Jalan Rawa Buntu- Buaran
dengan lebar ROW Jalan 40
(empat puluh) meter;
cc) Jalan Raya South City
dengan lebar ROW Jalan
24 (dua puluh empat)
meter;
dd) Jalan Sarua Raya dengan
lebar ROW Jalan 24 (dua
puluh empat) meter;
ee) Jalan Tekno Widya dengan
lebar ROW Jalan 40 (empat
puluh) meter;
ff) Jalan Terusan AMD Raya -
Graha Raya Bintaro dengan
lebar ROW Jalan 24 (dua
puluh empat) meter;
- 12 -

gg) Jalan Terusan Amd Raya -


Melati III dengan lebar ROW
Jalan 24 (dua puluh empat)
meter;
hh) Jalan Terusan Boulevard
Graha Raya - AMD Raya
dengan lebar ROW Jalan
24 (dua puluh empat)
meter;
ii) Jalan Terusan Graha
Bintaro Raya - Tol Serpong
Kunciran dengan lebar
ROW Jalan 24 (dua puluh
empat) meter;
jj) Jalan Terusan Jelupang
Raya - Tol Serpong
Kunciran dengan lebar
ROW Jalan 20 (dua puluh)
meter;
kk) Jalan Terusan Letnan
Sutopo - Wana Kencana
dengan lebar ROW Jalan
32 (tiga puluh dua) meter;
ll) Jalan Terusan Lingkar
Timur-Tekno Widya dengan
lebar ROW Jalan 32 (tiga
puluh dua) meter;
mm) Jalan Terusan Promoter
dengan lebar ROW Jalan
32 (tiga puluh dua) meter;
nn) Jalan Wage Rudolf
Supratman dengan lebar
ROW Jalan 24 (dua puluh
empat) meter.
- 13 -

angka 2
Besaran ROW jaringan jalan kota
fungsi Kolektor Sekunder dengan
meliputi:
a) Jalan Alam Utama dengan
lebar ROW Jalan 24 (dua
puluh empat) meter;
b) Jalan Ambon dengan lebar
ROW Jalan 16 (enam
belas) meter;
c) Jalan AMD Raya dengan
lebar ROW Jalan 16 (enam
belas) dan 24 (dua puluh
empat) meter;
d) Jalan Bakti Jaya Pocis
13dengan lebar ROW Jalan
20 (dua puluh) meter;
e) Jalan Bambu Apus dengan
lebar ROW Jalan 24 (dua
puluh empat) meter;
f) Jalan Batam dengan lebar
ROW Jalan 16 (enam
belas) meter;
g) Jalan Benda Raya dengan
lebar ROW Jalan 24 (dua
puluh empat) meter;
h) Jalan Bhakti Karya dengan
lebar ROW Jalan 20 (dua
puluh) meter;
i) Jalan Bhayangkara 1
dengan lebar ROW Jalan
16 (enam belas) meter;
j) Jalan Bhayangkara
Rayadengan lebar ROW
Jalan 20 (dua puluh)
meter;
- 14 -

k) Jalan Bintaro Utama


dengan lebar ROW Jalan
20 (dua puluh) meter;
l) Jalan Bintaro Utama 3
dengan lebar ROW Jalan
20 (dua puluh) meter;
m) Jalan Bintaro Utama 3A
dengan lebar ROW Jalan
20 (dua puluh) meter;
n) Jalan Bintaro Utama 9
dengan lebar ROW Jalan
20 (dua puluh) meter;
o) Jalan Boulevard Graha
Raya dengan lebar ROW
Jalan 24 (dua puluh
empat) meter;
p) Jalan BSD Bintaro dengan
lebar ROW Jalan 16 (enam
belas) meter;
q) Jalan Buaran-BSD dengan
lebar ROW Jalan 24 (dua
puluh empat) meter;
r) Jalan Cendana Residence
dengan lebar ROW Jalan
16 (enam belas) meter;
s) Jalan Cendrawasih dengan
lebar ROW Jalan 24 (dua
puluh empat) meter;
t) Jalan Cendrawasih UPJ
dengan lebar ROW Jalan
20 (dua puluh) meter;
u) Jalan Dr Setiabudi (Pondok
Aren) dengan lebar ROW
Jalan 12 (dua belas) meter;
- 15 -

v) Jalan Elang dengan lebar


ROW Jalan 20 (dua puluh)
meter;
w) Jalan Gading Golf
Boulevard dengan lebar
ROW Jalan 16 (enam
belas) meter;
x) Jalan Graha Bunga dengan
lebar ROW Jalan 20 (dua
puluh) meter;
y) Jalan Graha Raya dengan
lebar ROW Jalan 20 (dua
puluh) meter;
z) Jalan Graha Raya Bintaro
dengan lebar ROW Jalan
20 (dua puluh) meter;
aa) Jalan Haji Rean dengan
lebar ROW Jalan 12 (dua
belas) meter;
bb) Jalan HR Rasuna Said
dengan lebar ROW Jalan
20 (dua puluh) meter;
cc) Jalan Japos Raya dengan
lebar ROW Jalan 12 (dua
belas) meter;
dd) Jalan Jati Jelupang dengan
lebar ROW Jalan 12 (dua
belas) meter;
ee) Jalan Jelupang Raya
dengan lebar ROW Jalan
24 (dua puluh empat)
meter;
ff) Jalan Jenderal Soedirman
dengan lebar ROW Jalan
20 (dua puluh) meter;
- 16 -

gg) Jalan Kademangan Curug


dengan lebar ROW Jalan
16 (enam belas) meter;
hh) Jalan Kademangan Lebak
dengan lebar ROW Jalan
16 (enam belas) meter;
ii) Jalan Kalimantan dengan
lebar ROW Jalan 16 (enam
belas) meter;
jj) Jalan Kemiri Raya dengan
lebar ROW Jalan 24 (dua
puluh empat) meter;
kk) Jalan Kertamukti dengan
lebar ROW Jalan 20 (dua
puluh) meter;
ll) Jalan Ki Hajar Dewantoro
dengan lebar ROW Jalan
24 (dua puluh empat)
meter;
mm) Jalan Komplek Japos
dengan lebar ROW Jalan
12 (dua belas) meter;
nn) Jalan Kyai Haji Wahid
Hasyim dengan lebar ROW
Jalan 20 (dua puluh)
meter;
oo) Jalan Lengkong Gudang
Timur Raya dengan lebar
ROW Jalan 20 (dua puluh)
meter;
pp) Jalan Lengkong Wetan
dengan lebar ROW Jalan
16 (enam belas) dan 24
(dua puluh empat) meter;
qq) Jalan Lingkar Barat dengan
lebar ROW Jalan 20 (dua
puluh) meter;
- 17 -

rr) Jalan Lingkar Bintaro Jaya


dengan lebar ROW Jalan
20 (dua puluh) meter;
ss) Jalan Lingkar BXC Mall
dengan lebar ROW Jalan
20 (dua puluh) meter;
tt) Jalan Lingkar CBD BSD
dengan lebar ROW Jalan
20 (dua puluh) meter;
uu) Jalan Lingkar Eka Hospital
dengan lebar ROW Jalan
16 (enam belas) dan 20
(dua puluh) meter;
vv) Jalan Lingkar Exchange
dengan lebar ROW Jalan
20 (dua puluh) meter;
ww) Jalan Lingkar Jaya dengan
lebar ROW Jalan 20 (dua
puluh) meter;
xx) Jalan Lingkar Puspem
dengan lebar ROW Jalan
24 (dua puluh empat)
meter;
yy) Jalan Lingkar Regensi Raya
- Jati Jelupang dengan
lebar ROW Jalan 12 (dua
belas) meter;
zz) Jalan Maruga Raya dengan
lebar ROW Jalan 24 (dua
puluh empat) meter;
aaa) Jalan Menjangan Raya
dengan lebar ROW Jalan
20 (dua puluh) meter;
bbb) Jalan Merpati dengan lebar
ROW Jalan 20 (dua puluh)
meter;
- 18 -

ccc) Jalan Momonggor dengan


lebar ROW Jalan 16 (enam
belas) meter;
ddd) Jalan Mujair Raya dengan
lebar ROW Jalan 16 (enam
belas) meter;
eee) Jalan Pahlawan dengan
lebar ROW Jalan 20 (dua
puluh) meter;
fff) Jalan Pahlawan Seribu
CBD dengan lebar ROW
Jalan 20 (dua puluh)
meter;
ggg) Jalan Pamulang Permai 1
dengan lebar ROW Jalan
16 (enam belas) meter;
hhh) Jalan Parakan dengan
lebar ROW Jalan 24 (dua
puluh empat) meter;
iii) Jalan Parigi Raya dengan
lebar ROW Jalan 12 (dua
belas) meter;
jjj) Jalan Pondok Betung
dengan lebar ROW Jalan
24 (dua puluh empat)
meter;
kkk) Jalan Pondok Jagung
Timur dengan lebar ROW
Jalan 16 (enam belas)
meter;
lll) Jalan Pondok Kacang
Prima dengan lebar ROW
Jalan 12 (dua belas) meter;
mmm) Jalan Purnawarman
dengan lebar ROW Jalan
20 (dua puluh) meter;
- 19 -

nnn) Jalan Rawa Kutuk dengan


lebar ROW Jalan 12 (dua
belas) meter;
ooo) Jalan Raya Kelapa Gading
Utara dengan lebar ROW
Jalan 20 (dua puluh)
meter;
ppp) Jalan Raya Kompas
dengan lebar ROW Jalan
20 (dua puluh) meter;
qqq) Jalan Raya Pasar Jengkol
dengan lebar ROW Jalan
20 (dua puluh) meter;
rrr) Jalan Raya Pondok Kacang
dengan lebar ROW Jalan
12 (dua belas) dan 20 (dua
puluh) meter;
sss) Jalan Raya Puspitek - Bakti
Pocis 13 dengan lebar
ROW Jalan 20 (dua puluh)
meter;
ttt) Jalan Raya Tentara Pelajar
dengan lebar ROW Jalan
12 (dua belas) meter;
uuu) Jalan Regensi Raya dengan
lebar ROW Jalan 12 (dua
belas) meter;
vvv) Jalan Senayan Utama
dengan lebar ROW Jalan
20 (dua puluh) meter;
www) Jalan Serpong Lagoon
dengan lebar ROW Jalan
20 (dua puluh) meter;
xxx) Jalan Setu Raya dengan
lebar ROW Jalan 20 (dua
puluh) meter;
- 20 -

yyy) Jalan SKKI dengan lebar


ROW Jalan 16 (enam
belas) meter;
zzz) Jalan Sodetan Buaran
dengan lebar ROW Jalan
20 (dua puluh) meter;
aaaa) Jalan Suka Mulya dengan
lebar ROW Jalan 16 (enam
belas) meter;
bbbb) Jalan Sukakarya dengan
lebar ROW Jalan 12 (dua
belas) meter;
cccc) Jalan Sumatera dengan
lebar ROW Jalan 20 (dua
puluh) meter;
dddd) Jalan Sumatera (Nusaloka)
dengan lebar ROW Jalan
16 (enam belas) meter;
eeee) Jalan Sutan Syahrir -
Sawah Baru dengan lebar
ROW Jalan 24 (dua puluh
empat) meter;
ffff) Jalan Taman Makam
Bahagia ABRI dengan
lebar ROW Jalan 20 (dua
puluh) meter;
gggg) Jalan Tarumanegara
dengan lebar ROW Jalan
20 (dua puluh) meter;
hhhh) Jalan Tegal Rotan dengan
lebar ROW Jalan 16 (enam
belas) meter;
iiii) Jalan Tegal Rotan Raya
dengan lebar ROW Jalan
12 (dua belas) dan 24 (dua
puluh empat) meter;
- 21 -

jjjj) Jalan Tembusan Lingkar


Jaya dengan lebar
ROW Jalan 20 (dua puluh)
meter;
kkkk) Jalan Terminal Pondok
Cabe (KH Salem) dengan
lebar ROW Jalan 24 (dua
puluh empat) meter;
llll) Jalan TerusanMH Thamrin
- Lingkar Bintaro Jaya
dengan lebar ROW Jalan
20 (dua puluh) meter;
mmmm) Jalan Terusan Aria
Putra – Merpati dengan
lebar ROW Jalan 24 (dua
puluh empat) meter;
nnnn) Jalan Terusan Bambu
Apus- Aria Putra dengan
lebar ROW Jalan 24 (dua
puluh empat) meter;
oooo) Jalan Terusan Bintaro
Utama 3A - Lingkar
Exchange dengan lebar
ROW Jalan 20 (dua puluh)
meter;
pppp) Jalan Terusan Jembatan
Kranggan – Momonggor
dengan lebar ROW Jalan
16 (enam belas) dan
20 (dua puluh) meter;
qqqq) Jalan Terusan Pahlawan -
Haji Juanda dengan lebar
ROW Jalan 24 (dua puluh
empat) meter;
- 22 -

rrrr) Jalan Terusan Pahlawan -


Haji Juanda 2 dengan
lebar ROW Jalan 24 (dua
puluh empat) meter;
ssss) Jalan Terusan Serpong
Lagoon – Momonggor
dengan lebar ROW Jalan
20 (dua puluh) meter;
tttt) Jalan Terusan Waru
dengan lebar ROW Jalan
16 (enam belas) meter;
uuuu) Jalan Teuku Umar dengan
lebar ROW Jalan 20 (dua
puluh) meter;
vvvv) Jalan Titian dengan lebar
ROW Jalan 20 (dua puluh)
meter;
wwww) Jalan UPJ dengan lebar
ROW Jalan 20 (dua
puluh) meter;
xxxx) Jalan Vila Japos dengan
lebar ROW Jalan 12 (dua
belas) meter;
yyyy) Jalan Vila Melati Mas Raya
dengan lebar ROW Jalan
16 (enam belas) dan 20
(dua puluh) meter;
zzzz) Jalan Villa Pamulang Mas
dengan lebar ROW Jalan
16 (enam belas) meter;
aaaaa) Jalan Waru dengan lebar
ROW Jalan 16 (enam
belas) meter;
bbbbb) Jalan Yapen dengan lebar
ROW Jalan 12 (dua belas)
meter.
- 23 -

angka 3
Besaran ROW jaringan jalan kota
fungsi lokal meliputi:
a) Jalan Akses Tandon
dengan lebar ROW Jalan
12 (dua belas) meter;
b) Jalan Al Hikmah dengan
lebar ROW Jalan 20 (dua
puluh) meter;
c) Jalan Alam Segar dengan
lebar ROW Jalan 12 (dua
belas) meter;
d) Jalan Alam Sutera Town
Center dengan lebar ROW
Jalan 16 (enam belas) dan
20 (dua puluh) meter;
e) Jalan AMD Babakan Pocis
dengan lebar ROW Jalan
12 (dua belas) meter;
f) Jalan Anggrek Loka dengan
lebar ROW Jalan 12 (dua
belas) meter;
g) Jalan Anggrek Ungu
dengan lebar ROW Jalan
12 (dua belas) meter;
h) Jalan Angsana Raya
dengan lebar ROW Jalan
12 (dua belas) meter;
i) Jalan Artowijoyo dengan
lebar ROW Jalan 12 (dua
belas) meter;
j) Jalan Babakan III dengan
lebar ROW Jalan 12 (dua
belas) meter;
- 24 -

k) Jalan Backside Giant BSD


dengan lebar ROW Jalan
20 (dua puluh) meter;
l) Jalan Backside Intermark
dengan lebar ROW Jalan
20 (dua puluh) meter;
m) Jalan Bali I dengan lebar
ROW Jalan 12 (dua belas)
meter;
n) Jalan Bangau dengan lebar
ROW Jalan 16 (enam
belas) meter;
o) Jalan Beringin Raya
dengan lebar ROW Jalan
12 (dua belas) meter;
p) Jalan Bhakti Karya dengan
lebar ROW Jalan 20 (dua
puluh) meter;
q) Jalan Bintaro Puspita Raya
dengan lebar ROW Jalan
12 (dua belas) meter;
r) Jalan Bratasena Raya
dengan lebar ROW Jalan
12 (dua belas) meter;
s) Jalan Buaran Timur
dengan lebar ROW Jalan
12 (dua belas) meter;
t) Jalan Cabe II dengan lebar
ROW Jalan 16 (enam
belas) meter;
u) Jalan Cabe V dengan lebar
ROW Jalan 12 (dua belas)
meter;
v) Jalan Camar dengan lebar
ROW Jalan 12 (dua belas)
meter;
- 25 -

w) Jalan Candi Borobudur


dengan lebar ROW Jalan
12 (dua belas) meter;
x) Jalan Desa Lama
Kademangan dengan lebar
ROW Jalan 12 (dua belas)
meter;
y) Jalan Dr. Sario dengan
lebar ROW Jalan 20 (dua
puluh) meter;
z) Jalan Emerald Boulevard
dengan lebar ROW Jalan
20 (dua puluh) meter;
aa) Jalan Griya Loka Raya
dengan lebar ROW Jalan
12 (dua belas) meter;
bb) Jalan Gunung Raya dengan
lebar ROW Jalan 12 (dua
belas) meter;
cc) Jalan Haji Abdul Ghani
dengan lebar ROW Jalan
12 (dua belas) meter;
dd) Jalan Haji Jamat (Gg Rais)
dengan lebar ROW Jalan
16 (enam belas) meter;
ee) Jalan Haji Taif dengan
lebar ROW Jalan 16 (enam
belas) meter;
ff) Jalan Hasanrika dengan
lebar ROW Jalan 12 (dua
belas) meter;
gg) Jalan Hutama Karya
dengan lebar ROW Jalan
12 (dua belas) meter;
hh) Jalan Ismaya Raya dengan
lebar ROW Jalan 12 (dua
belas) meter;
- 26 -

ii) Jalan Jati Jelupang dengan


lebar ROW Jalan 12 (dua
belas) meter;
jj) Jalan Kademangan Curug
dengan lebar ROW Jalan
12 (dua belas) meter;
kk) Jalan Kademangan Curug-
TPA Cipeucang dengan
lebar ROW Jalan 12 (dua
belas) meter;
ll) Jalan Kali Angke dengan
lebar ROW Jalan 12 (dua
belas) meter;
mm) Jalan Kapuk Amara Pura
dengan lebar ROW Jalan
12 (dua belas) meter;
nn) Jalan Kasuari dengan lebar
ROW Jalan 12 (dua belas)
meter;
oo) Jalan Kecamatan Pondok
Aren dengan lebar ROW
Jalan 12 (dua belas) meter;
pp) Jalan Kenari 10 dengan
lebar ROW Jalan 12 (dua
belas) meter;
qq) Jalan Kenari Raya dengan
lebar ROW Jalan 12 (dua
belas) meter;
rr) Jalan Kencana Raya
dengan lebar ROW Jalan
12 (dua belas) meter;
ss) Jalan Ketapang III dengan
lebar ROW Jalan 12 (dua
belas) meter;
tt) Jalan Kunir dengan lebar
ROW Jalan 12 (dua belas)
meter;
- 27 -

uu) Jalan Legoso Raya dengan


lebar ROW Jalan 12 (dua
belas) meter;
vv) Jalan Lele Raya dengan
lebar ROW Jalan 12 (dua
belas) meter;
ww) Jalan Lingkar ITC dengan
lebar ROW Jalan 12 (dua
belas) meter;
xx) Jalan Maleo Raya dengan
lebar ROW Jalan 12 (dua
belas) meter
yy) Jalan Maruga Raya dengan
lebar ROW Jalan 12 (dua
belas) meter;
zz) Jalan Masjid dengan lebar
ROW Jalan 16 (enam
belas) meter;
aaa) Jalan Masjid Al Istiqomah
dengan lebar ROW Jalan
16 (enam belas) meter;
bbb) Jalan Masjid Nurul Qomar
dengan lebar ROW Jalan
20 (dua puluh) meter;
ccc) Jalan Menteng Raya
dengan lebar ROW Jalan
12 (dua belas) meter;
ddd) Jalan Padawa Lima dengan
lebar ROW Jalan 12 (dua
belas) meter;
eee) Jalan Pahlawan Seribu
CBD Dalam 1 dengan lebar
ROW Jalan 12 (dua belas)
meter;
- 28 -

fff) Jalan Pahlawan Seribu


CBD Dalam II dengan lebar
ROW Jalan 12 (dua belas)
meter;
ggg) Jalan Palem Indah dengan
lebar ROW Jalan 12 (dua
belas) meter;
hhh) Jalan Palem Puri dengan
lebar ROW Jalan 12 (dua
belas) dan 20 (dua puluh)
meter;
iii) Jalan Panti Asuhan dengan
lebar ROW Jalan 12 (dua
belas) meter;
jjj) Jalan Paradise Serpong
City dengan lebar ROW
Jalan 12 (dua belas) meter;
kkk) Jalan Permata Permai
Raya dengan lebar ROW
Jalan 12 (dua belas) meter;
lll) Jalan Persatuan dengan
lebar ROW Jalan 20 (dua
puluh) meter;
mmm) Jalan Perumahan Savia
dengan lebar ROW Jalan
12 (dua belas) meter;
nnn) Jalan Pesantren dengan
lebar ROW Jalan 12 (dua
belas) meter;
ooo) Jalan Pinus Raya dengan
lebar ROW Jalan 12 (dua
belas) meter;
ppp) Jalan Pondok Jaya dengan
lebar ROW Jalan 16 (enam
belas) meter;
- 29 -

qqq) Jalan Pondok Pucung Raya


dengan lebar ROW Jalan
16 (enam belas) meter;
rrr) Jalan Pulo Air dengan lebar
ROW Jalan 12 (dua belas)
meter;
sss) Jalan Pulo Air III dengan
lebar ROW Jalan 12 (dua
belas) meter;
ttt) Jalan Puri Bitaro dengan
lebar ROW Jalan 12 (dua
belas) meter;
uuu) Jalan Pusaka Kencana
dengan lebar ROW Jalan
12 (dua belas) meter;
vvv) Jalan Puspem 1 dengan
lebar ROW Jalan 12 (dua
belas) meter;
www) Jalan Puspem 2 dengan
lebar ROW Jalan 12 (dua
belas) meter;
xxx) Jalan Rawa Buntu Utara
dengan lebar ROW Jalan
12 (dua belas) meter;
yyy) Jalan Raya Villa Pamulang
Mas dengan lebar ROW
Jalan 12 (dua belas) meter;
zzz) Jalan Salak Raya dengan
lebar ROW Jalan 12 (dua
belas) meter;
aaaa) Jalan Sodetan Muncul
dengan lebar ROW Jalan
12 (dua belas) meter;
bbbb) Jalan Sutera Utama
dengan lebar ROW Jalan
20 (dua puluh) meter;
- 30 -

cccc) Jalan Swadaya dengan


lebar ROW Jalan 20 (dua
puluh) meter;
dddd) Jalan Talas II dengan lebar
ROW Jalan 12 (dua belas)
meter;
eeee) Jalan Talas III dengan
lebar ROW Jalan 12 (dua
belas) meter;
ffff) Jalan Taman Makam
Bahagia dengan lebar ROW
Jalan 20 (dua puluh)
meter;
gggg) Jalan Tarumanegara
dengan lebar ROW Jalan
12 (dua belas) meter;
hhhh) Jalan Tekno I dengan lebar
ROW Jalan 12 (dua belas)
meter;
iiii) Jalan Tekno I - Jalan Raya
Serpong dengan lebar ROW
Jalan 12 (dua belas) meter;
jjjj) Jalan Terusan Lingkar
Timur – Swadaya dengan
lebar ROW Jalan 20
(dua puluh) meter;
kkkk) Jalan Terusan Pahlawan
Seribu - Jalan Lingkar
CBD BSD dengan
lebar ROW Jalan 20 (dua
puluh) meter;
llll) Jalan Terusan Persatuan-
Al Hikmah dengan
lebar ROW Jalan 20 (dua
puluh) meter;
- 31 -

mmmm) Jalan Terusan Savia –


Persatuan dengan lebar
ROW Jalan 12 (dua
belas) meter;
nnnn) Jalan Terusan Tekno 2
dengan lebar ROW Jalan
20 (dua puluh) meter;
oooo) Jalan TPA Cipeucang
dengan lebar ROW Jalan
12 (dua belas) meter;
pppp) Jalan TPU Babakan
dengan lebar ROW Jalan
12 (dua belas) meter;
qqqq) Jalan Villa Pamulang
dengan lebar ROW Jalan
12 (dua belas) meter;
rrrr) Jalan Wana Kencana
dengan lebar ROW Jalan
12 (dua belas) meter;
ssss) Jalan Waru dengan lebar
ROW Jalan 12 (dua belas)
meter;
tttt) Jalan Witana Harja dengan
lebar ROW Jalan 12 (dua
belas) meter.
angka 4
Jalur angkutan umum massal
yang terintegrasi dengan sistem
angkutan umum massal
Jabodetabek, meliputi:
1. Jl. Raya Serpong – BSD – Jl.
Pahlawan Seribu – Puspiptek
– Jl. Siliwangi;
2. Jl. Sudirman - Jl. Raya
Serpong – BSD – Puspiptek –
Jl. Siliwangi;
- 32 -

3. Jl. Cabe Raya – Jl. Setia Budi


– Jl. Padjajaran – Jl. H. Ir.
Juanda;
4. Jl. Moh Toha – R.E
Martadinata;
5. Jl. WR. Supratman – Jl.
Pondok Betung; dan
6. koridor lain yang
menghubungkan dalam kota
dan antar kota/ kabupaten.
angka 5
Jaringan jalan lingkar kota
meliputi Jalan Raya Serpong-
Jalan Alam Sutera Boulevard-
Jalan Jalur Sutera- Jalan
Bhayangkara Raya- Jalan
Boulevard Silk Town-Jalan
Bhayangkara 1 -Jalan Boulevard
Graha Raya- Terusan Jalan
Boulevard Graha Raya - AMD
Raya,- Terusan Jalan AMD Raya -
Graha Raya Bintaro - Jalan
Graha Raya Bintaro - Jalan
Boulevard Bintaro Jaya- Jalan
MH Thamrin - Jalan Dr. GSSJ
Sam Ratulangi - Jalan Cut Mutia
I- Jalan Cut Mutia II-Jalan
Menteng Raya-Jalan Bintaro
Utama 5- Jalan Bintaro Utama
3A- Jalan Wage Rudolf
Supratman- Jalan Ir. H. Juanda -
Jalan Dewi Sartika- Jalan Otto
Iskandar Dinata- Jalan Pajajaran
- Jalan Siliwangi- Jalan Raya
Puspitek- Jalan Raya Serpong -
Jalan Tekno Widya - Jalan Rawa
Buntu- Buaran - Jalan Kapten
Soebianto Djojohadikusumo-
Jalan Pahlawan Seribu.
- 33 -

Pengembangan jalan poros kota


meliputi:
1. Jalan Poros Utara – Selatan
meliputi Jalan Raden Fatah-
Jalan Jombang Raya - Jalan
H. Amir Machmud- Jalan
Jombang Raya- Jalan Aria
Putra - Jalan Bukit Indah-
Jalan Sarua Raya - Jalan
Maruga Raya - Jalan Lingkar
Puspem- Jalan Benda Raya-
Jalan Parakan - Jalan Surya
Kencana - Jalan Dr.
Setiabudi - Jalan Moh Toha;
dan
2. Jalan poros Timur – Barat
meliputi Jalan Raya South
City - Jalan Pondok Cabe
Raya- Jalan Purnawarman -
Jalan Kertamukti - Jalan
Raya Kompas- Jalan
Menjangan Raya - Jalan
Merpati - Jalan Ciater Raya-
Jalan Lingkar Timur - Jalan
Letnan Sutopo - Jalan BSD
Grand Boulevard
angka 6
Pengembangan rencana simpang
tidak sebidang meliputi:
1. Jalan Raya Serpong/ stasiun
Serpong (commuter line
Serpong – Tanah Abang);
2. Simpang ruas jalan RE
Martadinata (Gaplek);
- 34 -

3. Jalan Raya Jombang/


Stasiun Sudimara (commuter
line Serpong – Tanah Abang);
4. Jalan WR. Supratman/
stasiun Pondok Ranji
(commuter line Serpong –
Tanah Abang);
5. Simpang exit tol Pondok
Aren-Bintaro Xchange;
6. Simpang akses tol Parigi;
7. Simpang Gading Serpong;
8. Simpang OMO BSD; dan
9. Simpang Giant BSD.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Angka 16
Pasal 23
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Rencana pengembangan terminal
lainnya sesuai kajian dari instansi
teknis terkait dan mengacu pada
peraturan yang berlaku. Rencana
Pengembangan Kawasan TOD mengacu
pada Peraturan Menteri Agraria dan
Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional Nomor 16 Tahun 2017 tentang
Pedoman Pengembangan Kawasan
Berorientasi Transit.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
- 35 -

Angka 17
Pasal 24
Menyesuaikan dengan nomenklatur Peraturan
Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2018
tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten dan Kota.
Angka 18
Pasal 25
Rencana pengembangan stasiun lainnya sesuai
kajian dari instansi teknis terkait dan mengacu
pada peraturan yang berlaku. Rencana
Pengembangan Kawasan TOD mengacu pada
Peraturan Menteri Agraria dan Tata
Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 16 Tahun 2017 tentang Pedoman
Pengembangan Kawasan Berorientasi Transit.
Angka 19
Pasal 26
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
huruf a
KKOP Bandara Pondok Cabe
meliputi:
1. dalam radius 4 km meliputi
Kecamatan Pamulang,
Kecamatan Ciputat, dan
Kecamatan Ciputat Timur;
2. dalam radius 6 km meliputi
Kecamatan Setu, Kecamatan
Serpong, Kecamatan
Pamulang, Kecamatan Ciputat,
Kecamatan Pondok Aren dan
Kecamatan Ciputat Timur; dan
3. dalam radius 15 meliputi
seluruh kecamatan.
- 36 -

huruf b
KKOP Lapangan terbang Rumpin
meliputi:
1. dalam radius 4 km meliputi
Kecamatan Setu;
2. dalam radius 6 km meliputi
Kecamatan Setu; dan
3. dalam radius 15 km meliputi
seluruh kecamatan.
huruf c
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Angka 20
Pasal 27
Cukup Jelas.
Angka 21
Pasal 28
Cukup Jelas.
Angka 22
Pasal 29
Ayat (1)
Wilayah Sungai di Kota Tangerang
Selatan berdasarkan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Nomor 04/PRT/M/2015
tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah
Sungai.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
huruf a
Cukup jelas.
huruf b
angka 1
Cukup jelas.
- 37 -

angka 2
Cukup jelas.
angka 3
Rencana pembangunan
kolam tandon air lainnya
sesuai kajian dari
instansi teknis terkait.
angka 4
Cukup jelas.
huruf c
Cekungan Air Tanah di Kota
Tangerang Selatan berdasarkan
Peraturan Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral Nomor 2
Tahun 2017 tentang Cekungan
Air Tanah di Indonesia.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Angka 23
Pasal 30
Cukup jelas.
Angka 24
Pasal 31
Jaringan distribusi sistem penyediaan air
minum terdiri atas jaringan distribusi primer,
jaringan distribusi sekunder dan jaringan
retikulasi. Rencana sistem penyediaan air
minum sesuai kajian dari instansi teknis
terkait.
Angka 25
Pasal 32
Rencana pembangunan sistem pengelolaan
limbah cair lainnya sesuai kajian dari instansi
teknis terkait.
Angka 26
Pasal 33
Cukup jelas.
- 38 -

Angka 27
Pasal 34
Cukup jelas.
Angka 28
Pasal 35
Cukup jelas.
Angka 29
Pasal 36
Cukup jelas.
Angka 30
Pasal 37
Jalur evakuasi bencana banjir nomor 25 adalah
Jalan Dr. Setiabudi di Pondok Aren.
Angka 31
Pasal 40
Cukup jelas.
Angka 32
Pasal 42
Jarak Sempadan Situ dan Sungai berdasarkan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Nomor 28/PRT/M/2015
tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai dan
Garis Sempadan Danau.
Angka 33
Pasal 43
Koefisien Dasar Hijau pada kawasan budidaya
merupakan luasan RTH publik.
Angka 34
Pasal 44
Rawan bencana gagal teknologi termasuk ke
dalam bencana non alam sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana.
- 39 -

Angka 35
Pasal 45
Rencana pengembangan kawasan cagar budaya
sesuai kajian dari instansi teknis terkait.
Angka 36
Pasal 46
Menyesuaikan dengan nomenklatur Peraturan
Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2018
tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten dan Kota.
Angka 37
Pasal 47
Pengaturan Kawasan/lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan diatur dalam Peraturan Walikota.
Angka 38
Pasal 47A
Cukup jelas.
Angka 39
Pasal 48
Cukup jelas.
Angka 40
Pasal 49
Rencana pengembangan kawasan pariwisata
sesuai kajian dari instansi teknis terkait.
Angka 41
Pasal 50
Cukup jelas.
Angka 42
Pasal 51
Cukup jelas.
Angka 43
Pasal 52
Menyesuaikan dengan nomenklatur Peraturan
Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2018
tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten dan Kota.
- 40 -

Angka 44
Pasal 53
Menyesuaikan dengan nomenklatur Peraturan
Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2018
tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten dan Kota.
Angka 45
Pasal 54
Menyesuaikan dengan nomenklatur Peraturan
Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2018
tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten dan Kota.
Angka 46
Pasal 55
Menyesuaikan dengan nomenklatur Peraturan
Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2018
tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten dan Kota.
Angka 47
Pasal 56
Kawasan strategis kota akan diatur dalam RDTR.
Angka 48
Pasal 57
Kawasan strategis kota akan diatur dalam RDTR.
Angka 49
Pasal 58
Cukup jelas.
Angka 50
Pasal 59
Cukup jelas.
Angka 51
Pasal 60
Cukup jelas.
- 41 -

Angka 52
Pasal 61
Cukup jelas.
Angka 53
Pasal 62
Cukup jelas.
Angka 54
Pasal 63
Kawasan strategis kota akan diatur dalam RDTR.
Angka 55
Pasal 64
Kawasan strategis kota akan diatur dalam RDTR.
Angka 56
Pasal 67
Cukup jelas.
Angka 57
Pasal 68
Menyesuaikan dengan nomenklatur Peraturan
Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2018
tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten dan Kota.
Angka 58
Pasal 69
Cukup jelas.
Angka 59
Pasal 70
Cukup jelas.
Angka 60
Pasal 71
Cukup jelas.
Angka 61
Pasal 73
Cukup jelas.
Angka 62
Pasal 75
Cukup jelas.
- 42 -

Angka 63
Pasal 76
Perhitungan pemanfaatan lahan yang masuk ke
dalam kawasan perlindungan setempat tidak
menjadi pengurang lahan efektif. Menyesuaikan
dengan nomenklatur Peraturan Menteri Agraria
dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 1 Tahun 2018 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi, Kabupaten dan Kota.
Angka 64
Pasal 77
Jalur hijau adalah jalur penempatan tanaman
serta elemen lansekap lainnya yang terletak di
dalam ruang milik jalan (RUMIJA) maupun di
dalam ruang pengawasan jalan (RUWASJA).
Sering disebut jalur hijau karena dominasi
elemen lansekapnya adalah tanaman yang pada
umumnya berwarna hijau.
Angka 65
Pasal 78
Cukup jelas.
Angka 66
Pasal 79
Cukup jelas.
Angka 67
Pasal 80
Cukup jelas.
Angka 68
Pasal 81
Cukup jelas.
Angka 69
Pasal 82
Cukup jelas.
Angka 70
Pasal 83
Ayat (1)
huruf a
Cukup jelas.
- 43 -

huruf b
Cukup jelas.
huruf c
Cukup jelas.
huruf d
Persetujuan dari pemerintah
daerah dilakukan berdasarkan
hasil kajian.
huruf e
Cukup jelas.
huruf f
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Angka 71
Pasal 84
Cukup jelas.
Angka 72
Pasal 85
Cukup jelas.
Angka 73
Pasal 86
Cukup jelas.
Angka 74
Pasal 87
Cukup jelas.
- 44 -

Angka 75
Pasal 88
cukup jelas.
Angka 76
Pasal 89
Kawasan strategis kota akan diatur dalam RDTR.
Angka 77
Pasal 90
Kawasan strategis kota akan diatur dalam RDTR.
Angka 78
Pasal 91
Kawasan strategis kota akan diatur dalam RDTR.
Angka 79
Pasal 92
Kawasan strategis kota akan diatur dalam RDTR.
Angka 80
Pasal 93
Rekomendasi pemanfaatan ruang dari TKPRD
berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 115 Tahun 2017 tentang Mekanisme
Pengendalian Pemanfaatan Ruang Daerah dan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 116
Tahun 2017 tentang Koordinasi Penataan Ruang
Daerah.
Angka 81
Pasal 99
Cukup jelas .
Angka 82
Pasal 100
Cukup jelas.
Angka 83
Pasal 112
Rekomendasi pemanfaatan ruang dari TKPRD
berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 115 Tahun 2017 tentang Mekanisme
Pengendalian Pemanfaatan Ruang Daerah dan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 116
Tahun 2017 tentang Koordinasi Penataan Ruang
Daerah.
- 45 -

Pasal II
Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 100


LAMPIRAN XIX

LAMPIRAN XIX
INDIKASI PROGRAM DAN SUMBER PENDANAAN
PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN
NOMOR 09 TAHUN 2019
TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN
DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2011
TENTANG RENCANA TATA RUANG
WILAYAH KOTA TANGERANG SELATAN
TAHUN 2011 – 2031

Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV


I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
A. Perwujudan Struktur Ruang
1 Sistem Pusat Pelayanan
a. Penyusunan 1) Kecamatan Pemerintah Pemerintah
Rencana Setu Kota Kota
Detail Tata 2) Kecamatan
Ruang dan Serpong Utara
Peraturan 3) Kecamatan
Zonasi Serpong
4) Kecamatan
Pamulang
5) Kecamatan
Ciputat Timur
6) Kecamatan
Ciputat
7) Kecamatan
Pondok Aren
b. Evaluasi Pemerintah Pemerintah
RDTR Kota Kota
c. Perwujudan
Sistem PPK
PPK I Pemerintah Pemerintah
Kota Kota
PPK II Pemerintah Pemerintah
Kota Kota
PPK III Pemerintah Pemerintah
Kota Kota
d. Perwujudan
Sistem SPK
LAMPIRAN XIX
2
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
SPK I Pemerintah Pemerintah
Kota Kota
SPK II Pemerintah Pemerintah
Kota Kota
SPK III Pemerintah Pemerintah
Kota Kota
SPK IV Pemerintah Pemerintah
Kota Kota
e. Perwujudan Pemerintah Pemerintah
Sistem PL Kota Kota

