PERATURAN DAERAH
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
TENTANG
1
c. bahwa untuk menjaga kesinambungan pembangunan di
daerah maka perlu ditetapkan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah tahapan ketiga Tahun 2013-
2018;
d. bahwa berdasarkan Pasal 150 ayat (3) huruf b, c, d dan
huruf e Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah mengamanatkan bahwa Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah ditetapkan
dengan Peraturan Daerah;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c dan huruf d,
perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Nusa
Tenggara Timur Tahun 2013-2018;
2
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4287);
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana
telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-
2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4700);
8. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846);
9. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5038);
3
10. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5059);
11. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Pemukiman (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188);
12. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 81, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5233);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang
Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1988
Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3373);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang
Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4585);
4
16. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang
Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaran
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4593);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang
Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4663);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4737);
19. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);
20. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4817);
21. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);
5
22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010
tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8
Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah;
23. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor
1 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun
2005-2025 (Lembaran Daerah Provinsi Nusa Tenggara
Timur Tahun 2008 Nomor 001 Seri E Nomor 001,
Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Nusa Tenggara
Timur Nomor 0011);
24. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor
8 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Sekretariat Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur
(Lembaran Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun
2008 Nomor 008 Seri D Nomor 001, Tambahan
Lembaran Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor
0017) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 9 Tahun
2013 tentang Perubahan atas Perda Nomor 8 Tahun
2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat
Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur (Lembaran Daerah
Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013 Nomor 009,
Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Nusa Tenggara
Timur Nomor 0062);
6
25. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor
9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Sekretariat DPRD Provinsi Nusa Tenggara Timur
(Lembaran Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun
2008 Nomor 004 Seri D Nomor 002, Tambahan
Lembaran Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor
0018) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 10 Tahun
2013 tentang Perubahan atas Perda Nomor 9 Tahun
2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat
DPRD Provinsi Nusa Tenggara Timur (Lembaran Daerah
Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013 Nomor 010,
Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Nusa Tenggara
Timur Nomor 0063);
26. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor
10 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas
Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur (Lembaran Daerah
Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2008 Nomor 010
Seri D Nomor 003, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi
Nusa Tenggara Timur Nomor 0019) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Nusa
Tenggara Timur Nomor 11 Tahun 2013 tentang
Perubahan atas Perda Nomor 10 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Nusa
Tenggara Timur (Lembaran Daerah Provinsi Nusa
Tenggara Timur Tahun 2013 Nomor 0011, Tambahan
Lembaran Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor
0064);
7
27. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor
11 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Inspektorat, Bappeda dan Lembaga Teknis Daerah
Provinsi Nusa Tenggara Timur (Lembaran Daerah
Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2008 Nomor 011
Seri D Nomor 004, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi
Nusa Tenggara Timur Nomor 0020) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Nusa
Tenggara Timur Nomor 12 Tahun 2013 tentang
Perubahan atas Perda Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Bappeda dan
Lembaga Teknis Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur
(Lembaran Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun
2013 Nomor 012, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi
Nusa Tenggara Timur Nomor 0065);
28. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor
5 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kantor
Pelayanan Perijinan Terpadu Satu Pintu Provinsi Nusa
Tenggara Timur (Lembaran Daerah Provinsi Nusa
Tenggara Timur Tahun 2009 Nomor 005 Seri D Nomor
003, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Nusa
Tenggara Timur Nomor 003);
29. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor
4 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan
Pengelolaan Perbatasan Provinsi Nusa Tenggara Timur
(Lembaran Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun
2010 Nomor 004, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi
Nusa Tenggara Timur Nomor 0038);
8
30. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor
5 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan
Koordinasi Penanaman Modal Provinsi Nusa Tenggara
Timur (Lembaran Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur
Tahun 2010 Nomor 005, Tambahan Lembaran Daerah
Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 0039);
31. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor
6 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Sekretariat Dewan Pembina KORPRI Provinsi Nusa
Tenggara Timur (Lembaran Daerah Provinsi Nusa
Tenggara Timur Tahun 2010 Nomor 006, Tambahan
Lembaran Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor
0040);
32. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor
1 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Satuan
Polisi Pamong Praja Provinsi Nusa Tenggara Timur
(Lembaran Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun
2012 Nomor 001, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi
Nusa Tenggara Timur Nomor 001);
33. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor
2 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Model Mutis
Timau Unit XIX Provinsi Nusa Tenggara Timur
(Lembaran Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun
2012 Nomor 002, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi
Nusa Tenggara Timur Nomor 0052);
9
34. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor
14 Tahun 2013 tentang Sekretariat Komisi Penyiaran
Indonesia Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur
(Lembaran Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun
2013 Nomor 014, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi
Nusa Tenggara Timur Nomor 0067);
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
10
6. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah
Satuan Kerja Perangkat Daerah Lingkup Pemerintah Provinsi Nusa
Tenggara Timur.
7. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disebut
APBD adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Nusa
Tenggara Timur.
8. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa
depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan
sumber daya yang tersedia.
9. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya
disingkat RPJMD adalah Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah
untuk periode 5 (lima) tahun.
10. Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya
disebut RENSTRA SKPD adalah Dokumen Perencanaan Strategis Satuan
Kerja Perangkat Daerah untuk periode 5 (lima) tahun.
11. Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang selanjutnya disebut RKPD adalah
Dokumen Perencanaan Daerah untuk periode 1 (satu) tahun.
12. Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut
RENJA SKPD adalah Dokumen Perencanaan Satuan Kerja Perangkat
Daerah untuk periode 1 (satu) tahun.
13. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada
akhir periode perencanaan.
14. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan
dilaksanakan untuk mewujudkan visi.
15. Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif
untuk mewujudkan visi dan misi.
16. Kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil oleh
Pemerintah/Pemerintah Daerah untuk mencapai tujuan.
17. Program adalah bentuk instrument kebijakan yang berisi satu atau lebih
kegiatan yang dilaksanakan oleh SKPD atau masyarakat yang
11
dikoordinasikan oleh Pemerintah Daerah untuk mencapai sasaran dan
tujuan pembangunan daerah.
18. Musyawarah Perencanaan Pembangunan yang selanjutnya disebut
Musrenbang adalah forum antar pemangku kepentingan dalam rangka
menyusun rencana pembangunan daerah.
Pasal 2
Pasal 3
12
BAB II
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
Pasal 4
Pasal 5
13
g. mempercepat pembangunan kelautan dan perikanan;
h. mempercepat penanggulangan kemiskinan, bencana dan
pembangunan kawasan perbatasan.
Bab I Pendahuluan;
Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah;
Bab III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah serta Kerangka
Pendanaan;
Bab IV Analisis Isu-Isu Strategis;
Bab V Visi, Misi , Tujuan dan Sasaran;
Bab VI Strategi dan Arah Kebijakan;
Bab VII Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Daerah.
Bab VIII Indikasi Rencana Program Prioritas dan Kebutuhan
Pendanaan.
Bab IX Penetapan Indikator Kinerja Daerah.
Bab X Pedoman Transisi dan Kaidah Pelaksanaan.
14
(5) Isi beserta uraian RPJMD adalah sebagaimana tercantum dalam
Lampiran dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.
BAB III
PELAKSANAAN
Pasal 6
Pasal 7
15
(5) Pemerintah Kabupaten/Kota berkewajiban menjamin konsistensi antara
RPJMD Kabupaten/Kota dengan RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur
Tahun 2013-2018.
Pasal 8
BAB IV
PENGENDALIAN DAN EVALUASI
Bagian Kesatu
Pengendalian
Pasal 10
16
(2) Pengendalian oleh Gubernur dalam pelaksanaannya dilakukan oleh
Kepala Bappeda untuk keseluruhan perencanaan pembangunan daerah
dan oleh Kepala SKPD untuk program dan/atau kegiatan sesuai dengan
tugas pokok dan fungsinya.
(3) Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi
pemantauan, supervisi dan tindak lanjut penyimpangan terhadap
pencapaian tujuan agar program dan kegiatan sesuai dengan kebijakan
pembangunan daerah.
(4) Kepala Bappeda wajib melaporkan hasil pengendalian pelaksanaan
RPJM Daerah kepada Gubernur.
Pasal 11
Pasal 12
17
(4) Hasil pemantauan pelaksanaan Program dan/atau Kegiatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) disusun dalam bentuk Laporan Triwulan untuk
disampaikan kepada Bappeda.
(5) Kepala Bappeda melaporkan hasil pemantauan dan supervisi
pembangunan kepada Gubernur disertai dengan rekomendasi dan
langkah-langkah yang diperlukan.
Bagian Kedua
Evaluasi
Pasal 13
Pasal 14
Pasal 15
Pasal 16
18
a. penilaian terhadap pelaksanaan proses perumusan dokumen rencana
pembangunan daerah, dan pelaksanaan program dan kegiatan
pembangunan daerah; dan
b. menghimpun, menganalisis dan menyusun hasil evaluasi Kepala SKPD
dalam rangka pencapaian rencana pembangunan daerah.
(3) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) menjadi
bahan bagi penyusunan rencana pembangunan daerah untuk periode
berikutnya.
Pasal 17
BAB V
PENYEBARLUASAN RPJMD
Pasal 18
BAB VI
PERUBAHAN RPJMD
Pasal 19
19
b. Hasil pengendalian dan evaluasi menunjukkan bahwa substansi yang
dirumuskan tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri;
c. Terjadi perubahan yang mendasar; dan/atau
d. Merugikan kepentingan nasional.
(2) Perubahan yang mendasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
mencakup antara lain terjadinya bencana alam, goncangan politik, krisis
ekonomi, konflik sosial budaya, gangguan keamanan, pemekaran daerah,
atau perubahan kebijakan nasional.
(3) Merugikan kepentingan nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d, apabila bertentangan dengan kebijakan nasional.
Pasal 20
Pasal 21
BAB VII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 22
RPJMD Kabupaten/Kota yang telah ada masih tetap berlaku dan wajib
disesuaikan dengan RPJMD paling lambat 6 (enam) bulan sejak Peraturan
Daerah ini diundangkan.
20
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 23
Ditetapkan di Kupang
pada tanggal 16 Januari 2014
Diundangkan di Kupang
pada tanggal 16 Januari 2014
SEKRETARIS DAERAH
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR,
FRANSISKUS SALEM
21
PENJELASAN
ATAS
TENTANG
I. UMUM :
22
Agar pelaksanaan desentralisasi dapat menuju kearah pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan, maka perlu disusun perencanaan
operasional yang dapat dijadikan pedoman sekaligus acuan
penyelenggaraan Desentralisasi yang dilaksanakan oleh Provinsi,
Kabupaten dan Kota. Oleh karena itu, maka mekanisme perencanaan
pembangunan daerah tidak terpisahkan dari sistem perencanaan
pembangunan nasional, yang mencakup; pendekatan politik,
teknokratik, partisipatif, top-down dan bottom-up.
23
Visi, yaitu Terwujudnya masyarakat Nusa Tenggara Timur yang
berkualitas, sejahtera dan demokratis, dalam Bingkai Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Oleh karena itu dalam menentukan arah, tujuan dan sasaran dan
target yang ingin dicapai dalam RPJP Daerah, maka dalam penyusunan
RPJMD Provinsi NTT Tahun 2013-2018 telah dilakukan evaluasi
terhadap rencana sebelumnya sesuai yang ditetapkan dalam RPJMD
24
Tahun 2008-2013 dan RENSTRA 2008-2013 yang menitikberatkan pada
bidang; (1) ekonomi, (2) kesejahteraan dan sumber daya manusia serta
(3) pembangunan Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
25
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
NOMOR 0070
26
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI i
DAFTAR TABEL ii
DAFTAR GAMBAR viii
BAB I PENDAHULUAN I-1
I.1 Latar Belakang I-1
I.2 Dasar Hukum Penyusunan I-2
I.3 Hubungan Antar Dokumen I-4
I.4 Sistematika Penulisan I-5
I.5 Maksud dan Tujuan I-6
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II-1
II.1 Aspek Geografi dan Demografi II-1
II.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat II-11
II.3 Aspek Pelayanan Umum II-32
II.4 Aspek Daya Saing Daerah II-85
BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN III-1
III.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu III-1
III.2 Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu III-13
III.3 Kerangka Pendanaan III-29
III.4 Sinergi Keuangan Daerah Dengan Keuangan Pembangunan Lain III-45
BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IV-1
IV.1 Isu-Isu Strategis IV-1
IV.2 Kekuatan Dan Permasalahan IV-1
IV.3 Isu Strategis IV-10
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN V-1
V.1 Visi V-1
V.2 Misi V-1
V.3 Tujuan dan Sasaran V-2
BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN VI-1
VI.1 Strategi Pembangunan Daerah VI-1
VI.2 Arah Kebijakan Pembangunan VI-2
VI.3 Tujuan, Strategi dan Arah Kebijakan VI-15
BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH VII-1
VII.1 Kebijakan Umum VII-1
VII.2 Program Pembangunan Daerah VII-1
VII.3 Kebijakan Umum dan Program Pembangunan VII-19
BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTA VIII-1
KEBUTUHAN PENDANAAN
VIII.1 Kebijakan Program Prioritas VIII-1
VIII.2 Target Program Prioritas dan Pendanaan VIII-1
BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH XI-1
IX.1 Dasar Penetapan Indikator XI-1
IX.2 Indikator Kinerja Sesuai Misi XI-1
BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN X-1
X.1 Pedoman Transisi X-1
X.2 Kaidah Pelaksanaan X-2
i
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Data Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun
Tabel 2.2 Keputusan Presiden 12 tahun 2012 tentang Penetapan Wilayah Sungai ........................ II-3
Tabel 2.4 Jenis Potensi Bencana dan Wilayah Rawan Bencana Provinsi Nusa Tenggara TimurII-8
Tabel 2.6 Persentase Penduduk berumur 10 Tahun ke atas menurut Kabupaten/Kota dan
Tabel 2.7. PDRB dan Laju Pertumbuhan NTT dan Indonesia tahun 2009-2012..II-13
Tabel 2.8. PDRB NTT Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2010-2012 II-14
Tabel 2.10. Koefisien Gini Nusa Tenggara Timur dan Indonesia Tahun 2008-2012 .................... II-16
Tabel 2.11. Prosentase RT Berdasarkan Kelompok Pengeluaran tahun 2008-2012 .................... II-17
Tabel 2.13. Penyelesaian Tindak Pidana menurut Kabupaten/Kota di NTT .................................... II-19
Tabel 2.14. Prosentase Kemampuan Membaca dan Menulis Penduduk tahun 2008-2012 ....... II-19
Tabel 2.15. Rata-rata Lama Sekolah per Kabupaten/Kota Tahun 2009-2012................................. II-21
Tabel 2.18. Indikator Derajat Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2012 ................ II-23
Tabel 2.20. Status Gizi Balita Kabupaten/Kota Tahun 2012 ................................................................... II-30
Tabel 2.21. Luas Lahan Rumah Tangga Usaha Pertanian Tahun 2002-2013 ................................... II-31
ii
Tabel 2.22. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Tahun 2009-2012 ........................................................... II-33
Tabel 2.23 Banyaknya Sekolah, Murid, Guru, dan Ratio Murid-Guru Pendidikan Dasar............. II-33
Tabel 2.24. Sekolah, Murid, Guru, Ratio Murid-Guru Pendidikan Lanjutan Pertama ................... II-34
Tabel 2.25. Banyaknya Sekolah, Murid, Guru, dan Ratio Murid-Guru Pendidikan Dasar ........... II-34
Tabel 2.26. Rasio Jumlah Sekolah, Ruang Kelas dan Guru Terhadap Siswa Tahun 2012 ........... II-35
Tabel 2.27. Data Kelulusan menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2008-2012..................... ........... II-35
Tabel 2.28. Jumlah Dokter dan Tenaga Medis Tahun 2008-2012 ......................................................... II-38
Tabel 2.29. Kondisi Kesehatan Penduduk NTT dan Nasional Hasil Riskesdes 2007 dan 2013 II-39
Tabel 2.30. Perkembangan Persediaan Rumah Layak Huni 2010-2012 ............................................ II-42
Tabel 2.32 Rumah tidak layak huni (RTLH) per Kabupaten................................................................... II-43
Tabel 2.34 Realisasi Pencapaian rumah layak huni tahun 2012 dan target pencapaiannya
Tabel 2.35 Persentase Rumah tangga menurut Kabupaten/Kota dan sumber air minum tahun
2012...........................................................................................................................................................II-46
Tabel 2.37 Pelanggan, Pemakai dan Nilai Pemakaian Listrik Tahun 2012........................................II-47
Tabel 2.39. Lahan Kritis dalam Kawasan Hutan dan di Luar Kawasan Hutan ................................. II-50
Tabel 2.40 Perkembangan pelaksanaan Program KTP Elektronik (KTP-EI) di Nusa Tenggara
iii
Tabel 2.42. Rasio Akseptor KB Tahun 2008-2012....................................................................................... II-55
Tabel 2.46. Overall Index Demokrasi Provinsi Nusa Tenggara Timur (2009-2011) .................... II-60
Tabel 2.47. Indeks Variabel Kebebasan Sipil di Provinsi Nusa Tenggara Timur (2010-2011) II-61
Tabel 2.48. Indeks Variabel Institusi Demokrasi di Provinsi Nusa Tenggara Timur
(2009w-2011) ..II-62
Tabel 2.51. Perkembangan Populasi Ternak Tahun 2011-2012 di NTT ............................................ II-68
Tabel 2.52. Indeks Harga diterima Petani, Indeks Harga dibayar Petani per sub kelompok
Tabel 2.53. Nilai Tukar Petani NTT Per subsektor November-Desember 2013 ............................ II-73
Tabel 2.54. Presentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Desember 2013 ........ II-74
Tabel 2.55. Presentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Desember 2012-201.II-74
Tabel 2.56. Potensi Kehutanan di Provinsi Nusa Tenggara Timur ....................................................... II-75
Tabel 2.62. Peringkat Daya Saing Provinsi di Indonesia, 2010 ............................................................. II-85
iv
Tabel 2.63. Pengeluaran Komsumsi Rumah Tangga Perkapita Tahun 2011-2012 ....................... II-87
Tabel 2.64. Pengeluaran Komsumsi RumahTangga Perkapita Tahun 2011-2012 ........................ II-87
Tabel 2.66. Rasio Jenis Kendaraan Terhadap Panjang Jalan Tahun 2012 ........................................ II-88
Tabel 2.67. Jumlah Penerbangan dan Angkutan Udara tahun 20112012 ...................................... II-89
Tabel 2.68. Kredit Usaha Kecil Menengah (KUKM) Tahun 2012 .......................................................... II-90
Tabel 2.69. Jangkauan pelayanan Air Bersih untuk Rumah tangga tahun 2008-2012 ................ II-90
Tabel 2.70. Jumlah Tindakan Kriminal yang dilaporkan dan diselesaiakan tahun 2009-2012 II-91
Tabel 2.71. Jenis pajak dan retribusi Provinsi Tahun 2013 ..................................................................... II-92
Tabel 2.72. Rasio Ketergantungan Penduduk NTT 2011 - 2012 ........................................................... II-93
Tabel 3.1. Perkembangan APBD dan realisasi APBD Provinsi Nusa Tenggara Timur
2008-2012............................................................................................................................................... III-2
Tabel 3.2. Realisasi Pendapatan dan Proporsi Pendapatan Daerah Nusa Tenggara Timur,
2008-2012............................................................................................................................................... III-4
Tabel 3.3. Pertumbuhan Pendapatan DaerahProvinsi Nusa Tenggara Timur, 2008-2012 ......... III-5
Tabel 3.4. Neraca Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur, 2008-2012 ............................................... III-7
Tabel 3.5. Pertumbuhan Neraca Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur, 2009-2012 ............... III-11
Tabel 3.6. Rasio Likuiditas dan Solvabilitas Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur ....... III-13
Tabel 3.7. Realisasi Belanja Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur 2008 2012 ...................... III-15
v
Tabel 3.13. Komposisi Penutup Defisit Riil Anggaran .............................................................................. III-20
Tabel 3.17. Pengeluaran Wajib dan Mengikat Serta Prioritas Utama ............................................... III-29
Tabel 3.19. Proyeksi Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan Yang Wajib dan Mengikat
Serta Prioritas Utama Provinsi Nusa Tenggara Timur 2013-2018 ............................. III-39
Tabel 3.23. Sumber Pembiayaan Pembangunan Melalui APBN Tahun 2009-2013..................... III-45
Tabel 3.27. Dukungan NGO Internasional terhadap Pembangunan Nusa Tenggara Timur
vi
Tabel 5.1 Misi-1, Tujuan dan Sasaran Tahun 2013-2018 ............................................................................V-3
Tabel 6.1 Misi, Tujuan, Strategi dan Arah Kebijakan Tahun 2014-2018 .......................................... VI-17
Tabel 7.1 Sasaran, Kebijakan Umum, Program Prioritas dan Target Untuk Mencapai Misi-1VII-19
Tabel 7.2 Sasaran, Kebijakan Umum, Program Prioritas dan Target Untuk Mencapai Misi-2VII-23
Tabel 7.3 Sasaran, Kebijakan Umum, Program Prioritas dan Target Untuk Mencapai Misi-3VII-29
Tabel 7.4 Sasaran, Kebijakan Umum, Program Prioritas dan Target Untuk Mencapai Misi-4VII-38
Tabel 7.5 Sasaran, Kebijakan Umum, Program Prioritas dan Target Untuk Mencapai Misi-5VII-51
Tabel 7.6 Sasaran, Kebijakan Umum, Program Prioritas dan Target Untuk Mencapai Misi-6VII-56
Tabel 7.7 Sasaran, Kebijakan Umum, Program Prioritas dan Target Untuk Mencapai Misi-7VII-60
Tabel 7.8 Sasaran, Kebijakan Umum, Program Prioritas dan Target Untuk Mencapai Misi-8VII-62
Tabel 8.1 Indikasi Rencana Program yang Disertai Kebutuhan Pendanaan................................... VIII-2
vii
DAFTAR GAMBAR
ix
Gambar 3.2 Prosentase Realisasi Pendapatan,Belanja dan
Pembiayaan Tahun 2008-2012.............................................................. III-3
Gambar 3.3 Komposisi Sumber Pendapatan Daerah ................................................ III-6
Gambar 3.4 Prosentase Realisasi Belanja Langsung dan
Tidak Langsung Tahun 2008-2012 ....................................................... III-14
Gambar 3.5 Komposisi Belanja APBN 2009-2013 .................................................. III-45
Gambar 3.6 Penyebaran Total Anggaran Hibah Luar Negeri
Di Nusa Tenggara Timur Tahun 2012 .................................................. III-53
Gambar 3.7 Dukungan Hibah Luar Negeri Terhadap Capaian RPJMD
Provinsi Nusa Tenggara Timur ............................................................. III-54
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Nusa Tenggara
Timur Tahun 2013-2018 merupakan penjabaran Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Derah (RPJPD) Tahun 2005-2025 yang disinergikan dengan visi, misi dan agenda
pembangunan dari Drs. Frans Lebu Raya dan Drs. Benny A. Litelnony, SH. M.Si yang
dilantik Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden Republik Indonesia tanggal 16 Juli
Tahun 2013 sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur
periode tahun 2013-2018 pada sidang Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Sesuai pasal 150 ayat (3) huruf b Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah bahwa Rencana pembangunan jangka menengah daerah yang
selanjutnya disebut RPJMD untuk jangka waktu 5 (lima) tahun merupakan penjabaran
dari visi, misi dan program kepala daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP
daerah dengan memperhatikan RPJM Nasional. RPJMD memuat arah kebijakan keuangan
daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum dan program satuan kerja
perangkat daerah, lintas satuan kerja perangkat daerah dan program kewilayahan disertai
dengan rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat
indikatif. Untuk kebijakan kewilayahan mengacu pada kebijakan Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2010-2030. Dalam rangka sinergi, RPJMD
Provinsi Nusa Tenggara Timur disinergikan juga dengan Master Plan Percepatan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
RPJMD Tahun 2013-2018 merupakan kesinambungan dari pembangunan lima
tahun sebelumnya dengan lebih mendorong sumber daya yang mampu meningkatkan dan
mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mengeliminir kendala dan
tantangan pembangunan sesuai hasil analis lingkungan strategis internal dan eksternal.
Mewujudkan harapan tersebut, penyusunan RPJMD menggunakan pendekatan
teknokratis, politis, partisipatif dan pendekatan top-down dan bottom-up.
Sebagai dokumen perencanaan pembanguna daerah, RPJMD 2013-2018 akan
menjadi acuan dalam penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD), Rencana
Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) dan Rencana Kerja Satuan Kerja
Perangkat Daerah (Renja SKPD) sesuai amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah. RPJMD memuat Visi dan Misi Kepala Daerah, yang disusun
berdasarkan analisis permasalahan, isu-isu strategis, tujuan dan sasaran, strategi dan arah
kebijakan serta indikator sasaran dan target pencapaian pembangunan daerah. RPJMD
Provinsi NTT memuat kebijakan terkait dengan urusan wajib dan urusan pilihan sesuai
dengan peraturan Perundang-undangan bidang penyelenggaraan pemerintah daerah.
RPJMD sebagai acuan pembangunan daerah dilaksanakan melalui strategi
Keberlanjutan, Peningkatan dan Percepatan, Pemberdayaan Masyarakat dengan spirit
Anggaran untuk Rakyat Menuju Sejahtera (Anggur Merah), Kemitraan dan keterpaduan
lintas sektor. Secara operasional strategi tersebut akan menjadi landasan pelaksanaan
agenda dan program pembangunan yang target dan indikatornya terukur sehingga dapat
dijabarkan dalam RKPD dan Renstra SKPD.
Gambar 1.1
Bagan Alur Habungan RPJMD Dengan Dokumen Rencana Lainnya
Renstra Pedoman
Renja - Pedoman Rincian
K/L RKA-KL
KL APBN
Pemerintah
Pusat
Pedoman Diacu
RPJMN Dijabakan
RPJPN Pedoman Pedoman
kan
RKP RAPBN APBN
Gambar 1.2
Habungan RPJMD Dengan Dokumen RTRWP
TUJUAN PEMBANGUNAN
NASIONAL
RPJM
RPJP
NASIONAL
NASIONAL RTRW
NASIONAL
RPJMD
RPJPD
PROVINSI NTT
PROVINSI NTT
RTRW
PROVINSI NTT
1. Untuk menjabarkan visi, misi, dan program prioritas Daerah Gubernur dan Wakil
Gubernur terpilih;
2. Sebagai tolok ukur keberhasilan penyelenggaraan Pemerintahan, pembangunan
dan pelayaan kemasyarakatan dibawah kepemimpinan Gubernur dan Wakil
Gubernur terpilih;
3. Sebagai tolok ukur penilaian keberhasilan kepala SKPD dalam melaksanakan
pembangunan sesuai dengan tugas, fungsi, kewenangan dan tanggung jawab
masing-masing dalam mewujudkan visi, misi dan program kepala daerah;
4. Mewujudkan perencanaan pembangunan daerah yang bersinergi dengan
perencanaan pembangunan nasional dan menjamin keterkaitan dan konsistensi
antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan.
2. Kondisi Geostrategis
a. Sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Nusa Tenggara Barat;
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Negara Timor Leste;
c. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Flores;
d. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Flores;
e. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia/Lautan Indonesia.
3. Kondisi/Kawasan
a. Pedalaman
Kondisi kawasan pedalaman dikembangkan melalui pengembangan habitat Komunitas
Adat Terpencil (KAT) atau lokasi tempat habitat berada yaitu
1) Dataran rendah dan atau daerah rawa;
b. Terpencil
4. Hidrologi
a. Daerah Aliran Sungai
Gambaran kondisi Hidrologi wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur dapat dilihat
dari potensi air permukaan dan air tanah. Secara umum, potensi hidrologi di wilayah
Provinsi Nusa Tenggara Timur terutama air permukaan tergolong kecil. Kondisi ini
mengakibatkan sulitnya eksploitasi sumber air permukaan untuk kepentingan
pembangunan. Daerah Aliran Sungai (DAS) dibentuk dari beberapa sungai dan Danau.
Diwilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur terdapat 27 DAS dengan luas keseluruhan
1.527.900 Ha. Sungai yang terpanjang di wilyah Nusa Tenggara Timur adalah Sungai
Benenai (100 Km) yang mencakup Kabupaten TTS, TTU dan Belu dengan DAS seluas:
4500 Km di Kabupaten Belu. DAS terluas adalah DAS Benenai yaitu 329.841 Ha.
Tabel 2.2
Keputusan Presiden 12 tahun 2012
tentang penetapan wilayah sungai (WS)
c. Debit
Curah hujan rata-rata di NTT adalah 1.200 mm, dengan baseflow andalan dari 194
sungai 122,50 m3/det setara dengan 3,863 Milyar m3/tahun. Dengan demikian
kebutuhan air di NTT: penduduk=4,6 Juta x 1200= 5,520 Milyar setara dengan 175,038
m3/det dan itu berarti NTT mengalami devisit air= 175,038 122,5 = 52,538 m3/det
setara dengan 1,657 Milyar m3/tahun.
5. Klimatologi
Iklim dipengaruhi geografis wilayah yang letaknya di antara benua Asia dan
Australia serta antara samudra Hindia dan Pasifik. Secara umum beriklim tropis, dengan
variasi suhu dan penyinaran matahari efektif rata-rata 8 jam per hari. Musim hujan
berlangsung antara bulan November hingga Maret dan musim kemarau antara bulan
April hingga Oktober. Rata-rata curah hujan tahunan berkisar 850 mm terjadi di Sabu,
Maumere, dan Waingapu, sementara curah hujan tahunan kisaran 2500 mm terjadi di
Ruteng, Kuwus, Mano, Pagal dan Lelogama. Fenomena iklim global (El Nino dan La Nina)
juga mempengaruhi kondisi iklim secara umum wilayah. Pada saat terjadinya fenomena El
Nino (1997/1998;2002/2003;2009/2010), awal musim hujan umumnya mundur 1-3
dasarian, periode musim hujan semakin pendek dan sifat hujan umumnya dibawah
normal sehingga berdampak pada kekeringan. Sebaliknya saat La Nina
(1998/1999;2010/2012), awal musim hujan umumnya maju 1-3 dasarian, periode musim
hujan semakin panjang dan sifat hujan diatas normal dan berpotensi menyebabkan banjir.
Berdasarkan analisis data series iklim (suhu udara dan curah hujan) selama 30
tahun (1983-2012), suhu udara rata-rata bulanan mengalami kecenderungan peningkatan
0.20C0.40C dan curah hujan bulanan mengalami peningkatan sebesar 25-100 mm.
Sementara itu awal terjadinya musim hujan cenderung mundur 1 s/d 3 dasarian dari
normalnya. Periode musim hujan semakin pendek sebaliknya periode musim kemarau
semakin panjang. Perkiraan awal musim hujan (AMH) dan musim hujan (MH) hasil kajian
iklim NTT dan pemodelan iklim, SPARC project UNDP sebagaimana gambar 2.1.
a. Tipe
Konfigurasi Geografis NTT sebagai provinsi Kepulauan dan letaknya posisi silang di antara dua
benua Asia dan Australia dan diantara dua samudera yaitu Hindia dan Pasifik, menetukan
karakteristik iklim di wilayah ini. Wilayah provinsi NTT secara umum termasuk ke dalam tipe
iklim tropis dengan variasi Suhu dan Penyinaran Matahari yang rendah rata-rata suhu
minimum dan maksimum masing-masing 240 C dan 320 C dengan panjang hari 12 jam. Pola
umum iklim wilayah ini adalah pola musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan
berlangsung antara bulan November sampai Maret dan musim kemarau antara bulan April dan
Oktober. Pola iklim demikian dikendalikan oleh pola angin Moonsoon dari Tenggara yang relatif
kering dan dari arah Barat Laut yang membawa banyak uap air. Konfigurasi kepulauan dan
topografi wilayah juga merupakan pengendali iklim lokal yang berpengaruh terhadap
karakteristik iklim lokal. Akibatnya keragaman iklim antar wilayah didaerah ini juga sangat
besar. Dari aspek curah hujan rata-rata curah hujan tahunan bervariasi antara 850 mm di
daerah-daerah seperti Sabu, Maumere dan Waingapu sehingga lebih dari 2500 mm di Ruteng,
Kuwus dan Lelogama.
b. Kelembaban
Secara umum, iklim wilayah NTT termasuk ke dalam kategori iklim semi-arid, dengan periode
hujan yang hanya berlangsung 3-4 bulan dan periode kering 8-9 bulan.
Persoalan curah hujan di NTT juga diperparah oleh pengaruh iklim global, terutama fenomena
El Nino dan La Nina serta fenomena perubahan iklim global yang kurang menguntungkan.
Dampak dari pengaruh iklim global dimaksud antara lain adalah waktu on set dan off set musim
hujan yang suliy diprediksi dan fenomena kondisi musim kemarau dan musim hujan yang
ekstrim. Akibatnya adalah antara lain: kekeringan, gagal tanam, gagal panen, banjir dan
gangguan hama dan penyakit tanaman yang serius.
Kelembaban nisbi terendah terjadi pada Musim Timur Tenggara (63-76%) yaitu bulan Juni
sampai November dan kelembaban tertinggi pada Musim Barat Daya (82-88%) yaitu bulan
Desember sampai bulan Mei. Curah hujan tertinggi di wilayah Flores bagian barat, Sumba
bagian barat dan Timor bagian tengah (2000-3000 mm/thn).
Kecepatan angin rata-rata pada Bulan November sampai April 03-05 Knot dan angin Musim
Timur Tenggara terjadi pada bulan Mei sampai dengan Oktober dengan kecepatan dapat
mencapai 06-10 Knot (apabila ditunjang angin permukaan).
Tabel 2.5
Rasio Ketergantungan Penduduk NTT 2011 - 2012
2011 2012
Indikator
Lak-laki Perempuan Jumlah Lak-laki Perempuan Jumlah
Usia Produktif
1,342,812 1,414,891 2,757,703 1,397,994 1,470,806 2,868,800
(15-64 Thn)
Usia Kergantungan
1,029,701 989,081 2,018,782 1,030,632 999,828 2,030,460
(0-14 dan > 64 Thn)
Tabel 2.6.
Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas Menurut Kabupaten/Kota dan
PendidikanTertinggi yang Ditamatkan, Tahun 2012
Tamat
Tamat
Tidak Tamat Tamat Akade TamatUni
Kabupaten/ Sekolah Tamat Tamat Tamat
Punya SMU Diploma mi / versitas / Jumlah
Kota Dasar SMTP SMU S2-S3
Ijasah Kejuruan I dan II Diplom D IV-S1
(SD)
a III
01. Sumba
46,58 21,99 12,10 10,01 3,73 0,45 1,20 3,76 0,17 100,00
Barat
02. Sumba
46,83 23,20 12,96 9,83 3,43 0,31 0,97 2,42 0,05 100,00
Timur
03. Kupang 34,75 31,84 14,69 13,46 1,81 0,38 0,48 2,32 0,26 100,00
04. Timor
Tengah 39,84 31,24 14,19 9,66 2,74 0,26 0,62 1,34 0,11 100,00
Selatan
05. Timor
33,05 38,06 12,72 8,55 2,63 0,49 1,44 2,94 0,13 100,00
Tengah Utara
06. Belu 42,84 28,14 13,31 9,67 1,92 0,60 1,04 2,49 0,00 100,00
07. Alor 33,91 34,32 13,75 9,99 3,82 1,24 0,54 2,39 0,04 100,00
08. Lembata 32,41 37,98 12,35 8,89 3,31 0,62 1,43 2,81 0,19 100,00
09. Flores
36,13 35,00 12,74 8,99 3,81 0,80 0,90 1,62 0,03 100,00
Timur
10. Sikka 48,15 23,52 10,76 8,60 3,33 0,79 1,35 3,48 0,02 100,00
11. Ende 31,15 27,18 15,00 14,07 6,14 0,83 1,00 4,51 0,12 100,00
12. Ngada 24,95 44,11 14,59 8,24 3,03 1,13 0,99 2,96 0,00 100,00
13.
36,86 38,36 10,93 7,84 1,93 0,49 0,74 2,83 0,00 100,00
Manggarai
14. Rote Ndao 39,07 32,59 12,72 10,31 1,12 1,08 0,48 2,62 0,00 100,00
15.
Manggarai 39,97 38,65 10,29 6,29 1,63 0,87 1,16 1,06 0,06 100,00
Barat
16. Sumba
47,06 27,32 11,35 8,80 2,56 0,49 0,62 1,81 0,00 100,00
Tengah
17. Sumba
57,27 22,27 8,89 7,28 1,96 0,41 0,64 1,19 0,10 100,00
Barat Daya
18. Nagekeo 29,42 38,07 13,41 9,87 2,65 1,05 1,69 3,74 0,11 100,00
Nusa Tenggara Timur sebagai Provinsi kepulauan secara administratif terbagi dalam 1
kota, 21 Kabupaten, 306 Kecamatan, 316 Kelurahan dan 2.936 Desa. Berdasarkan geografis
maka sesuai karakteristik wilayah dibagi dalam tiga satuan wilayah Pembangunan (WP)
yaitu; (i) WP Timor-Alor-Rote Ndao-Sabu Raijua meliputi Kota Kupang, Kabupaten Kupang,
Kabupaten Timor Tengah Selatan, Kabupaten Timor Tengah Utara, Kabupaten Belu,
Kabupaten Malaka, Kabupaten Alor, Kabupaten Rote Ndao dan Kabupaten Sabu Raijua; (ii)
WP Flores-Lembata meliputi Kabupaten Manggarai Barat, Kabupaten Manggarai, Kabupaten
Ngada, Kabupaten Nagekeo, Kabupaten Ende, Kabupaten Sikka, Kabupaten Flores Timur dan
kabupaten Lembata dan (iii) WP Sumba meliputi Kabupaten Sumba Timur, Kabupaten
Sumba Tengah, Kabupaten Sumba Barat dan Kabupaten Sumba Barat Daya.
Secara geografis terletak di antara 8-12 Lintang Selatan dan 118 - 125 Bujur Timur.
Luas wilayah daratan 4.734.990 Ha dan luas wilayah lautan 15.141.773, 10Ha yang tersebar
pada 1.192 pulau. 44 pulau yang dihuni, 1.148 pulau belum dihuni, 246 pulau sudah
bernama dan 946 lainnya belum bernama. Memiliki sungai besar sebanyak 40 sungai dengan
panjang antara 25-118 Kilometer. Wilayahnya membentang sepanjang 160 Km dari Utara di
Pulau Palue sampai Selatan di Pulau Ndana dan sepanjang 400 Km dari bagian barat di Pulau
Komodo sampai Alor di bagian Timur. Batas-batas wilayah yaitu; Sebelah Utara dengan Laut
Flores, Sebelah Selatan dengan Samudera Hindia dan Australia, Sebelah Timur dengan
Negara Republic Democratic Timor Leste; dan Sebelah Barat dengan Selat Sape Provinsi Nusa
Tenggara Barat.
Ketinggian wilayah 0- 1.000 Mdpl seluas 86,35% dan ketinggian >1.000 Mdpl seluas
3,65%. Topografi dominan berbukit hingga bergunung-gunung dengan kemiringan >40%.
Wilayah dengan kemiringan <8% terbatas dan sebagian besar kemiringan lahan 8-40%
sehingga tingkat erosi tinggi. Topografi Desa/Kelurahan yaitu 5,46 % berada di wilayah
puncak, 41,23 % di wilayah lereng, 10,69 % di wilayah lembah dan 42,62 % berada pada
wilayah datar. Sebagian besar tanah di wilayah ini memiliki solum yang sangat dangkal (<30
Cm). Geologi wilayah termasuk dalam kawasan circum-pasific dengan dua karakteristik
1. Pertumbuhan PDRB
Pada tahun 2012 sektor pertanian memegang kontribusi yang terbesar pada PDRB
Nusa Tenggara Timur yaitu 35,96%, diikuti oleh lapangan usaha jasa-jasa 25,89%,
Perdagangan, Restoran dan Hotel 17,69%, Bangunan dan Konstruksi 7,20%, Pengangkutan
dan Komunikasi 7,68% Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 4,28%, Industri
pengolahan 1,50%, Sektor Pertambangan dan penggalian 1,37%, dan sektor listrik, gas dan
air bersih 0,42%. Kontribusi lapangan usaha pertanian masih menduduki kontribusi
terbesar, namun akan menurun sejalan dengan meningkatnya peran sektor jasa.
2. Laju Inflasi
Laju inflasi sebagai ukuran untuk menggambarkan kenaikan/penurunan harga dari
sekelompok barang dan jasa yang berpengaruh terhadap kemampuan daya beli masyarakat
dengan mengambil Kota Kupang sebagai sampel menunjukkan perkembangan sebagaimana
gambar 2.2.
Kondisi inflasi kelompok pengeluaran tahun 2012 dibandingkan dengan kondisi tahun
2012 menunjukkan kondisi penurunan inflasi tahun kalender cukup tinggi yang mencapai -
5,8 %. Penurunan tersebut akibat penurunan inflasi pada bahan makanan 8,38 %, Makan
Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau -3,2 %, perumahan -9,4 %, kesehatan 5,84 % dan
Transportasi & Komunikasi -3,1 % serta ada kenaikan inflasi pada sandang 6,22 % dan
Pendidikan, Rekreasi,Olahraga 1,14 %. Fultuasi inflasi terjadi sebagai dampak perumahan
indeks harga konsumen (IHK) sebagai dampak dari kebijakan pemerintah, permintaan
konsusmen dan pengaruh pasar global.
3. PDRB Perkapita
Rata-rata PDRB perkapita penduduk NTT atas dasar harga berlaku menunjukkan
perkembangan yang cukup baik dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008 pendapatan perkapita
sebesar Rp. 4.469.637 meningkat menjadi Rp. 7.195.650 tahun 2012 atau meningkat rata-rata
per tahun sekitar 15%. Selanjutnya terhadap PDRB konstan tahun 2000 pendapaatan
perkapita tahun 2008 sebesar 2.326.065 meningkat menjadi 2.496.857 tahun 2011 atau
meningkat rata-rata 1,90%. Namun demikian jika dibandingkan terhadap pendapatan
perkapita penduduk Indonesia, berdasarkan persentase pendapatan perkapita penduduk NTT
sekitar 25% sebagaimana Tabel 2.9.
Tabel 2.9
Pendapatan perkapita 2009-2012
No Uraraian 2009 2010 2011 2012
Pendapatan Perkapita Harga
1 4,914,835 5,521,420 6,073,767 7,195,650
Berlaku
Pendapatan Perkapita Harga
2 2,423,045 2,496,857 2,496,857 2,659,365
Konstan 2000
Pertumbuhan ekonomi 4.29 5.23 5.63 5,48
Sumber: NTT Dalam Angka 2013 - BPS NTT, Analisis Bappeda
Pada tabel 2.10 menunjukkan bahwa berdasarkan kemampuan ekonomi masyarat Nusa
Tenggara Timur masuk dalam kagori ketimpangan sedang. Apabila kebijakan Program-
program pro rakyat terus ditingkatkan jangkauan dan kuantitasnya maka menurunkan
ketimpangan pendapatan akan dapat diturunkan lebih pesat dengan peringkat secara
nasional makin mengecil dibandingkan capaian pada tahun 2012 berada pada posisi ke 8
secara Nasional.
Pemerataan pendaatan rumah tangga yang diukur dari kelompok pengeluaran bulanan
menunjukkan peningkatan daya beli pada kelompok pendapatan rendah dan sedang cukup
signifikan. Rumah tangga dengan kelompok pengeluaran <Rp. 100.000 menurun tajam yaitu
dari 10,65 % menjadi 0,15 % tahun 2012. Secara akumulatif rumah tangga dengan
pengeluaran <Rp.100.000 sampai dengan Rp. 199.999 pada tahun 2012 hanya 18,03 %
Rumah Tangga, pengeluaran Rp. 200.000-Rp. 749.999 mencapai 72,51 % Rumah Tangga dan
pengeluaran >Rp. 750.000 mencapai 9,47 % Rumah Tangga. Distribusi pengeluaran rumah
tangga yang mencerminkan kemampuan pendapatan sebagaimana tabel 2.11.
Tabel 2.11
Prosentase RT Berdasarkan Kelompok Pengeluaran tahun 2008-2012
Nusa Tenggara Timur menunjukkan kemampuan yang cukup baik dalam menurunkan
angka kemiskinan per tahun. Pada periode 2008-2012 jumlah penduduk miskin menurun
dari 1.098.400 orang atau 25,65% menjadi 1.000.300 orang atau 20.03% pada bulan Maret
2013. Perkembangan penurunan kamiskinan periode 2008-2013 sebagaimana pada Tabel
2.12.
Tabel 2.12
Perkembangan Penurunan Kemiskinan 2008-2013
Tabel 2.14
Prosentase Kemampuan Membaca dan Menulis Penduduk tahun 2008-2012
Gambar 2.4
Angka Melek Huruf Penduduk Tahun 2012
Angka melek provinsi mencapai 89,20% pada tahun 2012. Apabila dibandingkan dengan
rata-rata Nasional gap sebesar 4,36% karena rata-rata angka melek huruf tingkat nasional
mencapai 93,56%. Kabupaten yang mencapai angka melek huruf lebih tinggi dari provinsi
yaitu Kabupaten Kupang (96,82%), Kabupaten Ngada (96,56%) dan Kabupaten Nagekeo
(94,93%). Kabupaten yang memiliki angka melek huruf relatif paling rendah adalah Sumba
Tengah (74,74%), Sumba Barat (81,03%) Sabu Raijua (81,74%) dan TTS (79,11%).
b. Angka Rata-Rata Lama Sekolah
Rata-rata lama sekolah merupakan akumulasi lama seseorang bersekolah dari sekolah
dasar hingga perguruan tinggi bagi penduduk umur 15 tahun ke atas yang dapat
mengindikasikan salah satu indikator yang menentukan indeks pembangunan manusia.
Angka rata-rata lama sekolah di Provinsi Nusa Tengggara Timur makin meningkat yaitu dari
6,60 pada tahun 2009 menjadi 6,99 tahun 2011 dan 7,09 pada tahun 2012. Untuk tahun 2012
kemampuan rata-rata-rata sekolah per kabupaten/kota sebagaimana Tabel 2.15.
Sesuai tabel 2.15 menunjukkan bahwa hingga tahun 2012 kabupaten dengan rata-rata
lama sekolah terendah < 6,0 yaitu Kabupaten Sabu Raijua dan Kabupaten Sumba Barat Daya.
Kota Kupang merupakan satu-satunya yang mampu mencapai rata-rata lama sekolah > 10.
Berdasarkan kondisi tersebut maka pencapaian IPM yang rendah salah satu bersumber dari
rendahnya pencapaian rata-rata lama sekolah.
Tingkat
No 2009 2010 2011 2012
Pendidikan
1 SD 111,73 114,01 115,31 115,34
2 SMP 82,95 86,95 97,48 97,58
3 SMA/SMK 49,36 54,41 89,06 77,16
Sumber: NTT Dalam Angka 2013 - BPS NTT, Analisis Bappeda
Sesuai tabel 2.16 untuk tahun 2012 dibandingkan tahun 2011 pencapaiannya yaitu APK
tingkat SD/MI/SDLB 115,34% atau naik 0,03%, APK tingkat SMP/MTs/SMPLB 97,58% naik
0,10%, sedangkan APK tingkat SMA/MA/SMK sebesar 77,16% menurun sebesar 11,9%.
Angka Partisipasi Murni (APM) menyatakan banyaknya penduduk usia sekolah yang
masih bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai. Peningkatan yang signifikan terjadi
pada angka partisipasi murni (APM) tingkat SMA dan SMP yang melampui target > 20% lebih.
Sedangkan peningkatan APM tingkat SD memang tidak terlalu tinggi karena capaian
persentase sudah tinggi yaitu di atas 90%. Tingkat capaian APM semua jenjang pendidikan
sebagaimana Tabel 2.17.
Tabel 2.17
Kondisi APM NTTTahun 2009 2012
Tingkat
No 2009 2010 2011 2012
Pendidikan
1 SD 92,93 94,93 94,36 96,89
2 SMP 65,46 67,96 83,08 83,26
3 SMA/SMK - - 81,94 69,45
Sumber: NTT Dalam Angka 2013 - BPS NTT, Analisis Bappeda
Kondisi capaian APM tahun 2012 untuk tingkat SD/MI/SDLB sebesar 96,89%,
meningkat 2,53%, APM SMP/MTs/SMPLB 83,26% naik 0,18%, dan APM tingkat
SMA/MA/SMK 69,45%, menurun 12,49%.
2. Kesehatan
Tabel 2.18
Indikator Derajat Kesehatan
Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2012
NASIO
INDIKATOR NTT NTT
NTT NASIONAL NAL NASIONAL
DERAJAT (BPS (SDKI
(SP 2010) (SP 2010) (BPS (SDKI 2012)
KESEHATAN 2011) 2012)
2011)
45/1.000
AKB/IMR - - - - 32/1.000 KH
KH
536/100.000 259/100.000
AKI/MMR - - - -
KH KH
AK BALITA 58/1.000 40/1.000
- - - -
BLT BLT
UHH
LAKI-LAKI - -
- - 67,65 TH 69,65 TH
PEREMPUAN
Sumber Data : SP 2010, BPS 2011 dan SDKI 2012
20
15,1
15 13,1 12,8
12,8 12,5
10
0
2008 2009 2010 2011 2012
20
17,9
14,8
15
10
5,8
4,3 3,8
5
0
2008 2009 2010 2011 2012
Selanjutnya rincian jumlah kematian bayi, ibu dan balita tahun 20082012 dapat dilihat pada
Gambar 2.9 berikut:
Gambar 2.9
Jumlah Kematian Bayi, Ibu dan Balita Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2008 2012
80
65,1 67,7
58 ,6 58,7
60
48,7
44,0
40
20
0
1970 1980 1990 2004 2007 2011
Sumber Data : Sensus Penduduk 1970, 1980,1990, Surkesnas 2004, SDKI 2007 dan BPS 2011
Indikator lainnya yang menggambarkan kondisi adalah kasus kematian ibu, kasus
kematian bayi, kualitas lingkungan (rumah sehat), status gizi balita, usia harapan hidup dan
jumlah penderita AIDS. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi NTT, jumlah Kematian
Ibu pada tahun 2011 sebanyak 209 kasus; kematian bayi sebanyak 1.253 kasus; persentase
kualitas lingkungan (rumah sehat) sebesar 51,8%. Kondisi perkembangan kelahiran bayi
hidup tahun 2012 sebagaimana tabel 2.19.
Tabel 2.19
Kondisi Bayi Lahir Hidup Kabupaten/kota tahun 2012
Masih tingginya TFR sebagai akibat dari Contraceptive Prevalence Rate (CPR)/Prevalensi
penggunaan kontrasepsi masih rendah yaitu 38,3%, Unmet Need (Pasangan Usia Subur yang
ingin menggunakan kontrasepsi tetapi belum terlayani) sebanyak 15,9%. Selain itu Angka
kematian Ibu masih tinggi yaitu 306/100.000 Kelahiran Hidup dan Angka Kematian Bayi juga
3. Pertanian
Apabila diklasifikasikan menurut golongan luas lahan, pada tahun 2003 terlihat bahwa
jumlah rumah tangga usaha pertanian yang menguasai lahan kurang dari 5.000 m tidak
mencapai separuh jumlah rumah tangga usaha pertanian di Provinsi NTT. Kondisi yang
hampir serupa terjadi pada tahun 2013. Tercatat bahwa pada tahun 2013, jumlah rumah
tangga usaha pertanian dengan luas lahan <1.000 m adalah sebesar 64.903 rumah tangga,
mengalami penurunan sebesar 2,6 persen dibandingkan tahun 2003, yang tercatat sebanyak
66.600 rumah tangga. Usaha pertanian dengan luas lahan antara 1.0001.999 m pada tahun
2013 adalah sebanyak 64.173 rumah tangga, meningkat sebesar 41,2 persen bila
dibandingkan dengan tahun 2003 yang tercatat sebanyak 45.441 rumah tangga.
Pada tahun 2013 golongan luas lahan 2.0004.999 m tercatat mempunyai jumlah
rumah tangga usaha pertanian sebanyak 168.658 rumah tangga meningkat sebanyak 48.411
rumah tangga jika dibandingkan tahun 2003 (40,3 persen). Lebih dari separuh (61,8 persen)
rumah tangga usaha pertanian di Provinsi NTT menguasai lahan 5.000 m atau lebih. Kendati
demikian dibandingkan dengan tahun 2003 pertambahannya negatif, kecuali pada golongan
luas lahan 5.0009.999 m. Hal sebaliknya, pertambahan jumlah rumah tangga usaha
pertanian yang mempunyai lahan kurang dari 5.000 m2 cukup pesat. Kondisi ini
menunjukkan bahwa semakin banyak rumah tangga usaha pertanian yang memiliki luas
lahan yang kecil sebagaimana Tabel 2.21.
Tabel 2.21
Luas Lahan Rumah Tangga Usaha Pertanian Tahun 2002 dan 2013
4. Ketenagakerjaan
1. Kebudayaan
Nusa Tenggara Timur memiliki angka seni budaya yang tumbuh dari kultur masyarakat
sehingga berbagai jenis kesenian terkait dengan kegiatan adat istiadat. Berkaitan dengan itu
jumlah kesenian tradisional tersebar merata diseluruh desa dengan kondisi ada yang
tumbuh dengan baik karena pementasan setiap pelaksanaan even budaya dan ada yang
kurang berkembang. Untuk pentas kesenian saat ini dilakukan secara parmanen di satu
tempat karena tidak ada gedung kesenian khusus yang menjadi pementasan kesenian dengan
penjadwalan yang permanen.
Indikator hasil pembangunan pemuda dan olah raga yang dilihat dari aspek kesejahteran
sosial yaitu jumlah klub olar raga dan jumlah gedung olah raga. Klub olah raga yang
berkembang antara lain klub sepak bola, futsal, bola voli, tenis lapangan, tenis meja, bulu
tangkis, renang, basket, tinju, atletik dan olah raga bela diri. Jumlah klub tersebut berkembang
di seluruh kabupaten/kota karena ada even pertandingan yang dilaksanakan secara rutin
baik tingkat lokal, nasional dan internasional. Klub olah raga Nusa Tenggara Timur yang telah
mampu mengangkat prestasi anggotanya pada even nasional dan internasional antara lain
kempo, tinju dan atletik.
Dalam pelaksanaan kegiatan olah raga pemerintah Provinsi dan kabupaten/kota dan
partisipasi masyatakat mendukung penyiapan parasarana dalam bentuk gedung olah raga
dan lapangan olah raga yang keberadannya di desa/kelurahan hingga tahun 2012 yaitu
lapangan sepak bola 1.095 unit, lapangan Bola Voli 1,877 unit, lapangan bulu tangkis 283
unit, lapangan bola basket 58 unit, lapangan futsal 11 unit dan kolam renang 21 unit.
1. Pendidikan
a. Angka Partisipasi Sekolah
Selanjutnya angka partisipasi sekolah menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun
pada semua jenjang pendidikan. APS tahun 2012 yaitu SD/MI sebesar 96,13, SMP/MTS
sebesar 88,73 selengkapnya sebagaimana Tabel 2.22.
Data pada tabel 2.22 menunjukan bahwa rata-rata APS untuk jenjang pendidikan SD dan
SMP sampai dengan Tahun 2012 masih dibawah rata-rata Nasional sebesar 97,99% dan
89,76%. Pentingnya peningkatan APS untuk mendukung pencapaian rata-rata lama sekolah
lebih tinggi yang dicapai tahun 2011. Rata-rata lama sekolah merupakan salah satu indukator
kunci yang menentukan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Rata-rata lama pendidikan
penduduk periode 2008-2011 yaitu 6,55, 6,60 tahun, 6,99 tahun dan 7,05 tahun.
b. Rasio Guru/Murid
Pembangunan pendidikan dipengaruhi ketersediaan sekolah, guru dan murid.
Sehubungan dengan itu maka untuk mempercepat akses dan kualitas pendidikan
dilaksanakan pemenuhan atas tiga aspek strategis pembangunan pendidikan tersebut.
Tingkat pendidikan dasar didominasi oleh SD selanjutnya MI dan SDLB. Khusus untuk SDLB
disediakan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan bagi anak usia sekolah berkebutuhan
khusus. Kondisi perkembangan pembangunan pendidikan dasar pada tahun 2012
sebagaimana tabel 2.23.
Tabel 2.23
Banyaknya Sekolah, Murid, Guru dan Ratio Murid-Guru Pendidikan Dasar
Tabel 2.24
Sekolah, Murid, Guru dan Ratio Murid-Guru Pendidikan Lanjutan Pertama
Tingkat pendidikan atas didominasi oleh pendidikan SMA dengan jumlah mencapai 328
sekolah atau 63,69% dari 515 sekolah tingkat pendidikan atas yang ada. Jumlah murid yang
ada dominan perempuan yang mencapai 59,0% dan murid perempuan 41,0% dengan rasio
murid-guru mencapai 15. Kondisi pendidikan menengah atas pada tahun 2012 sebagaimana
tabel 2.25.
Tabel 2.25
Banyaknya Sekolah, Murid, Guru dan Ratio Murid-Guru Pendidikan dasar
Berdasarkan data tahun 2009 ketersediaan sekolah dan guru terhadap jumlah siswa
untuk tiap jenjang pendidikan cukup memadai sehingga perkembangan hingga tahun 2012
peningkatannya tidak berpengaruh terhadap rasio secara signifikan. Ketersediaan jumlah
sekolah, ruang kelas dan guru terhadap jumlah siswa selengkapnya sesuai jenjang pendidikan
dapat dilihat pada Tabel 2.26.
Tahun
No Indikator Tingkat Pendidikan
2009 2010 2011 2012
Rasio Sekolah- SD 1 : 175 1 : 175 1 : 164 1 : 178
1
Siswa
SMP 1 : 224 1 : 224 1 : 295 1 : 203
SMA/MA/ SMALB 1 : 342 1 : 342 1 : 375 1 : 403
SMK 1 : 154 1 : 154 1 : 363 1 : 328
2 Rasio Kelas-Siswa SD 1:29 1:29 1:24 1:34
SMP 1:44 1:44 1:31 1:32
SMA/MA/SMALB/S 1:54 1:54 1:32 1:30
MK
3 Rasio Guru-siswa SD 1:17 1:17 1:16 1:17
SMP 1:19 1:19 1:15 1:18
SMA/MA/ SMALB 1:16 1:16 1:17 1:20
SMK 1:14 1:14 1:13 1:15
Sumber: NTT Dalam Angka 2013 - BPS NTT, Analisis Bappeda
c. Tingkat Kelulusan
Tingkat kelulusan per jenjang pendidikan Tahun Pelajaran 2011/2012 menunjukkan
peningkatan dari tahun sebelumnya. Berdasarkan data Dinas PPO Provinsi Tingkat kelulusan
tingkat SMP/MTs/SMPLB 97,56% turun 0,10%, tingkat SMA/MA 94,50% atau naik 0,07%
dan tingkat SMK 96,49% atau meningkat 0,82. Perkembangan tingkat kelulusan merupakan
wujud sinergi pembangunan pendidikan semua pemangku pembangunan.Data
perkembangan tingkat kelulusan dapat dilihat pada Tabel 2.27.
Tabel 2.27
Data Kelulusan Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2008 - 2012
Pada tabel 2.27 secara umum tingkat kelulusan pada semua jenjang pendidikan
mengalami peningkatan. Prestasi tingkat kelulusan yang mencapai 100% pada jenjang SD
tahun 2011/2012 yang menurun menjadi 99,69% tahun 2012/2013 harus menjadi bahan
evaluasi dalam persiapan jenjang pendidikan SMP, SMA dan SMK untuk mencegah tingkat
kelulusan rendah.
Gambar 2.11
Prasarana Kesehatan menurut Jenis per 21 Kabupaten/Kota Tahun 2012
Gambar 2.12
Komposisi Tenaga Pelayanan Kesehatan, Tahun 2012
Fakta semakin banyaknya tenaga medis sejajar dengan capaian jumlah dan akses
masyarakat terhadap fasilitas kesehatan. Selain itu, angka kematian ibu yakni 330 kasus
(0,30%) pada tahun 2008 dari 109.604 kelahiran mengalami penurunan signifikan pada
tahun 2011 menjadi 208 kasus atau turun 0,21% dari 96.262 kelahiran. Jika dikonversikan ke
dalam angka kematian ibu melahirkan, terdapat penurunan dari 3 per 1000 kelahiran hidup
pada tahun 2011 (Laporan Dinas Kesehatan Provinsi NTT, 2013).
Walaupun secara faktual terdapat peningkatan jumlah dan akses fasilitas kesehatan
dan penurunan signifikan dari angka kematian ibu melahirkan yang terkait dengan kinerja
Revolusi KIA, kinerja tersebut belum signifikan dengan Kesehatan Ibu Hamil dan anak dalam
kandungan. Hal ini merupakan masalah substantif bagi penyempurnaan program tersebut 5
(lima) tahun ke depan. Permasalahan tersebut terindikasi dalam angka kematian bayi
dilahirkan. Pada tahun 2008, tercatat 1.274 kematian bayi atau sekitar 1,16% dari 109.604
kelahiran meningkat menjadi 1.272 kematian bayi (1,32%) dari 96.262 kelahiran pada tahun
2011. Dengan kata lain terdapat kenaikan angka kematian bayi dari 12 per 1000 kelahiran
tahun 2008 menjadi 13 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2011.
c. Kesehatan Masyarakat
Derajat kesehatan masyarakat merupakan capaian atau output dari kinerja sistem
kesehatan yang digambarkan melalui angka morbiditas dan mortalitas penduduk. Tingginya
morbiditas karena penyakit menular akibat lingkungan yang buruk dan status gizi
masyarakat serta perilaku hidup bersih dan sehat yang masih kurang, terutama melanda
penduduk rentan yaitu ibu hamil, bayi baru lahir dan balita mengakibatkan tingginya angka
stunting dan kematian pada usia dini. Tingginya angka stunting yang pada satu sisi
menggambarkan secara fisik pertumbuhan yang pendek dan kurus yang adalah predisposing
factor menderita penyakit-penyakit degeneratif/penyakit tidak menular pada saat dewasa,
namun pada sisi lain adalah terbatasnya kemampuan belajar di sekolah sebagai akibat
pertumbuhan kapasitas otak yang rendah dan tak tergantikan (irreversible) selama masa
pertumbuhan awal (golden period).
Status kesehatan, NTT masih di bawah angka nasional yakni proporsi bayi dengan
BBLR di tahun 2013 sebanyak 16%.Aspek status gizi, juga menunjukkan masih tingginya
proporsi Balita dengan status gizi kurang dari angka nasional di tahun 2013 yakni 29%.
Angka ini merupakan angka terendah secara nasional. Kasus Penyakit ISPA, Pneumonia dan
malaria juga masih tinggi demikinan juga prevalensi penyakit tidak menular seperti diabetes
melitus, hipertensi, jantung koroner dan stroke. Untuk aspek kesehatan mata dan telinga,
Tabel 2.29
Kondisi Kesehatan Penduduk NTT dan Nasional Hasil Riskesdas 2007 dan 2013
Aspek NTT Nasional
Indikator
Kesehatan 2007 2010 2013 2007 2010 2013
Status Proporsi BBLR - 19 16 - 11,1 10,2
kesehatan Proporsi bayi lahir pendek
dan BBLR - - 4.5 - - 4.3
Status Gizi Balita Gizi Kurang 33.5 33 29 - 19.6 18.4
Proporsi Balita Pendek 49 59 51 36.8 12.4 37.2
Penyakit Prevalensi ISPA (Semua
Menular Umur) 41.5 - 42 24 - 25
Periode Prevalensi
Pneumonia Per 1000 Balita - - 38.5 - - 18.5
Insidens Malaria 13 - 7 2.9 - 1.9
Kesehatan Proporsi RT yang Memiliki
Lingkungan Akses Air Minum 47 66.9 70.1 62 62.3 66.8
Proporsi RT yang Memiliki
Akses Ke Fasilitas Sanitasi 18 28 32 40.3 56 59.8
Pelayanan Proporsi Kunjungan
Kesehatan Neonatal 1 - 43 50 - 71.3 71.4
Anak Proporsi Kunjungan
Neonatal Lengkap - 10 25 - 31.8 39.3
Cakupan Vit A 76 - 77 71.5 0 75.5
Pelayanan Proporsi PUS yang Ber-KB - 38 40 - 55.8 59.7
Kesehatan Proporsi Persalinan Oleh
Ibu Tenaga Kesehatan - 58 65 - 79 86.9
Proporsi Persalinan di
Fasilitas Kesehatan - - 63 - - 76.1
Pelayanan Proporsi Penduduk Yang
Kesehatan Mendapat Pengobatan TB - - 70 - - 56.2
Lainnya Proprosi Penduduk Yang
Rawat Inap - 38 40 - 55.8 59.7
Sumber: Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan, 2013
3. Pekerjaan Umum
Urusan wajib pekerjaan umum didukung melalui komponen pembangunan jalan,
irigasi, rumah dan sanitasi. Kondisi perkembangan masih membutuhkan peningkatan dan
perluasan.
a. Jalan
Sistem transportasi transportasi darat didukung prasarana jalan Nasional, jalan
provinsi, jalan kabupaten dan jalan non status. Panjang jalan di NTT 4.203 Km (diluar Jalan
Kabupaten lk. 13.000 Km), Jalan Nasional terjadi penambahan panjang ruas yang cukup
signifikan yaitu untuk Ruas RutengReo, Kota Kefamenanu-Oelfaub (Perbatasan Negara),
sedangkan ruas-ruas yang lain relative kecil. Dengan diterbitkan Surat Keputusan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor: 567/KPTS/MEN/2010 maka telah ditetapkan Ruas Jalan Strategis
Nasional Rencana sepanjang 1.104 Km, ruas ini dialihkan pada Status Ruas Jalan Provinsi
sepanjang 423 Km dan Non Status 696 Km.
Pengalihan status jalan menjadi ruas Jalan Strategis Nasional akan dapat mengurangi
pembiayaan pembangunan untuk peningkatan, rehabilitasi dan pemeliharaan dari APBD
Provinsi ke pembiayaan APBN. Ruas Jalan Strategis Nasional sebagian terletak pada lintas
Utara Flores (Sp. Nggorang Kabupaten Manggarai Barat sampai Magepanda Kabupaten Sikka)
dan ruas jalan di Selatan Timor (perbatasan negara) yang menghubungkan dari Batu Putih
Kabupaten Timor Tengah Selatan sampai Motamasin Kabupaten Malaka), sehingga terjadi
pengurangan panjang Jalan Provinsi dari 1.737 Km menjadi 1.314 Km
Sebagai provinsi kepulauan ruas jalan berbeda antar wilayah yang berdampak pada
perbedaan kualitas akses antar wilayah. Panjang jalan Nasional 1.407 Km dengan kondisi
90% mantap, jalan strategis nasional 1.104 Km dengan kondisi 40% mantap dan Jalan
provinsi 1.314 Km dengan kondisi 40% mantap dan 384 Km jalan non status serta 1.3000 Km
lebih jalan Kabupaten. Jalan provinsi membutuhkan penanganan sehingga pelayanan
b. Sanitasi Lingkungan
Pembangunan sanitasi dapat ditinjau dari keberadaan sarana dasar penampungan
limbah rumah tangga, persampahan dan drainase. Persentase rumah tangga yang memiliki
sarana sanitasi dasar di tingkat desa tahun 2010 yaitu jamban sendiri 2.220 Desa/Kelurahan
(74,85%), Jamban bersama 102 desa (3,44%) dan jamban umum 612 (20,63%). Walaupun
mengalami peningkatan akan tetapi persentase jumlah kepemilikan masih rendah yakni
kurang dari setengah jumlah rumah belum memiliki jamban/WC. Untuk meningkatkan
sanitasi lingkungan dibutuhkan percepatan pelaksanaan sanitasi total berbasis masyarakat
(STBM).
c. Irigasi
Pembangunan irigasi variatif akibat pengaruh topografi berbukit dan bergunung
sehingga menyebar dalam luasan yang kecil. Areal potensial lahan basah untuk
pengembangan lahan irigasi seluas 310.093 Ha, dengan tingkat fungsional seluas 126.168 Ha
atau 40,7%. Berdasarkan kewenangan pengelolaan, maka terdapat 3 Daerah Irigasi yaitu 52
DI Pusat yang luas potensialnya 133.929 Ha dengan luas fungsional 31.356 Ha, 36 DI Provinsi
yang luas potensialnya 49.326 Ha dengan luas fungsional 27.589 Ha dan Di Kabupaten/Kota
yang luas potensialnya 126 Ha dengan luas fungsional 67.223 Ha. Daerah irigasi yang menjadi
kewenangan provinsi hanya 2,9% dari 1.229 daerah irigasi dengan tingkat fungsional 55,6%.