2 Sistem Jaringan Transportasi


2.1 Sistem Jaringan transportasi darat
2.1. Sistem Jaringan Jalan
1
A. Sistem Jaringan Jalan Nasional
a. Pengembang Jalan Dewi Pemerintah, Pemerintah
an dan Sartika Swasta , Swasta
peningkatan Jalan Ir. H. Pemerintah, Pemerintah
jaringan Juanda Swasta , Swasta
jalan Jalan Moh Pemerintah, Pemerintah
nasional Toha Swasta , Swasta
fungsi Jalan Otto Pemerintah, Pemerintah
kolektor Iskandar Swasta , Swasta
primer satu Dinata
(JKP 1) Jalan Pemerintah, Pemerintah
Rambutan Swasta , Swasta
Jalan RE Pemerintah, Pemerintah
Martadinata Swasta , Swasta
b. Pengembang Jalan Bebas Pemerintah, Pemerintah
an Jalan Hambatan Swasta , Swasta
Bebas Jakarta Outer
Hambatan Ringroad II
(Kunciran-
Serpong);
Jalan Bebas Pemerintah, Pemerintah
Hambatan Swasta , Swasta
Jakarta Outer
Ringroad II
(Serpong-
Cinere);
Jalan Bebas Pemerintah, Pemerintah
Hambatan Swasta , Swasta
LAMPIRAN XIX
3
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
Pondok Aren-
Serpong;
Jalan Bebas Pemerintah, Pemerintah
Hambatan Swasta , Swasta
Pondok Aren-
Ulujami;
Jalan Bebas Pemerintah, Pemerintah
Hambatan Swasta , Swasta
Serpong-
Balaraja;
Jalan Bebas Pemerintah, Pemerintah
Hambatan Swasta , Swasta
Serpong-
Muncul-
Rumpin.
c. Rencana seluruh Pemerintah, Pemerintah
pengembang Wilayah Kota Swasta , Swasta
an jaringan Tangerang
jalan Selatan
nasional
yang
terintegrasi
dengan
jaringan
transportasi
angkutan
massal
perkotaan
dan antar
kota
e. Rencana Jl. Moh. Toha - Pemerintah, Pemerintah
pembanguna Jl. RE. Swasta , Swasta
n akses Martadinata
tol/interchan
ge, jalan
lingkar,
simpang
sebidang,
underpass,
overpass,
flyover,
frontage yang
berada pada
jalan
nasional
LAMPIRAN XIX
4
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
B. Sistem Jaringan Jalan Provinsi
a. pengembang Jalan Aria Pemerintah, Pemprov
an dan Putra Pemprov Banten,
peningkatan Banten, Swasta
jaringan Swasta
jalan Jalan BSD Pemerintah, Pemprov
provinsi Grand Pemprov Banten,
fungsi Boulevard Banten, Swasta
kolektor Swasta
primer dua Jalan Ceger Pemerintah, Pemprov
(JKP 2) Raya Pemprov Banten,
Banten, Swasta
Swasta
Jalan Cirendeu Pemerintah, Pemprov
Raya Pemprov Banten,
Banten, Swasta
Swasta
Jalan Cisauk Pemerintah, Pemprov
Pemprov Banten,
Banten, Swasta
Swasta
Jalan Dr. Pemerintah, Pemprov
Setiabudi Pemprov Banten,
Banten, Swasta
Swasta
Jalan H. Amir Pemerintah, Pemprov
Machmud Pemprov Banten,
Banten, Swasta
Swasta
Jalan Haji Pemerintah, Pemprov
Usman Pemprov Banten,
Banten, Swasta
Swasta
Jalan Jombang Pemerintah, Pemprov
Raya Pemprov Banten,
Banten, Swasta
Swasta
Jalan Lingkar Pemerintah, Pemprov
Selatan Pemprov Banten,
Banten, Swasta
Swasta
Jalan Otto Pemerintah, Pemprov
Iskandar Pemprov Banten,
Dinata Swasta
LAMPIRAN XIX
5
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
Banten,
Swasta
Jalan Pemerintah, Pemprov
Pahlawan Pemprov Banten,
Seribu Banten, Swasta
Swasta
Jalan Pemerintah, Pemprov
Pajajaran Pemprov Banten,
Banten, Swasta
Swasta
Jalan Pondok Pemerintah, Pemprov
Betung Raya Pemprov Banten,
Banten, Swasta
Swasta
Jalan Pondok Pemerintah, Pemprov
Cabe Raya Pemprov Banten,
Banten, Swasta
Swasta
Jalan Raden Pemerintah, Pemprov
Fatah Pemprov Banten,
Banten, Swasta
Swasta
Jalan Raya Pemerintah, Pemprov
Pondok Aren Pemprov Banten,
Banten, Swasta
Swasta
Jalan Raya Pemerintah, Pemprov
Puspitek Pemprov Banten,
Banten, Swasta
Swasta
Jalan Raya Pemerintah, Pemprov
Serpong Pemprov Banten,
Banten, Swasta
Swasta
Jalan Siliwangi Pemerintah, Pemprov
Pemprov Banten,
Banten, Swasta
Swasta
Jalan Surya Pemerintah, Pemprov
Kencana Pemprov Banten,
Banten, Swasta
Swasta
LAMPIRAN XIX
6
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
Jalan Pemerintah, Pemprov
Sarimulya Pemprov Banten,
Banten, Swasta
Swasta
b. Rencana Pemerintah, Pemerintah
pengembang Pemprov , Pemprov
an jaringan Banten, Banten,
jalan Swasta Swasta
provinsi yang
terintegrasi
dengan
jaringan
transportasi
angkutan
massal
perkotaan
dan antar
kota
e. Rencana - Flyover Jl. Pemerintah, Pemprov
pembanguna Raya Serpong/ Pemprov Banten,
n akses Stasiun Banten, Swasta
tol/interchan Serpong Swasta
ge, jalan (Commuterline
lingkar, : Serpong -
simpang Tanah Abang);
sebidang,
underpass,
overpass,
flyover,
frontage yang
berada pada
jalan provinsi
- Flyover Jl. Pemerintah, Pemprov
WR. Pemprov Banten,
Supratman/ Banten, Swasta
Stasiun Swasta
Pondok Ranji
(Commuterline
: Serpong -
Tanah Abang);
- Flyover Jl. Pemerintah, Pemprov
Raya Pemprov Banten,
Jombang/ Banten, Swasta
Stasiun Swasta
Sudimara
LAMPIRAN XIX
7
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
(Commuterline
: Serpong -
Tanah Abang);
- lainnya Pemerintah, Pemprov
Pemprov Banten,
Banten, Swasta
Swasta
C. Sistem Jaringan Jalan Kota
a. Pengembang Jalan Alam Pemerintah, Pemerintah
an dan Sutera Pemprov Kota,
peningkatan Boulevard Banten, Swasta
jaringan Pemerintah
jalan kota Kota,
fungsi Arteri Swasta
Sekunder Jalan Pemerintah, Pemerintah
Bhayangkara 1 Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Pemerintah, Pemerintah
Bhayangkara Pemprov Kota,
Raya Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Bintaro Pemerintah, Pemerintah
Utama 3A Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Bintaro Pemerintah, Pemerintah
Utama 5 Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Pemerintah, Pemerintah
Boulevard Pemprov Kota,
Bintaro Jaya Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
LAMPIRAN XIX
8
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
Jalan Pemerintah, Pemerintah
Boulevard Pemprov Kota,
Graha Raya Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Pemerintah, Pemerintah
Boulevard Silk Pemprov Kota,
Town Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan BSD Pemerintah, Pemerintah
Boulevard Pemprov Kota,
Utara Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan BSD Pemerintah, Pemerintah
Grand Pemprov Kota,
Boulevard Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Bukit Pemerintah, Pemerintah
Indah Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Ciater Pemerintah, Pemerintah
Raya Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Cut Pemerintah, Pemerintah
Mutia I Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Cut Pemerintah, Pemerintah
Mutia II Pemprov Kota,
Banten, Swasta
LAMPIRAN XIX
9
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Dr. GSSJ Pemerintah, Pemerintah
Sam Ratulangi Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Graha Pemerintah, Pemerintah
Raya Bintaro Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Jalur Pemerintah, Pemerintah
Sutera Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Jalur Pemerintah, Pemerintah
Sutera Pemprov Kota,
Boulevard Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Kapten Pemerintah, Pemerintah
Soebianto Pemprov Kota,
Djojohadikusu Banten, Swasta
mo Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Pemerintah, Pemerintah
Lengkong Pemprov Kota,
Karya Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Letnan Pemerintah, Pemerintah
Sutopo Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
LAMPIRAN XIX
10
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
Jalan Lingkar Pemerintah, Pemerintah
Parigi Baru Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Lingkar Pemerintah, Pemerintah
Timur Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Menteng Pemerintah, Pemerintah
Raya Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan MH Pemerintah, Pemerintah
Thamrin Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Pemerintah, Pemerintah
Pahlawan Pemprov Kota,
Seribu Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Promoter Pemerintah, Pemerintah
Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Rawa Pemerintah, Pemerintah
Buntu- Buaran Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Raya Pemerintah, Pemerintah
South City Pemprov Kota,
Banten, Swasta
LAMPIRAN XIX
11
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Sarua Pemerintah, Pemerintah
Raya Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Tekno Pemerintah, Pemerintah
Widya Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Terusan Pemerintah, Pemerintah
AMD Raya - Pemprov Kota,
Graha Raya Banten, Swasta
Bintaro Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Terusan Pemerintah, Pemerintah
Amd Raya - Pemprov Kota,
Melati III Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Terusan Pemerintah, Pemerintah
Boulevard Pemprov Kota,
Graha Raya - Banten, Swasta
AMD Raya Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Terusan Pemerintah, Pemerintah
Graha Bintaro Pemprov Kota,
Raya - Tol Banten, Swasta
Serpong Pemerintah
Kunciran Kota,
Swasta
Jalan Terusan Pemerintah, Pemerintah
Jelupang Raya Pemprov Kota,
- Tol Serpong Banten, Swasta
Kunciran Pemerintah
Kota,
Swasta
LAMPIRAN XIX
12
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
Jalan Terusan Pemerintah, Pemerintah
Letnan Sutopo Pemprov Kota,
- Wana Banten, Swasta
Kencana Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Terusan Pemerintah, Pemerintah
Lingkar Timur- Pemprov Kota,
Tekno Widya Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Terusan Pemerintah, Pemerintah
Promoter Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Wage Pemerintah, Pemerintah
Rudolf Pemprov Kota,
Supratman Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
b. Pengembang Jalan Alam Pemerintah, Pemerintah
an dan Utama Pemprov Kota,
peningkatan Banten, Swasta
jaringan Pemerintah
jalan kota Kota,
fungsi Swasta
Kolektor Jalan Ambon Pemerintah, Pemerintah
Sekunder Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan AMD Pemerintah, Pemerintah
Raya Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Bakti Pemerintah, Pemerintah
Jaya Pocis 13 Pemprov Kota,
Banten, Swasta
LAMPIRAN XIX
13
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Bambu Pemerintah, Pemerintah
Apus Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Batam Pemerintah, Pemerintah
Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Benda Pemerintah, Pemerintah
Raya Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Bhakti Pemerintah, Pemerintah
Karya Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Pemerintah, Pemerintah
Bhayangkara 1 Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Pemerintah, Pemerintah
Bhayangkara Pemprov Kota,
Raya Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Bintaro Pemerintah, Pemerintah
Utama Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
LAMPIRAN XIX
14
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
Jalan Bintaro Pemerintah, Pemerintah
Utama 3 Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Bintaro Pemerintah, Pemerintah
Utama 3A Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Bintaro Pemerintah, Pemerintah
Utama 9 Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Pemerintah, Pemerintah
Boulevard Pemprov Kota,
Graha Raya Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan BSD Pemerintah, Pemerintah
Bintaro Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Buaran- Pemerintah, Pemerintah
BSD Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Cendana Pemerintah, Pemerintah
Residence Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Pemerintah, Pemerintah
Cendrawasih Pemprov Kota,
Banten, Swasta
LAMPIRAN XIX
15
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Pemerintah, Pemerintah
Cendrawasih Pemprov Kota,
UPJ Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Dr Pemerintah, Pemerintah
Setiabudi Pemprov Kota,
(Pondok Aren) Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Elang Pemerintah, Pemerintah
Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Gading Pemerintah, Pemerintah
Golf Boulevard Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Graha Pemerintah, Pemerintah
Bunga Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Graha Pemerintah, Pemerintah
Raya Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Graha Pemerintah, Pemerintah
Raya Bintaro Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
LAMPIRAN XIX
16
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
Jalan Haji Pemerintah, Pemerintah
Rean Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan HR Pemerintah, Pemerintah
Rasuna Said Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Japos Pemerintah, Pemerintah
Raya Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Jati Pemerintah, Pemerintah
Jelupang Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Jelupang Pemerintah, Pemerintah
Raya Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Jenderal Pemerintah, Pemerintah
Soedirman Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Pemerintah, Pemerintah
Kademangan Pemprov Kota,
Curug Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Pemerintah, Pemerintah
Kademangan Pemprov Kota,
Lebak Banten, Swasta
LAMPIRAN XIX
17
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Pemerintah, Pemerintah
Kalimantan Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Kemiri Pemerintah, Pemerintah
Raya Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Pemerintah, Pemerintah
Kertamukti Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Ki Hajar Pemerintah, Pemerintah
Dewantoro Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Komplek Pemerintah, Pemerintah
Japos Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Kyai Haji Pemerintah, Pemerintah
Wahid Hasyim Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Pemerintah, Pemerintah
Lengkong Pemprov Kota,
Gudang Timur Banten, Swasta
Raya Pemerintah
Kota,
Swasta
LAMPIRAN XIX
18
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
Jalan Pemerintah, Pemerintah
Lengkong Pemprov Kota,
Wetan Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Lingkar Pemerintah, Pemerintah
Barat Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Lingkar Pemerintah, Pemerintah
Bintaro Jaya Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Lingkar Pemerintah, Pemerintah
BXC Mall Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Lingkar Pemerintah, Pemerintah
CBD BSD Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Lingkar Pemerintah, Pemerintah
Eka Hospital Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Lingkar Pemerintah, Pemerintah
Exchange Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Lingkar Pemerintah, Pemerintah
Jaya Pemprov Kota,
Banten, Swasta
LAMPIRAN XIX
19
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Lingkar Pemerintah, Pemerintah
Puspem Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Lingkar Pemerintah, Pemerintah
Regensi Raya - Pemprov Kota,
Jati Jelupang Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Maruga Pemerintah, Pemerintah
Raya Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Pemerintah, Pemerintah
Menjangan Pemprov Kota,
Raya Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Merpati Pemerintah, Pemerintah
Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Pemerintah, Pemerintah
Momonggor Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Mujair Pemerintah, Pemerintah
Raya Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
LAMPIRAN XIX
20
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
Jalan Pemerintah, Pemerintah
Pahlawan Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Pemerintah, Pemerintah
Pahlawan Pemprov Kota,
Seribu CBD Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Pemerintah, Pemerintah
Pamulang Pemprov Kota,
Permai 1 Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Parakan Pemerintah, Pemerintah
Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Parigi Pemerintah, Pemerintah
Raya Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Pondok Pemerintah, Pemerintah
Betung Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Pondok Pemerintah, Pemerintah
Jagung Timur Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Pondok Pemerintah, Pemerintah
Kacang Prima Pemprov Kota,
Banten, Swasta
LAMPIRAN XIX
21
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Pemerintah, Pemerintah
Purnawarman Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Rawa Pemerintah, Pemerintah
Kutuk Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Raya Pemerintah, Pemerintah
Kelapa Gading Pemprov Kota,
Utara Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Raya Pemerintah, Pemerintah
Kompas Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Raya Pemerintah, Pemerintah
Pasar Jengkol Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Raya Pemerintah, Pemerintah
Pondok Kacang Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Raya Pemerintah, Pemerintah
Puspitek - Pemprov Kota,
Bakti Pocis 13 Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
LAMPIRAN XIX
22
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
Jalan Raya Pemerintah, Pemerintah
Tentara Pelajar Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Regensi Pemerintah, Pemerintah
Raya Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Senayan Pemerintah, Pemerintah
Utama Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Serpong Pemerintah, Pemerintah
Lagoon Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Setu Pemerintah, Pemerintah
Raya Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan SKKI Pemerintah, Pemerintah
Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Sodetan Pemerintah, Pemerintah
Buaran Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Suka Pemerintah, Pemerintah
Mulya Pemprov Kota,
Banten, Swasta
LAMPIRAN XIX
23
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Pemerintah, Pemerintah
Sukakarya Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Pemerintah, Pemerintah
Sumatera Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Pemerintah, Pemerintah
Sumatera Pemprov Kota,
(Nusaloka) Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Sutan Pemerintah, Pemerintah
Syahrir - Pemprov Kota,
Sawah Baru Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Taman Pemerintah, Pemerintah
Makam Pemprov Kota,
Bahagia ABRI Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Pemerintah, Pemerintah
Tarumanegara Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Tegal Pemerintah, Pemerintah
Rotan Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
LAMPIRAN XIX
24
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
Jalan Tegal Pemerintah, Pemerintah
Rotan Raya Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Pemerintah, Pemerintah
Tembusan Pemprov Kota,
Lingkar Jaya Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Terminal Pemerintah, Pemerintah
Pondok Cabe Pemprov Kota,
(KH Salem) Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Terusan Pemerintah, Pemerintah
MH Thamrin - Pemprov Kota,
Lingkar Banten, Swasta
Bintaro Jaya Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Terusan Pemerintah, Pemerintah
Aria Putra - Pemprov Kota,
Merpati Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Terusan Pemerintah, Pemerintah
Bambu Apus- Pemprov Kota,
Aria Putra Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Terusan Pemerintah, Pemerintah
Bintaro Utama Pemprov Kota,
3A - Lingkar Banten, Swasta
Exchange Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Terusan Pemerintah, Pemerintah
Jembatan Pemprov Kota,
Banten, Swasta
LAMPIRAN XIX
25
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
Kranggan - Pemerintah
Momonggor Kota,
Swasta
Jalan Terusan Pemerintah, Pemerintah
Pahlawan - Pemprov Kota,
Haji Juanda Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Terusan Pemerintah, Pemerintah
Pahlawan - Pemprov Kota,
Haji Juanda 2 Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Terusan Pemerintah, Pemerintah
Serpong Pemprov Kota,
Lagoon - Banten, Swasta
Momonggor Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Terusan Pemerintah, Pemerintah
Waru Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Teuku Pemerintah, Pemerintah
Umar Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Titian Pemerintah, Pemerintah
Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan UPJ Pemerintah, Pemerintah
Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
LAMPIRAN XIX
26
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
Jalan Vila Pemerintah, Pemerintah
Japos Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Vila Pemerintah, Pemerintah
Melati Mas Pemprov Kota,
Raya Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Villa Pemerintah, Pemerintah
Pamulang Mas Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Waru Pemerintah, Pemerintah
Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Yapen Pemerintah, Pemerintah
Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
c. Pengembang Jalan Akses Pemerintah, Pemerintah
an dan Tandon Pemprov Kota,
peningkatan Banten, Swasta
jaringan Pemerintah
jalan kota Kota,
fungsi lokal Swasta
Jalan Al Pemerintah, Pemerintah
Hikmah Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Alam Pemerintah, Pemerintah
Segar Pemprov Kota,
Banten, Swasta
LAMPIRAN XIX
27
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Alam Pemerintah, Pemerintah
Sutera Town Pemprov Kota,
Center Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan AMD Pemerintah, Pemerintah
Babakan Pocis Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Anggrek Pemerintah, Pemerintah
Loka Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Anggrek Pemerintah, Pemerintah
Ungu Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Angsana Pemerintah, Pemerintah
Raya Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Pemerintah, Pemerintah
Artowijoyo Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Babakan Pemerintah, Pemerintah
III Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
LAMPIRAN XIX
28
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
Jalan Backside Pemerintah, Pemerintah
Giant BSD Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Backside Pemerintah, Pemerintah
Intermark Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Bali I Pemerintah, Pemerintah
Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Bangau Pemerintah, Pemerintah
Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Beringin Pemerintah, Pemerintah
Raya Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Bhakti Pemerintah, Pemerintah
Karya Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Bintaro Pemerintah, Pemerintah
Puspita Raya Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Pemerintah, Pemerintah
Bratasena Pemprov Kota,
Raya Banten, Swasta
LAMPIRAN XIX
29
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Buaran Pemerintah, Pemerintah
Timur Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Cabe II Pemerintah, Pemerintah
Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Cabe V Pemerintah, Pemerintah
Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Camar Pemerintah, Pemerintah
Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Candi Pemerintah, Pemerintah
Borobudur Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Desa Pemerintah, Pemerintah
Lama Pemprov Kota,
Kademangan Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Dr. Sario Pemerintah, Pemerintah
Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
LAMPIRAN XIX
30
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
Jalan Emerald Pemerintah, Pemerintah
Boulevard Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Griya Pemerintah, Pemerintah
Loka Raya Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Gunung Pemerintah, Pemerintah
Raya Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Haji Pemerintah, Pemerintah
Abdul Ghani Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Haji Pemerintah, Pemerintah
Jamat (Gg Pemprov Kota,
Rais) Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Haji Taif Pemerintah, Pemerintah
Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Pemerintah, Pemerintah
Hasanrika Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Hutama Pemerintah, Pemerintah
Karya Pemprov Kota,
Banten, Swasta
LAMPIRAN XIX
31
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Ismaya Pemerintah, Pemerintah
Raya Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Jati Pemerintah, Pemerintah
Jelupang Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Pemerintah, Pemerintah
Kademangan Pemprov Kota,
Curug Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Pemerintah, Pemerintah
Kademangan Pemprov Kota,
Curug-TPA Banten, Swasta
Cipeucang Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Kali Pemerintah, Pemerintah
Angke Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Kapuk Pemerintah, Pemerintah
Amara Pura Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Kasuari Pemerintah, Pemerintah
Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
LAMPIRAN XIX
32
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
Jalan Pemerintah, Pemerintah
Kecamatan Pemprov Kota,
Pondok Aren Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Kenari Pemerintah, Pemerintah
10 Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Kenari Pemerintah, Pemerintah
Raya Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Kencana Pemerintah, Pemerintah
Raya Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Pemerintah, Pemerintah
Ketapang III Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Kunir Pemerintah, Pemerintah
Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Legoso Pemerintah, Pemerintah
Raya Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Lele Pemerintah, Pemerintah
Raya Pemprov Kota,
Banten, Swasta
LAMPIRAN XIX
33
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Lingkar Pemerintah, Pemerintah
ITC Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Maleo Pemerintah, Pemerintah
Raya Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Maruga Pemerintah, Pemerintah
Raya Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Masjid Pemerintah, Pemerintah
Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Masjid Al Pemerintah, Pemerintah
Istiqomah Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Masjid Pemerintah, Pemerintah
Nurul Qomar Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Menteng Pemerintah, Pemerintah
Raya Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
LAMPIRAN XIX
34
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
Jalan Padawa Pemerintah, Pemerintah
Lima Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Pemerintah, Pemerintah
Pahlawan Pemprov Kota,
Seribu CBD Banten, Swasta
Dalam 1 Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Pemerintah, Pemerintah
Pahlawan Pemprov Kota,
Seribu CBD Banten, Swasta
Dalam II Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Palem Pemerintah, Pemerintah
Indah Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Palem Pemerintah, Pemerintah
Puri Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Panti Pemerintah, Pemerintah
Asuhan Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Paradise Pemerintah, Pemerintah
Serpong City Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Permata Pemerintah, Pemerintah
Permai Raya Pemprov Kota,
Banten, Swasta
LAMPIRAN XIX
35
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Pemerintah, Pemerintah
Persatuan Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Pemerintah, Pemerintah
Perumahan Pemprov Kota,
Savia Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Pemerintah, Pemerintah
Pesantren Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Pinus Pemerintah, Pemerintah
Raya Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Pondok Pemerintah, Pemerintah
Jaya Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Pondok Pemerintah, Pemerintah
Pucung Raya Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Pulo Air Pemerintah, Pemerintah
Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
LAMPIRAN XIX
36
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
Jalan Pulo Air Pemerintah, Pemerintah
III Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Puri Pemerintah, Pemerintah
Bitaro Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Pusaka Pemerintah, Pemerintah
Kencana Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Puspem Pemerintah, Pemerintah
1 Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Puspem Pemerintah, Pemerintah
2 Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Rawa Pemerintah, Pemerintah
Buntu Utara Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Raya Pemerintah, Pemerintah
Villa Pamulang Pemprov Kota,
Mas Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Salak Pemerintah, Pemerintah
Raya Pemprov Kota,
Banten, Swasta
LAMPIRAN XIX
37
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Sodetan Pemerintah, Pemerintah
Muncul Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Sutera Pemerintah, Pemerintah
Utama Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Swadaya Pemerintah, Pemerintah
Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Talas II Pemerintah, Pemerintah
Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Talas III Pemerintah, Pemerintah
Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Taman Pemerintah, Pemerintah
Makam Pemprov Kota,
Bahagia Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Pemerintah, Pemerintah
Tarumanegara Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
LAMPIRAN XIX
38
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
Jalan Tekno I Pemerintah, Pemerintah
Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Tekno I - Pemerintah, Pemerintah
Jalan Raya Pemprov Kota,
Serpong Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Terusan Pemerintah, Pemerintah
Lingkar Timur Pemprov Kota,
- Swadaya Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Terusan Pemerintah, Pemerintah
Pahlawan Pemprov Kota,
Seribu - Jalan Banten, Swasta
Lingkar CBD Pemerintah
BSD Kota,
Swasta
Jalan Terusan Pemerintah, Pemerintah
Persatuan - Al Pemprov Kota,
Hikmah Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Terusan Pemerintah, Pemerintah
Savia - Pemprov Kota,
Persatuan Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Terusan Pemerintah, Pemerintah
Tekno 2 Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan TPA Pemerintah, Pemerintah
Cipeucang Pemprov Kota,
Banten, Swasta
LAMPIRAN XIX
39
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan TPU Pemerintah, Pemerintah
Babakan Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Villa Pemerintah, Pemerintah
Pamulang Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Wana Pemerintah, Pemerintah
Kencana Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Waru Pemerintah, Pemerintah
Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
Jalan Witana Pemerintah, Pemerintah
Harja Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
d. Rencana Serpong Raya Pemerintah, Pemerintah
pengembang (Jl. Raya Pemprov Kota,
an jaringan Serpong - BSD Banten, Swasta
jalan kota - Jl. Pahlawan Pemerintah
yang Seribu - Kota,
terintegrasi Puspiptek - Jl. Swasta
dengan Siliwangi)
jaringan
transportasi
angkutan
massal
perkotaan
LAMPIRAN XIX
40
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
dan antar
kota
Serpong Raya Pemerintah, Pemerintah
(Jl. Sudirman - Pemprov Kota,
Jl. Raya Banten, Swasta
Serpong - BSD Pemerintah
- Puspiptek - Kota,
Jl. Siliwangi) Swasta
Jl. Cabe Raya - Pemerintah, Pemerintah
Jl. Setiabudi - Pemprov Kota,
Jl. Pajajaran - Banten, Swasta
Jl. Ir. H. Pemerintah
Juanda Kota,
Swasta
Passing Lane, Pemerintah, Pemerintah
Buss Lane dan Pemprov Kota,
halte Terminal Banten, Swasta
Pondok Cabe - Pemerintah
Terminal Pasar Kota,
Senen Swasta
Passing Lane, Pemerintah, Pemerintah
Buss Lane dan Pemprov Kota,
halte Terminal Banten, Swasta
Pondok Cabe - Pemerintah
Terminal Kota,
Tanah Abang Swasta
Passing Lane, Pemerintah, Pemerintah
Buss Lane dan Pemprov Kota,
halte Terminal Banten, Swasta
Ciputat - Pemerintah
Terminal Pasar Kota,
Senen Swasta
Passing Lane, Pemerintah, Pemerintah
Buss Lane dan Pemprov Kota,
halte Terminal Banten, Swasta
BSD City - Pemerintah
Terminal Pasar Kota,
Senen Swasta
Passing Lane, Pemerintah, Pemerintah
Buss Lane dan Pemprov Kota,
halte Terminal Banten, Swasta
BSD City - Pemerintah
Terminal Kota,
Tanah Abang Swasta
LAMPIRAN XIX
41
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
e. Rencana Pengembangan Pemerintah, Pemerintah
pembanguna jaringan jalan Pemprov Kota,
n akses lingkar kota: Banten, Swasta
tol/interchan Jalan Raya Pemerintah
ge, jalan Serpong- Jalan Kota,
lingkar, jalan Alam Sutera Swasta
poros, Boulevard-
simpang Jalan Jalur
sebidang, Sutera- Jalan
underpass, Bhayangkara
overpass, Raya- Jalan
flyover, Boulevard Silk
frontage Town-Jalan
yang berada Bhayangkara 1
pada jalan -Jalan
kota Boulevard
Graha Raya-
Terusan Jalan
Boulevard
Graha Raya -
AMD Raya,-
Terusan Jalan
AMD Raya -
Graha Raya
Bintaro - Jalan
Graha Raya
Bintaro - Jalan
Boulevard
Bintaro Jaya-
Jalan MH
Thamrin -
Jalan Dr.
GSSJ Sam
Ratulangi -
Jalan Cut
Mutia I- Jalan
Cut Mutia II-
Jalan Menteng
Raya-Jalan
Bintaro Utama
5- Jalan
Bintaro Utama
3A- Jalan
Wage Rudolf
Supratman-
LAMPIRAN XIX
42
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
Jalan Ir. H.
Juanda - Jalan
Dewi Sartika-
Jalan Otto
Iskandar
Dinata- Jalan
Pajajaran -
Jalan
Siliwangi-
Jalan Raya
Puspitek-
Jalan Raya
Serpong -
Jalan Tekno
Widya - Jalan
Rawa Buntu-
Buaran - Jalan
Kapten
Soebianto
Djojohadikusu
mo- Jalan
Pahlawan
Seribu
Pengembangan
jaringan jalan
poros kota:
Jalan Poros APBD, Kementeria
Utara – APBN, n/
Selatan Swasta Lembaga /
meliputi Jalan Pemda /
Raden Fatah- Swasta
Jalan
Jombang Raya
- Jalan H.
Amir
Machmud-
Jalan
Jombang
Raya- Jalan
Aria Putra -
Jalan Bukit
Indah- Jalan
Sarua Raya -
Jalan Maruga
Raya - Jalan
LAMPIRAN XIX
43
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
Lingkar
Puspem- Jalan
Benda Raya-
Jalan Parakan
- Jalan Surya
Kencana -
Jalan Dr.
Setiabudi -
Jalan Moh
Toha
Jalan poros APBD, Kementeria
Timur – Barat APBN, n/
meliputi Jalan Swasta Lembaga /
Raya South Pemda /
City - Jalan Swasta
Pondok Cabe
Raya- Jalan
Purnawarman
- Jalan
Kertamukti -
Jalan Raya
Kompas- Jalan
Menjangan
Raya - Jalan
Merpati -
Jalan Ciater
Raya- Jalan
Lingkar Timur
- Jalan Letnan
Sutopo - Jalan
BSD Grand
Boulevard
f. penanganan Jl. WR. Pemerintah, Pemerintah
perlintasan Supratman - Pemprov Kota,
sebidang dan Jl. Pondok Banten, Swasta
tidak Betung Pemerintah
sebidang Kota,
dengan jalan Swasta
kota dan
jalur kereta
api.
Flyover Gaplek Pemerintah, Pemerintah
(Ruas Jl. Ir. H. Pemprov Kota,
Juanda) Banten, Swasta
Pemerintah
LAMPIRAN XIX
44
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
Kota,
Swasta
penataan
perempatan
persimpangan
jalan dalam
wilayah kota:
redesign Pemerintah, Pemerintah
simpang Pemprov Kota,
bundaran Banten, Swasta
pamulang Pemerintah
Kota,
Swasta
redesign Pemerintah, Pemerintah
simpang Pemprov Kota,
Permata Banten, Swasta
Pamulang Pemerintah
Kota,
Swasta
redesign Pemerintah, Pemerintah
simpang H. Pemprov Kota,
Rais Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
redesign Pemerintah, Pemerintah
simpang Pemprov Kota,
Duren Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
redesign Pemerintah, Pemerintah
simpang Pemprov Kota,
Kecamatan Banten, Swasta
Ciputat Timur Pemerintah
Kota,
Swasta
redesign Pemerintah, Pemerintah
simpang Plasa Pemprov Kota,
Bintaro Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
LAMPIRAN XIX
45
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
redesign Pemerintah, Pemerintah
simpang Pemprov Kota,
kampung utan Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
redesign Pemerintah, Pemerintah
simpang Pemprov Kota,
Bhayangkara Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
redesign Pemerintah, Pemerintah
simpang Pemprov Kota,
puspiptek Banten, Swasta
muncul Pemerintah
Kota,
Swasta
redesign Pemerintah, Pemerintah
simpang jodiak Pemprov Kota,
Bintaro Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
redesign Pemerintah, Pemerintah
simpang Pemprov Kota,
gaplek Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
redesign Pemerintah, Pemerintah
simpang serua Pemprov Kota,
Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
redesign Pemerintah, Pemerintah
simpang Pemprov Kota,
kemiri (akses Banten, Swasta
masuk pondok Pemerintah
cabe) Kota,
Swasta
redesign Pemerintah, Pemerintah
simpang sasak Pemprov Kota,
tinggi Banten, Swasta
LAMPIRAN XIX
46
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
Pemerintah
Kota,
Swasta
penanganan Pemerintah, Pemerintah
perlintasan Pemprov Kota,
sebidang dan Banten, Swasta
tidak sebidang Pemerintah
dengan jalur Kota,
kereta api: Swasta
lintas Pemerintah, Pemerintah
Rangkasbitung Pemprov Kota,
– Serpong – Banten, Swasta
Tanah Abang Pemerintah
Kota,
Swasta
Flyover Pemerintah, Pemerintah
Stasiun Pemprov Kota,
Sudimara Banten, Swasta
Pemerintah
Kota,
Swasta
lintas Pemerintah, Pemerintah
Rangkasbitung Pemprov Kota,
– Serpong – Banten, Swasta
Tanah Abang Pemerintah
Kota,
Swasta
pengembangan Pemerintah, Pemerintah
jaringan jalan Pemprov Kota,
keluar dan Banten, Swasta
masuk tol Pemerintah
serta simpang Kota,
ramp on/off Swasta
tol:
Exit Tol Rawa Pemerintah, Pemerintah
Buntu Swasta , Swasta
Exit Tol Pemerintah, Pemerintah
Pondok Aren Swasta , Swasta
Exit Tol Pemerintah, Pemerintah
Pamulang Swasta , Swasta
Exit tol lainnya Pemerintah, Pemerintah
Swasta , Swasta
D Rencana Pemerintah, Pemerintah
penyediaan Pemerintah ,
jalur Pemerintah
LAMPIRAN XIX
47
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
angkutan Kota, Kota,
umum Swasta Swasta
massal
berbasis
jalan yang
terintegrasi
dengan
sistem
angkutan
perkotaan
dan antar
kota
7 Pengembangan dan peningkatan terminal penumpang
a. Pengembang Peningkatan Pemerintah, Pemerintah
an dan kapasitas dan Pemerintah ,
peningkatan kualitas Kota, Pemerintah
terminal terminal tipe A Swasta Kota,
penumpang di Pondok Swasta
Cabe
Kecamatan
Pamulang
Pembangunan Pemerintah, Pemprov
terminal tipe B Pemprov Banten,
di Kecamatan Banten, Swasta
Ciputat Swasta
Peningkatan Pemerintah, Pemerintah
kapasitas dan Pemerintah ,
kualitas Kota, Pemerintah
terminal tipe C Swasta Kota,
BSD Sektor 1 Swasta
Peningkatan Pemerintah, Pemerintah
kapasitas dan Pemerintah ,
kualitas Kota, Pemerintah
terminal tipe C Swasta Kota,
Stasiun Swasta
Rawabuntu
Peningkatan Pemerintah, Pemerintah
kapasitas dan Pemerintah ,
kualitas Kota, Pemerintah
terminal tipe C Swasta Kota,
Stasiun Swasta
Pondok Ranji
Peningkatan Pemerintah, Pemerintah
kapasitas dan Pemerintah ,
kualitas Pemerintah
LAMPIRAN XIX
48
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
terminal tipe C Kota, Kota,
Stasiun Swasta Swasta
Sudimara
Peningkatan Pemerintah, Pemerintah
kapasitas dan Pemerintah ,
kualitas Kota, Pemerintah
terminal tipe C Swasta Kota,
Stasiun Swasta
Serpong
Peningkatan Pemerintah, Pemerintah
kapasitas dan Pemerintah ,
kualitas Kota, Pemerintah
terminal tipe C Swasta Kota,
Pasar Modern Swasta
BSD
Rencana Pemerintah, Pemerintah
pengembangan Pemerintah ,
terminal yang Kota, Pemerintah
terintegrasi Swasta Kota,
dengan Swasta
jaringan
transportasi
angkutan
umum massal
perkotaan dan
antar kota
b. Penyediaan Pemerintah, Pemerintah
fasilitas Pemprov Kota,
parkir Banten, Swasta
kendaraan Pemerintah
pribadi Kota,
dengan Swasta
konsep park
and ride di
terminal
c. Pembanguna Terminal Pemerintah, Pemerintah
n Kawasan Pondok Cabe Pemerintah ,
TOD skala Kota, Pemerintah
sub kota Swasta Kota,
Swasta
Terminal Pemerintah, Pemerintah
lainnya Pemerintah ,
Kota, Pemerintah
Swasta Kota,
Swasta
LAMPIRAN XIX
49
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
d. Rencana Pengembangan Pemerintah, Pemerintah
pengembang Angkutan Pemprov , Pemprov
an Kawasan Pengumpan Banten, Banten,
TOD pada (feeder) yang Pemerintah Pemerintah
rencana melayani Kota, Kota,
pengembang transjabodetab Swasta Swasta
an terminal ek di Kota
yang Tangerang
terintegrasi Selatan
dengan
jaringan
transportasi
angkutan
umum
massal
perkotaan
dan antar
kota
Pengembangan Pemerintah, Pemerintah
Angkutan Pemprov , Pemprov
Pemadu Antar Banten, Banten,
Moda Kota Pemerintah Pemerintah
Tangerang Kota, Kota,
Selatan - Swasta Swasta
Bandar
Udara/
Pelabuhan
Laut

2.1.2 Sistem Jaringan Kereta Api


jaringan jalur kereta api, termasuk kereta rel listrik, kereta bawah tanah, monorail
a. Peningkatan lintas Tanah Pemerintah, Pemerintah
kapasitas Abang - Swasta , Swasta
dan kualitas Serpong - Maja
jaringan
jalur kereta
api antar
kota pada
jalur Tanah
Abang –
Serpong –
Maja
b. Pembanguna 1. jalur Pemerintah, Pemerintah
n jaringan Serpong – Pemprov , Pemprov
jalur kereta Tangerang – Banten, Banten,
LAMPIRAN XIX
50
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
api antar Bandara Pemerintah Pemerintah
kota Soekarno Kota, Kota,
Hatta; Swasta Swasta
2. jalur lebak Pemerintah, Pemerintah
bulus – ciputat Pemprov , Pemprov
– pamulang – Banten, Banten,
rawa buntu; Pemerintah Pemerintah
Kota, Kota,
Swasta Swasta
c. Pembanguna 1. jalur lebak Pemerintah, Pemerintah
n jaringan bulus – ciputat Pemprov , Pemprov
jalur kereta – bintaro; dan Banten, Banten,
api Pemerintah Pemerintah
perkotaan Kota, Kota,
Swasta Swasta
2. jalur intra Pemerintah, Pemerintah
kota Bintaro – Pemprov , Pemprov
Serpong Utara; Banten, Banten,
dan Pemerintah Pemerintah
Kota, Kota,
Swasta Swasta
d. Rencana Pemerintah, Pemerintah
pengembang Pemprov , Pemprov
an jaringan Banten, Banten,
jalur kereta Pemerintah Pemerintah
api yang Kota, Kota,
terintegrasi Swasta Swasta
dengan
sistem
angkutan
umum
massal
perkotaan
dan antar
kota
stasiun penumpang
a. pembanguna stasiun Pemerintah, Pemerintah
n dan Serpong di Swasta , Swasta
peningkatan Kelurahan
stasiun Serpong,
penumpang Kecamatan
yang Serpong
terintegrasi stasiun Rawa Pemerintah, Pemerintah
dengan Buntu di Swasta , Swasta
Kelurahan
LAMPIRAN XIX
51
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
kawasan Rawa Buntu
TOD Kecamatan
Serpong;
stasiun Pemerintah, Pemerintah
Sudimara di Swasta , Swasta
Kelurahan
Jombang
Kecamatan
Ciputat;
stasiun Pemerintah, Pemerintah
Jurangmangu Swasta , Swasta
di Kelurahan
Sawah Baru
Kecamatan
Ciputat; dan
stasiun Pemerintah, Pemerintah
Pondok Ranji Swasta , Swasta
di Kelurahan
Pondok Ranji
Kecamatan
Ciputat Timur
b. Rencana lintas Tanah Pemerintah, Pemerintah
pengembang Abang - Swasta , Swasta
an stasiun Serpong- Maja
penumpang
yang
terintegrasi
dengan
sistem
angkutan
umum
massal
perkotaan
dan antar
kota serta
pengembang
an Kawasan
TOD
lainnya Pemerintah, Pemerintah
Pemprov , Pemprov
Banten, Banten,
Pemerintah Pemerintah
Kota, Kota,
Swasta Swasta
LAMPIRAN XIX
52
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
c. Penyediaan Semua Stasiun Pemerintah, Pemerintah
fasilitas di Kota Swasta , Swasta
parkir Tangerang
kendaraan Selatan
pribadi
dengan
konsep park
and ride
Park and Ride Pemerintah, Pemerintah
lainnya di Kota Swasta , Swasta
Tangerang
Selatan
d. Pembanguna Kawasan TOD Pemerintah, Pemerintah
n dan skala kota Pemprov , Pemprov
pengembang berada pada Banten, Banten,
an kawasan stasiun Rawa Pemerintah Pemerintah
TOD di Buntu dan Kota, Kota,
setiap stasiun Swasta Swasta
stasiun Jurangmangu
Kawasan TOD Pemerintah, Pemerintah
skala sub kota Pemprov , Pemprov
berada pada Banten, Banten,
stasiun Pemerintah Pemerintah
Serpong, Kota, Kota,
Stasiun Swasta Swasta
Sudimara,
Stasiun
Pondok Ranji
Kawasan TOD Pemerintah, Pemerintah
skala sub kota Pemprov , Pemprov
berada pada Banten, Banten,
pengembangan Pemerintah Pemerintah
stasiun Kota, Kota,
lainnya Swasta Swasta
2.2 Sistem jaringan transportasi udara
a. Tatanan Pemanfaatan Pemerintah, Pemerintah
kebandaruda dan Swasta , Swasta
raan peningkatan
Bandara
Pondok Cabe
di Kecamatan
Pamulang
b. ruang udara Pengendalian Pemerintah, Pemerintah
untuk KKOP Pemerintah ,
penerbangan Lapangann Pemerintah
LAMPIRAN XIX
53
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
Terbang Kota, Kota,
Pondok Cabe Swasta Swasta
sesuai dengan
ketentuan
peraturan
perundangan.
Penataan dan Pemerintah, Pemerintah
pengendalian Pemprov , Pemprov
pemanfaatan Banten, Banten,
ruang kota Pemerintah Pemerintah
dalam KKOP Kota, Kota,
mengacu pada Swasta Swasta
ketentuan
Peraturan
Perundang-
undangan

3 SISTEM JARINGAN ENERGI


3.1 jaringan infrastruktur gas bumi
a. wilayah Kecamatan APBN, Kementeria
jaringan Pamulang, Swasta n/
distribusi Kecamatan Lembaga /
kota sesuai Ciputat, Swasta
dengan Kecamatan
Rencana Serpong, dan
Induk Kecamatan
Jaringan Serpong Utara
Transmisi
dan
Distribusi
Gas Bumi
Nasional
b. pengembang jalan- jalan APBD, Kementeria
an pelayanan arteri dan APBN, n/
energi gas kolektor Swasta Lembaga
untuk /Swasta
transportasi
melalui
pengadaan
Stasiun
Pengisian
Bahan Bakar
Gas
3.2 jaringan infrasruktur ketenagalistrikan
LAMPIRAN XIX
54
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
a. pengembang jaringan APBN / Kementeria
an jaringan transmisi Swasta n/
transmisi SUTET yang Lembaga /
tenaga listrik melintasi Swasta
Kecamatan
Setu
pengembangan APBN / Kementeria
jaringan SUTT Swasta n/
yang melintasi Lembaga /
Kecamatan Swasta
Pamulang,
Kecamatan
Ciputat,
Kecamatan
Serpong,
Kecamatan
Serpong Utara,
Kecamatan
Pondok Aren,
Kecamatan
Setu dan
Kecamatan
Ciputat Timur
gardu induk APBN / Kementeria
yang Swasta n/
merupakan Lembaga /
bagian tidak Swasta
terpisahkan
dari transmisi
tenaga listrik,
di Kecamatan
Serpong,
Kecamatan
Setu,
Kecamatan
Ciputat,
Kecamatan
Ciputat Timur
dan
Kecamatan
Pondok Aren
Pengadaan APBN / Kementeria
gardu Swasta n/
distribusi di Lembaga /
Swasta
LAMPIRAN XIX
55
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
seluruh
wilayah kota
b. pengembang seluruh APBN / Kementeria
an jaringan wilayah kota Swasta n/
transmisi Lembaga /
SKTT atau Swasta
jaringan
transmisi
bawah tanah
c. Pemerataan Seluruh APBD / Pemda
pelayanan Lingkungan APBN / Kota /
penerangan permukiman Swasta Swasta
jalan umum
d. peningkatan seluruh APBD, Kementeria
kualitas wilayah kota APBN, n/
penerangan Swasta Lembaga /
jalan umum Pemda /
Swasta
3.3 penyediaan energi alternatif
a. Penyediaan penyediaan APBD, Kementeria
sumber energi listrik APBN, n/
energi alternatif yang Swasta Lembaga /
alternatif berwawasan Pemda /
lingkungan Swasta
terutama
untuk
bangunan
dengan
kebutuhan
energi listrik
yang besar,
memanfaatkan
tenaga surya
dan angin
penyediaan APBD, Kementeria
sumber energi APBN, n/
baru biogas Swasta Lembaga /
yang tersebar Pemda /
di seluruh Swasta
kecamatan
Lainnya APBD, Kementeria
APBN, n/
Swasta Lembaga /
Pemda /
Swasta
LAMPIRAN XIX
56
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016

4 SISTEM JARINGAN TELEKOMUNIKASI


a. Pengembang pengembangan APBD, Pemda /
an dan jaringan Swasta Swasta
pemerataan telekomunikasi
jaringan bawah tanah
telepon kabel untuk menjaga
dan
meningkatkan
kualitas ruang
kota yang
menjangkau
seluruh
wilayah kota
b. Pengembang penguatan APBD, Pemda /
an dan signal jaringan Swasta Swasta
pemerataan Global System
jaringan for Mobile
telepon (GSM) dan
nirkabel Code Division
yang Multiple
menjangkau Access (CDMA)
seluruh
wilayah kota
berupa
telepon
seluler
pengembangan APBD, Pemda /
dan penataan Swasta Swasta
menara Base
Transceiver
Station (BTS)
secara terpadu
di wilayah
Kota
c. Pengendalian APBD, Pemda /
penggunaan Swasta Swasta
frekuensi
pemancar
radio untuk
menjamin
kelancaran
dan
keamanan
arus
LAMPIRAN XIX
57
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
penerbangan
ditetapkan
sesuai
dengan
ketentuan
Peraturan
Perundang-
undangan

5 SISTEM JARINGAN SUMBER DAYA AIR


5.1 Rencana Sistem jaringan sumber daya air
5.1.1 Rencana WS Ciliwung- APBD, Kementeria
sistem Cisadane APBN, n/
jaringan Swasta Lembaga /
sumber daya Pemda /
air secara Swasta
terpadu dan
berkelanjuta
n
berdasarkan
WS mengacu
pada pola
dan rencana
pengelolaan
SDA WS
Ciliwung-
Cisadane,
yang
merupakan
WS lintas
provinsi atau
merupakan
kewenangan
Pemerintah
Pusat
5.1.2 Sistem
. jaringan
sumber daya
air
a. Sistem air permukaan APBD, Kementeria
jaringan air APBN, n/
baku Swasta Lembaga /
meliputi Pemda /
sumber air Swasta
permukaan
LAMPIRAN XIX
58
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
dan air
tanah
air tanah APBD, Kementeria
APBN, n/
Swasta Lembaga /
Pemda /
Swasta
b. Sumber DAS Angke - APBD, Kementeria
air Pesanggrahan APBN, n/
permukaan Swasta Lembaga /
meliputi Pemda /
sungai, mata Swasta
air,
tampungan
air alami dan
tampungan
buatan
DAS Cisadane APBD, Kementeria
APBN, n/
Swasta Lembaga /
Pemda /
Swasta
Situ Legoso/ APBD, Kementeria
Situ Kuru APBN, n/
seluas kurang Swasta Lembaga /
lebih 0,54 (nol Pemda /
lima empat) Swasta
hektar di
Kecamatan
Ciputat Timur,
Situ Pamulang
seluas kurang
lebih 25,8 (dua
puluh lima
delapan)
hektar di
Kecamatan
Ciputat dan
Kecamatan
Pamulang, Situ
Bungur seluas
kurang lebih
2,91 (dua
sembilan satu)
hektar di
LAMPIRAN XIX
59
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
Kecamatan
Ciputat Timur,
Situ Rompong
seluas kurang
lebih 1,77
(satu tujuh
tujuh) hektar
di Kecamatan
Ciputat Timur,
Situ Parigi
seluas kurang
lebih 4,14
(empat satu
empat) hektar
di Kecamatan
Pondok Aren,
Situ Ciledug
seluas kurang
lebih 23,05
(dua puluh tiga
nol lima)
hektar di
Kecamatan
Pamulang, Situ
Kayu Antap
1,64 (satu
enam empat)
hektar di
Kecamatan
Ciputat Timur,
Situ Pondok
Jagung/ Rawa
Kutuk 7,59
(tujuh lima
sembilan)
hektar di
Kecamatan
Serpong Utara,
dan
Bendungan
Gintung 22,57
(dua puluh dua
lima tujuh)
hektar di
LAMPIRAN XIX
60
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
Kecamatan
Ciputat Timur
Kolam Tandon APBD, Kementeria
Air Ciater APBN, n/
seluas kurang Swasta Lembaga /
lebih 2,45 (dua Pemda /
empat lima) Swasta
hektar di
Kecamatan
Serpong,
Kolam Tandon
Air Jelupang
10,15 (sepuluh
satu lima)
hektar di
Kecamatan
Serpong,
Kolam Tandon
Air Telaga Biru
Alam Sutera
6,91 (enam
sembilan satu)
hektar di
Kecamatan
Serpong Utara,
Kolam Tandon
Air BPI 0,72
(nol tujuh dua)
hektar di
Kecamatan
Pamulang,
Kolam Tandon
Air Nusaloka
seluas kurang
lebih 0,61 (nol
enam satu)
hektar di
Kecamatan
Serpong,
Kolam Tandon
Air Jeletreng
1,09 (satu nol
sembilan)
hektar di
Kecamatan
LAMPIRAN XIX
61
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
Serpong dan
Kecamatan
Setu, dan
Kolam Tandon
Air lainnya
yang tersebar
di seluruh
kecamatan
Bendungan APBD, Kementeria
Karian dan APBN, n/
pengembangan Swasta Lembaga /
bendungan Pemda /
dan waduk Swasta
lainnya di WS
Ciliwung-
Cisadane
c. Sumber air CAT Serang — APBD, Kementeria
tanah Tangerang APBN, n/
digunakan yang Swasta Lembaga /
sebagai merupakan Pemda /
conjunctive CAT Kab/ kota Swasta
use pada
kawasan
yang tidak
memiliki
atau terbatas
sumber air
permukaann
ya, dengan
mempertimb
angkan
kondisi CAT,
CAT Jakarta APBD, Kementeria
yang APBN, n/
merupakan Swasta Lembaga /
CAT lintas Pemda /
Provinsi Swasta
d. Jaringan air APBD, Kementeria
baku APBN, n/
meliputi Swasta Lembaga /
saluran Pemda /
distribusi Swasta
dari sumber
air hingga ke
Instalasi
LAMPIRAN XIX
62
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
Pengolahan
Air
e. Penyediaan APBD, Kementeria
air baku APBN, n/
untuk air Swasta Lembaga /
bersih Pemda /
diperuntukk Swasta
an untuk
kebutuhan
domestik,
perkotaan
dan industri
5.1.3 Sistem
pengendalian
daya rusak
a. Pengembang sekitar Sungai APBN / Kementeria
an jalur hijau Angke, Kali APBD / n/
di sepanjang Serua, Kali Swasta Lembaga /
sungai/kali, Ciputat, Kali Pemda /
situ dan Kedaung, Swasta
kolam Sungai
tandon air; Pesanggrahan,
Situ dan
Kolam Tandon
Air
b. pengendalian sekitar Sungai APBN / Kementeria
banjir jangka Angke, Kali APBD / n/
panjang Serua, Kali Swasta Lembaga /
dengan Ciputat, Kali Pemda /
pengerukan Kedaung, Swasta
dan Sungai
normalisasi Pesanggrahan,
sungai/kali, dan Situ
situ dan
saluran
pembuang;
c. penetapan sekitar Sungai APBN / Kementeria
badan air Angke, Kali APBD / n/
berupa Serua, Kali Swasta Lembaga /
saluran dan Ciputat, Kali Pemda /
sungai Kedaung, dan Swasta
sesuai Sungai
peruntukann Pesanggrahan
ya;
LAMPIRAN XIX
63
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
d. rehabilitasi sekitar Sungai APBN / Kementeria
saluran Angke, Kali APBD / n/
drainase Serua, Kali Swasta Lembaga /
dengan Ciputat, Kali Pemda /
memperbesa Kedaung, dan Swasta
r saluran Sungai
drainase Pesanggrahan
serta
membongkar
dan/atau
mengganti
utilitas yang
dapat
mengganggu
sistem
drainase;
e. penataan sekitar Sungai APBN / Kementeria
dan/ atau Angke, Kali APBD / n/
pelebaran Serua, Kali Swasta Lembaga /
sungai/kali Ciputat, Kali Pemda /
dan saluran Kedaung, dan Swasta
pembuang; Sungai
Pesanggrahan
f. penurapan sekitar Sungai APBN / Kementeria
dan Angke, Kali APBD / n/
pompanisasi Serua, Kali Swasta Lembaga /
sungai/kali, Ciputat, Kali Pemda /
dan saluran Kedaung, dan Swasta
pembuang; Sungai
Pesanggrahan
g. pembuatan tersebar di APBN / Kementeria
kolam Kota APBD / n/
tandon air Tangerang Swasta Lembaga /
dan sumur Selatan Pemda /
resapan di Swasta
seluruh
wilayah kota
h. Sistem tersebar di APBN / Kementeria
pengendalian Kota APBD / n/
banjir Tangerang Swasta Lembaga /
dilengkapi Selatan Pemda /
dengan Swasta
sistem
peringatan
dini
LAMPIRAN XIX
64
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016

6 Sistem jaringan Infrastruktur Perkotaan


6.1 Sistem Penyediaan Air Minum
a. Pengembang pengembangan APBN / Kementeria
an dan penyediaan air APBD / n/
peningkatan minum Swasta Lembaga /
Jaringan dilakukan Pemda /
perpipaan untuk Swasta
memenuhi
cakupan
pelayanan
minimal 50%
(lima puluh
persen) dari
seluruh
jumlah
penduduk
pengembangan APBN / Kementeria
unit air baku APBD / n/
yang Swasta Lembaga /
memanfaatkan Pemda /
air permukaan Swasta
bersumber
sungai, situ,
dan kolam
tandon air,
meliputi
Sungai
Cisadane, Kali
Angke, Kali
Pesanggrahan,
Bendungan
Karian dan
seluruh Situ di
Kota
Tangerang
Selatan
unit produksi APBN / Kementeria
air minum APBD / n/
terdiri atas Swasta Lembaga /
Instalasi Pemda /
Pengolahan Air Swasta
(IPA) yang
berada di
Kecamatan
LAMPIRAN XIX
65
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
Pamulang,
Kecamatan
Serpong,
Kecamatan
Serpong Utara
dan
Kecamatan
Pondok Aren,
dan
Kecamatan
Setu
pengembangan APBN / Kementeria
sistem APBD / n/
penyediaan air Swasta Lembaga /
di Zona I s/d Pemda /
Zona IV Swasta
b. Peningkatan Pelayanan APBN / Kementeria
pelayanan pada wilayah APBD / n/
Jaringan yang belum Swasta Lembaga /
non- terlayani oleh Pemda /
perpipaan Sistem Swasta
Penyediaan Air
Minum
perpipaan;
penyediaan air APBN / Kementeria
minum APBD / n/
jaringan non- Swasta Lembaga /
perpipaan Pemda /
berbentuk Swasta
individual,
komunal, dan
komunal
khusus yang
dilakukan
dengan
mempertimban
gkan optimasi
spasial,
efektifitas dan
efisien; dan
penyediaan air APBN / Kementeria
minum APBD / n/
diarahkan Swasta Lembaga /
pada Pemda /
peningkatan Swasta
LAMPIRAN XIX
66
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
pelayanan
100% (seratus
persen) sampai
akhir tahun
2031
c. Pengembang peningkatan APBN / Kementeria
an sistem peran APBD / n/
penyediaan masyarakat Swasta Lembaga /
air minum dan dunia Pemda /
lainnya usaha (swasta) Swasta
dalam
penyelenggara
an sistem
penyediaan air
minum
mengacu pada
peraturan
yang berlaku
peningkatan APBN / Kementeria
kerjasama APBD / n/
dengan daerah Swasta Lembaga /
sekitarnya Pemda /
terkait rencana Swasta
pengembangan
penyediaan
pelayanan
maupun
sumber air
bakunya
mengacu pada
peraturan
yang berlaku
6.1 Sistem Pengelolaan Air Limbah
6.1.1 sistem
pembuangan
air limbah
(sewage)
Instalasi seluruh APBN / Kementeria
pengolahan wilayah kota APBD / n/
air limbah Tangerang Swasta Lembaga /
(IPAL) Selatan Pemda /
meliputi Swasta
seluruh
wilayah kota
LAMPIRAN XIX
67
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
IPAL seluruh APBN / Kementeria
setempat wilayah kota APBD / n/
untuk Tangerang Swasta Lembaga /
pengelolaan Selatan Pemda /
limbah cair Swasta
dari kegiatan
rumah sakit,
industri,
hotel dan
limbah
domestik
dari
kegiatan/da
n atau usaha
seperti mall,
apartemen,
restoran
sesuai
dengan baku
mutu air
limbah
Instalasi di Kecamatan APBN / Kementeria
Pengolahan Setu APBD / n/
Lumpur Swasta Lembaga /
Tinja (IPLT) Pemda /
Swasta
pembanguna APBN / Kementeria
n IPLT baru APBD / n/
Swasta Lembaga /
Pemda /
Swasta
61.2 sistem APBN / Kementeria
pembuangan APBD / n/
air limbah Swasta Lembaga /
rumah Pemda /
tangga Swasta
(sewerage)
baik
individual
maupun
komunal
dilakukan tersebar di APBN / Kementeria
secara seluruh APBD / n/
individual wilayah kota Swasta Lembaga /
LAMPIRAN XIX
68
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
dengan Pemda /
tangki septik Swasta
dilakukan seluruh APBN / Kementeria
secara wilayah kota APBD / n/
komunal Tangerang Swasta Lembaga /
pada Selatan Pemda /
kawasan Swasta
permukiman
dan
perumahan
6.1.4 Pengembang APBN / Kementeria
an sistem APBD / n/
pengelolaan Swasta Lembaga /
air limbah Pemda /
Swasta
peningkatan seluruh APBN / Kementeria
peran wilayah kota APBD / n/
masyarakat Tangerang Swasta Lembaga /
dan dunia Selatan Pemda /
usaha Swasta
(swasta)
mengacu
pada
peraturan
yang berlaku
peningkatan seluruh APBN / Kementeria
kerjasama wilayah kota APBD / n/
dengan Tangerang Swasta Lembaga /
daerah Selatan Pemda /
sekitarnya Swasta
mengacu
pada
peraturan
yang berlaku
6.3 Sistem persampahan
1 Rencana
sistem
jaringan
persampaha
n
a. Optimalisasi TPA Cipeucang APBN / Kementeria
pemanfaatan APBD / n/
TPA Swasta Lembaga /
Cipeucang Pemda /
dengan Swasta
LAMPIRAN XIX
69
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
inovasi
teknologi
yang tepat
guna dan
berwawasan
lingkungan
b. Pengembang seluruh APBN / Kementeria
an TPA dapat Wilayah Kota APBD / n/
melalui Tangerang Swasta Lembaga /
pengadaan Selatan/ Pemda /
TPA baru Banten/ DKI Swasta
yang Jakarta/ Jawa
menggunaka Barat
n sistem
pemrosesan
sampah
ramah
lingkungan
berbasis
teknologi
dan/ atau
kerjasama
TPA regional
c. Pengadaan Semua APBN / Kementeria
TPS kelurahan APBD / n/
dan/atau Swasta Lembaga /
TPST pada Pemda /
setiap Swasta
Kelurahan
2 Peningkatan APBN / Kementeria
akses APBD / n/
pelayanan Swasta Lembaga /
pengelolaan Pemda /
persampaha Swasta
n hingga
mencapai
cakupan
minimal 80%
(delapan
puluh
persen) dari
seluruh
jumlah
penduduk
LAMPIRAN XIX
70
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
3 Upaya
reduksi
timbulan
sampah
a. penetapan seluruh APBN / Kementeria
target Wilayah Kota APBD / n/
pengurangan Tangerang Swasta Lembaga /
sampah Selatan Pemda /
secara Swasta
bertahap
dalam jangka
waktu
tertentu
b. kegiatan seluruh APBN / Kementeria
menggunaka Wilayah Kota APBD / n/
n kembali Tangerang Swasta Lembaga /
dan mendaur Selatan Pemda /
ulang Swasta
c. memfasilitasi seluruh APBN / Kementeria
pemasaran Wilayah Kota APBD / n/
produk- Tangerang Swasta Lembaga /
produk daur Selatan Pemda /
ulang Swasta
4 Pengelolaan seluruh APBN / Kementeria
Kandungan Wilayah Kota APBD / n/
Bahan Tangerang Swasta Lembaga /
Berbahaya Selatan Pemda /
dan Beracun Swasta
(B3) dengan
teknologi dan
metode
pemrosesan
yang sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundangan
-undangan
6.4 Sistem Drainase
a. Sistem saluran APBN / Kementeria
drainase drainase di APBD / n/
sebagaimana seluruh Kota Swasta Lembaga /
dimaksud Tangerang Pemda /
dalam Pasal Selatan Swasta
30 huruf d di
LAMPIRAN XIX
71
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
seluruh
wilayah kota
meliputi
saluran
drainase
utama,
drainase
lingkungan,
dan drainase
jalan yang
terintegrasi
dari hulu
hingga hilir
6.5 penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan kaki
a. Penyediaan ruas pejalan APBN / Kementeria
dan kaki yang APBD / n/
pengembang terintegrasi Swasta Lembaga /
an dengan sistem Pemda /
pedestrian transportasi Swasta
darat dan
memperhatika
n kebutuhan
penyandang
disabilitas
b. Penyediaan APBN / Kementeria
ruas pejalan APBD / n/
kaki Swasta Lembaga /
Pemda /
Swasta
pedestrian penyediaan APBN / Kementeria
lahan bagi APBD / n/
pedestrian di Swasta Lembaga /
setiap jalan, Pemda /
kecuali jalan Swasta
tol
penyediaan APBN / Kementeria
lahan bagi APBD / n/
pedestrian Swasta Lembaga /
yang baru Pemda /
Swasta
penyediaan APBN / Kementeria
pedestrian di APBD / n/
Kawasan TOD Swasta Lembaga /
Pemda /
Swasta
LAMPIRAN XIX
72
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
penyeberang Penyediaan APBN / Kementeria
an sebidang penyeberangan APBD / n/
berupa sebidang pada Swasta Lembaga /
tempat kaki Pemda /
penyeberang persimpangan Swasta
an yang yang
dinyatakan dikendalikan
dengan dengan lampu
marka lalu lintas atau
tanpa lampu
lalu lintas
Penyediaan APBN / Kementeria
penyeberangan APBD / n/
sebidang pada Swasta Lembaga /
ruas jalan Pemda /
yang Swasta
dikendalikan
dengan lampu
lalu lintas atau
tanpa lampu
lalu lintas
penyeberang Penyediaan APBN / Kementeria
an tidak penyeberangan APBD / n/
sebidang tidak sebidang Swasta Lembaga /
berupa ditempatkan Pemda /
jembatan pada lokasi Swasta
penyeberang dengan volume
an dan arus lalu lintas
penyeberang dan pejalan
an bawah kaki yang
tanah menyeberang
tinggi
Penyediaan
penyeberangan
tidak sebidang
pada lokasi
penyeberangan
sebidang yang
tersedia sudah
mengganggu
lalu lintas
yang ada
6.6 penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan jalur sepeda
LAMPIRAN XIX
73
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
a. Penyediaan a. penyediaan APBN / Kementeria
dan lahan bagi APBD / n/
pengembang jalur sepeda di Swasta Lembaga /
an jalur setiap jalan, Pemda /
sepeda kecuali jalan Swasta
tol
b. penyediaan APBN / Kementeria
lahan bagi APBD / n/
jalur sepeda Swasta Lembaga /
yang baru, Pemda /
dapat Swasta
dilakukan
bersamaan
dengan
rencana
peningkatan
dan
pembangunan
jalan
c. penyediaan APBN / Kementeria
jalur sepeda di APBD / n/
Kawasan TOD Swasta Lembaga /
Pemda /
Swasta
b. Penyediaan halte, stasiun, APBN / Kementeria
dan terminal dan APBD / n/
pemanfaatan kawasan TOD Swasta Lembaga /
prasarana Pemda /
sepeda Swasta
berupa bike
sharing

6.7 Jalur Evakuasi Bencana


a. Penetapan APBD Pemda
jalur keluar
evakuasi
bencana
1. Penetapan Jalan Akses
jalur keluar Tandon
evakuasi
bencana
banjir
Jalan Alam
Sutera
Boulevard
LAMPIRAN XIX
74
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
Jalan Ambon
Jalan Angsana
Raya
Jalan Aria
Putra
Jalan
Artowijoyo
Jalan Batam
Jalan Bhakti
Karya
Jalan
Bhayangkara 1
Jalan
Bhayangkara
Raya
Jalan Bintaro
Utama 3A
Jalan Bintaro
Utama 5
Jalan
Boulevard
Bintaro Jaya
Jalan
Boulevard
Graha Raya
Jalan
Boulevard Silk
Town
Jalan BSD
Bintaro
Jalan BSD
Boulevard
Utara
Jalan BSD
Grand
Boulevard
Jalan Buaran
Timur
Jalan Ceger
Raya
Jalan
Cendrawasih
UPJ
LAMPIRAN XIX
75
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
Jalan
Cirendeu Raya
Jalan Cut
Mutia II
Jalan Dewi
Sartika
Jalan Dr
Setiabudi
Jalan Emerald
Boulevard
Jalan Graha
Bunga
Jalan Graha
Raya
Jalan Griya
Loka Raya
Jalan Gunung
Raya
Jalan Ir. H.
Juanda
Jalan Jalur
Sutera
Jalan Japos
Raya
Jalan
Jelupang Raya
Jalan
Jombang Raya
Jalan
Kademangan
Curug
Jalan
Kademangan
Lebak
Jalan
Kalimantan
Jalan
Kertamukti
Jalan Ki Hajar
Dewantoro
Jalan
Lengkong
Karya
LAMPIRAN XIX
76
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
Jalan
Lengkong
Wetan
Jalan Lingkar
Jaya
Jalan Menteng
Raya
Jalan
Momonggor
Jalan Otto
Iskandar
Dinata
Jalan
Pahlawan
Jalan
Pahlawan
Seribu
Jalan
Pajajaran
Jalan
Perumahan
Savia
Jalan
Pesantren
Jalan Pondok
Betung
Jalan Pondok
Cabe Raya
Jalan Pondok
Kacang Prima
Jalan Promoter
Jalan Pusaka
Kencana
Jalan Raden
Fatah
Jalan Raya
Pondok Aren
Jalan Raya
Puspitek
Jalan Raya
Serpong
Jalan RE
Martadinata
LAMPIRAN XIX
77
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
Jalan Setu
Raya
Jalan Siliwangi
Jalan SKKI
Jalan
Sumatera
Jalan Sutan
Syahrir -
Sawah Baru
Jalan Sutera
Utama
Jalan Talas III
Jalan Tegal
Rotan Raya
Jalan Teuku
Umar
Jalan Titian
Jalan Wana
Kencana
Jalan UPJ
Simpang Jalan
Raya Serpong -
Alam Sutera
Terusan Jalan
Jembatan
Kranggan –
Momonggor
Terusan Jalan
Promoter
2. Jalur Jalan Al APBD Pemda
evakuasi Hikmah;
bencana
longsor
Jalan Ambon;
Jalan Batam;
Jalan Cabe V;
Jalan Cendana
Residence;
Jalan Ciater
Raya;
Jalan
Cireundeu
Raya;
LAMPIRAN XIX
78
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
Jalan
Kademangan
Curug;
Jalan
Kademangan
Lebak;
Jalan
Kertamukti;
Jalan Lingkar
Puspem;
Jalan Lingkar
Selatan;
Jalan Maruga
Raya;
Jalan
Momonggor;
Jalan
Perumahan
Savia;
Jalan Pondok
Cabe Raya;
Jalan
Purnawarman;
Jalan Raya
Puspitek;
Jalan Raya
Serpong;
Jalan Raya
South City;
Jalan Serpong
Lagoon;
Jalan
Tarumanegara;
Jalan Terusan
Waru;
Terusan Jalan
Jembatan
Kranggan –
Momonggor;
Terusan Jalan
Persatuan - Al
Hikmah;
LAMPIRAN XIX
79
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
Terusan Jalan
Persatuan – Al
Hikmah;
Terusan Jalan
Savia –
Persatuan; dan
Terusan
Serpong
Lagoon –
Momonggor
3. Jalur Jalan Bintaro APBD Pemda
evakuasi Utama 3A;
bencana
ledakan
senjata
Jalan Ceger
Raya;
Jalan Pondok
Betung; dan
Jalan Pondok
Betung Raya
4. Jalur 4. Jalur APBD Pemda
evakuasi evakuasi
bencana bencana
ledakan pipa ledakan pipa
gas gas
5. Jalur Jalan Alam APBD Pemda
evakuasi Sutera
bencana Boulevard
nuklir
Jalan Benda
Raya
Jalan
Bhayangkara
Raya
Jalan Cisauk
Jalan Dr.
Setiabudi
Jalan Jalur
Sutera
Jalan Lingkar
CBD BSD
Jalan Lingkar
Puspem
LAMPIRAN XIX
80
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
Jalan Lingkar
Selatan
Jalan
Pahlawan
Seribu
Jalan Parakan
Jalan Pondok
Cabe Raya
Jalan Raya
Puspitek
Jalan Raya
Serpong
Jalan Siliwangi
Jalan Sodetan
Muncul
Jalan Surya
Kencana
b. Penetapan RTH APBD, APBN Kementeria
Titik kumpul Lapangan, n/
dan tempat sarana Lembaga /
penampunga prasarana Pemda
n umum seperti
sarana
pendidikan,
sarana
kesehatan dan
perkantoran
pemerintah.
6.8 sistem proteksi kebakaran
a. Penyediaan seluruh Kota APBD Pemda
sistem Tangerang
proteksi Selatan
kebakaran;
b. pemberdayaa seluruh Kota APBD Pemda
n peran Tangerang
masyarakat Selatan
dalam
mencegah
kebakaran
c. perekrutan seluruh Kota APBD Pemda
dan Tangerang
peningkatan Selatan
kualitas SDM
LAMPIRAN XIX
81
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
pemadam
kebakaran
d. peningkatan seluruh Kota APBD Pemda
respon time Tangerang
penyelamata Selatan
n jiwa dan
harta benda
6.9 sistem perparkiran
a. penyediaan di sekitar APBN / Kementeria
parkir di luar kawasan APBD / n/
badan jalan perdagangan Swasta Lembaga /
dan jasa, Pemda /
perkantoran, Swasta
industri dan
pergudangan
dan kegiatan
pelayanan
umum
meliputi area
parkir, taman
parkir dan
gedung parkir;
b. pembatasan sepanjang APBN / Kementeria
dan jalan di Kota APBD / n/
penataan Tangerang Swasta Lembaga /
parkir pada Selatan Pemda /
jalan/on Swasta
street
c. penyediaan di terminal dan APBN / Kementeria
fasilitas stasiun di Kota APBD / n/
parkir Tangerang Swasta Lembaga /
kendaraan Selatan Pemda /
pribadi Swasta
dengan
konsep park
and ride
untuk
berpindah
angkutan
d. peningkatan tersebar di APBN / Kementeria
jumlah Kota APBD / n/
minimal Tangerang Swasta Lembaga /
parkir yang Selatan Pemda /
harus Swasta
disediakan
LAMPIRAN XIX
82
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
pada setiap
jenis
kegiatan
yang
menimbulka
n bangkitan
perjalanan
sesuai
dengan
ketentuan
yang berlaku

B. Perwujudan Pola Ruang


1 Kawasan Lindung
1.1 Kawasan Perlindungan Setempat
a. mempertaha seluruh Kota APBN / Kementeria
nkan fungsi Tangerang APBD / n/
sempadan Selatan Swasta Lembaga /
situ, Pemda /
sempadan Swasta
kolam
tandon air,
sempadan
sungai/kali
dan
mengendalik
an
perkembang
annya
b. mengembalik seluruh Kota APBN / Kementeria
an fungsi Tangerang APBD / n/
sempadan Selatan Swasta Lembaga /
situ, Pemda /
sempadan Swasta
kolam
tandon air,
sempadan
sungai/ kali
diseluruh
wilayah kota
sebagai RTH
secara
bertahap
LAMPIRAN XIX
83
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
c. merehabilita seluruh Kota APBN / Kementeria
si kawasan Tangerang APBD / n/
sempadan Selatan Swasta Lembaga /
situ, Pemda /
sempadan Swasta
kolam
tandon air,
sempadan
sungai/kali
yang
mengalami
penurunan
fungsi
1.2 Ruang Terbuka Hijau
a. Penyediaan halaman APBN / Kementeria
RTH privat pekarangan APBD / n/
rumah, Swasta Lembaga /
halaman Pemda /
perkantoran Swasta
non
pemerintah,
halaman
pertokoan dan
tempat usaha,
halaman
kawasan
industri,
halaman
kawasan
pergudangan,
taman atap
bangunan,
lapangan golf,
b. Penyediaan RTH lapangan APBN / Kementeria
RTH publik tersebar di APBD / n/
seluruh Swasta Lembaga /
Kecamatan; Pemda /
Swasta
RTH halaman APBN / Kementeria
terdiri atas APBD / n/
halaman Swasta Lembaga /
Gedung Pusat Pemda /
Pemerintahan Swasta
Kota, halaman
perkantoran
LAMPIRAN XIX
84
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
pemerintahan,
dan RTH
halaman
sekolah
tersebar di
seluruh
Kecamatan;
RTH taman APBN / Kementeria
kota tersebar APBD / n/
di seluruh Swasta Lembaga /
Kecamatan; Pemda /
Swasta
RTH taman APBN / Kementeria
jalan dan jalur APBD / n/
hijau jalan Swasta Lembaga /
tersebar di Pemda /
seluruh Swasta
Kecamatan;
RTH APBN / Kementeria
pemakaman APBD / n/
tersebar di Swasta Lembaga /
seluruh Pemda /
Kecamatan; Swasta
RTH hutan APBN / Kementeria
kota di APBD / n/
Kecamatan Swasta Lembaga /
Setu; Pemda /
Swasta
RTH sempadan APBN / Kementeria
sungai/kali, APBD / n/
situ/ embung/ Swasta Lembaga /
pond, Pemda /
pengaman Swasta
jalur kereta
api, pengaman
jalur pipa gas,
dan SUTT/
SUTET,
tersebar di
seluruh
Kecamatan;
RTH pada APBN / Kementeria
kawasan APBD / n/
pengembang Swasta Lembaga /
menjadi bagian
LAMPIRAN XIX
85
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
dari sarana, Pemda /
prasarana dan Swasta
utilitas
kawasan
sesuai dengan
tabel intensitas
pemanfaatan
ruang; dan
RTH taman APBN / Kementeria
lingkungan APBD / n/
tersebar di Swasta Lembaga /
seluruh Pemda /
kelurahan dan Swasta
kecamatan
1.3 Kawasan rawan bencana
a. penanggulan tersebar di APBN / Kementeria
gan Kawasan seluruh APBD / n/
rawan kecamatan Swasta Lembaga /
bencana Pemda /
banjir Swasta
b. penanggulan Kecamatan APBN / Kementeria
gan Kawasan Pamulang, APBD / n/
rawan Setu, Serpong Swasta Lembaga /
bencana Utara, Pemda /
longsor Serpong, Swasta
Ciputat dan
Ciputat Timur.
c. penanggulan Kecamatan APBN / Kementeria
gan Kawasan Setu, Serpong APBD / n/
rawan dan Pamulang Swasta Lembaga /
radiasi Pemda /
nuklir Swasta
d. penanggulan tersebar di APBN / Kementeria
gan Kawasan seluruh APBD / n/
rawan kecamatan Swasta Lembaga /
ledakan pipa Pemda /
gas Swasta
e. penanggulan Kecamatan APBN / Kementeria
gan Kawasan Pondok Aren. APBD / n/
rawan Swasta Lembaga /
ledakan Pemda /
senjata api Swasta
dan mesiu
LAMPIRAN XIX
86
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
f. Penetapan sarana APBN / Kementeria
ruang pendidikan, APBD / n/
evakuasi sarana Swasta Lembaga /
bencana kesehatan, Pemda /
sebagai sarana Swasta
tempat peribadatan,
berlindung sarana
dan olahraga dan
penampunga sarana
n penduduk perkantoran
sementara
dari suatu
bencana
1.4 Kawasan Cagar Budaya
a. Pengembang Bangunan APBN / Kementeria
an Kawasan peristiwa APBD / n/
Cagar Lengkong di Swasta Lembaga /
Budaya Kecamatan Pemda /
Serpong Utara Swasta
Tugu APBN / Kementeria
pernyataan APBD / n/
rakyat Serpong Swasta Lembaga /
di Kecamatan Pemda /
Serpong Swasta
Makam
Kramat Tajug
di Kecamatan
Serpong
Klenteng Boey APBN / Kementeria
Han Bio di APBD / n/
Kecamatan Swasta Lembaga /
Serpong Pemda /
Swasta

2 Kawasan Budi daya


2.1 Kawasan Pertanian
a. Perwujudan Kecamatan APBN / Kementeria
kawasan Setu, APBD / n/
pertanian Kecamatan Swasta Lembaga /
hortikultura Serpong, Pemda /
Kecamatan Swasta
Ciputat dan
pengembangan
di seluruh
kecamatan
LAMPIRAN XIX
87
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
2.2 Kawasan Peruntukan Industri
a. Perwujudan dipusatkan APBN / Kementeria
Kawasan berada pada APBD / n/
Industri kawasan Swasta Lembaga /
industri Pemda /
Taman Tekno Swasta
di Kecamatan
Setu dan
kawasan
industri
Multiguna
Kecamatan
Serpong Utara
b. Perwujudan tersebar di APBN / Kementeria
Sentra wilayah Kota APBD / n/
industri kecil Tangerang Swasta Lembaga /
dan Selatan Pemda /
menengah Swasta
2.3 Kawasan Pariwisata
a. Perwujudan Kecamatan APBN / Kementeria
Kawasan Serpong APBD / n/
Pariwisata Swasta Lembaga /
Pemda /
Swasta
b. Pengembang Kecamatan APBN / Kementeria
an kawasan Setu, APBD / n/
wisata Kecamatan Swasta Lembaga /
belanja Serpong, Pemda /
kecamatan Swasta
Serpong Utara,
Kecamatan
Ciputat Timur,
Kecamatan
Pamulang
c. Pengembang Kecamatan APBN / Kementeria
an kawasan Pondok Aren, APBD / n/
wisata alam Kecamatan Swasta Lembaga /
dan rekreasi Serpong, dan Pemda /
Kecamatan Swasta
Ciputat Timur
d. Pengembang Kecamatan APBN / Kementeria
an kawasan Serpong, APBD / n/
wisata Kecamatan Swasta Lembaga /
kuliner Serpong Utara Pemda /
dan Swasta
LAMPIRAN XIX
88
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
Kecamatan
Pondok Aren
2.4 Kawasan Permukiman
2.4.1 Kawasan
Perumahan
a. Perwujudan tersebar di APBN / Kementeria
Kawasan setiap APBD / n/
perumahan kecamatan di Swasta Lembaga /
untuk Kota Pemda /
perumahan Tangerang Swasta
vertikal Selatan
b. Perwujudan tersebar di APBN / Kementeria
Kawasan setiap APBD / n/
perumahan kecamatan di Swasta Lembaga /
untuk Kota Pemda /
perumahan Tangerang Swasta
horizontal Selatan
2.4.2 Kawasan
Perdagangan
dan Jasa
a. Perwujudan pada pusat- APBN / Kementeria
kawasan pusat bisnis APBD / n/
perdagangan dan sepanjang Swasta Lembaga /
dan jasa koridor jalan Pemda /
Swasta
2.4.3 Kawasan
Perkantoran
a. Perwujudan Balai Kota di APBN / Kementeria
Kawasan Kecamatan APBD / n/
Perkantoran Ciputat dan Swasta Lembaga /
pemerintaha Kecamatan Pemda /
n Pamulang Swasta
Kantor-kantor APBN / Kementeria
pemerintahan APBD / n/
tersebar di Swasta Lembaga /
seluruh Pemda /
kecamatan Swasta
b. Perwujudan Kecamatan APBN / Kementeria
Kawasan Setu APBD / n/
Puspiptek Swasta Lembaga /
Pemda /
Swasta
2.4.4 Kawasan Pendidikan
LAMPIRAN XIX
89
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
a. Perwujudan tersebar di APBN / Kementeria
Kawasan wilayah Kota APBD / n/
pendidikan Tangerang Swasta Lembaga /
Selatan Pemda /
Swasta
b. Perwujudan a. Komando APBN / Kementeria
Kawasan Pendidikan APBD / n/
pusat dan Latihan Swasta Lembaga /
pendidikan (KODIKLAT) Pemda /
militer/ TNI di Swasta
kepolisian Kecamatan
Serpong; dan
b. Pusat APBN / Kementeria
Pendidikan APBD / n/
Lalu Lintas Swasta Lembaga /
Polisi Republik Pemda /
Indonesia Swasta
(PUSDIKLANT
AS POLRI) di
Kecamatan
Serpong Utara.
2.4.5 Kawasan Kesehatan
a. Perwujudan tersebar di APBN / Kementeria
Kawasan wilayah Kota APBD / n/
Kesehatan Tangerang Swasta Lembaga /
Selatan Pemda /
Swasta
2.4.6 Kawasan
RTNH
a. Perwujudan tersebar di APBN / Kementeria
Kawasan wilayah Kota APBD / n/
RTNH Tangerang Swasta Lembaga /
Selatan Pemda /
Swasta

2.4.7 Tempat Evakuasi Bencana


a. Perwujudan sarana APBN / Kementeria
tempat pendidikan, APBD / n/
evakuasi sarana Swasta Lembaga /
bencana kesehatan, Pemda /
sarana Swasta
peribadatan,
sarana
olahraga dan
LAMPIRAN XIX
90
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
sarana
perkantoran

2.4.8 Kawasan Peribadatan


a. Perwujudan tersebar di APBN / Kementeria
Kawasan wilayah Kota APBD / n/
Peribadatan Tangerang Swasta Lembaga /
Selatan Pemda /
Swasta

2.4.9 Kawasan Olahraga


a. Perwujudan tersebar di APBN / Kementeria
Kawasan wilayah Kota APBD / n/
Olahraga Tangerang Swasta Lembaga /
Selatan Pemda /
Swasta

2.4.1 Kawasan
0 Transportasi
a. Perwujudan Kawasan APBN / Kementeria
Kawasan terminal tipe A APBD / n/
Terminal di Pondok Swasta Lembaga /
Cabe, Pemda /
Kecamatan Swasta
Pamulang
Kawasan APBN / Kementeria
terminal tipe B APBD / n/
di Kecamatan Swasta Lembaga /
Ciputat Pemda /
Swasta
Kawasan APBN / Kementeria
terminal tipe C APBD / n/
BSD Sektor 1 Swasta Lembaga /
Pemda /
Swasta
Kawasan APBN / Kementeria
terminal tipe C APBD / n/
Stasiun Swasta Lembaga /
Rawabuntu Pemda /
Swasta
Kawasan APBN / Kementeria
terminal tipe C APBD / n/
Stasiun Swasta Lembaga /
Jurangmangu
LAMPIRAN XIX
91
Tahap Tahap II Tahap III Tahap IV
I Tahun Tahun Tahun Sumber Pelaksana
No Program Lokasi
2011-
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Dana Program
2016
Pemda /
Swasta
Kawasan APBN / Kementeria
terminal tipe C APBD / n/
Stasiun Swasta Lembaga /
Jombang Pemda /
(Sudimara) Swasta
Kawasan APBN / Kementeria
terminal tipe C APBD / n/
lainnya Swasta Lembaga /
Pemda /
Swasta
b. Perwujudan Kecamatan APBN / Kementeria
Kawasan Pamulang APBD / n/
Bandara Swasta Lembaga /
Pemda /
Swasta
2.4 Kawasan Pertahanan dan Keamanan
a. Kawasan Batalyon APBN / Kementeria
peruntukan Kavaleri 9/ APBD / n/
pertahanan Satya Dharma Swasta Lembaga /
dan Kala (Yonkav/ Pemda /
keamanan Cobra) di Swasta
Kecamatan
Serpong Utara
Batalyon APBN / Kementeria
Artileri APBD / n/
Pertahanan Swasta Lembaga /
Udara I/ Pemda /
Purwa Braja Swasta
Cakti (Yon
Arhanud 1/
Rajawali) di
Kecamatan
Serpong Utara
Pusat APBN / Kementeria
Penerbangan APBD / n/
Angkatan Swasta Lembaga /
Darat di Pemda /
Kecamatan Swasta
Pamulang
berada di
dalam
kawasan
Bandar Udara
Lampiran XX.a

LAMPIRAN XX.a
KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI
PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN
NOMOR 09 TAHUN 2019
TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN
DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2011
TENTANG RENCANA TATA RUANG
WILAYAH KOTA TANGERANG SELATAN
TAHUN 2011 – 2031
KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI
A. KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI STRUKTUR RUANG
MATERI YANG DIATUR
KETENTUAN KETENTUAN
STRUKTUR
NO INTENSITAS PRASARANA
RUANG DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETENTUAN KHUSUS
PEMANFAATAN DAN SARANA
RUANG MINIMUM
I RENCANA PUSAT KEGIATAN WILAYAH KOTA
1 Pusat PPK adalah pusat a. kegiatan yang diperbolehkan
Pelayanan pelayanan meliputi kegiatan dengan
Kota (PPK) ekonomi, sosial, pelayanan skala nasional,
dan/atau regional dan kota yang sesuai
administrasi yang dengan peruntukan pada
melayani seluruh rencana pola ruang; dan
wilayah kota b. kegiatan yang tidak
dan/atau regional diperbolehkan meliputi
meliputi: kegiatan yang tidak sesuai
dengan peruntukan pada

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
2

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN KETENTUAN
STRUKTUR
NO INTENSITAS PRASARANA
RUANG DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETENTUAN KHUSUS
PEMANFAATAN DAN SARANA
RUANG MINIMUM
a. PPK I sebagai rencana pola ruang.
pusat
pemerintahan,
pelayanan
umum,
perdagangan
dan jasa skala
pelayanan
regional dan
perumahan
diarahkan di
Kecamatan
Ciputat;
b. PPK II memiliki
fungsi sebagai
kegiatan
pemerintahan,
pelayanan
umum,
perdagangan
dan jasa skala

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
3

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN KETENTUAN
STRUKTUR
NO INTENSITAS PRASARANA
RUANG DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETENTUAN KHUSUS
PEMANFAATAN DAN SARANA
RUANG MINIMUM
pelayanan
regional dan
nasional serta
perumahan
diarahkan di
Kecamatan
Serpong; dan
c. PPK III memiliki
fungsi sebagai
kegiatan
pemerintahan,
kegiatan
pelayanan
umum,
perdagangan
dan jasa skala
pelayanan
regional dan
nasional serta
perumahan
diarahkan di

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
4

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN KETENTUAN
STRUKTUR
NO INTENSITAS PRASARANA
RUANG DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETENTUAN KHUSUS
PEMANFAATAN DAN SARANA
RUANG MINIMUM
Kecamatan
Pondok Aren
2 Subpusat SPK adalah pusat a. kegiatan yang diperbolehkan
Pelayanan pelayanan meliputi kegiatan dengan
Kota (SPK) ekonomi, sosial, pelayanan skala kota yang
dan/atau sesuai dengan peruntukan
administrasi yang pada rencana pola ruang; dan
melayani sub b. kegiatan yang tidak
wilayah kota. diperbolehkan meliputi
a. SPK I memiliki kegiatan yang tidak sesuai
fungsi sebagai dengan peruntukan pada
pelayanan rencana pola ruang.
umum,
perdagangan
dan jasa, dan
perumahan
diarahkan di
Kecamatan
Serpong Utara;

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
5

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN KETENTUAN
STRUKTUR
NO INTENSITAS PRASARANA
RUANG DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETENTUAN KHUSUS
PEMANFAATAN DAN SARANA
RUANG MINIMUM
b. SPK II memiliki
fungsi sebagai
perkantoran
pemerintahan,
dan perumahan
diarahkan di
Kecamatan
Setu;
c. SPK III memiliki
fungsi sebagai
kegiatan
pelayanan
umum, dan
perumahan
diarahkan di
Kecamatan
Ciputat Timur;
dan

d. SPK IV memiliki
fungsi sebagai

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
6

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN KETENTUAN
STRUKTUR
NO INTENSITAS PRASARANA
RUANG DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETENTUAN KHUSUS
PEMANFAATAN DAN SARANA
RUANG MINIMUM
kegiatan
pelayanan
umum,
perdagangan
dan jasa dan
perumahan
diarahkan di
Kecamatan
Pamulang

3 Pusat PL adalah pusat a. kegiatan yang diperbolehkan


Lingkungan pelayanan meliputi kegiatan dengan
(PL) ekonomi, sosial pelayanan skala lokal yang
dan/atau sesuai dengan peruntukan
administrasi pada rencana pola ruang; dan
lingkungan kota. b. kegiatan yang tidak
a. PL memiliki diperbolehkan meliputi
fungsi sebagai kegiatan yang tidak sesuai
kegiatan dengan peruntukan pada
ekonomi rencana pola ruang.
ditetapkan di :

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
7

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN KETENTUAN
STRUKTUR
NO INTENSITAS PRASARANA
RUANG DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETENTUAN KHUSUS
PEMANFAATAN DAN SARANA
RUANG MINIMUM
1. Kelurahan
Pondok
Jagung,
Kelurahan
Paku Alam,
Kelurahan
Jelupang,
dan
Kelurahan
Lengkong
Karya pada
Kecamatan
Serpong
Utara; dan
2. Kelurahan
Muncul dan
Kelurahan
Setu,
Kecamatan
Setu.

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
8

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN KETENTUAN
STRUKTUR
NO INTENSITAS PRASARANA
RUANG DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETENTUAN KHUSUS
PEMANFAATAN DAN SARANA
RUANG MINIMUM
b. PL memiliki
fungsi sebagai
kegiatan
pendidikan
ditetapkan di :
1. Kelurahan
Pondok
Aren,
Kelurahan
Pondok
Jaya,
Kelurahan
Jurangmang
u Timur,
Kelurahan
Jurangmang
u Barat,
Kelurahan
Pondok
Karya,
Kelurahan

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
9

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN KETENTUAN
STRUKTUR
NO INTENSITAS PRASARANA
RUANG DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETENTUAN KHUSUS
PEMANFAATAN DAN SARANA
RUANG MINIMUM
Parigi Baru,
Kelurahan
Parigi di
Kecamatan
Pondok
Aren;
2. Kelurahan
Cempaka
Putih,
Kecamatan
Ciputat
Timur;
3. Kelurahan
Ciputat dan
Kelurahan
Pisangan,
Kecamatan
Ciputat;
4. Kelurahan
Pamulang
Barat dan

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
10

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN KETENTUAN
STRUKTUR
NO INTENSITAS PRASARANA
RUANG DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETENTUAN KHUSUS
PEMANFAATAN DAN SARANA
RUANG MINIMUM
Kelurahan
Pondok
Benda,
Kecamatan
Pamulang;
dan
5. Kelurahan
Rawa
Buntu,
Kelurahan
Serpong,
dan
Kelurahan
Rawa Mekar
Jaya,
Kecamatan
Serpong.
c.PL kegiatan
perdagangan,
jasa dan
pendidikan

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
11

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN KETENTUAN
STRUKTUR
NO INTENSITAS PRASARANA
RUANG DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETENTUAN KHUSUS
PEMANFAATAN DAN SARANA
RUANG MINIMUM
terletak di
Kelurahan
Pamulang Barat
dan Kelurahan
Pondok Benda,
Kecamatan
Pamulang;
d. PL kegiatan
perdagangan,
jasa dan
pendidikan
terletak di
sekitar
Kelurahan
Ciputat dan
Kelurahan
Pisangan,
Kecamatan
Ciputat;
e.PL kegiatan
perdagangan,

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
12

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN KETENTUAN
STRUKTUR
NO INTENSITAS PRASARANA
RUANG DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETENTUAN KHUSUS
PEMANFAATAN DAN SARANA
RUANG MINIMUM
jasa dan
pendidikan
terletak di
Kelurahan Rawa
Buntu,
Kelurahan
Serpong,
Kelurahan Rawa
Mekar Jaya,
Kecamatan
Serpong; dan
f. PL kegiatan
ekonomi lokal
terletak di lokasi
pertigaan
Puspiptek
hingga
perempatan
Muncul,
Kelurahan
Muncul dan

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
13

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN KETENTUAN
STRUKTUR
NO INTENSITAS PRASARANA
RUANG DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETENTUAN KHUSUS
PEMANFAATAN DAN SARANA
RUANG MINIMUM
Kelurahan Setu,
Kecamatan Setu.

II SISTEM JARINGAN PRASARANA WILAYAH KOTA


A Rencana Sistem Transportasi
1 Rencana Meliputi 1. Ketentuan umum peraturan Ketentuan
sistem ketentuan umum zonasi jaringan jalan: Prasarana dan
jaringan peraturan zonasi a. kegiatan yang diperbolehkan sarana minimum
jaringan jalan;
transportasi meliputi: jaringan jalan:
dan ketentuan
darat umum peraturan 1) kegiatan yang mengikuti 1. jaringan jalan
zonasi jaringan ketentuan ruang milik dilengkapi
perkeretaapian. jalan, ruang manfaat dengan fasilitas
jalan, dan ruang pengaturan
Rencana sistem pengawasan jalan sesuai lalu lintas dan
jaringan jalan dengan ketentuan yang marka jalan;
meliputi jaringan
berlaku; dan
jalan, jaringan
prasarana lalu 2) kegiatan yang 2. jaringan jalan
lintas dan mendukung di pusat
angkutan jalan pengembangan terminal kegiatan kota,
(terminal

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
14

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN KETENTUAN
STRUKTUR
NO INTENSITAS PRASARANA
RUANG DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETENTUAN KHUSUS
PEMANFAATAN DAN SARANA
RUANG MINIMUM
angkutan dan pengembangan sub pusat
penumpang), kawasan TOD sesuai kegiatan kota
jaringan dengan ketentuan yang diberikan jalur
pelayanan lalu
berlaku; dan pejalan kaki;
lintas dan
angkutan 3) kegiatan yang dan
jalan(sistem mendukung 3. jaringan jalan
angkuta nmassal pengembangan jaringan yang
berbasis jalan transportasi umum merupakan
dalam kota dan massal sesuai dengan lintasan
koridor ketentuan yang berlaku. angkutan
jabodetabek)
b. kegiatan yang tidak barang dan
Rencana jaringan diperbolehkan meliputi angkutan
perkeretapian kegiatan yang menganggu umum memiliki
meliputi jaringan sistem jaringan jalan; lajur minimal 2
jalur kereta api c. intensitas pemanfaatan (dua) lajur dan
(jaringan jaringan jalan disesuaikan menghindari
angkutan massal dengan ketentuan yang persimpangan
berbasis rel antar berlaku. sebidang.
kota dan intra 4. Prasarana dan
kota) dan sarana utama
serta

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
15

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN KETENTUAN
STRUKTUR
NO INTENSITAS PRASARANA
RUANG DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETENTUAN KHUSUS
PEMANFAATAN DAN SARANA
RUANG MINIMUM
prasarana pendukung
perkeretaapian terminal, TOD,
berupa stasiun serta jaringan
kereta api
pelayanan lalu
lintas dan
angkutan jalan

2. ketentuan umum peraturan Ketentuan


zonasi jaringan perkeretaapian: Intensitas Prasarana dan
a. kegiatan yang pemanfaatan Sarana minimum
diperbolehkan meliputi: jalur jaringan jaringan
1) kegiatan pembangunan rel kereta api, perkeretaapian:
dan pengembangan jaringan jalur 1. Tersedianya
sarana, prasarana dan berbasis rel dan langsir;
fasilitas penunjang stasiun kereta 2. Jaringan
jaringan kereta api api disesuaikan listrik;
sesuai dengan ketentuan dengan 3. Tersedianya
yang berlaku; peraturan pengaman
2) kegiatan yang perundangan jalan
mendukung yang berlaku.

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
16

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN KETENTUAN
STRUKTUR
NO INTENSITAS PRASARANA
RUANG DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETENTUAN KHUSUS
PEMANFAATAN DAN SARANA
RUANG MINIMUM
pengembangan stasiun 4. Tersedianya
dan pengembangan lampu
kawasan TOD sesuai penerangan
dengan ketentuan yang pada jalur
berlaku; dan perlintasan.
3) kegiatan yang
mendukung
pengembangan jaringan
transportasi umum Ketentuan Khusus
massal sesuai dengan Jaringan
ketentuan yang berlaku. Perkeretapian:
b. kegiatan yang 1. jarak sempadan rel
diperbolehkan dengan kereta api paling
syarat dan terbatas meliputi sedikit 20 (dua
kegiatan pemasangan puluh) meter; dan
papan reklame, parkir, dan 2. pembatasan jumlah
kegiatan lainnya yang tidak perlintasan
mengganggu kelancaran sebidang antara
dan keselamatan pengguna jaringan jalur
kereta api; kereta api dan jalan
c. kegiatan yang tidak

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
17

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN KETENTUAN
STRUKTUR
NO INTENSITAS PRASARANA
RUANG DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETENTUAN KHUSUS
PEMANFAATAN DAN SARANA
RUANG MINIMUM
diperbolehkan meliputi
kegiatan yang dapat
mengganggu kepentingan
operasi dan keselamatan
transportasi kereta api; dan
d. intensitas pemanfaatan
jaringan kereta api
disesuaikan dengan
ketentuan yang berlaku.
2 Rencana Meliputi a. kegiatan yang diperbolehkan
sistem tatanankebandaru meliputi:
jaringan daraan (Bandara 1. kegiatan pembangunan dan
transportasi Khusus Pondok pengembangan sarana,
udara Cabe di prasarana dan fasilitas
Kecamatan penunjang jaringan
Pamulang) dan transportasi udara sesuai
ruangudara untuk dengan ketentuan yang
penerbangan berlaku;
(KKOP di 2. kegiatan operasional
Kecamatan jaringan transportasi udara
Pamulang,Kecama sesuai dengan ketentuan

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
18

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN KETENTUAN
STRUKTUR
NO INTENSITAS PRASARANA
RUANG DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETENTUAN KHUSUS
PEMANFAATAN DAN SARANA
RUANG MINIMUM
tanCiputatdanKec yang berlaku; dan
amatan Ciputat 3. penyediaan RTH.
Timur) b. kegiatan yang tidak
diperbolehkan meliputi:
1. bangunan yang dapat
menambah tingkat fatalitas
apabila terjadi kecelakaan
pesawat seperti bangunan
SPBU, pabrik atau gudang
kimia berbahaya, SUTT
dan/atau SUTET serta
kegiatan lainnya sesuai
ketentuan yang berlaku;
2. kegiatan yang menimbulkan
gangguan terhadap isyarat-
isyarat navigasi penerbangan
atau komunikasi radio antar
bandar udara dan pesawat
udara;
3. kegiatan yang menyulitkan
penerbang membedakan

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
19

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN KETENTUAN
STRUKTUR
NO INTENSITAS PRASARANA
RUANG DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETENTUAN KHUSUS
PEMANFAATAN DAN SARANA
RUANG MINIMUM
lampu-Iampu rambu udara
dengan lampu-Iampu lain;
4. kegiatan yang menyebabkan
kesilauan pada mata
penerbang yang
mempergunakan bandar
udara;
5. kegiatan yang melemahkan
jarak pandang sekitar
bandar udara; dan
6. kegiatan yang menyebabkan
timbulnya bahaya burung,
atau dengan cara lain dapat
membahayakan atau
mengganggu pendaratan,
lepas landas atau gerakan
pesawat udara yang
bermaksud mempergunakan
bandar udara.
c. intensitas pemanfaatan
jaringan transportasi udara

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
20

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN KETENTUAN
STRUKTUR
NO INTENSITAS PRASARANA
RUANG DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETENTUAN KHUSUS
PEMANFAATAN DAN SARANA
RUANG MINIMUM
sesuai dengan ketentuan ruang
udara KKOP yang berlaku; dan
d. pemanfaatan ruang pada ruang
udara KKOP dengan ketinggian
tertentu harus mendapatkan
rekomendasi dari instansi
berwenang.
B Rencana Sistem Jaringan Energi
1 Sistem Jaringan a. kegiatan yang diperbolehkan 1. Kabel 1. zona bebas berjarak
jaringan Energi/Kelistrikad meliputi: transmisi paling sedikit 20
prasarana alah jaringan 1. Pembangunan prasarana dan listrik; (dua puluh) meter
energi pendistribusian sarana jaringan transmisi 2. Gardu induk; di luar sekeliling
sumber energi tenaga listrik, kegiatan dan gardu induk dan
dan kelistrikan penunjang sistem jaringan 3. Gardu dilarang untuk
meliputi jaringan transmisi tenaga listrik, dan distribusi. bangunan dan
pipa gas, tenaga penghijauan; 4. Jaringan kegiatan yang
listrik, dan 2. Pembangunan prasarana dan distribusi dan mengganggu
sumber energi sarana jaringan pipa gas dan transmisi pipa operasional gardu
alternatif penunjang sistem jaringan gas induk.
pipa gas; 5. Ruang
pengaman

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
21

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN KETENTUAN
STRUKTUR
NO INTENSITAS PRASARANA
RUANG DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETENTUAN KHUSUS
PEMANFAATAN DAN SARANA
RUANG MINIMUM
3. Pembangunan prasarana dan jaringan
sarana jaringan sumber transmisi dan
energi alternatif dan kegiatan pipa gas
dan penunjang sumber
energi alternatif.
b. kegiatan yang diperbolehkan
dengan syarat dan terbatas
meliputi kegiatan pemakaman,
pertanian, olah raga, rekreasi
dan kemasyarakatan,
perparkiran, dan kegiatan lain
yang bersifat sementara dan
tidak permanen dan tidak
mengganggu fungsi jaringan
energi; dan
c. kegiatan yang tidak
diperbolehkan meliputi
kegiatan selain sebagaimana
dimaksud pada huruf a dan b
yang dapat mengganggu fungsi
sistem jaringan energi.

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
22

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN KETENTUAN
STRUKTUR
NO INTENSITAS PRASARANA
RUANG DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETENTUAN KHUSUS
PEMANFAATAN DAN SARANA
RUANG MINIMUM
C Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi
1 Sistem Jaringan a. kegiatan yang diperbolehkan 1. untuk 1. pentanahan
jaringan Telekomunikasi meliputi kegiatan ketinggian (grounding);
telekomunika adalah rangkaian pembangunan prasarana dan tower 2. penangkal
si perangkat sarana sistem jaringan telekomunik petir;
telekomunikasi telekomunikasi dan fasilitas asi di atas 60 3. catu daya;
dan penunjang sistem jaringan (enam puluh) 4. lampu
kelengkapannya telekomunikasi; meter, jarak halangan
yang digunakan b. kegiatan yang diperbolehkan tower dari penerbangan
dalam dengan syarat dan terbatas bangunan (aviation
bertelekomunikasi meliputi kegiatan selain terdekat obstruction
meliputi sistem sebagaimana dimaksud pada diperbolehka light); dan
kabel dan angka 1 yang tidak n 20 (dua marka
nirkabel membahayakan keamanan dan puluh) halangan
keselamatan manusia, meter; dan penerbangan
lingkungan sekitarnya dan 2. untuk (aviation
yang tidak mengganggu fungsi ketinggian obstruction
sistem jaringan tower di marking).
telekomunikasi; bawah 60
c. kegiatan yang tidak (enam puluh)
diperbolehkan meliputi meter, jarak

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
23

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN KETENTUAN
STRUKTUR
NO INTENSITAS PRASARANA
RUANG DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETENTUAN KHUSUS
PEMANFAATAN DAN SARANA
RUANG MINIMUM
kegiatan yang membahayakan tower dari
keamanan dan keselamatan bangunan
manusia, lingkungan terdekat
sekitarnya dan yang dapat diperbolehka
mengganggu fungsi sistem n 10
jaringan telekomunikasi. (sepuluh)
meter.

D Rencana Sistem jaringan prasarana sumber daya air


1 Sistem Jaringan a. kegiatan yang diperbolehkan
jaringan prasarana meliputi kegiatan
prasarana sumber daya air pembangunan kolam tandon
sumber daya meliputi Wilayah air, normalisasi sungai,
air Sungai (WS), pembangunan prasarana lalu
Cekungan Air lintas air, pembangunan
Tanah (CAT), bangunan penunjang jaringan
Situ, sumber daya air, kegiatan
Kolam Tandon pengamanan sungai dan
Air, pengamanan sempadan situ;
b. kegiatan yang diperbolehkan
dengan syarat meliputi

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
24

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN KETENTUAN
STRUKTUR
NO INTENSITAS PRASARANA
RUANG DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETENTUAN KHUSUS
PEMANFAATAN DAN SARANA
RUANG MINIMUM
Sistem jaringan pembangunan bangunan
air baku untuk pengambilan air dengan debit
air minum, dan maksimal 100 m3/bulan/KK
Sistem pengendali dan kegiatan yang tidak
banjir mengganggu fungsi jaringan
sumber daya air; dan
c. kegiatan yang tidak
diperbolehkan meliputi
kegiatan yang dapat
mengganggu fungsi jaringan
sumber daya air.
E Rencana Sistem Infrastruktur Perkotaan
1 Sistem Sistem a. kegiatan yang diperbolehkan 1. penyediaan
Penyediaan Penyediaan Air meliputi kegiatan unit air baku;
Air Minum Minum adalah pembangunan bangunan 2. penyediaan
satu kesatuan pengambilan air, penghijauan, unit produksi;
sistem fisik dan pembangunan prasarana 3. penyediaan
(teknik) dan dan sarana sistem penyediaan unit distribusi;
nonfisik dari air minum; 4. penyediaan
prasarana air b. kegiatan yang diperbolehkan unit pelayanan;
minum meliputi dengan syarat dan terbatas dan

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
25

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN KETENTUAN
STRUKTUR
NO INTENSITAS PRASARANA
RUANG DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETENTUAN KHUSUS
PEMANFAATAN DAN SARANA
RUANG MINIMUM
jaringan meliputi kegiatan selain 5. penyediaan
perpipaan dan sebagaimana dimaksud pada unit
non perpipaan angka 1 yang tidak pengelolaan.
mengganggu keberlanjutan
fungsi penyediaan air minum,
mengakibatkan pencemaran
air baku dari air limbah dan
sampah, dan mengakibatkan
kerusakan prasarana dan
sarana penyediaan air minum;
dan
c. kegiatan yang tidak
diperbolehkan meliputi
kegiatan yang mengganggu
keberlanjutan fungsi
penyediaan air minum,
mengakibatkan pencemaran
air baku dari air limbah dan
sampah, dan mengakibatkan
kerusakan prasarana dan
sarana penyediaan air minum.

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
26

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN KETENTUAN
STRUKTUR
NO INTENSITAS PRASARANA
RUANG DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETENTUAN KHUSUS
PEMANFAATAN DAN SARANA
RUANG MINIMUM
2 Sistem Sistem a. kegiatan yang diperbolehkan 1. Tersedianya 1. kawasan ruang
Pengelolaan Pengelolaan Air meliputi pembangunan sumur pantau; penyangga dilarang
Air Limbah Limbah adalah prasarana dan sarana air 2. Tersedianya untuk kegiatan yang
satu kesatuan limbah dalam rangka ruang mengganggu fungsi
sistem fisik mengurangi, memanfaatkan laboratorium; pengolahan limbah
(teknik) dan kembali, dan mengolah air 3. Tersedianya hingga jarak 10
nonfisik dari limbah domestik; ruang mesin meter
prasarana air b. kegiatan yang diperbolehkan pengolahan
limbah meliputi: dengan syarat dan terbatas limbah; dan
a. sistem meliputi kegiatan selain 4. Tersedianya
pengelolaan sebagaimana dimaksud pada kolam
limbah terpusat angka 1 yang tidak indikator.
(IPAL); mengganggu fungsi sistem
b. sistem jaringan air limbah; dan
pengelolaan c. kegiatan yang tidak
limbah diperbolehkan meliputi
setempat; pembuangan sampah,
c. sistem pembuangan Bahan
pengelolaan Berbahaya dan Beracun,
limbah pembuangan limbah Bahan
komunal Berbahaya dan Beracun, dan

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
27

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN KETENTUAN
STRUKTUR
NO INTENSITAS PRASARANA
RUANG DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETENTUAN KHUSUS
PEMANFAATAN DAN SARANA
RUANG MINIMUM
berbasis kegiatan lain yang dapat
masyarakat mengganggu fungsi sistem
(IPLT); dan jaringan air limbah.
d. sistem
pengelolaan
limbah cair
lainnya.