Kondisi kerusakan jaringan irigasi mencapai 61%. Peranan pemerintah provinsi dalam
pengembangan dan pembangunan irigasi sangat diperlukan untuk menunjang perkembangan
ekonomi daerah. Potensi kelembagaan pengelolaan irigasi dan sumber daya manusia yang
menjadi daya dukung pencapaian peningkatan produktifitas pertanian, guna mendukung
ketahanan pangan Nasional, maka pemeintah provinsi NTT mengupayakan infrastuktur
Sumber Daya Air dan fungsi Jaringan Irigasi dengan melaksanakan kebijakan Pengembangan
dan Pengelolaan Sistem Irigasi Partisipastif (PPISP).
Untuk mengatasi kekurangan air akibat kekeringan dan maka diupayakan
pembangunan embung-embung yang terdiri dari embung kecil, embung irigasi dan waduk.
Pada periode 2009-2012 telah dibangun 358 buah embung yang terdiri atas embung kecil
sebanyak 334 buah dan embung irigasi sebanyak 24 buah. Sebaran embung-embung
terbanyak yaitu Kabupaten Kupang 87 embung, Kabupaten Timor Tengah Selatan 61 embung
dan Kabupaten Timor Tengah Utara sebanyak 60 embung. Untuk bidang sumber daya air juga
dilaksanakan kegiatan; Peningkatan dan rehabilitasi daerah irigasi (DI) yaitu; 11 DI tahun
2009, 16 DI tahun 2010, 16 DI tahun 2011 dan 15 DI tahun 2012, (2) pembangunan baru
daerah irigasi; 2 DI tahun 2009 dan 3 DI tahun 2012.
4. Perumahan
Permukiman sebagai salah satu komponen pembangunan yang membutuhkan ruang
untuk pembangunan telah diatur dalam RTRWP dengan lokasi di seluruh Kabupaten/Kota.
Selanjutnya secara mikro, kawasan perumahan dan permukiman tersebar pada
desa/kelurahan sebagai satuan wilayah pembangunan pembangunan terkecil. Pembangunan
perumahan dan permukinan merupakan kebutuhan primer masyarakat. Pembangunan
Perkembangan
No Indikator 2010 2011 2012
(%)
1 Jenis Lantai Terluas
- Bukan Tanah 64.34 65.81 59,25 -6.56
- Tanah 35.66 34.19 32,30 -1.89
2 Lantai terluas
- < 20 M2 6.44 6.69 10,05 3,36
- 20 - 49 M2 58.05 57.54 51,98 -5,56
- 50 - 99 M2 29.83 30.03 32,18 2,15
- >=100 5.69 5.74 5,79 0.05
3 Jenis Atap
- Seng 75.71 75.89 78,12 2,23
4 Dinding Terluas -9.92
- Tembok 30.8 31.37 32,58 1,21
- Kayu 10.94 10.46 10,28 -0.18
- Bambu 33.92 34.38 31,65 -2,73
- Lainnya 24.34 23.79 25,50 1,71
Sumber: NTT Dalam Angka 2013 - BPS NTT, Analisis Bappeda
Persentase rumah tidak layak huni mencapai 35% (lantai tanah, dinding bukan
tembok, atap daun dan lainnya) dan sekitar 15% lebih rumah tangga belum memiliki rumah
sendiri. Selanjutnya berdasarkan kondisi rumah sehat sebagaimana Gambar 2.13.
Gambar 2.13
Persentase Rumah Sehat Tahun 2008 2012
Luas Wilayah dan Luas Pemukiman pada Provinsi Nusa Tenggara Timur
berdasarkan Kabupaten/Kota dapat dilihat pada tabel 2.31.
5 TTU 25,054 5,799 4,034 10,976 1,338 3,077 9,347 4.89% 51,456 18.16
14,80
6 Belu 30,314 4,671 328 14,909 1,512 24,979
6
7.75% 79,984 18.51
11 Ende 8,405 5,325 31,360 963 946 5,481 6,334 3.32% 57,690 10.8
12 Ngada 8,501 654 17,821 2,224 806 2,449 3,942 2.06% 32,226 12.23
11,19
13 Manggarai 21,557 4,406 23,061 1,888 550 16,748 5.86% 66,248 16.90
8
14 Rote Ndao 10,893 2,371 - 7,011 385 13,299 6,403 3.35% 26,943 23.77
Manggarai 10,88
15 19,137 3,343 25,506 1,113 2,383 17,295 5.70% 51,033 21.33
Barat 7
16 Sumba Tengah 2,197 2,372 10,040 5,430 2,489 4,399 3,293 1.72% 14,158 23.26
Sumba Barat 16,50
17 10,026 7,060 48,548 37,322 5,489 34,186 8.64% 65,192 25.31
Daya 0
18 Nagekeo 6,853 615 17,439 572 1,741 5,398 4,195 2.20% 29,162 14.39
Manggarai 11,49
19 27,427 5,150 27,564 4,673 1,688 7,015 6.02% 56,845 20.23
Timur 7
20 Sabu Raijua 3,351 2,781 239 12,808 95 8,241 3,853 2.02% 16,166 23.83
19,94
21 Kota Kupang 3,982
2
593 851 - 390 6,131 3.21% 78,082 7.85
332, 104, 350, 188, 227, 190,9 1,056,
NTT 808 303 307 172
46,079
710 60
100.0
590
18.73
Selanjutnya Realisasi Rumah Layak Huni dan Target Pencapaian Periode 2014-2018 Provinsi
Nusa Tenggara Timur dengan indikator Proporsi Rumah Tangga dengan akses rumah layak
adalah sebagaimana tercantum pada tabel 2.34.
Tabel 2.34
Realisasi Pencapaian Rumah Layak Huni Tahun 2012 dan Target Pencapaiannya
Periode 2014 2018
Pada tahun 2012 persentasi rumah tangga pengguna air bersih kemasan, perpipaan
dan sumur 47,99 % dan air minum rumah tangga yang bersumber dari air sungai, hujan dan
mata air sekitar 51,51 %. Persentase Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota dan Sumber
Air Minum, 2012 sebagaimana tabel 2.35.
Tahun Perkembangan
No Sumber Air Minum
2010 2011 2012 (+/-)
Selanjutnya prosentase ketersediaan fasilitas air minum tahun 2012 yaitu 19,23 %
milik sendiri, 31,54 % fasilitas bersama, 45,06 % umum dan 4,17 % lainnya.
Pembangunan sanitasi dapat ditinjau dari keberadaan sarana dasar penampungan
limbah rumah tangga, persampahan dan drainase. Persentase rumah tangga yang memiliki
sarana sanitasi dasar di tingkat desa tahun 2010 yaitu jamban sendiri 2.220 Desa/kelurahan
(74,85 %), Jamban bersama 102 desa (3,44 %) dan jamban umum 612 (20,63 %). Dari data
tersebut terlihat bahwa walaupun mengalami peningkatan akan tetapi prosentase jumlah
kepemilikan masih rendah yakni kurang dari setengah jumlah rumah belum memiliki
jamban/WC. Persentase Rumah Tangga Menurut persediaan fasilitas Tempat Buang Air
Besar (BAB) sebagaimana tabel 2.36.
Tabel 2.36
Fasilitas Tempat BAB Tahun 2010-2012
Tahun Perkembangan
No Fasilitas BAB
2010 2011 2012 (+/-)
1 Leher Angsa 49.82 52.22 53,68 1,46
Tabel 2.37
Pelanggan, Pemakai dan Nilai Pemakaian Listrik Tahun 2012
5. Penataan Ruang
Penataan Ruang wilayah Provinsi Nusa Tenggara Tikur mengacu pada Perda nomor 1
tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi tahun 2010-2030. Selanjutnya
dengan mengacu pada Rencana tata Ruang wilayah provinsi maka seluruh Kabupaten/kota
menetapkan Perda Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota. Untuk operasional
selanjutnya ditetapka Rencana teknis.
Sesuai rencana peruntukan ruang, hingga tahun 2013 penyimpangan pola ruang total
yang terjadi sangat rendah dengan proyeksi berada di bawah angka 5 % terutama pada
kawasan budidaya. Selanjutnya untuk kawasan lindung yang mencapai 30 % dari total luas
wilayah tingkat penyimpangannya sangat rendah. Untuk beberapa kawasan lindung sesuai
dengan kajian teknis telah dilakukan penyesuaian peruntukan menjadi kawasan budidaya
melalui proses pertukaran fungsi.
Untuk menjamin pemanfaatan ruang sesuai peruntukkan dan meningkatkan
pengelolaan sumberdaya sesuai peruntukan ruang maka telah dilaksanakan penyusunan
Rencana Kawasan strategis nasional dan rencana strategis provinsi. Hasil kajian yang dicapai
selanjutnya akan dijadikan dasar untuk penetapan regulasi untuk menjamin kepastuan
penggunannya.
6. Perencanaan Pembangunan
Perencanaan Pembangunan dilaksanakan untuk mendukung koordinasi antar pelaku
pembangunan; menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar Daerah,
antar ruang, antar waktu, antar fungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah;
menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan
pengawasan; mengoptimalkan partisipasi masyarakat; dan menjamin tercapainya
penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan. Selama
tahun 2009-2013 perencanaan pembangunan daerah didukung dokumen pererencanaan
a. Perhubungan Darat
Angkutan penumpang antar Negara dilayani oleh Travel dan sampai perbatasan diganti
kendaraannya, walaupun ganti kendaraan tetapi masih satu perusahaan. Angkutan Barang
dilayani oleh kendaraan Truk, Pick Up, Light Truk dan Dump Truck baik untuk dalam provinsi
maupun antar provinsi. Angkutan barang ini sangat membantu dalam pergerakaan barang
baik untuk kebutuhan pokok maupun kebutuhan lainnya dalam rangka memenuhi
kebutuhan primer maupun lainnya.Terminal Tipe A. : 2 buah (Naiola di TTU sedang
dibangun), Terminal Tipe B: 16 buah dan Terminal Tipe C 4 buah, Terminal Tipe A belum
berfungsi, Untuk menjaga ketertiban dalam angkutan ini maka terdapat Jembatan timbang di
Oesapa, Nun Baun Sabu, Nggorang dan Watu Alo.
b. Perhubungan Laut
Nusa Tenggara Timur sebagai Provinsi Kepulauan membutuhkan peran modal
angkutan laut. Daya dukung pelabuhan laut saat ini yaitu Nusa Lontar sebagai pelabuhan laut
internasional; pelabunan nasional yaitu pelabuhan Larantuka, Labuan Bajo, Kalabahi,
Maritaing, Waingapu, Waekelo, Waiwadan, Ippi, Maumere, Wini serta pelabuhan laut
regional yaitu pelabuhan Ndao, Papela, Baa, Batutua, Oelaba, Mananga, Waewerang,
Nangalili, Komodo, Paitoka, Biu, Raijua, Seba, Kolana, Kabir, Baranusa, Aimere, Marapokot,
Baing, Lewoleba, Balauring, Maurole, Wuring, Atapupu, Robek, Reo, Boking, Mborong, dan
Rua.
Kunjungan Kapal Laut yang paling banyak dikunjungi yaitu di Pelabuhan Larantuka
sebanyak 4.073 kali disusul di Pelabuhan Laut Labuan Bajo sebanyak 2.388 kali dan
Pelabuhan Laut Nusa Lontar Kupang sebanyak 2.251 kali. Kunjungan kapal di Tahun 2010
sebanyak 10.659 kali dan pada tahun 2011 sebanyak 14.559 kali/kunjungan, peningkatan ini
menunjukan pembangunan sedang giat dilaksanakan karena para Investor sudah mulai
berinvestasi.
Untuk angkutan penumpang dilayani oleh Kapal PELNI sebanyak 6 Kapal yaitu KM.
AWU, KM. Sirimau, KM.Tilong Kabila, KM.Bukit Siguntang, KM. Wilis dan KM, Pangrango,
Kapal kapal ini melayani Rute dalam dan luar wilayah (Bali, NTB, Makasar, Maluku,
Kalimantan) dan angkutan Perintis Subsidi dari Kementerian Perhubungan untuk melayani
lintas Dalam NTT dan sekitarnya (NTB dan P. Kiser Maluku) Kapal Perintis tersebut Yaitu
KM. Nembrala, KM. Nangalala, KM.Berguna dan KM. Maumere.
8. Lingkungan Hidup
a. Akses Air Minum
Pelayanan air bersih untuk rumah tangga belum optimal sehingga perlu ditingkatkan.
Sumber air minum rumah tangga yaitu air dalam kemasan, perpipaan dan sumur 48,19% dan
air minum yang bersumber dari air sungai, hujan dan mata air sekitar 51,81%. Selanjutnya
persentase ketersediaan fasilitas air minum tahun 2012 yaitu 19,23% milik sendiri, 31,54%
fasilitas bersama, 45,06% umum dan 4,17% lainnya.
b. Kawasan Kritis
Pembangunan lingkungan hidup dilihat berdasarkan kualitas kawasan hutan pada
kawasan lindung dan kawasan budidaya berdasarkan tingkat kekritisannya.Luas lahan kritis
menjadi ancaman dalam meningkatkan kelestarian lingkungan. Dari total kawasan hutan
seluas 1.648.492 Ha yang tidak kritis seluas 120.972 Ha atau 7.34%. Selanjutnya lahan tidak
kritis di luar kawasan hutan seluas 33.536 Ha atau 1,09% dari total lahan di luar kawasan
hutan seluas 3.086.508 Ha sebagaimana Tabel 2.39.
Tabel 2.39
Lahan Kritis dalam Kawasan hutan dan di Luar Kawasan Hutan
No Kondisi 2011 Persentase (%)
A Dalam Kawasan Hutan
1 Tidak Kritis 120,972 7.34
2 Potensial Kritis 530,238 32.17
3 Agak Kritis 964,247 58.49
4 Kritis 19,527 1.18
5 Sangat Kritis 13,507 0.82
Konservasi sumber daya hutan dan keanekaragaman hayati sudah dimulai dengan
memprioritaskan pengelolaan kawasan hutan yang berfungsi lindung sebagai daerah
tangkapan air. Beberapa kawasan prioritas perlindungan adalah pada kawasan Hutan Mutis
Timau yang merupakan daerah tangkapan dan hulu dari DAS Benain-Noelmina; kawasan
hutan Laiwanggi-Wanggameti dan Manupeu-Tanadaru yang merupakan daerah hulu utama
dari DAS Kambaniru di Sumba, serta kawasan hutan Bajawa yang merupakan daerah hulu
utama DAS Aesesa di Kabupaten Ngada. Kawasan hutan gunung Mandosawu atau Kawasan
TWA Ruteng di Kabupaten Manggarai merupakan hulu dari DAS Wae Laku, Wae Dingin, dan
Wae Musur dan berhilir di Borong Kabupaten Manggarai Timur; serta DAS Wae Mese, Wae
Mantara berhilir di Kecamatan Satarmese, dan DAS Wae Pese berhilir di Reo Kabupaten
Manggarai. Kawasan hutan Meler Kuwus di Kabupaten Manggarai merupakan hulu DAS Wae
Kanta bermuara di Lembor Kabupaten Manggarai Barat. Kawasan hutan Illimedo merupakan
hulu DAS Lengkong Gete di Kabupaten Sikka bermuara di Pantai Utara. Kawasan hutan
Kimang Boleng di Kabupaten Ende merupakan hulu DAS yang bermuara di pantai selatan
Ende. Kawasan-kawasan hutan yang disebutkan diatas merupakan satuan-satuan blok hutan
yang masih cukup luas dan memiliki peran ekologis yang sangat signifikan dalam
mempertahankan peranan hidrologi dan ekosistim DAS.
Dalam konteks pembangunan Timor Barat, kawasan hutan Mutis Timau merupakan
satu-satunya benteng ekologi yang bisa mendukung fungsi lingkungan bagi ekosistim di
Timor Barat, karena sedikitnya terdapat tiga sungai besar yang berhulu di Mutis Timau yaitu
Benain, Noelmina dan Noebesi. Salah satu persoalan adalah penurunan potensi dan nilai
keanekaragaman hayati yang cukup signifikan, sehingga dikuatirkan berdampak pada
penurunan fungsi dan daya dukung sebagai resevoir utama bagi lima Kabupaten/Kota di
Pulau Timor. Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi di Flores, Sumba dan
pulau-pulau lainnya di wilayah ini.
9. Pertanahan
Penataan pembangunan pertanahan dilaksanakan untuk menjamin kepastian hak atas
tanah dan menjamin keamanan melaksanakan investasi. Untuk menjamin kepastian hak atas
tanah maka setiap pemililik lahan maka wajib melaksnakan sertifikasi tanah. Untuk lahan-
lahan di Nusa Tenggara Timur yang sebagian besar merupakan tanah ulayat milik suku
sehingga sebagian lahan belum bersertifikat. Upaya sertifikasi dilakukan melalui swadaya
masyarakat dan program pemerintah dengan tingkat capaian hingga saat ini sekitar 35 %.
Kasus-kasus tanah yang menonjol di Nusa Tenggara Timur terutama berkaitan dengan
tanah ulayat. Sedangkan berkaitan dengan tanah Negara relative menonjol terutama pada
kawasan lindung dimana banyak yang telah dimafaatkan untuk kegiatah budidaya oleh
masyarakat.
Tahapan Jumlah
Gambar 2.15
Klasifikasi Kesejahteraan Keluarga Menurut Kabupaten/Kota tahun 2011
13. Sosial
14. Ketenagakerjaan
Perkembangan pembangunan sangat ditentukan oleh produktivitas tenaga kerja yang
bersumber dari besarnya angkatan kerja bekerja dengan nilai tambah hasil pekerjaan yang
dilaksanakan. Sehubungan dengan itu dalam pembangunan ketenagakerjaan perlu
peningkatan lapangan kerja, peningkatan kompetensi tenaga kerja dan menurunkan angka
pengangguran.
a. Angkatan Kerja
Perkembangan pembangunan ekonomi dipengaruhi oleh produktivitas tenaga kerja
bekerja. Perkembangan ekonomi mampu meyerap sebagian besar tenaga kerja, sehingga
dapat menekan angka pengangguran terbuka. Perkembangan ketenagakerjaan tahun 2008-
2012 menunjukkan kondisi yang fluktuatif. Jumlah penduduk usia produktif tahun 2012
mencapai 2.815.547 orang yang diserap dalam lapangan kerja sebanyak 2.095.683 orang dan
yang tidak diserap atau menganggur mencapai 62.356 orang. Perkembangan
ketenagakerjaan tahun 2008-2012 sebagaimana tabel 2.44.
Tabel 2.44
Kondisi Ketenagakerjaan Tahun 2008-2012
b. Lapangan Usaha
Lapangan usaha yang menjadi sumber penyerapan tenaga kerja dan perkembangan
ekonomi daerah tumbuh variatif sehingga daya serap tenaga kerja dan kontribusinya pada
PDRB berbeda. Kemampuan lapangan usaha sektor utama dalam penyerapan penduduk
berumur 15 tahun ke atas (bekerja seminggu yang lalu) pada periode 2008-2011 mengalami
penurunan pada tiga sektor yaitu sektor pertanian, listrik, gas dan air minum, sedangkan
sektor Angkutan, Pergudagangan, Komunikasi dan sektor lainnya mengalami pertumbuhan
positif. Perkembangan lapangan pekerjaan 9 sektor utama sebagaimana tabel 2.45.
Tabel 2.45
Lapangan Usaha Utama Tahun 2008-2012
2012 Perkm
Lapangan
N Laki- Perm bangn
Pekerjaan 2008 2009 2010 2011 Total
o Laki puan /th
Utama
(+/-)
1,472, 1,333, 1,360, 1,291,
1 Pertanian 1,448,074 729,568 561,623 -2.71
627 638 265 191
Pertanba
2 ngan dan 18,544 35,570 30,166 23,627 21,108 8,429 29,537 14.82
penggalian
143, 124, 121, 158,
3 Industri 140,886 134,591 37,201 3.13
972 697 300 501
Listrik, Gas
4 2,626 2,661 1,731 2,420 2,045 131 2,176 -4.28
dan Air
Invetasi di Nusa tenggara Timur belum belum optimal dengan indikasi jumlah
investor yang melaksanakan penanaman modal berjumlah 272 perusahaan tetapi yang katif
147 perusahaan. Perusahaan PMA berjumlah 156 perusahaan yang aktif 111 perusahaan
dengan realisasi investasi US $ 16 juta lebih dengan penyerapan tenaga kerja 1.118 TKI dan
33 TKA. Sedangkan jumlah PMDN sebanyak 116 perusahaan dan semuanya aktif. Jenis
bidang investasi yang menobjol yaitu perkebunan kakao, budidaya mutiara, pengembangan
ternak babi dan ungguas, industri semen, industri pengolahan jagung (emping jagung),
pembangunan hotel dan travel dan pengembangan usaha penerbangan dan kapal cepat.
Aspek pendukung peningkatan investasi kedepan yaitu; sebagai daerah yang aman investasi,
masyarakatnya kooperatif, jumlah tenaga kerja cukup tersedia, masyarakatnya religius dan
koordinasi dengan pemerintah baik.
Permasalahan utama kurangnya investasi swasta adalah; keterbatasan infrastruktur,
masalah kompetensi tenaga kerja, kebijakan insentif fiskal dan non fiskal, masalah status
tanah dan daya saing investasi. Selanjutnya masalah terkait dengan investor yaitu
rendahnya tingkat kepatuhan investor menyampaikan LKPM; data dan realisasi ada yang
tidak sesuai fakta proyek; dan penyimpangan pengguna izin dan fasilitas investasi.
17. Kebudayaan
Pembangunan kebudayaan Nusa Tenggara Timur dilaksanakan melalui pengkajian,
pembinaan, pendataan, pelestarian, pengembangan terhadap berbagai aspek kebudayan
sebagai berikut: permuseuman, kepurbakalaan, kesejarahan, nilai tradisional, kepercayaan
kepada Tuhan Yang maha Esa, kesenian, dan bahasa dan sastra.
18. Kepemudaan dan Olah Raga
Pelaksanaan pembangunan kepemudaan dan olah raga dilaksanakan melalui
berbagai peningkatan jumlah dan kualitas organisasi pemuda, Organisasi Olah Raga serta
pembangunan gelanggang remaja dan lapangan raga. Organisasi pemuda yang melaksanakan
pembinaan dan pengkaderan anggota secara berkesimbungan yaitu PMKRI, GMNI, GAMKI,
GP Ansor, Pemuda Muhamadiyah, Peradah serta Organisasi Kemahasiswaan, karang taruna
dan lainnya. Sedangkan organisasi keolahragaan ditangani makin profesional dengan
meningkatnya keterlibatan partisipasi masyarakat.
Untuk meningkatkan kualitas kegiatan kepemudaan dan keolahragaan maka
pemerintah telah membangun Gelanggang remaja di provinsi dan penyediaan fasilitas olah
raga yang tersebar di selurih kabupaten/Kota. Partisipasi masyarakat juga makin meningkat
dengan terbangunnya tempat-tempat pertemuan pemuda secara permanen dan dukungan
penyediaan lapangan olah raga secara swadaya.
Tabel 2.46
Overall Index Demokrasi Provinsi Nusa Tenggara Timur (2009-2011)
a. Kebebasan Sipil
Menelaah lebih jauh tentang capaian indeks variabel dan skor indikator pada IDI, maka
kinerja sangat baik berada pada aspek kebebasan sipil. Kontribusi nilai indeks ini diperoleh
dari rata-rata capaian indeks variabel: 1) kebebasan berkumpul dan berserikat 82,55, 2)
kebebasan berpendapat 97,22 , 3) kebebasan berkeyakinan 98,68 dan kebebasan dari
diskriminasi 93,56. Indeks kebebasan sipil, seperti pada Tabel 2.47.
Tabel 2.47
Indeks Variabel Kebebasan Sipil di Provinsi Nusa Tenggara Timur (2010-2011)
Variabel Kebebasan Sipil Indeks
IDI 2011 IDI 2010 IDI 2009
Kebebasan Berkumpul dan
100.00 56.25 91.25
Berserikat
Kebebasan Berpendapat 100.00 91.65 100.00
Kebebasan Berkeyakinan 97.18 100.00 98.87
Kebebasan dari Diskriminasi 93.47 100.00 87.21
INDEKS ASPEK KEBEBASAN SIPIL 96.79 95.55 95.55
Sumber: Bappenas/UNDP
Tingginya capaian nilai indeks empat variabel tersebut, antara lain karena: a) relatif
rendahnya ancaman atau penggunaan kekerasan oleh aparat pemerintah yang menghambat
kebebasan berkumpul, berserikat, berpendapat, berkeyakinan, dan yang bersifat
diskriminatif; b) relatif rendahnya ancaman atau penggunaan kekerasan oleh masyarakat
yang menghambat kebebasan berkumpul dan berserikat, kebebasan berpendapat, kebebasan
berkeyakinan dan yang bersifat diskriminatif; c) relatif sedikitnya jumlah aturan tertulis yang
membatasi kebebasan atau mengharuskan masyarakat dalam menjalankan agamanya, serta
aturan tertulis yang diskriminatif dalam hal gender, etnis atau terhadap kelompok rentan
lainnya.
b. Kelembagaan Demokrasi
Capaian kinerja kelembagaan demokrasi dengan kategori sedang, disebabkan oleh
rendahnya kontribusi peran DPRD. Data IDI 2009-2011 menunjukkan rata-rata capaian
indeks lima variabel pada aspek kelembagaan demokrasi di Provinsi Nusa Tenggara Timur,
masing-masing sebagai berikut: 86,71 untuk variabel pemilu yang bebas dan adil, 37,24;
untuk variabel peran DPRD, 50,23; untuk variabel peran partai politik, 97,29; untuk variabel
peran birokrasi pemerintah daerah dan 95,83 untuk variabel peradilan yang independen.
Faktor penyebab dari capaian nilai indeks yang rendah pada variabel peran DPRD tersebut,
antara lain karena: a) belum terlaksananya secara maksimal peran DPRD dalam
memperjuangkan anggaran pendidikan dan kesehatan; b) nihilnya Peraturan Daerah (Perda)
yang berasal dari hak inisiatif DPRD; dan c) sangat sedikitnya jumlah rekomendasi DPRD
Tabel 2.48
Indeks Variabel Institusi Demokrasi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (2009-2011)
c. Hak-Hak Politik
Capaian kinerja dengan kategori buruk pada aspek hak-hak politik Nusa Tenggara
Timur disebabkan karena dua variabel yakni hak memilih dan dipilih, serta partisipasi dalam
pengambilan keputusan dan pengawasan, memberikan kontribusi yang sangat rendah. Rata-
rata capaian indeks dua variabel tersebut dalam kurun waktu 2009-2011 adalah: 50,26
untuk variabel hak memilih dan dipilih, dan 53,01 untuk variabel partisipasi dalam
pengambilan keputusan dan pengawasan sebagaimana Gambar 2.16
Gambar 2.16
Indeks Variabel Hak-Hak Politik di Nusa Tenggara Timur (2010-2011)
.
Sumber: Bappenas/UNDP
Faktor penyebab capaian nilai indeks variabel hak memilih dan dipilih cenderung
rendah dalam kurun waktu 2009-2011, antara lain karena: a) relatif masih banyaknya jumlah
kejadian yang menunjukkan ketiadaan/kekurangan fasilitas sehingga kelompok penyandang
cacat tidak dapat menggunakan hak memilih; b) relatif masih buruknya kualitas daftar
23. Statistik
Urusan wajib statistik dilaksanakan untuk meningkatkan penyediaan data dan
informasi pembangunan. Perkembangan pelaksanaan pembangunan statistik dilaksanakan
melalui kegiatan utama penyediaan data meliputi; (i) Kabupaten dalam angka, (ii) PDRB
Kabupaten dan (iii) data Potensi Desa. Data-daya tersebut dipublikasi setiap tahun sebagai
pelaksanaan urusan wajib statistik yang dilaksanakan melalui kerjasama Bappeda dan BPS
provinsi Nusa Tenggara Timur.
24. Kearsipan
Pengelolaan kearsipan di Provinsi Nusa Tenggara Timur ditangani oleh lembaga
Badan Arsip daerah. Aspek pengelolaan arsip meliputi (i) Pengelolaan arsip secara baku dan
Peningkatan pengeloaan SDM arsip. Untuk mewujudkan tatakelola arsip maka telah
dilaksanakan empat kegiatan utama sebagai dasar program yaitu Perbaikan Sistem
Administrasi Kearsipan, Penyelamatan dan Pelestarian Dokumen/Arsip Daerah,
Peningkatan Kualitas Pelayanan Informasi, Pembinaan dan Pengembangan Aparatur.
Tanaman padi dengan luas panen 200.094 Ha menghasilkan produksi sebesar 698.566
Ton, meningkat 107.196 Ton atau 18,13% dari tahun sebelumnya sebesar 591.370 Ton.
Produksi jagung sebesar 629.386 Ton, meningkat 104.748 atau 19,97% dari tahun
sebelumnya sebesar 524.638 Ton. Peningkatan produksi ini dipengaruhi oleh meningkatnya
produktivitas jagung dari 2,12Ton/Ha menjadi 2,57 Ton/Ha atau 20,73%. Faktor utama yang
mendongkrak peningkatan produksi maupun produktivitas pada tanaman padi dan jagung
adalah iklim yang mendukung di tahun 2012 serta penggunaan benih/bibit bermutu/unggul.
Komoditas tanaman pangan lainnya yang dibudidayakan yaitu ubi kayu, ubi jalar,
kacang tanah, kacang hijau, kedele dan sorgum. Sedangkan hortikultura yang dikembangkan
dengan produksi yang menonjolyaitu; (i) komoditas hortikulutra; alpukat, jeruk keprok,
mangga dan pisang; (ii) komoditas biofarmaka; jahe, dan (iii) komoditas sayur-sayuran:
bawang merah, bawang putih, cabe besar dan cabe rawit.
Tabel 2.50
Produktivitas Perkebunan Tahun 2011-2012
Tabel 2.50 menunjukkan bahwa selama kurun waktu tahun 2010-2011 produktivitas
tanaman perkebunan mengalami fluktuasi dalam kisaran yang wajar. Upaya peningkatan
produksi perkebunan terus dilakukan melalui perluasan arealekstensifikasi dan intensifikasi
pada areal potensial sesuai RTRWP.
Tabel 2.51
Perkembangan Populasi Ternak Tahun 2011-2012 di NTT
NILAI TUKAR PETANI (NTP) DESEMBER 2013 SEBESAR 97,92 ATAU TURUN 0,18 %
Nilai Tukar Petani (NTP) bulan Desember 2013 didasarkan pada perhitungan NTP
dengan tahun dasar 2012 (2012=100). Penghitungan NTP ini mencakup 5
subsektor, yaitu subsektor padi & palawija, hortikultura, tanaman perkebunan
rakyat, peternakan dan perikanan.
Pada bulan Desember 2013, NTP Nusa Tenggara Timur sebesar 97,92 dengan NTP
masing-masing subsektor tercatat sebesar 96,95 untuk subsektor padi & palawija
(NTP-P), 95,29 untuk subsektor hortikultura (NTP-H), 95,50 untuk subsektor
tanaman perkebunan rakyat (NTP-R), 103,12 untuk subsektor peternakan (NTP-Pt)
dan 101,43 untuk subsektor perikanan (NTP-Pi).
Jika dibandingkan NTP Desember 2013 dengan NTP November 2013, terjadi
penurunan sebesar 0,18 persen.
Di daerah perdesaan terjadi inflasi pada bulan Desember 2013 sebesar 0,65 persen.
Sub kelompok Bahan Makanan mengalami inflasi tertinggi disusul sub kelompok
Sandang dan sub kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olah Raga masing-masing
sebesar 1,20 persen, 1,08 persen, dan 0,23 persen.
Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima
petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase), merupakan salah satu
indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. NTP juga
menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang
dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat
pula tingkat kemampuan/daya beli petani.
100,00
96,00
94,00
92,00
90,00
Sumber: Badan Pusat Statistik 2013
Persentase
Indeks Gabungan
Perubahan
Subsektor
Desember 2013
Kelompok/Sub Kelompok
Novem
Desember Terhadap
ber
2013 November 2013
2013
(1) (2) (3) (4)
1. INDEKS HARGA YANG DITERIMA
106,16 106,52 0,34
PETANI
2. INDEKS HARGA YANG DIBAYAR
108,21 108,78 0,52
PETANI
2.1. KONSUMSI RUMAH TANGGA 109,19 109,90 0,65
2.1.1. Bahan Makanan 110,31 111,64 1,20
2.1.2. Makanan Jadi 109,04 108,96 -0,07
2.1.3. Perumahan 106,76 106,85 0,08
2.1.4. Sandang 109,22 110,40 1,08
2.1.5. Kesehatan 104,01 104,17 0,16
2.1.6. Pendidikan, Rekreasi dan
102,36 102,59 0,23
Olahraga
2.1.7. Transportasi dan Komunikasi 114,48 114,56 0,07
2.2. BIAYA PRODUKSI DAN
104,71 104,77 0,05
PENAMBAHAN BARANG MODAL
2.2.1. Bibit 105,27 105,32 0,05
2.2.2. Obat-obatan dan Pupuk 104,34 104,27 -0,06
2.2.3. Sewa Lahan, Pajak dan Lainnya 104,00 104,00 0,00
2.2.4. Transportasi 113,56 113,71 0,13
2.2.5. Penambahan Barang Modal 103,64 103,82 0,17
2.2.6. Upah Buruh Tani 102,37 102,43 0,05
3. NILAI TUKAR PETANI 98,10 97,92 -0,18
Sumber: Badan Pusat Statistik 2013
4) Inflasi Perdesaan
Subsektor
Tanaman
Kelompok Padi Hortikul Peter Perika NTT
Perkebu
palwija tura nakan nan
nan Rkyt
Umum/ KRT 0,64 0,62 0,70 0,62 0,51 0,65
Bahan Makanan 1,20 1,12 1,26 1,18 1,02 1,20
Makanan Jadi -0,11 -0,12 -0,02 -0,05 -0,13 -0,07
Perumahan 0,08 0,13 0,07 0,06 0,17 0,08
Sandang 1,03 1,04 1,21 1,04 0,78 1,08
Kesehatan 0,14 0,22 0,14 0,15 0,14 0,16
Pendidikan, Rekreasi, dan
0,24 0,30 0,09 0,31 0,10 0,23
Olahraga
Transportasi dan
0,07 0,05 0,07 0,09 0,03 0,07
Komunikasi
Sumber: Badan Pusat Statistik 2013
Pada bulan Desember 2012 terjadi inflasi perdesaan sebesar 0,33 persen, dimana inflasi
tertinggi terjadi pada kelompok Makanan Jadi sebesar 0,82 persen. Sedangkan pada bulan
Desember 2013 terjadi inflasi perdesaan sebesar 0,65 persen, dengan inflasi tertinggi terjadi di
kelompok Bahan Makanan sebesar 1,20 persen.