3 Sistem Sistem a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi lahan menggunakan


Persampahan Persampahan meliputi kegiatan penampungan, teknologi ramah
adalah satu pengoperasian TPA sampah sarana dan lingkungan
kesatuan sistem berupa pemilahan, peralatan
fisik (teknik) dan pengumpulan, pengolahan, pemrosesan
nonfisik dari pemrosesan akhir sampah, sampah, jalan
prasarana pemeliharaan TPA sampah, khusus
persampahan dan industri terkait kendaraan
meliputi TPA dan pengolahan sampah dengan sampah, kantor
TPST menggunakan teknologi ramah pengelola, tempat
lingkungan; parkir kendaraan,
b. kegiatan yang diperbolehkan tempat ibadah,
dengan syarat dan terbatas

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
28

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN KETENTUAN
STRUKTUR
NO INTENSITAS PRASARANA
RUANG DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETENTUAN KHUSUS
PEMANFAATAN DAN SARANA
RUANG MINIMUM
meliputi kegiatan pertanian tempat olahraga
non pangan, kegiatan dan pagar keliling.
penghijauan, kegiatan
permukiman dalam jarak yang
aman dari dampak pengelolaan
persampahan, dan kegiatan
lain yang tidak mengganggu
fungsi kawasan peruntukan
TPA sampah; dan
c. kegiatan yang tidak
diperbolehkan meliputi
kegiatan yang dapat
mengganggu operasionalisasi
persampahan dan mengganggu
fungsi kawasan peruntukan
TPA sampah.
4 Jalur Jalur evakuasi a. kegiatan yang diperbolehkan Penunjuk arah
Evakuasi bencana adalah berupa kegiatan pembangunan jalur evakuasi
Bencana ruang yang dapat prasarana dan sarana jalur bencana.
dipergunakan evakuasi bencana, kegiatan
sebagai tempat penghijauan, dan

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
29

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN KETENTUAN
STRUKTUR
NO INTENSITAS PRASARANA
RUANG DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETENTUAN KHUSUS
PEMANFAATAN DAN SARANA
RUANG MINIMUM
keselamatan dan perlengkapan fasilitas jalan
ruang untuk dan/atau pedestrian;
berlindung jika b. kegiatan yang diperbolehkan
terjadi bencana dengan syarat dan terbatas
meliputi jalur meliputi kegiatan selain
keluar dan titik sebagaimana dimaksud pada
kumpul dan/ angka 1 yang tidak
atau tempat mengganggu fungsi prasarana
penampungan dan sarana jalur evakuasi
bencana; dan
c. kegiatan yang tidak
diperbolehkan meliputi
kegiatan pembangunan yang
dapat mengganggu fungsi dan
peruntukan jalur evakuasi
bencana.
5 Sistem Sistem Drainase a. kegiatan yang diperbolehkan Sesuai dengan
Drainase adalah saluran air meliputi kegiatan SNI Drainase
hujan yang pembangunan prasarana dan
merupakan sarana sistem jaringan
saluran drainase drainase dalam rangka

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
30

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN KETENTUAN
STRUKTUR
NO INTENSITAS PRASARANA
RUANG DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETENTUAN KHUSUS
PEMANFAATAN DAN SARANA
RUANG MINIMUM
utama sungai, mengurangi genangan air dan
drainase mendukung pengendalian
lingkungan, dan banjir;
drainase jalan b. kegiatan yang diperbolehkan
yang terintegrasi dengan syarat dan terbatas
dari hulu hingga meliputi kegiatan selain
hilir, terdiri atas sebagaimana dimaksud pada
jaringan drainase angka 1 yang tidak
makro dan mikro mengganggu fungsi sistem
jaringan drainase; dan
c. kegiatan yang tidak
diperbolehkan meliputi
kegiatan pembuangan sampah,
pembuangan limbah, dan
kegiatan lain yang dapat
mengganggu fungsi sistem
jaringan drainase.

6 Prasarana Prasarana dan a. kegiatan yang diperbolehkan 1. penerangan


dan Sarana Sarana Jaringan berupa kegiatan pembangunan jalur pejalan
Jaringan Jalan Pejalan prasarana dan sarana jaringan kaki;

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
31

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN KETENTUAN
STRUKTUR
NO INTENSITAS PRASARANA
RUANG DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETENTUAN KHUSUS
PEMANFAATAN DAN SARANA
RUANG MINIMUM
Jalan Pejalan Kaki adalah satu jalan pejalan kaki, kegiatan 2. jembatan
Kaki kesatuan sistem penghijauan, dan penyeberangan
fisik (teknik) dan perlengkapan fasilitas jalan ; dan
nonfisik dari dan/atau pedestrian; 3. rambu-rambu.
prasaranapejalan b. kegiatan yang diperbolehkan
kaki meliputi dengan syarat dan terbatas
pedestrian, meliputi kegiatan selain
penyeberangan sebagaimana dimaksud pada
sebidang berupa angka 1 yang tidak
tempat mengganggu fungsi prasarana
penyeberangan dan sarana jaringan jalan
yang dinyatakan pejalan kaki; dan
dengan marka, c. kegiatan yang tidak
jalan dan/atau diperbolehkan meliputi
rambu lalu lintas kegiatan pembangunan yang
serta dapat dapat mengganggu fungsi dan
didukung dengan peruntukan jaringan jalan
lampu lalu lintas; pejalan kaki.
dan
penyeberangan
tidak sebidang

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
32

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN KETENTUAN
STRUKTUR
NO INTENSITAS PRASARANA
RUANG DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETENTUAN KHUSUS
PEMANFAATAN DAN SARANA
RUANG MINIMUM
berupa jembatan
penyeberangan
dan
penyeberangan
bawah tanah
7 Prasarana Prasarana dan a. kegiatan yang diperbolehkan 1. marka jalur
dan Sarana Sarana Jaringan berupa kegiatan pembangunan sepeda
Jaringan Jalur Sepeda prasarana dan sarana jaringan 2. penerangan
Jalur Sepeda adalah satu jalur sepeda, kegiatan jalur pejalan
kesatuan sistem penghijauan, dan sepeda; dan
fisik (teknik) dan perlengkapan fasilitas jalur 3. rambu-rambu.
nonfisik dari sepeda;
prasarana bagi b. kegiatan yang diperbolehkan
pesepeda meliputi dengan syarat dan terbatas
koridor primer meliputi kegiatan selain
meliputi ruas sebagaimana dimaksud pada
jalan di arteri angka 1 yang tidak
sekunder dan mengganggu fungsi prasarana
kolektor sekunder dan sarana jaringan jalur
sepeda; dan

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
33

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN KETENTUAN
STRUKTUR
NO INTENSITAS PRASARANA
RUANG DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETENTUAN KHUSUS
PEMANFAATAN DAN SARANA
RUANG MINIMUM
c. kegiatan yang tidak
diperbolehkan meliputi
kegiatan pembangunan yang
dapat mengganggu fungsi dan
peruntukan jaringan jalur
sepeda.
8 Sistem Prasarana dan a. kegiatan yang diperbolehkan 1. apar;
Proteksi Sarana Sistem berupa kegiatan pembangunan 2. springcle; dan
Kebakaran Proteksi prasarana dan sarana 3. hydrant.
Kebakaran untuk pemadam kebakaran,
mencegah dan penghijauan, dan kegiatan
menanggulangi pembangunan yang
kebakaran dalam mendukung fasilitas serta
lingkup kota, perlengkapan pemadam
lingkungan, dan kebakaran, dan pembangunan
bangunan, akses bagi kelancaran
meliputi: penanggulangan kebakaran;
a. pencegahan b. kegiatan yang diperbolehkan
kebakaran; dengan syarat dan terbatas
meliputi kegiatan selain
sebagaimana dimaksud pada

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
34

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN KETENTUAN
STRUKTUR
NO INTENSITAS PRASARANA
RUANG DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETENTUAN KHUSUS
PEMANFAATAN DAN SARANA
RUANG MINIMUM
b. pemberdayaan angka 1 yang tidak
peran mengganggu fungsi prasarana
masyarakat; dan sarana pemadam
c. pemadam kebakaran; dan
kebakaran; dan c. kegiatan yang tidak
d. penyelamatan diperbolehkan meliputi
jiwa dan harta kegiatan pembangunan yang
benda dapat mengganggu kelancaran
penanggulangan kebakaran,
fungsi prasarana dan sarana
pemadam kebakaran, fasilitas
pemadam kebakaran, dan
perlengkapan pemadam
kebakaran.

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
35

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN KETENTUAN
STRUKTUR
NO INTENSITAS PRASARANA
RUANG DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETENTUAN KHUSUS
PEMANFAATAN DAN SARANA
RUANG MINIMUM
9 Sistem a. kegiatan yang diperbolehkan 1. pos
Perparkiran meliputi pembangunan pengambilan
fasilitas perparkiran, tiket;
pembangunan prasarana dan 2. pos
sarana penunjang perparkiran, pembayaran;
penghijauan; 3. tersedianya
b. kegiatan yang diperbolehkan jalur antrean;
dengan syarat dan terbatas 4. garis ruang
meliputi pendirian bangunan parkir; dan
secara terbatas untuk 5. petunjuk arah.
menunjang kegiatan
perparkiran dan tidak
mengganggu kelancaran
kegiatan perparkiran; dan
c. kegiatan yang tidak
diperbolehkan meliputi
kegiatan selain pada angka 1
dan 2 yang dapat mengganggu
kelancaran kegiatan
perparkiran

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
36

B. KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI POLA RUANG

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN
POLA
NO KETENTUAN PRASARANA KETENTUAN
RUANG DISKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN
INTENSITAS DAN SARANA KHUSUS
MINIMUM
I KAWASAN LINDUNG
A Kawasan Perlindungan Setempat
1 Kawasan Sempadan a. Kegiatan yang diperbolehkan 1. KDB 1. Papan
Sekitar Sungai adalah berupa kegiatan pemanfaatan maksimal peringatan
Sempadan kawasan sempadan sungai untuk RTH, 5% (lima kawasan
Sungai sepanjang kiri tempat perkemahan, budidaya persen); sungai; dan
kanan sungai pertanian dengan jenis 2. KLB 2. Pagar
dan/atau kali tanaman yang tidak maksimal pembatas.
dan/atau saluran mengurangi kekuatan 0,2 (nol
pembuang yang struktur tanah, kolam ikan, dua);
mempunyai papan pengumuman, 3. KDH
manfaat penting pemasangan bentangan minimal
untuk jaringan transmisi tenaga 95%
mempertahankan listrik, kabel telepon, dan pipa (sembilan
kelestarian fungsi air minum, pembangunan puluh lima
sungai. prasarana lalu lintas air dan persen);

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
37

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN
POLA
NO KETENTUAN PRASARANA KETENTUAN
RUANG DISKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN
INTENSITAS DAN SARANA KHUSUS
MINIMUM
bangunan pengambilan dan 4. batas
pembuangan air, dan sempadan
bangunan penunjang sistem sungai yang
prasarana kota; paling
b. Kegiatan yang diperbolehkan rendah
dengan syarat dan terbatas disesuaikan
meliputi kegiatan selain dengan
sebagaimana dimaksud pada ketentuan
huruf a yang tidak yang
mengganggu fungsi sempadan ditetapkan.
sungai sebagai kawasan
perlindungan setempat dan
kualitas lingkungan di
sempadan sungai;
c. kegiatan yang tidak
diperbolehkan meliputi
kegiatan budidaya termasuk
mendirikan bangunan, kecuali
bangunan yang menunjang
fungsi kawasan dan/atau
bangunan yang merupakan

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
38

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN
POLA
NO KETENTUAN PRASARANA KETENTUAN
RUANG DISKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN
INTENSITAS DAN SARANA KHUSUS
MINIMUM
bagian dari suatu jaringan
atau tranmisi bagi
kepentingan umum; dan

2 Kawasan Sempadan Situ a. Kegiatan yang diperbolehkan 1. KDB


Sekitar adalah kawasan berupa kegiatan pemanfaatan maksimal
Sempadan tertentu kawasan sekitar situ untuk 7,5% (tujuh
Situ sepanjang situ RTH, kegiatan olahraga, lima persen);
yang mempunyai kegiatan pariwisata, penelitian 2. KLB
manfaat penting dan pengembangan ilmu maksimal
untuk pengetahuan, aktivitas budaya 0,2 (nol dua);
mempertahankan dan keagamaan, pertanian, 3. KDH
kelestarian fungsi dan kolam ikan; minimum
situ. b. Kegiatan yang diperbolehkan 92,5%
dengan syarat dan terbatas (sembilan
meliputi kegiatan selain puluh dua
sebagaimana dimaksud pada lima persen);
huruf a yang tidak 4. Batas
mengganggu fungsi kawasan sempadan
sekitar situ sebagai kawasan situ
perlindungan setempat dan ditentukan

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
39

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN
POLA
NO KETENTUAN PRASARANA KETENTUAN
RUANG DISKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN
INTENSITAS DAN SARANA KHUSUS
MINIMUM
kualitas lingkungan di paling
kawasan sekitar situ; sedikit
c. kegiatan yang tidak berjarak 50
diperbolehkan meliputi (lima puluh)
kegiatan budidaya termasuk meter dari
mendirikan bangunan, kecuali tepi badan
prasarana pariwisata, situ.
olahraga, dan keagamaan,
prasarana dan sarana
sanitasi, bangunan yang
menunjang fungsi kawasan
dan/atau bangunan yang
merupakan bagian dari suatu
jaringan atau tranmisi bagi
kepentingan umum.
3 Kawasan Sempadan a. Kegiatan yang diperbolehkan 1. KDB
Sekitar Tandon adalah berupa kegiatan pemanfaatan maksimal
Sempadan kawasan tertentu kawasan sekitar kolam tandon 7,5% (tujuh
Tandon sepanjang tandon air untuk RTH, kegiatan lima persen);
yang mempunyai olahraga, kegiatan pariwisata,
manfaat penting penelitian dan pengembangan

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
40

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN
POLA
NO KETENTUAN PRASARANA KETENTUAN
RUANG DISKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN
INTENSITAS DAN SARANA KHUSUS
MINIMUM
untuk ilmu pengetahuan, aktivitas 2. KLB
mempertahankan budaya dan keagamaan, maksimal
kelestarian fungsi pertanian, dan kolam ika; 0,2 (nol dua);
tandon dan b. Kegiatan yang diperbolehkan 3. KDH
menjaga fungsi dengan syarat dan terbatas minimum
lingkungan. meliputi kegiatan selain 92,5%
sebagaimana dimaksud pada (sembilan
huruf a yang tidak puluh dua
mengganggu fungsi kawasan lima persen);
sekitar kolam tandon air 4. batas
sebagai kawasan perlindungan sempadan
setempat dan kualitas tandon
lingkungan di kawasan sekitar minimal
kolam tandon air; dan ditetapkan
c. kegiatan yang tidak oleh instansi
diperbolehkan meliputi yang
kegiatan mendirikan menangani
bangunan, kecuali bangunan Sumber
yang menunjang fungsi Daya Air
kawasan dan/atau bangunan (SDA).
yang merupakan bagian dari

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
41

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN
POLA
NO KETENTUAN PRASARANA KETENTUAN
RUANG DISKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN
INTENSITAS DAN SARANA KHUSUS
MINIMUM
suatu jaringan atau tranmisi
bagi kepentingan umum.
B. Kawasan Ruang Terbuka Hijau
1 RTH a. Kegiatan yang diperbolehkan 1. KDB 1. Pagar 1. 30 (tiga puluh)
Lapangan meliputi RTH dan kegiatan maksimal pembatas; persen, yang
olahraga; 25% (dua 2. Kursi taman; terdiri atas 20
b. Kegiatan yang diperbolehkan puluh lima 3. Papan nama; (dua puluh)
dengan syarat dan terbatas persen); 4. Lampu taman; persen RTH
meliputi kegiatan perkemahan, 2. KLB publik dan 10
kegiatan informal, pertanian maksimal (sepuluh) persen
hortikultura, parkir, TPST 1,2 (satu RTH privat;
dengan konsep mengurangi, dua); 2. Di kawasan RTH
mendaur ulang, menggunakan 3. KDH dilarang untuk
kembali dan memulihkan, dan minimal 75 kegiatan yang
kegiatan selain sebagaimana % (tujuh mengakibatkan
dimaksud pada huruf a yang puluh lima terganggunya
tidak mengganggu fungsi persen) fungsi RTH; dan
kawasan; 3. pendirian
c. kegiatan yang tidak bangunan
diperbolehkan meliputi kegiatan dibatasi untuk
mendirikan bangunan, kecuali bangunan

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
42

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN
POLA
NO KETENTUAN PRASARANA KETENTUAN
RUANG DISKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN
INTENSITAS DAN SARANA KHUSUS
MINIMUM
bangunan yang menunjang penunjang
fungsi kawasan dan/atau kegiatan rekreasi
bangunan yang merupakan dan fasilitas
bagian dari suatu jaringan atau umum lainnya,
tranmisi bagi kepentingan dan bukan
umum. bangunan
permanen
2 RTH a. Kegiatan yang diperbolehkan 1. KDB 1. Pagar 1. 30 (tiga puluh)
Halaman meliputi RTH; maksimal 5% pembatas; persen, yang
Bangunan b. Kegiatan yang diperbolehkan (lima 2. Kursi taman; terdiri atas 20
Pemerintaha dengan syarat dan terbatas persen); 3. Papan nama; (dua puluh)
n meliputi pelataran non hijau, 2. tinggi 4. Lampu taman; persen RTH
kegiatan olahraga, pertanian bangunan publik dan 10
hortikultura, kolam ikan, maksimal 1 (sepuluh) persen
parkir, TPST dengan konsep (satu) lantai; RTH privat;
mengurangi, mendaur ulang, 3. KDH 2. Di kawasan RTH
menggunakan kembali dan minimal 95% dilarang untuk
memulihkan, dan kegiatan (sembilan kegiatan yang
selain sebagaimana dimaksud puluh lima mengakibatkan
pada huruf a yang tidak persen) terganggunya
mengganggu fungsi kawasan; fungsi RTH; dan

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
43

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN
POLA
NO KETENTUAN PRASARANA KETENTUAN
RUANG DISKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN
INTENSITAS DAN SARANA KHUSUS
MINIMUM
c. kegiatan yang tidak 3. pendirian
diperbolehkan meliputi kegiatan bangunan
mendirikan bangunan, kecuali dibatasi untuk
bangunan yang menunjang bangunan
fungsi kawasan dan/atau penunjang
bangunan yang merupakan kegiatan rekreasi
bagian dari suatu jaringan atau dan fasilitas
transmisi bagi kepentingan umum lainnya,
umum. dan bukan
bangunan
permanen
3 RTH Taman a. Kegiatan yang diperbolehkan 1. KDB 1. Pagar 1. 30 (tiga puluh)
Kota meliputi RTH, taman bermain, maksimal pembatas; persen, yang
kebun bunga, cagar budaya, 12,5% (dua 2. Kursi taman; terdiri atas 20
dan wisata alam; belas lima 3. Papan nama (dua puluh)
b. Kegiatan yang diperbolehkan persen); tanaman; persen RTH
dengan syarat dan terbatas 2. KLB 4. Lampu taman; publik dan 10
meliputi, kegiatan pelataran non maksimal (sepuluh) persen
hijau, kegiatan informal, parkir, 0,25 (nol dua RTH privat;
BTS, gardu listrik, perkemahan, lima) 2. Di kawasan RTH
olahraga, pertanian dilarang untuk

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
44

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN
POLA
NO KETENTUAN PRASARANA KETENTUAN
RUANG DISKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN
INTENSITAS DAN SARANA KHUSUS
MINIMUM
hortikultura, kolam ikan, TPST 3. KDH kegiatan yang
dengan konsep mengurangi, minimal 87,5 mengakibatkan
mendaur ulang, menggunakan % (delapan terganggunya
kembali dan memulihkan, dan puluh tujuh fungsi RTH; dan
kegiatan selain sebagaimana lima persen) 3. pendirian
dimaksud pada huruf a yang bangunan
tidak mengganggu fungsi dibatasi untuk
kawasan; bangunan
c. kegiatan yang tidak penunjang
diperbolehkan meliputi kegiatan kegiatan rekreasi
mendirikan bangunan, kecuali dan fasilitas
bangunan yang menunjang umum lainnya,
fungsi kawasan dan/atau dan bukan
bangunan yang merupakan bangunan
bagian dari suatu jaringan atau permanen
tranmisi bagi kepentingan
umum.
4 RTH Taman a. Kegiatan yang diperbolehkan 1. KDB 1. Pagar 1. 30 (tiga puluh)
Jalan dan meliputi RTH; maksimal pembatas; persen, yang
jalur hijau b. Kegiatan yang diperbolehkan 2,5% (dua 2. Kursi taman; terdiri atas 20
dengan syarat dan terbatas lima persen); 3. Papan nama; (dua puluh)

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
45

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN
POLA
NO KETENTUAN PRASARANA KETENTUAN
RUANG DISKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN
INTENSITAS DAN SARANA KHUSUS
MINIMUM
meliputi kegiatan pelataran non 2. tinggi 4. Lampu taman; persen RTH
hijau, parkir, gardu listrik, bangunan publik dan 10
tanaman hias dan kegiatan maksimal 1 (sepuluh) persen
selain sebagaimana dimaksud (satu) lantai; RTH privat;
pada huruf a yang tidak dan 2. Di kawasan RTH
mengganggu fungsi kawasan; 3. KDH dilarang untuk
c. kegiatan yang tidak minimal kegiatan yang
diperbolehkan meliputi kegiatan 97,5% mengakibatkan
mendirikan bangunan, kecuali (sembilan terganggunya
bangunan yang menunjang puluh tujuh fungsi RTH; dan
fungsi kawasan dan/atau lima persen). 3. pendirian
bangunan yang merupakan bangunan
bagian dari suatu jaringan atau dibatasi untuk
tranmisi bagi kepentingan bangunan
umum. penunjang
kegiatan rekreasi
dan fasilitas
umum lainnya,
dan bukan
bangunan
permanen

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
46

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN
POLA
NO KETENTUAN PRASARANA KETENTUAN
RUANG DISKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN
INTENSITAS DAN SARANA KHUSUS
MINIMUM
5 RTH a. Kegiatan yang diperbolehkan 1. KDB 1. Pagar 1. 30 (tiga puluh)
Pemakaman meliputi pemakaman, RTH, maksimal 25 pembatas; persen, yang
wisata religi/ budaya/ sejarah/ % (dua 2. Kursi taman; terdiri atas 20
cagar budaya; puluh lima) 3. Papan nama (dua puluh)
b. Kegiatan yang diperbolehkan persen; taman; persen RTH
dengan syarat dan terbatas 2. KLB 4. Lampu taman; publik dan 10
meliputi kegiatan pelataran non maksimal (sepuluh) persen
hijau, kegiatan informal, parkir, 0,2 (nol dua); RTH privat;
gardu listrik, tanaman hias, 3. KDH 2. Di kawasan RTH
krematorium, rumah duka, minimal 75 dilarang untuk
musholla, pertanian % (tujuh kegiatan yang
hortikultura, TPST dengan puluh lima mengakibatkan
konsep mengurangi, mendaur persen). terganggunya
ulang, menggunakan kembali fungsi RTH; dan
dan memulihkan, dan kegiatan 3. pendirian
selain sebagaimana dimaksud bangunan
pada huruf a yang tidak dibatasi untuk
mengganggu fungsi kawasan; bangunan
dan penunjang
c. kegiatan yang tidak kegiatan rekreasi
diperbolehkan meliputi kegiatan dan fasilitas

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
47

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN
POLA
NO KETENTUAN PRASARANA KETENTUAN
RUANG DISKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN
INTENSITAS DAN SARANA KHUSUS
MINIMUM
mendirikan bangunan, kecuali umum lainnya,
bangunan yang menunjang dan bukan
fungsi kawasan dan/atau bangunan
bangunan yang merupakan permanen
bagian dari suatu jaringan atau
tranmisi bagi kepentingan
umum;
6 RTH Hutan a. Kegiatan yang diperbolehkan 1. KDB 1. Pagar 1. 30 (tiga puluh)
Kota meliputi RTH, wisata alam, maksimal 10 pembatas; persen, yang
perkemahan; % (sepuluh 2. Kursi taman; terdiri atas 20
b. Kegiatan yang diperbolehkan persen); 3. Papan nama (dua puluh)
dengan syarat dan terbatas 2. KLB taman; persen RTH
meliputi kegiatan penjualan maksimal 4. Lampu taman; publik dan 10
tanaman hias, kegiatan seni dan 0,1 (nol (sepuluh) persen
budaya, kegiatan informal, satu); RTH privat;
olahraga, pelataran non hijau, 3. KDH 2. Di kawasan RTH
TPST dengan konsep minimal 90% dilarang untuk
mengurangi, mendaur ulang, (sembilan kegiatan yang
menggunakan kembali dan puluh mengakibatkan
memulihkan, gardu listrik, dan persen) terganggunya
kegiatan selain sebagaimana fungsi RTH; dan

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
48

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN
POLA
NO KETENTUAN PRASARANA KETENTUAN
RUANG DISKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN
INTENSITAS DAN SARANA KHUSUS
MINIMUM
dimaksud pada huruf a yang 3. pendirian
tidak mengganggu fungsi bangunan
kawasan; dan dibatasi untuk
c. kegiatan yang tidak bangunan
diperbolehkan meliputi kegiatan penunjang
mendirikan bangunan, kecuali kegiatan rekreasi
bangunan yang menunjang dan fasilitas
fungsi kawasan dan/atau umum lainnya,
bangunan yang merupakan dan bukan
bagian dari suatu jaringan atau bangunan
tranmisi bagi kepentingan permanen
umum.
7 RTH a. Kegiatan yang diperbolehkan 1. KDB 1. Pagar 1. 30 (tiga puluh)
Pengaman meliputi RTH, pertanian, kolam maksimal 0 pembatas; persen, yang
Jalur Kereta ikan, dan kebun bunga; % (nol 2. Kursi taman; terdiri atas 20
Api b. Kegiatan yang diperbolehkan persen); 3. Papan nama (dua puluh)
dengan syarat dan terbatas 2. KLB taman; persen RTH
meliputi TPS, gardu listrik, BTS maksimal 0 4. Lampu taman; publik dan 10
Microcell, dan kegiatan selain (nol); (sepuluh) persen
sebagaimana dimaksud pada 3. KDH RTH privat;
minimal

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
49

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN
POLA
NO KETENTUAN PRASARANA KETENTUAN
RUANG DISKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN
INTENSITAS DAN SARANA KHUSUS
MINIMUM
huruf a yang tidak mengganggu 100% 2. Di kawasan RTH
fungsi kawasan (seratus dilarang untuk
c. kegiatan yang tidak persen) kegiatan yang
diperbolehkan meliputi kegiatan mengakibatkan
mendirikan bangunan, kecuali terganggunya
bangunan yang menunjang fungsi RTH; dan
fungsi kawasan dan/atau 3. pendirian
bangunan yang merupakan bangunan
bagian dari suatu jaringan atau dibatasi untuk
tranmisi bagi kepentingan bangunan
umum. penunjang
kegiatan rekreasi
dan fasilitas
umum lainnya,
dan bukan
bangunan
permanen
8 RTH a. Kegiatan yang diperbolehkan 1. KDB 1. Pagar 1. 30 (tiga puluh)
Pengaman meliputi RTH, pipa gas, maksimal 0% pembatas; persen, yang
Jalur Pipa pertanian, dan kebun bunga; (nol persen); 2. Kursi taman; terdiri atas 20
Gas (dua puluh)

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
50

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN
POLA
NO KETENTUAN PRASARANA KETENTUAN
RUANG DISKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN
INTENSITAS DAN SARANA KHUSUS
MINIMUM
b. Kegiatan yang diperbolehkan 2. KLB 3. Papan nama persen RTH
dengan syarat dan terbatas maksimal 0 taman; publik dan 10
meliputi kegiatan kolam ikan, (nol); 4. Lampu taman; (sepuluh) persen
TPS, gardu listrik, dan kegiatan 3. KDH RTH privat;
selain sebagaimana dimaksud minimal 2. Di kawasan RTH
pada huruf a yang tidak 100% dilarang untuk
mengganggu fungsi kawasan; (seratus kegiatan yang
c. kegiatan yang tidak persen) mengakibatkan
diperbolehkan meliputi kegiatan terganggunya
mendirikan bangunan, kecuali fungsi RTH; dan
bangunan yang menunjang 3. pendirian
fungsi kawasan dan/atau bangunan
bangunan yang merupakan dibatasi untuk
bagian dari suatu jaringan atau bangunan
tranmisi bagi kepentingan penunjang
umum. kegiatan rekreasi
dan fasilitas
umum lainnya,
dan bukan
bangunan
permanen

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
51

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN
POLA
NO KETENTUAN PRASARANA KETENTUAN
RUANG DISKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN
INTENSITAS DAN SARANA KHUSUS
MINIMUM
9 RTH a. Kegiatan yang diperbolehkan 1. KDB 1. Pagar 1. 30 (tiga puluh)
SUTT/SUTE meliputi RTH, TPU, pipa gas, maksimal 0 pembatas; persen, yang
T pertanian, gardu listrik, dan % (nol 2. Kursi taman; terdiri atas 20
kebun bunga; persen); 3. Papan nama (dua puluh)
b. Kegiatan yang diperbolehkan 2. KLB taman; persen RTH
dengan syarat dan terbatas maksimal 0 4. Lampu taman; publik dan 10
meliputi kegiatan hunian (nol); (sepuluh) persen
tunggal, pusat penjualan 3. KDH RTH privat;
tanaman hias, olahraga, parkir, minimal 2. Di kawasan RTH
taman bermain, kolam ikan, 100% dilarang untuk
wisata, BTS microcell, TPST (seratus kegiatan yang
dengan konsep mengurangi, persen). mengakibatkan
mendaur ulang, menggunakan terganggunya
kembali dan memulihkan, TPS, fungsi RTH; dan
dan kegiatan selain 3. pendirian
sebagaimana dimaksud pada bangunan
huruf a yang tidak mengganggu dibatasi untuk
fungsi kawasan; bangunan
c. kegiatan yang tidak penunjang
diperbolehkan meliputi kegiatan kegiatan rekreasi
mendirikan bangunan, kecuali dan fasilitas

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
52

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN
POLA
NO KETENTUAN PRASARANA KETENTUAN
RUANG DISKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN
INTENSITAS DAN SARANA KHUSUS
MINIMUM
bangunan yang menunjang umum lainnya,
fungsi kawasan dan/atau dan bukan
bangunan yang merupakan bangunan
bagian dari suatu jaringan atau permanen
tranmisi bagi kepentingan
umum.
10 RTH Taman a. Kegiatan yang diperbolehkan 1. KDB 1. Pagar 1. 30 (tiga puluh)
Lingkungan meliputi RTH, taman bermain, maksimal 15 pembatas; persen, yang
kebun bunga, cagar budaya, % (lima belas 2. Kursi taman; terdiri atas 20
dan wisata alam; persen); 3. Papan nama (dua puluh)
b. Kegiatan yang diperbolehkan 2. KLB taman; persen RTH
dengan syarat dan terbatas maksimal 4. Lampu taman; publik dan 10
meliputi kegiatan pelataran non 0.15 (nol (sepuluh) persen
hijau, kegiatan informal, parkir, satu lima); RTH privat;
BTS, gardu listrik, perkemahan, 3. KDH 2. Di kawasan RTH
olahraga, pertanian minimal 85 dilarang untuk
hortikultura, kolam ikan, TPST % (delapan kegiatan yang
dengan konsep mengurangi, puluh lima mengakibatkan
mendaur ulang, menggunakan persen) terganggunya
kembali dan memulihkan, dan fungsi RTH; dan
kegiatan selain sebagaimana

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
53

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN
POLA
NO KETENTUAN PRASARANA KETENTUAN
RUANG DISKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN
INTENSITAS DAN SARANA KHUSUS
MINIMUM
dimaksud pada huruf a yang 3. pendirian
tidak mengganggu fungsi bangunan
kawasan; dibatasi untuk
c. kegiatan yang tidak bangunan
diperbolehkan meliputi kegiatan penunjang
mendirikan bangunan, kecuali kegiatan rekreasi
bangunan yang menunjang dan fasilitas
fungsi kawasan dan/atau umum lainnya,
bangunan yang merupakan dan bukan
bagian dari suatu jaringan atau bangunan
tranmisi bagi kepentingan permanen
umum.
C. Kawasan Rawan Bencana
1 Kawasan a. Kegiatan yang diperbolehkan Intensitas 1. Lokasi
Rawan meliputi kegiatan RTH, sarana pemanfaatan evakuasi dan
Bencana dan prasarana pengendali ruang pada penampungan
Banjir banjir. kawasan sementara;
b. Kegiatan yang diperbolehkan budidaya yang 2. Sarana dan
secara bersyarat dan terbatas bertampalan prasarana jalur
meliputi kegiatan budidaya kawasan evakuasi;
dengan pembatasan intensitas bencana banjir

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
54

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN
POLA
NO KETENTUAN PRASARANA KETENTUAN
RUANG DISKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN
INTENSITAS DAN SARANA KHUSUS
MINIMUM
pemanfaatan ruang serta KDH harus 3. Sarana
diwajibkan membuat sumur ditambah 5% peringatan
resapan pada skala kavling dan (lima persen) dini;
tandon air pada skala kawasan dan KDB 4. Sarana dan
untuk mengendalikan limpasan dikurangi 5% prasarana
air; (lima persen) penanggulanga
c. Kegiatan yang tidak dari ketentuan; n bencana
diperbolehkan meliputi kegiatan banjir.
yang dapat menambah bencana
banjir, mengganggu limpasan
air dan drainase serta merusak
lingkungan kawasan;
d. Pelaksanaan kegiatan dan/atau
pembangunan harus
mendapatkan rekomendasi
pengendalian banjir dari
instansi terkait;
e. Intensitas pemanfaatan ruang
pada kawasan budidaya yang
bertampalan kawasan bencana
banjir KDH harus ditambah 5%

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
55

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN
POLA
NO KETENTUAN PRASARANA KETENTUAN
RUANG DISKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN
INTENSITAS DAN SARANA KHUSUS
MINIMUM
(lima persen) dan KDB
dikurangi 5% (lima persen) dari
ketentuan;
f. Pemanfaatan ruang untuk
budidaya baik untuk hunian,
maupun kegiatan lainnya harus
dilakukan melalui kajian teknis
dan melakukan penanganan
rekayasa teknis atau rekayasa
teknologi untuk mengantisipasi
bencana.
2 Kawasan a. Kegiatan yang diperbolehkan Pembatasan 1. Lokasi
Rawan meliputi kegiatan RTH, sarana intensitas evakuasi dan
Bencana dan prasarana pengendali pemanfaatan penampungan
Longsor longsor; ruang pada sementara;
b. Kegiatan yang diperbolehkan kawasan 2. Sarana dan
secara bersyarat dan terbatas budidaya yang prasarana jalur
meliputi kegiatan budidaya bertampalan evakuasi;
dengan pembatasan intensitas kawasan 3. Sarana
pemanfaatan ruang sesuai bencana peringatan
dengan pedoman penataan longsor dini;

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
56

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN
POLA
NO KETENTUAN PRASARANA KETENTUAN
RUANG DISKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN
INTENSITAS DAN SARANA KHUSUS
MINIMUM
ruang kawasan bencana disesuaikan 4. Sarana dan
longsor; dengan tipe prasarana
c. Kegiatan yang tidak kawasan penanggulanga
diperbolehkan meliputi kegiatan bencana n bencana
yang dapat menambah bencana longsor longsor.
longsor, mengganggu kondisi
tanah dan geologi kawasan
serta merusak lingkungan
kawasan;
d. Pembatasan intensitas
pemanfaatan ruang pada
kawasan budidaya yang
bertampalan kawasan bencana
longsor disesuaikan dengan tipe
kawasan bencana longsor;
e. Pemanfaatan ruang untuk
budidaya baik untuk hunian,
maupun kegiatan lainnya harus
dilakukan melalui kajian teknis
dan melakukan penanganan
rekayasa teknis atau rekayasa

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
57

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN
POLA
NO KETENTUAN PRASARANA KETENTUAN
RUANG DISKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN
INTENSITAS DAN SARANA KHUSUS
MINIMUM
teknologi untuk mengantisipasi
bencana longsor.

3 Kawasan a. Kegiatan yang diperbolehkan Pembatasan 1. Lokasi


Radiasi meliputi kegiatan RTH; pemanfaatan evakuasi dan
Nuklir b. Kegiatan yang diperbolehkan ruang pada penampungan
secara bersyarat dan terbatas kawasan sementara;
meliputi kegiatan budidaya budidaya yang 2. Sarana dan
dengan pembatasan bertampalan prasarana jalur
pemanfaatan ruang sesuai kawasan radiasi evakuasi;
dengan peraturan dari instansi nuklir 3. Sarana
terkait. disesuaikan peringatan
c. Kegiatan yang tidak dengan radius dini;
diperbolehkan meliputi kegiatan zona bahaya 4. Sarana dan
yang dapat mengganggu nuklir. prasarana
kawasan nuklir serta merusak penanggulanga
lingkungan kawasan sesuai n bencana
dengan peraturan dari instansi radiasi nuklir.
terkait.

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
58

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN
POLA
NO KETENTUAN PRASARANA KETENTUAN
RUANG DISKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN
INTENSITAS DAN SARANA KHUSUS
MINIMUM
d. Penyediaan jalur dan ruang
evakuasi bencana, jika terjadi
kecelakaan teknologi nuklir.
e. Pembatasan pemanfaatan ruang
pada kawasan budidaya yang
bertampalan kawasan radiasi
nuklir disesuaikan dengan
radius zona bahaya nuklir.
4 Kawasan a. Kegiatan yang diperbolehkan 1. Lokasi
rawan meliputi kegiatan RTH; evakuasi dan
ledakan pipa b. Kegiatan yang diperbolehkan penampungan
gas secara bersyarat dan terbatas sementara;
meliputi kegiatan budidaya 2. Sarana dan
dengan jarak aman sesuai prasarana jalur
dengan peraturan; evakuasi;
c. Kegiatan yang tidak 3. Sarana
diperbolehkan meliputi kegiatan peringatan
yang dapat menambah bencana dini;
ledakan pipa gas, mengganggu 4. Sarana dan
kawasan pipa gas serta prasarana
penanggulanga

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
59

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN
POLA
NO KETENTUAN PRASARANA KETENTUAN
RUANG DISKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN
INTENSITAS DAN SARANA KHUSUS
MINIMUM
merusak lingkungan kawasan n bencana
sesuai dengan peraturan; ledakan pipa
d. Penyediaan jalur dan ruang gas.
evakuasi bencana, jika terjadi
kecelakaan ledakan pipa gas.
5 Kawasan a. Kegiatan yang diperbolehkan Pembatasan 1. Lokasi
Rawan meliputi kegiatan RTH. pemanfaatan evakuasi dan
Ledakan b. Kegiatan yang diperbolehkan ruang pada penampungan
Senjata Api secara bersyarat dan terbatas kawasan sementara;
dan Mesiu meliputi kegiatan budidaya budidaya yang 2. Sarana dan
dengan jarak aman sesuai bertampalan prasarana jalur
dengan peraturan; kawasan rawan evakuasi;
c. Kegiatan yang tidak ledakan senjata 3. Sarana
diperbolehkan meliputi dan mesiu peringatan
kegiatan yang dapat disesuaikan dini;
menambah bencana ledakan dengan radius 4. Sarana dan
senjata api dan mesiu, zona bahaya prasarana
mengganggu kawasan gudang penanggulanga
senjata serta merusak n bencana
lingkungan kawasan sesuai ledakan
dengan peraturan;

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
60

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN
POLA
NO KETENTUAN PRASARANA KETENTUAN
RUANG DISKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN
INTENSITAS DAN SARANA KHUSUS
MINIMUM
d. Pembatasan pemanfaatan Senjata Api
ruang pada kawasan budidaya dan Mesiu.
yang bertampalan kawasan
rawan ledakan senjata dan
mesiu disesuaikan dengan
radius zona bahaya.
D. Kawasan Cagar Budaya
1 Kawasan a. kegiatan yang diperbolehkan 1. KDB 1. sarana pejalan kawasan cagar
Cagar berupa kegiatan penelitian, maksimal kaki; budaya
Budaya kegiatan pendidikan, kegiatan Sesuai 2. sarana diperkenankan
sosial budaya, dan kegiatan dengan peribadatan mengubah fisik
pariwisata; Kondisi dan sarana benda cagar budaya
b. kegiatan yang diperbolehkan Eksisting; perparkiran; dengan bahan semi
dengan syarat meliputi 2. KLB 3. sarana kuliner; permanen.
pemanfaatan ruang secara maksimal dan
terbatas untuk bangunan Sesuai 4. sarana
pengawasan dan kegiatan selain dengan transportasi
sebagaimana dimaksud pada Kondisi umum.
huruf a yang tidak mengganggu Eksisting;
fungsi kawasan cagar budaya; 3. KDH minimal
dan 25% (dua

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
61

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN
POLA
NO KETENTUAN PRASARANA KETENTUAN
RUANG DISKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN
INTENSITAS DAN SARANA KHUSUS
MINIMUM
c. kegiatan yang tidak puluh lima
diperbolehkan meliputi kegiatan persen).
yang dapat merusak kekayaan
budaya yang berupa bangunan
bersejarah, pendirian bangunan
yang tidak sesuai dengan fungsi
kawasan, pemanfaatan ruang
yang dapat mengganggu
kelestarian lingkungan di
sekitar peninggalan bangunan
bersejarah, dan/atau
pemanfaatan ruang yang dapat
mengganggu upaya pelestarian
budaya masyarakat setempat.
II KAWASAN BUDIDAYA
A Kawasan Pertanian
1 Kawasan a. kegiatan yang diperbolehkan 1. KDB
Pertanian meliputi kegiatan pertanian maksimal 30
lahan kering, pertanian % (tiga puluh
hortikultura, penjualan persen);
tanaman hias, taman,

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
62

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN
POLA
NO KETENTUAN PRASARANA KETENTUAN
RUANG DISKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN
INTENSITAS DAN SARANA KHUSUS
MINIMUM
peternakan, kebun bunga, TPST 2. KLB
dengan konsep mengurangi, maksimal
mendaur ulang, menggunakan 0.6 (nol
kembali dan memulihkan; enam); dan
b. kegiatan yang diperbolehkan 3. KDH
dengan syarat dan terbatas minimal 30%
meliputi kegiatan pengolahan (tiga puluh
pertanian, kegiatan pengolahan persen).
peternakan, kolam ikan, wisata,
pusat penelitian pertanian dan
sarana penunjang kawasan;
c. kegiatan yang tidak
diperbolehkan meliputi kegiatan
yang mengakibatkan
terganggunya kawasan
pertanian.
B Kawasan Peruntukan Industri
1 Kawasan a. kegiatan yang diperbolehkan 1. KDB
Industri meliputi kegiatan pemanfaatan maksimal 70
ruang untuk industri dan % (tujuh
fasilitas penunjang industri

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
63

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN
POLA
NO KETENTUAN PRASARANA KETENTUAN
RUANG DISKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN
INTENSITAS DAN SARANA KHUSUS
MINIMUM
dengan memperhatikan puluh
konsep ecoindustrial park persen);
meliputi perkantoran industri, 2. KLB
terminal barang, pergudangan, maksimal
tempat ibadah, fasilitas 4.2 (empat
olahraga, sarana koma dua);
telekomunikasi, dan jasa-jasa 3. KDH
penunjang industri meliputi minimal 12.5
jasa promosi dan informasi % (dua belas
hasil industri, jasa lima persen)
ketenagakerjaan, jasa
ekspedisi, dan sarana
penunjang lainnya meliputi
Instalasi Pengelolaan Air
Limbah terpusat untuk
pengelolaan limbah cair.
b. kegiatan yang diperbolehkan
dengan syarat dan terbatas
meliputi kegiatan pemanfaatan
ruang untuk mendukung
kegiatan industri berupa

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
64

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN
POLA
NO KETENTUAN PRASARANA KETENTUAN
RUANG DISKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN
INTENSITAS DAN SARANA KHUSUS
MINIMUM
hunian, rekreasi, serta
perdagangan dan jasa dengan
luas total tidak melebihi 10%
(sepuluh persen) total luas
persil;
c. kegiatan yang tidak
diperbolehkan meliputi
menambah luasan lahan dan
kapasitas produksi pada
kawasan industri di luar
kawasan industri Taman
Tekno dan kegiatan selain
sebagaimana dimaksud pada
huruf a dan huruf b;
d. Kawasan industri eksisting di
luar kawasan industri taman
tekno diarahkan untuk masuk
ke dalam Kawasan Industri
Taman Tekno;
e. Pengembangan dan
optimalisasi kegiatan industri

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
65

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN
POLA
NO KETENTUAN PRASARANA KETENTUAN
RUANG DISKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN
INTENSITAS DAN SARANA KHUSUS
MINIMUM
berada pada kawasan industri
Taman Tekno di Kecamatan
Setu.
2 Sentra a. kegiatan yang diperbolehkan 1. KDB
Industri meliputi kegiatan pemanfaatan maksimal 60
Kecil dan ruang untuk industri kecil dan % (enam
Menengah menengah dan fasilitas puluh
penunjang sentra industri persen);
kecil dan menengah dengan 2. KLB
memperhatikan konsep maksimal 2
ecoindustrial. (dua);
b. kegiatan yang tidak 3. KDH
diperbolehkan meliputi minimal 15
menambah luasan lahan dan % (lima belas
kapasitas produksi pada persen)
sentra industri kecil dan
menengah.
c. Penambahan luasan sentra
industri kecil dan menengah
sehingga menyebabkan
penambahan kapasitas

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
66

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN
POLA
NO KETENTUAN PRASARANA KETENTUAN
RUANG DISKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN
INTENSITAS DAN SARANA KHUSUS
MINIMUM
produksi dan skala industri
diarahkan untuk masuk ke
dalam kawasan industri yang
telah ada.
d. Perubahan kegiatan pada
sentra industri kecil dan
menengah menjadi kegiatan
usaha diperbolehkan dengan
intensitas pemanfaatan ruang
sesuai dengan kawasan yang
ada di sekitarnya.
C Kawasan Pariwisata
Kawasan a. kegiatan yang diperbolehkan 1. KDB
Pariwisata meliputi kegiatan pemanfaatan maksimal 60
ruang untuk kegiatan % (enam
pembangunan pariwisata dan puluh)
fasilitas penunjang pariwisata, persen;
kegiatan pemanfaatan potensi 2. KLB
alam dan budaya masyarakat maksimal 4
sesuai dengan daya dukung dan (empat);
daya tampung lingkungan,

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
67

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN
POLA
NO KETENTUAN PRASARANA KETENTUAN
RUANG DISKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN
INTENSITAS DAN SARANA KHUSUS
MINIMUM
kegiatan perlindungan terhadap 3. KDH
peninggalan kebudayaan masa minimal 15
lampau % (lima
b. kegiatan yang diperbolehkan belas)
dengan syarat dan terbatas persen.
meliputi kegiatan pemanfaatan
ruang secara terbatas untuk
menunjang kegiatan pariwisata
adalah kegiatan hunian, jasa
pelayanan bisnis, jasa
percetakan, fotografi dan
komunikasi; dan
c. kegiatan yang tidak
diperbolehkan meliputi kegiatan
yang berpotensi terjadinya
perubahan lingkungan fisik
alamiah ruang untuk kawasan
wisata alam dan kegiatan selain
sebagaimana dimaksud pada
huruf a dan huruf b.
D Kawasan Permukiman

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
68

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN
POLA
NO KETENTUAN PRASARANA KETENTUAN
RUANG DISKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN
INTENSITAS DAN SARANA KHUSUS
MINIMUM
1 Kawasan a. kegiatan yang diperbolehkan 1. Ketentuan 1. Pelayanan
Perumahan meliputi kegiatan pembangunan umum pendidikan;
perumahan vertikal dan intensitas 2. pelayanan
horizontal, RTH, kegiatan pemanfaatan kesehatan;
pembangunan prasarana dan ruang 3. RTH berupa
sarana lingkungan perumahan kawasan taman, tempat
sesuai dengan standar, hirarki perumahan bermain dan
dan skala pelayanannya; untuk berolahraga;
b. kegiatan yang diperbolehkan perumahan 4. RTNH berupa
dengan syarat dan terbatas vertikal plasa;
meliputi kegiatan selain meliputi: 5. tempat
sebagaimana dimaksud pada a. KDB berkumpul
huruf a berupa pemanfaatan maksimal warga;
ruang secara terbatas untuk 60% 6. pelayanan
mendukung kegiatan (enam ibadah; dan
perumahan vertikal dan puluh) 7. pelayanan
horizontal beserta prasarana persen; pemerintahan.
dan sarana lingkungan, industri b. KLB
rumah tangga dengan luas maksimal
bangunan maksimal 100 3 (tiga);
(seratus) meter persegi dan dan

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
69

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN
POLA
NO KETENTUAN PRASARANA KETENTUAN
RUANG DISKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN
INTENSITAS DAN SARANA KHUSUS
MINIMUM
tidak merupakan industri c. KDH
polutif, kegiatan pertanian minimum
hortikultura, kegiatan 17,5 %
perikanan budidaya, kegiatan (tujuh
peternakan terbatas pada belas
kegiatan eksisting di lokasi lima)
perumahan yang tidak persen;
mencemari lingkungan dan d. KTB
tidak mengembangkan kegiatan maksimal
peternakan baru; 60%
c. kegiatan yang tidak (enam
diperbolehkan meliputi kegiatan puluh
industri besar dan kegiatan persen).
lainnya yang mengakibatkan 2. Ketentuan
terganggunya kegiatan umum
perumahan; intensitas
d. kegiatan pembangunan pemanfaatan
perumahan vertikal untuk ruang
rumah susun jumlah lantai kawasan
maksimal 10 (sepuluh) lantai perumahan
dapat dilakukan pada kawasan untuk

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
70

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN
POLA
NO KETENTUAN PRASARANA KETENTUAN
RUANG DISKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN
INTENSITAS DAN SARANA KHUSUS
MINIMUM
permukiman dengan syarat perumahan
ROW jalan sekurang-kurangnya horizontal
12 (dua belas) meter dan meliputi:
mendapat persetujuan dari a. KDB
pemerintah daerah; maksimal
e. kegiatan pembangunan 60 %
perumahan vertikal untuk (enam
rumah susun dengan fungsi puluh)
asrama di dalam kawasan persen;
pertahanan dan keamanan, b. KLB
kepolisian dan pendidikan maksimal
militer dengan jumlah lantai 1,2 (satu
maksimal 8 (delapan) lantai dua); dan
dengan syarat ROW jalan 6 c. KDH
(enam) meter; dan minimum
f. penyelenggaraan perumahan 12,5 %
berjumlah 15 (lima belas) unit (dua
rumah mengikuti ketentuan belas
penyelenggaraan perumahan. lima)
g. RTH Publik yang harus persen
disediakan kawasan perumahan

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
71

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN
POLA
NO KETENTUAN PRASARANA KETENTUAN
RUANG DISKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN
INTENSITAS DAN SARANA KHUSUS
MINIMUM
minimal sebesar 12,5% (dua
belas lima persen);
h. Dalam pengembangan kawasan
perumahan, intensitas
pemanfaatan ruang kawasan
perumahan dihitung secara
kawasan dan bukan dihitung
secara persil;
i. Dalam radius pengembangan
Kawasan TOD, intensitas
pemanfaatan ruang kawasan
perumahan dapat
menggunakan intensitas
pemanfaatan ruang kawasan
perumahan vertikal;
j. Penataan dan pengendalian
pemanfaatan ruang kawasan
perumahan yang terkena KKOP
bandara diatur berdasarkan
ketentuan yang berlaku; dan

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
72

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN
POLA
NO KETENTUAN PRASARANA KETENTUAN
RUANG DISKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN
INTENSITAS DAN SARANA KHUSUS
MINIMUM
k. Dalam hal pembangunan
prasarana dan sarana
lingkungan perumahan berupa
sarana pendidikan, sarana
kesehatan, sarana olahraga,
sarana transportasi, dan sarana
peribadatan pada kawasan
perumahan maka intensitas
pemanfaatan ruangnya
mengikuti ketentuan umum
intensitas pemanfaatan ruang
kawasan sesuai
peruntukannya.

2 Kawasan a. kegiatan yang diperbolehkan 1. KDB


Perdagangan untuk kegiatan profesional maksimal
dan Jasa jasa keuangan, sektor 60% (enam
informal, jasa perkantoran, puluh)
usaha dan perdagangan, jasa persen;
hiburan dan rekreasi, jasa 2. KLB
kemasyarakatan serta kegiatan maksimal

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
73

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN
POLA
NO KETENTUAN PRASARANA KETENTUAN
RUANG DISKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN
INTENSITAS DAN SARANA KHUSUS
MINIMUM
pembangunan prasarana dan 9.6 (sembilan
sarana umum pendukung enam);
pada kawasan blok komersial 3. KDH
dan jalan nasional meliputi minimal 15%
kegiatan pemanfaatan ruang (lima belas)
untuk kegiatan perdagangan persen.
dan jasa skala regional, pada 4. KTB
strip komersial dan jalan maksimal
provinsi meliputi kegiatan 65% (enam
pemanfaatan ruang untuk puluh lima)
kegiatan perdagangan dan jasa persen
skala regional dan skala kota,
pada jalan kota meliputi
kegiatan pemanfaatan ruang
untuk kegiatan perdagangan
dan jasa skala kota dan skala
lokal;
b. kegiatan yang diperbolehkan
dengan syarat dan terbatas
meliputi kegiatan pemanfaatan
ruang untuk mendukung

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
74

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN
POLA
NO KETENTUAN PRASARANA KETENTUAN
RUANG DISKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN
INTENSITAS DAN SARANA KHUSUS
MINIMUM
kegiatan perdagangan dan jasa
skala regional, skala kota dan
lokal seperti rumah susun,
apartemen, sarana pelayanan
umum berupa sarana
pendidikan, sarana kesehatan,
rekreasi, sarana olahraga,
sarana transportasi, dan
sarana peribadatan.
c. kegiatan yang tidak
diperbolehkan meliputi
kegiatan selain sebagaimana
dimaksud pada huruf a dan
huruf b.
d. Dalam hal pemanfaatan ruang
perdagangan dan jasa berada
pada dua akses jalan yang
berbeda maka ketentuan
intensitas pemanfaatan ruang
mengikuti ROW jalan yang
dijadikan akses utama.

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
75

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN
POLA
NO KETENTUAN PRASARANA KETENTUAN
RUANG DISKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN
INTENSITAS DAN SARANA KHUSUS
MINIMUM
e. Dalam hal lahan yang berada
pada dua fungsi peruntukan
ruang ketentuan intensitas
pemanfaatan ruang dihitung
secara proporsional.
f. Dalam hal kegiatan untuk
bangunan tinggi pada kawasan
perdagangan dan jasa dengan
ROW jalan yang belum sesuai
rencana maka perhitungan
intensitas pemanfaatan ruang
dalam ijin mendirikan
bangunan mengikuti
ketentuan intensitas
pemanfaatan ruang sesuai
ROW jalan eksisting
sedangkan siteplan dapat
mengikuti ketentuan intensitas
pemanfaatan ruang pada ROW
jalan rencana.

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
76

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN
POLA
NO KETENTUAN PRASARANA KETENTUAN
RUANG DISKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN
INTENSITAS DAN SARANA KHUSUS
MINIMUM
g. Penataan dan pengendalian
pemanfaatan ruang kawasan
perdagangan dan jasa yang
terkena KKOP bandara diatur
berdasarkan ketentuan
Peraturan Perundang-
undangan.
h. Dalam hal pembangunan
kegiatan sarana pendidikan,
kesehatan, olahraga,
transportasi, dan sarana
peribadatan pada kawasan
perdagangan dan jasa maka
intensitas pemanfaatan
ruangnya mengikuti ketentuan
umum intensitas pemanfaatan
ruang kawasan sesuai
peruntukannya.
3 Kawasan a. kegiatan yang diperbolehkan KDH minimal
Perkantoran meliputi kegiatan pemanfaatan 20 % (dua
ruang untuk kegiatan puluh) persen.

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
77

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN
POLA
NO KETENTUAN PRASARANA KETENTUAN
RUANG DISKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN
INTENSITAS DAN SARANA KHUSUS
MINIMUM
pembangunan perkantoran,
serta kegiatan pembangunan
prasarana dan sarana umum
pendukung perkantoran seperti
sarana pejalan kaki yang
menerus, sarana olahraga,
sarana peribadatan, sarana
perparkiran, sarana kuliner,
sarana transportasi umum,
ruang terbuka hijau, gedung
penelitian, dan peragaan IPTEK,
Trade dan Expo Center dan
jaringan utilitas perkantoran
yang dilengkapi aksesibilitas
bagi penyandang cacat;
b. kegiatan yang diperbolehkan
dengan syarat dan terbatas
meliputi kegiatan pemanfaatan
ruang untuk mendukung
kegiatan perkantoran
pemerintahan selain

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
78

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN
POLA
NO KETENTUAN PRASARANA KETENTUAN
RUANG DISKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN
INTENSITAS DAN SARANA KHUSUS
MINIMUM
sebagaimana dimaksud pada
huruf a; dan
c. kegiatan yang tidak
diperbolehkan meliputi kegiatan
selain sebagaimana dimaksud
pada huruf a dan huruf b.
4 Kawasan a. kegiatan yang diperbolehkan 1. KDB
Pendidikan meliputi kegiatan pembangunan maksimal
untuk prasarana dan sarana 60% (enam
sesuai dengan skala pelayanan puluh
yang ditetapkan, penghijauan, persen);
TPST dengan konsep 2. KLB
mengurangi, mendaur ulang, maksimal 6
menggunakan kembali dan (enam);
memulihkan, dan gardu listrik; 3. KDH minimal
b. kegiatan yang diperbolehkan 15% (lima
dengan syarat dan terbatas belas persen).
meliputi pemanfaatan ruang 4. KTB
secara terbatas untuk maksimal
mendukung kegiatan 65% (enam
pendidikan;

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
79

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN
POLA
NO KETENTUAN PRASARANA KETENTUAN
RUANG DISKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN
INTENSITAS DAN SARANA KHUSUS
MINIMUM
c. kegiatan yang tidak puluh lima
diperbolehkan meliputi kegiatan persen)
selain sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf a dan huruf
b
d. kegiatan pembangunan untuk
prasarana dan sarana
pendidikan mengacu pada
peraturan menteri yang berlaku.
5 Kawasan a. kegiatan yang diperbolehkan 1. KDB
Kesehatan meliputi kegiatan pembangunan maksimal
prasarana dan sarana 60% (enam
kesehatan sesuai dengan skala puluh
pelayanan yang ditetapkan, persen);
penghijauan dan kegiatan 2. KLB
pembangunan fasilitas maksimal 6
penunjang kawasan kesehatan; (enam);
b. kegiatan yang diperbolehkan 3. KDH
dengan syarat dan terbatas minimal 15%
meliputi pemanfaatan ruang (lima belas
secara terbatas untuk persen)

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
80

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN
POLA
NO KETENTUAN PRASARANA KETENTUAN
RUANG DISKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN
INTENSITAS DAN SARANA KHUSUS
MINIMUM
mendukung kegiatan 4. KTB
kesehatan; maksimal
c. kegiatan yang tidak 65% (enam
diperbolehkan meliputi kegiatan puluh lima
selain sebagaimana dimaksud persen).
pada ayat (3) huruf a dan huruf
b;
d. kegiatan pembangunan untuk
prasarana dan sarana
kesehatan mengacu pada
peraturan menteri yang berlaku.
6 Kawasan a. kegiatan yang diperbolehkan 1. KDB
RTNH meliputi kegiatan pemanfaatan maksimal 10
ruang untuk kegiatan % (sepuluh)
berlangsungnya aktifitas persen;
masyarakat, kegiatan olahraga, 2. KLB
kegiatan rekreasi, kegiatan maksimal
parkir, penyediaan plasa, 0,4 (nol
monumen, landmark dan koma
evakuasi bencana; empat);

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
81

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN
POLA
NO KETENTUAN PRASARANA KETENTUAN
RUANG DISKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN
INTENSITAS DAN SARANA KHUSUS
MINIMUM
b. kegiatan yang diperbolehkan 3. tinggi
dengan syarat meliputi kegiatan bangunan
pemanfaatan ruang untuk maksimal 2
sektor informal secara terbatas (dua) lantai;
untuk menunjang kegiatan dan
sebagaimana dimaksud huruf a 4. KDH
sesuai dengan KDB yang minimal 10%
ditetapkan; (sepuluh)
c. kegiatan yang tidak persen.
diperbolehkan meliputi kegiatan
selain sebagaimana dimaksud
pada huruf a dan huruf b.
7 Kawasan a. kegiatan yang diperbolehkan Ketentuan
Tempat meliputi kegiatan untuk umum
Evakuasi pembangunan prasarana dan intensitas
Bencana sarana evakuasi bencana, pemanfaatan
penghijauan, dan pembangunan ruang tempat
fasilitas penunjang keselamatan evakuasi
orang dan menunjang kegiatan bencana sesuai
operasionalisasi evakuasi dengan
bencana; ketentuan

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
82

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN
POLA
NO KETENTUAN PRASARANA KETENTUAN
RUANG DISKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN
INTENSITAS DAN SARANA KHUSUS
MINIMUM
b. kegiatan yang diperbolehkan umum
dengan syarat meliputi kegiatan intensitas
pemanfaatan ruang secara pemanfaatan
terbatas untuk menunjang ruang yang
kegiatan evakuasi bencana; dan bertampalan
c. kegiatan yang tidak
diperbolehkan meliputi kegiatan
selain sebagaimana dimaksud
pada huruf a dan huruf b.
d. Ketentuan umum intensitas
pemanfaatan ruang tempat
evakuasi bencana sesuai
dengan ketentuan umum
intensitas pemanfaatan ruang
yang bertampalan.

8 Kawasan a. kegiatan yang diperbolehkan 1. KDB


Peribadatan meliputi kegiatan pembangunan maksimal
prasarana dan sarana 60% (enam
peribadatan, penghijauan dan puluh)
kegiatan pembangunan fasilitas persen;

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
83

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN
POLA
NO KETENTUAN PRASARANA KETENTUAN
RUANG DISKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN
INTENSITAS DAN SARANA KHUSUS
MINIMUM
penunjang kawasan 2. KLB
peribadatan; maksimal
b. kegiatan yang diperbolehkan 6,0 (enam
dengan syarat dan terbatas koma nol);
meliputi pemanfaatan ruang dan
secara terbatas untuk 3. KDH
mendukung kegiatan minimal 15
peribadatan; % (lima
c. kegiatan yang tidak belas)
diperbolehkan meliputi kegiatan persen.
selain sebagaimana dimaksud 4. KTB
pada ayat (1) huruf a dan huruf maksimal
b. 65% (enam
puluh lima
persen)
9 Kawasan a. kegiatan yang diperbolehkan 1. KDB
Olahraga meliputi kegiatan pembangunan maksimal
prasarana dan sarana olahraga, 60% (enam
penghijauan dan kegiatan puluh
pembangunan fasilitas persen);
penunjang kawasan olahraga;

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
84

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN
POLA
NO KETENTUAN PRASARANA KETENTUAN
RUANG DISKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN
INTENSITAS DAN SARANA KHUSUS
MINIMUM
b. kegiatan yang diperbolehkan 2. KLB
dengan syarat dan terbatas maksimal 6
meliputi pemanfaatan ruang (enam)
secara terbatas untuk 3. KDH
mendukung kegiatan olahraga; minimal 15%
c. kegiatan yang tidak (lima belas
diperbolehkan meliputi kegiatan persen)
selain sebagaimana dimaksud 4. KTB
pada ayat (2) huruf a dan huruf maksimal
b; 65% (enam
puluh lima
persen).
10 Kawasan a. kegiatan yang diperbolehkan 1. KDB
Transportasi meliputi kegiatan pembangunan maksimal
prasarana dan sarana 60% (enam
transportasi, penghijauan dan puluh
kegiatan pembangunan fasilitas persen);
penunjang kawasan 2. KLB
transportasi; maksimal 6
b. kegiatan yang diperbolehkan (enam)
dengan syarat dan terbatas

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.a
85

MATERI YANG DIATUR


KETENTUAN
POLA
NO KETENTUAN PRASARANA KETENTUAN
RUANG DISKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN
INTENSITAS DAN SARANA KHUSUS
MINIMUM
meliputi pemanfaatan ruang 3. KDH minimal
secara terbatas untuk 15% (lima
mendukung kegiatan belas persen)
transportasi; 4. KTB
c. kegiatan yang tidak maksimal
diperbolehkan meliputi kegiatan 65% (enam
selain sebagaimana dimaksud puluh lima
pada ayat (2) huruf a dan huruf persen).
b;
D Kawasan Pertahanan dan Keamanan
Kawasan a. kegiatan yang diperbolehkan 1. KDB
Pertahanan meliputi pemanfaatan ruang maksimal 60
dan untuk kegiatan pertahanan dan % (enam
Keamanan keamanan sesuai dengan puluh)
ketentuan peraturan persen;
perundangan dan penghijauan; 2. KDH
b. kegiatan yang diperbolehkan minimal 20%
dengan syarat dan terbatas (dua puluh)
meliputi pemanfaatan ruang persen.
untuk fasilitas penunjang 3. KLB
kawasan pertahanan dan maksimal

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.b

LAMPIRAN XX.b
TABEL INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG
PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN
NOMOR 09 TAHUN 2019
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH
NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA
TANGERANG SELATAN TAHUN 2011 – 2031

A. KAWASAN LINDUNG
1. KAWASAN PERLINDUNGAN SETEMPAT
a. Kawasan sekitar sempadan sungai dan/atau kali dan/atau saluran pembuang

KAWASAN SEKITAR SEMPADAN SUNGAI

LUAS PERENC. PERPRES JABODE KDB mak KLB KDH


(M2) TABEKPUNJUR (%) mak Min (%)

Zona B1 5.0% 0.2 95.0%

Sesuai Luas Zona B2 5.0% 0.2 95.0%


Perencanaan Zona B3 2.5% 0.2 97.5%
Zona B4/B5 2.5% 0.1 97.5%

b. Kawasan Sekitar Sempadan Situ

KAWASAN SEKITAR SEMPADAN SITU

LUAS PERENC. PERPRES JABODE KDB mak KLB KDH


(M2) TABEKPUNJUR (%) mak Min (%)

Zona B1 7.5% 0.2 92.5%

Sesuai Luas Zona B2 7.5% 0.2 92.5%


Perencanaan Zona B3 5.0% 0.1 95.0%
Zona B4/B5 2.5% 0.1 97.5%

c. Kawasan Sekitar Sempadan Tandon

KAWASAN SEKITAR SEMPADAN TANDON

LUAS PERENC. PERPRES JABODE KDB mak KLB KDH


(M2) TABEKPUNJUR (%) mak Min (%)

Zona B1 7.5% 0.2 92.5%

Sesuai Luas Zona B2 7.5% 0.2 92.5%


Perencanaan Zona B3 5.0% 0.1 95.0%
Zona B4/B5 2.5% 0.1 97.5%

PARAF KOORDINASI

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH :


Lampiran XX.b
2

2. KAWASAN RTH
a. RTH Lapangan

RTH LAPANGAN OLAHRAGA

LUAS PERPRES KDB KLB KDH


PERENCANAAN JABODETABEKPUNJUR mak (%) mak Min (%)

Zona B1 25% 1.2 75%


Sesuai Luas Zona B2 20% 1.2 80%
Kawasan Zona B3 15% 1 85%
Zona B4/B5 10% 1 90%

b. RTH Halaman

RTH HALAMAN BANGUNAN PEMERINTAHAN

Ketinggian
LUAS PERPRES KDB KDH
Lantai
PERENCANAAN JABODETABEKPUNJUR mak (%) Min (%)
Bangunan
Sesuai Luas Zona
5% 95% 1
Kawasan B1, B2, B3, B4

c. RTH Taman Kota

RTH TAMAN KOTA

LUAS PERPRES JABODE KDB mak KLB KDH


PERENCANAAN TABEKPUNJUR (%) mak Min (%)

Zona B1 12.5% 0.25 87.5%


Sesuai Luas Zona B2 10.0% 0.20 90.0%
Kawasan Zona B3 7.5% 0.15 92.5%
Zona B4/B5 5.0% 0.10 95.0%

d. RTH Taman Jalan dan Jalur Hijau

RTH TAMAN JALAN DAN JALUR HIJAU

LUAS PERPRES JABODE KDB KDH Ketinggian Lantai


PERENCANAAN TABEKPUNJUR mak (%) Min (%) Bangunan

Sesuai Luas
Zona B1, B2, B3, B4 2.5% 97.5% 1
Kawasan

PARAF KOORDINASI HARMONISASI DAN SINKRONISASI


KEPALA BADAN PERENCANAAN KEPALA SUBBAGIAN PERANCANGAN PRODUK :
:
PEMBANGUNAN DAERAH HUKUM DAERAH
:
ANALIS PRODUK HUKUM DAERAH
Lampiran XX.b
3

e. RTH Pemakaman

RTH PEMAKAMAN

PERPRES
LUAS KDB mak KLB KDH Min
JABODE
PERENCANAAN (%) mak (%)
TABEKPUNJUR
Zona B1 25.0% 0.200 75.0%
Sesuai Luas Zona B2 22.5% 0.150 77.5%
Kawasan Zona B3 20.0% 0.100 80%
Zona B4/B5 10.0% 0.050 90%

f. RTH Hutan Kota

RTH HUTAN KOTA

PERPRES
LUAS KDB mak KLB KDH Min
JABODE
PERENCANAAN (%) mak (%)
TABEKPUNJUR
Zona B1 10.0% 0.100 90.0%
Sesuai Luas Zona B2 7.5% 0.075 92.5%
Kawasan Zona B3 5.0% 0.050 95.0%
Zona B4/B5 2.5% 0.025 97.5%

g. RTH Pengaman Jalur Kereta Api

RTH PENGAMAN JALUR KERETA API

LUAS PERENCANAAN KDB mak (%) KLB mak KDH Min (%)

Sesuai Luas Kawasan 0% 0 100%

h. RTH Pengaman Jalur Pipa Gas

RTH PENGAMAN JALUR PIPA GAS

LUAS PERENCANAAN KDB mak (%) KLB mak KDH Min (%)

Sesuai Luas Kawasan 0% 0 100%

i. RTH Pengaman SUTT/SUTET

RTH PENGAMAN SUTT/SUTET

LUAS PERENCANAAN KDB mak (%) KLB mak KDH Min (%)

Sesuai Luas Kawasan 0% 0 100%

PARAF KOORDINASI HARMONISASI DAN SINKRONISASI


KEPALA BADAN PERENCANAAN KEPALA SUBBAGIAN PERANCANGAN PRODUK :
:
PEMBANGUNAN DAERAH HUKUM DAERAH
:
ANALIS PRODUK HUKUM DAERAH
Lampiran XX.b
4

j. RTH Taman Lingkungan

RTH TAMAN LINGKUNGAN

PERPRES
LUAS KDB mak KLB KDH Min
JABODE
PERENCANAAN (%) mak (%)
TABEKPUNJUR
Zona B1 15.0% 0.150 85.0%
Sesuai Luas Zona B2 12.5% 0.125 87.5%
Kawasan Zona B3 10.0% 0.100 90.0%
Zona B4/B5 7.5% 0.075 95.0%

3. KAWASAN CAGAR BUDAYA

RTH CAGAR BUDAYA

PERPRES
LUAS KDB mak KLB KDH Min
JABODE
PERENCANAAN (%) mak (%)
TABEKPUNJUR
Zona B1 Sesuai Sesuai
Sesuai Luas Zona B2 dengan dengan
25%
Kawasan Zona B3 Kondisi Kondisi
Zona B4/B5 Eksisting Eksisting

B. KAWASAN BUDIDAYA
1. KAWASAN PERUMAHAN
PERPRES Perumahan Vertikal Perumahan Horizontal
JABODETABEK KDB KLB KDH KTB KDB KLB KDH
PUNJUR Maks Maks Min Maks Maks Maks Min
Zona B1 60% 3 17.5% 60% 60% 1.2 12.5%
Zona B2 50% 3 20.0% 50% 55% 1.2 15.0%
Zona B3 40% 3 22.5% 40% 50% 1.2 17.5%
Zona B4/B5 30% 2.4 25.0% 30% 45% 1 20.0%

PARAF KOORDINASI HARMONISASI DAN SINKRONISASI


KEPALA BADAN PERENCANAAN KEPALA SUBBAGIAN PERANCANGAN PRODUK :
:
PEMBANGUNAN DAERAH HUKUM DAERAH
:
ANALIS PRODUK HUKUM DAERAH
Lampiran XX.b
5

2. KAWASAN PERDAGANGAN DAN JASA b. Kawasan Perdagangan dan Jasa Pada Jalan ROW 40 M dan TOD
a. Kawasan Perdagangan dan Jasa Area CBD dan TOD Kota Sub Kota
KAWASAN PERDAGANGAN & JASA AREA CBD dan TOD KAWASAN PERDAGANGAN & JASA PADA JALAN ROW 40 M dan
TOD SUB KOTA
PERPRES PERPRES
LUAS TANAH KDB KLBM KDH KTB LUAS TANAH KDB KLB KDH KTB
JABODE JABODE
(M2) Maks aks Min Maks (M2) Maks Maks Min Maks
TABEKPUNJUR TABEKPUNJUR
Zona B1 > 10,000 60% 9.6 15% 70% Zona B1 > 10,000 60% 9.0 15% 65%
Zona B2 > 10,000 55% 9.4 20% 65% Zona B2 > 10,000 50% 8.0 20% 55%
Zona B3 > 10,000 45% 8.5 25% 55% Zona B3 > 10,000 40% 7.2 25% 45%
Zona B4/B5 > 10,000 35% 5.3 30% 0% Zona B4/B5 > 10,000 30% 4.5 30% 0%
Zona B1 5,001 - 10,000 60% 9.0 15% 70% Zona B1 5,001 - 10,000 60% 8.4 15% 65%
Zona B2 5,001 - 10,000 55% 8.3 20% 65% Zona B2 5,001 - 10,000 50% 7.5 20% 55%
Zona B3 5,001 - 10,000 45% 7.5 25% 55% Zona B3 5,001 - 10,000 40% 6.0 25% 45%
Zona B4/B5 5,001 - 10,000 35% 4.6 30% 0% Zona B4/B5 5,001 - 10,000 30% 3.9 30% 0%
Zona B1 3,001 - 5,000 60% 7.8 15% 70% Zona B1 3,001 - 5,000 60% 7.2 15% 65%
Zona B2 3,001 - 5,000 55% 7.2 20% 65% Zona B2 3,001 - 5,000 50% 6.0 20% 55%
Zona B3 3,001 - 5,000 45% 6.0 25% 55% Zona B3 3,001 - 5,000 40% 4.8 25% 45%
Zona B4/B5 3,001 - 5,000 35% 4.2 30% 0% Zona B4/B5 3,001 - 5,000 30% 3.9 30% 0%
Zona B1 ≤ 3,000 60% 4.8 15% 70% Zona B1 ≤ 3,000 60% 4.5 15% 65%
Zona B2 ≤ 3,000 55% 4.4 20% 65% Zona B2 ≤ 3,000 50% 4.0 20% 55%
Zona B3 ≤ 3,000 45% 3.6 25% 55% Zona B3 ≤ 3,000 40% 3.2 25% 45%
Zona B4/B5 ≤ 3,000 35% 3.2 30% 0% Zona B4/B5 ≤ 3,000 30% 2.7 30% 0%

PARAF KOORDINASI HARMONISASI DAN SINKRONISASI


KEPALA BADAN PERENCANAAN KEPALA SUBBAGIAN PERANCANGAN PRODUK :
:
PEMBANGUNAN DAERAH HUKUM DAERAH
:
ANALIS PRODUK HUKUM DAERAH
Lampiran XX.b
6

c. Kawasan Perdagangan dan Jasa Pada Jalan ROW 32 M dan TOD d. Kawasan Perdagangan dan Jasa Pada Jalan ROW 20-24
Lingkungan
KAWASAN PERDAGANGAN & JASA PADA JALAN ROW 32 M dan
KAWASAN PERDAGANGAN & JASA PADA JALAN ROW 20-24 M
TOD LINGKUNGAN
PERPRES PERPRES
LUAS TANAH KDB KLB KDH KTB LUAS TANAH KDB KLB KDH KTB
JABODE JABODE
(M2) Maks Maks Min Maks (M2) Maks Maks Min Maks
TABEKPUNJUR TABEKPUNJUR
Zona B1 > 10,000 60% 7.8 15% 65% Zona B1 > 10,000 60% 7.2 15% 65%
Zona B2 > 10,000 50% 6.5 20% 55% Zona B2 > 10,000 50% 6.0 20% 55%
Zona B3 > 10,000 40% 5.6 25% 45% Zona B3 > 10,000 40% 5.2 25% 45%
Zona B4/B5 > 10,000 30% 3.9 30% 0% Zona B4/B5 > 10,000 30% 3.6 30% 0%

Zona B1 5,001 - 10,000 60% 7.2 15% 65% Zona B1 5,001 - 10,000 60% 6.6 15% 65%
Zona B2 5,001 - 10,000 50% 6.0 20% 55% Zona B2 5,001 - 10,000 50% 5.5 20% 55%
Zona B3 5,001 - 10,000 40% 4.8 25% 45% Zona B3 5,001 - 10,000 40% 4.4 25% 45%
Zona B4/B5 5,001 - 10,000 30% 3.3 30% 0% Zona B4/B5 5,001 - 10,000 30% 3.3 30% 0%

Zona B1 3,001 - 5,000 60% 6.6 15% 65% Zona B1 3,001 - 5,000 60% 6.0 15% 65%
Zona B2 3,001 - 5,000 50% 5.5 20% 55% Zona B2 3,001 - 5,000 50% 5.0 20% 55%
Zona B3 3,001 - 5,000 40% 4.4 25% 45% Zona B3 3,001 - 5,000 40% 4,0 25% 45%
Zona B4/B5 3,001 - 5,000 30% 3.6 30% 0% Zona B4/B5 3,001 - 5,000 30% 3.0 30% 0%

Zona B1 ≤ 3,000 60% 4.2 15% 65% Zona B1 ≤ 3,000 60% 4.0 15% 65%
Zona B2 ≤ 3,000 50% 3.5 20% 55% Zona B2 ≤ 3,000 50% 3.0 20% 55%
Zona B3 ≤ 3,000 40% 2.8 25% 45% Zona B3 ≤ 3,000 40% 2.4 25% 45%
Zona B4/B5 ≤ 3,000 30% 2.4 30% 0% Zona B4/B5 ≤ 3,000 30% 2.1 30% 0%

PARAF KOORDINASI HARMONISASI DAN SINKRONISASI


KEPALA BADAN PERENCANAAN KEPALA SUBBAGIAN PERANCANGAN PRODUK :
:
PEMBANGUNAN DAERAH HUKUM DAERAH
:
ANALIS PRODUK HUKUM DAERAH
Lampiran XX.b
7

e. Kawasan Perdagangan dan Jasa Pada Jalan ROW 16 f. Kawasan Perdagangan dan Jasa Pada Jalan ROW 12

KAWASAN PERDAGANGAN & JASA PADA JALAN ROW 16 M KAWASAN PERDAGANGAN & JASA PADA JALAN ROW 12 M
PERPRES PERPRES
LUAS TANAH KDB KLB KDH KTB LUAS TANAH KDB KLB KDH KTB
JABODE JABODE
(M2) Maks Maks Min Maks (M2) Maks Maks Min Maks
TABEKPUNJUR TABEKPUNJUR
Zona B1 > 5000 60% 4.8 15% 65% Zona B1 > 5000 60% 3.0 15% 65%
Zona B2 > 5000 50% 4.0 20% 55% Zona B2 > 5000 50% 2.5 20% 55%
Zona B3 > 5000 40% 3.2 25% 45% Zona B3 > 5000 40% 2.0 25% 45%
Zona B4/B5 > 5000 30% 2.7 30% 0% Zona B4/B5 > 5000 30% 1.8 30% 0%

Zona B1 3,001 - 5,000 60% 4.2 15% 65% Zona B1 3,001 - 5,000 60% 2.4 15% 65%
Zona B2 3,001 - 5,000 50% 3.5 20% 55% Zona B2 3,001 - 5,000 50% 2.0 20% 55%
Zona B3 3,001 - 5,000 40% 2.8 25% 45% Zona B3 3,001 - 5,000 40% 1.6 25% 45%
Zona B4/B5 3,001 - 5,000 30% 2.4 30% 0% Zona B4/B5 3,001 - 5,000 30% 1.2 30% 0%

Zona B1 ≤ 3,000 60% 3 15% 65% Zona B1 ≤ 3,000 60% 2.4 15% 65%
Zona B2 ≤ 3,000 50% 2.5 20% 55% Zona B2 ≤ 3,000 50% 2.0 20% 55%
Zona B3 ≤ 3,000 40% 2 25% 45% Zona B3 ≤ 3,000 40% 1.6 25% 0%
Zona B4/B5 ≤ 3,000 30% 1.8 30% 0% Zona B4/B5 ≤ 3,000 30% 1.2 30% 0%

PARAF KOORDINASI HARMONISASI DAN SINKRONISASI


KEPALA BADAN PERENCANAAN KEPALA SUBBAGIAN PERANCANGAN PRODUK :
:
PEMBANGUNAN DAERAH HUKUM DAERAH
:
ANALIS PRODUK HUKUM DAERAH
Lampiran XX.b
8

3. KAWASAN PERKANTORAN

KAWASAN PERKANTORAN

PERPRES JABODE KDH


SKALA PELAYANAN
TABEKPUNJUR Min (%)

Zona B1 20.00%
Zona B2 22.50%
SKALA PELAYANAN
NASIONAL / PROVINSI / Zona B3 25.00%
KOTA Zona B4/B5 30.00%

Zona B1 20.00%
Zona B2 22.50%
SKALA PELAYANAN
Zona B3 25.00%
KECAMATAN
Zona B4/B5 30.00%

Zona B1 20.00%
Zona B2 22.50%
SKALA PELAYANAN
Zona B3 25.00%
KELURAHAN
Zona B4/B5 30.00%

4. KAWASAN INDUSTRI

KAWASAN INDUSTRI

PERPRES
LUAS KDB mak KLB KDH
JABODE
PERENCANAAN (%) mak Min (%)
TABEKPUNJUR
SesuaiLuas Zona B1 70% 4.2 12.50%
Kawasan Zona B2 60% 3 15.00%
SENTRA INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH
Sesuai Luas Zona B1 60% 2 15.00%
Kawasan Zona B2 50% 2 15.00%
Zona B3 40% 1 15.00%
Zona B4/B5 30% 1 15.00%

PARAF KOORDINASI HARMONISASI DAN SINKRONISASI


KEPALA BADAN PERENCANAAN KEPALA SUBBAGIAN PERANCANGAN PRODUK :
:
PEMBANGUNAN DAERAH HUKUM DAERAH
:
ANALIS PRODUK HUKUM DAERAH
Lampiran XX.b
9

5. KAWASAN PARIWISATA

KAWASAN PARIWISATA

PERPRES
LUAS PERENC. KDB KLB KDH KTB mak
JABODE
(M2) mak (%) mak Min (%) (%)
TABEKPUNJUR
Zona B1 50% 4 20%
Mengikuti
> 10.000 Zona B2 40% 3.2 25% ketentuan
Zona B3 35% 2.8 30% areal sekitar
Zona B4/B5 30% 2.4 40% 0%
Zona B1 55% 3.3 15%
Mengikuti
5.001 - 10.000 Zona B2 45% 2.7 20% ketentuan
Zona B3 40% 2.4 25% areal sekitar
Zona B4/B5 30% 1.8 35% 0%
Zona B1 60% 2.4 15%
Mengikuti
Zona B2 50% 2 20% ketentuan
< 5.000
Zona B3 40% 1.6 25% areal sekitar
Zona B4/B5 30% 1.2 35% 0%

6. KAWASAN RTNH

KAWASAN RTNH

LUAS PERPRES JABODE KDB mak KLB KDH


PERENCANAAN TABEKPUNJUR (%) mak Min (%)

Sesuai Luas
Zona B1, B2, B3, B4 10% 0,4 10%
Kawasan

7. KAWASAN PERTANIAN

KAWASAN PERTANIAN

LUAS PERENC. PERPRES JABODE KDB mak KLB KDH Min


(M2) TABEKPUNJUR (%) mak (%)

Zona B1 30.00% 0.6 30%


Sesuai Lahan Zona B2 25.00% 0.5 40%
Perencanaan Zona B3 20.00% 0.4 50%
Zona B4/B5 10.00% 0.2 80%

PARAF KOORDINASI HARMONISASI DAN SINKRONISASI


KEPALA BADAN PERENCANAAN KEPALA SUBBAGIAN PERANCANGAN PRODUK :
:
PEMBANGUNAN DAERAH HUKUM DAERAH
:
ANALIS PRODUK HUKUM DAERAH
Lampiran XX.b
10

8. KAWASAN PENDIDIKAN, KAWASAN KESEHATAN, KAWASAN TRANSPORTASI,


KAWASAN OLAHRAGA DAN KAWASAN PERIBADATAN

PADA JALAN ROW 32 - 40 M

PERPRES
KLB KDH
ZONA KAWASAN JABODE KDB mak KTB. (%)
mak Min (%)
TABEKPUNJUR
Zona B1 60% 6 15% 65%
Zona B2 50% 5 20% 55%
Pendidikan&
Zona B3 40% 3,2 25% 45%
Kesehatan
Zona B4/B5 30% 2,4 30% 0%

Zona B1 60% 4,2 15% 65%


Sarana
Transportasi, Zona B2 50% 3,5 20% 55%
Olah Zona B3 40% 2 25% 45%
Raga dan Sosial Zona B4/B5 30% 1,5 30% 0%
Budaya

Zona B1 60% 3,6 15% 65%


Zona B2 50% 3 20% 55%
Peribadatan
Zona B3 40% 2,4 25% 45%
Zona B4/B5 30% 1,8 30% 0%

PADA JALAN ROW 20 - 24 M

PERPRES
KDB KLB KDH
ZONA KAWASAN JABODE KTB. (%)
mak mak Min (%)
TABEKPUNJUR
Zona B1 60% 4,8 15% 65%
Zona B2 50% 4 20% 55%
Pendidikan&
Zona B3 40% 2,8 25% 45%
Kesehatan
Zona B4/B5 30% 2,1 30% 0%

Zona B1 60% 3,6 15% 65%


Sarana
Transportasi, Zona B2 50% 3 20% 55%
Olah Zona B3 40% 2 25% 45%
Raga dan Sosial Zona B4/B5 30% 1,5 30% 0%
Budaya

Zona B1 60% 3,0 15% 65%


Zona B2 50% 2,5 20% 55%
Peribadatan
Zona B3 40% 2,0 25% 45%
Zona B4/B5 30% 1,5 30% 0%

PARAF KOORDINASI HARMONISASI DAN SINKRONISASI


KEPALA BADAN PERENCANAAN KEPALA SUBBAGIAN PERANCANGAN PRODUK :
:
PEMBANGUNAN DAERAH HUKUM DAERAH
:
ANALIS PRODUK HUKUM DAERAH
PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN
NOMOR 15 TAHUN 2011
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KOTA TANGERANG SELATAN
TAHUN 2011 - 2031

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA TANGERANG SELATAN,

Menimbang : a. bahwa untuk mengarahkan pembangunan di Kota


Tangerang Selatan dengan memanfaatkan ruang wilayah
secara berdayaguna, berhasilguna, serasi, selaras,
seimbang dan berkelanjutan dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta
pertahanan keamanan, perlu disusun Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota;

b. bahwa dalam rangka mewujudkan keterpaduan


pembangunan antar sektor, daerah dan masyarakat
maka Rencana Tata Ruang Wilayah merupakan arahan
lokasi investasi pembangunan yang dilaksanakan
Pemerintah Kota, masyarakat dan/atau dunia usaha;

c. bahwa dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 51


Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Tangerang
Selatan Di Provinsi Banten maka penyusunan Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Tangerang Selatan tersendiri
dan terpisah dengan Kabupaten Tangerang sebagai
Kabupaten Induk;

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
-2-

d. bahwa dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 26


Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan
Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional, maka strategi dan arahan
kebijakan pemanfaatan ruang wilayah nasional perlu
dijabarkan kedalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota;

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c dan huruf d
perlu menetapkan Peraturan Daerah Kota Tangerang
Selatan tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Tangerang Selatan Tahun 2011 – 2031;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan


Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 2043);

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang


Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Republik
Indonesia Nomor 3274);

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang


Pembentukan Propinsi Banten (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010);

5. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber


Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4377);

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
-3-

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);

7. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4444);

8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan


Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4725);

9. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang


Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4851);

10. Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang


Pembentukan Kota Tangerang Selatan Di Provinsi Banten
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 188, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4935);

11. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang


Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5059);

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
-4-

12. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang


Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5234);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang


Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang


Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang


Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5160);

16. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2008 tentang


Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok,
Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur;

17. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 2 Tahun 2011


tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten
Tahun 2010 – 2030 (Lembaran Daerah Provinsi Banten
Tahun 2011 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah
Provinsi Banten Nomor 32);

18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007


tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan
Perkotaan;

19. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 32 Tahun


2007 tentang Kawasan Keselamatan Operasi
Penerbangan Di Sekitar Bandar Udara Pondok Cabe;
PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI
ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
-5-

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN


dan
WALIKOTA TANGERANG SELATAN

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG


WILAYAH KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2011 – 2031.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Bagian Kesatu
Pengertian

Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan :
1. Kota adalah Kota Tangerang Selatan.
2. Pemerintah Pusat, yang selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
3. Pemerintah Daerah adalah Walikota dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah Kota Tangerang Selatan.
4. Kepala Daerah adalah Walikota Tangerang Selatan.
5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Kota
Tangerang Selatan.
6. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang
udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah,
tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan
memelihara kelangsungan hidupnya.
7. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
8. Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem
jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan
sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan
fungsional.
PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI
ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
-6-

9. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang
meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang
untuk fungsi budi daya.
10. Penataan Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
11. Penyelenggaraan Penataan Ruang adalah kegiatan yang meliputi
pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang.
12. Pengawasan Penataan Ruang adalah upaya agar penyelenggaraan penataan
ruang dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
13. Perencanaan Tata Ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur
ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana
tata ruang.
14. Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan
pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan
pelaksanaan program beserta pembiayaannya.
15. Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib
tata ruang sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan.
16. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang yang memuat
rencana struktur ruang dan rencana pola ruang, diklasifikasikan menjadi
rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang.
17. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tangerang Selatan yang selanjutnya
disebut RTRW Kota Tangerang Selatan adalah hasil perencanaan tata ruang
wilayah Kota Tangerang Selatan.
18. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap
unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
administratif dan/atau aspek fungsional.
19. Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung dan budi daya.
20. Kawasan Lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam
dan sumber daya buatan.
21. Kawasan Budi Daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam,
sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
-7-

22. Kawasan Perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan
pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan,
pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
23. Kawasan Strategis Nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional
terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi,
sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah
ditetapkan sebagai warisan dunia.
24. Kawasan Strategis Provinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup
provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.
25. Kawasan Strategis Kota adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup
kabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan
serta pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi tinggi.
26. Kawasan Pertahanan dan Keamanan Negara adalah wilayah yang ditetapkan
secara nasional yang digunakan untuk kepentingan pertahanan dan
keamanan negara.
27. Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota adalah tujuan yang ditetapkan
pemerintah daerah kota yang merupakan arahan perwujudan visi dan misi
pembangunan jangka panjang kota pada aspek keruangan, yang pada
dasarnya mendukung terwujudnya ruang wilayah nasional yang aman,
nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan wawasan nusantara
dan ketahanan nasional.
28. Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota adalah rencana yang mencakup
sistem perkotaan wilayah kota dalam wilayah pelayanannya dan jaringan
prasarana wilayah kota yang dikembangkan untuk mengintegrasikan
wilayah kota selain untuk melayani kegiatan skala kota, meliputi sistem
jaringan transportasi, sistem jaringan energi dan kelistrikan, sistem jaringan
telekomunikasi, dan sistem jaringan sumber daya air.

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
-8-

29. Rencana Pola Ruang Wilayah Kota adalah rencana distribusi peruntukan
ruang wilayah kota, meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan
budidaya yang dituju sampai dengan akhir masa berlakunya RTRW kota (20
tahun) yang dapat memberikan gambaran pemanfaatan ruang wilayah kota
yang dituju sampai dengan akhir masa berlakunya perencanaan dua puluh
tahun.
30. Cekungan Air Tanah, yang selanjutnya disingkat CAT adalah suatu wilayah
yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis
seperti proses pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air tanah
berlangsung.
31. Pusat Pelayanan Kota yang selanjutnya disingkat PPK adalah pusat
pelayanan ekonomi, sosial, dan/atau administrasi yang melayani seluruh
wilayah kota dan/atau regional.
32. Subpusat Pelayanan Kota yang selanjutnya disingkat SPK adalah pusat
pelayanan ekonomi, sosial, dan/atau administrasi yang melayani sub
wilayah kota.
33. Pusat Lingkungan yang selanjutnya disingkat PL adalah pusat pelayanan
ekonomi, sosial dan/atau administrasi lingkungan kota.
34. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan
bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permulaan
tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan
air, kecuali jalan kerta api, jalan lori, dan jalan kabel (road/street).
35. Jalan Arteri Sekunder adalah jalan arteri yang menghubungkan antara
kawasan primer dan kawasan sekunder kesatu, antar kawasan sekunder
kesatu, atau antara kawasan sekunder kesatu dan kawasan sekunder
kedua.
36. Jalan Kolektor Sekunder adalah jalan yang menghubungkan antar kawasan
sekunder kedua, atau antara kawasan sekunder kedua dan kawasan
sekunder ketiga kolektor.
37. Jalan Lokal adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
setempat, berciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan
jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
-9-

38. Jalan Lingkungan Sekunder adalah jalan yang menghubungkan antarpersil


dalam kawasan perkotaan.
39. Sistem Jaringan Jalan adalah kesatuan ruas jalan yang saling
menghubungkan dan mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah
yang berada dalam pengaruh pelayanannya dalam satu hubungan hierarkis.
40. Jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan
dan sebagai jalan nasional yang penggunanya diwajibkan membayar tol (toll
road).
41. Jaringan Sumber Daya Air adalah jaringan air, mata air, dan daya air yang
terkandung di dalamnya.
42. Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disingkat DAS adalah suatu
wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak
sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air
yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang
batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai
dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.
43. Wilayah Sungai yang selanjutnya disingkat WS adalah kesatuan wilayah
pengelolaan sumber daya air dalam satu atau lebih daerah aliran sungai
dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari atau sama dengan
2.000 km2.
44. Jaringan Sungai adalah jaringan tempat-tempat dan wadah-wadah serta
jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi
kanan dan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan.
45. Jaringan Air Baku adalah jaringan air yang dipergunakan sebagai bahan
pokok untuk diolah menjadi air minum.
46. Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari
satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional,
pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya.
47. Pasar Modern adalah area tempat jual beli barang dengan sistem pelayanan
mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk
minimarket, supermarket, department store, hypermarket ataupun grosir
yang berbentuk perkulakan.

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 10 -

48. Pasar Tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah,
Pemerintah daerah, swasta, badan usaha milik negara dan badan usaha
milik daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha
berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil,
menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil,
modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar
menawar.
49. Sektor Informal adalah kegiatan usaha yang ditandai dengan bersandar
pada sumber daya lokal, usaha milik sendiri, operasinya dalam skala kecil,
padat karya dan teknologinya bersifat adaptif, keterampilan dapat diperoleh
diluar sistem sekolah formal, dan tidak terkena secara langsung oleh
regulasi dan pasarnya bersifat kompetitif.
50. Pedestrian adalah lintasan yang diperuntukkan untuk berjalan kaki, dapat
berupa trotoar, penyeberangan sebidang dan penyeberangan tidak sebidang.
51. Sarana Prasarana Pejalan Kaki adalah seluruh bangunan pelengkap yang
disediakan untuk pejalan kaki guna memberikan layanan demi kelancaran,
keamanan, kenyamanan, dan keselamatan bagi pejalan kaki.
52. Kawasan Rawan Bencana adalah kawasan lindung atau kawasan budi daya
yang meliputi zona-zona yang berpotensi mengalami bencana.
53. Ruang Evakuasi Bencana merupakan area terbuka atau lahan terbuka hijau
atau bangunan yang dapat digunakan masyarakat untuk menyelamatkan
diri dari bencana alam maupun bencana lainnya
54. Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disingkat RTH adalah area
memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih
bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara
alamiah maupun yang sengaja ditanam.
55. Ruang Terbuka Non Hijau yang selanjutnya disingkat RTNH adalah ruang
terbuka di wilayah perkotaan yang tidak termasuk dalam kategori ruang
terbuka hijau (RTH), berupa lahan yang diperkeras dan badan air.
56. Saluran Utama Tegangan Tinggi yang selanjutnya disingkat SUTT adalah
saluran udara yang mendistribusikan energi listrik dengan kekuatan 150
(seratus lima puluh) kilovolt yang mendistribusikan dari pusat-pusat beban
menuju gardu-gardu listrik.