Tabel 2.55
Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan
Periode Desember 2012 Desember 2013
(2012=100)
Kelompok
Pendidi
kan, Transpo
Bulan Bahan Maknan Peruma Rekreasi rtasi & Umum/
Sandang Kesehtn
Maknan Jadi han ,& Komuni KRT
Olahrag kasi
a
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
2012
Novem
0,03 0,65 0,17 0,03 0,00 -0,05 0,23 0,15
Ber
Desem
0,17 0,82 0,38 0,72 0,01 0,23 0,34 0,33
Ber
2013
Januari 1,96 0,54 0,49 0,84 0,75 0,08 0,62 1,34
Februari 0,73 -0,16 0,11 0,40 0,09 0,18 -0,18 0,42
2. Kehutanan
Pembangunan kehutanan mampu mendukung pembangunan ekonomi produktif
melalui pengembangan secara proporsional kawasan hutan produksi. Sebaran kawasan
produksi menurut jenisnya tersebar pada kabupaten/kota sebagai berikut: (i) Kawasan
peruntukan hutan produksi tetapdengan luas + 258.845 Ha; (ii) Kawasan peruntukan hutan
produksi terbatas dengan luas + 206.747 Ha; (iii) Kawasan peruntukan hutan produksi yang
dapat dengan luas + 103.889 Ha; dan (iv) Kawasan hutan rakyat tersebar di seluruh
Kabupaten/Kota.Luas kawasan hutan Nusa Tenggara Timur sesuai Surat Keputusan Menteri
Kehutanan Nomor:423/Kpts-II/1999 tanggal 15 Juni 1999 sebesar 1.808.990 Ha, dengan
rincian sebagaimana Tabel 2.56.
Tabel 2.56
Potensi Kehutanan di Provinsi Nusa Tenggara Timur
No Fungsi kawasan hutan Luas (Ha) Proporsi (%)
1 Kawasan Suaka &Pelestarian Alam :
a. Cagar Alam 66.65 3,68
b. Suaka Margasatwa 18.92 1,05
c. Taman Wisata Alam (darat, perairan) 159.155 8,8
d. Taman Nasional 59.06 3,26
e. Hutan Bakau 40.695 2,25
f. Taman Buru 5.85 0,32
2 Hutan Lindung 731.22 40,42
3 Hutan Produksi Terbatas 197.25 10,9
4 Hutan Produksi Tetap 428.36 23,28
b. Pertambangan
Aneka potensi pertambangan sangat potensial yang pengembangnnya dilaksanakan
dengan mengacu pada RTRWP. Kawasan peruntukan pertambangan sesuai RTRWP yaitu;
kawasan pertambangan mineral; kawasan pertambangan minyak dan gas bumi; dan kawasan
pertambangan panas bumi.Sumber daya mineral logam yang telah diketahui potensinya
antara lain: tembaga, mangan dan besi. sedangkan timbal, emas, seng, perak, nikel dan timbah
hanya merupakan indikasi dan sebagai mineral ikutan. Potensi sumber daya yang telah
diketahui dan terindikasi secara keseluruhan terlihat pada tabel 2.57.
Tabel 2.57
Potensi Sumber daya Mineral Logam Provinsi NTT
4. Periwisata
Sesuai dengan Perda Nomor 1 Tahun 2011 telah ditetapkan kawasan peruntukan
Pariwisata Alam, Budaya, dan Taman Rekreasi. Kawasan-kawasan pariwista tersebut yaitu (i)
Kawasan Suaka Alam Laut Sawu dan Kawasan Suaka Alam Laut Flores, (ii) Kawasan Suaka
Margasatwa Perhatu, Kateri, Harlu dan Ale Asisio,(iii) Kawasan Cagar Alam Riung, Maubesi,
Way Wuul /Mburak, Watu Ata, Wolo Tadho dan Gunung Mutis, (iii) Kawasan pantai berhutan
Bakau, (iv) Kawasan taman nasionalKelimutu, Laiwangi-Wanggameti, Manupeu-Tanadaru
dan Taman Nasional Komodo, (v) Kawasan Taman Nasional LautKomodo dan Selat Pantar,
(vi) Kawasan Taman Hutan Raya Prof Ir. Herman Yohannes, (vii) Kawasan taman wisata alam
terdiri atas:Tuti Adagae, Kemang Beleng I, Alam Kemang Beleng II, Pulau Besar, Alam Pulau
Menipo, Ruteng, Egon Illimedo dan Pulau Batang, (viii) Kawasan taman Wisata Alam
Laut:Kawasan Taman Wisata Alam Laut Teluk Kupang, Kawasan Taman Wisata Alam Laut
Gugus Pulau Teluk Maumere dan Kawasan Taman Wisata Alam Laut Tujuh Belas Pulau Riung,
dan (ix) Kawasan Cagar Budaya dan ilmu pengetahuan terdiri atas Kawasan Kapela Tuan Ma
Larantuka, Kawasan Meriam Jepang dan Tugu Jepang di Kota Kupang, Kawasan Gereja Tua di
Kota Kupang, Kawasan Gua Alam Baumata serta (x) Kawasan Cagar Budaya berupa Kampung
Adat yang terdapat di Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Sumba Tengah, Sumba Barat, Sumba
Timur, Ngada, Nagekeo, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Ende, dan Belu.
Pembangunan kepariwisataan dilaksanakan dalam 4 klaster pengembangan kawasan
pariwisata sesuai geogreafis dan keunggulannya yaitu: (i) Klaster I, wilayah Pulau Alor, Pulau
Timor, Pulau Rote dan Pulau Sabu untuk pengembangan wisata kepulauan yang bertumpu
pada keindahan pantai dan wisata minat khusus; (ii) Klaster II, wilayah Kabupaten Manggarai
Barat, Manggarai, Ngada dan Nagekeo untuk pengembangan pulau penuh pesona yang
bertumpu pada komodo sebagai ciri khas serta kehidupan dan peninggalan budaya
Perkem-
No Jenis dan Usaha 2011 2012
bangan
1 Perikanan tangkap
a. Produksi perikanan tangkap 102.137 54.677/102. -47.460/0,03
(Ton) 170
b. Kapal penangkap ikan (unit) 12.478,00 18.549,00 6.071
(48,65%)
c. Rumah tangga nelayan (KK) 15.446,00 17.054,00 1.608(10,41%)
d Tempat pelelangan/PPI 14,00 14,00 (0%)
. (unit)
2. Perikanan budidaya
Produksi perikanan 525.208,48 678.183,56 152.975,00
budidaya (29,13%)
a. Rumah tangga perikanan 36.194 -
budidaya (KK)
c. Luas tambak (Ha) 1.026,50 1.039,80 13,3
d Luas kolam (Ha) 1.205,00 1.521,00 316
.
3. Perusahaan
a. Perusahaan pengolahan 21 21 -
perikanan (unit)
b. Ekspor Hasil perikanan 3.112.575 3.164.017,00 51.442
(Ton) ,00
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi NTT & BPS Prov. NTT Tahun 2013.
*)Angka sementara
Pada Tabel 2.58, terlihat bahwa produksi perikanan, baik perikanan tangkap maupun
perikanan budidaya mengalami peningkatan dan peningkatan tertinggi disumbangkan oleh
perikanan budidaya. Demikian pula perkembangan jumlah rumah tangga perikanan
budidaya, jumlah kapal penangkapan ikan serta luas lahan untuk usaha budidaya mengalami
peningkatan pada tahun 2012. Hal tersebut menunjukkan adanya perkembangan
pembangunan perikanan dan kelautan.
Potensi perikanan tangkap berupa Potensi lestari (MSY) sumber daya ikan di perairan
NTT mencapai 388.700 Ton/tahun dengan jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB)
mencapai 292.200 Ton/tahun. Data produksi perikanan tangkap tahun 2012 menunjukkan
tingkat pemanfaatan baru berkisar 34,97% JTB.
Selanjutnya luas lahan potensial untuk budidaya rumput laut seluas 51.870 Ha atau
5% dari garis pantai, dengan potensi produksi sebesar 250.000 Ton Kering/tahun. Potensi
cukup besar baru dimanfaatkan tahun 2010 baru seluas 5.205,70 Ha dengan produksi 1,7
juta Ton Rumput Laut Basah.Potensi lahan untuk Perikanan Budidaya Air Payau seluas 35,455
Ha baru dimanfaatkan sekitar 1.039,80 Ha pada tahun 2012, dan Budidaya Air Tawar yang
meliputi kolam air tawar seluas 8,375 Ha dengan tingkat pemanfaatan baru mencapai
Untuk memacu pertumbuhan ekonomi daerah maka jenis komoditas dan nilai ekpor
harus diacu sehingga mencapai surplus dibandingan dengan impor. Harapan tersebut dapat
diwujudkan dengan mendorong pengembangan sector yang memiliki daya saing di pasar
global dan pengembangannya dalam skala ekonomi.
Kontribusi sektor perdagangan Terhadap PDRB NTT, dalam kurun waktu 2010 hingga
2012, tercatat mengalami peningkatan yang signifikan, dimana pada tahun 2010 tercatat
sebesar 4.654.428,57 dan hingga tahun 2012 tercatat sebesar 6.237.887,62. Pertumbuhan
sektor Perdagangan sebesar 7,2% dan pertumbuhan pada 2013 sebesar 8,1%.
Perkembangan Ekspor komoditi NTT selama tahun 2010 hingga tahun 2012, tercatat
sangat fluktuatif, dan cenderung menurun, dimana pada tahun 2010 tercatat volume ekspor
sebesar 41.708 ton dengan nilai ekspor US$ 138.192, sementara tahun 2012 tercatat volume
ekspor sebesar 50.778 ton dengan nilai ekspor US$ 22.116.
Perkembangan ekspor dari NTT selama tahun 2009 s/d 2013 (september 2013) dapat
dilihat pada tabel berikut:
Komoditas unggulan yang terbesar diekspor dari NTT yakni Hasil Tambang (Mangan),
Semen, dan Hasil Laut (IKan, Udang, Mutiara, dan Rumput Laut). Perkembangan sector
ekonomi ril, melalui peran pedagang-pedagang informal di Nusa Tenggara Timur selama
tahun 2010-2013 cenderung mengalami perkembangan yang signifikan dan merambah
hingga ke pelosok-pelosok desa. Kondisi ini sejalan dengan adanya peningkatan
perekonomian masyarakat, yang mulai bergerak dan bertumbuh dari wilayah-wilayah
pedesaan sebagai sentra-sentra produksi berbagai komoditas unggulan NTT.
Berikut ini adalah Neraca Perdagangan NTT. Dalam Tabel berikut menunjukkan dari
tahun ke tahun neraca perdagangan NTT mengalami defisit yang cukup signifikan. Ini
menjadi perhatian untuk pembangunan perdagangan NTT.
7. Perindustrian
Kawasan peruntukan industri kecil/rumah tangga sesuai RTRWP untuk menjamin
keserasian dengan lingkungan hidup. Tiga belas satuan kawasan peruntukan industri
kecil/rumah tangga sebagai berikut; Kawasan Industri Kain Tenun, Kawasan Industri
Makanan dan Minuman; Kawasan Industri Kerajinan; Kawasan Industri Pengolahan Kelapa;
Kawasan Industri pengolahan ikan; kawasan industri pengolahan daging; kawasan industri
pengolahanan kopi terdapat di Kabupaten Manggarai, Ngada, Ende, dan Sikka; kawasan
industri pengolahan kemiri terdapat di Kota Kupang, Kabupaten Ngada, Manggarai, Ende,
Kabupaten Kupang, dan Sumba Barat Daya; kawasan industri pengolah mente terdapat di
Kabupaten Ende dan Sikka; kawasan industri mutiara terdapat di Kabupaten Flores Timur.
Pengembangan industri sebagai salah satu kegiatan mendukung peningkatan nilai tambah
juga mengalokasikan kawasan untuk industri menengah dan besar. Kawasan peruntukan
industri besar di Kota Kupang dan Kabupaten Kupang.
Industri merupakan salah satu sektor strategis dalam pembangunan ekonomi Daerah.
Pengembangan industri di desa dan kelurahan kondisinya yaitu; Industri Kulit 11 Desa
(0,37%), Industri dari Kayu 940 Desa/Kelurahan (31,69%), industri dari bahan logam mulia
102 Desa (3.44%), Industri Anyaman 344 Desa (11.60%), Industri Gerabah/Keramik/Batu
289 Desa (9.74%), Industri dari Kain/Tenun 999 Desa (33.68%) Industri Makanan dan
Minuman 560 Desa (18.88%) dan industri lainnya 172 Desa (5.80%). Saat ini baru
8. Ketransmigrasian
Pembangunan ketransmigrasian yang dilaksanakan melalui partisipasi masyarakat
dam pelaksanaan transmigrasi swakarsa dan kontribusi pada PDRB menunjukkan
berkembangan yang belum optimal selama periode tahun 2009-2013. Kegiatan
ketransmigrasian yang dilaksanakan baik dilakukan dalam wilayah Nusa Tenggara Timur
maupun keluar wilayah Nusa Tenggara Timur masih diselenggaran melalui fasilitasi
pemerintah. Hingga saat ini belum ada pelaksanaan transmigrasi swakarsa yang merupakan
bagian dari partisipasi masyarakat dalam pembangunan transmigrasi.
Dukungan kawasan transmigrasi dalam memberikan dukungan pada PDRB cukup
besar yang didasarkan pada jumlah penduduk yang bermukim pada kawasan transmigrasi
yang tersebar di seagain besar Kabupaten kecuali Kota Kupang, kabupaten Rabu Raijua,
kabupaten Sumba Tengah dan Kabupaten Manggarai Timur.
Sejak tahun 2004, Transmigrasi Swakarsa Mandiri (TSM) tidak lagi diterapkan di NTT,
karena hanya menanggung 1/3 pembangunan sedangan 2/3 adalah partisipasi masyarakat.
Swakarsa hanya bantu parsiap seperti rumah tunggu. NTT lebih menitik beratkan pada dan
fokus pada transmigrasi umum.
Tabel 2.62
Peringkat Daya Saing Provinsi di Indonesia 2010
2. Pertanian
Daya saing daerah dalam urusan pilihan pertanian diukur berdasarkan Nilai Tukar
petani (NTP). Pencapaian nilai tukar petani yang diperoleh dari perbandingan indeks yang
diterima petani dengan indeks yang dibayar petani menunjukkan kondisi yang fluktuatif
dimana pada tahun 2009 mencapai 101.45 naik menjai 102.00 tahun 2010 dan 102.20
tahun 2011 dan turun menjadi 101.76 tahun 2012 sebagaimana tabel 2.65.
Tabel 2.67
Jumlah Penerbangan dan Angkutan Udara tahun 20112012
No 2011 2012 Perkembangan (+/-)
Indikator Datang/ Berangkat/ Datang/ Berangkat/ Datang Berangkat/
Bongkar Muat Bongkar Muat /Bongkar Muat
1 Jumlah 19,720 19,691 19,596 19,656 (124) 60
Penerbangan
(Kali)
2 Pengangkutan 909,614 943,806 973,423 991,030 63,809 17,607
Orang
3 Pengangkutan 8,928,470 7,374,783 4,142,809 2,787,048 (4,785,661) (1,355,761)
Barang (kg)
b. Penataan Ruang
Wilayah daratan Provinsi NTT 4.734.990 Ha, terdiri dari 1.655.466 Ha 34,96 %
berpotensi untuk lahan pertanian. Potensi ini terdiri dari 1.528.258 Ha atau 32,28 %
merupakan potensi usaha pertanian lahan kering dan 127.208 Ha atau 2,69 % adalah
usaha pertanian lahan basah (sawah). Luas lahan potensial untuk produksi pertanian di
Provinsi NTT terdiri dari lahan kering 1.528.308 ha, dan potensi lahan basah 284.103 ha.
Peruntukkan ruang lainnya meliputi Kawasan permukiman 40.155,28 ha, Hutan Lindung
652,915.78 Ha, Hutan Produksi Tetap (HP Tetap) 258,845.32 ha, Hutan Produksi Terbatas
(HP Terbatas) 206,747.14 ha dan Hutan Konversi (HP Konversi) 103,889.18 ha
Perkembangan pemanfaatan tata ruang berdasarkan indikator ketataruangan, Luas
wilayah produktif, Luas wilayah industri, Luas wilayah kebanjiran, Luas wilayah
kekeringan dan Luas wilayah perkotaan kondisinya sebagai berikut:
Ketaatan pembangunan berbasis tata ruang belum berjalan optimal karena
belum semua Kementrian/Lembaga yang mensyaratkan rencana pembangunan
dengan mengacu pada RTRWP. Sehubungan dengan itu sangat potensial adanya
penyimpangan pembangunan pada ruang yang tidak sesuai peruntukannya.
Banyaknya sungai yang tidak didukung kualitas vegetasi hutan yang baik dan
dominan wilayah berbukit sehingga kemampuan penyerapan air pada saat hujan
rendah yang berpotensi menimbulkan banjir. Kawasan rawan banjir terdapat di
Takari dan Noelmina di Kabupaten Kupang, Benanain di Kabupaten Belu, Dataran
Bena dan Naemeto di Kabupaten Timor Tengah Selatan, dan Ndona di Kabupaten
Ende.
Luas wilayah produktif masih rendah dimana untuk lahan kering seluas 1.528.308
Ha yang diusahakan 54,62 % dan tidak diusahakan 751.185 Ha, Lahan
perkebunan luas 888.931 Ha dengan tingkat pemanfaatan 35,45 % dan kahan
basah dari potensi yang ada baru dimanfaatkan sebesar 60 %. Potensi kekeringan
terutama terjadi pada lahan kering yang mencapai luas 1,5 juta ha lebih.
Luas wilayah perkotaan tersebar di kota-kota pada ibu kota provinsi, ibu kota
kabupaten/Kota dan Ibukota Kecamatan. Cakupan wilayah kota meliputi 316
kelurahan.
Tabel 2.68
Kredit Usaha Kecil Menengah (KUKM) Tahun 2012
Jumlah Kredit
No Tahun KUKM (Rp.juta) % KUKM
(RP)
1 2008 5,528,592 1,587,935 28.72
2 2009 6,789,784 2,222,282 32.73
3 2010 7,385,940 2,165,423 29.32
4 2011 10,972,673 2,623,941 23.91
5 2012 13, 398,812 3,297,212 24.61
Pertumbuhan per thn
(%) 35.59 26.91
Sumber : BPS tahun 2013
d. Lingkungan Hidup
Daya saing dari aspek lingkungan hidup dilihat berdasarkan jangkauan pelayanan
air bersih pada rumah tangga. Berdasarkan sumber air minum masyarakat maka
jangkauan pelayanan air bersih dari smber air kemasan, leding, pompa air dan
sumur/perigi sebagaimana tabel 2.69.
Tabel 2.69
Jangkauan pelayanan Air Bersih untuk Rumah tangga tahun 2008-2012
Tahun Perkembangan
No Sumber Air Minum 2010 2011 2012 (%)
1 Air Kemasan Bermerek 2.65 2.77 3.91 0.63
2 Leding 16.68 14.68 14.69 -0.995
3 Pompa Air 2.29 2.45 2.23 -0.03
4 Sumur/Perigi 30.32 26.78 27.16 -1.58
Jumlah 51.94 46.68 47.99 -1.975
Lainnya 48.06 53.32 52.01 1.975
f. Pelayanan Kelistrikan
Pada tahun 2012 Tenaga Listrik yang dibangkitkan yaitu 641,332,338, Tenaga
Listrik Yang Disalurkan 617,121,383, Tenaga Listrik yang Terpakai Sendiri 24,210,955,
dan Susut Transmisi Distribusi 35 240,961. Saat ini Desa/Kelurahan berjumlah 3.246
dengan tingkat elektrifikasi termasuk dukungan program Sehen telah mencapai 56%
dari target yang direncanakan PLN mencapai 75%. Penyediaan tenaga listrik PLN di
mengalami peningkatan, namun belum mampu memenuhi kebutuhan yang terus
bertambah. Jumlah rumah tangga yang dialiri listrik tahun 2011 sebanyak 376,026 rumah
tangga dan sekitar 500.000 lebih rumah tangga belum terlayani listrik.
Tabel 2.70
Jumlah Tindakan Kriminal yang dilaporkan dan diselesaiakan tahun 2009-2012
2. Jumlah Demo
Demonstrasi yang terjadi di Nusa Tenggara Timur dilakukan oleh mahasiswa
dan kelompok masyarakat pada isu-isu yang berkaitan dengan masalah tuntutan keadilan
dan respon atas isu-isu terkait dengan pertanahan, pemilukada dan penegakan hukum.
Hampir semua kegiatan demontrasi cukup santun dan tidak berdampak pada tindakan
anarkis sehingga suasana kehidupan masyarakat tetap kondusif.
3. Lama Proses Perizinan
Pelayanan perizinan merupakan salah satu aspek mendukung dalam peningkatan
investasi daerah. Sesuai jenis izin yang dikeluarkan Kantor Perizinan Terpadu Satu Pintu
(KTSP), waktu yang dibutuhkan untuk penyelesaian perizinan dikagorikan menjadi 3
yaitu; (i) Izin yang membutuhkan survey 7 14 hari kerja, (ii) Izin yang tidak
2. Rasio Ketergantungan
Ratio ketergantungan (dependency ratio) stabil pada pariode 2011-2012 yaitu
73,21%. Penduduk perempuan mengalami peningkatan ketergantungan 0,01%
sebagaimana Tabel 2.72.
2011 2012
Indikator
Lak-laki Perempuan Jumlah Lak-laki Perempuan Jumlah
Usia Produktif (15-64 2,757, 1,397,
1,342,812 1,414,891 1,470,806 2,868,800
Thn) 703 994
Usia Kergantungan (0-14 2,018, 1,030,
1,029,701 989,081 999,828 2,030,460
dan > 64 Thn) 782 632
Angka Ketergantungan/
76.68 69.91 73.21 73.72 67.98 70.78
Depedency Ratio
Sumber : BPS Dalam angka dan analisis Bappeda
Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang, termasuk segala
bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah. Penyelenggaraan
fungsi pemerintahan daerah akan terlaksana secara optimal apabila penyelenggaraan
urusan pemerintahan diikuti dengan pemberian sumber-sumber penerimaan yang cukup
kepada daerah dengan mengacu pada peraturan perundang-undangan (money follow
function).
Analisis pengelolaan keuangan daerah pada dasarnya dimaksudkan untuk
menghasilkan gambaran tentang kapasitas atau kemampuan keuangan daerah dalam
mendanai penyelenggaraan pembangunan daerah. Mengingat bahwa pengelolaan
keuangan daerah diwujudkan dalam suatu APBD maka analisis pengelolaan keuangan
daerah dilakukan terhadap APBD dan laporan keuangan daerah pada umumnya.
Menganalisis pengelolaan keuangan daerah dan kerangka pendanaan Provinsi Nusa
Tenggara Timur terlebih dahulu harus memahami jenis obyek pendapatan, belanja dan
pembiayaan sesuai dengan kewenangan, susunan/struktur APBD. Data-data
perkembangan realisasi anggaran selama 5 (lima) tahun, meliputi: pendapatan, belanja,
dan pembiayaan. Selain itu dibahas juga perkembangan neraca daerah, meliputi: aset dan
hutang daerah serta ekuitas dana. Setelah itu, analisis dilakukan terhadap penerimaan
daerah yaitu pendapatan dari penerimaan pembiayaan daerah. Kapasitas keuangan
daerah pada dasarnya ditempatkan sejauh mana daerah mampu mengoptimalkan
penerimaan dari pendapatan daerah. Berbagai objek penerimaan daerah dianalisis untuk
memahami perilaku atau karakteristik penerimaan selama ini.Kemudian, dibuatlah
analisis untuk mengidentifikasi proyeksi pendapatan daerah. Analisis ini dilakukan untuk
memperoleh gambaran kapasitas pendapatan daerah dengan proyeksi 5 (lima) tahun
kedepan, untuk penghitungan kerangka pendanaan pembangunan daerah.
3.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu
3.1.1 Kinerja Pelaksanaan APBD
Kinerja pengelolaan keuangan Provinsi Nusa Tenggara Timur sebagaimana terlihat
pada tabel berikut, di mana Tabel 3.1 memperlihatkan Kinerja Pendapatan, Belanja dan
Pembiayaan Provinsi Nusa Tenggara TimurTahun 2008 2012, Tabel 3.2
memperlihatkan Realisasi dan Proporsi Pendapatan Provinsi Nusa Tenggara TimurTahun
2008 2012, sedangkan Tabel 3.3 menunjukkan Pertumbuhan Pendapatan Provinsi Nusa
Tenggara TimurTahun 2008 2012.
4 PENDAPATAN 938.932.000.000 946.026.751.848 100,76 992.019.182.667 1.023.505.680.974 103,17 1.075.749.176.068 1.088.849.621.372 101,22 1.290.632.206.727 1.324.470.172.340 102,62 2.256.453.232.000 2.241.053.965.236 99,32
4,1 Pendapatan Asli Daerah 208.190.685.000 237.286.164.010 113,98 223.882.850.000 255.674.617.192 114,20 286.095.616.683 299.093.554.284 104,54 364.434.850.253 391.828.733.404 107,52 435.081.956.000 458.793.895.486 105,45
4,2 DanaPerimbangan 716.741.315.000 708.740.587.838 98,88 768.136.332.667 767.566.613.782 99,93 771.623.243.521 773.634.562.810 100,26 880.847.356.474 887.291.438.936 100,73 1.106.832.876.000 1.098.995.074.750 99,29
4,3 Lain-lain Pendapatan Yang Sah 14.000.000.000 - - 264.450.000 - 18.030.315.864 16.121.504.278 89,41 45.350.000.000 45.350.000.000 100,00 714.538.400.000 683.264.995.000 95,62
5 BELANJA 1.139.424.850.104 984.233.460.799 86,38 1.164.444.058.926 1.025.445.818.359 88,06 1.257.423.965.150 1.147.947.273.737 91,29 1.350.224.026.443 1.231.882.713.110 91,24 2.353.815.212.701 2.164.355.591.806 91,95
5,1 Belanja Tidak Langsung 573.536.271.158 485.652.667.140 84,68 587.174.842.203 492.812.022.742 83,93 577.823.982.250 538.389.297.222 93,18 622.452.756.590 572.612.934.351 91,99 1.569.402.269.401 1.439.363.824.682 91,71
5,2 Belanja Langsung 565.888.578.946 498.580.793.659 88,11 577.269.216.723 532.633.795.617 92,27 679.599.982.900 609.557.976.515 89,69 727.771.269.853 659.269.778.759 90,59 784.412.943.300 724.991.767.124 92,42
Surplus (Defisit) (200.492.850.104) (38.206.708.951) 19,06 (172.424.876.259) (1.940.137.385) 1,13 (181.674.789.082) (59.097.652.365) 32,53 (59.591.819.716) 92.587.459.230 (155,37) (97.361.980.701) 76.698.373.430 (78,78)
6 PEMBIAYAAN
6.1 Penerimaan Pembiayaan 343.408.014.825 310.377.666.453 90,38 274.424.876.259 268.175.863.834 97,72 240.439.239.901 223.664.600.379 93,02 127.874.819.716 120.234.843.621 94,03 188.185.980.701 189.198.885.217 100,54
6.2 Pengeluaran Pembiayaan 23.500.000.000 19.480.120.000 82,89 80.000.000.000 55.496.275.000 69,37 57.500.000.000 53.417.978.000 92,90 68.283.000.000 67.165.590.000 98,36 90.824.000.000 86.582.140.000 95,33
Pembiayaan Neto 319.908.014.825 290.897.546.453 90,93 194.424.876.259 212.679.588.834 109,39 182.939.239.901 170.246.622.379 93,06 59.591.819.716 53.069.253.621 89,05 97.361.980.701 102.616.745.217 105,40
Sisa Lebih Pembiayaan 119.415.164.721 252.690.837.502 22.000.000.000 210.739.451.449 1.264.450.819 111.148.970.014 - 145.656.712.851 - 179.315.118.647
3.3 211,61 957,91 8.790,30 - -
Anggaran (SILPA)
Gambar 3.1
Perkembangan Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan Tahun 2008-2012
2.500.000.000.000
2.000.000.000.000
1.500.000.000.000
PENDAPATAN
1.000.000.000.000
BELANJA
500.000.000.000
PEMBIAYAAN
0
Gambar 3.2
Prosentase Realisasi Pendapatan,Belanja dan Pembiayaan Tahun 2008-2012
Chart Title
109,39 105,4
100,76 103,17 101,22 102,62 99,32
86,3890,93 88,06 91,2993,06 91,2489,05 91,95
NO. Rata-Rata
URAIAN TA. 2008 Proporsi TA. 2009 Proporsi TA. 2010 Proporsi TA. 2011 Proporsi TA. 2012 Proporsi
URUT Proporsi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 13 12
4 PENDAPATAN 946.026.751.848 100 1.023.505.680.974 100,00 1.088.849.621.372 100,00 1.324.470.172.340 100,00 2.241.053.965.236 100,00 100,00
4,1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 237.286.164.010 25,08 255.674.617.192 24,98 299.093.554.284 27,47 391.828.733.404 29,58 458.793.895.486 20,47 25,52
4.1.1 Pendapatan Pajak Daerah 150.722.921.922 15,93 164.358.587.106 16,06 195.007.612.682 17,91 266.729.264.839 36,78 315.288.427.363 18,21 20,98
4.1.2 Pendapatan Retribusi Daerah 32817661228 3,47 44.389.652.368 4,34 44.224.526.662 4,06 10.446.385.782 (76,38) 9.850.009.229 (5,71) (14,04)
4.1.3 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang 1,34 1,12 1,82 70,80 26,22
Dipisahkan 12.707.325.599 11.452.769.855 19.826.430.540 33.862.764.036 42.740.304.511 20,26
4.1.4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 41.038.255.261 4,34 35.473.607.863 3,47 40.034.984.400 3,68 80.790.318.747 101,80 90.915.154.383 12,53 25,16
4,2 DANA PERIMBANGAN 708.740.587.838 74,92 767.566.613.782 74,99 773.634.562.810 71,05 887.291.438.936 66,99 1.098.995.074.750 49,04 67,40
4.2.1 Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 53.820.333.838 5,69 55.076.610.782 5,38 68.892.093.810 6,33 87.834.594.936 27,50 101.259.360.750 15,28 12,04
4.2.2 Dana Alokasi Umum 616.601.854.000 65,18 652.757.003.000 63,78 674.635.569.000 61,96 752.057.444.000 11,48 940.646.764.000 25,08 45,49
4.2.3 Dana Alokasi Khusus 38.318.400.000 4,05 59.733.000.000 5,84 30.106.900.000 2,77 47.399.400.000 57,44 57.088.950.000 20,44 18,11
4,3 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH - 264.450.000 0,03 16.121.504.278 1,48 45.350.000.000 3,42 683.264.995.000 30,49 7,08
4.3.1 Pendapatan Hibah - - - 3.050.000.000 0,23 -
4.3.2 Pendapatan Dana Darurat
4.3.3 Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemda Lainnya
4.3.4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus - 264.450.000 0,03 16.121.504.278 1,48 42.300.000.000 3,19 683.264.995.000 30,49 7,04
4.3.5 Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemda Lainnya - - - - -
Sumber : Biro Keuangan Setda Provinsi Nusa Tenggara Timur, diolah
NO. Rata-Rata
URAIAN 2009 2010 2011 2012
URUT Pertumbuhan
1 2 3 4 5 6 7
Lain-lain
Pendapatan
yang Sah PAD
7,08% 25,52%
Dana
Perimbangan
67,40%
ASET
ASET LANCAR
Kas di kas daerah 238.204.735.835,00 194.577.049.732,00 97.240.365.716,00 129.895.121.439,00 160.606.604.774,00
Kas di BLUD Prof. W. Z. Yohannes Kupang - - - 2.437.010.438,00 9.326.656.716,00
Kas di Bendahara Pengeluaran 16.745.242.031,00 19.065.881.139,00 13.586.687.651,00 14.626.151.239,00 10.757.870.201,00
Belanja Dibayar Dimuka 5.000.000.000,00 - - - -
Kas di Bendahara Penerimaan 37.512.300,00 7.785.367.709,06 11.050.344.118,00 11.713.138.272,00 4.656.200.873,00
Piutang Pajak dan Retribusi 92.924.025,00 92.924.025,00 439.745.971,80 585.915.842,80 3.501.576.510,00
Piutang Lain-lain PAD Yang Sah - - - 2.850.000.000,00 -
Piutang Sewa 15.264.000,00 43.221.000,00 99.995.200,00 159.232.200,00 93.050.200,00
Piutang Lain-lain 6.307.086.655,00 4.388.666.655,00 4.538.511.223,00 4.387.103.499,00 4.401.869.079,00
Piutang Jasa Pelayanan 2.896.950.077,00 3.749.063.353,00 1.651.328.242,00 5.825.584.670,00 1.758.100.862,67
Bagian Lancar Kredit Kendaraan Roda Dua 1.967.288.475,28 2.123.271.465,91 1.815.342.395,73 1.149.818.861,73 1.478.307.386,73
Bagian Lancar Kredit Kendaraan Roda Empat 459.455.100,00 321.413.100,00 3.088.061.324,00 3.422.636.983,00 3.896.534.422,00
Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi ( TPTGR ) 2.870.035.346,00 2.187.188.379,00 - - -
Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran 307.575.935,00 274.023.185,00 258.396.427,00 228.966.046,00 461.942.946,00
Bagian Lancar Tagihan Dana Bergulir (TKI) 321.824.000,00 321.824.000,00 321.824.000,00 321.824.000,00 321.824.000,00
Bagian Lancar Kredit Lunak untuk Sertifikasi Tanah
-
Masyarakat
Bagian Lancar Dana Pinjaman Kepada Kelompok
1.319.036.050,00 1.416.636.050,00 1.977.782.742,00 1.585.901.180,00 1.916.926.879,00
Masyarakat
Bagian Lancar Pinjaman Kepada Dunia Usaha
3.500.000.000,00 15.391.653.835,67 21.203.696.328,00 24.872.363.115,00 19.830.581.303,00
(Koperasi)
Persediaan 1.992.935.051,00 2.830.174.199,00 7.975.712.186,00 11.379.334.971,00 11.791.533.125,00
Jumlah Aset Lancar 282.037.864.880,28 254.568.357.827,64 165.247.793.524,53 215.440.102.756,53 234.799.579.277,40
EKUITAS DANA
Ekuitas Dana Lancar
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) 252.690.837.502,00 210.739.451.449,00 110.683.612.716,00 145.656.712.851,00 179.315.118.647,00
Pendapatan Yang Ditangguhkan 37.512.300,00 7.785.367.709,06 11.050.344.118,00 11.713.138.272,00 4.656.200.873,00
Cadangan Piutang 20.057.439.663,28 30.309.885.048,58 35.394.683.853,53 45.389.346.397,53 37.660.713.588,40
Cadangan Persediaan 1.992.935.051,00 2.830.174.199,00 7.975.712.186,00 11.379.334.971,00 11.791.533.125,00
Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran
Utang (31.602.662.621,00) (34.586.386.868,85) (20.879.100.485,00) (47.861.297.421,00) (34.369.760.649,00)
Jangka Pendek
Jumlah Ekuitas Dana Lancar 243.176.061.895,28 217.078.491.536,79 144.225.252.388,53 166.277.235.070,53 199.053.805.584,40
ASET
ASET LANCAR
Kas di kas daerah (18,32) (50,02) 33,58
Kas di BLUD Prof. W. Z. Yohannes Kupang
Kas di Bendahara Pengeluaran 13,86 (28,74) 7,65
Belanja Dibayar Dimuka
Belanja Dibayar Dimuka
Kas di Bendahara Penerimaan 20.654,17 41,94 6,00
Piutang Pajak dan Retribusi - 373,23 33,24
Piutang Lain-lain PAD Yang Sah
Piutang Sewa 183,16 131,36 59,24
Piutang Lain-lain (30,42) 3,41 (3,34)
Piutang Jasa Pelayanan 29,41 (55,95) 252,78
Bagian Lancar Kredit Kendaraan Roda Dua 7,93 (14,50) (36,66)
Bagian Lancar Kredit Kendaraan Roda Empat (30,04) 860,78 10,83
Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi ( TPTGR ) (23,79)
Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran (10,91) (5,70) (11,39)
Bagian Lancar Tagihan Dana Bergulir (TKI) - -
Bagian Lancar Kredit Lunak untuk Sertifikasi Tanah
Masyarakat
Bagian Lancar Dana Pinjaman Kepada Kelompok
7,40 39,61 (19,81)
Masyarakat
Bagian Lancar Pinjaman Kepada Dunia Usaha
339,76 37,76 17,30
(Koperasi)
Persediaan 42,01 181,81 42,67
ASET TETAP
Tanah - - (4,84) 0,00
Peralatan dan Mesin 18,30 2,28 19,44 18,00
Gedung dan Bangunan 3,73 (13,44) 3,04 1,85
Jalan, Irigasi,dan Jaringan 8,35 4,93 5,06 5,91
Aset Tetap Lainnya 2,72 10,87 8,21 0,48
Konstruksi Dalam Pengerjaan (87,92) 345,63 56,46 112,13
Akumulasi Penyusutan -
Jumlah Aset Tetap 5,12 1,81 2,80 5,02
DANA CADANGAN 81,82
Dana Cadangan 81,82
Jumlah Dana Cadangan
ASET LAINNYA
Tagihan Penjualan Angsuran -
Aset Tetap Yang Tidak Digunakan Pemrov NTT -
Tagihan Tuntutan Ganti Kerugian Daerah 10,91 (0,90) 74,14
Kemitraan dengan Pihak Ketiga -
Aset Tak Berwujud -
Aset Lain-lain - - -
Jumlah Aset Lainnya 2.764,07 10,65 46,45 49,11
JUMLAH ASET 5,12 0,38 4,88 6,15
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Utang Belanja (82,11) 1.633,03 173,22 -
Utang Perhitungan Pihak Ketiga (60,00) (95,06) 807,39 5,72
Utang Bagi Hasil Pajak ke Kab./Kota (14,80) (52,15) 168,30 (32,92)
Utang Bagi Hasil Retribusi ke Kab./Kota (29,72) (90,42) 2.077,45 48,47
Utang Jasa Pelayanan 650,43 (8,67) 53,47 22,09
Utang Upah Pungut (insentif) 106,33 (73,00) 28,14 27,12
Utang Jangka Pendek Lainnya -
Jumlah Kewajiban Jangka Pendek (3,53) (43,92) 133,86 (27,29)
Tabel 3.6
Rasio Likuiditas dan Solvabilitas Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur
I Rasio Likuiditas
II Rasio Solvabilitas
Belanja daerah meliputi semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang
mengurangi ekuitas dana lancar dan merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun
anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah.Belanja daerah
juga merupakan cerminan dari kebijakan anggaran yang ditetapkan untuk mencapai
Gambar 3.4.
Prosentase Realisasi Belanja Langsung dan Tidak Langsung Tahun 2008 - 2012
94 Chart Title
92
90
88
86
84
82
80
78
TA 2008 TA 2009 TA 2010 TA 2011 TA 2012
5 BELANJA 1.712.961.121.262 1.469.886.127.939 85,81 1.751.618.901.129 1.518.257.841.101 86,68 1.835.247.947.400 1.686.336.570.959 91,89 1.972.676.783.033 1.804.495.647.461 91,47 3.923.217.482.102 3.603.719.416.488 91,86
5,1 Belanja Tidak Langsung 573.536.271.158 485.652.667.140 84,68 587.174.842.203 492.812.022.742 83,93 577.823.982.250 538.389.297.222 93,18 622.452.756.590 572.612.934.351 91,99 1.569.402.269.401 1.439.363.824.682 91,71
5.1.1 Belanja Pegawai 278.758.075.920 228.667.697.849 82,03 360.683.314.324 301.120.937.951 83,49 361.728.127.200 330.990.447.661 91,50 422.453.434.500 403.101.908.614 95,42 476.859.774.741 426.109.148.234 89,36
5.1.2 Belanja Bunga - - - - - - - - - - - - - - -
5.1.3 Belanja Subsidi - - - - - - - - - - - - - - -
5.1.4 Belanja Hibah 107.706.140.300 93.264.088.217 86,59 5.121.624.000 4.788.547.803 93,50 6.840.000.000 6.819.140.300 99,70 6.750.000.000 6.747.249.500 99,96 835.601.467.850 798.677.253.045 95,58
5.1.5 Belanja Bantuan Sosial 53.851.401.800 52.224.987.199 96,98 52.641.892.900 46.753.319.210 88,81 52.957.700.000 49.739.497.703 93,92 71.229.679.286 65.081.291.700 91,37 73.393.470.000 64.755.830.000 88,23
Belanja Bagi Hasil 65.626.115.638 50.060.997.375 90.471.873.479 74.459.461.778 99.015.755.050 96.124.596.578 104.941.977.804 88.049.946.937 141.416.910.409 136.640.473.403
5.1.6 76,28 82,30 97,08 83,90 96,62
Kabupaten/Kota
Belanja Bantuan Keuangan 56.594.537.500 53.276.973.500 64.356.137.500 59.684.237.500 47.282.400.000 46.618.785.400 8.853.500.000 8.792.886.000 16.152.250.000 12.888.770.000
kepada Pemerintah
5.1.7 94,14 92,74 98,60 99,32 79,80
Kabupaten/Kota dan
Pemerintah Desa
5.1.8 Belanja Tidak Terduga 11.000.000.000 8.157.923.000 74,16 13.900.000.000 6.005.518.500 43,21 10.000.000.000 8.096.829.580 80,97 8.224.165.000 839.651.600 10,21 25.978.396.401 292.350.000 1,13
5,2 Belanja Langsung 565.888.578.946 498.580.793.659 88,11 577.269.216.723 532.633.795.617 92,27 679.599.982.900 609.557.976.515 89,69 727.771.269.853 659.269.778.759 90,59 784.412.943.300 724.991.767.124 92,42
5.2.1 Belanja Pegawai/Personalia 65.294.012.451 56.200.520.256 86,07 49.461.118.300 45.453.468.450 - 64.625.637.643 60.087.962.450 92,98 75.643.737.467 71.725.068.848 - 91.706.632.865 87.761.374.219 -
5.2.2 Belanja Barang dan Jasa 275.745.154.620 239.658.531.857 86,91 311.050.089.194 281.930.797.768 90,64 414.699.291.164 372.927.757.668 89,93 417.711.427.625 392.209.057.587 93,89 423.936.782.856 392.479.928.125 92,58
5.2.3 Belanja Modal 224.849.411.875 202.721.741.546 90,16 216.758.009.229 205.249.529.399 94,69 200.275.054.093 176.542.256.397 88,15 234.416.104.761 195.335.652.324 83,33 268.769.527.579 244.750.464.780 91,06
Jumlah 1.139.424.850.104 984.233.460.799 86,38 1.164.444.058.926 1.025.445.818.359 88,06 1.257.423.965.150 1.147.947.273.737 91,29 1.350.224.026.443 1.231.882.713.110 91,24 2.353.815.212.701 2.164.355.591.806 91,95
Surplus (Defisit) (200.492.850.104) (38.206.708.951) 19,06 (172.424.876.259) (1.940.137.385) 1,13 (181.674.789.082) (59.097.652.365) 32,53 (59.591.819.716) 92.587.459.230 (155,37) (97.361.980.701) 76.698.373.430 (78,78)
Sumber : Biro Keuangan Setda Provinsi Nusa Tenggara Timur
NO. Rata-Rata
URAIAN 2008 2009 2010 2011 2012
URUT Proporsi
1 2 3 4 5 6 7 8
5,1 BELANJA TIDAK LANGSUNG 49,34 48,06 46,90 46,48 66,50 51,46
5.1.1 Belanja Pegawai 23,23 29,36 28,83 32,72 19,69 26,77
5.1.2 Belanja Bunga
5.1.3 Belanja Subsidi
5.1.4 Belanja Hibah 9,48 0,47 0,59 0,55 36,90 9,60
5.1.5 Belanja Bantuan Sosial 5,31 4,56 4,33 5,28 2,99 4,49
5.1.6 Belanja Bagi Hasil Kabupaten/Kota 5,09 7,26 8,37 7,15 6,31 6,84
Belanja Bantuan Keuangan kepada Pemerintah 5,41 5,82 4,06 0,71 0,60
5.1.7
Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa 3,32
5.1.8 Belanja Tidak Terduga 0,83 0,59 0,71 0,07 0,01 0,44
NO. Rata-Rata
URAIAN 2009 2010 2011 2012
URUT Pertumbuhan
1 2 3 4 5 6 7
5 BELANJA
5,1 BELANJA TIDAK LANGSUNG 1,47 9,25 6,36 151,37 30,62
5.1.1 Belanja Pegawai 31,68 9,92 21,79 5,71 10,23
5.1.2 Belanja Bunga
5.1.3 Belanja Subsidi
5.1.4 Belanja Hibah (94,87) 42,41 (1,05) 11.737,08 2334,03
5.1.5 Belanja Bantuan Sosial (10,48) 6,39 30,84 (0,50) 4,65
5.1.6 Belanja Bagi Hasil Kabupaten/Kota 48,74 29,10 (8,40) 55,19 20,18
Belanja Bantuan Keuangan kepada Pemerintah 12,03 (21,89) (81,14) 46,58
5.1.7
Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa (10,06)
5.1.8 Belanja Tidak Terduga (26,38) 34,82 (89,63) (65,18) (34,44)
Setelah mengetahui proporsi realisasi belanja daerah terhadap total belanja, dan
pertumbuhan belanja tidak langsung selama tahun 2008 2012, maka perlu diketahui realisasi
belanja pemenuhan kebutuhan aparatur selama kurun waktu 3 (tiga) tahun yaitu dari tahun
2010 sampai dengan tahun 2012 sebagaimana terlihat pada tabel berikut :
Tabel 3.11
Analisis Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur
Tabel tabel di atas menjadi dasar untuk menentukan kebijakan efisiensi anggaran
aparatur selama periode yang direncanakan. Setelah mengetahui perilaku belanja untuk
kebutuhan aparatur, dilakukan analisis belanja periodik dan pengeluaranpembiayaan yang
wajib dan mengikat serta prioritas utama.
NO.
URAIAN TA. 2008 TA. 2009 TA. 2010 TA. 2011 TA. 2012
URUT
1 2 3 4 5 6 7
Dikurangi
B Total Realisasi Penerimaan Pembiayaan Daerah 313.972.767.283 270.868.678.284 223.664.600.379 120.234.843.621 189.198.885.217
A+B Sisa Lebih Pembiayaan Tahun Anggaran Berkenaan 256.285.938.332 213.432.265.899 111.148.970.014 145.656.712.851 179.315.118.647
T
NO.
URAIAN TA. 2008 TA. 2009 TA. 2010 TA. 2011 TA. 2012
URUT
1 2 3 4 5 6 7
5. Sisa Penghematan Belanja atau akibat lainnya 78.204.755.382 70,66 98.895.421.402 67,90 165.842.362.863 92,49 47,08
Kewajiban kepada pihak ketiga sampai
6. dengan akhir tahun belum terselesaikan - - - -
7. Kegiatan Lanjutan 20.156.574.625 18,21 12.923.325.836 8,87 13.472.755.784 7,51 (15,82)
110.683.612.716 100,00 145.656.712.851 100,00 179.315.118.647 100,00
Perilaku pembiayaan daerah yang telah dilakukan tersebut adalah untuk memperoleh
gambaran sisa lebih riil perhitungan anggaran. Hasil analisisdapat digunakan untuk menghitung
kapasitas penerimaan pembiayaan daerah dengan proyeksi 5 (lima) tahun kedepan. Analisis
dilakukan berdasarkan data dan informasi yang dapat mempengaruhi besarnya sisa lebih riil
perhitungan anggaran dimasa yang akan datang sebagaimana terlihat pada tabel 3.16 berikut :
1. Saldo kas neraca daerah 185.347.332.564 23,50 195.960.331754 242.012.400.754 298.887.032.873 369.127.607.268 455.875.215.254
Dikurangi:
Kewajiban kepada pihak
ketiga sampai dengan
1. - - - - - - -
akhir tahun belum
terselesaikan
2. Kegiatan lanjutan 13.472.755.784 (15,82) 10.879.253.201 9.158.489.983 7.709.898.576 6.490.429.773 5.463.843.424
Sisa Lebih (Riil) 171.874.576.780 30,60 190.353.015.474 248.608.877.961 324.693.433.655 424.062.996.959 553.843.739.202
Pembiayaan Anggaran
Sumber : Biro Keuangan Setda Provinsi Nusa Tenggara Timur
Dengan menggunakan data APBD Tahun anggaran 2013 dan Realisasi APBD TA. 2012,
maka sesuai aturan perundangan yang berlaku, batas maksimum pinjaman yang dapat diajukan
oleh Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah Rp. 1,103 Trilyun (75% dari
Penerimaan Umum Provinsi Nusa Tenggara Timur TA. 2012), sedangkan bila memperhatikan
perhitungan Debt Service Coverage Ratio (DSCR), dan mengacu pada program dan kegiatan
prioiritas lainnya yang perlu didanai melalui APBD, maka jumlah pinjaman yang realistis dapat
diajukan oleh Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timuradalah Rp. 125 185 Milyar.
1) Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak melebihi
75% (tujuh puluh lima persen) dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya
Komponen B
DAK 57.088.950.000
DP - Otsus 683.264.995.000
Penyertaan Modal 29.000.000.000
Jumlah 769.353.945.000
Perhitungan yang lain terlihat kemampuan pinjaman Provinsi Nusa Tenggara Timursebagai
berikut :
3) Kemampuan pinjaman daerah memperhitungkan 55% dari total belanja TA. 2013
Total pinjaman
Penerimaan Umum Klasifikasi Jangka Waktu
55% belanja 2013 Selisih DSCR Angsuran Pokok (dengan angsuran
TA. 2012 Angsuran Pinjaman
tertinggi Rp 25
Perhitungan Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan
ditarik tidak melebihi 75% (tujuh puluh lima persen) dari jumlah penerimaan umum
APBD tahun sebelumnya, dengan kemampuan pinjaman Rp 185.000.000.000.
Komponen B
DAK 57.088.950.000
DP - Otsus 683.264.995.000
Penyertaan Modal 29.000.000.000
Jumlah 769.353.945.000
Perbandingan Rencana pinjaman daerah dengan Penerimaan Umum APBD TA. 2011 :
Rencana Pinjaman Daerah
x 100%
Penerimaan Umum APBD TA. 2012
185.000.000.000
x 100%
1.471.700.020.236
12,57 %
Komponen 1 :
PAD : 476.687.746.171
BD : 91.148.604.029
DAU : 1.003.991.703.000
DP Otsus : 717.287.620.000
Komponen 1 : 2.289.115.673.200
Komponen 2 : 1.378.330.432.386
Komponen 3 :
Angsuran Bunga (13%) : 24.050.000.000
Angsuran pokok (jumlah pinjaman/jangka waktu) : 37.000.000.000
Biaya lain : :
- Prediksi provisi bunga bank 0,5% : 925.000.000
- Notaris 1 per mil : 185.000.000
Komponen 3 : 62.160.000.000
= 14,65
DSCR = 14,65
Ketentuan :
DSCR > 2,5 (terpenuhi)
Pendapatan = 2.373.917.028.200
Total Belanja = 2.558.600.227.797
Jumlah (184.683.199.597)
Komponen B
SiLPA TA. 2012 179.315.118.647
Pencairan Dana Cadangan 57.470.732.150
Penerimaan kembali
Pinjaman Daerah 7.767.348.800
Pencairan Deposito -
Jumlah 244.553.199.597
59.870.000.000
Surplus/defisit = x 100%
2.373.917.028.200
= 0,03 %
Tabel 3.17
Pengeluaran Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama
No Uraian 2010 2011 2012 Rata-rata
Pertumbuhan
A Belanja Tidak Langsung 538,353,059,972 572,612,934,351 1,439,363,824,682 78.87
1 Belanja Gaji & Tunjangan 251,627,588,069 276,537,741,176 299,540,957,346 9.11
Belanja Tambahan 111,939,581,862 110,460,439,845 31.91
2 Penghasilan/Tunjangan Kesra 67,786,965,100
3 Belanja Penerimaan Pimpinan & ADPRD 5,272,800,000 5,564,800,000 4.34
serta Operasional KDh/WKDh 5,112,000,000
4 Belanja insentif Pemungutan Pajak 9,296,604,611 10,344,679,487 27.95
Daerah 6,427,657,242
5 Belanja insentif Pemungutan Retribusi 55,180,965 198,271,556 129.66
Daerah -
6 Belanja Bunga - - - -
7 Belanja Subsidi - - - -
8 Belanja Hibah 6,819,140,300 6,747,249,500 798,677,253,045 5,868.01
9 Belanja bantuan Sosial 49,739,497,703 65,081,291,700 64,755,830,000 15.17
10 88,049,946,937 136,640,473,403 23.39
Belanja Bagi Hasil kepada
Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemdes 96,124,596,578
11 8,792,886,000 12,888,770,000 (17.28)
Belanja Bantuan Keuangan kepada
Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemdes 46,618,785,400
12 Belanja Tidak Terduga 8,096,829,580 839,651,600 292,350,000 (77.41)
-
B Belanja Langsung 38,000,978,305 173,226,615,556 122,588,212,022 163.31
1 Belanja Pegawai BLUD - 4,272,749,250 5,581,548,000 15.32
2 Honorarium Non PNS 28,099,375,000 51,186,482,010 59,889,382,600 49.58
3 Belanja Beasiswa Pendidikan - 3,089,750,000 2,855,000,000 (3.80)
4 Belanja Jasa Kantor (khusus tagihan 9,573,008,305 39,353,350,423 50,418,231,422 169.60
bulanan kantor seperti listrik, air, telepon
dan sejenisnya)
5 Belanja sewa gedung kantor (yang telah 328,595,000 2,426,443,453 2,652,050,000 323.86
ada kontrak jangka panjangnya)
6 Belanja untuk Program Pembangunan 72,897,840,420 1,192,000,000 (49.18)
Desa Mandiri Anggur Merah) -
7 dst - - -
-
C Pembiayaan 25,773,288,000 64,000,000,000 81,630,000,000 87.93
1 Pembentukan dana cadangan - 35,000,000,000 55,000,000,000 28.57
2 Pembayaran Pokok Utang - - -
3. Penyertaan Modal 25,773,288,000 29,000,000,000 26,630,000,000 2.17
-
TOTAL 602,127,326,277 809,839,549,907 1,643,582,036,704 68.72
Sumber : Biro Keuangan Setda Provinsi Nusa Tenggara Timur
Sejalan dengan Visi, Misi, dan Arah Pembangunan Nusa Tenggara Timur5
(lima) tahun ke depan, keseluruhan program prioritas yang perlu mendapatkan
perhatian penting dalam belanja daerah, dikemas dalam 8 (delapan) agenda
pembangunan sebagai berikut:
1) Agenda Peningkatan Kualitas Pendidikan, Kepemudaan dan Keolahragaan
2) Agenda Pembangunan Kesehatan
3) Agenda Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan dan Pengembangan Pariwisata
4) Agenda Pembenahan Sistem Hukum dan Birokrasi Daerah
5) Agenda Percepatan Pembangunan Infrastruktur Berbasis Tata Ruang dan
Lingkungan Hidup
6) Agenda Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
7) Agenda Pembangunan Perikanan dan Kelautan
8) Agenda Khusus:
a. Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
b. Penanggulangan Bencana
c. Pembangunan Daerah Perbatasan
NO. Rata-Rata
URAIAN TA. 2012 Proyeksi TA. 2014 Proyeksi TA. 2015 Proyeksi TA. 2016 Proyeksi TA. 2017 Proyeksi TA. 2018 Total
URUT Pertumbuhan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
4,1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 458.793.895.486 0,46 695.415.928.000 783.519.311.100 861.314.429.023 949.194.034.624 1.048.469.065.255 4.337.912.768.002
4.1.1 Pendapatan Pajak Daerah 315.288.427.363 0,13 528.047.773.000 596.693.983.490 674.264.201.344 761.918.547.518 860.967.958.696 3.421.892.464.048
4.1.2 Pendapatan Retribusi Daerah 9.850.009.229 0,04 29.711.663.000 30.900.129.520 30.912.489.572 30.924.854.568 30.937.224.509 153.386.361.169
4.1.3 Pendapatan Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 42.740.304.511 0,21 55.816.821.000 67.538.353.410 67.680.183.952 67.822.312.338 67.964.739.194 326.822.409.895
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah
4.1.4
yang Sah 90.915.154.383 0,08 81.839.671.000 88.386.844.680 88.457.554.156 88.528.320.199 88.599.142.855 435.811.532.890
4,2 DANA PERIMBANGAN 1.098.995.074.750 0,42 1.290.418.374.000 1.534.216.278.240 1.825.202.328.566 2.172.641.296.373 2.587.631.892.971 9.410.110.170.150
Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak
4.2.1
101.259.360.750 0,11 84.494.874.000 93.789.310.140 104.106.134.255 115.557.809.023 128.269.168.016 526.217.295.435
4.2.2 Dana Alokasi Umum 940.646.764.000 0,20 1.131.687.590.000 1.358.025.108.000 1.629.630.129.600 1.955.556.155.520 2.346.667.386.624 8.421.566.369.744
4.2.3 Dana Alokasi Khusus 57.088.950.000 0,11 74.235.910.000 82.401.860.100 91.466.064.711 101.527.331.829 112.695.338.330 462.326.504.971
1 Belanja Gaji dan Tunjangan 299,540,957,346 10.00 329,495,053,081 362,444,558,389 398,689,014,228 438,557,915,650 482,413,707,215.31
5 Belanja Insentif Retribusi Daerah 198,271,556 4.00 206,202,418 214,450,515 223,028,536 231,949,677 241,227,664.07
6 Belanja Bunga - - - - - -
7 Belanja Subsidi - - - - - -
10 Belanja Bagi Hasil Kepada 136,640,473,403 17.00 254,525,387,000 297,794,702,790 348,419,802,264 407,651,168,649 476,951,867,319.60
Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemdes
11 Bantuan keuangan kepada 12,888,770,000 15.00 34,507,600,000 39,683,740,000 45,636,301,000 52,481,746,150 60,354,008,072.50
provinsi/kabupaten/kota dan pemdes
12 Belanja tidak terduga 292,350,000 5.00 17,500,000,000 18,375,000,000 19,293,750,000 20,258,437,500 21,271,359,375.00
2 Honorarium Non PNS 59,889,382,600 5.00 62,883,851,730 66,028,044,317 69,329,446,532 72,795,918,859 76,435,714,801.89
3 Belanja Beasiswa pendidikan PNS 2,855,000,000 5.00 2,997,750,000 3,147,637,500 3,305,019,375 3,470,270,344 3,643,783,860.94
4 Belanja Jasa Kantor (khusus tagihan 50,418,231,422 15.00 57,980,966,135 66,678,111,056 76,679,827,714 88,181,801,871 101,409,072,151.68
bulanan kantor seperti listrik, air, telepon
dan sejenisnya)
5 Belanja sewa gedung kantor (yang telah 2,652,050,000 10.00 2,917,255,000 3,208,980,500 3,529,878,550 3,882,866,405 4,271,153,045.50
ada kontrak jangka panjangnya)
6 Belanja untuk Program Pembangunan 1,192,000,000 5.00 30,506,719,750 32,032,055,738 33,633,658,524 35,315,341,451 37,081,108,523.12
Desa Mandiri Anggur Merah
7 Dst (samsat online) - -
Proyeksi
No Uraian
2014 2015 2016 2017 2018
Komposisi belanja APBN di Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam 5 (lima) tahun
terkhir pada periode 2009-2013 sebagaimana Gambar 3.5.
Gambar 3.5
Komposisi Belanja APBN 2009-2013
5.000.000.000
4.000.000.000
3.000.000.000 Tahun 2009
2.000.000.000 Tahun 2010
1.000.000.000 Tahun 2011
-
tahun 2012
Tahun 2013
Pada tahun 2012, tercatat 28 Lembaga Internasional yang bermitra dengan Pemerintah
Provinsi Nusa Tenggara Timur. Dari 28 Lembaga Internasional (Bilateral, Multilateral dan
NGO Internasional) tersebut terdapat 37 Program dukungan yang pendanaanya bersumber
dari pendanaan kerjasama government to government, dengan perincian sebagai berikut:
Kerjasama bidang Bilateral terdiri dari 3 Lembaga mitra dengan 3 program, Kerjasama
Bidang Multilateral ada 9 Lembaga mitra dengan 13 program, Kerjasama Internasional
NGOs ada 16 lembaga mitra dengan 21 program. Masing-masing Lembaga Internasional
memiliki fokus program dan lokasi intervensi sendiri yang telah dilakukan need assessment
terlebih dahulu.
Tabel 3.24
Lembaga Internasional yang Bermitra dalam Pembangunan Nusa Tenggara Timur
LEMBAGA BILATERAL
1. AusAID
AusAID Kota Kupang, Kesehatan ibu dan bayi baru lahir Selesai tahun 2013
AIP MNH Kab.Kupang, TTS, TTU,
Belu, Lembata, Flores
Timur, Sikka, Ende,
Ngada, Manggarai,
Manggarai Barat,
Sumba Timur, Sumba
Barat
AusAID AIPD Provinsi dan Kab. TTU, Pengelolaan keuangan daerah,
Ngada, Flores Timur Manajemen pengetahuan dan
dan Sumba Barat Daya penguatan partisipasi masyarakat
AusAID ACCESS TTS, Kupang, Sumba Penguatan kapasitas masyarakat
Timur, Sumba Barat,
Sumba Tengah dan
SBD
2. GIZ (ex ded) Provinsi, Kota Kupang Dukungan Expert GIZ dan Progm beakhir di
Manajemen data bulan Maret 2012
3. USAID Provinsi DPRD dan parpol
NGO INTERNASIONAL
WISE (Wash In School TTS dan Belu Air Minum dan Penyehatan
Lingkungan (AMPL)
Empowerment)
15. CWS Kab. TTS Gizi
Berikut ini adalah rincian dana bagi setiap lokasi intervensi pada masing-masing program
Lembaga Bilateral.
II. KABUPATEN/KOTA
1 KOTA KUPANG Rp3,229,496,250
2 KAB. KUPANG Rp2,546,727,850 Rp3,939,971,682
3 KAB. TTS Rp3,049,693,300 Rp3,589,681,297
4 KAB. TTU Rp6,327,486,615 Rp2,713,883,125
5 KAB. BELU Rp2,885,043,250
6 KAB. ALOR Rp0
7 KAB. ROTE NDAO Rp0
8 KAB. SABU RAIJUA Rp0
9 KAB. SIKKA Rp2,674,194,950
10 KAB. FLORES TIMUR Rp4,827,486,615 Rp3,135,313,500
11 KAB. LEMBATA Rp3,111,682,400
12 KAB. ENDE Rp3,753,949,050
13 KAB. NAGEKEO Rp0
14 KAB. NGADA Rp4,827,486,615 Rp3,169,628,500
15 KAB. MANGGARAI Rp3,152,006,250
16 KAB. MANGGARAI BARAT Rp3,309,955,750
17 KAB. MANGGARAI TIMUR Rp0
18 KAB. SUMBA TIMUR Rp2,842,528,950 Rp4,056,667,160
19 KAB. SUMBA BARAT Rp2,611,731,388 Rp3,786,878,205
20 KAB. SUMBA BARAT DAYA Rp4,827,486,615 Rp0 Rp4,108,864,796
21 KAB. SUMBA TENGAH Rp0 Rp4,096,184,464
Tabel 3.26
Dukungan Lembaga Multilateral terhadap Pembangunan Nusa Tenggara Timurdi 21 Kabupaten/Kota Tahun 2012
II. KABUPATEN/KOTA
1 KOTA KUPANG $106,400
2 KAB. KUPANG $24,167 Rp776,105,000 $10,135
3 KAB. TTS $743,659 Rp864,620,000
4 KAB. TTU -
5 KAB. BELU $634,850
6 KAB. ALOR Rp11,300,000 $181,166 Rp953,819,000
7 KAB. ROTE NDAO $10,800
8 KAB. SABU RAIJUA -
9 KAB. SIKKA Rp155,521,000 $595,798
10 KAB. FLORES TIMUR -
11 KAB. LEMBATA -
12 KAB. ENDE $26,600
13 KAB. NAGEKEO -
14 KAB. NGADA -
15 KAB. MANGGARAI - Rp1,146,000,000
16 KAB. MANGGARAI BARAT -
17 KAB. MANGGARAI TIMUR -
18 KAB. SUMBA TIMUR $149,700
19 KAB. SUMBA BARAT $41,000
20 KAB. SUMBA BARAT DAYA $39,259
21 KAB. SUMBA TENGAH $33,000
Tabel 3.27
Dukungan NGO Internasional terhadap Pembangunan Nusa Tenggara Timurdi 21 Kabupaten/Kota Tahun 2012
I. PROVINSI
Tabel di atas menunjukan bahwa distribusi dana lembaga mitra tersebar hampir di seluruh
kabupaten/kota di Nusa Tenggara Timur kecuali Kabupaten Sabu Raijua yang belum terdata
besar dana kegiatan lembaga mitra. Dari data yang diperoleh, dana sebesar Rp.71,4 Milyar
atau 30% dikelola di tingkat provinsi, sedangkansisanya sebesar Rp.158,54 milyar atau 70%
tersebar di seluruh kabupaten/kota. Kabupaten yang memperoleh anggaran terbesar adalah
kabupaten TTS, yaitu 8% dari total hibah di Nusa Tenggara Timurdengan nilai Rp. 18,38
Miliyar dan terendah pada kabupaten Sabu Raijua dan Nagekeo.
2% 8%
12%
7%
4%
1%
49%
17%
pendidikan
kesehatan
ekonomi
infrastruktur
supremasi hukum
tata ruang dan lingkungan hidup
perempuan, anak dan pemuda
kemiskinan, kawasan perbatasan, kepulauan dan bencana alam
4.2.3. Kesehatan
Potensi kesehatan untuk mendukung pencapaian misi meningkatkan derajat
dan kualitas kesehatan masyarakat melalui pelayanan yang dapat dijangkau seluruh
masyarakat sebagai berikut:
1) Meningkatnya sarana kesehatan yaitu 43 Rumah Sakit, 353 unit Puskesmas naik
3,21, 1.081 unit Puskesmas Pembantu naik 1,72, 2.325 unit Puskesmas Keliling naik
56,04 dan 9.420 unit Posyandu naik 0,17;
2) Meningkatnya dampak Revoluasi KIA dengan indikator bahwa pada tahun 2012,
dari 97.382 persalinan tercatat 79.208 persalinan atau sekitar 81,34%
menggunakan fasilitas kesehatan, sisanya 18.174 (18,66%) persalinan tidak
menggunakan fasilitas kesehatan;
3) Meningkatnya jumlah tenaga medis dan paramedic dimana jumlah dokter pada
tahun 2012 sebanyak 976 orang, perawat & bidan sebanyak 9.385 orang, apoteker
750 orang, paramedis non perawat sebanyak 2.340 orang;
4) Harapan hidup juga meningkat yaitu dari 65,1 tahun 2010 menjadi 67,76 tahun
2011;
5) Adanya kebijakan khusus nasional berupa BOK dan Jaminan Persalinan (Jampersal)
untuk Puskesmas;
6) kebijakan daerah melalui Peraturan Gubernur NTT Nomor 42 tahun 2009 tentang
Revolusi KIA.