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 11 -

57. Saluran Utama Tegangan Ekstra Tinggi yang selanjutnya disingkat


SUTET adalah saluran udara dengan kekuatan 500 (lima ratus) kilovolt
yang ditujukan untuk menyalurkan energi listrik dari pusat-pusat
pembangkit yang jaraknya jauh menuju pusat-pusat beban sehingga energi
listrik bisa disalurkan dengan efisien.
58. Drainase yaitu prasarana yang berfungsi mengalirkan limpasan air
permukaan ke badan air penerima atau ke bangunan resapan batuan .
59. Air Limbah yaitu semua jenis air buangan yang mengandung kotoran dari
rumah tangga, binatang atau tumbuh-tumbuhan, termasuk buangan industri
dan kimia.
60. Kolam Tandon Air adalah tempat penampungan air, dalam kondisi cukup
jernih dan mempunyai suhu antara 20ºC-30ºC.
61. Tempat Penampungan Sementara, yang selanjutnya disingkat TPS adalah
tempat sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan,
dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu.
62. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu, yang selanjutnya disingkat TPST
adalah tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan,
penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir
sampah.
63. Right Of Way, yang selanjutnya disingkat ROW adalah ruang milik jalan
yaitu sejalur tanah tertentu di luar ruang manfaat jalan yang masih menjadi
bagian dari ruang milik jalan yang dibatasi oleh tanda batas ruang milik
jalan yang dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan keluasan keamanan
penggunaan jalan antara lain untuk pelebaran ruang manfaat jalan pada
masa yang akan datang.
64. Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Kota adalah arahan pemanfaatan
ruang wilayah untuk tingkat kota.
65. Indikasi Program Utama Jangka Menengah Lima Tahunan adalah petunjuk
yang memuat usulan program utama penataan/pengembangan kota,
perkiraan pendanaan beserta sumbernya, instansi pelaksana, dan waktu
pelaksanaan, dalam rangka mewujudkan ruang kota yang sesuai dengan
rencana tata ruang.

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 12 -

66. Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Kota adalah


ketentuan-ketentuan yang dibuat/disusun dalam upaya mengendalikan
pemanfaatan ruang wilayah kota agar sesuai dengan RTRW Kota yang
berbentuk ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan,
ketentuan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi untuk wilayah kota.
67. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Sistem Kota adalah ketentuan umum
yang mengatur pemanfaatan ruang/penataan kota dan unsur-unsur
pengendalian pemanfaatan ruang yang disusun untuk setiap klasifikasi
peruntukan/fungsi ruang sesuai dengan RTRW Kota.
68. Koefisien Dasar Bangunan yang selanjutnya disingkat KDB adalah koefisien
perbandingan antara luas lantai dasar bangunan gedung dan luas persil
atau kaveling atau blok peruntukan.
69. Koefisien Lantai Bangunan yang selanjutnya disingkat KLB adalah koefisien
perbandingan antara luas keseluruhan lantai bangunan gedung dan luas
persil atau kaveling atau blok peruntukan.
70. Koefisien Dasar Hijau yang selanjutnya disingkat KDH adalah angka
persentase perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka di luar
bangunan gedung yang diperuntukan bagi pertamanan atau penghijauan
dan luas tanah perpetakan atau daerah perencanaan yang dikuasai sesuai
dengan rencana tata bangunan dan lingkungan.
71. Garis Sempadan Bangunan yang selanjutnya disingkat GSB adalah
sempadan yang membatasi jarak terdekat bangunan terhadap tepi jalan,
dihitung dari batas terluar saluran air kotor sampai batas terluar muka
bangunan, berfungsi sebagai pembatas ruang atau jarak bebas minimum
dari bidang terluar suatu massa bangunan terhadap lahan yang dikuasai,
batas tepi sungai atau pantai, antara massa bangunan yang lain atau
rencana saluran, jaringan tegangan listrik, jaringan pipa gas dan
sebagainya.
72. Orang adalah orang perseorangan dan/atau korporasi.
73. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang termasuk
masyarakat hukum adat, atau badan hukum.
74. Peran Masyarakat adalah berbagai kegiatan masyarakat, yang timbul atas
kehendak dan prakarsa masyarakat, untuk berminat dan bergerak dalam
penyelenggaraan penataan ruang.

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 13 -

75. Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan yang selanjutnya disingkat


KKOP adalah tanah dan/perairan dan ruang udara di sekitar bandar udara
yang dipergunakan untuk kegiatan operasi penerbangan dalam rangka
menjamin keselamatan penerbangan.

Bagian Kedua
Peran dan Fungsi

Pasal 2
RTRW Kota Tangerang Selatan disusun sebagai alat operasionalisasi pelaksanaan
pembangunan di wilayah Kota.

Pasal 3
RTRW Kota Tangerang Selatan menjadi pedoman untuk :
a. penyusunan rencana pembangunan jangka panjang daerah;
b. penyusunan rencana pembangunan jangka menengah daerah;
c. pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah kota;
d. perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan
antarwilayah, serta keserasian antarsektor;
e. penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi;
f. penataan ruang kawasan strategis kota; dan
g. penyusunan rencana detail tata ruang di wilayah kota.

Bagian Ketiga
Ruang Lingkup

Pasal 4
RTRW Kota Tangerang Selatan memuat :
a. tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kota;
b. rencana struktur ruang wilayah kota;
c. rencana pola ruang wilayah kota;
d. penetapan kawasan strategis wilayah kota;
e. arah pemanfaatan ruang wilayah kota; dan
f. ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota.

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 14 -

Pasal 5
Wilayah perencanaan RTRW Kota Tangerang Selatan meliputi 7 (tujuh)
kecamatan, 54 (lima puluh empat) Kelurahan/Desa meliputi :
a. Kecamatan Serpong meliputi :
1. Kelurahan Lengkong Wetan;
2. Kelurahan Lengkong Gudang;
3. Kelurahan Lengkong Gudang Timur;
4. Kelurahan Cilenggang;
5. Kelurahan Rawa Buntu;
6. Kelurahan Rawa Mekar Jaya;
7. Kelurahan Serpong;
8. Kelurahan Ciater; dan
9. Kelurahan Buaran.
b. Kecamatan Serpong Utara meliputi :
1. Kelurahan Pakualam;
2. Kelurahan Pakujaya;
3. Kelurahan Pakulonan;
4. Kelurahan Pondok Jagung Timur;
5. Kelurahan Pondok Jagung;
6. Kelurahan Jelupang; dan
7. Kelurahan Lengkong Karya.
c. Kecamatan Pondok Aren meliputi :
1. Kelurahan Pondok Kacang;
2. Kelurahan Pondok Kacang Timur;
3. Kelurahan Parigi Baru;
4. Kelurahan Parigi Lama;
5. Kelurahan Pondok Pucung;
6. Kelurahan Pondok Jaya;
7. Kelurahan Jurang Mangu Timur;
8. Kelurahan Jurang Mangu Barat;
9. Kelurahan Pondok Karya;
10. Kelurahan Pondok Betung; dan
11. Kelurahan Pondok Aren.

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 15 -

d. Kecamatan Ciputat meliputi :


1. Kelurahan Jombang;
2. Kelurahan Serua;
3. Kelurahan Serua Indah;
4. Kelurahan Sawah Lama;
5. Kelurahan Sawah Baru;
6. Kelurahan Ciputat; dan
7. Kelurahan Cipayung.
e. Kecamatan Ciputat Timur meliputi :
1. Kelurahan Pondok Ranji;
2. Kelurahan Rengas;
3. Kelurahan Rempoa;
4. Kelurahan Cempaka Putih;
5. Kelurahan Cireundeu; dan
6. Kelurahan Pisangan.
f. Kecamatan Pamulang meliputi :
1. Kelurahan Benda Baru;
2. Kelurahan Bambu Apus;
3. Kelurahan Pondok Benda;
4. Kelurahan Pamulang Barat;
5. Kelurahan Pamulang Timur;
6. Kelurahan Kedaung;
7. Kelurahan Pondok Cabe Udik; dan
8. Kelurahan Pondok Cabe Ilir.
g. Kecamatan Setu meliputi :
1. Kelurahan Muncul;
2. Desa Kranggan;
3. Desa Kademangan;
4. Desa Setu;
5. Desa Bhakti Jaya; dan
6. Desa Babakan.

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 16 -

Pasal 6
Kota Tangerang Selatan secara geografis terletak pada koordinat 106º 38„ - 106º
47„ bujur timur dan 06º 13„ 30” - 06º 22„ 30“ lintang selatan dengan luas 14.719
(empat belas ribu tujuh ratus sembilan belas) hektar.

Pasal 7
Batas wilayah Kota Tangerang Selatan meliputi :
a. sebelah Utara berbatasan dengan Kota Tangerang dan Provinsi DKI Jakarta;
b. sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta dan Kota Depok;
c. sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kota Depok; dan
d. sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tangerang.

BAB II
TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

Pasal 8
Penataan Ruang Kota Tangerang Selatan bertujuan untuk mewujudkan Kota
Tangerang Selatan sebagai pusat pelayanan pendidikan, perumahan,
perdagangan dan jasa, berskala regional dan nasional yang mandiri, aman,
nyaman, asri, produktif, berdaya saing, dan berkelanjutan serta berkeadilan
dalam mendukung Kota Tangerang Selatan sebagai bagian dari Kawasan
Strategis Nasional Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur
(Jabodetabekpunjur).

Pasal 9
Kebijakan penataan ruang meliputi :
a. kebijakan struktur ruang;
b. kebijakan pola ruang; dan
c. kebijakan kawasan strategis kota.

Pasal 10
Kebijakan struktur ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a meliputi:
a. pemantapan peran Kota dalam sistem nasional sebagai Pusat Kegiatan
Nasional (PKN) yang melayani kegiatan skala nasional;

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 17 -

b. peningkatan aksesibilitas pusat pelayanan Kota yang terintegrasi dan


berhirarki sebagai pusat pelayanan pendidikan, perumahan, perdagangan
dan jasa, berskala regional dan nasional, yang aman, nyaman, religius,
produktif, berdaya saing, serta berkelanjutan;
c. pengembangan dan peningkatan sarana prasarana transportasi berbasis
transportasi publik yang terpadu dan terkendali; dan
d. pengembangan dan peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan sistem
infrastruktur Kota, prasarana dan sarana perkotaan secara terpadu, merata
dan berkelanjutan dengan mengutamakan kelestarian lingkungan hidup.

Pasal 11
(1) Strategi pemantapan peran kota dalam sistem nasional sebagai Pusat
Kegiatan Nasional (PKN), yang melayani kegiatan skala Nasional
sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 10 huruf a meliputi :
a. mendorong kemudahan aksesibilitas terhadap kegiatan skala regional
dan nasional;
b. mengembangkan infrastruktur dalam rangka mendukung kota sebagai
kota satelit dan gerbang utama Kota Inti Jakarta; dan
c. memperkuat kota agar dapat berfungsi dan berpotensi sebagai pusat
kegiatan perdagangan dan jasa skala regional dan nasional.
(2) Strategi peningkatan aksesibilitas pusat pelayanan kota yang terintegrasi
dan berhirarki sebagai pusat pelayanan pendidikan, perumahan,
perdagangan dan jasa, berskala regional dan nasional, yang aman, nyaman,
religius, produktif, berdaya saing, serta berkelanjutan, sebagaimana yang
dimaksud dalam Pasal 10 huruf b meliputi :
a. menetapkan 3 (tiga) PPK yang membawahi 3 (tiga) SPK dan 3 (tiga) PL
yang dihubungkan melalui jaringan jalan berjenjang dengan pola
pergerakan merata;
b. mengembangkan fungsi kegiatan yang mendukung kegiatan SPK;
c. menyediakan fasilitas yang memadai pada tiap pusat pelayanan sesuai
skala pelayanannya; dan

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 18 -

d. mengembangkan sistem Transit Oriented Development (TOD) meliputi


pembangunan dan pengembangan terminal/stasiun antar moda pada
pusat-pusat kegiatan, stasiun angkutan jalan rel, shelter angkutan
massal jalan raya dan terminal angkutan umum jalan raya yang
terintegrasi dengan pengembangan lahan di sekitarnya.
(3) Strategi pengembangan dan peningkatan sarana prasarana transportasi
berbasis transportasi publik yang terpadu dan terkendali sebagaimana
dimaksud pasal 10 huruf c, dilakukan melalui strategi :
a. menjaga fungsi dan hirarki jalan;
b. meningkatkan kapasitas jaringan jalan melalui pembangunan dan
pelebaran jalan, pengelolaan lalu lintas serta menghilangkan gangguan
sisi jalan;
c. memprioritaskan pengembangkan sistem angkutan umum massal yang
terpadu;
d. menyediakan fasilitas parkir yang memadai dan terpadu dengan pusat-
pusat kegiatan;
e. membangun sistem park and ride;
f. mengembangkan sistem terminal dalam kota serta membangun
terminal di batas Kota; dan
g. mengoptimalkan pengendalian dan penyelenggaraan sistem
transportasi Kota.
(4) Strategi pengembangan dan peningkatan kualitas jangkauan pelayanan
sistem infrastruktur kota, prasarana dan sarana perkotaan secara terpadu,
merata dan berkelanjutan dengan mengutamakan kelestarian lingkungan
hidup sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 10 huruf d dilakukan
melalui strategi :
a. mengembangkan sistem jaringan prasarana transportasi jalan dan
kereta api dalam pelayanan perkotaan;
b. menetapkan ruang sepanjang jaringan jalan rel kereta api sebagai RTH;
c. mewajibkan penyediaan sumur resapan dalam setiap kegiatan
pembangunan;
d. meningkatkan penyediaan dan persebaran infrastruktur perkotaan ke
seluruh wilayah kota;

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 19 -

e. mengembangkan distribusi jaringan energi dan pelayanan ke seluruh


wilayah kota;
f. meningkatkan jangkauan pelayanan telekomunikasi ke seluruh wilayah
Kota untuk mendukung pengembangan perdagangan dan jasa;
g. mengembangkan dan meningkatkan pelayanan prasarana sumber daya
air ke seluruh wilayah Kota;
h. mewajibkan penyediaan instalasi pengelolaan limbah khusus pada
setiap kegiatan yang menghasilkan limbah;
i. meningkatkan sistem pengolahan persampahan yang ramah
lingkungan;
j. meningkatkan pelayanan prasarana drainase dalam rangka mengatasi
permasalahan banjir dan genangan;
k. meningkatkan penyediaan prasarana dan sarana jalan pejalan kaki
pada kawasan fungsional kota termasuk penyediaan jalur pejalan kaki
bagi penyandang cacat;
l. meningkatkan penyediaan jalur evakuasi bencana pada lokasi
permukiman padat, kawasan perdagangan, dan kawasan industri serta
menyediakan ruang dan gedung pemerintah sebagai titik pengumpulan
pengungsi; dan
m. mengembangkan sarana dan prasarana pendukung untuk mengurangi
terjadinya kebakaran.

Pasal 12
Kebijakan pola ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b meliputi :
a. pengembangan kawasan lindung dengan meningkatkan kualitas kawasan
lindung agar sesuai dengan fungsi perlindungannya sehingga terjaga
kelestariannya;
b. pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;
c. pengembangan kawasan budi daya dengan meningkatkan produktivitas
kawasan namun tidak melampaui daya dukung dan daya tampung
lingkungan; dan
d. peningkatan fungsi kawasan pertahanan dan keamanan negara.

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 20 -

Pasal 13
(1) Strategi pengembangan kawasan lindung dengan meningkatkan kualitas
kawasan lindung agar sesuai dengan fungsi perlindungannya sehingga
terjaga kelestariannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf a
meliputi :
a. menetapkan kawasan lindung di wilayah Kota untuk mendukung RTH
kota;
b. meningkatkan dan mengembalikan fungsi kawasan lindung yang telah
menurun akibat pengembangan kegiatan budi daya, dalam rangka
mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem;
c. mempertimbangkan daya tampung dan daya dukung lingkungan hidup
dalam mengarahkan kegiatan pembangunan fisik; dan
d. meningkatkan jumlah RTH hingga mencapai 30 (tiga puluh) persen
pada akhir tahun perencanaan.
(2) Strategi pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf b meliputi:
a. mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak
langsung menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang
mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam menunjang
pembangunan yang berkelanjutan;
b. mengarahkan orientasi pembangunan sepanjang sungai dengan
menjadikan sungai sebagai bagian dari latar depan; dan
c. mendorong terselenggaranya pembangunan kawasan yang dapat
menjamin tetap berlangsungnya konservasi air dan tanah, menjamin
tersedianya air tanah dan air permukaan, serta menanggulangi banjir
dengan mempertimbangkan daya dukung lingkungan yang
berkelanjutan dalam pengelolaan kawasan.
(3) Strategi pengembangan kawasan budi daya dengan meningkatkan
produktivitas kawasan namun tidak melampaui daya dukung dan daya
tampung lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf c
meliputi:
a. mengembangkan kegiatan budi daya unggulan beserta prasarana
secara sinergis dan berkelanjutan untuk mendorong pengembangan
perekonomian;

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 21 -

b. mengurangi dampak negatif kegiatan budi daya agar tidak menurunkan


kualitas lingkungan hidup dan efisiensi kawasan;
c. mengembangkan fungsi perkotaan dengan tetap memperhatikan
penyediaan RTH melalui pengaturan intensitas ruang; dan
d. mengembangkan kawasan perumahan berdasarkan tingkat hunian
padat dan sedang disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan
kawasan dan didukung dengan akses yang baik.
(4) Strategi peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan
negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf d meliputi:
a. mendukung penetapan kawasan peruntukan pertahanan dan
keamanan negara;
b. mengembangkan budi daya secara selektif di dalam dan sekitar
kawasan untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan negara;
c. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budi daya tidak
terbangun di sekitar kawasan pertahanan dan keamanan negara
sebagai zona penyangga; dan
d. turut serta memelihara dan menjaga aset pertahanan dan keamanan
negara.

Pasal 14
(1) Kebijakan penetapan kawasan strategis kota sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 huruf c meliputi :
a. penetapan kawasan strategis kota berdasarkan sosial budaya;
b. penetapan kawasan strategis kota berdasarkan aspek pertumbuhan
ekonomi; dan
c. penetapan kawasan strategis kota berdasarkan aspek lingkungan.
(2) Strategi penetapan kawasan strategis kota berdasarkan aspek sosial budaya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan dengan
mempertahankan Cagar Budaya yang ada.
(3) Strategi penetapan kawasan strategis kota berdasarkan aspek pertumbuhan
ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi :
a. mengembangkan sarana dan prasarana pendukung pasar;
b. mengembangkan perdagangan yang sudah ada agar lebih teratur dan
merata;

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 22 -

c. menyediakan lokasi usaha perdagangan yang tertata dan mudah


dijangkau;
d. mengatur jaringan transportasi sekitar pasar;
e. mengembangkan dan menata pergudangan dan industri kecil/home
industri yang masih menyebar;
f. mengembangkan sentra industri kecil;
g. mengembangkan jenis industri yang memiliki keterkaitan kuat dengan
sektor lainnya; dan
h. meningkatkan kualitas produk dan daya saing dengan modal sejenis
berdasarkan kemampuan dan teknologi yang dikuasai
pengusaha/pengrajin.
(4) Strategi penetapan kawasan strategis kota berdasarkan aspek lingkungan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi :
a. menata kawasan budidaya berada di daerah sempadan situ dan
Sungai;
b. menanami tumbuhan di sekitar sungai dan situ yang dapat dapat
membantu fungsi ekologis Kota;
c. menetapan kawasan di sekitar situ dan sungai sebagai daerah resapan;
dan
d. melarang fungsi budi daya di sekitar situ dan sungai.

BAB III
RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KOTA

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 15
(1) Rencana struktur ruang wilayah kota meliputi:
a. sistem pusat pelayanan; dan
b. sistem prasarana wilayah kota.
(2) Rencana struktur ruang wilayah kota digambarkan dalam Peta Rencana
Struktur Ruang dengan tingkat ketelitian 1:25.000 sebagaimana tercantum
dalam Lampiran I yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 23 -

Bagian Kedua
Sistem Pusat Pelayanan Kota

Pasal 16
(1) Rencana sistem pusat pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
ayat (1) huruf a meliputi:
a. PPK;
b. SPK; dan
c. PL.
(2) Rencana sistem PPK digambarkan dalam Peta Rencana Sistem Pusat
Pelayanan dengan tingkat ketelitian 1:25.000 sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) pada
setiap wilayah Kecamatan di Kota Tangerang Selatan diatur dengan
Peraturan Daerah tersendiri paling lama 36 (tiga puluh enam) bulan sejak
penetapan RTRW Kota Tangerang Selatan.

Pasal 17
PPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf a meliputi :
a. PPK I sebagai pusat pemerintahan, pelayanan umum, perdagangan dan jasa
skala pelayanan regional dan perumahan kepadatan tinggi diarahkan di
Kecamatan Ciputat;
b. PPK II memiliki fungsi sebagai kegiatan pemerintahan, pelayanan umum,
perdagangan dan jasa skala pelayanan regional dan nasional serta
perumahan kepadatan sedang diarahkan di Kecamatan Serpong; dan
c. PPK III memiliki fungsi sebagai kegiatan pelayanan umum, perdagangan dan
jasa skala pelayanan regional dan nasional serta perumahan kepadatan
tinggi diarahkan di Kecamatan Pondok Aren.

Pasal 18
SPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf b meliputi :
a. SPK I memiliki fungsi sebagai pelayanan umum, perdagangan dan jasa, dan
perumahan kepadatan sedang diarahkan di Kecamatan Serpong Utara;

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 24 -

b. SPK II memiliki fungsi sebagai perkantoran pemerintahan, dan perumahan


kepadatan sedang diarahkan di Kecamatan Setu;
c. SPK III memiliki fungsi sebagai kegiatan pelayanan umum, dan perumahan
kepadatan tinggi diarahkan di Kecamatan Ciputat Timur; dan
d. SPK IV memiliki fungsi sebagai kegiatan pelayanan umum, perdagangan dan
jasa dan perumahan kepadatan tinggi diarahkan di Kecamatan Pamulang.

Pasal 19
PL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf c meliputi :
a. PL memiliki fungsi sebagai kegiatan ekonomi ditetapkan di :
1. Kelurahan Pondok Jagung, Kelurahan Paku Alam, Kelurahan Jelupang,
dan Kelurahan Lengkong Karya pada Kecamatan Serpong Utara; dan
2. Kelurahan Muncul dan Kelurahan Setu, Kecamatan Setu.
b. PL memiliki fungsi sebagai kegiatan pendidikan ditetapkan di :
1. Kelurahan Pondok Aren, Kelurahan Pondok Jaya, Kelurahan
Jurangmangu Timur, Kelurahan Jurangmangu Barat, Kelurahan
Pondok Karya, Kelurahan Parigi Baru, Kelurahan Parigi di Kecamatan
Pondok Aren;
2. Kelurahan Cempaka Putih, Kecamatan Ciputat Timur;
3. Kelurahan Ciputat dan Kelurahan Pisangan, Kecamatan Ciputat;
4. Kelurahan Pamulang Barat dan Kelurahan Pondok Benda, Kecamatan
Pamulang; dan
5. Kelurahan Rawa Buntu, Kelurahan Serpong, dan Kelurahan Rawa
Mekar Jaya, Kecamatan Serpong.
c. PL kegiatan perdagangan, jasa dan pendidikan terletak di Kelurahan
Pamulang Barat dan Kelurahan Pondok Benda, Kecamatan Pamulang;
d. PL kegiatan perdagangan, jasa dan pendidikan terletak di sekitar Kelurahan
Ciputat dan Kelurahan Pisangan, Kecamatan Ciputat;
e. PL kegiatan perdagangan, jasa dan pendidikan terletak di Kelurahan Rawa
Buntu, Kelurahan Serpong, Kelurahan Rawa Mekar Jaya, Kecamatan
Serpong; dan
f. PL kegiatan ekonomi lokal terletak di lokasi pertigaan Puspiptek hingga
perempatan Muncul, Kelurahan Muncul dan Kelurahan Setu, Kecamatan
Setu.

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 25 -

Bagian Ketiga
Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Kota

Pasal 20
(1) Rencana sistem jaringan prasarana wilayah kota sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 ayat (1) huruf b meliputi :
a. rencana sistem prasarana utama; dan
b. rencana sistem prasarana lainnya.
(2) Rencana sistem prasarana utama wilayah kota sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a meliputi :
a. rencana sistem jaringan transportasi darat;
b. rencana sistem jaringan transportasi perkereta apian; dan
c. rencana sistem jaringan transportasi udara.
(3) Rencana sistem prasarana lainnya wilayah kota sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b meliputi :
a. rencana sistem jaringan prasarana energi/kelistrikan;
b. rencana sistem jaringan prasarana telekomunikasi;
c. rencana sistem jaringan prasarana sumber daya air; dan
d. rencana infrastruktur perkotaan.

Paragraf 1
Rencana Pengembangan Sistem Prasarana Utama

Pasal 21
(1) Rencana sistem jaringan transportasi darat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 20 ayat (2) huruf a meliputi :
a. jaringan jalan;
b. jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan; dan
c. jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan.
(2) Rencana sistem jaringan transportasi darat dan jaringan jalan digambarkan
dalam Peta Rencana Sistem Jaringan Transportasi Darat dan jaringan jalan
dengan tingkat ketelitian 1:25.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran
III.a dan Lampiran III.b yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 26 -

Pasal 22
(1) Sistem pengembangan jaringan jalan sebagimana dimaksud dalam Pasal 21
ayat (1) huruf a meliputi :
a. jaringan jalan tol;
b. jaringan jalan arteri sekunder dan kolektor sekunder;
c. jaringan jalan lokal; dan
d. jaringan jalan lingkungan sekunder.
(2) Jaringan jalan tol sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. ruas Jalan Tol Serpong – Pondok Aren- Pondok Indah (JORR I) dengan
ROW 60 (enam puluh) meter;
b. rencana Jalan Tol JORR II ruas Kunciran - Serpong dengan ROW 60
(enam puluh) meter;
c. rencana Jalan Tol JORR II ruas Serpong – Cinere dengan ROW 60
(enam puluh) meter; dan
d. rencana Jalan Tol ruas Serpong - Balaraja dengan ROW 60 (enam
puluh) meter.
(3) Jaringan jalan arteri sekunder sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi :
a. Jalan Moch.Toha dengan ROW 32 (tiga puluh dua) meter;
b. Jalan R.E. Martadinata dengan ROW 32 (tiga puluh dua) meter;
c. Jalan Dewi Sartika dengan ROW 32 (tiga puluh dua) meter; dan
d. Jalan Ir. Juanda dengan ROW 32 (tiga puluh dua) meter.
(4) Jaringan jalan kolektor sekunder sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b meliputi :
a. Jalan Serpong Raya;
b. Jalan WR. Supratman;
c. Jalan Otto Iskandar Dinata;
d. Jalan Pondok Aren Raya;
e. Jalan Bukit Indah;
f. Jalan Tanah Merah Wetan;
g. Jalan Purnawarman;
h. Jalan Pondok Jaya;
i. Jalan Lengkong Gudang;
j. Jalan Buaran;

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 27 -

k. Jalan Benda Raya;


l. Jalan Cireudeu Raya;
m. Jalan Surya Kencana;
n. Jalan Pamulang Permai Barat I;
o. Jalan Pondok Cabe Raya;
p. Jalan Sukadamai;
q. Jalan Jombang Raya;
r. Jalan Al-Amanah;
s. Jalan Kp. Kelapa;
t. Jalan Ds. Buaran;
u. Jalan Kp. Jelupang;
v. Jalan Bhayangkara;
w. Jalan RM. Mansyur;
x. Jalan Pondok Jagung;
y. Jalan Parakan (Pondok Benda);
z. Jalan Pahlawan (Rempoa);
aa. Jalan Serua Raya;
bb. Jalan Aria Putra;
cc. Jalan Jombang jaya;
dd. Jalan Puspiptek;
ee. Jalan Raya Parigi;
ff. Jalan Pahlawan Seribu;
gg. Jalan Siliwangi;
hh. Jalan Padjajaran;
ii. Jalan Tegal Rotan;
jj. Jalan Cendrawasih;
kk. Jalan Pondok Betung Raya;
ll. Jalan Kyai Haji Wahid Hasyim;
mm. Jalan Parigi Utama; dan
nn. Jalan Regensi Raya.
(5) Pengembangan dan optimalisasi jaringan jalan terdiri atas :
a. pengembangan jalan strategis meliputi : Jalan Otista – Jalan
Padjajaran – Jalan Pamulang Raya – Jalan Siliwangi – Jalan
Puspiptek – Jalan Raya Serpong – Jalan Tekno Widya – Jalan Buaran
– Rawa buntu – Jalan Kapten Subianto – Jalan Raya Serpong;

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 28 -

b. rencana pembangunan jalan meliputi :


1. pengembangan jaringan jalan lingkar kota meliputi Jalan Raya
Serpong – Jalan Kapten Soebiyanto – Jalan Buaran Rawa Buntu –
Jalan Tekno Widya – Jalan Raya Serpong - Jalan Raya Puspiptek –
Jalan Siliwangi/Pamulang Raya - Jalan Padjajaran – Jalan Otto
Iskandardinata – Jalan Dewi Sartika – Jalan Ir. H. Juanda – Jalan
WR Supratman – Jalan Bintaro Utama – Boulevard Bintaro –
Graha Bintaro – Jalan Bhayangkara – Boulevard Alam Sutera –
Jalan Raya Serpong;
2. pengembangan jalan poros kota meliputi :
a) jalan poros Utara – Selatan meliputi jalan Raden Patah –
Jalan Jombang Raya - Jalan Aria Putra – Jalan Ciater
Sukamulya – Jalan Mujahir - Jalan Beringin – Jalan
Siliwangi/Pamulang Raya - Jalan Surya Kencana - Jalan Setia
Budi - Jalan Mohamad Toha (Batas Bogor); dan
b) jalan poros Timur – Barat meliputi Jalan Pulau Air (batas Kota
Depok) – Jalan Pondok Cabe 5 - Jalan Pondok Cabe Raya -
Jalan Bukit Cirendeu - Jalan Purnawarman - Jalan
Kertamukti - Jalan Wr. Supratman - Jalan Kompas
Menjangan - Jalan Merpati - Jalan Aria Putera - Jalan Serua
Raya - Jalan Ciater Raya - Jalan Letnan Sutopo - Jalan BSD
Arteri Barat - Batas Kabupaten Tangerang.
c. pengembangan rencana simpang tidak sebidang meliputi :
1. simpang ruas Jalan Raya Serpong/Jalan Kapten Soebiyanto
(German Center); Jalan Raya Serpong (Alam Sutera); dan Jalan
Raya Serpong (Pasar Serpong);
2. simpang ruas jalan RE Martadinata (Gaplek);
3. simpang jalan Letnan Sutopo (Polsek Serpong); dan
4. simpang Jombang (Sudimara); dan simpang Pondok Ranji.
d. penataan perempatan persimpangan jalan dalam wilayah kota;
e. sistem jaringan jalan arteri dan kolektor didesain dan dapat
difungsikan sebagai jalur angkutan umum massal; dan
f. persilangan dengan jalur kereta api diarahkan menjadi persilangan
tidak sebidang.

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 29 -

Pasal 23
(1) Jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf b meliputi terminal angkutan
penumpang.
(2) Terminal angkutan penumpang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi :
a. pengembangan terminal tipe A di Kecamatan Pamulang;
b. pengembangan terminal tipe B di Kecamatan Ciputat; dan
c. pengembangan terminal tipe C di Kecamatan Serpong, Kecamatan Setu,
dan Kecamatan Pondok Aren.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai rencana terminal penumpang Tipe C
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c dijelaskan lebih rinci dalam
Rencana Detail Tata Ruang.

Pasal 24
(1) Jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 ayat (1) huruf c meliputi :
a. pengembangan sistem angkutan massal berbasis jalan dalam kota
yang diarahkan sebagai moda angkutan umum pada jalan-jalan
utama yang memiliki nilai strategis; dan
b. pengembangan sistem angkutan massal berbasis jalan yang
terintegrasi dengan sistem angkutan umum massal
Jabodetabekpunjur.
(2) Pengembangan sistem angkutan massal berbasis jalan dalam kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi :
a. koridor Ciputat -Pamulang - Setu;
b. koridor Pamulang - Pondok Aren - Serpong;
c. koridor Ciputat - Pondok Aren;
d. koridor Ciputat - Serpong; dan
e. koridor yang menghubungkan antara koridor dalam kota.
(3) Pengembangan sistem angkutan massal berbasis jalan yang terintegrasi
dengan sistem angkutan umum massal Jabodetabekpunjur sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi :
a. koridor Serpong - Tangerang;

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 30 -

b. koridor Serpong - Bogor;


c. koridor Setu - Ciputat - Lebak Bulus;
d. koridor BSD - Ratu Plaza;
e. koridor BSD - Pasar Baru;
f. koridor BSD - Mangga Dua; dan
g. koridor Bintaro.

Pasal 25
(1) Rencana sistem jaringan perkeretaapian sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 20 ayat (2) huruf b meliputi :
a. jaringan jalur kereta api; dan
b. prasarana perkeretaapian berupa stasiun kereta api.
(2) Jaringan jalur kereta api sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi :
a. peningkatan jalur kereta api jalur ganda Serpong - Merak;
b. pengembangan jaringan jalur kereta api Serpong - Cikupa - Cikande -
Serang;
c. pengembangan jalur kereta api monorel/Sky Train Puspiptek -
Bandara Soekarno Hatta; dan
d. pengembangan prasarana dan sarana baru jaringan kereta api intra
kota yang menghubungkan antar pusat pelayanan.
(3) Prasarana perkeretaapian berupa stasiun kereta api sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi :
a. pengembangan stasiun kereta api eksisting meliputi:
1. stasiun Serpong di Kelurahan Serpong, Kecamatan Serpong;
2. stasiun Rawa Buntu di Kelurahan Rawa Buntu Kecamatan
Serpong;
3. stasiun Sudimara di Kelurahan Jombang Kecamatan Ciputat;
4. stasiun Jurangmangu di Kelurahan Sawah Baru Kecamatan
Ciputat; dan
5. stasiun Pondok Ranji di Kelurahan Pondok Ranji Kecamatan
Ciputat Timur.
b. pembangunan stasiun kereta api terpadu di Kecamatan Serpong,
Kecamatan Ciputat, Kecamatan Ciputat Timur dan Kecamatan Setu.

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 31 -

(4) Penyediaan fasilitas parkir kendaraan pribadi dengan konsep park and ride
untuk berpindah angkutan di stasiun.
(5) Rencana sistem jaringan perkeretaapian digambarkan dalam Peta
Rencana Sistem Jaringan Perkeretaapian dengan tingkat ketelitian 1:25.000
sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 26
(1) Rencana Sistem jaringan transportasi udara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 20 ayat (2) huruf c meliputi :
a. tatanan kebandarudaraan; dan
b. ruang udara untuk penerbangan.
(2) Tatanan kebandarudaraan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a
meliputi Bandara Khusus Pondok Cabe yang berfungsi sebagai lokasi
pertahanan dan keamanan negara, penerbangan domestik dan perbaikan
pesawat yang ditetapkan di Kecamatan Pamulang.
(3) Ruang udara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berupa KKOP
yang meliputi Kecamatan Pamulang, Kecamatan Ciputat dan Kecamatan
Ciputat Timur sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan.
(4) Penataan dan pengendalian pemanfaatan ruang dalam KKOP berdasarkan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
(5) KKOP digambarkan dalam peta kawasan keselamatan operasi
penerbangan Kota Tangerang Selatan dengan tingkat ketelitian 1:25.000
sebagaimana tercantum dalam Lampiran V yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Paragraf 2
Rencana Pengembangan Sistem Prasarana Lainnya

Pasal 27
(1) Rencana Sistem jaringan prasarana energi/kelistrikan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3) huruf a diarahkan agar terjamin
keandalan dan kesinambungan penyediaannya.

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 32 -

(2) Sistem jaringan prasarana energi/kelistrikan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) terdiri atas :
a. jaringan pipa gas;
b. jaringan tenaga listrik; dan
c. penyediaan energi alternatif.
(3) Jaringan pipa gas bumi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
terdiri atas :
a. pengembangan rencana wilayah jaringan distribusi kota sesuai
dengan Rencana Induk Jaringan Transmisi dan Distribusi Gas Bumi
Nasional di Kecamatan Pamulang, Kecamatan Ciputat, Kecamatan
Serpong, dan Kecamatan Serpong Utara; dan
b. pengembangan pelayanan energi gas untuk transportasi melalui
pengadaan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBBG) pada jalan-
jalan arteri dan kolektor.
(4) Jaringan tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b terdiri
atas :
a. pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik meliputi :
1. jaringan transmisi SUTET 500 (lima ratus) kilovolt yang melintasi
Kecamatan Setu;
2. pengembangan jaringan SUTT 150 (seratus lima puluh) kilovolt
yang melintasi Kecamatan Pamulang, Kecamatan Ciputat,
Kecamatan Serpong, Kecamatan Serpong Utara, Kecamatan
Pondok Aren, Kecamatan Setu dan Kecamatan Ciputat Timur;
3. gardu induk 150 (seratus lima puluh) kilovolt yang berada
Kecamatan Serpong, Kecamatan Setu, Kecamatan Ciputat Timur
dan Kecamatan Pondok Aren; dan
4. pengadaan gardu distribusi di seluruh wilayah kota.
b. kebutuhan listrik sampai akhir tahun rencana sebesar kurang lebih
1.426.701 (satu juta empat ratus dua puluh enam ribu tujuh ratus
satu) kilowatt atau sekitar 1.426,7 (seribu empat ratus dua puluh enam
koma tujuh) megawatt; dan
c. pengembangan jaringan transmisi bawah tanah di Kecamatan
Pamulang, Kecamatan Ciputat, Kecamatan Pondok Aren, Kecamatan
Ciputat Timur, Kecamatan Serpong dan Kecamatan Setu.

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 33 -

(5) Pemerataan pelayanan penerangan jalan umum pada seluruh


lingkungan permukiman dan peningkatan kualitas penerangan jalan
umum pada jalan protokol, jalan penghubung, taman serta pusat aktifitas
masyarakat.
(6) Penyediaan sumber energi alternatif sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf c meliputi :
a. penyediaan energi listrik alternatif yang berwawasan lingkungan
terutama untuk bangunan dengan kebutuhan energi listrik yang besar,
memanfaatkan tenaga surya dan angin; dan
b. penyediaan sumber energi baru biogas yang terdapat di Kecamatan
Setu dan Kecamatan Serpong.
(7) Penyediaan dan pemanfaatan jaringan tenaga listrik sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b diatur lebih lanjut oleh penyelenggara
kelistrikan.
(8) Rencana sistem jaringan energi dijelaskan lebih rinci dalam Peta Rencana
Sistem Jaringan Energi tingkat ketelitian 1:25.000 sebagaimana tercantum
dalam Lampiran VI yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.

Paragraf 3
Pasal 28
(1) Rencana sistem jaringan prasarana telekomunikasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 20 ayat (3) huruf b, melalui pengembangan jaringan
telekomunikasi.
(2) Pengembangan sistem telekomunikasi sebagaimana tercantum pada ayat (1)
meliputi sistem kabel/fiber optic dan sistem nirkabel yang menjangkau
seluruh wilayah Kota.
(3) Pengembangan dan pemerataan jaringan telepon kabel yang menjangkau
seluruh wilayah kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi
pengembangan jaringan telekomunikasi bawah tanah untuk menjaga dan
meningkatkan kualitas ruang kota.

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 34 -

(4) Pengembangan dan pemerataan jaringan telepon nirkabel yang menjangkau


seluruh wilayah kota berupa telepon seluler sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), meliputi :
a. penguatan signal jaringan Global System for Mobile (GSM) dan Code
Division Multiple Access (CDMA); dan
b. pengembangan dan penataan menara Base Transceiver Station (BTS)
secara terpadu di wilayah Kota.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengembangan dan penataan menara Base
Transceiver Station (BTS) sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b
diatur dengan Peraturan Walikota.
(6) Ketentuan penggunaan frekuensi pemancar radio untuk menjamin
kelancaran dan keamanan arus penerbangan ditetapkan sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
(7) Rencana sistem jaringan telekomunikasi dijelaskan lebih rinci dalam Peta
Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi dengan tingkat ketelitian
1:25.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran VII yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 29
(1) Rencana Sistem jaringan sumber daya air kota sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 20 ayat (3) huruf c diarahkan pada konservasi sumberdaya
air, pendayagunaan sumberdaya air, dan pengendalian daya rusak air
meliputi :
a. WS;
b. CAT;
c. situ;
d. sistem jaringan air baku untuk air minum;
e. sistem pengendali banjir; dan
f. sistem pengendali rawan longsor.
(2) WS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. WS Ciliwung-Cisadane kewenangan Pemerintah Pusat; dan
b. DAS pada Kota Tangerang Selatan yang terletak pada WS Ciliwung-
Cisadane meliputi :
1. DAS Angke;

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 35 -

2. DAS Pesanggrahan; dan


3. DAS Cisadane.
(3) CAT sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah CAT Jakarta
yang merupakan CAT lintas Provinsi.
(4) Situ sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi :
a. Situ Legoso/Situ Kuru seluas kurang lebih 4 (empat) hektar di
kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur;
b. Situ Pamulang seluas kurang lebih 25,32 (dua puluh lima koma tiga
dua) hektar di Kelurahan Benda Barat, Kelurahan Cipayung,
Kelurahan Ciputat Kecamatan Ciputat, Kelurahan Pamulang Barat
Kecamatan Pamulang;
c. Situ Bungur seluas kurang lebih 3,25 (tiga koma dua lima) hektar di
Kecamatan Ciputat Timur;
d. Situ Rompong seluas kurang lebih 1,74 (satu koma tujuh empat)
hektar di Kecamatan Ciputat Timur;
e. Situ Parigi seluas kurang lebih 5,25 (lima koma dua lima) hektar di
Kecamatan Pondok Aren;
f. Situ Ciledug seluas kurang lebih 31,44 (tiga puluh satu koma empat
empat) hektar di Kecamatan Pamulang;
g. Situ Kayu Antap seluas kurang lebih 1,63 (satu koma enam tiga)
hektar di Kelurahan Cempaka Putih dan Rempoa, Kecamatan Ciputat
Timur;
h. Situ Pondok Jagung/Rawa Kutup seluas kurang lebih 7,95 (tujuh
koma sembilan lima) hektar di Kecamatan Serpong Utara; dan
i. Situ Gintung seluas kurang lebih 21,49 (dua puluh satu koma empat
sembilan) hektar di Kecamatan Ciputat Timur.
(5) Sistem jaringan air baku untuk air minum sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf d meliputi Sungai Cisadane, Kali Angke, Sungai
Pasanggrahan dan situ yang berada di Kota Tangerang Selatan dan
pemanfaatan sistem pelayanan air baku dilakukan melalui instalasi
pengolahan air di Kecamatan Setu, Kecamatan Serpong Utara, Kecamatan
Pamulang dan Kecamatan Ciputat Timur dengan kapasitas kurang lebih
6.000 (enam ribu) meter kubik perdetik;

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 36 -

(6) Rencana sistem pengendalian banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf e berada di sekitar Kali Angke, Kali Serua, Kali Ciputat, Kali Kedaung,
dan Kali Pesanggrahan melalui :
a. pengembangan jalur hijau di sepanjang sungai, kali dan situ;
b. pengendalian banjir jangka panjang dengan pengerukan dan
normalisasi kali, dan saluran pembuang;
c. penetapan badan air berupa saluran dan sungai sesuai peruntukannya;
d. rehabilitasi saluran drainase dengan memperbesar saluran drainase
serta membongkar dan/atau mengganti utilitas yang dapat
mengganggu sistem drainase;
e. penataan dan/atau pelebaran sungai, kali dan saluran pembuang;
f. penurapan dan pompanisasi sungai, kali, dan saluran pembuang;
g. rehabilitasi saluran drainase dengan memperbesar saluran drainase
serta membongkar dan/atau mengganti utilitas yang dapat
mengganggu sistem drainase;
h. pembuatan polder dan/atau tandon air dan/atau kolam resapan dan
sumur resapan di seluruh wilayah kota; dan
i. penyediaan sumur resapan.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyediaan sumur resapan sebagaimana
dimaksud pada ayat (6) huruf i diatur dengan Peraturan Walikota.
(8) Rencana sistem pengendalian rawan longsor sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf f berada di sekitar Situ Sasak atau Situ Pamulang Kecamatan
Pamulang, Situ Tujuh Muara atau Ciledug Kecamatan Pamulang dan Situ
Parigi Kecamatan Pondok Aren antara lain :
a. normalisasi dan/atau pengerukan situ;
b. penurapan dan pompanisasi situ;
c. mencegah pembangunan di bantaran situ; dan
d. pembatasan budi daya ikan di wilayah situ.

Pasal 30
Rencana infrastruktur perkotaan sebagaimana tercantum dalam Pasal 20 ayat
(3) huruf d meliputi :
a. sistem penyediaan air minum;
b. sistem pengelolaan air limbah;

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 37 -

c. sistem persampahan;
d. sistem drainase;
e. penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan
kaki;
f. penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan jalur sepeda;
g. jalur evakuasi bencana;
h. sistem proteksi kebakaran; dan
i. sistem perparkiran.

Pasal 31
(1) Sistem penyediaan air minum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30
huruf a meliputi :
a. jaringan perpipaan; dan
b. jaringan non-perpipaan.
(2) Jaringan perpipaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi :
a. pengembangan penyediaan air minum dilakukan untuk memenuhi
cakupan pelayanan minimal 50 (lima puluh) persen dari seluruh
jumlah penduduk;
b. pengembangan unit air baku yang memanfaatkan air permukaan
bersumber sungai, situ, dan tandon, meliputi Sungai Cisadane, Kali
Angke, Kali Pesanggrahan dan Situ Pondok Jagung di Kecamatan
Serpong Utara, Situ Gintung di Kecamatan Ciputat Timur, Situ
Pamulang di Kecamatan Pamulang, dan Situ Ciledug di Kecamatan
Pamulang;
c. pengembangan sistem penyediaan air minum dilakukan menurut SPK
terdiri atas :
1. SPK I meliputi Kecamatan Serpong dan Kecamatan Serpong Utara;
2. SPK II meliputi Kecamatan Pondok Aren;
3. SPK III meliputi Kecamatan Ciputat, Kecamatan Ciputat Timur,
dan Kecamatan Pamulang; dan
4. SPK IV, adalah Kecamatan Setu.

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 38 -

d. pengembangan sistem penyediaan air minum sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) huruf c terdiri atas jaringan distribusi
primer, jaringan distribusi sekunder dan jaringan retikulasi yang
pengembangannya diintegrasikan dengan sistem jaringan jalan dan
saluran; dan
e. pengembangan unit pelayanan dilakukan dengan
mempertimbangkan optimasi ruang, efisiensi dan efektifitas
pelayanan.
(3) Jaringan non-perpipaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi :
a. sistem penyediaan air minum jaringan non-perpipaan hanya
dilakukan pada wilayah yang belum terlayani oleh Sistem Penyediaan
Air Minum (SPAM) perpipaan;
b. sistem penyediaan air minum jaringan non-perpipaan dilakukan
dalam bentuk individual, komunal, dan komunal khusus;
c. sistem penyediaan air minum jaringan non-perpipaan berbentuk
individual, komunal, dan komunal khusus dilakukan dengan
mempertimbangkan optimasi spasial, efektifitas dan efisien; dan
d. penyediaan air minum diarahkan pada peningkatan pelayanan 80%
sampai akhir tahun 2031.
(4) Pengembangan sistem air minum meliputi :
a. peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha (swasta) dalam
penyelenggaraan sistem air minum; dan
b. peningkatan kerjasama dengan daerah sekitarnya terkait rencana
pengembangan pelayanan maupun sumber air bakunya.
(5) Rencana sistem penyediaan air minum dijelaskan lebih rinci dalam Peta
Sistem penyediaan air minum dengan tingkat ketelitian 1:25.000
sebagaimana tercantum dalam Lampiran VIII yang merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 32
(1) Sistem pengelolaan air limbah sebagaimana dimaksud Pasal 30 huruf b
meliputi :
a. sistem pengelolaan limbah terpusat;

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 39 -

b. sistem pengelolaan limbah setempat;


c. sistem pengelolaan limbah komunal berbasis masyarakat; dan
d. sistem pengelolaan limbah cair lainnya.
(2) Sistem pengelolaan limbah terpusat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a dengan menggunakan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
meliputi seluruh wilayah kota.
(3) Sistem pengelolaan limbah setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, dilakukan secara individual dengan tangki septik tersebar di
seluruh wilayah kota.
(4) Sistem pengelolaan limbah komunal berbasis masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi :
a. Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Cipeucang;
b. pembangunan IPLT baru; dan
c. pengembangan jaringan air limbah komunal di kawasan perumahan
skala besar.
(5) Sistem pengelolaan limbah cair lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf d meliputi kegiatan rumah sakit, industri, hotel dan limbah
domestik dari kegiatan/dan atau usaha seperti mall, apartemen, restoran
sesuai dengan baku mutu air limbah dengan pengolahan IPAL setempat
melalui prinsip teknologi ramah lingkungan.
(6) Rencana sistem pengelolaan air limbah dijelaskan lebih rinci dalam Peta
Rencana Sistem Pengelolaan Air Limbah dengan tingkat ketelitian 1:25.000
sebagaimana tercantum dalam Lampiran IX yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 33
(1) Rencana sistem persampahan sebagaimana dimaksud Pasal 30 huruf c,
dilakukan dengan konsep mengurangi, mendaur ulang dan menggunakan
kembali atau disebut konsep mengurangi (reduce), menggunakan kembali
(reuse), mendaur ulang (recycle), dan memulihkan (recovery).
(2) Peningkatan akses pelayanan pengelolaan persampahan hingga mencapai
cakupan minimal 80 (delapan puluh) persen dari seluruh jumlah penduduk.

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 40 -

(3) Upaya reduksi timbulan sampah dilaksanakan melalui :


a. penetapan target pengurangan sampah secara bertahap dalam jangka
waktu tertentu;
b. penerapan teknologi yang ramah lingkungan;
c. kegiatan menggunakan kembali dan mendaur ulang; dan
d. memfasilitasi pemasaran produk-produk daur ulang.
(4) Mengoptimalkan pemanfaatan tempat pemrosesan akhir Cipeucang dengan
luas minimal 10 (sepuluh) hektar dengan inovasi teknologi yang tepat guna
dan berwawasan lingkungan.
(5) Pengadaan lokasi TPST pada setiap Kelurahan;
(6) Kandungan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dengan teknologi dan
metode pemrosesan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-
undangan.
(7) Mengembangkan konsep TPA Sampah Kota menggunakan sistem
pengurugan berlapis bersih (sanitary landfill); dan
(8) Rencana sistem persampahan dijelaskan lebih rinci dalam Peta Rencana
Sistem Persampahan dengan tingkat ketelitian 1:25.000 sebagaimana
tercantum dalam Lampiran X yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 34
(1) Sistem drainase sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 huruf d meliputi :
a. penataan kembali sempadan sungai dan situ sejalan dengan
penataan sungai dan situ menurut fungsinya sebagai pengendali
banjir, drainase, dan penggelontor;
b. pembangunan, peningkatan dan pengembangan fungsi situ, tandon
air, kolam resapan dan sumur resapan sebagai lokasi tempat
penampungan air terutama di bagian hulu dan daerah cekungan
secara terbatas dan lahan terbuka;
c. pengembangan drainase diarahkan sebagai saluran air hujan yang
merupakan saluran drainase utama sungai, drainase lingkungan,
dan drainase jalan;

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 41 -

d. pembangunan polder dan/atau tandon dan/atau kolam dan sumur


resapan yang terintegrasi dengan sistem drainase lingkungan
perumahan dan pengembangan kawasan;
e. perbaikan bangunan air; dan
f. penghijauan bantaran sungai yang menjadi saluran pembuang.
(2) Strategi pengembangan sistem drainase kota meliputi:
a. sistem jaringan drainase kota terdiri atas jaringan drainase makro dan
mikro;
b. jaringan drainase makro sebagaimana dimaksud pada huruf a
merupakan bagian dari sistem pada masing-masing DPS di Kota; dan
c. jaringan drainase mikro sebagaimana dimaksud pada huruf a terdiri
dari drainase primer, sekunder, dan tersier yang ditetapkan dengan
menggunakan pendekatan DPS pada setiap Kecamatan di Kota.
(3) Rencana sistem drainase dijelaskan lebih rinci dalam Peta Rencana Sistem
Drainase dengan tingkat ketelitian 1:25.000 sebagaimana tercantum
dalam Lampiran XI yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.

Pasal 35
(1) Penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan
kaki sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 huruf e meliputi :
a. pedestrian;
b. penyeberangan sebidang berupa tempat penyeberangan yang
dinyatakan dengan marka;
c. jalan dan/atau rambu lalu lintas serta dapat didukung dengan lampu
lalu lintas; dan
d. penyeberangan tidak sebidang berupa jembatan penyeberangan dan
penyeberangan bawah tanah.
(2) Rencana pengembangan jalur pedestrian yang baru di setiap jalan selain
jalan tol meliputi :
a. penyediaan lahan bagi jalur pedestrian;
b. penyediaan lahan bagi jalur pedestrian yang baru dapat dilakukan
bersamaan dengan rencana peningkatan jalan yang telah disusun oleh
Pemerintah Kota;

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 42 -

c. penyediaan penyeberangan sebidang ditempatkan pada kaki


persimpangan yang dikendalikan dengan lampu lalu lintas atau tanpa
lampu lalu lintas serta pada ruas jalan yang memiliki tingkat
penyeberang jalan yang tinggi;
d. penyediaan penyeberangan tidak sebidang ditempatkan pada lokasi
rawan kecelakaan bagi pejalan kaki, lokasi dengan volume arus lalu
lintas dan pejalan kaki yang menyeberang tinggi serta lokasi
penyeberangan sebidang yang tersedia sudah mengganggu lalu lintas
yang ada; dan
e. penyediaan jalur pejalan kaki sebagaimana dimaksud pada huruf a,
huruf b, huruf c, dan huruf d tetap mempertimbangkan segi
keselamatan, keamanan, kenyamanan dan kelancaran dengan
memperhatikan bagi penyandang cacat serta terintegrasi dengan
sistem transportasi lainnya.
(3) Rencana pengembangan prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan kaki
dijelaskan lebih rinci dalam Peta Rencana Penyediaan Prasarana dan
Sarana Jaringan Jalan Pejalan Kaki dengan tingkat ketelitian 1:25.000
sebagaimana tercantum dalam Lampiran XII yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 36
(1) Penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan jalur sepeda
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 huruf f meliputi :
a. koridor primer meliputi ruas jalan di arteri sekunder dan kolektor
sekunder; dan
b. penyediaan jalur sepeda tetap mempertimbangkan segi keselamatan,
keamanan, kenyamanan dan kelancaran dengan memperhatikan bagi
penyandang cacat serta terintegrasi dengan sistem transportasi
lainnya.
(2) Rencana penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan
jalur sepeda dijelaskan lebih rinci dalam Peta Rencana Penyediaan dan
Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Jalur Sepeda dengan tingkat
ketelitian 1:25.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran XIII yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 43 -

Pasal 37
(1) Jalur evakuasi bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 huruf g,
bertujuan untuk menyediakan ruang yang dapat dipergunakan sebagai
tempat keselamatan dan ruang untuk berlindung jika terjadi bencana.
(2) Jenis rawan bencana yang potensial terjadi di Kota Tangerang Selatan
meliputi bencana alam banjir, longsor, gempa bumi, puting beliung, ledakan
pipa gas, bencana biologi/kimia dan radiasi nuklir.
(3) Jalur evakuasi bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
escape way dan melting point.
(4) Jalan yang ditetapkan sebagai escape way sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) meliputi jalan lingkungan dan jalan kolektor di sekitar wilayah
rawan bencana yang mengarah ke tempat penampungan terdiri atas :
a. Jalan Puspiptek menuju ruang evakuasi bencana kawasan puspiptek;
b. Jalan Ir. H. Juanda menuju ruang evakuasi bencana Stadion Mini
Ciputat, Universitas Muhamadiyah dan Kantor Kecamatan Ciputat
Timur;
c. Jalan Siliwangi sampai Jalan Pamulang Raya menuju ruang evakuasi
bencana Kantor Kecamatan Pamulang;
d. Jalan Pahlawan Seribu dan ruas jalan serpong raya menuju ruang
evakuasi bencana Lapangan Bola Cilenggang; dan
e. Jalan di sekitar alun-alun Kecamatan Pondok Aren menuju ruang
evakuasi bencana alun-alun Kecamatan Pondok Aren.
(5) Rencana jalur evakuasi bencana dijelaskan lebih rinci dalam Peta Rencana
Jalur Evakuasi Bencana dengan tingkat ketelitian 1:25.000 sebagaimana
tercantum dalam Lampiran XIV yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 38
(1) Sistem proteksi kebakaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 huruf
h, dimaksudkan untuk mencegah dan menanggulangi kebakaran dalam
lingkup kota, lingkungan, dan bangunan yang disepakati oleh pemangku
kepentingan meliputi :
a. pencegahan kebakaran;
b. pemberdayaan peran masyarakat;

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 44 -

c. pemadam kebakaran; dan


d. penyelamatan jiwa dan harta benda.
(2) Sistem proteksi kebakaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan
diatur lebih lanjut dalam Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran Kota.

Pasal 39
Sistem perparkiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 huruf i meliputi :
a. penyediaan parkir di luar badan jalan, untuk kegiatan perdagangan dan
jasa, perkantoran, industri dan pergudangan dan kegiatan pelayanan umum
meliputi area parkir, taman parkir dan gedung parkir;
b. pembatasan dan penataan parkir pada jalan/on street;
c. penyediaan fasilitas parkir kendaraan pribadi dengan konsep park and ride
untuk berpindah angkutan di terminal dan di stasiun; dan
d. jumlah minimal parkir yang harus disediakan pada setiap jenis kegiatan
yang menimbulkan bangkitan perjalanan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.

BAB IV
RENCANA POLA RUANG WILAYAH KOTA

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 40
(1) Rencana Pola Ruang Wilayah Kota, diwujudkan melalui :
a. rencana pengembangan Kawasan Lindung; dan
b. rencana pengembangan Kawasan Budi Daya.
(2) Rencana Pola Ruang Wilayah Kota digambarkan dalam Peta Rencana
Pola Ruang dengan tingkat ketelitian 1:25.000 sebagaimana tercantum
dalam Lampiran XV yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedua
Rencana Pengembangan Kawasan Lindung

Pasal 41
Rencana pengembangan kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal
40 ayat (1) huruf a, meliputi :
a. kawasan perlindungan setempat;

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 45 -

b. RTH;
c. kawasan rawan bencana alam; dan
d. kawasan cagar budaya.

Pasal 42
(1) Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41
huruf a, meliputi kawasan sempadan sungai dan/atau kali dengan arahan
pengembangan meliputi :
a. kawasan sekitar sempadan sungai dan/atau kali dan/atau saluran
pembuang meliputi Sungai Cisadane;
b. kawasan sekitar sempadan situ yang ditetapkan sekurang-
kurangnya 50 (lima puluh) meter dari titik pasang tertinggi ke arah
darat; dan
c. kawasan cagar budaya kota meliputi bangunan rumah tradisional.
(2) Luas kawasan perlindungan setempat kurang lebih 161,9 (seratus enam
puluh satu koma sembilan) hektar.
(3) Rencana pengembangan kawasan perlindungan setempat meliputi :
a. mempertahankan fungsi sempadan sungai/kali dan mengendalikan
perkembangannya;
b. mengembalikan fungsi sempadan sungai/kali di seluruh wilayah kota
sebagai RTH secara bertahap;
c. merehabilitasi kawasan sempadan sungai/kali yang mengalami
penurunan fungsi; dan
d. pengembangan jalur khusus wisata yang menghubungkan antar
kawasan cagar budaya diatur dalam rencana induk pariwisata Kota.
(4) Rencana kawasan perlindungan setempat wilayah kota digambarkan
dalam Peta Rencana Kawasan Perlindungan Setempat dengan tingkat
ketelitian 1:25.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran XVI yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 43
(1) Penyediaan RTH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 huruf b untuk
mencapai luas minimal 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota,
dikembangkan RTH privat minimal 10 (sepuluh) persen dan RTH publik
sebesar 20 (dua puluh) persen dari luas wilayah kota.

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 46 -

(2) Penyediaan RTH privat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi
pekarangan rumah, perkantoran, pertokoan dan tempat usaha, kawasan
industri, fasilitas umum, pergudangan, taman atap bangunan, lapangan golf
dan RTH di dalam kawasan bandar udara khusus dengan luas kurang lebih
1.471,9 (seribu empat ratus tujuh puluh satu koma sembilan) hektar atau
10 (Sepuluh) persen dari 14.719 (empat belas ribu tujuh ratus sembilan
belas) hektar luas kota.
(3) Penyediaan RTH publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi luas
kurang lebih 2.930,13 (dua ribu sembilan ratus tiga puluh koma satu tiga)
hektar atau 20 (dua puluh) persen dari luas kota.
(4) RTH publik sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi :
a. RTH lapangan olahraga tersebar di seluruh Kecamatan;
b. RTH halaman bangunan pemerintahan terdiri atas halaman Gedung
Pusat Pemerintahan Kota, halaman perkantoran pemerintahan, dan
RTH halaman sekolah tersebar di seluruh Kecamatan;
c. RTH taman kota tersebar di seluruh Kecamatan;
d. RTH taman jalan tersebar di seluruh Kecamatan;
e. RTH pemakaman umum tersebar di seluruh Kecamatan;
f. RTH hutan kota di Kecamatan Setu;
g. RTH sempadan sungai/kali merupakan bagian dari sarana, prasarana
dan utilitas tersebar di seluruh Kecamatan;
h. RTH sempadan situ/embung/pond merupakan bagian dari sarana,
prasarana dan utilitas di Kecamatan Serpong, Kecamatan Serpong
Utara, Kecamatan Pamulang, Kecamatan Ciputat, Kecamatan Ciputat
Timur dan Kecamatan Pondok Aren;
i. RTH pengaman jalur kereta api merupakan bagian dari sarana,
prasarana dan utilitas di Kecamatan Serpong, Kecamatan Ciputat,
Kecamatan Ciputat Timur dan Kecamatan Pondok Aren;
j. RTH pengaman jalur pipa gas merupakan bagian dari sarana,
prasarana dan utilitas di Kecamatan Serpong Utara, Kecamatan
Serpong, Kecamatan Pamulang dan Kecamatan Ciputat; dan
k. R TH SUTT/SUTET merupakan bagian dari sarana, prasarana dan
utilitas tersebar di seluruh Kecamatan.

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 47 -

(5) Rencana penyediaan RTH wilayah kota digambarkan dalam Peta Rencana
Penyediaan RTH dengan tingkat ketelitian 1:25.000 sebagaimana tercantum
dalam Lampiran XVII yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.

Pasal 44
(1) Kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 huruf
c meliputi kawasan rawan bencana banjir, longsor, radiasi nuklir.
(2) Kawasan rawan bencana banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi :
a. Kecamatan Pondok Aren;
b. Kecamatan Ciputat Timur;
c. Kecamatan Ciputat;
d. Kecamatan Serpong;
e. Kecamatan Serpong Utara
f. Kecamatan Setu; dan
g. Kecamatan Pamulang.
(3) Kawasan rawan bencana longsor sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi :
a. Kecamatan Pamulang;
b. Kecamatan Setu;
c. Kecamatan Serpong; dan
d. Kecamatan Ciputat Timur.
(4) Kawasan radiasi nuklir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpusat di
kawasan Puspiptek pada Kecamatan Setu dengan sebaran radiasi meliputi
seluruh wilayah kota dan sekitarnya.
(5) Pengembangan kawasan evakuasi bencana bertujuan untuk memberikan
ruang terbuka yang aman dari bencana alam sebagai tempat berlindung dan
penampungan penduduk sementara dari suatu bencana alam meliputi :
a. ruang evakuasi bencana skala kota meliputi lapangan bola Cilenggang,
alun-alun Kecamatan Pondok Aren, lapangan kantor Kecamatan
Pamulang, lapangan kantor Kecamatan Ciputat Timur, kawasan
Puspiptek, Universitas Muhammadiyah dan stadion mini Ciputat; dan

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 48 -

b. ruang evakuasi bencana skala lingkungan tersebar diseluruh wilayah


kota.
(6) Kawasan rawan bencana dan ruang evakuasi digambarkan dalam Peta
Kawasan Rawan Bencana dan Ruang Evakuasi dengan tingkat ketelitian 1 :
25.000 sebagaimana tercantum dalam lampiran XVIII dan lampiran XIX
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 45
Kawasan cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 huruf d meliputi:
a. bangunan peristiwa Lengkong di Kecamatan Serpong;
b. tugu pernyataan rakyat Serpong di Kecamatan Setu; dan
c. rumah adat perpaduan budaya Cina dan Betawi di Kecamatan Ciputat.

Bagian Ketiga
Rencana Pengembangan Kawasan Budi Daya

Pasal 46
Rencana pengembangan kawasan budi daya sebagaimana dimaksud dalam Pasal
40 ayat (1) huruf b meliputi :
a. kawasan peruntukan perumahan;
b. kawasan peruntukan perdagangan dan jasa;
c. kawasan peruntukan perkantoran;
d. kawasan peruntukan industri;
e. kawasan peruntukan pariwisata;
f. kawasan RTNH;
g. kawasan ruang evakuasi bencana;
h. kawasan peruntukan ruang bagi kegiatan sektor informal; dan
i. kawasan peruntukan lainnya.

Pasal 47
Kawasan peruntukan perumahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 huruf a
direncanakan sebesar kurang lebih 7.610,67 (tujuh ribu enam ratus sepuluh
koma enam tujuh) hektar tersebar di seluruh wilayah kota terdiri atas
perumahan vertikal dan perumahan horizontal meliputi :
a. kawasan peruntukan perumahan kepadatan tinggi meliputi :
1. Kecamatan Pondok Aren;

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 49 -

2. Kecamatan Ciputat;
3. Kecamatan Ciputat Timur; dan
4. Kecamatan Pamulang.
b. kawasan peruntukan perumahan kepadatan sedang meliputi :
1. Kecamatan Serpong Utara;
2. Kecamatan Serpong; dan
3. Kecamatan Setu.

Pasal 48
(1) Rencana pengembangan kawasan peruntukan perdagangan dan jasa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 huruf b meliputi :
a. pasar tradisional;
b. pusat perbelanjaan; dan
c. toko modern.
(2) Pasar tradisional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi :
a. pasar Ciputat di Kecamatan Ciputat;
b. pasar Ciputat Permai di Kecamatan Ciputat;
c. pasar Jombang di Kecamatan Ciputat;
d. pasar Bintaro Sektor 2 di Kecamatan Ciputat Timur;
e. pasar Jengkol di Kecamatan Setu;
f. pasar Serpong di Kecamatan Serpong; dan
g. pasar Gedung Hijau di Kecamatan Serpong Utara.
(3) Pusat perbelanjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi :
a. pengembangan perdagangan skala regional kota berupa perdagangan
grosir dan pasar besar ditetapkan di Kecamatan Serpong, Kecamatan
Ciputat, Kecamatan Ciputat Timur, Kecamatan Pamulang dan
Kecamatan Pondok Aren; dan
b. pengembangan kawasan perdagangan berbentuk rumah toko di
sepanjang jalan arteri sekunder dan jalan kolektor sekunder.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penempatan Toko Modern sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c diatur dengan Peraturan Walikota.

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 50 -

Pasal 49
(1) Kawasan peruntukan perkantoran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46
huruf c meliputi kawasan peruntukan perkantoran pemerintahan dan
perkantoran swasta.
(2) Kawasan peruntukan perkantoran pemerintahan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditetapkan di :
a. Kecamatan Ciputat;
b. Kecamatan Setu;
c. Kecamatan Serpong;
d. kantor Kecamatan tersebar di setiap Kecamatan; dan
e. kantor Kelurahan tersebar di setiap Kelurahan.
(3) Kawasan peruntukan perkantoran swasta sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditetapkan di :
a. Kecamatan Pondok Aren;
b. Kecamatan Serpong;
c. Kecamatan Serpong Utara;
d. Kecamatan Ciputat; dan
e. Kecamatan Pamulang.

Pasal 50
(1) Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam 46 huruf d,
meliputi :
a. industri besar;
b. industri menengah; dan
c. industri kecil dan mikro.
(2) Kegiatan industri besar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
diarahkan pada optimalisasi industri eksisting yang tersebar di wilayah kota,
dengan ketentuan tidak menambah luasan lahan dan tidak menimbulkan
dampak negatif bagi lingkungan dan kawasan sekitarnya.
(3) Kegiatan industri menengah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dapat dikembangkan di Kecamatan Serpong Utara, Kecamatan Serpong,
Kecamatan Setu dan Kecamatan Ciputat dengan ketentuan kegiatan
industri tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan dan kawasan
sekitarnya.

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 51 -

(4) Kegiatan industri kecil dan mikro sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c dapat dikembangkan pada kawasan perumahan dengan ketentuan
kegiatan dilengkapi dengan sarana dan prasarana pengelolaan limbah dan
sampah untuk mengurangi timbulnya dampak negatif bagi lingkungan dan
kawasan sekitarnya.

Pasal 51
Pengembangan kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 46 huruf e, meliputi :
a. pengembangan wisata alam dan rekreasi diarahkan di Sungai Cisadane, Situ
Gintung, Situ Ciledug, Situ Pondok Jagung, taman kota dan hutan kota;
b. pengembangan wisata belanja diarahkan di Kecamatan Pondok Aren,
Kecamatan Serpong, dan Kecamatan Ciputat Timur; dan
c. pengembangan wisata kuliner di Kecamatan Serpong, Kecamatan Serpong
Utara dan Kecamatan Pondok Aren.

Pasal 52
Kawasan RTNH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 huruf f meliputi :
a. pelataran parkir stasiun Pondok Ranji di Kecamatan Ciputat Timur;
b. pelataran parkir stasiun Sudimara di Kecamatan Ciputat;
c. pelataran parkir stasiun Jurang Mangu di Kecamatan Pondok Aren;
d. pelataran parkir stasiun Rawa Buntu di Kecamatan Serpong;
e. pelataran parkir stasiun Serpong di Kecamatan Serpong;
f. pelataran parkir terminal Kecamatan Ciputat dan Kecamatan Pamulang;
g. pelataran parkir pusat perdagangan, perkantoran dan jasa tersebar di
seluruh Kecamatan; dan
h. pedestrian di seluruh Kecamatan.

Pasal 53
(1) Pengembangan kawasan evakuasi bencana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 46 huruf g bertujuan untuk memberikan ruang terbuka yang aman
dari bencana alam sebagai tempat berlindung dan penampungan penduduk
sementara dari suatu bencana alam meliputi :
a. ruang evakuasi bencana skala kota; dan

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 52 -

b. ruang evakuasi bencana skala lingkungan.


(2) Ruang evakuasi bencana skala kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a meliputi :
a. lapangan bola Cilenggang;
b. alun-alun Kecamatan Pondok Aren;
c. kantor Kecamatan Pamulang;
d. kantor Kecamatan Ciputat Timur;
e. kawasan Puspiptek;
f. Universitas Muhammadiyah; dan
g. stadion mini Ciputat.
(3) Ruang evakuasi bencana skala lingkungan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b meliputi :
a. lapangan Kecamatan Ciputat;
b. lapangan Kecamatan Serpong Utara;
c. lapangan Kecamatan Pondok Aren;
d. lapangan Kecamatan Ciputat;
e. lapangan Kecamatan Ciputat Timur;
f. lapangan Kecamatan Pamulang; dan
g. lapangan Kecamatan Setu.

Pasal 54
Pengembangan kawasan peruntukan kegiatan sektor informal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 46 huruf h meliputi :
a. pusat perdagangan Kecamatan Pamulang, Kecamatan Setu, Kecamatan
Ciputat, Kecamatan Ciputat Timur, dan Kecamatan Pondok Aren;
b. sektor 9 Kel pondok Pucung Kecamatan Pondok Aren;
c. kawasan stasiun yang berada di kota;
d. pasar delapan Kelurahan Pakulonan Kecamatan Serpong Utara;
e. pasar modern Kelurahan Rawa Mekar Jaya Kecamatan Serpong; dan
f. taman jajan Kelurahan Rawa Buntu Kecamatan Serpong.

Pasal 55
(1) Kawasan peruntukan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 huruf
i meliputi :
a. kawasan peruntukan pertanian;

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 53 -

b. kawasan peruntukan perikanan;


c. kawasan peruntukan pelayanan umum;
d. kawasan peruntukan pergudangan; dan
e. kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan negara.
(2) Kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a meliputi :
a. kawasan pertanian tanaman holtikultura dan kawasan peternakan.
b. kawasan pertanian tanaman holtikultura sebagaimana dimaksud pada
huruf a berada di Kecamatan di Kota; dan
c. kawasan peternakan sebagaimana dimaksud pada huruf a tidak berada
dalam kawasan perumahan/permukiman.
(3) Kawasan perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi
perikanan budi daya ditetapkan di seluruh wilayah kota.
(4) Kawasan peruntukan pelayanan umum berupa pendidikan, kesehatan, dan
peribadatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c ditetapkan di
seluruh wilayah kota.
(5) Kawasan peruntukan pergudangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d ditetapkan di Kecamatan Setu dan Kecamatan Serpong.
(6) Kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan negara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf e meliputi :
a. Komando Pendidikan dan Latihan (KODIKLAT) TNI di Kecamatan
Serpong dengan luas kurang lebih 50 (lima puluh) hektar;
b. Markas Batalyon Kavaleri 9 di Kecamatan Serpong Utara dengan luas
kurang lebih 20 (dua puluh) hektar;
c. Markas Batalyon Artileri Pertahanan Udara I (ARHANUDRI I), Rajawali
di Kecamatan Serpong Utara dengan luas kurang lebih 19 (sembilan
belas) hektar;
d. Pusat Penerbangan Angkatan Darat (PUSPENERBAD) di Kecamatan
Pamulang;
e. Pusat Pendidikan Lalu Lintas Polisi Republik Indonesia
(PUSDIKLANTAS POLRI) Kecamatan Serpong Utara;
f. Satuan Brimob Detasemen C Pelopor di Kecamatan Ciputat;

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 54 -

g. Komando Rayon Militer (KORAMIL) yang berada pada Kecamatan di


Kota; dan
h. Polisi Udara di Kecamatan Pamulang dengan luas kurang lebih 15 (lima
belas) hektar.

BAB V
PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KOTA

Pasal 56
(1) Kota Tangerang Selatan ditetapkan termasuk dalam Kawasan Strategis
Nasional Jabodetabekpunjur.
(2) Kota Tangerang Selatan ditetapkan termasuk kawasan strategis Provinsi
sebagai kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber
daya alam dan/atau teknologi tinggi di Puspiptek pada Kecamatan Setu.
(3) Penetapan Kawasan Strategis Kota meliputi :
a. kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi;
b. kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya; dan
c. kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup.

Pasal 57
(1) Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat (3) huruf a meliputi :
a. sepanjang Jalan Raya Serpong;
b. kawasan sekitar Central Bussiness District (CBD) Bumi Serpong Damai
Kecamatan Serpong;
c. kawasan sekitar CBD Bintaro Kecamatan Pondok Aren; dan
d. kawasan Alam Sutra Kecamatan Serpong Utara.
(2) Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 55 ayat (3) huruf b meliputi Kawasan Pusat
Pemerintah Kota di Kecamatan Ciputat.
(3) Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat (3) huruf c
meliputi Kawasan Situ Gintung.

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 55 -

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai rencana tata ruang kawasan strategis
diatur dengan Peraturan Daerah tersendiri paling lama 24 (dua puluh
empat) bulan sejak penetapan RTRW Kota Tangerang Selatan.
(5) Penetapan kawasan strategis digambarkan dalam peta dengan tingkat
ketelitian 1:25.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran XX yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

BAB VI
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KOTA

Bagian Kesatu
Arahan Pemanfaatan

Pasal 58
(1) Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Kota merupakan perwujudan rencana
struktur ruang, pola ruang, dan kawasan strategis kota.
(2) Arahan pemanfaatan ruang terdiri atas :
a. indikasi program utama;
b. indikasi sumber pendanaan;
c. indikasi pelaksana kegiatan; dan
d. waktu pelaksanaan.
(3) Indikasi program utama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
terdiri atas :
a. indikasi program utama perwujudan struktur ruang;
b. indikasi program utama perwujudan pola ruang; dan
c. indikasi program utama perwujudan kawasan strategis kota.
(4) Indikasi sumber pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
terdiri atas dana Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kota,
Swasta dan Masyarakat.
(5) Indikasi pelaksana kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c
terdiri atas Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kota, dan/atau
Masyarakat.
(6) Waktu pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d
terdiri atas 4 (empat) tahapan meliputi :
a. tahap pertama, pada periode tahun 2011;

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 56 -

b. tahap kedua, pada periode tahun 2016;


c. tahap ketiga, pada periode tahun 2021; dan
d. tahap keempat, pada periode tahun 2026.
(7) Rincian Indikasi program utama, indikasi sumber pendanaan, indikasi
pelaksana kegiatan, dan waktu pelaksanaan sebagaimana tercantum
dalam Lampiran XXI yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedua
Indikasi Program Utama Perwujudan Struktur Ruang

Pasal 59
(1) Indikasi program utama perwujudan struktur ruang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 58 ayat (3) huruf a meliputi indikasi program utama
perwujudan sistem pusat pelayanan kota dan infrastruktur serta
perwujudan sistem jaringan prasarana perkotaan.
(2) Indikasi program utama perwujudan sistem pusat kegiatan dan
infrastruktur serta sistem jaringan prasarana perkotaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi indikasi program utama perwujudan
sistem pusat pelayanan, jaringan transportasi, jaringan
energi/kelistrikan, jaringan telekomunikasi, jaringan sumber daya air,
penyediaan air minum, pengelolaan air limbah, pengelolaan sampah,
jaringan drainase, dan sistem proteksi kebakaran.

Pasal 60
(1) Indikasi program utama perwujudan struktur ruang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 58 ayat (1) pada tahap pertama diprioritaskan
pada:
a. perwujudan pusat pelayanan;
b. pengembangan jaringan transportasi meliputi pembangunan jalan
bebas hambatan, peningkatan jalan arteri, kolektor sekunder,
pembangunan jalan lingkar Kota, angkutan umum, dan
pembangunan kota;
c. pengembangan monorel/Sky Train Puspiptek – Bandara Soekarno
Hatta;

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 57 -

d. pengembangan kawasan parkir;


e. pengembangan jaringan energi listrik meliputi pembangkit tenaga
listrik, gardu induk, dan jaringan transmisi;
f. pengembangan jaringan telekomunikasi meliputi jaringan tetap dan
bergerak;
g. pengembangan prasarana air baku dan pelestarian sumber daya
air;
h. pengembangan jaringan air minum perpipaan dan/atau bukan
jaringan perpipaan;
i. pengembangan jaringan air limbah setempat dan pembangunan
IPAL;
j. pengembangan pengelolaan persampahan meliputi TPS, TPST dan
pengoperasian TPA;
k. pengembangan jaringan drainase makro dan mikro; dan
l. peningkatan fungsi rencana induk sistem proteksi kebakaran.
(2) Indikasi program utama perwujudan struktur ruang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 58 ayat (1) pada tahap kedua diprioritaskan pada :
a. pengembangan pusat pelayanan meliputi kawasan pertumbuhan
ekonomi, pusat perdagangan dan pemerintahan;
b. peningkatan jaringan transportasi meliputi peningkatan jalan arteri,
kolektor sekunder, jalan Lingkar Kota, angkutan umum, dan
pembangunan terminal;
c. pengembangan monorel/Sky Train Puspiptek - Bandara Soekarno
Hatta;
d. peningkatan dan pembangunan kawasan parkir;
e. peningkatan jaringan energi listrik meliputi pembangunan instalasi
baru dan pengoperasian kabel bawah tanah;
f. peningkatan jaringan telekomunikasi, meliputi pembangunan jaringan
telekomunikasi, peningkatan kualitas pelayanan, dan pembangunan
telekomunikasi;
g. peningkatan prasarana air baku dan pelestarian sumber daya air;
h. peningkatan jaringan air minum perpipaan meliputi kapasitas debit
air;

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 58 -

i. peningkatan sarana dan prasarana pengelolaan air limbah,


pengembangan saluran dan pipa utama saluran air limbah, dan
pembuatan instalasi pengelolaan setempat untuk kegiatan industri
dan rumah sakit;
j. pengoperasian TPA, rehabilitasi TPS, peningkatan pelayanan
persampahan, dan usaha reduksi melalui pengomposan, daur ulang,
dan pemilahan sampah;
k. pengingkatan jaringan drainase makro dan mikro meliputi
pembuatan saluran drainase tersier, dan normalisasi sungai; dan
l. pengembangan fungi rencana induk sistem proteksi kebakaran.
(3) Indikasi program utama perwujudan struktur ruang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 58 ayat (1) pada tahap ketiga diprioritaskan pada :
a. peningkatan fungsi pusat pelayanan meliputi kawasan pertumbuhan
ekonomi, pusat perdagangan, dan pemerintahan;
b. peningkatan jaringan transportasi meliputi peningkatan jalan arteri,
kolektor sekunder, Jalan Lingkar Kota, angkutan umum, dan
pembangunan terminal;
c. pengembangan monorel/Sky Train Puspiptek – Bandara Soekarno
Hatta;
d. pemantapan kawasan parkir;
e. pemantapan jaringan energi listrik meliputi pembangkit tenaga
listrik, gardsu induk, dan jaringan transmisi;
f. pemantapan jaringan telekomunikasi meliputi jaringan tetap dan
bergerak;
g. pemantapan prasarana air baku dan pelestarian sumber daya air;
h. pemantapan jaringan air minum perpipaan dan/atau bukan jaringan
perpipaan;
i. peningkatan sarana dan prasarana pengelolaan air limbah,
pengembangan saluran dan pipa utama saluran air limbah, dan
pembuatan instalasi pengelolaan setempat untuk kegiatan industri
dan rumah sakit;
j. pemantapan TPA, rehabilitasi TPS, peningkatan pelayanan
persampahan, dan usaha reduksi melalui pengomposan, daur ulang,
dan pemilahan sampah;

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 59 -

k. pemantapan jaringan drainase makro dan mikro meliputi


pembuatan saluran drainase tersier, dan normalisasi sungai; dan
l. pemantapan fungsi rencana induk sistem proteksi kebakaran.
(4) Indikasi program utama perwujudan struktur ruang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 58 ayat (1) pada tahap keempat diprioritaskan
pada:
a. pemantapan fungsi PPK;
b. pemantapan jaringan transportasi meliputi transportasi jalan, jalur
kereta api, dan stasiun kereta api;
c. pemantapan kawasan parkir;
d. pemantapan jaringan energi listrik meliputi pembangkit tenaga
listrik, gardu induk, dan jaringan transmisi;
e. pemantapan jaringan telekomunikasi meliputi jaringan tetap dan
bergerak;
f. pemantapan jaringan sumber daya air, dan jaringan sungai;
g. pemantapan jaringan air minum perpipaan dan/atau bukan jaringan
perpipaan;
h. pemantapan sarana dan prasarana pengelolaan air limbah,
pengembangan saluran dan pipa utama saluran air limbah, dan
pembuatan instalasi pengelolaan setempat untuk kegiatan industri
dan rumah sakit;
i. pematapan persampahan TPS, TPST dan TPA; dan
j. pemantapan jaringan drainase makro dan mikro meliputi perbaikan
sistem drainase, dan peningkatan kapasitas drainase mikro yang ada.

Bagian Ketiga
Indikasi Program Utama Perwujudan Pola Ruang

Pasal 61
(1) Indikasi program utama perwujudan pola ruang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 58 ayat (3) huruf b meliputi indikasi program untuk
perwujudan kawasan lindung dan perwujudan kawasan budi daya.
(2) Indikasi program utama perwujudan kawasan lindung dan perwujudan
kawasan budi daya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. indikasi program utama untuk perwujudan kawasan lindung terdiri
atas perlindungan setempat; dan

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 60 -

b. indikasi program utama untuk perwujudan kawasan budi daya


terdiri atas kawasan peruntukan perumahan.

Pasal 62
(1) Indikasi program utama perwujudan pola ruang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 61 ayat (1) pada tahap pertama diprioritaskan pada :
a. pengendalian dan pengembangan sempadan sungai, sempadan mata
air, sempadan rel kereta api, pembangunan RTH, dan pengelolaan
bangunan cagar budaya;
b. pengembangan kawasan perumahan dan pembangunan infrastruktur
dasar;
c. pengembangan kawasan perdagangan dan jasa serta fasilitas
penunjangnya, dan pemerataan fasilitas perdagangan menurut skala
pelayanan dan struktur ruang Kota;
d. pengembangan dan peningkatan perkantoran pemerintahan;
e. pembangunan infrastruktur dasar kawasan peruntukan industri,
pengembangan industri kecil dan/atau industri rumah tangga,
pengembangan industri menengah dan besar, dan pengembangan
pergudangan;
f. pengembangan fasilitas pendukung kegiatan pariwisata;
g. pengelolaan kegiatan pedagang kaki lima; dan
h. pembangunan kawasan peruntukan lainnya, relokasi kawasan
peruntukan lainnya yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang,
pemeliharaan dan rehabilitasi.
(2) Indikasi program utama perwujudan pola ruang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 61 ayat (1) pada tahap kedua diprioritaskan pada :
a. peningkatan fungsi sempadan sungai, sempadan mata air, sempadan
rel kereta api, pembangunan RTH, dan pengelolaan bangunan cagar
budaya;
b. pengembangan kawasan perumahan dan pembangunan
infrastruktur dasar;
c. pengembangan kawasan perdagangan dan jasa serta fasilitas
penunjangnya, dan pemerataan fasilitas perdagangan menurut skala
pelayanan dan struktur ruang kota;

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 61 -

d. rehabilitasi dan peningkatan fungsi perkantoran pemerintahan;


e. pembangunan dan peningkatan fungsi infrastruktur dasar kawasan
industri, pengembangan industri kecil dan/atau industri rumah
tangga, pengembangan industri menengah dan besar, dan
pengembangan pergudangan;
f. pengembangan fasilitas pendukung pariwisata;
g. pengelolaan kegiatan pedagang kaki lima; dan
h. pembangunan kawasan peruntukan lainnya, relokasi kawasan
peruntukan lainnya yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang,
pemeliharaan dan rehabilitasi.
(3) Indikasi program utama perwujudan pola ruang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 61 ayat (1) pada tahap ketiga diprioritaskan pada :
a. pemantapan sempadan sungai, sempadan mata air, sempadan rel
kereta api, pembangunan RTH, dan pengelolaan bangunan cagar
budaya;
b. pemantapan kawasan perumahan dan infrastruktur dasar; dan
c. pemantapan kawasan peruntukan lainnya, relokasi kawasan
peruntukan lainnya yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang,
pemeliharaan dan rehabilitasi.
(4) Indikasi program utama perwujudan pola ruang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 61 ayat (1) pada tahap keempat diprioritaskan pada :
a. pemantapan sempadan sungai, sempadan mata air, sempadan rel
kereta api;
b. pembangunan RTH;
c. pengelolaan bangunan cagar budaya; dan
d. pemantapan kawasan perumahan dan infrastruktur dasar.

Bagian Keempat
Indikasi Program Utama Perwujudan Kawasan Strategis Kota

Pasal 63
(1) Indikasi program utama perwujudan kawasan strategis kota
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (3) huruf c meliputi indikasi
program untuk perwujudan kawasan strategis.

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 62 -

(2) Indikasi program utama perwujudan kawasan strategis pada ayat (1)
meliputi indikasi program untuk perwujudan kawasan strategis dari sudut
kepentingan pertumbuhan ekonomi, dan kawasan strategis dari sudut
kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

Pasal 64
(1) Indikasi program utama perwujudan kawasan strategis sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 63 ayat (1) pada tahap pertama diprioritaskan
pada:
a. peningkatan fungsi dan pengembangan kawasan strategis bidang
ekonomi;
b. penataan dan pembangunan perdagangan; dan
c. peningkatan fungsi dan pengembangan kawasan strategis bidang daya
dukung lingkungan hidup.
(2) Indikasi program utama perwujudan kawasan strategis sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 63 ayat (1) pada tahap kedua diprioritaskan pada :
a. penataan dan pembangunan fasilitas kawasan pusat pelayanan kota;
b. pengembangan dan pembangunan fasilitas kawasan peruntukan
perdagangan dan jasa;
c. penataan dan pembangunan fasilitas kawasan koridor sepanjang sisi
jalan Raya Serpong;
d. penataan kawasan situ; dan
e. penataan dan pembangunan promenade sepanjang Sungai Cisadane,
Kali Pesanggrahan dan Kali Angke.
(3) Indikasi program utama perwujudan kawasan strategis sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 63 ayat (1) pada tahap ketiga diprioritaskan pada :
a. penataan dan pembangunan fasilitas kawasan pusat pelayanan kota;
b. pengembangan dan pembangunan fasilitas kawasan peruntukan
industri;
c. penataan dan pembangunan fasilitas kawasan koridor sepanjang sisi
jalan raya Serpong;
d. penataan kawasan situ; dan
e. penataan dan pembangunan promenade sepanjang Sungai Cisadane,
Kali Pesanggrahan dan Kali Angke.

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 63 -

(4) Indikasi program utama perwujudan kawasan strategis sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 63 ayat (1) pada tahap keempat diprioritaskan
pada:
a. pembangunan kawasan pusat pelayanan kota; dan
b. penataan kawasan peruntukan perdagangan dan jasa.

Bagian Kelima
Indikasi Sumber Pendanaan

Pasal 65
(1) Indikasi sumber pendanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat
(4) terdiri atas dana pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur dapat
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi, Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Kota, investasi swasta dan/atau kerjasama pendanaan .
(2) Kerja sama pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
(3) Pengelolaan aset hasil kerja sama Pemerintah dengan swasta dapat
dilaksanakan sesuai dengan analisa kelayakan ekonomi dan finansial.

BAB VII
ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 66
(1) Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota digunakan sebagai
acuan dalam pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota.
(2) Pengendalian pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang
wilayah kota yang berisi :
a. ketentuan umum peraturan zonasi;
b. ketentuan perizinan;
c. ketentuan umum insentif dan disinsentif; dan
d. arahan sanksi.

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 64 -

Bagian Kedua
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi

Pasal 67
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66
ayat (2) huruf a meliputi :
a. ketentuan umum kegiatan yang diperbolehkan, kegiatan yang
diperbolehkan dengan syarat dan kegiatan yang tidak diperbolehkan;
b. ketentuan umum intensitas pemanfaatan ruang;
c. ketentuan umum prasarana dan sarana minimum yang disediakan;
dan
d. ketentuan khusus sesuai dengan karakter masing-masing zona.
(2) Apabila Rencana Detail Tata Ruang Kota belum tersusun, Ketentuan Umum
Peraturan Zonasi berfungsi sebagai dasar pemberian izin pemanfaatan
ruang dan dasar pelaksanaan pengawasan pemanfaatan ruang.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 67
ayat (1) diterapkan klasifikasi zonasi yang meliputi :
a. ketentuan umum peraturan zonasi struktur ruang;
b. ketentuan umum peraturan zonasi pola ruang; dan
c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan strategis kota.
(4) Rincian Ketentuan Umum Peraturan Zonasi dan tabel zonasi berdasarkan
luasan tanah sebagaimana tercantum dalam Lampiran XXII.a dan
Lampiran XXII.b yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.

Paragraf 1
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Struktur Ruang

Pasal 68
Ketentuan umum peraturan zonasi struktur ruang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 67 ayat (3) huruf a meliputi :
a. ketentuan umum peraturan zonasi sistem pusat pelayanan;
b. ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan transportasi;
c. ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan energi dan kelistrikan;
d. ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan telekomunikasi;

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 65 -

e. ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan sumber daya air; dan
f. ketentuan umum peraturan zonasi sistem infrastruktur perkotaan.

Pasal 69
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk pusat pelayanan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 68 huruf a meliputi :
a. ketentuan umum peraturan zonasi PPK;
b. ketentuan umum peraturan zonasi SPK; dan
c. ketentuan umum peraturan zonasi PL.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi PPK sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pemerintahan,
perdagangan dan jasa skala regional dan kota, sarana pendidikan,
sarana kesehatan, sarana olah raga, sarana transportasi dan
telekomunikasi, sarana rekreasi dan RTH;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi rumah susun atau
apartemen, rumah toko atau rumah kantor, dan kegiatan pemanfaatan
ruang untuk mendukung kegiatan perdagangan dan jasa;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi industri, bengkel alat berat,
dan kegiatan-kegiatan yang mengganggu kenyamanan serta
menimbulkan pencemaran; dan
d. intensitas pemanfaatan ruang PPK meliputi :
1. KDB maksimal sebesar 70 (tujuh puluh) persen;
2. KLB maksimal 8 (delapan); dan
3. KDH minimal sebesar 10 (sepuluh) persen.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi SPK sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pemerintahan,
perdagangan dan jasa skala kota, sarana pendidikan, sarana
kesehatan, sarana olah raga, sarana transportasi dan telekomunikasi,
sarana rekreasi dan RTH;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi rumah susun atau
apartemen, rumah toko atau rumah kantor, dan kegiatan pemanfaatan
ruang untuk mendukung kegiatan perdagangan dan jasa;

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 66 -

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi industri, bengkel alat berat,


dan kegiatan-kegiatan yang mengganggu kenyamanan serta
menimbulkan pencemaran; dan
d. intensitas pemanfaatan ruang SPK meliputi :
1. KDB maksimal 60 (enam puluh) persen;
2. KLB maksimal 7,2 (tujuh koma dua); dan
3. KDH minimal sebesar 10 (sepuluh) persen.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi PL sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pemerintahan,
perdagangan dan jasa skala lokal, sarana pendidikan, sarana
kesehatan, sarana olah raga, sarana transportasi dan telekomunikasi,
sarana rekreasi dan RTH;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi rumah susun atau
apartemen, rumah toko atau rumah kantor, dan kegiatan pemanfaatan
ruang untuk mendukung kegiatan perdagangan dan jasa;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi industri, bengkel alat berat,
dan kegiatan-kegiatan yang mengganggu kenyamanan serta
menimbulkan pencemaran; dan
d. intensitas pemanfaatan ruang PL, meliputi :
1. KDB maksimal 60 (enam puluh) persen;
2. KLB maksimal 4 (empat); dan
3. KDH minimal sebesar 10 (sepuluh) persen.

Pasal 70
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk jaringan transportasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 huruf b meliputi :
a. jaringan jalan dan terminal multimoda;
b. jaringan rel kereta api, jaringan jalur monorail dan stasiun kereta api;
dan
c. jaringan transportasi udara.

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 67 -

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk jaringan jalan dan terminal
multimoda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi :
1. kegiatan yang mengikuti ketentuan ruang milik jalan, ruang
manfaat jalan, dan ruang pengawasan jalan sesuai dengan
ketentuan peraturan undangan; dan
2. kegiatan yang mengikuti ruang milik terminal multimoda, ruang
manfaat terminal multimoda, dan ruang pengawasan terminal
multimoda sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundangan.
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi :
1. pembangunan utilitas jalan termasuk kelengkapan jalan,
penanaman pohon, pemasangan papan reklame, parkir dan
pembangunan fasilitas pendukung jalan lainnya yang tidak
mengganggu kelancaran lalu lintas dan keselamatan pengguna
jalan; dan
2. pembangunan utilitas terminal multimoda termasuk kelengkapan
terminal multimoda, pemasangan papan reklame, parkir dan
pembangunan fasilitas pendukung terminal multimoda lainnya
yang tidak mengganggu kelancaran dan keselamatan pengguna
terminal multimoda.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan perdagangan, jasa
dan kegiatan lainnya yang menganggu kelancaran arus lalu lintas; dan
d. intensitas pemanfaatan jaringan jalan dan terminal multimoda meliputi
jalur hijau pada ruang milik jalan dengan KDH paling rendah 10
(sepuluh) persen.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk jalur jaringan rel kereta api,
jaringan jalur monorail/sky train dan stasiun kereta api sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan sarana penunjang
keselamatan perkeretaapian;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi :
1. kegiatan pertanian dengan tingkat intensitas rendah dan kegiatan
yang peka terhadap dampak lingkungan akibat lalu lintas kereta
api di sepanjang jalur kereta api dan jalur monorail; dan

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 68 -

2. kegiatan pembangunan utilitas stasiun kereta api termasuk


kelengkapan stasiun kereta api, pemasangan papan reklame,
parkir, dan pembangunan fasilitas pendukung stasiun kereta api
lainnya yang tidak mengganggu kelancaran dan keselamatan
pengguna stasiun kereta api.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang dapat
mengganggu kepentingan operasi dan keselamatan transportasi
perkeretaapian; dan
d. intensitas pemanfaatan jalur jaringan rel kereta api, jaringan jalur
monorail dan stasiun kereta api disesuaikan dengan peraturan
perundangan yang berlaku.
(4) Ketentuan peraturan zonasi untuk jaringan transportasi udara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi :
1. kegiatan navigasi dan kegiatan komunikasi penerbangan, kegiatan
kegiatan perhotelan, kuliner, perparkiran, perawatan yang
menunjang secara langsung atau tidak langsung kegiatan bandar
udara khusus pada daerah lingkungan kerja bandar udara
khusus; dan
2. kegiatan pendaratan, lepas landas, penyelamatan penerbangan
pada KKOP dan RTH.
b. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi sekolah, rumah sakit,
kegiatan yang menimbulkan asap, menghasilkan cahaya, menggunakan
frekuensi radio yang mengganggu komunikasi penerbangan, melintasi
landasan dan kegiatan lain yang mengganggu keselamatan
penerbangan; dan
c. intensitas pemanfaatan jaringan transportasi udara meliputi KDB 40
(empat puluh) persen dan KLB menyesuaikan dengan peraturan
ketinggian dalam KKOP.

Pasal 71
Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan energi dan kelistrikan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 huruf c meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi pembangunan prasarana dan sarana
jaringan transmisi tenaga listrik, kegiatan penunjang sistem jaringan
transmisi tenaga listrik, dan penghijauan;
PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI
ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 69 -

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan pemakaman,


pertanian, kemasyarakatan, olah raga, rekreasi, perparkiran, dan kegiatan
lain yang bersifat sementara dan tidak permanen dan tidak mengganggu
fungsi sistem jaringan transmisi tenaga listrik;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan selain sebagaimana
dimaksud pada huruf a dan huruf b yang dapat mengganggu fungsi sistem
jaringan transmisi tenaga listrik; dan
d. zona bebas berjarak minimum 20 (dua puluh) meter di luar sekeliling gardu
induk dan dilarang untuk bangunan dan kegiatan yang mengganggu
operasional gardu induk.

Pasal 72
Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 68 huruf d meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pembangunan prasarana dan
sarana sistem jaringan telekomunikasi dan fasilitas penunjang sistem
jaringan telekomunikasi;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain
sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak membahayakan keamanan
dan keselamatan manusia, lingkungan sekitarnya dan yang tidak
mengganggu fungsi sistem jaringan telekomunikasi;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang membahayakan
keamanan dan keselamatan manusia, lingkungan sekitarnya dan yang
dapat mengganggu fungsi system jaringan telekomunikasi;
d. untuk ketinggian tower telekomunikasi di atas 60 (enam puluh) meter, jarak
tower dari bangunan terdekat diperbolehkan 20 (dua puluh) meter; dan
e. untuk ketinggian tower di bawah 60 (enam puluh) meter, jarak tower dari
bangunan terdekat diperbolehkan 10 (sepuluh) meter.