Permasalahan utama pembangunan bidang Kesehatan yang menentukan
perkembangan pembangunan daerah, sebagai berikut
1) Presentase Rumah ber-PHBS (Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat) baru mencapai
54,5% pada tahun 2012;
5.2. MISI
Tabel 5.1
Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran
10. Meningkatnya Jumlah atlet berprestasi 54 atlet 74 atlet 95 atlet 116 atlet 137 atlet
pembinaan yang diorbitkan
olahraga secara
menyeluruh dan
berprestasi
2.Layanan Rujukan
pelayanan sekunder dan
tersier di setiap region
provinsi
Prosentase Jumlah 100 100 100 100 100
Rumah Sakit (PONEK)
Jumlah Puskesmas 33 38 42 46
50
PONED (%)
3.Meningkatkan - Pengembangan Hasil 183 stup 225 stup 267 stup 308 stup 350 stup
potensi hasil hutan Hutan Non Kayu : Jumlah
stup Lebah Madu
- Jumlah lokasi budidaya 7 9 11 12 14
Kutu Lak
- Luas kawasan hutan yang 33.333 Ha 50.000 66.666 Ha 83.333 Ha 100.000
dimanfaatkan Ha
2. Mewujudkan 1.Terwujudnya 1.Produksi Jagung (ton) 755.181 818.079 880.976 943.874 1.006.771
NTT sebagai komoditas jagung
Provinsi sebagai pendukung
jagung, ketahahan pangan
ternak, nasional
cendana,
Destinasi
Utama
pariwisata
Dunia dan
NTT sebagai
Jumlah Kelembagaan 230 Unit 269 unit 308 Unit 346 unit 385 unit
penyuluhan (BP3K dan
Posluhdes)aktif (unit)
Jumlah kelompok tani 16.828 17.497 17.831 18.165 18.500
Klmpok klmpok Kelompok Klmpok klmpk
Misi-4: 1.Peningkatan 1.Terwujudnya - Perda penataan 1 perda 1 perda 1 perda 1 perda 1 perda
Pembenahan kualitas tata penataan kelembagaan
sistem hukum dan kelola kelembagaan dan
reformasi pemerintahan sumber daya pada
birokrasi daerah sesuai prinsip- Pemprov NTT
prinsip good
governance
- Efisiensi dan kinerja 50% 50% 75% 75% >75%
perangkat organisasi
daerah/SKPD (%)
2.Mewujudkan Terbentuknya - Produk Legislasi Daerah 463 495 511 527 543
kepastian sistem hukum
hukum dan daerah yang terarah
menciptakan untuk
rasa keadilan menyelesaiakan
dalam berbagai masalah
masyarakat sosial di NTT dan
terciptanya
sinkronisasi hukum
dan HAM yang
berpihak pada
kepentingan rakyat
- Monitoring, evaluasi dan 67 100 133 167 200
pelaporan terpadu
- Penyusunan rencana 0 0 1 2 3
detail/teknis tata ruang
kawasan DAS lintas
kabupaten
- Rencana Pengelolaan DAS 3 3 3 3 3
Terpadu (Benanain,
Noelmina dan Aesesa)
- Lokasi Pengendalian 4 7 9 11 13
Pemanfaatan Ruang DAS
sesuai kebijakan tata
2.Meningkatnya - Jml RTP Budidaya (RT) 54.554.897 57.332.345 60.109.793 62.887.242 65.664.69
SDM kelautan dan 0
Perikanan
3. Meningkatnya 163 171 179 187
- Jumlah penyuluh (org) 196
Ketahanan Pangan
dan gizi masyarakat
Misi-8: 1. Percepatan 1.Menurunnya - Jumlah Penduduk miskin 18,48 17,61 16,74 15,87 15,00
Mempercepat penurunan Angka Kemiskinan (%)
Penanggulangan Kemiskinan penduduk dari
Kemiskinan, masyarakat 20,03 % menjadi
Bencana dan 15,0 %
Pengembangan
Kawasan
Perbatasan.
- Kelembagaan 100% 100% 100% 100% 100%
Desa/kelurahah yang
dibina (%)
- Jumlah Desa 100 100 100 100 100
pengembangan TTG
- Jumlah Rumah dibangun 7.398 9.605 11.812 14.018 16.225
(unit)
2. Pembangunan Ekonomi
Peningkatan, percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi untuk
mencapai pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita maka akan
dilaksanakan melalui sinergi pembangunan ekonomi daerah dengan kebijakan
pembangunan afirmatif Nasional di Provinsi Nusa Tenggara Timur yaitu; (i)
Direktif Presiden untuk Percepatan Pembangunan Provinsi Nusa Tenggara Timur
bersama Provinsi Pupua dan Provinsi Papua Barat; (ii) Direktif Presiden untuk
percepatan penyelesaian masalah eks pengungsi Timor Timur dan pembangunan
desa/kelurahan terkena dampak langsung;(iii)Pengembangan KAPET Mbay
sebagai kawasan strategis Nasional dan optimalisasi pemanfaatan Kawasan
Industri Bolok menjadi kawasan Ekonomi Khusus yang terintegrasi dengan
kawasan Pelabuhan Tenau sebagai pusat pertumbuhan ekonomi; (iv) Optimalisasi
MP3EI koridor V NTT bersama Provinsi Bali dan Provinsi Nusa Tenggara Barat
sebagai pintu gerbang pariwisata dan pendukung ketahahan pangan nasional; (v)
Kebijakan pariwisata Nasional yang menetapkan NTT sebagai destinasi wisata
utama Indonesia; (vi) Kebijakan nasional sebagai daerah pendukung swasembada
daging dan garam; dan (vii) Sebagai wilayah terdepan Negara di selatan indonesia
yang berbatasan darat dan laut dengan negara lain.
5. Sinergi Pembangunan
Keberhasilan pembangunan membutuhkan keterpaduan pembangunan
yang dilaksanakan berbagai pihak, baik dari pemerintah, swasta, akademisi,
masyarakat maupun pemangku kepentingan terkait. Tiap pihak yang terkait
diwakili oleh berbagai kepentingan dan sektor yang menjadi kewenangan
mereka, oleh sebab itu dibutuhkan suatu payung untuk mewadahi berbagai
sektor tersebut sehingga agenda pembangunan bisa terpadu untuk mencapai
tujuan pembangunan yaitu kesejahteraan rakyat.
Misi-1: Meningkatkan pelayanan pendidikan dalam rangka terwujudnya mutu pendidikan, kepemudaan dan keolahragaan yang berdaya saing;
1. Meningkatkan 1. Meningkatn 1. Penyiapan pendidikan 1.Pendidikan dasar 1.Pendidikan dasar 1.Pendidikan dasar 1.Pendidikan dasar 1.Pendidikan 1.Pendidikan dasar
mutu dan akses ya rata-rata murah tanpa biaya bagi tanpa biaya bagi tanpa biaya bagi tanpa biaya bagi dasar tanpa tanpa biaya bagi
Pendidikan lama sekolah 2. Perluasan akses masyarakat masyarakat masyarakat miskin masyarakat miskin biaya bagi masyarakat
pada semua pendidikan bagi miskin melalui miskin melalui melalui BOS dan melalui BOS dan masyarakat miskin melalui
jenjang masyarakat; BOS dan Beasiswa BOS dan Beasiswa Beasiswa Beasiswa miskin melalui BOS dan Beasiswa
3. Kebijakan GONG 2.Peningkatan 2.Peningkatan 2.Peningkatan 2.Peningkatan BOS dan 2.Peningkatan
BELAJAR Partisipasi Partisipasi sekolah Partisipasi sekolah Partisipasi sekolah Beasiswa Partisipasi sekolah
sekolah SD/MI 96.47 % 3. Wajib Belajar 9 tahun 3. Wajib Belajar 9 2.Peningkatan 3. Wajib Belajar 9
3. Wajib Belajar 9 dan SMP/MTS tahun Partisipasi tahun
tahun 90.63% sekolah
3. Wajib Belajar 9 3. Wajib Belajar 9
tahun tahun
2. Meningkatny 1. Pelaksanaan PLS Kejar 1.Meningkatkan 1.Meningkatkan 1.Meningkatkan 1.Meningkatkan 1.Meningkatkan 1.Meningkatkan
a Tingkat (Paket B, C) pendidikan yang pendidikan yang pendidikan yang pendidikan yang pendidikan yang pendidikan yang
Pendidikan ditamatkan ditamatkan SD ditamatkan ditamatkan ditamatkan ditamatkan
Masyarakat 2. Meningkatkan 2.Menurunkan 100% , SMP 2.Menurunkan 2.Menurunkan 2.Menurunkan 2.Menurunkan
pemerataan fasilitas penduduk buta- 98.46% , SMA penduduk buta-huruf penduduk buta- penduduk buta- penduduk buta-
pendidikan huruf 95.06 % dan SMK 3.Meningkatkan huruf huruf huruf
3.Meningkatkan 98.37 % Penduduk berijazah 3.Meningkatkan 3.Meningkatkan 3.Meningkatkan
Penduduk 2.Menurunkan 4.Peningkatan rasio Penduduk berijazah Penduduk Penduduk
berijazah penduduk buta- sekolah dengan 4.Peningkatan rasio berijazah berijazah
4.Peningkatan rasio huruf yang penduduk usia sekolah dengan 4.Peningkatan 4.Peningkatan rasio
sekolah dengan berumur > 15 sekolah penduduk usia rasio sekolah sekolah dengan
penduduk usia tahun sebesar sekolah dengan penduduk usia
sekolah 8.49 % penduduk usia sekolah
3.Meningkatkan sekolah
Penduduk
berijazah
4. Peningkatan rasio
sekolah dengan
penduduk usia
sekolah
Meningkatkan 1. Meningkatn 1. Memperluas Penguatan peran Penguatan peran Penguatan peran serta Penguatan peran Penguatan peran Penguatan peran
partisipasi ya kesempatan pemuda serta pemuda serta pemuda pemuda dalam setiap serta pemuda dalam serta pemuda serta pemuda
pemuda dalam partisipasi berorganisasi dalam setiap dalam setiap dimensi pembangunan setiap dimensi dalam setiap dalam setiap
pembangunan dan pemuda dimensi dimensi pembangunan dimensi dimensi
prestasi olah Raga dalam pembangunan pembangunan. pembangunan pembangunan
pembanguna Terdapat 12
n pemuda organisasi
kepemudaan yang
aktif
S
2. Meningkatkan 1. Mengembangka 1.Mengembangkan 1.Mengembangkan rasa 1.Mengembangkan 1.Mengembangka 1.Mengembangkan
Kepekaan sosial dan n rasa rasa kesetiakawanan dan rasa n rasa rasa
kompetensi pemuda kesetiakawanan kesetiakawanan kepedulian sosial kesetiakawanan dan kesetiakawanan kesetiakawanan
dan kepedulian dan kepedulian dikalangan pemuda kepedulian sosial dan kepedulian dan kepedulian
sosial di sosial di kalangan dikalangan pemuda sosial sosial dikalangan
kalangan pemuda dikalangan pemuda
pemuda pemuda
2. Menumbuhkemb 2.Menumbuhkemba 2.Menumbuhkembangk 2.Menumbuhkembang 2.Menumbuhkem 2.Menumbuhkemba
angkan ngkan an kewirausahaan kan kewirausahaan bangkan ngkan
kewirausahaan kewirausahaan generasi pemuda generasi pemuda kewirausahaan kewirausahaan
generasi generasi pemuda generasi generasi pemuda
pemuda pemuda
1. Meningkatkan 2. Memperluas cakupan 1. Meningkatkan 1.Meningkatkan 1.Meningkatkan 1.Meningkatkan 1.Meningkatkan 1.Meningkatkan
4. Meningkatkan upaya (1) Peningkatan 1) Peningkatan (1) Peningkatan (1) Peningkatan (1) Peningkatan (1) Peningkatan
pemenuhan Jumlah, jumlah, jenis dan jumlah, jenis dan jumlah, jenis dan jumlah, jenis dan jumlah, jenis dan jumlah, jenis dan
Mutu dan distribusi kualitas SDM kualitas SDM kualitas SDM kesehatan kualitas SDM kualitas SDM kualitas SDM
secara berkeadilan kesehatan serta kesehatan serta serta redistribusi kesehatan serta kesehatan serta kesehatan serta
SDM kesehatan redistribusi tenaga redistribusi tenaga tenaga kesehatan; redistribusi tenaga redistribusi redistribusi tenaga
kesehatan; (2) kesehatan; (2) tenaga kesehatan; kesehatan;
Pendidikan dan
pelatihan SDM
kesehatan di setiap
level pelayanan
kesehatan; dan (3)
Kemitraan dalam
penyelenggaraan kesehatan; (2) (2) Pendidikan dan Pendidikan dan (2) Pendidikan (2) Pendidikan dan
pendidikan dan Pendidikan dan pelatihan SDM pelatihan SDM dan pelatihan pelatihan SDM
pelatihan tenaga pelatihan SDM kesehatan di setiap kesehatan di setiap SDM kesehatan di kesehatan di setiap
kesehatan. kesehatan di setiap level pelayanan level pelayanan setiap level level pelayanan
level pelayanan kesehatan; dan (3) kesehatan; dan (3) pelayanan kesehatan; dan (3)
2. Optimalnya Meningkatnya Sinergi pembiyaan (1)Meningkatkan (1)Meningkatkan (1)Meningkatkan (1)Meningkatkan (1)Meningkatkan (1)Meningkatkan
perlindungan Askes kesehatan masyarakat kepesertaan kepesertaan kepesertaan kepesertaan kepesertaan kepesertaan
kesehatan pembiayaan dengan JKN dan mitra masyarakat dalam masyarakat dalam masyarakat dalam masyarakat dalam masyarakat masyarakat dalam
masyarakat kesehatan potensial JKN,(2) JKN,(2) JKN,(2) Peningkatan JKN,(2) Peningkatan dalam JKN,(2) JKN,(2)
masyarakat Peningkatan Peningkatan alokasi anggaran alokasi anggaran Peningkatan Peningkatan
alokasi anggaran alokasi anggaran pembiayaan kesehatan pembiayaan alokasi anggaran alokasi anggaran
pembiayaan pembiayaan bersumber APBD; (4) kesehatan pembiayaan pembiayaan
kesehatan kesehatan Kemitraan dengan bersumber APBD; kesehatan kesehatan
bersumber APBD; bersumber APBD; donor agencies dan (4) Kemitraan bersumber bersumber APBD;
(4) Kemitraan (4) Kemitraan pemberdayaan dengan donor APBD; (4) (4) Kemitraan
dengan donor dengan donor masyarakat dalam agencies dan Kemitraan dengan donor
agencies dan agencies dan upaya kesehatan pemberdayaan dengan donor agencies dan
pemberdayaan pemberdayaan perorangan dan masyarakat dalam agencies dan pemberdayaan
masyarakat dalam masyarakat dalam masyarakat; dan (5) upaya kesehatan pemberdayaan masyarakat dalam
upaya kesehatan upaya kesehatan Realokasi anggaran perorangan dan masyarakat upaya kesehatan
perorangan dan perorangan dan secara proporsional di masyarakat; dan (5) dalam upaya perorangan dan
masyarakat; dan masyarakat; dan setiap sub sistem Realokasi anggaran kesehatan masyarakat; dan
(5) Realokasi (5) Realokasi kesehatan daerah secara proporsional perorangan dan (5) Realokasi
anggaran secara anggaran secara di setiap sub sistem masyarakat; dan anggaran secara
proporsional di proporsional di kesehatan daerah (5) Realokasi proporsional di
setiap sub sistem setiap sub sistem anggaran secara setiap sub sistem
kesehatan daerah kesehatan daerah proporsional di kesehatan daerah
setiap sub sistem
kesehatan daerah
Misi -3 : Memberdayakan ekonomi rakyat dan mengembangkan ekonomi keparawisataan dengan mendorong pelaku ekonomi untuk mampu memanfaatkan
keunggulan potensi lokal;
1. Meningkatn Meningkatkan 1. Peningkatan 1.Peningkatan 1.Peningkatan Produksi 1.Peningkatan 1.Peningkatan 1.Peningkatan
ya Diversifikasi pangan Produksi pangan Produksi pangan pangan Produksi pangan Produksi Produksi pangan
ketahanan 2. Pegembangan 2.Pegembangan 2.Pengembangan 2.Pengembangan pangan 2.Pengembangan
pangan pangan khas pangan khas pangan khas daerah pangan khas daerah 2.Pengembangan pangan khas
Derah daerah daerah pangan khas daerah
daerah
saing melalui pelatihan tenaga kerja tenaga kerja 3.Meningkatkan peran kerja tenaga kerja tenaga kerja
tenaga institusional dan 3. Meningkatkan 3.Meningkatkan tenaga kerja dalam 3.Meningkatkan peran 3.Meningkatkan 3.Meningkatkan
kerja institusional peran tenaga peran tenaga pembangunan tenaga kerja dalam peran tenaga peran tenaga kerja
kerja dalam kerja dalam ekonomi daerah pembangunan kerja dalam dalam
pembangunan pembangunan ekonomi daerah pembangunan pembangunan
ekonomi daerah ekonomi daerah ekonomi daerah ekonomi daerah
3. Meningkatn 1. Peningkatan kapasitas 1. Menciptakan 1.Menciptakan 1.Menciptakan 1.Menciptakan 1.Menciptakan 1.Menciptakan
ya pengetahuan atas hak pengawasan pengawasan pengawasan pengawasan pengawasan pengawasan
perlindunga dan kewajiban ketenagakerjaan ketenagakerjaan ketenagakerjaan ketenagakerjaan ketenagakerjaan ketenagakerjaan
tenaga kerja secara mandiri secara mandiri secara mandiri secara mandiri secara mandiri secara mandiri
n Tenaga
(Independent) , (Independent) , (Independent) , tidak (Independent) , tidak (Independent) , (Independent) ,
kerja tidak memihak tidak memihak memihak dan memihak dan tidak memihak tidak memihak
dan seragam di dan seragam di seragam di seluruh seragam di seluruh dan seragam di dan seragam di
seluruh NTT seluruh NTT NTT NTT seluruh NTT seluruh NTT
2. Pencegahan TKI 2.Pencegahan TKI 2.Pencegahan TKI Ilegal 2.Pencegahan TKI 2.Pencegahan TKI 2.Pencegahan TKI
Ilegal Ilegal 3.Peurunan kasus-kasus Ilegal Ilegal Ilegal
3. Peurunan kasus- 3.Peurunan kasus- ketenaga kerjaan 3.Peurunan kasus- 3.Peurunan kasus- 3.Peurunan kasus-
kasus ketenaga kasus ketenaga kasus ketenaga kasus ketenaga kasus ketenaga
kerjaan kerjaan kerjaan kerjaan kerjaan
1. Meningkatkan 1.Meningkatkan 1.Meningkatkan 1.Meningkatkan 1.Meningkatkan 1.Meningkatkan
2. Menciptakan
produktivitas produktivitas produktivitas tenaga produktivitas produktivitas produktivitas
hubungan industrial
tenaga kerja tenaga kerja kerja tenaga kerja tenaga kerja tenaga kerja
yang harmonis dan
2. Penyelesaian 2. Penyelesaian 2.Penyelesaian Kasus 2.Penyelesaian Kasus 2.Penyelesaian 2.Penyelesaian
meningkatnya peran
Kasus Kasus Perselisihan Perselisihan Kasus Kasus Perselisihan
kelembagaan
Perselisihan Perselisihan Hubungan Industrial, Hubungan Perselisihan Hubungan
hubungan industrial Hubungan Hubungan Penetapan UMP dan Industrial, Hubungan Industrial,
Industrial, Industrial, pembentukan LKS Penetapan UMP dan Industrial, Penetapan UMP
Penetapan UMP Penetapan UMP Bipartit dan Tripartit pembentukan LKS Penetapan UMP dan pembentukan
dan dan pembentukan Bipartit dan dan LKS Bipartit dan
pembentukan LKS Bipartit dan Tripartit pembentukan Tripartit
LKS Bipartit dan Tripartit LKS Bipartit dan
Tripartit Tripartit
4. Meningkat Pembangunan kawasan 1. Pembinaan dan 1.Pembinaan dan 1.Pembinaan dan 1.Pembinaan dan 1.Pembinaan dan 1.Pembinaan dan
nya jumlah transmigrasi baru yang pemberdayaan pemberdayaan pemberdayaan pemberdayaan pemberdayaan pemberdayaan
peserta potensial secara masyarakat masyarakat masyarakat masyarakat masyarakat masyarakat
ekonomi serta transmigrasi transmigrasi dan transmigrasi dan transmigrasi dan transmigrasi dan transmigrasi dan
transmigra
penguatan kapasitas dan pengembangan pengembangan pengembangan pengembangan pengembangan
si dalam SDM dan kelembagaan pengembangan kawasan kawasan transmigrasi kawasan kawasan kawasan
wilayah melalui pemberian kawasan transmigrasi sebagai pusat transmigrasi transmigrasi transmigrasi
NTT dan jaminan hidup, transmigrasi sebagai pusat pertumbuhan baru sebagai pusat sebagai pusat sebagai pusat
keluar pelatihan, sarana sebagai pusat pertumbuhan dalam mendukung pertumbuhan baru pertumbuhan pertumbuhan
produksi dan sarana pertumbuhan baru dalam pengembangan dalam mendukung baru dalam baru dalam
wilayah
ekonomi lainnya menuju baru dalam mendukung perdesaan dan pengembangan mendukung mendukung
NTT kemandirian mendukung pengembangan ekonomi lokal perdesaan dan pengembangan pengembangan
pengembangan perdesaan dan 2.Mewujudkan daya ekonomi lokal perdesaan dan perdesaan dan
perdesaan dan ekonomi lokal saing kawasan 2.Mewujudkan daya ekonomi lokal ekonomi lokal
ekonomi lokal 2. Mewujudkan daya transmigrasi saing kawasan 2.Mewujudkan 2.Mewujudkan daya
2. Mewujudkan saing kawasan menduking transmigrasi daya saing saing kawasan
daya saing transmigrasi pembagunan ekonomi menduking kawasan transmigrasi
kawasan menduking daerah pembagunan transmigrasi menduking
transmigrasi pembagunan ekonomi daerah menduking pembagunan
menduking ekonomi daerah pembagunan ekonomi daerah
pembagunan ekonomi daerah
ekonomi daerah
Mewujudnya Menjaga iklim usaha Peningkatan jalan Revitalisasi moda Revitalisasi moda Revitalisasi moda Revitalisasi Revitalisasi moda
Transportasi yang kondusif bagi mantap, moda angkutan darat, angkutan darat, laut, angkutan darat, laut, moda angkutan angkutan darat,
Publik yang dunia usaha jasa transportasi yang laut dan udara dan udara dan udara darat, laut, dan laut, dan udara
Memadai transportasi serta laik jalan udara
mengembangkan sistem Dilaksanakan dari
pengawasan dan awal sampai akhir
pengendalian yang tahun rencana
efektif berkaitan
dengan sertifikat layak
jalan bagi kendaraan
angkutan public
Mewujudnya Meningkatkan kinerja Dilaksanakan dari Peningkatan Peningkatan Peningkatan Peningkatan Peningkatan
pengelolaan pengelolaan sistem awal sampai akhir rehabilitasi, rehabilitasi, operasi rehabilitasi, operasi rehabilitasi, rehabilitasi,
irigasi teknis jaringan irigasi teknis tahun rencana operasi dan dan pemeliharaan dan pemeliharaan operasi dan operasi dan
yang optimal demi meningkatkan pemeliharaan jaringan irigasi jaringan irigasi pemeliharaan pemeliharaan
produktifitas jaringan irigasi partisipatif partisipatif jaringan irigasi jaringan irigasi
partisipatif partisipatif partisipatif
Mewujudnya Meningkatkan iklim Dilaksanakan dari 1. Penguatan 1.Penguatan kapasitas 1.Penguatan kapasitas 1. Penguatan 1.Penguatan
pelayanan jasa usaha yang kondusif awal sampai akhir kapasitas kelembagaan dan kelembagaan dan kapasitas kapasitas
konstruksi yang bagi dunia usaha jasa tahun rencana kelembagaan dan pengadaan barang pengadaan barang kelembagaan kelembagaan dan
berkualitas konstruksi serta pengadaan dan jasa dan jasa dan pengadaan pengadaan barang
meningkatkan sistem barang dan jasa 2.Pemuktahiran sistem 2.Pemuktahiran barang dan jasa dan jasa
baku mutu pelayanan 2. Pemuktahiran pengadaan barang sistem pengadaan 2.Pemuktahiran 2.Pemuktahiran
jasa konstruksi sistem pengadaan dan jasa barang dan jasa sistem sistem pengadaan
barang dan jasa pengadaan barang dan jasa
barang dan jasa
Mewujudnya Pemeliharaan peralatan Dilaksanakan dari Peningkatan dan Peningkatan dan Peningkatan dan Peningkatan dan Peningkatan dan
kualitas Laboratorium Pengujian awal hingga akhir pemeliharaan pemeliharaan pemeliharaan pemeliharaan pemeliharaan
pelayanan tahun rencana peralatan LAB dan peralatan LAB dan peralatan LAB dan peralatan LAB peralatan LAB dan
Laboratorium SDM SDM SDM dan SDM SDM
yang lebih
optimal
Meningkatkan Pemeliharaan Peralatan Dilaksanakannya 1.Peningkatan 1.Peningkatan kualitas 1.Peningkatan 1.Peningkatan 1.Peningkatan
kualitas berat Kebinamargaan dari awal hingga kualitas dan dan pemeliharaan kualitas dan kualitas dan kualitas dan
Peralatan akhir tahun pemeliharaan peralatan pemeliharaan pemeliharaan pemeliharaan
Mewujudnya Mengembangkan sistem Dilaksanakan dari Peningkatan Peningkatan jaringan Peningkatan Peningkatan Peningkatan
pelayanan air produksi transmisi dan awal sampai akhir jaringan distribusi distribusi air bersih jaringan distribusi jaringan jaringan distribusi
bersih yang distribusi air secara tahun rencana air bersih baik HU baik HU maupun SR air bersih baik HU distribusi air air bersih baik HU
memadai bagi merata bagi masyarakat maupun SR maupun SR bersih baik HU maupun SR
mayarakat perdesaan maupun maupun SR
perkotaan
Menyedianyair Mendayagunakan Pembangunan Penyediaan sarana Penyediaan sarana Penyediaan sarana Penyediaan Penyediaan sarana
Baku yang potensi air permukaan Embung dengan dan prasarana air dan prasarana air dan prasarana air sarana dan dan prasarana air
Memadai maupun air tanah yang Bendungan baku baku baku prasarana air baku
ada secara optimal dilaksanakan dari baku
untuk meningkatkan awal sampai akhir
ketersediaan air baku tahun rencana
Mewujudnya Mengembangkan sistem Pembangunan Penyediaan sarana Penyediaan sarana Penyediaan sarana Penyediaan Penyediaan sarana
Sistem Sanitasi pengelolaan sanitasi sanitasi berbasis dan prasarana dan prasarana sanitasi dan prasarana sarana dan dan prasarana
Lingkungan lingkungan berbasis desa/kelurahan sanitasi lingkungan sanitasi lingkungan prasarana sanitasi
yang masyarakat untuk yang dilaksanakan lingkungan sanitasi lingkungan
Berkualitas meningkatkan dari awal tahun lingkungan
pemanfaatan oleh rencana sampai
masyarakat miskin akhir
Peninbgkatan Memantapkan Percepatan review 1.Pemantapan Deliniasi kawasan Deliniasi kawasan Pemasangan tapak Pemasangan Pemasangan tapak
kualitas pengelolaan Kawasan, pemantapan kawasan hutan di hutan hutan batas tapak batas batas
lingkungan untuk kawasan hutan dan percepatan tahun pertama
Peningkatan Pemahanan
dan komitmen
segenap aparatur
pemerintah untuk
Pelaksanaan PUG,
pemberdayaan
perempuann dan
peran serta
perempuan
- Menerapkan pola
pendampingan
secara berkelanjutan
dalam pelaksanaan
program kegiatan
Pembangunan
pemberdayaan
perempuan dan
perlindungan
perempuan dan anak
- Melibatkan pihak
ketiga dari unsur
lembaga masyarakat,
dalam pelaksanaan
- Meningkatkan
Pemahaman dan
komitmen toga,
tomas, toda dan
masyarakat luas
Perlindunga kesejahteraan dan perlindungan anak perlindungan anak perlindungan anak perlindungan anak perlindungan perlindungan anak
n anak perlindungan anak dilaksanakannya dilaksanakannya dilaksanakannya dari dilaksanakannya anak dilaksanakannya
- Adanya Peningkatan dari awal hingga dari awal hingga awal hingga akhir dari awal hingga dilaksanakannya dari awal hingga
Pemahaman dan akhir tahun akhir tahun tahun rencana akhir tahun rencana dari awal hingga akhir tahun
komitmen segenap rencana rencana akhir tahun rencana
aparatur pemerintah rencana
untuk mendukung
peningkatan
kesejahteraan dan
perlindungan anak
- Menerapkan pola
pendampingan
secara berkelanjutan
dalam peningkatan
kesejahteraan dan
perlindungan anak
- Melibatkan lembaga
masyarakat, dalam
peningkatan
kesejahteraan dan
perlindungan anak
- Meningkatkan
Pemahaman dan
komitmen unsur
toga, tomas, toda dan
masyarakat dalam
peningkatan
kesejahteraan dan
perlindungan anak
Meningkatny - Adanya kebijakan, Optimalisasi Optimalisasi Optimalisasi Optimalisasi Optimalisasi Optimalisasi
a pemerintah pengaruustamaan pengaruustamaan pengaruustamaan pengaruustamaan pengaruustamaa pengaruustamaan
perlindunga (regulasi) yang gender dan anak gender dan anak gender dan anak gender dan anak n gender dan gender dan anak
n anak menjamin dilaksanakannya dilaksanakannya dilaksanakannya dari dilaksanakannya anak dilaksanakannya
peningkatan dari awal hingga dari awal hingga awal hingga akhir dari awal hingga dilaksanakannya dari awal hingga
partisipasi akhir tahun akhir tahun tahun rencana akhir tahun rencana dari awal hingga akhir tahun
masyarakat dala+m rencana rencana akhir tahun rencana
pelaksanaan rencana
pengarusutamaan
Peningkatan 1. Meningkatny 1. Meningkatkan fasilitas 1.Percepatan 1.Percepatan 1.Percepatan 1.Percepatan 1.Percepatan 1.Percepatan
kesejahteraan a produksi sarana prasarana penurunan penurunan penurunan penurunan penurunan penurunan
nelayan serta dan perikanan yang ramah kemiskinan, kemiskinan, kemiskinan, kemiskinan, kemiskinan, kemiskinan,
produktivita lingkungan(Tangkap, peningkatan peningkatan peningkatan peningkatan peningkatan peningkatan
pelaku usaha
s berkualitas Budidaya dan pendapatan dan pendapatan dan pendapatan dan pendapatan dan pendapatan dan pendapatan dan
kelautan dan Pengolahan) pertumbuhan pertumbuhan pertumbuhan pertumbuhan pertumbuhan pertumbuhan
perikanan perikanan
dan kelautan 2. Meningkatkan kualitas ekonomi. ekonomi. ekonomi. ekonomi. ekonomi. ekonomi.