Pasal 73
Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan sumber daya air sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 67 huruf e meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pembangunan tandon air,
normalisasi sungai, pembangunan prasarana lalu lintas air, pembangunan
bangunan pengambilan dan pembuangan air, pembangunan bangunan
penunjang sistem prasarana kota, dan kegiatan pengamanan sungai serta
pengamanan sempadan situ;

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 70 -

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain


sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi
konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan
pengendalian daya rusak air dan fungsi system jaringan sumber daya air;
dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang dapat menggangu
fungsi sungai dan tandon air sebagai sumber air serta jaringan irigasi.

Pasal 74
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi sistem infrastruktur perkotaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 huruf f meliputi :
a. ketentuan umum peraturan zonasi sistem penyediaan air minum;
b. ketentuan umum peraturan zonasi sistem pengelolaan air limbah;
c. ketentuan umum peraturan zonasi sistem persampahan;
d. ketentuan umum peraturan zonasi sistem drainase;
e. ketentuan umum peraturan zonasi prasarana dan sarana jaringan jalan
pejalan kaki;
f. ketentuan umum peraturan zonasi prasarana dan sarana jaringan jalur
sepeda;
g. ketentuan umum peraturan zonasi jalur evakuasi bencana;
h. ketentuan umum peraturan zonasi sistem proteksi kebakaran; dan
i. ketentuan umum peraturan zonasi sistem perparkiran.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi sistem penyediaan air minum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pembangunan
bangunan pengambilan air, penghijauan, dan pembangunan prasarana
dan sarana sistem penyediaan air minum;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain
sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu
keberlanjutan fungsi penyediaan air minum, mengakibatkan
pencemaran air baku dari air limbah dan sampah, dan mengakibatkan
kerusakan prasarana dan sarana penyediaan air minum; dan

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 71 -

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang mengganggu


keberlanjutan fungsi penyediaan air minum, mengakibatkan
pencemaran air baku dari air limbah dan sampah, dan mengakibatkan
kerusakan prasarana dan sarana penyediaan air minum.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi sistem pengelolaan air limbah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi pembangunan prasarana dan
sarana air limbah dalam rangka mengurangi, memanfaatkan kembali,
dan mengolah air limbah domestik;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain
sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi
sistem jaringan air limbah; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi pembuangan sampah,
pembuangan Bahan Berbahaya dan Beracun, pembuangan limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun, dan kegiatan lain yang dapat
mengganggu fungsi sistem jaringan air limbah.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi sistem persampahan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c berupa ketentuan umum peraturan zonasi
peruntukan TPA meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pengoperasian TPA
sampah berupa pemilahan, pengumpulan, pengolahan, pemrosesan
akhir sampah, dan pengurugan berlapis bersih (sanitary landfill),
pemeliharaan TPA sampah, dan industri terkait pengolahan sampah;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan pertanian
non pangan, kegiatan penghijauan, kegiatan permukiman dalam jarak
yang aman dari dampak pengelolaan persampahan, dan kegiatan lain
yang tidak mengganggu fungsi kawasan peruntukan TPA sampah; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang dapat
mengganggu operasionalisasi persampahan dan mengganggu fungsi
kawasan peruntukan TPA sampah.

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 72 -

(5) Ketentuan umum peraturan zonasi sistem drainase sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) huruf d meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pembangunan
prasarana dan sarana sistem jaringan drainase dalam rangka
mengurangi genangan air dan mendukung pengendalian banjir;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain
sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi
sistem jaringan drainase; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan pembuangan
sampah, pembuangan limbah, dan kegiatan lain yang dapat
mengganggu fungsi system jaringan drainase.
(6) Ketentuan umum peraturan zonasi prasarana dan sarana jaringan jalan
pejalan kaki sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan berupa kegiatan pembangunan prasarana
dan sarana jaringan jalan pejalan kaki, kegiatan penghijauan, dan
perlengkapan fasilitas jalan dan/atau pedestrian;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan
pembangunan yang tidak mengganggu fungsi prasarana dan sarana
jaringan jalan pejalan kaki; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan pembangunan
yang dapat mengganggu fungsi dan peruntukan jaringan jalan pejalan
kaki.
(7) Ketentuan umum peraturan zonasi prasarana dan sarana jaringan jalur
sepeda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan berupa kegiatan pembangunan prasarana
dan sarana jaringan jalur sepeda, kegiatan penghijauan, dan
perlengkapan fasilitas jalur sepeda;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan
pembangunan yang tidak mengganggu fungsi prasarana dan sarana
jaringan jalur sepeda; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan pembangunan
yang dapat mengganggu fungsi dan peruntukan jaringan jalur sepeda.

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 73 -

(8) Ketentuan umum peraturan zonasi jalur evakuasi bencana sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf g meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan berupa kegiatan pembangunan prasarana
dan sarana jalur evakuasi bencana, kegiatan penghijauan, dan
perlengkapan fasilitas jalan dan/atau pedestrian;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan
pembangunan yang tidak mengganggu fungsi prasarana dan sarana
jalur evakuasi bencana; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan pembangunan
yang dapat mengganggu fungsi dan peruntukan jalur evakuasi
bencana.
(9) Ketentuan umum peraturan zonasi sistem proteksi kebakaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf h meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan berupa kegiatan pembangunan prasarana
dan sarana pemadam kebakaran, penghijauan, dan kegiatan
pembangunan yang mendukung fasilitas serta perlengkapan pemadam
kebakaran, dan pembangunan akses bagi kelancaran penanggulangan
kebakaran;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan
pembangunan yang tidak mengganggu fungsi prasarana dan sarana
pemadam kebakaran; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan pembangunan
yang dapat mengganggu kelancaran penanggulangan kebakaran, fungsi
prasarana dan sarana pemadam kebakaran, fasilitas pemadam
kebakaran, dan perlengkapan pemadam kebakaran.
(10) Ketentuan umum peraturan zonasi sistem perparkiran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf i meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi pembangunan fasilitas
perparkiran, pembangunan prasarana dan sarana penunjang
perparkiran, penghijauan;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi pendirian
bangunan secara terbatas untuk menunjang kegiatan perparkiran dan
tidak mengganggu kelancaran kegiatan perparkiran; dan

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 74 -

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan selain pada huruf


a dan huruf b yang dapat mengganggu kelancaran kegiatan
perparkiran.

Paragraf 2
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Pola Ruang

Pasal 75
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi pola ruang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 67 ayat (3) huruf b meliputi :
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan lindung; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan budi daya.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan lindung sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi :
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perlindungan setempat;
b. ketentuan umum peraturan zonasi RTH;
c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan cagar budaya; dan
d. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan rawan bencana alam.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan budi daya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi :
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perumahan;
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perdagangan dan jasa;
c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perkantoran
pemerintahan;
d. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan industri;
e. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pariwisata;
f. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan RTNH;
g. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan ruang evakuasi bencana;
h. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan ruang bagi
kegiatan sektor informal; dan
i. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan lainnya.

Pasal 76
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perlindungan setempat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) huruf a meliputi :
a. ketentuan umum peraturan zonasi sempadan situ; dan

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 75 -

b. ketentuan umum peraturan zonasi sempadan sungai.


(2) Ketentuan umum peraturan zonasi sempadan situ sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan berupa kegiatan pemanfaatan kawasan
sekitar situ untuk RTH, kegiatan olah raga, kegiatan pariwisata, dan
penelitian;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain
sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi
kawasan sekitar situ sebagai kawasan perlindungan setempat dan
kualitas lingkungan di kawasan sekitar situ; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan budi daya
termasuk mendirikan bangunan, kecuali bangunan yang menunjang
fungsi kawasan dan/atau bangunan yang merupakan bagian dari
suatu jaringan atau tranmisi bagi kepentingan umum sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf b.
(3) Ketentuan umum intensitas pemanfaatan ruang sempadan situ
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi :
a. KDB maksimal 10 (sepuluh) persen;
b. KLB maksimal 0,2 (nol koma dua);
c. tinggi bangunan maksimal 1 (satu) lantai;
d. KDH minimum 80 (delapan puluh) persen; dan
e. batas sempadan situ ditetapkan sekurang-kurangnya 50 (lima puluh)
meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sempadan sungai sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan berupa kegiatan pemanfaatan sempadan
sungai untuk RTH, budi daya pertanian dengan jenis tanaman yang
tidak mengurangi kekuatan struktur tanah, pemasangan reklame dan
papan pengumuman, pemasangan bentangan jaringan transmisi tenaga
listrik, kabel telepon, dan pipa air minum, pembangunan prasarana
lalu lintas air dan bangunan pengambilan dan pembuangan air, dan
bangunan penunjang sistem prasarana kota;

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 76 -

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain


sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi
sempadan sungai sebagai kawasan perlindungan setempat dan kualitas
lingkungan di sempadan sungai; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan budi daya
termasuk mendirikan bangunan, kecuali bangunan yang menunjang
fungsi kawasan dan/atau bangunan yang merupakan bagian dari
suatu jaringan atau tranmisi bagi kepentingan umum sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf b.
(5) Ketentuan umum intensitas pemanfaatan ruang sempadan sungai
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) meliputi :
a. KDB maksimal 10 (sepuluh) persen;
b. KLB maksimal 0,2 (nol koma dua);
c. Tinggi bangunan maksimal 1 (satu) lantai;
d. KDH minimal 80 (delapan puluh) persen; dan
e. batas sempadan sungai yang paling rendah disesuaikan dengan
ketentuan yang ditetapkan.

Pasal 77
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi RTH sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 75 ayat (2) huruf b meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi RTH, kegiatan rekreasi dan
olahraga;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi bangunan
penunjang kegiatan rekreasi dan fasilitas umum dengan syarat tidak
mengganggu fungsi dan peruntukan RTH sebagai kawasan lindung
kota; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan selain
sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b yang dapat
mengakibatkan terganggunya fungsi RTH.
(2) Ketentuan umum intensitas pemanfaatan ruang RTH sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. KDB maksimal 20 (dua puluh) persen;

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 77 -

b. KLB maksimal 0,2 (nol koma dua);


c. tinggi bangunan maksimal 1 (satu) lantai; dan
d. KDH minimal 80 (delapan puluh) persen.

Pasal 78
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan cagar budaya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) huruf c meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan berupa kegiatan penelitian, kegiatan
pendidikan, kegiatan sosial budaya, dan kegiatan pariwisata;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi pemanfaatan
ruang secara terbatas untuk bangunan pengawasan dan kegiatan
selain sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu
fungsi kawasan cagar budaya sebagai kawasan lindung; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang dapat
merusak kekayaan budaya yang berupa bangunan bersejarah,
pendirian bangunan yang tidak sesuai dengan fungsi kawasan,
pemanfaatan ruang yang dapat mengganggu kelestarian lingkungan di
sekitar peninggalan bangunan bersejarah, dan/atau pemanfaatan
ruang yang dapat mengganggu upaya pelestarian budaya masyarakat
setempat.
(2) Ketentuan umum intensitas pemanfaatan ruang kawasan cagar budaya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. KDB maksimal 40 (empat puluh) persen;
b. KLB maksimal 2,4 (dua koma empat);
c. Tinggi bangunan maksimal 2 (dua) lantai; dan
d. KDH minimal 20 (dua puluh) persen.

Pasal 79
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan rawan bencana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) huruf d berupa ketentuan umum
peraturan zonasi bencana banjir, longsor, dan gempa bumi meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan penghijauan,
pembangunan prasarana dan sarana untuk meminimalkan akibat
bencana banjir;

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 78 -

b. kegiatan selain yang dimaksud pada huruf a diperbolehkan dengan


syarat meliputi kegiatan pembangunan secara terbatas untuk
kepentingan pemantauan ancaman bencana dan perlindungan
kepentingan umum; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan selain
sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b.
(2) Ketentuan umum intensitas pemanfaatan ruang kawasan rawan bencana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. KDB maksimal 60 (enam puluh) persen;
b. KLB maksimal 1,8 (satu koma delapan);
c. tinggi bangunan maksimal 3 (tiga) lantai; dan
d. KDH minimum 15 (lima belas) persen.

Pasal 80
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perumahan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 75 ayat (3) huruf a berupa ketentuan umum
peraturan zonasi perumahan kepadatan tinggi dan perumahan kepadatan
sedang meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pembangunan
perumahan, RTH, kegiatan pembangunan prasarana dan sarana
lingkungan perumahan sesuai dengan standar, hirarki dan skala
pelayanannya;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain
sebagaimana dimaksud pada huruf a berupa pemanfaatan ruang secara
terbatas untuk mendukung kegiatan permukiman beserta prasarana
dan sarana lingkungan, kegiatan pengembangan perumahan horizontal
dengan luasan kurang dari 1 (satu) hektar, industri kecil dan mikro
dengan luas ruang maksimal 100 (seratus) meter persegi dan tidak
merupakan industri polutif; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan industri besar dan
kegiatan lainnya yang mengakibatkan terganggunya kegiatan
perumahan.
(2) Ketentuan umum intensitas pemanfaatan ruang kawasan perumahan
kepadatan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. KDB maksimal 60 (enam puluh) persen;

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 79 -

b. KLB maksimal 1,2 (satu koma dua);


c. tinggi bangunan maksimal dibatasi sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan; dan
d. KDH minimum 10 (sepuluh) persen.

Pasal 81
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan kawasan perdagangan dan jasa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (3) huruf b meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan untuk kegiatan profesional, jasa
keuangan, jasa perkantoran usaha dan perdagangan, jasa hiburan dan
rekreasi serta jasa kemasyarakatan serta kegiatan pembangunan
prasarana dan sarana umum pendukung pada kawasan blok komersial
dan jalan nasional meliputi kegiatan pemanfaatan ruang untuk
kegiatan perdagangan dan jasa skala regional, pada strip komersial dan
jalan provinsi meliputi kegiatan pemanfaatan ruang untuk kegiatan
perdagangan dan jasa skala regional dan skala kota, pada jalan kota
meliputi kegiatan pemanfaatan ruang untuk kegiatan perdagangan dan
jasa skala kota dan skala lokal;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan
pemanfaatan ruang untuk mendukung kegiatan perdagangan dan jasa
skala regional, skala kota dan lokal seperti rumah susun, apartemen,
sarana pendidikan, sarana kesehatan, rekreasi, sarana olah raga; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan selain
sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b.
(2) Ketentuan umum intensitas pemanfaatan ruang kawasan perdagangan dan
jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. KDB maksimal 70 (tujuh puluh) persen;
b. KLB maksimal 8 (delapan);
c. tinggi bangunan pada blok komersial minimal 3 (tiga) lantai dan
maksimal tinggi bangunan sesuai peraturan perundangan; dan
d. KDH minimal 10 (sepuluh) persen.

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 80 -

Pasal 82
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perkantoran pemerintahan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (3) huruf c meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pemanfaatan ruang
untuk kegiatan pembangunan perkantoran pemerintahan, serta
kegiatan pembangunan prasarana dan sarana umum pendukung
perkantoran seperti sarana pejalan kaki yang menerus, sarana
olahraga, sarana peribadatan, sarana perparkiran, sarana kuliner,
sarana transportasi umum, ruang terbuka hijau, dan jaringan utilitas
perkantoran yang dilengkapi aksesibilitas bagi penyandang cacat;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain
sebagaimana dimaksud pada huruf a kegiatan pemanfaatan ruang
untuk mendukung kegiatan perkantoran pemerintahan; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan selain
sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b.
(2) Ketentuan umum intensitas pemanfaatan ruang kawasan perkantoran
pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. KDB maksimal 50 (lima puluh) persen;
b. KLB maksimal 3,2 (tiga koma dua);
c. tinggi bangunan minimal 2 (dua) lantai dan maksimal tinggi bangunan
sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan; dan
d. KDH minimal 20 (dua puluh) persen.

Pasal 83
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan industri
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (3) huruf d meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pemanfaatan ruang
untuk kegiatan pembangunan industri dan fasilitas penunjang industri
dengan memperhatikan konsep eco industrial park meliputi perkantoran
industri, terminal barang, pergudangan, tempat ibadah, fasilitas
olahraga, wartel, warnet, dan jasa-jasa penunjang industri meliputi jasa
promosi dan informasi hasil industri, jasa ketenagakerjaan, jasa
ekspedisi, dan sarana penunjang lainnya meliputi IPAL terpusat untuk
pengelolaan limbah cair;

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 81 -

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan


pemanfaatan ruang untuk mendukung kegiatan industri berupa
hunian, rekreasi, serta perdagangan dan jasa dengan luas total tidak
melebihi 10 (sepuluh) persen total luas lantai; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan selain
sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b.
(2) Ketentuan umum intensitas pemanfaatan ruang kawasan peruntukan
industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. KDB maksimal 70 (tujuh puluh) persen;
b. KLB maksimal 3,2 (tiga koma dua);
c. tinggi bangunan maksimal 8 (delapan) lantai; dan
d. KDH minimal 10 (sepuluh) persen.

Pasal 84
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pariwisata sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 75 ayat (3) huruf e meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pemanfaatan ruang
untuk kegiatan pembangunan pariwisata dan fasilitas penunjang
pariwisata, kegiatan pemanfaatan potensi alam dan budaya masyarakat
sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan, kegiatan
perlindungan terhadap peninggalan kebudayaan masa lampau
(heritage);
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan
pemanfaatan ruang secara terbatas untuk menunjang kegiatan
pariwisata adalah kegiatan hunian, jasa pelayanan bisnis, jasa
percetakan, fotografi dan komunikasi; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang berpotensi
terjadinya perubahan lingkungan fisik alamiah ruang untuk kawasan
wisata alam selain sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b.
(2) Ketentuan umum intensitas pemanfaatan ruang kawasan pariwisata
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. KDB maksimal 50 (lima puluh) persen;
b. KLB maksimal 3,2 (tiga koma dua);

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 82 -

c. tinggi bangunan maksimal 8 (delapan) lantai; dan


d. KDH minimal 15 (lima belas) persen.

Pasal 85
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan RTNH sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 75 ayat (3) huruf f meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pemanfaatan ruang
untuk kegiatan berlangsungnya aktifitas masyarakat, kegiatan
olahraga, kegiatan rekreasi, kegiatan parkir, penyediaan plasa,
monumen, landmark dan evakuasi bencana;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan
pemanfaatan ruang untuk sektor informal secara terbatas untuk
menunjang kegiatan sebagaimana dimaksud huruf a sesuai dengan
KDB yang ditetapkan; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan selain
sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b.
(2) Ketentuan umum intensitas pemanfaatan ruang kawasan RTNH
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. KDB maksimal 10 (sepuluh) persen;
b. KLB maksimal 0,4 (nol koma empat);
c. tinggi bangunan maksimal 2 (dua) lantai; dan
d. KDH minimal 10 (sepuluh) persen.

Pasal 86
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan ruang evakuasi bencana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (3) huruf g meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pemanfaatan ruang
untuk kegiatan pembangunan prasarana dan sarana evakuasi bencana,
penghijauan, dan pembangunan fasilitas penunjang keselamatan orang
dan menunjang kegiatan operasionalisasi evakuasi bencana;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan
pemanfaatan ruang secara terbatas untuk menunjang kegiatan
evakuasi bencana; dan

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 83 -

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan selain


sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b.
(2) Ketentuan umum intensitas pemanfaatan ruang kawasan ruang evakuasi
bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. KDB maksimal 50 (lima puluh) persen;
b. KLB maksimal 0,8 (nol koma delapan);
c. tinggi bangunan maksimal 2 (dua) lantai; dan
d. KDH minimal 20 (dua puluh) persen.

Pasal 87
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan ruang bagi kegiatan
sektor informal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (3) huruf h
meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pemanfaatan ruang
untuk kegiatan pembangunan prasarana dan sarana sektor informal,
penghijauan, dan pembangunan fasilitas penunjang kegiatan sektor
informal;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan
pemanfaatan ruang secara terbatas untuk menunjang kegiatan sektor
informal; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan selain
sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b.
(2) Ketentuan umum intensitas pemanfaatan ruang kawasan kegiatan sektor
informal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. KDB maksimal 40 (empat puluh) persen;
b. KLB maksimal 0,4 (nol koma empat);
c. tinggi bangunan maksimal 1 (satu) lantai; dan
d. KDH minimal 20 (dua puluh) persen.

Pasal 88
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan lainnya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (3) huruf i meliputi :
a. ketentuan umum peraturan zonasi pertanian;
b. ketentuan umum peraturan zonasi pelayanan umum;

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 84 -

c. ketentuan umum peraturan zonasi peruntukan penunjang bandar


udara khusus;
d. ketentuan umum peraturan zonasi bandar udara khusus; dan
e. ketentuan umum peraturan zonasi pertanahan dan keamanan negara.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pertanian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pemanfaatan ruang
berupa kegiatan pertanian, pembangunan prasarana dan sarana
penunjang pertanian, kegiatan pariwisata, kegiatan penelitian dan
penghijauan;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi permukiman
penduduk maksimal 25 (dua puluh lima) persen dari luas kawasan
pertanian;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang
mengakibatkan terganggunya kegiatan pertanian; dan
d. intensitas pemanfaatan ruang kawasan pertanian meliputi :
1. KDB maksimal 30 (tiga puluh) persen;
2. KLB maksimal 1,2 (satu koma dua);
3. tinggi bangunan maksimal 4 (empat) lantai; dan
4. KDH minimal 10 (sepuluh) persen.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pelayanan umum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b diarahkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pembangunan untuk
prasarana dan sarana pendidikan dan kesehatan sesuai dengan skala
pelayanan yang ditetapkan, dan prasarana dan sarana peribadatan,
terminal, TPA, penghijauan serta kegiatan pembangunan fasilitas
penunjang kawasan pelayanan umum;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi pemanfaatan
ruang secara terbatas untuk mendukung kegiatan pendidikan,
kesehatan, dan peribadatan; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan selain
sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b; dan
d. intensitas pemanfaatan ruang kawasan pelayanan umum meliputi :
1. KDB maksimal 60 (enam puluh) persen;
2. KLB maksimal 4 (empat);

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 85 -

3. tinggi bangunan maksimal 8 (delapan) lantai; dan


4. KDH minimal 10 (sepuluh) persen.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan penunjang bandar
udara khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c diarahkan
dengan ketentuan sebagai berikut :
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pemanfaatan ruang
yang secara langsung dan tidak langsung menunjang kegiatan bandar
udara khusus berupa fasilitas perbengkelan pesawat udara, fasilitas
pergudangan, penginapan, toko, restoran, lapangan golf, RTH,
perparkiran, rekreasi, perkantoran, dan fasilitas olahraga;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi industri non
polutan dan fasiltas umum dan sosial berdasarkan ketentuan KKOP,
kawasan kebisingan dan peraturan terkait penerbangan yang telah
ditetapkan; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi perumahan, sekolah, dan
rumah sakit.
d. intensitas pemanfaatan ruang kawasan penunjang bandar udara
khusus meliputi :
1. KDB maksimal 50 (lima puluh) persen;
2. KLB maksimal 0,5 (nol koma lima);
3. tinggi bangunan maksimal sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-perundangan; dan
4. KDH minimal 20 (dua puluh) persen.
(5) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan bandar udara khusus
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d diarahkan dengan ketentuan
berdasarkan pada pengembangan rencana induk Bandar Udara Pondok Cabe
yang telah ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
(6) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pertahanan dan keamanan
negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e diarahkan dengan
ketentuan sebagai berikut :
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pembangunan untuk
prasarana dan sarana penunjang aspek pertahanan dan kemanan
negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan dan
penghijauan;

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 86 -

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi pemanfaatan


ruang secara terbatas dan selektif sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan selain
sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b.

Paragraf 3
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Strategis

Pasal 89
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan strategis kota sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 67 ayat (3) huruf c meliputi :
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan strategis dari sudut
kepentingan pertumbuhan ekonomi;
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan strategis dari sudut
kepentingan sosial dan budaya; dan
c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan strategis dari sudut
kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

Pasal 90
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan strategis dari sudut
kepentingan pertumbuhan ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89
huruf a meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan, perdagangan dan jasa
skala kota, regional, dan RTH;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi rumah susun atau
apartemen, rumah toko atau rumah kantor, dan kegiatan pemanfaatan
ruang untuk mendukung kegiatan perdagangan dan jasa; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi industri, bengkel alat berat,
dan kegiatan yang mengganggu kenyamanan serta menimbulkan
pencemaran.
(2) Ketentuan umum intensitas pemanfaatan ruang dari sudut kepentingan
pertumbuhan ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. KDB maksimal 70 (tujuh puluh) persen;
b. KLB maksimal 8 (delapan);

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 87 -

c. tinggi bangunan maksimal disesuaikan berdasarkan ketentuan


Peraturan Perundang-undangan; dan
d. KDH minimal 10 (sepuluh) persen.

Pasal 91
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan strategis dari sudut
kepentingan sosial dan budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87
huruf b meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pemanfaatan ruang
untuk kegiatan pusat pemerintahan, perdagangan, jasa skala kota, dan
RTH;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi apartemen, rumah
susun, rumah toko atau rumah kantor dan kegiatan pemanfaatan
ruang untuk mendukung kegiatan pusat pemerintahan; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan selain
sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b.
(2) Ketentuan umum intensitas pemanfaatan ruang dari sudut kepentingan
sosial dan budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. KDB maksimal 60 (enam puluh) persen;
b. KLB maksimal 7,2 (tujuh koma dua);
c. tinggi bangunan minimal 3 (tiga) lantai dan ketinggian maksimal
disesuaikan dengan peraturan perundangan; dan
d. KDH minimal 10 (sepuluh) persen.

Pasal 92
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan strategis dari sudut
kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 89 huruf c meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pemanfaatan ruang
untuk kegiatan pariwisata, penelitian dan RTH;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain
sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi
kawasan sekitar situ sebagai kawasan perlindungan setempat dan
kualitas lingkungan di kawasan sekitar situ; dan

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 88 -

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan budi daya


termasuk mendirikan bangunan, kecuali bangunan yang menunjang
fungsi kawasan dan/atau bangunan yang merupakan bagian dari
suatu jaringan atau tranmisi bagi kepentingan umum.
(2) Ketentuan umum intensitas pemanfaatan ruang kawasan peruntukan
wilayah sekitar Situ Gintung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. KDB maksimal 30 (tiga puluh) persen;
b. KLB maksimal 1,2 (satu koma dua);
c. tinggi bangunan maksimal 2 (dua) lantai; dan
d. KDH minimal 60 (enam puluh) persen.

Pasal 93
(1) Di kawasan budi daya dapat ditetapkan kegiatan selain sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 75 ayat (1) huruf b dengan ketentuan tidak
mengganggu dominasi fungsi kawasan yang bersangkutan dan tidak
melanggar ketentuan umum peraturan zonasi pola ruang sebagaimana
diatur dalam Peraturan Daerah ini.
(2) Pemanfaatan kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilaksanakan setelah adanya kajian komprehensif dan setelah mendapat
rekomendasi dari BKPRD Kota.

Bagian Ketiga
Ketentuan Perizinan

Pasal 94
(1) Ketentuan perizinan sebagaimana dimaksud Pasal 66 ayat (2) huruf b
didasarkan pada prinsip penerapan perizinan :
a. kegiatan yang berpeluang menimbulkan gangguan pada dasarnya
dilarang kecuali dengan izin; dan
b. setiap kegiatan dan pembangunan harus mendapatkan izin dari
Pemerintah Kota yang melakukan pengendalian terhadap
kesesuaiannya dengan rencana tata ruang, serta ketentuan
administrasi.
(2) Ketentuan perizinan ini bertujuan untuk :
a. menjamin pemaanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang,
standard dan kualitas minimum yang ditetapkan;

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 89 -

b. menghindari eksternalitas negatif; dan


c. melindungi kepentingan umum.

Pasal 95
(1) Izin pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 94 ayat (1)
meliputi :
a. izin lokasi;
b. izin penggunaan pemanfaatan tanah;
c. izin mendirikan bangunan; dan
d. izin lain berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
(2) Setiap pemanfaatan ruang harus mendapat izin sesuai dengan peruntukan
wilayah berdasarkan zonasi yang ditetapkan.

Pasal 96
(1) Tata cara pemberian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 ayat (1) huruf a
meliputi :
a. izin lokasi diberikan kepada pemohon untuk memperoleh ruang yang
diperlukan dalam rangka melakukan aktivitasnya;
b. izin lokasi merupakan dasar untuk melakukan pembebasan lahan
dalam rangka pemanfaatan ruang;
c. izin lokasi diperlukan untuk pemanfaatan ruang lebih dari 1 (satu)
hektar untuk kegiatan bukan pertanian dan lebih dari 25 (dua puluh
lima) hektar untuk kegiatan pertanian;
d. izin lokasi diberikan berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota;
e. pemohon mengajukan permohonan kepada instansi yang ditetapkan
dengan melengkapi semua persyaratan;
f. instansi yang ditetapkan melakukan uji kesesuaian dengan rencana
tata ruang atas lokasi yang dimohonkan; dan
g. apabila usulan lokasi yang dimohonkan diperkirakan mempunyai
dampak penting pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan.
(2) Tata cara pemberian izin penggunaan pemanfaatan tanah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 95 ayat (1) huruf b meliputi :
a. izin penggunaan pemanfaatan tanah diberikan berdasarkan izin lokasi;

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 90 -

b. izin penggunaan pemanfaatan tanah merupakan dasar untuk


permohonan mendirikan bangunan pemohon mengajukan permohonan
kepada instansi yang ditetapkan dengan melengkapi semua
persyaratan;
c. instansi sebagaimana tersebut pada huruf c mempersiapkan
perencanaan atas lokasi yang dimohon terkait untuk dibahas dan
dikoreksi; dan
d. apabila usulan lokasi yang dimohonkan diperkirakan mempunyai
dampak penting, pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan.
(3) Tata cara pemberian izin mendirikan bangunan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 95 ayat (1) huruf c meliputi :
a. izin mendirikan bangunan diberikan berdasarkan rencana detail tata
ruang dan peraturan zonasi;
b. selama rencana detail tata ruang kota dan peraturan zonasi belum ada,
maka izin mendirikan bangunan dapat diberikan berdasarkan rencana
tata ruang wilayah kota dan ketentuan umum peraturan zonasi;
c. pemohon mengajukan permohonan kepada instansi yang ditetapkan
dengan melengkapi semua persyaratan;
d. instansi sebagaimana tersebut pada huruf c mempersiapkan
perencanaan atas lokasi yang dimohon terkait untuk dibahas dan
dikoreksi;
e. apabila usulan lokasi yang dimohonkan diperkirakan mempunyai
dampak penting, pelaksanaanya sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan; dan
f. izin mendirikan bangunan merupakan dasar dalam mendirikan
bangunan dalam rangka pemanfaatan ruang sesuai fungsi yang telah
ditetapkan dan rencana teknis bangunan gedung yang telah disetujui
oleh pemerintah daerah kota.
(4) izin lain berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 ayat (1) huruf d merupakan izin
yang diberikan untuk kegiatan pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan.

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 91 -

Pasal 97
(1) Perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 94 dilaksanakan oleh
Walikota.
(2) Ketentuan perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

Bagian Keempat
Ketentuan Umum Insentif dan Disinsentif

Pasal 98
(1) Ketentuan umum insentif dan disinsetif sebagaimana dimaksud dalam Pasal
66 ayat (2) huruf c meliputi :
a. mendorong dan/atau merangsang pembangunan yang sejalan dengan
rencana tata ruang;
b. menghambat dan/atau membatasi pembangunan yang tidak sesuai
dengan rencana tata ruang; dan
c. memberi peluang kepada masyarakat dan pengembangan untuk
partisipasi dalam pembangunan.
(2) Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dilakukan oleh instansi
berwenang sesuai dengan kewenangannya.
(3) Perangkat atau mekanisme insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berupa :
a. keringanan pajak, pengurangan retribusi, pemberian kompensasi,
subsidi silang, imbalan, sewa ruang, dan urun saham;
b. pembangunan serta pengadaaan infrastuktur;
c. kemudahan prosedur perizinan; dan
d. pemberian penghargaan kepada masyarakat, swasta dan/atau
Pemerintah Daerah.
(4) Perangkat atau mekanisme disinsentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berupa :
a. pengenaan pajak yang tinggi disesuaikan dengan besarnya biaya yang
dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat
pemanfaatan ruang; dan
b. pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan kompensasi, penalti,
pembatasan administrasi pertanahan dan persyaratan khusus dalam
perizinan.

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 92 -

Pasal 99
(1) Dalam rangka mendorong terwujudnya struktur dan pola ruang wilayah
kota, insentif diberikan pada kawasan sebagai berikut :
a. kawasan yang didorong perkembangannya;
b. kawasan pusat kota; dan
c. kawasan strategis kota.
(2) Bentuk insentif yang diberikan pada kawasan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi :
a. reduksi biaya retribusi iklan bagi sektor swasta yang mengelola RTH
yang berada pada ruang publik;
b. kemudahan perizinan pengembangan kawasan sesuai dengan fungsi
yang telah ditetapkan;
c. kemudahan perizinan bagi sektor dunia usaha yang melakukan
peremajaan terhadap kawasan;
d. penyediaan pelayanan jaringan utilitas dan prasarana dasar kawasan;
dan/atau
e. penyediaan jalan akses yang memadai.

Pasal 100
(1) Untuk menghambat perkembangan kawasan yang dibatasi
perkembangannya maka disinsentif diberlakukan pada kawasan sebagai
berikut:
a. kawasan yang dibatasi pengembangannya dan kawasan yang
ditetapkan sebagai lingkungan dengan kepadatan sedang; dan
b. kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan pemugaran.
(2) Bentuk disinsentif yang dikenakan pada kawasan yang dibatasi
pengembangannya dan kawasan yang ditetapkan sebagai lingkungan
dengan kepadatan sedang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi :
a. membatasi izin prinsip dan izin lokasi;
b. setiap pengembangan ruang wajib dilengkapi dengan dokumen amdal
dan wajib mendapatkan izin prinsip dan izin lokasi dari Walikota; dan

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 93 -

c. tidak dibangun jaringan prasarana baru kecuali prasarana vital yang


sudah ditetapkan di dalam RTRW Kota Tangerang Selatan.
(3) Bentuk disinsentif yang dikenakan pada kawasan yang ditetapkan sebagai
kawasan pemugaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi :
a. pengenaan pajak kegiatan yang relatif lebih besar daripada kawasan
lainnya untuk setiap pengembangan ruang;
b. setiap pengembangan ruang wajib dilengkapi dengan dokumen amdal
dan wajib mendapatkan izin lokasi dari Walikota;
c. pengenaan sanksi terhadap kegiatan yang menimbulkan dampak
negatif bagi pelestarian kawasan maupun bangunan cagar budaya;
d. pembatasan ketinggian bangunan dan luas lahan bagi pengembangan
kegiatan didalam dan di sekitar kawasan cagar budaya; dan
e. pelarangan ekstensifikasi lahan bagi kegiatan yang telah ada, kecuali
pada kawasan yang telah memiliki petunjuk yang telah disahkan,
namun dengan memperhatikan standar teknis konstruksi dan aspek
mitigasi bencana.

Pasal 101
(1) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian insentif dan pengenaan
disinsentif diatur dengan Peraturan Walikota.
(2) Ketentuan insentif dan disinsentif dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan.

Bagian Kelima
Arahan Sanksi

Pasal 102
(1) Arahan sanksi administratif terhadap pelanggaran penataan ruang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2) huruf d merupakan
pengenaan sanksi dengan tujuan untuk mewujudkan tertib tata ruang dan
tegaknya peraturan perundangan bidang penataan ruang.
(2) Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa sanksi
administratif dan sanksi pidana.
(3) Pengenaan sanksi dilaksanakan oleh instansi yang berwenang.

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 94 -

Pasal 103
(1) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 102 ayat (2)
dikenakan atas pelanggaran pemanfaatan ruang yang berakibat pada
terhambatnya pelaksanaan program pemanfaatan ruang.
(2) Pelanggaran penataan ruang yang dapat dikenai sanksi administratif
meliputi :
a. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang;
b. pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin prinsip, izin lokasi, dan
izin keterangan rencana kota. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai
dengan persyaratan izin yang diberikan oleh pejabat yang berwenang;
dan/atau
c. menghalangi akses terhadap kawasan yang dinyatakan oleh peraturan
perundangan bagai milik umum.
(3) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan;
c. penghentian sementara pelayanan umum;
d. penutupan lokasi;
e. pencabutan izin;
f. pembongkaran bangunan;
g. pemulihan fungsi ruang; dan/atau
h. denda administratif.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif
diatur dengan Peraturan Walikota.

Pasal 104
Sanksi pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 102 ayat (2) ditetapkan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB VIII
PERAN MASYARAKAT DAN KELEMBAGAAN

Bagian Kesatu
Peran Masyarakat

Pasal 105
Peran masyarakat dalam penataan ruang dilakukan pada tahap :
a. partisipasi dalam perencanaan tata ruang;

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 95 -

b. partisipasi dalam pemanfaatan ruang; dan


c. partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang.

Pasal 106
Bentuk peran masyarakat dalam penyusunan rencana tata ruang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 105 huruf a dapat berupa :
(1) memberikan masukan mengenai :
1. persiapan penyusunan rencana tata ruang;
2. penentuan arah pengembangan wilayah atau kawasan;
3. pengidentifikasian potensi dan masalah pembangunan wilayah atau
kawasan;
4. perumusan konsepsi perencana tata ruang; dan
5. penetapan rencana tata ruang.
(2) Kerjasama dengan Pemerintah, Pemerintah Propinsi Banten, Pemerintah
Daerah, dan/atau sesama unsur masyarakat dalam perencanaan tata
ruang.

Pasal 107
Bentuk peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 105 huruf b dapat berupa :
a. masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang;
b. kerjasama dengan pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau sesama unsur
masyarakat dalam pemanfaatan ruang;
c. kegiatan memanfaatkan ruang yang sesuai dengan kearifan lokal dan
rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
d. peningkatan efisiensi, efektivitas, dan keserasian dalam pemanfaatan ruang
darat, ruang laut, ruang udara, dan ruang di dalam bumi dengan
memperhatikan kearifan lokal serta sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
e. menjaga kepentingan pertahanan dan keamanan negara serta memelihara
dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber daya
alam; dan
f. kegiatan investasi dalam pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan.

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 96 -

Pasal 108
Bentuk peran masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 105 huruf c dapat berupa :
a. masukan terkait arahan dan/atau peraturan zonasi, perizinan, pemberian
insentif dan disinsentif serta pengenaan sanksi;
b. keikutsertaan dalam memantau dan mengawasi pelaksanaan rencana tata
ruang yang telah ditetapkan;
c. pelaporan terhadap instansi dan/atau pejabat yang berwenang dalam
menemukan dugaan penyimpangan atau pelanggaran kegiatan pemanfaatan
ruang yang melanggar rencana tata ruang yang telah ditetapkan;dan
d. pengajuan keberatan terhadap keputusan pejabat yang berwenang terhadap
pembangunan yang dianggap tidak sesuai dengan rencana tata ruang.

Pasal 109
(1) Peran masyarakat dalam penataan ruang dapat disampaikan secara
langsung dan/atau tertulis.
(2) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat disampaikan
kepada Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Kementerian terkait
dengan penataan ruang, Gubernur, dan Walikota.

Pasal 110
Dalam rangka meningkatkan peran masyarakat, pemerintah kota membangun
sistem informasi dan komunikasi penyelenggaraan penataan ruang yang dapat
diakses dengan mudah oleh masyarakat sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan.

Pasal 111
Pelaksanaan tata cara peran masyarakat dalam penataan ruang dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

Bagian Kedua
Kelembagaan

Pasal 112
(1) Pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan secara terpadu
dan komprehensif melalui suatu koordinasi dan kerja sama antara
Pemerintah Kota dan Pihak lain yang terkait dengan pemanfaatan ruang dan
pelaksanaan kegiatan pembangunan.

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 97 -

(2) Dalam rangka mengkoordinasikan penyelenggaraan penataan ruang dan


kerja sama antar sektor/antar daerah bidang penataan ruang dibentuk
BKPRD.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas, susunan organisasi, dan tata kerja
BKPRD diatur dengan Peraturan Walikota.

BAB IX
KETENTUAN PENYIDIKAN

Pasal 113
(1) Selain pejabat penyidik kepolisian negara Republik Indonesia, pegawai
negeri sipil tertentu di lingkungan instansi pemerintah yang lingkup tugas
dan tanggung jawabnya di bidang penataan ruang diberi wewenang khusus
sebagai penyidik untuk pembantu pejabat penyidik kepolisian negara
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana.
(2) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berwenang :
a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan yang
berkenaan dengan tindak pidana dalam bidang penataan ruang;
b. melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan tindak
pidana dalam bidang penataan ruang;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang sehubungan dengan
peristiwa tindak pidana dalam bidang penataan ruang;
d. melakukan pemeriksaan atas dokumen-dokumen yang berkenaan
dengan tindak pidana dalam bidang penataan ruang;
e. melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapat bahan
bukti dan dokumen lain serta melakukan penyitaan dan penyegelan
terhadap bahan dan barang hasil pelanggaran yang dapat dijadikan
bukti dalam perkara tindak/pidana dalam bidang penataan ruang; dan
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas
penyidikan tindak pidana dalam bidang penataan ruang.
(3) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memberitahukan dimulainya penyidikan kepada pejabat penyidik kepolisian
negara Republik Indonesia.

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 98 -

(4) Apabila pelaksanaan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


memerlukan tindakan penangkapan dan penahanan, penyidik pegawai
negeri sipil melakukan koordinasi dengan pejabat penyidik kepolisian negara
Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan.
(5) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menyampaikan hasil penyidikan kepada penuntut umum melalui pejabat
penyidik kepolisian negara Republik Indonesia.
(6) Pengangkatan pejabat penyidik pegawai negeri sipil dan tata cara serta
proses penyidikan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan.

BAB X
KETENTUAN PIDANA

Pasal 114
(1) Setiap orang yang tidak memenuhi syarat dalam melakukan kegiatan yang
diperbolehkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (2) huruf b,
Pasal 69 ayat (3) huruf b, Pasal 69 ayat (4) huruf b, Pasal 70 ayat (2) huruf
b, Pasal 70 ayat (3) huruf b, Pasal 71 huruf b, Pasal 72 huruf b, Pasal 73
huruf b, Pasal 74 ayat (2) huruf b, Pasal 74 ayat (3) huruf b, Pasal 74 ayat
(4) huruf b, Pasal 74 ayat (5) huruf b, Pasal 74 ayat (6) huruf b, Pasal 74
ayat (7) huruf b, Pasal 74 ayat (8) huruf b, Pasal 74 ayat (9) huruf b,Pasal 74
ayat (10) huruf b, Pasal 76 ayat (2) huruf b, Pasal 76 ayat (4) huruf b, Pasal
77 ayat (1) huruf b, Pasal 78 ayat (1) huruf b, Pasal 79 ayat (1) huruf b,
Pasal 80 ayat (1) huruf b, Pasal 81 ayat (1) huruf b, Pasal 82 ayat (1) huruf
b, Pasal 83 ayat (1) huruf b, Pasal 84 ayat (1) huruf b, Pasal 85 ayat (1)
huruf b, Pasal 86 ayat (1) huruf b, Pasal 87 ayat (1) huruf b, Pasal 88 ayat
(2) huruf b, Pasal 88 ayat (3) huruf b, Pasal 88 ayat (4) huruf b, Pasal 88
ayat (6) huruf b, Pasal 90 ayat (1) huruf b, Pasal 91 ayat (1) huruf b, Pasal
92 ayat (1) huruf b, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam)
bulan dan denda paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.
(3) Selain sanksi pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pelaku dapat
dikenai sanksi administratif sesuai ketentuan Pasal 103 ayat (3) Peraturan
Daerah ini.

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 99 -

Pasal 115
(1) Setiap orang yang :
a. melakukan kegiatan yang tidak diperbolehkan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 69 ayat (2) huruf c, Pasal 69 ayat (3) huruf c, Pasal 69 ayat
(4) huruf c, Pasal 70 ayat (2) huruf c, Pasal 70 ayat (3) huruf c, Pasal 70
ayat (4) huruf b, Pasal 71 huruf c, Pasal 72 huruf c, Pasal 73 huruf c,
Pasal 74 ayat (2) huruf c, Pasal 74 ayat (3) huruf c, Pasal 74 ayat (4)
huruf c, Pasal 74 ayat (5) huruf c, Pasal 74 ayat (6) huruf c, Pasal 74
ayat (7) huruf c, Pasal 74 ayat (8) huruf c, Pasal 74 ayat (9) huruf c,
Pasal 74 ayat (10) huruf c, Pasal 76 ayat (2) huruf c, Pasal 76 ayat (4)
huruf c, Pasal 77 ayat (1) huruf c, Pasal 78 ayat (1) huruf c, Pasal 79
ayat (1) huruf c, Pasal 80 ayat (1) huruf c, Pasal 81 ayat (1) huruf c,
Pasal 82 ayat (1) huruf c, Pasal 83 ayat (1) huruf c, Pasal 84 ayat (1)
huruf c, Pasal 85 ayat (1) huruf c, Pasal 86 ayat (1) huruf c, Pasal 87
ayat (1) huruf c, Pasal 88 ayat (2) huruf c, Pasal 88 ayat (3) huruf c,
Pasal 88 ayat (4) huruf c, Pasal 88 ayat (6) huruf c, Pasal 90 ayat (1)
huruf c, Pasal 91 ayat (1) huruf c, Pasal 92 ayat (1) huruf c, yang
mengakibatkan perubahan fungsi ruang;
b. tidak menaati rencana tata ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal
42 ayat (1), Pasal 43 ayat (4), Pasal 44 ayat (2) sampai dengan ayat (5),
Pasal 45, Pasal 47, Pasal 48 ayat (2) dan ayat (3), Pasal 49 ayat (2) dan
ayat (3), Pasal 50 ayat (2) dan ayat (3), Pasal 51, Pasal 52, Pasal 53 ayat
(2) dan ayat (3), Pasal 54, Pasal 55 ayat (2) huruf b dan huruf c, Pasal
55 ayat (3) sampai dengan ayat (6), Pasal 56 ayat (2), Pasal 57 ayat (1)
sampai dengan ayat (4), yang mengakibatkan perubahan fungsi ruang;
c. memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari
pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95;
d. tidak mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin
pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 96;
e. tidak memberikan akses terhadap kawasan yang oleh peraturan
perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum;
dipidana sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang.

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 100 -

(2) Setiap pejabat pemerintah yang berwenang yang menerbitkan izin tidak
sesuai dengan rencana tata ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 94
ayat (1) huruf b, dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 73
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

Pasal 116
Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 115 adalah kejahatan.

BAB XI
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 117
(1) Jangka Waktu Rencana Tata Ruang Wilayah Kota adalah 20 (dua puluh)
tahun sejak tanggal ditetapkan dan ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5
(lima) tahun.
(2) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana
alam skala besar, perubahan batas teritorial negara, dan/atau perubahan
batas wilayah yang ditetapkan dengan Undang-Undang, Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota dapat ditinjau kembali lebih dari 1 (satu) kali dalam 5
(lima) tahun.

BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 118
Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku :
a. semua peraturan pelaksanaan yang berkaitan dengan penataan ruang
daerah yang telah ada dinyatakan berlaku sepanjang tidak bertentangan
dengan dan belum diganti berdasarkan Peraturan Daerah ini;
b. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan dan telah sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam Peraturan Daerah ini tetap berlaku sesuai
dengan masa berlakunya;
c. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi tidak sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam Peraturan Daerah ini berlaku ketentuan :
1. untuk yang belum dilaksanakan pembangunannya, izin tersebut
disesuaikan dengan fungsi kawasan berdasarkan Peraturan Daerah ini;
2. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya, dilakukan
penyesuaian dengan masa transisi berdasarkan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan; dan
PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI
ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA
- 101 -

3. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya dan tidak


memungkinkan untuk dilakukan penyesuaian dengan fungsi kawasan
berdasarkan Peraturan Daerah ini, izin yang telah diterbitkan dapat
dibatalkan dan terhadap kerugian yang timbul sebagai akibat
pembatalan izin tersebut dapat diberikan penggantian yang layak.
d. pemanfaatan ruang di Kota yang diselenggarakan tanpa izin dan/atau
bertentangan dengan ketentuan Peraturan Daerah ini, akan ditertibkan dan
akan disesuaikan dengan Peraturan Daerah ini; dan
e. pemanfaatan ruang yang sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
Peraturan Daerah ini, agar dipercepat untuk mendapatkan izin yang
diperlukan.

BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 119
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan


Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Tangerang
Selatan.

Ditetapkan di Tangerang Selatan.


pada tanggal 30 Desember 2011

WALIKOTA
TANGERANG SELATAN,

Ttd cap
AIRIN RACHMI DIANY

Diundangkan di Tangerang Selatan.


pada tanggal 30 Desember 2011

SEKRETARIS DAERAH
KOTA TANGERANG SELATAN,

Ttd cap

DUDUNG E. DIREDJA

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2011 NOMOR 15

PARAF HIERARKI PARAF HIERARKI


ASISTEN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN WAKIL WALIKOTA
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA SEKRETARIS DAERAH

PARAF KOORDINASI
KEPALA BAPPEDA

Anda mungkin juga menyukai