Ekosistem pesisir dan 2.Pembangunan 2.Pembangunan 2.Pembangunan 2.Pembangunan 2.Pembangunan 2.Pembangunan
dan PAD
Pulau-pulau kecil yang kelautan dan kelautan dan kelautan dan kelautan dan kelautan dan kelautan dan
lestari dan perimanan perimanan perimanan berbasis perimanan berbasis perimanan perimanan
berkelanjutan berbasis berbasis Pembangunan blue Pembangunan blue berbasis berbasis
Pembangunan Pembangunan Economic Economic Pebangunan Pembangunan
blue Economic blue Economic blue Economic blue Economic
3. Optimalisasi 3.Optimalisasi
potensi potensi
Sumberdaya Sumberdaya
kelautan dan kelautan dan
perikanan perikanan
2. 3.Optimalisasi potensi 3. Optimalisasi 3. Optimalisasi 3. Optimalisasi
Sumberdaya kelautan potensi Sumberdaya potensi potensi
dan perikanan kelautan dan Sumberdaya Sumberdaya
perikanan kelautan dan kelautan dan
2. Meningkatka Mewujudkan Meningkatkan Mitigasi Peningkatan Peningkatan Peningkatan deteksi Peningkatan deteksi Peningkatan Peningkatan
Ketahanan dan Adaptasi terhadap deteksi dini deteksi dini dini daerah rawan dini daerah rawan deteksi dini deteksi dini
n Ketahanan
Terhadap Bencana daerah rawan daerah rawan bencana dan bencana dan daerah rawan daerah rawan
masyarakat bencana dan bencana dan pemulihan dampak pemulihan dampak bencana dan bencana dan
Terhadap Bencana
pemulihan pemulihan dampak bencana bencana pemulihan pemulihan dampak
Bencana dampak bencana bencana dampak bencana bencana
3. Percepatan Meningkatnya Meningkatkan Pembangunan Pembangunan Pembangunan Pembangunan Pembangunan Pembangunan
pembanguna situasi Pertumbuhan Ekonomi ekonomi secara ekonomi secara ekonomi secara ekonomi secara ekonomi secara ekonomi secara
n wilayah keamanan yang Masyarakat di terpadu kawasan terpadu kawasan terpadu kawasan terpadu kawasan terpadu kawasan terpadu kawasan
kondusif di Perbatasan agar Tidak perbatasan perbatasan perbatasan perbatasan perbatasan perbatasan
perbatasan
kawasan Terjadi Kesenjangan
perbatasan Ekonomi
antar Negara
dan antar
daerah
Persehatian masyarakat Peningkatan Peningkatan Peningkatan Peningkatan Peningkatan Peningkatan
perbatasan melalui kemitraan dan kemitraan dan kemitraan dan kemitraan dan kemitraan dan kemitraan dan
pendekatan adat, agama keterpaduan keterpaduan keterpaduan keterpaduan keterpaduan keterpaduan
dan hukum penanganan batas penanganan batas penanganan batas penanganan batas penanganan penanganan batas
wilayah antar wilayah antar wilayah antar negara wilayah antar negara batas wilayah wilayah antar
negara dan batas negara dan batas dan batas wilayah dan batas wilayah antar negara dan negara dan batas
wilayah Kabupaten wilayah Kabupaten Kabupaten Kabupaten batas wilayah wilayah Kabupaten
Kabupaten
b. Program Prioritas:
1) Program Pemberdayaan dan Perlindungan Anak dan Perempuan
- Peningkatan Upaya Pemberdayaan dan Perlindungan Perempuan dan anak
- Peningkatan Pencegahan dan Penanganan Tindak Pidana Perdagangan
Orang (TPPO)
- Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Terpadu
2) Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak
- Penguatan Kelembagaan PUG
- Penguatan Kelembagaan perlindungan anak
- Pengembangan Kab/Kota Layak Anak
- Penguatan Kapasitas dan Peran Serta Perempuan dalam pembangunan
b. Program Prioritas
1) Program Pengembangan Perikanan Budidaya
- Pengembangan Budidaya Perikanan Air Tawar, Payau dan Air Laut
- Pengembangan Industri Kelautan dan Perikanan
2) Program Pengembangan Perikanan Tangkap
- Peningkatan Kualitas Pelayanan Pusat Pelelangan Ikan (PPI)
- Pengadaan Kapal Tangkap
- Pelayanan Perbaikan Sarana Penangkapan Alat Tangkap dan Permesinan
3) Program Pengembangan Penyuluhan Kapasitas Kelembagaan dan Pemasaran
Produksi Perikanan
- Pengembangan Sistem Informasi, Promosi Perikanan dan Kompetisi
LPPMHP Kupang
- Peningkatan Pengawasan Mutu dan Keragaman Produk Hasil Ikan
- Pengembangan Kapasitas Kelembagaan UPTD PPP Tenau Kupang
- Peningkatan Kualitas SDM Penyuluh dan Pendampingan Perikanan
- Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan)
- Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Terpadu
4) Program Bantuan Sosial Kelautan Perikanan
- Bantuan Sosial kepada kelompok masyarakat
Keterkaitan sasaran, kebijakan umum dan program untuk mencapai masing-masing misi
pembangunan sesuai Tabel-tabel berikut.
Capaian Kinerja
SKPD
Kondisi Target
No Sasaran Strategi Kebijakan Umum Program Prioritas Indikator Target Penanggung
Awal Akhir
Jawab
(2012) (2018)
1.1 Meningkatnya rata-rata Perluasan akses Peningkatan Program Peningkatan 1. APM (%) Dinas
lama sekolah pendidikan bagi partisipasi Mutu Pendikan SD 96.89 99.29 Pendidikan dan
masyarakat; masyarakat dalam SMP 83.26 86.02 Kebudayaan
pendidikan formal, SMA/SMK 69.45 89.68
Sosialisasi WAJAR dan 2. APK (%)
GONG BELAJAR ; Peningkatan SD 115.34 112.01
partisipasi Program Manajemen SMP 97.58 93.53
Frekuensi kejar paket masyarakat buta- Pelayanan Pendidikan SMA/SMK 77.16 73.69
B dan C diperbanyak huruf dan DO dalam
di kabupaten dan kota; pendidikan luar 3. APS
sekolah; SD 96.13 97.15
1.2 Meningkatnya Tingkat Tahun 1 - 5 SMP/MI 88.73 95.48
Pendidikan Masyarakat mewajibkan Peningkatan akses Program Peningkatan 4. Kemampuan
pendidikan 9 tahun pendidikan bagi Pendidikan Non Formal penduduk usia >15
bagi anak dan pemuda masyarakat tahun:
berkebutuhan 90.3 93.93
Dapat Membaca dan
khusus Menulis
9.7 6.07
Buta Huruf
1.5 Meningkatnya Pengembangan bahan Program Manajemen f. Sertifikasi guru (%) 26.51 61.95
manajemen pengelolaan ajar bermuatan lokal Pelayanan Pendidikan
g. Penerapkan
pendidikan NTT
manajemen berbasis
40 64
Sekolah (MBS)
h. Penerapan
- 100
kurikulum2013 (%)
- 100
SD - 100
SMP - 100
SMA/SMK
i. Penerapan SPM - 100
Pendidikan
1.6 Meningkatnya Melakukan revitalisasi Pengembangan dan Program Pengelolaan Dokumen Naik
pendataan, pengkajian, obyek kebudayaan; pelestarian aspek Kekayaan Budaya 10 %
pelestarian, pembinaan, Melakukan konservasi kebudayaan Bank Data Naik
pemanfaatan, obyek kebudayaan; 10 %
pengembangan, Melakukan restorasi Jumlah obyek budaya Naik
pendokumentasian dan obyek kebudayaan; yang tertangani 10 %
penyebarluasan Meningkatkan jumlah Jumlah sanggar seni Naik
kebudayaan pamong budaya; 15 %
Melaksanakan
pameran dan festival
budaya.
1.7 Meningkatnya mutu Peningkatan akses Program Jumlah minat baca - Naik Badan
dan jangkauan bahan bacaaan Pengembangan Budaya Jumlah perpustakaan 25 % Perpustakaan
pelayanan Perpustakaan Baca dan Pembinaan Sekolah - Naik Daerah
Perpustakaan Jumlah perpustakaan 15 %
Desa/kelurahan - Naik
20 %
Pencapaian Misi-2 akan diwujudkan melalui pencapaian sasaran sesuai kebijakan umum pembangunan dan program prioritas dengan target yang
ditetapkan secara terukur untuk dapat dicapai melalui SKPD Provinsi sebagaimana Tabel 7.2
Tabel 7.2
Sasaran, Kebijakan Umum, Program Prioritas dan Target untuk mencapai Misi-2
Capaian Kinerja
SKPD
Kondisi Target
No. Sasaran Strategi Kebijakan Umum Program Prioritas Indikator Target Penanggung
Awal Akhir
Jawab
(2012) (2018)
2.1 Meningkatnya Bertambahnya sarana dan Pembangunan Program Upaya 1. Akses dan mutu RSUD
Kualitas pelayanan prasarana kesehatan dasar puskesmas di daerah Kesehatan pelayanan kesehatan
Rumah Sakit, dan rujukan terpencil, perbatasan Perorangan masyarakat: 43 48
Puskesmas, Pustu Rumah sakit 353 371
dan kepualauan serta
dan Posyandu Program Dukungan Puskesmas 1,081 4,290
penguatan kapasitas 9,420 10,062
Manajemen dan Pustu
infrastruktur rumah
sakit daerah kabupaten Pelaksanaan Tugas 2. Layanan Rujukan
sebagai fasilitas rujukan Lainnya pelayanan sekunder
sekunder dan tersier di setiap
region provinsi
Prosentase Jumlah
Rumah Sakit (PONEK) 100 100
Jumlah Puskesmas
25 50
PONED (%)
Jumlah Pustu (%) 10 25
3. Rasio Fasilitas 450 379
Kesehatan
Meningkatnya efektifitas dan Penerapan standar mutu Program Kepuasan masyarakat - >65 Dinas
efisiensi pembangunan di tingkat puskesmas Managemen, pada layanan Kesehatan,
Meningkatnya Rumah tangga Pembinaan dan Program Bantuan Persentase rumah - 90% Dinas
yang ber-PHBS peningkatan cakupan Sosial Bidang tangga yang ber-PHBS Kesehatan,
rumah ber-PBHS tingkat Kesehatan BPMPD,
desa/kelurahan
Meningkatnya aksesibilitas Peningkatan jumlah dan Program Upaya Sebaran institusi 21 22 Dinas
masyarakat terhadap sediaan sebaran institusi Kesehatan penyedia sediaan Kesehatan,
farmasi yang bermutu, aman penyedia sediaan Perorangan farmasi (Kab/kota) RSUD, Balai
dan terjangkau farmasi Obat generik berlogo POM, Badan
Program Peningkatan dalam persediaan obat 21 22 Narkotika
Kesehatan (kab/Kota) Provinsi
Masyarakat
Program Dukungan
Manajemen dan
Program Dukungan
Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas
Teknis Lainnya
Meningkatnya Kegiatan Peningkatan kerjasama Program hasil penelitian yang - >50 Dinas
penelitianyang didukung SDM penelitian dengan Managemen, diaplikasikan dalam Kesehatan,
dan dana yang memadai perguruan tinggi Informasi dan intervensi program Bappeda,
kesehatan Regulasi Kesehatan kesehatan (%) Balitbangda
2.4 Meningkatnya Meningkatnya partisipasi Revitalisasi peran PLKB Program Upaya Angka Partisipasi KB: Dinas
kualitas dan masyarakat dalam dan penguatan regulasi Kesehatan Jumlah Akseptor KB 93,533 605,400 Kesehatan,
jangkauan pengendalian laju KB di tingkat kabupaten Perorangan Jumlah Pasangan Usia 668,017 712,073 RSUD, BKKBN
pelayanan KB pertumbuhan penduduk dan kecamatan Subur (PUS) Provinsi
73.88 85.02
Peserta KB Aktif (%)
3.3 1.32
TFR (%)
Peningkatan Sanitasi dan
Penurunan BABS pada
Desa/kel (%)
78.59 89.81
Sendiri
3.27 3.81
bersama 1.21
Umum 1.03
17.11 5.17
Bukan jamban
Meningkatnya jumlah Koordinasi 3 pihak yakni Program Bantuan Persentase masyarakat Dinas
masyarakat yang memiliki BPS dan PBJS dalam Sosial miskin yang memiliki Kesehatan, BPS,
jaminan kesehatan pengelolaan kepesertaan Penyelenggaraan jaminan kesehatan Rumah Sakit,
penduduk miskin dalam BPJS Kesehatan
Pemberdayaan
jaminan kesehatan
Masyarakat Bidang
Kesehatan
3. Misi 3, Memberdayakan Ekonomi Rakyat dan Mengembangkan Ekonomi Keparawisataan dengan Mendorong Pelaku Ekonomi
Untuk Mampu Memanfaatkan Keunggulan Potensi Lokal;
Pencapaian Misi-3 akan diwujudkan melalui pencapaian sasaran sesuai kebijakan umum pembangunan dan program prioritas dengan target yang
ditetapkan secara terukur untuk dapat dicapai melalui SKPD Provinsi sebagaimana Tabel 7.3.
Tabel 7.3
Sasaran, Kebijakan Umum.Program prioritas dan target untuk mencapai Misi-3
Capaian Kinerja
SKPD
Kondisi Target
No. Sasaran Strategi Kebijakan Umum Program Prioritas Indikator Target Penanggung
Awal Akhir
Jawab
(2012) (2018)
3.1 Meningkatnya Peningkatan areal Peningkatan luas areal Program Produksi padi/gabah 698.566 960.000 Dinas Pertanian
pendapatan petani Pertanian Pangan dan pertanian pangan untuk Peningkatan (ton) dan Perkebunan
tanaman pangan lainnya menunjang Ekonomi Produksi dan
serta hortikultura yang Unggulan sebagai Produktifitas
tahan perubahan iklim kekuatan utama Tanaman Pangan
3.2 Terwujudnya Peningkatan skala usaha Peningkatan Program Produksi Jagung (ton) 629.386 1.006.771 Dinas Pertanian
komoditas jagung tanaman jagung produktivitas dalam Peningkatan dan Perkebunan
sebagai pendukung mendukung Ketahahan Produksi dan
ketahahan pangan Optimalisasi lahan untuk Pangan Nasional Produktifitas
nasional perluasan areal tanaman berdasarkan MP3EI Tanaman Pangan
jagung dan Hortikultura
Pemberdayaan lahan-lahan Meningkatkan luasan Program Luas tanam (Ha): Dinas Pertanian
tidur untuk peningkatan luas tanam bagi komoditas peningkatan kelapa (ha) 160.777 162.082 dan Perkebunan
areal dalam mencapai perkebunan sektor produksi, Jambu Mente 180.338 207.417
peningkatan produksi perkebunan produktivitas dan Kopi 341.1 365.243
tanaman perkebunan mutu produk Kakao 51.941 60.066
tanaman Cengkeh 16.006 19.243
perkebunan Vanili 2.868 3.523
Program Pala 1.370 2.004
Pengembangan Kemiri 81.943 82.265
Benih dan
Pembibitan
3.3 Meningkatkan Peningkatan cadangan pangan Meningkatnya Program Peningkatan Jumlah cadangan 50 ton 200 ton BKP2, Dinas
ketahanan pangan tingkat provinsi dan cadangan pangan Ketahanan Pangan pangan provinsi (ton) Kehutanan,
melalui penyediaan kabupaten/kota dengan provinsi, Pertanian Prosentase 50% 100% Dinas PU, BLHD,
cadangan pangan pemberdayaan masyarakat di meningkatnya Perkebunan penanganan daerah Dinas Pertanian,
provinsi, daerah rawan pangan pada 22 penannganan daerah rawan pangan (50%) Dinas
3.4 Meningkatnya Meningkatkan kegiatan Meningkatnya Program Peningkatan Jumlah Program 40%, 125 100%, BKP2
pendampingan pelatihan teknis bagi pendampingan Penyuluhan Usaha penyuluhan (40%, 125 unit 306 unit
penyelenggaraan penyuluh pertanian, penyelenggaraan Tani unit)
penyuluhan melalui perikanan dan kehutanan penyuluhan, jumlah dan Jumlah Tenaga 40%, 90%,
penyuluhan kompetensi penyuluh, penyuluh (%;orang) 1.315 org 2.253 org
pertanian, pendampingan dan Jumlah Kelembagaan
perikanan dan pembinaan penyuluhan penyuluhan (BP3K dan 153 unit 385 unit
kehutanan, peran BP3K dan Posluhdes)aktif (unit)
kompetensi tenaga Posluhdes serta Jumlah kelompok tani 16.494 18.500
penyuluh serta kelembagaan tani (kelompok) klmpk klmpk
peran dan fungsi
BP3K, Posluhdes
dan kelompok tani
sebagai basis
kegiatan pertanian,
perikanan dan
kehutanan
3.6 Meningkatnya Pengembangkan industri Meningkatkan Program Jumlah wisatawan 48,608 162,231 Dinas
kunjungan wisata pariwisata berbasis kerjasama promosi Pengembangan mancanegara (orang) Pariwisata dan
dan rata-rata lama pariwisata bahari dan wisata antar daerah; Kemitraan Jumlah kunjungan 338,472 643,097 Ekonomi
tinggal wisatawan kepulauan (coastal Meningkatkan Kebudayaan, wisatawan domestik Kreatif, Dinas
tourism) dan peningkatan cakupan promosi destinasi dan (orang) Kehutanan,
infrastruktur daerah obyek wisata daerah; Promosi Pariwisata Rata-rata lama 2,25 2,75 BKPMD, Dinas
pariwisata dalam rangka Meningkatnya menginap (hari) Kelautan dan
meningkatkan aksesibilitas (pengelolaan Program Jumlah pertambahan Perikanan, Biro
Pengelolaan dan obyek)pemanfaatan Pengembangan destinasi ekowisata Ekonomi,
pengembangan event seni dan budaya; Sumber Daya dan dan agrowisata
pariwisata dan ekonomi Meningkatnya kualitas Ekonomi Kreatif
kreatif produk pariwisata
Peningkatan dan berbasis media, desain Program Hibah
pengelolaan objek dan daya dan iptek Pariwisata
tarik serta atraksi
pariwisata terpadu dan
3.10 Meningaknya Menciptakan iklim investasi Meningkatkan promosi Program Peningkatan Meningkatnya realisasi - 22 Badan
jumlah dan volume dan usaha yang kondusif dan kerjasama investasi Promosi dan investasi dan kerjasama Koordinasi
kegiatan investasi dalam sektor ekonomi didukung basis data Kerjasama Investasi di daerah (Kab/Kota) Penanaman
unggulan potensi investasi Modal Daerah,
Biro Ekonomi
3.11 Terwujudnya Penyiapan data tentang Pengembangan Program Peningkatan Meningkatnya - 22 Badan
kebijakan ekonomi potensi investasi sektoral kebijakan ekonomi Investasi Daerah ketersediaan data Koordinasi
NTT yang daerah daerah yang lebih potensi investasi Penanaman
kompetitif berdaya saing Program Koordinasi daerah (kab/Kota Modal Daerah,
Koordinasi, evaluasi dan dan Pembinaan Tersedianya informasi - 22 Biro Ekonomi
pengendalian terhadap Pembangunan
3.14 Meningkatnya Pengelolaan iklim kerja Program Penyelesaian kasus 95,31 % 99,21 % Dinas Tenaga
perlindungan yang kondusif melalui Perlindungan dan PHI melalui PB Kerja dan
tenaga kerja hubungan industrial Pengawasan Peninjauan kembali Rp.925.0 Rp.2.500. Transmigrasi
yang harmonis serta Ketenagakerjaan UMP tiap tahun 00 000
penyelesaian PHI secara Besaran pemeriksaan 23,12% 62,53%
cepat, adil dan murah perusahaan
Pengujian peralatan 0.90% 3,31%
Peningkatan intensitas perusahaan
dan kualitas pengawasan
ketenagakerjaan,
keselamatan kerja dan
kesehatan kerja serta
penegakan hukum
3.15 Meningkatnya Pembangunan kawasan Pembinaan dan Program Besaran peminat 48,53 % 61,54% Dinas Tenaga
jumlah peserta transmigrasi baru yang pemberdayaan Pengembangan dan transmigrasi yang Kerja dan
transmigrasi dalam potensial secara ekonomi masyarakat dan Pembinaan Wilayah berhasil difasilitasi Transmigrasi
wilayah NTT dan serta penguatan kapasitas pengembangan kawasan Transmigrasi Besaran 23,04 % 76,92 %
keluar wilayah NTT SDM dan kelembagaan transmigrasi sebagai pemanfataan
melalui pemberian jaminan pusat pertumbuhan baru cadangan areal yang
hidup, pelatihan, sarana yang mendukung behasil dibangun
produksi dan sarana ekonomi kemandirian masyarakat
lainnya menuju kemandirian dan daya saing kawasan
transmigrasi
Pengembnagan potensi
tanaman Cendana
menggunakan 2,5 juta
bibit/anakan
3.17 Meningkatkan Mengembangkan Program - Pengembangan Hasil 100 stup 350 stup Dinas
potensi hasil hutan potensi hasil hutan kayu Pengembangan Hutan Non Kayu : Kehutanan
dan non kayu pada Pemanfaatan dan Jumlah stup Lebah
Penertiban Sumber Madu
kawasan hutan dan
Daya Hutan - Jumlah lokasi budidaya 4 14
lahan masyarakat Kutu Lak
- Tertatanya hutan, 0 dok 3 dok KPHL Mutis-
tersedianya data base
Timau
perencanaan
pengelolaan
- Luas tanam hutan hasil 0 ha 2.000 ha KPHL Mutis-
bianaan
Timau
Pencapaian Misi-4 akan diwujudkan melalui pencapaian sasaran sesuai kebijakan umum pembangunan dan program prioritas dengan target yang
ditetapkan secara terukur untuk dapat dicapai melalui SKPD Provinsi sebagaimana Tabel 7.4.
Tabel 7.4
Sasaran, Kebijakan Umum.Program prioritas dan target untuk mencapai Misi-4
Capaian Kinerja
SKPD
Kondisi Target
No Sasaran Strategi Kebijakan Umum Program Prioritas Indikator Target Penanggung
Awal Akhir
Jawab
(2012) (2018)
4.1 Terwujudnya Menata kelembagaan Program Penataan Perda penataan - 1 perda Biro Organisasi
Penerapan Restrukturisasi
penataan dan berbagai aspek yang Kelembagaan Dan kelembagaan
kelembagaan dan Program dan Kegiatan mengikutinya Ketatalaksanaan Biro orgnisasi
sumber daya pada Efisiensi dan kinerja - >75
Pemprov NTT Menertibkan Program Penerapan perangkat organisasi
administrasi pemerintah Kepemerintahan daerah/SKPD (%)
berorientasi pada yang baik Penataan dan
pelayanan masyarakat, pengendalian - >75
birokrasi dan disiplin kelembagaan , anjab
4.4 Terbentuknya 1. Peningkatan kapasitas a) Pembentukan Program Penataan Produk Legislasi 448 543 Biro Hukum
sistem hukum aparatur produk hukum Peraturan Daerah
daerah yang terarah 2. Peningkatan penyuluhan daerah Perundang-undangan Monitoring, evaluasi - 200
untuk hukum b) Evaluasi dan kaji dan pelaporan terpadu
menyelesaiakan 3. Peningkatan pelaksanaan ulang produk hukum Rapat koordinasi 14 20
berbagai masalah RANHAM di daerah daerah permasalahaan hukum
sosial di NTT dan 4. Peningkatan koordinasi c) Pendidikan dan Pembinaan dan
terciptanya dengan aparat penegak pelatihan sumber Pengawasan Produk 373 469
sinkronisasi hukum hukum dan pemangku daya aparatur Hukum Kab/kota
dan HAM yang kepentingan
4.6 Terwujudnya Penguatan koordinasi dan Meningkatkan peran Program Meningkatnya - 100% Satpol PP, Biro
ketentraman dan kerjasama pemeliharaan serta masyarakat yang Pemeliharaan penyebaran informasi ganggua Hukum
ketertiban umum keamanan dan pemberdayaan sadar dan taat akan n yang
4.8 Meningkatnya Peningkatan integrasi Meningkatkan Program Fasilitasi Meningkatnya - 100% Badan
penghayatan, nasional (kesatuan bangsa) ketahanan idiologi dan Politik, Pemilu, Bina ketahanan ideologi Kesbangpol
pengamalan, dan peningktan partisipasi kewaspadaan nasional Ideologi dan dan kewaspadaan
pelestarian dan politik dan demokrasi melalui serta meningkatkan wawasan nasional
pengamanan penguatan dan pemberdayaan partisipasi politik dan Kebangsaan Meningkatnya - 100%
idiologi pancasila masyarakat, institusi dan kualitas demokrasi partisipasi politik dan
serta meningkatkan kelompok (perempuan) dan melalui penguatan dan kualitas demokrasi
rasa kebangsaan, partai politik pemberdayaan
cinta tanah air dan masyarakat, institusi,
patriotisme untuk kelompok (perempuan)
kejayaan bangsa dan partai politik
dan negara serta
meningkatkan
kesadaran politik
dan partsispasi
dalam
berdemokrasi
4.9 Meningkatnya Peningkatan partisipasi Meningkatkan peran Program Peningkatan Jumlah PERDA inisiatif, DPRD/Setwan
partisipasi politik dan demokrasi melalui DPRD dalam kapasitas Lembaga jumlah anggaran
masyarakat dalam penguaatan dan memperjuangkan Perwakilan Rakyat pendidikan dan
berdemokrasi pemberdayaan masyarakat, anggaran pendidikan Daerah kesehatan, jumlah
institusi, kelompok dan kesehatan; rekomendasi DPRD
(perempuan) dan Partai Meningkatkan peran kepada Pemerintah
Politik DPRD dalam sebagai TL dari aspirasi
menghasillkan masyarakat
Peraturan Daerah
(Perda) yang berasal
dari hak inisiatif; dan
Meningkatkan peran
DPRD dalam
Program Hibah
Organisasi Bidang
Komunikasi dan
Informasi
Program Terfasilitasinnya KORPRI
Pembinaan pembinaan Korpri
Pengembangan dan
Perlindungan
KORPRI
Program Meningkatnya Biro Kesra
Peningkatan kesejahteraan
Kerukunan Hidup masyarakat dan
Umat Beragama kerukunan hidup Biro Kesra
Program beragama di daerah
Koordinasi
Peningkatan
Kesejahteraan
Masyarakat
Program Hibah
Organisasi
Kemasyarakatan
Bidang
Kesejahteraan
Sosial, Bidang
Keagamaan dan
Kependidikan Biro
Program Bantuan Pemerintahan
Sosial Bidang
Pendidikan,
Program
Peningkatan Tata
Program Pembinaan
dan dan
Pengembangan
Aparatur
4.12 Meningkatnya Menerapkan Sistem Meningkatkan tertib Program Peningkatan berjalannya SPI,; Inspektorat
sistem akuntabilitas pengawasan internal pada perencanaan; Sistem Pengawasan berkurangnya temuan;
pengelolaan setiap SKPD; Meningkatkan tertib Internal dan berkurangnya
pemerintahan di Meningkatkan pengelolaan keuangan Pengendalian kegiatan yang tidak
ProvinsiNusa profesionalisme aparat / daerah (pendapatan, Pelaksanaan selesai pada akhir
Tenggara Timur SDM pengawas; belanja, pembiayaan Kebijakan KDH tahun
Komitmen untuk dan aset daerah);
menindaklanjuti LHP Meningkatkan tertib
dengan menyelesaikan pelaporan
temuan-temuan yang ada
4.13 Meningkatnya 1) Intensifikasi dan Peningkatan Sistem Program peningkatan Meningkatnya 456 M 1.000 Dinas
pendapatan daerah ekstensifikasi sumber- Informasi dan dan Pengembangan penerimaan Milyar Pendapatan dan
dan pengelolaan sumber penerimaan manajemen pendapatan pengelolaan pendapatan daerah; Aset Daerah
aset daerah daerah; dan aset daerah keuangan daerah dan Meningkatnya upaya
2) Optimalisasi Penataan Aset penataanusahaan, -
pendayagunaan aset bagi penggunaan, dan 80%
peningkatan PAD; pemanfaatan
3) Peningkatan SDM pengamanan aset
pengawasan dan secara akuntabel;
pengendalian tugas dan Meningkatnya
fungsi aparatur. pengelolaan keuangan -
4) Optimalisasi dan aset secara 80%
pendayagunaan teknologi profesional dan
informasi dan tata kelola kompetensi aparatur
keuangan dan aset
berbasis online
4.14 Terbangunnya 1) Menerapkan Sistem Program Kualifikasi SDM <100 100% Inspektorat,
sistem pengawasan pengawasan internal pada Peningkatan Pengawas; Biro Keuangan
internal pada setiap setiap SKPD; Profesionalisme
SKPD Pemprov Tenaga Pemeriksa
dan Aparatur
Penciptaan dan
perluasan
kesempatan kerja
4.16 Menciptakan Adanya kerjasama antar Program Peningkatan Meningkatnya jumlah 25% 100% BP2D
korporasi kegiatan daerah untuk Kapasitas kluster kegiatan
ekonomi produktif mendukung Kelembagaan ekonomi produktif dan
dan inovatif antar keberlanjutan Penelitian dan terbentuknya korporasi
Desa Mandiri pasokanbahan-bahan Pengembangan kegiatan berskala usaha
Anggur Merah konsumsi sesuai standar Daerah serta menengah
menuju yang diisyaratkan oleh Penyerbarluasan
kemandirian pemakai baik Data dan Informasi
ekonomi lokal perorangan maupun Pelitian
lembaga swasta
4.17 Efektivitas dan Adanya komitmen Program Peningkatan Tersedianya publikasi 25% 100% BP2D
dampaknya dalam bersama untuk Kapasitas hasil penelitian bidang
pelaksanaan Pemilu mendukung Kelembagaan politik dan
Kada Langsung keberlanjutan Penelitian dan pemerintahan
pemilukada langsung Pengembangan
Penerapan prinsip- sebagai wujud Daerah serta
prinsip tata kelola demokrasi dan adanya Penyerbarluasan
pemerintahan yang kepahaman bersama Data dan Informasi
baik dalam menegaskan Penelitian
prinsip-prinsip tata
kelola pemerintahan
yang baik
Pencapaian Misi-5 akan diwujudkan melalui pencapaian sasaran sesuai kebijakan umum pembangunan dan program prioritas dengan target yang
ditetapkan secara terukur untuk dapat dicapai melalui SKPD Provinsi sebagaimana Tabel 7.5.
Tabel 7.5
Sasaran, Kebijakan Umum.Program prioritas dan target untuk mencapai Misi-5
Capaian Kinerja
SKPD
Kondisi Target
No. Sasaran Strategi Kebijakan Umum Program Prioritas Indikator Target Penanggung
Awal Akhir
Jawab
(2012) (2018)
5.1 Tersusunnya Pemberian bantuan teknis Menyelaraskan Program Perda Tata Ruang 22 23 Bappeda dan
Rencana tata ruang bagi upaya penyusunan kebijakan penataan Pengembangan Data (buah) Dinas Pekerjaan
dan pengendalian rencana tata ruang dan ruang Nasional, wilayah Perencanaan dan Perda RDTL Kawasan 1 22 Umum
pemanfaatan ruang pengendalian pemanfaatan Provinsi dan wilayah Pembinaan Tata Pemanfaatan Ruang <75 >75
secara ruang oleh kabupaten/kota Kabupaten/Kota; Ruang sesuai struktur
berkelanjutan Melakukan review RTRWP (%)
berwawasan Rencana Tata Ruang Pemanfaatan Ruang <75 >75
lingkungan Wilayah Provinsi NTT, sesuai Pola RTRWP
sesuai dengan regulasi (%)
dan kondisi terkini serta Luasan RTH publik - 20%
Penyusunan Rencana dari luas wilayah
Rinci Tata Ruang; kota/kawasan
perkotaan
5.2 Terciptanya Mengembangan sistem Meningkatkan Penataan Program Panjang Jalan Provinsi 1330.46 1530,46 Dinas PU
konekktivitas antar jaringan prasarana Sistem Trasportasi di Pembangunan Jalan (Km)
pusat produksi dan perhubungan terpadu antar Provinsi NTT yang dan Jembatan Panjang Jembatan (m)
pusat moda (darat, laut dan udara) difokuskan pada
koleksi/distribusi yang menjangkau pusat-pusat Konektivitas antar
barang dan jasa produksi di perdesaan dengan Wilayah melalui
pusat koleksi-distribusi di Pembangunan Sarana
perkotaan dan Prasarana
5.3 Meningkatnya Meningkatkan kinerja Pembangunan dan Program Parasarana Irigasi < 70% >70% Dinas PU
kapasitas, pengelolaan sistem jaringan Pemeliharaan Jaringan Pengembangan dan dan Jaringan Irigasi
partisipasi irigasi teknis demi Irigasi Pengelolaan Sistem baik (%)
masyatakat dan meningkatkan produktifitas Irigasi
produktifitas
layanan jaringan Program Pengolahan
irigasi teknis Sumber Daya Air
5.4 Meningkatnya Meningkatkan iklim usaha Pembinaan Jasa Program Manajemen Perda IUJK sesuai 5 22 Dinas PU
profesionlisme yang kondusif bagi dunia Konstruksi di Daerah dan Layanan Tata peraturan perundang
masyarakat jasa usaha jasa konstruksi serta Laksana undangan (Kab/Kota )
konstruksi meningkatkan sistem baku Infrastruktur
dalampembanguna mutu pelayanan jasa Pekerjaan Umum
n infrastrukstur konstruksi
5.5 Meningkatnya Bina manusia, bina usaha dan Pembangunan Rumah Program Peningkatan Jumlah 60 80 Dinas PU dan
jumlah rumah layak bina lingkungan dalam Layak Huni bagi Pengembangan Rumah Layak Huni %) Dinas
huni dalam kerangka memampukan Masyarakat Perumahan dan Transmigrasi
lingkungan masyarakat miskin untuk Berpenghasilan Rendah Permukiman Tenaga
permukiman yang memenuhi kebutuhan akan khususnya di Kawasan Kerjadan Dinas
sehat bagi perumahan yang layak Perdesaaan Sosial, BPMPD
masyarakat miskin
di perdesaan dan
perkotaan
5.6 Meningkatnya Mengembangkan sistem Penyediaan Air Bersih Program Sarana Air Bersih - 60 Dinas PU, Dinas
cakupan pelayanan produksi transmisi dan untuk kebutuhan Pengembangan Perdesaan Transmigrasi
air bersih untuk distribusi air secara merata masyarakat Sarana Dan dan Tenaga
masyarakat bagi masyarakat perdesaan Prasarana Pedesaan Kerja
maupun perkotaan
5.7 Meningkatnya Mendayagunakan potensi air Penyediaan Sumber Air Program Pelayanan Air Minum 35 60 Dinas PU, Dinas
Ketersediaan Air permukaan maupun air tanah Baku yang untuk Pengembangan (%) Transmigrasi
Baku Bersih untuk yang ada secara optimal untuk pemenuhan kebutuhan Sarana Dan dan Tenaga
Masyarakat meningkatkan ketersediaan sehari-hari khususnya Prasarana Pedesaan Kerja
5.9 Peningkatan Meningkatkan kualitas Program Rehabilitasi - Penurunan jumlah 83 kasus 42 kasus Dinas
Perlindungan dan pengelolaan kawasan Hutan dan Lahan kasus kehutanan Kehutanan
Pengamanan hutan hutan - Peningkatan 44,60% 70%
penyelesaian kasus
50%
kehutanan
- Penurunan luas
kebakaran lahan 11.691, 6.000 Ha
kawasan hutan 85
- Penyelesaian kasus 0 kasus 10 kasus KPHL Mutis-
konflik kehutanan Timau
5.10 Rehabilitasi dan Meningkatkan Program Rehabilitasi - Pembuatan tanaman 270.950 274.350 Dinas
Lahan seluas 3.500 produktivitas lahan Hutan dan Lahan kehutanan di dalam Ha Ha Kehutanan,
Ha kritis di dalam kawasan kawasan hutan dan di BLHD
Program Peningkatan luar kawasan hutan
hutan dan di luar
Pengendalian (RHL, HKm, HD,
kawasan hutan
Pemanfaatan Sumber Pengelolaan DAS dan
Daya Alam dan Pembibitan)
Lingkungan Hidup
Dinas
0 3 Kehutanan,
Program Penyusunan rencana
Perlindungan detail/teknis tata Bappeda
Pemulihan ruang kawasan DAS (Forum DAS),
lintas kabupaten BLHD
Konservasi Sumber
Rencana Pengelolaan
Daya Alam dan DAS Terpadu
(Benanain, Noelmina
Lokasi Pengendalian
Pemanfaatan Ruang
Program Pengelolaan DAS sesuai kebijakan 0 13
DAS Terpadu tata ruang
KPHL Mutis
Jumlah unit model
0 4 unit Timau
pengelolaan DAS
Terpadu
5.11 MeningkatnyaKuali Mengembangkan sistem Menciptakan lingkungan Program Peningkatan Sanitasi lingkungan yang Dinas PU,
tas Sanitasi pengelolaan sanitasi yang sehat bagi Pengendalian berkualitas BLHDdan
Lingkungan lingkungan berbasis peningkatan Pemanfaatan Sumber Kesehatan
masyarakat untuk kesejahteraan Daya Alam dan
meningkatkan pemanfaatan masyarakat Lingkungan Hidup
oleh masyarakat miskin
Program
Pengendalian
Penyakit dan
Penyehatan
Lingkungan;
5.12 Meningkatnya Menjaga iklim usaha yang Penyediaan Transportasi Program Jumlah dan kapasitas 40% 80% Dinas
Pelayanan kondusif bagi dunia usaha Publik yang aman, Pembangunan Sarana transportasi umum Perhubungan
Transportasi Publik jasa transportasi serta nyaman dan terjangkau dan Prasarana
mengembangkan sistem dikhususkan pada Fasilitas
pengawasan dan Pembangunan, Perhubungan
pengendalian yang efektif Perbaikan Terminal
berkaitan dengan sertifikat serta Peningkatan Daya
layak jalan bagi kendaraan Angkut Program Peningkatan Peningkatan 40% 80%
angkutan publik Pelayanan Angkutan Keselamatan
Transportasi
6. Misi 6, Meningkatkan Kualitas Kehidupan Keluarga, Pemberdayaan Perempuan,serta Perlindungan dan Kesejahteraan Anak;
Pencapaian Misi-6 akan diwujudkan melalui pencapaian sasaran sesuai kebijakan umum pembangunan dan program prioritas dengan target yang
ditetapkan secara terukur untuk dapat dicapai melalui SKPD Provinsi sebagaimana Tabel 7.6.
Tabel 7.6
Sasaran, Kebijakan Umum, Program Prioritas dan Target untuk Mencapai Misi-6
Capaian Kinerja
SKPD
Kondisi Target
No Sasaran Strategi Kebijakan Umum Program Prioritas Indikator Target Penanggung
Awal Akhir
Jawab
(2012) (2018)
6.1 Meningkatnya Peningkatan kapasitas Penguatan kelembagaan Program Regulasi pelaksanaan - 50 Badan
kapasistas hidup perempuan pedesaan perempuan dan anak di Pemberdayaan dan PUG, perempuan dan Pemberdayaan
perempuan untuk Adanya kebijakan tingkat provinsi, Perlindungan Anak anak Perempuan dan
mengkakses pemerintah (regulasi) yang kabupaten/kota dan Perempuan pembentukan Pokja Anak
sumber daya menjamin peningkatan Pembentukan Focal
pembangunan partisipasi perempuan Point
pedesaan untuk terlibat Program Penguatan Penerapan anggaran
dalam pengambilan Kelembagaan PUG yang responsif gender
6.2 Meningkatnya Peningkatan kapasitas Meningaktkan Program Kelompok usaha - 100 Badan
Kelompok usaha hidup perempuan kompetensi Pemberdayaan dan perempuan mendapat Pemberdayaan
perempuan pedesaan kewirausahaan Perlindungan Anak akses pinjamam Perempuan dan
Peningkatan pengetahuan dan Perempuan modal dari lembaga Anak
dan keterampilan formal permodalan
perempuan pedesaan (%)
dalam segala bidang Program Penguatan Jumlah kelompok - Badan
pembangunan termasuk Kelembagaan PUG usaha bersama 60 Pemberdayaan
teknologi tepat guna dan Anak perempuan (KUB) Perempuan dan
Peningkatan kelompok (%) Anak
usaha perempuan Program Hibah Jumlah perempuan
pedesaan Bidang perdesaan yang
Pemberdayaan terampil teknologi
Perempuan, tepat guna
Perlindungan Anak Pembinaan penguatan
dan Keluarga kelembagaan PUG dan
Berencana anak dipedesaan
Peningkatan kuantitas
dan kualitas hidup
perempuan dalam
pembangunan di
pedesaan
Peningkatan upaya
pencegahan,
Tabel 7.7
Sasaran, Kebijakan Umum Program prioritas dan target untuk mencapai Misi-7
Capaian Kinerja
SKPD
Kondisi Target
No Sasaran Strategi Kebijakan Umum Program Prioritas Indikator Target Penanggung
Awal Akhir
Jawab
(2012) (2018)
7.1 Meningkatnya Peningkatan dan Optimalisasi Program Produksi Tangkap (ton) 69.304.74 88.452.36 Dinas Kelautan
produksi dan percepatan pertumbuhan sumberdaya kelautan Pengembangan RTP Tangkap 17.906.70 22.853.99 dan Perikanan
produktivitas ekonomi dan investasi dan perikanan yang Perikanan Tangkap Jmh Tenaga teknis yang 76 101
berkualitas perikanan ramah lingkungan yang profesional (orang)
perikanan dan Peningkatan penunjang percepatan 1.306.770 2.104.566
Produksi Budidaya
kelautan dan PAD Pengembangan industri pertumbuhan ekonomi Program .25 .55
(Ton)
dan pemberdayaan 38.035.20 48.543.62
maritim dan Pengembangan
7.2 Meningkatnya SDM pemberdayaan masyarakat masyarakat yang Perikanan Jml RTP Budidaya (RT) 49.000.00 65.664.69
kelautan dan Peningkatan Pengamanan mandiri dan berjiwa Budidaya Pemanfaatan Lahan
Pencapaian Misi-8 akan diwujudkan melalui pencapaian sasaran sesuai kebijakan umum pembangunan dan program prioritas dengan target yang
ditetapkan secara terukur untuk dapat dicapai melalui SKPD Provinsi sebagaimana Tabel 7.8.
Tabel 7.8
Sasaran, Kebijakan Umum.Program prioritas dan target untuk mencapai Misi-8
Capaian Kinerja
SKPD
Kondisi Target
No Sasaran Strategi Kebijakan Umum Program Prioritas Indikator Target Penanggung
Awal Akhir
Jawab
(2012) (2018)
8.1 Menurunnya Angka Meningkatkan Penguatan Program Jumlah Penduduk 20,23 15,00 Bappeda,
Kemiskinan kemampuan Kelembagaan Pemberdayaan miskin (%) BPMPD, Dinas
penduduk dari masyarakat miskin Pemberdayaan dan Sosial
20,03 % menjadi melalui pola Masyarakat dalam Pengembangan Kelembagaan - 100
15,0 % pemberdayaan Penanggulangan Masyarakat Desa/kelurahah
Masyarakat Kemiskinan Pedesaan yang dibina (%)
Program Jumlah Desa
pengembangan - 100
Peningkatan Kapasitas Peningkatan
Aparatur dan Kapasitas TTG
pengembangan Kelembagaan Jumlah Rumah 2.985 16.225
sekolah aplikatif Sosial Ekonomi dibangun (unit)
lapangan bagi aparatur Dan Aparatur
Jumlah - 100
desa/kelurahan Desa
Peningkatan
Memperluas akses Program
Kapasitas
masyarakat terhadap Pengembangan
aparatur
modal usaha kemitraan dan
Desa/kelurahan
Teknologi
(%)
Pedesaan
Program Hibah Jumlah Lokasi 585 3.246
Bantuan Desa Mandiri
Perumahan Anggur Merah
(P2LDT) (Desa/
Untuk mewujudkan tujuan dan sasaran setiap misi serta kebijakan yang telah dijelaskan sebelumnya, disusun program-program
pembangunan sesuai dengan bidang urusan pemerintahan selama periode lima tahun, dengan prioritas program beserta indikator kinerja
program. Dalam perencanaan pembangunan lima tahunan daerah, ditetapkan program-program pembangunan daerah, yaitu program yang
merupakan prioritas kepala daerah terpilih untuk mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan, serta program penyelenggaraan
pemerintahan, yang merupakan program prioritas SKPD berkaitan dengan kewenangan serta tugas pokok dan fungsi SKPD yang mendukung
pencapaian visi dan misi kepala daerah.
RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2013 2018 memuat Program pembangunan daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur
diarahkan untuk mencapai 6 tekad Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur, yaitu :1) Menjadikan NTT sebagai Provinsi Jagung, 2)
Menjadikan NTT sebagai Provinsi Ternak, 3) Menjadikan NTT sebagai Provinsi Koperasi, 4) Mengembalikan Keharuman Cendana di Provinsi
NTT, 5) Meningkatkan Produksi Perikanan, dan 6) Meningkatkan Pariwisataan NTT.
Untuk lebih memacu pembangunan maka Program Desa Mandiri Anggur Merah ditingkatkan volume dan kualitas pengelolaannya
melalui langkah strategis yaitu; (i) sinergi dengan program lain, (ii) pengembangan koperasi sebagai pengelola hibah Desa/kelurahan, (iii)
meningkatkan pengendalian melalui pelibatan pemerintah kecamatan, Polsek dan Koramil serta peningkatan kualitas PKM.
Untuk mendukung tercapainya keenam tekad tersebut, telah ditetapkan berbagai program yang akan dilaksanakan selama 5 (lima)
tahun ke depan. Indikasi rencana program-program prioritas tersebut membutuhkan pendanaan yang proporsional sesuai tingkat urgensi
masing-masing program, yang pengelolaannya memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (i) Aspek Pengelolaan Anggaran yang transparan dan
akuntabel untuk mencapai tata kelola keuangan dengan Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), (ii) Aspek Manfaat: Program yang
dilaksanakan harus bisa memberikan maanfaat optimal bagi masyarakat, memiliki daya ungkit besar, daya tarik investasi, menumbuhkan
partisipasi masyarakat, dan mampu mengatasi permasalahan pembangunan, (iii) Aspek Capaian Kinerja: Program-program yang dilaksanakan
harus mampu mewujudkan target pembangunan yang telah ditetapkan .
Untuk meningkatkan daya dorong, dana dialokasikan pada program prioritas yang pro rakyat, meningkatkan daya saing wilayah dan
mampu mencapai target-target yang ditetapkan dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Program prioritas pada masing-masing
urusan dan pendanaan untuk mencapai target per tahun RPJMD tahun 2013-2018 sebagaimana tabel 8.1.
PERENCANAAN
4 190.065 195.282 197.921 200.748 53.782
PEMBANGUNAN
4.1 1,05,1,06,01,15 Program 1. Terwujudnya
Pengembangan Meningkatya perencanaan
22
Data ketersediaan pembangunan 22 22 22 22
1.368 1.437 1.509 1.584 Kab/ 1.663
Perencanaan dan data daerah berbasis Kab/kota Kab/kota Kab/kota Kab/kta
Kota
Pembinaan Tata perencanaan data
Ruang pembangunn;
Bappeda
2. RTRW 90,9%, RTRW RTRW RDTR RDTR RDTR
Meningkatny RDTR 0,09% 95%, 5%, 20% 20% 20%
a pembinaan RDTR RDTR
tata ruang 20% 20%
wilayah
provinsi
4.2 1,06,1,06,01,21 Program Meningkatya Keselarasan
Perencanaan dan keselarasan perencanaan 22
22 22 22 22
Evaluasi perencanaan pembangunan dan 3.260 3.749 4.312 4.958 kab/ 5.702 Bappeda
kab/kota kab/kota kab/kota kab/kta
Pembangunan pembangunn pelaksanaan di kota
Daerah daerah dan kabupaten
pusat Pengendalian dan
9 9
evaluasi 9 9 9
SKPD/ SKPD/
pelaksanaan 6 SKPD/22 SKPD/22 SKPD/22
22 22
tekad kabkota kabkota kabkota
kabkota kabkot
pembangunan
4.3 1,06,1,06,01,22 Program Meningkatya Meningkatan
Dukungan keselarasan pelayanan dan 22
22 22 22 22 kab/
Manajemen perencanaan integrasi program 1.036 1.088 1.142 1.199 kab/ 1.259
kab/kota kab/kota kab/kota kota
Kerjasama pembangunn lembaga mitra kota
Pembangunan an antara pembangunan
Daerah Dengan daerah dan Meningkatnya
Lembaga lembaga koordinasi, Bappeda
Internasional donor integrasi,
22
sinkronisasi dan 22 22 22 22 kab/
kab/
sinergi antar kab/kota kab/kota kab/kota kota
kota
berbagai pihak
dalam pengelolaan
SDA dan
Meningkatnya 82,56
koordinasi dan 65,92% 70,08% 74,24% 78,40%
%
fasilitasi terhadap
pelayanan air 69,50
minum (50,34 %) 47,86% 53,27% 58,68% 64,09%
%
dan sanitasi (28,11)
4.4 1,06,1,06,01,30 Program Desa Meningkatya Peningkatan jumlah
Mandiri Anggur pengembang usaha produktif 891
Merah an usaha PKM di 891 1000 35.864 1000 37.657 1000 39.540 1000 41.517 1000 43.593 Bappeda
ekonomi desa/kelurahan
produktif
4.5 1,06,1,06,01,30 Program Hibah Menigkatnya Jumlah penerima
Ekonomi proporsi desa hibah kelompok
Produktif yang masyarakat
menerima
Hibah 48% 147.250 67% 150.000 85% 150.000 100% 150.000 PPKD
Desa/Kelu
rahan Mandiri
Anggur
Merah
4.6 1.06.1.06.02.17 Program Meningkatya Kesenjangan
Pengembangan ketahanan, pembangunan
6 kab 6 kab 6 kab 6 kab
Wilayah kapabilitas, sosial ekonomi dan 6 kab dan
dan 5 dan 5 dan 5 dan 5
Perbatasan potensi dan infrastruktur di 5 pulau 1.287 1.351 1.419 1.490 1.564
pulau pulau pulau pulau
infrastruktur wilayah perbatasan terluar
terluar terluar terluar terluar
di wilayah
perbatasan Badan
Meningkatya Fasilitasi dan Pengelola
Fasilitasi Fasilitasi Fasilitsi Fasiltsi
kemanan dan penyelesaian Fasilitasi Perbatasan
pada 10 pada 10 pada 10 pada
kesejahteran masalah pada 10 Daerah
segmen segmen segmen 10
melalui perbatasan antar segmen
dan dan dan segmn
fasilitasi dan daerah dan
penyeles penye penyele penyel
penyelesaian penyeles
aian lesaian saian saian
masalah aian pada
pada 2 pada 2 pada 2 pada 2
perbatasan 2 segmen
segmen segmen segmen segmn
antar daerah
10 KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH 5.345 5.771 6.233 6.733 7.276
PERPUSTAKAAN
19 1.777 2.044 2.350 2.703 3.108
KONDISI KINERJA
AWAL PADA TARGET CAPAIAN SETIAP TAHUN
No. INDIKATOR SASARAN PERIODE RPJMD
TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018
TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018
1.4. Inflasi 5,33 % 8,41% 4,9 5,3 % 4,6 5,0 % 4,4 4,8 % 4,3 4,7 % 4,1 4,5 %
1.5. Indeks Gini 0,41 Menurun Menurun Menurun Menurun Menurun Menurun
TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018
1.6. Persentase penduduk 20.41% 20,03% 19,03% 18.03% 17,03% 16,03% 15,03%
diatas garis kemiskinan
1.7. Angka kriminalitas yang 54,95% 64,95% 74,95% 84,95 94,95% 100% 100%
tertangani
Fokus Kesejahteraan Masyarakat
2. Pendidikan
2.1. 1. APM (%) 96.89 97,29 97,69 98,09 98,49 98,89 99.29
SD
2.1.1. SMP 83.26 83,72 84,18 84,64 85,1 85,56 86.02
2.2. 2. APK (%) 115.34 114,79 114,24 113,69 113,14 112,59 112.01
SD
2.2.1 SMP 97.58 96,91 96,24 95,57 94,9 94,23 93.53
3. Kesehatan
3.1. Angka harapan hidup 67,99 68,75 69,37 70,75 72,13 70,75
69,37
Jumlah Kelahiran
3.1.1. Prosentase Bayi Lahir Hdp 97,280 98,39 99,52 100,65 101,77 102,02
104,021
TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018
3.1.2. Prosentase Bayi Lahir 98,54 98,39 98,64 98,75 98,97 99,08
99.19
Mati
3.2. Kasus balita gizi 1,46 1,35 1,24 1,13 1,02 0,91
0.81
3.2.1. Kurang 19,1 17,19 15,28 13,37 11,46 9,55 7.64
3.2.2. Buruk 1,12 1,06 1 0,94 0,88 0,82 0.76
4. Kebudayaan
4.1. Jumlah sanggar seni - 50% 55% 60% 65% 70% 75%
5.1. Jumlah bantuan untuk Klub 8 Club 9 club 10 club 10 club 11 club 11 club 12 club
yang berprestasi
ASPEK PELAYANAN UMUM
1. Pendidikan
1.3. Pendidikan penduduk umur 37.03 36,29 35,55 34,81 34,07 33,33 32.59
>10 tahun
TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018
Tidak berizasah
1.3.1. SD (%) 29.25 29,54 29,83 30,12 30,41 30,7 31.01
1.3.2. SMP (%) 13.05 13,23 13,41 13,59 13,77 13,95 14.15
1.3.3. SMA (%) 12.08 12,23 12,38 12,53 12,68 12,83 12.99
1.3.4. SMK (%) 3.44 3,49 3,54 3,59 3,64 3,69 3.75
1.2. Rasio Sekolah-Siswa 1 : 178 1:179 1:180 1:181 1:181 1:182 1 : 183
SD
1.2.1. SMP 1 : 203 1:207 1:210 1:213 1:217 1:221 1 : 225
1.2.2. SMA/MA/ SMA/LB 1 : 403 1: 410 1:414 1:419,5 1:425 1:430 1 : 436
1.2.3. SMK 1 : 328 1: 336 1:344 1:352 1:361 1:369 1 : 378
1.3. Tingkat Kelulusan (%) 100 100 100 100 100 100 100
SD
1.3.1. SMP 97,56 100 100 100 100 100 100
1.4. Jumlah guru berpendidikan 19.0 26,8 30,7 34,6 38,5 42.4
S1(%) 22,9
SD
1.4.1. SMP 59.0 60,7 62,4 64,1 65,8 67,5 69.2
TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018
1.6. Sertifikasi guru (%) 26.51 38,31 44,21 50,11 56,95 61.95
32,41
1.6.5. Penerapan SPM Pendidikan - 100 100 100 100 100 100
2. Kesehatan
TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018
kesehatan masyarakat:
2.1.1. Rumah sakit 43 43 44 45 46 47 48
2.1.2. Puskesmas 353 356 359 362 365 368 371
2.1.3. Pustu 1,081 1080 1615 2150 3220 3755 4.290
TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018
2.8.1. Fasilitas kesehatan yang - 50% 55% 60% 65% 70% 75%
berijin (%)
2.8.2. Sarana kesehatan yang - 50% 55% 60% 65% 70% 75%
terakreditasi (%)
2.8.3. Tenaga kesehatan yang - 50% 55% 60% 65% 70% 75%
teregistrasi dan mendapat
sertifikasi kompetensi (%)
TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018
berserta pengawasannya
2.11.1. Kepuasan masyarakat pada - 25% 35% 40% 45% 50% >65%
layanan puskesmas (%)
2.11.2. Kepuasan masyarakat pada - 50% 60% 65% 70% 75% > 80%
layanan RS (%)
2.12. keterlibatan tenaga peneliti - 50% 50% 50% 75% 75% 80%
atau lembaga penelitian
dalam perumusan dan
evaluasi kebijakan
kesehatan (%)
2.13. Ketepatan dan kelengkapan - 50% 75% 75% 80% 90% >90
pelaporan data di setiap
level pelayanan kesehatan
(%)
2.14. Jumlah perusahaan yang - 50% 75% 75% 100% 100% 100%
menjalankan program K3
2.15. Persentase rumah tangga - 50% 50% 60% 70% 80% 90%
yang ber-PHBS
2.16. Jumlah dan kualitas -
poskesdes
2.16.1. Jumlah poskesdes - 50% 50% 50% 75% 75% 100%
2.16.2. Rasio poskesdes per - Sesuai target Sesuai target Sesuai target Sesuai target Sesuai target Sesuai target
jumlah penduduk SPM SPM SPM SPM SPM SPM
TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018
2.18.2. Rasio per satuan 0,21 0,21 0,21 0,21 0,21 0,21 0.22
penduduk
2.18.3. Jumlah Tenaga 9.577 9.850 10.087 10.324 10.598 10.851 11.106
Paramedis:Perawat/Bidan
(Orang)
2.18.4. Rasio per satuan 1,95 1,95 1,96 1,97 1,98 1,99 2.00
penduduk
2.19. Aksesibilitas masyarakat
terhadap sediaan farmasi
yang bermutu, aman dan
terjangkau
2.19.1. Sebaran institusi 21 Kab./kota 21 Kab./kota 22 Kab./kota 22 Kab./kota 22 Kab./kota 22 Kab./kota 22 Kab./kota
penyedia sediaan farmasi
(Kab/kota)
2.19.2. Obat generik berlogo 21 Kab./kota 21 Kab./kota 22 Kab./kota 22 Kab./kota 22 Kab./kota 22 Kab./kota 22 Kab./kota
dalam persediaan obat
(kab/Kota)
2.20. RS memiliki peralatan <25% 25% 35% 45% 50% 75% 100%
kesehatan yang standar
(%)
2.21. hasil penelitian yang - 25% 35% 45% 50% 75% 100%
diaplikasikan dalam
intervensi program
kesehatan (%)
2.22. Peningkatan Sanitasi dan
Penurunan BABS pada
TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018
Desa/kel (%)
2.22.1. Sendiri 78,59 80,46 82,33 84,2 86,07 87,94 89.81
2.22.2. bersama 3,27 3,36 3,45 3,54 3,63 3,72 3.81
2.22.3. Umum 1,03 1,06 1,09 1,12 1,15 1,18 1.21
2.22.4. Bukan jamban 17,11 15,12 13,13 11,14 9,15 7,16 5.17
2.23. Jumlah kabupaten/kota - 21 Kab./Kota 22 Kab/kota 22 Kab/kota 22 Kab/kota 22 Kab/kota 22 Kab/kota
yang melakukan kegiatan
District Health Account
setiap tahun (Kab/kota)
2.24. Persentase masyarakat - - 50% 50% 60% 70% 80%
miskin yang memiliki
jaminan kesehatan
3. PekerjaanUmum
3.1. Panjang Jalan Provinsi 1330.46 1363,78 1397,12 Km 1430,46 Km 1263,79 Km 1497,12 Km 1530,46 Km
(Km)
3.2. Parasarana Irigasi dan <25% 35% 50% 55% 60% 70% 75%
Jaringan Irigasi baik (%)
TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018
5. Penataan Ruang
5.3. Pemanfaatan Ruang sesuai <75% 45% 50% 55% 60% 70% 75%
struktur RTRWP (%)
5.4. Pemanfaatan Ruang sesuai <75% 45% 50% 55% 60% 70% 75%
Pola RTRWP (%)
5.5. Luasan RTH publik dari - 20% 20% 20% 20% 20% 20%
luas wilayah kota/kawasan
perkotaan
TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018
waktu
6.2. Jumlah perencanaan 3 4 6 8 10 11 13
Pengelolaan DAS terpadu
antar daerah difasilitasi
Pemda dan Forum DAS
NTT
6.3. Jumlah Lokasi Desa 585 1028 1472 1916 2359 2802 3.246
Mandiri Anggur Merah
(Desa/ kelurahan)
7. Perhubungan
7.1. Jumlah dan kapasitas 40% 46,6% 53,33% 60% 66,66% 73,33% 80%
transportasi umum
7.2. Peningkatan Keselamatan 40% 46,6% 53,33% 60% 66,66% 73,33% 80%
Transportasi
8. Lingkungan Hidup
8.1. Prosentase Pengawasan 50% 55,3% 66,6% 75% 83,3% 91,6% 100%
dan pembinaan kemanan
pangan (%)berbasis
perubahan iklim dan
pengelolaan DAS
8.2. Penurunan Kerusakan 0 80% 80% 80% 80% 80% 80%
Pesisir dan Laut
8.3. Optimalisasi Hukum- - 100% 100% 100% 100% 100% 100%
hukum lingkungan
8.4. Tersedianya Tenaga - 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Fungsional Pengawas
Lingkungan
TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018
TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018
10.1.1. Jumlah Akseptor KB 93.533 178.843 264.155 349.467 434.778 520.089 605.400
10.1.2. Jumlah Pasangan Usia 668.017 675.359 682.702 690.045 697.388 704.730 712.073
Subur (PUS)
10.1.3. Peserta KB Aktif (%) 73,88% 7.573 7.759 7.945 8.131 8.316 8502
10.1.4. TFR (%) 3,3 1,65 1,98 2,31 2,64 2,97 3.3
11. Sosial
11.1. Jumlah KK Miskin yang 21 Kab./Kota 21 Kab./Kota 22 Kab./Kota 22 Kab./Kota 22 Kab./Kota 22 Kab./Kota 22 Kab./Kota
mempunyai ketrampilan
berusaha/ KUBE
(kab/kota)
11.2. Jumlah penghuni panti 21 Kab./Kota 21 Kab./Kota 22 Kab./Kota 22 Kab./Kota 22 Kab./Kota 22 Kab./Kota 22 Kab./Kota
dinas yang ditangani
(kab/kota)
11.3. Jumlah KAT yang ditangani 21 Kab./Kota 21 Kab./Kota 22 Kab./Kota 22 Kab./Kota 22 Kab./Kota 22 Kab./Kota 22 Kab./Kota
(Kab/kota)
12. Ketenagakerjaan
12.1. Meningkatnya jumlah 0,67% 1,12% 1,57 % 2,02 % 2,47 % 2,92 % 3,37 %
angkatan kerja yg memiliki
ketrampilan
12.2. Besaran tenaga kerja yang 17,24% 20.34% 21,89 % 23,44 % 24,99 % 26,55 % 26,55 %
mendapatkan pelatihan
berbasis kompetensi 75 %
12.3. Penyelesaian kasus PHI 95,31% 95,96% 96,61 97,26 97,91 98,56 99,21 %
melalui PB
12.4. Peninjauan kembali UMP Rp.925.000 Rp. 1.87.500 Rp. 1.450.000 Rp. 1.712.500 Rp. 1.975.000 Rp. 2.237.500 Rp. 2.500.000
TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018
tiap tahun
12.5. Besaran pemeriksaan 23,12% 29,68% 36,25% 42,82% 49,39% 55,96% 62,53%
perusahaan
12.6. Pengujian peralatan 0,% 1,3% 1,70% 2,10% 2,50% 2,90% 3,31%
perusahaan
12.7. Besaran peminat 48,53% 50,62% 52,8% 54,98% 57,17% 59,35% 61,54%
transmigrasi yang berhasil
difasilitasi
12.8. Besaran pemanfataan 23,04% 31,02% 41% 49,98% 58,96% 67,94% 76,92 %
cadangan areal yang
behasil dibangun
13.4. Meningkatnya modal luar 1.196.29.167 1.295.965.763 1.395.641.361 1.495.316.959 1.594.992.556 1.694.668.153 1.794.343.75
koperasi (juta) 0
13.5. Meningkatnya aset 856.254.392 1.177.608.924 1.498.963.45 1.820.317.990 2.141.672.52 2.463.027.05 2.784.381.58
koperasi (juta) 7 3 5 8
13.6. Meningkatnya volume 1.455.547.218 1.455.547.218 1.619.434.02 1.819.434.023 1.940.729.62 2.062.025.22 2.183.320.82
usaha koperasi (juta) 3 4 6 7
TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018
13.7. Meningkatanya SHU 145.554.721 1.455.547.218 1.619.434.02 1.819.434.023 1.940.729.62 2.062.025.22 2.183.320.82
Koperasi (juta) 3 4 6 7
15.3. Jumlah obyek budaya yang - 50% 55% 60% 65% 70% 75%
tertangani
TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018
16.6. Peningkatan partisipasi 40 Peserta 100 Peserta 160 peserta 220 peserta 280 peserta 340 peserta 400 peserta
keikutsertaan masyarakat
16.7. Jumlah fasilitas olahraga 1 Fasilitas 1 kelanjutan 1 kelanjutan 1 kelanjutan 1 kelanjutan 1 kelanjutan 1 kelanjutan
yang dikembangkan dan gelanggang remaja pemb. pemb. pemb. pemb. pemb. pemb.
direhabilitasi Gelanggang Gelanggang Gelanggang Gelanggang Gelanggang Gelanggang
remaja remaja
remaja remaja remaja remaja
TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018
ekonomi
17.2. Meningkatnya peran - 100% 100% 100% 100% 100% 100%
aparatur pemerintahan
dalam memfasilitasi
kewaspadaan nasional di
daerah
17.3. Meningkatnya ketahanan - 33,3 % 33,3 % 50 % 66,6 % 83,3 % 100%
ideologi dan kewaspadaan
nasional
17.4. Meningkatnya partisipasi - 33,3 % 33,3 % 50 % 66,6 % 83,3 % 100%
politik dan kualitas
demokrasi
18. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
18.1. Perda penataan - 1 perda 1 perda 1 perda 1 perda 1 perda 1 perda
kelembagaan
18.2. Efisiensi dan kinerja - 50% 50% 50% 75% 75% >75%
perangkat organisasi
daerah/SKPD (%)
18.3. Penataan dan - 50% 50% 50% 75% 75% >75%
pengendalian kelembagaan
, anjab dan ABK Kab/kota
18.4. Terlayaninya kebutuhan - 50% 50% 60% 70% 80% >90%
kepala daerah dan wakil
kepala daerah dalam
melaksanakan tugas-tugas
kedinasan
TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018
18.9. Meningkatkan jumlah IKM 5322 5.653 unit 5.818 unit 5.984 unit 6.149 unit 6315
yang dibina Unit Usaha usaha usaha usaha usaha unit usaha
(mengembangkan IKM dan 5.488 unit
menumbuhkan wira usaha usaha
baru)
18.10. Penyerapan tenaga kerja 1,681 1.687 1.692 1.697 1.703 1.708 1,714
(org)
18.11. Peningkatan Jumlah 24 26 27 28 29 31 32
Industri (unit)
18.12. Meningkatnya pelayanan Semua jenis jenis pada Semua jenis Semua jenis Semua jenis Semua jenis Semua jenis Semua jenis
perijinan KPPTSP jenis pada jenis pada jenis pada jenis pada jenis pada jenis pada
KPPTSP
TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018
18.19. Produk Legislasi Daerah 448 431 463 495 511 527 543
TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018
TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018
18.38. Meningkatnya jumlah 25% 37,5% 50% 62,5% 75% 87,5% 100%
kejuruan sekolah kejuruan
sesuai kebutuhan daerah
dan lulusan sekolah
kejuruan yang masuk
pasar kerja
18.39. Meningkatnya jumlah 25% 37,5% 50% 62,5% 75% 87,5% 100%
kluster kegiatan ekonomi
produktif dan
terbentuknya korporasi
kegiatan berskala usaha
menengah
TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018
1840. Tersedianya publikasi hasil 25% 37,5% 50% 62,5% 75% 87,5% 100%
penelitian bidang politik
dan pemerintahan
18.41. Terwujudnya hasil-hasil 25% 37,5% 50% 62,5% 75% 87,5% 100%
penelitian sebagai bahan
masukandalam proses
pengambilan keputusan
publik
19. Ketahanan Pangan
19.1. Jumlah cadangan pangan 50 Ton 75 ton 100 125 150 175 200 ton
provinsi (ton)
19.2. Prosentase penanganan 50% 55% 66,6% 75% 83,3% 91,6% 100%
daerah rawan pangan
(50%)
19.3. Prosentase penyediaan 50% 55% 66,6% 75% 83,3% 91,6% 100%
informasi pasokan, harga
dan akses pangan (%)
19.4. Jumlah Program 40%, 125 Unit 50,6 %, 155 60,5%, 185 70,4%, 215 80,2%, 245 90,14%, 275 100%, 306
penyuluhan (40%, 125 unit Unit Unit Unit unit
unit7)
19.5. Jumlah Tenaga penyuluh 40% 1.315 65,02%, 1465 65,62%, 1615 71,71%, 1765 77,8%, 1915 83,9%, 2065 90%,
(%;orang) Orang Orang Orang Orang Orang 2.253 org
19.6. Jumlah Kelembagaan 153 Unit 191 230 Unit 269 unit 308 Unit 346 unit 385 unit
penyuluhan (BP3K dan
Posluhdes)aktif (unit)
19.7. Jumlah kelompok tani 16.494 Klmpok 16.828 Klmpok 16.828 17.497 klmpok 17.831 18.165 18.500 klmpk
(kelompok) Klmpok Kelompok Klmpok
TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018
20.1. Jumlah Desa Layak Anak 0 50 100 150 200 250 300
TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018
(kab/kota)
22. Perpustakaan
22.1 Jumlah minat baca - 50% 55% 60% 65% 70% 85%
22.2. Jumlah perpustakaan - 50% 55% 60% 65% 70% 85%
Sekolah
22.3. Jumlah perpustakaan - 50% 55% 60% 65% 70% 55%
Desa/kelurahan
23. Pertanian
23.1. Produksi padi/gabah 698.566 785.711 829.283 872.855 916.428 960.000
(ton) 742.139
23.3. Produksi Jagung (ton) 629.386 692.283 755.181 818.079 880.976 943.874 1.006.771
23.4.1. kelapa (ha) 160.777 160.994 161.212 161.430 161.647 161.865 162.082
23.4.2. Jambu Mente 180.338 184.850 189.364 193.878 198.391 202.904 207.417
TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018
24. Peternakan
24.1. Populasi ternak sapi(ekor) 814.450 855.478 896.508 937.538 978.567 1.019.597 1.060.626
24.2. Populasi ternak kerbau 152.449 154.450 157.527 160.604 162.604 165.143 167.682
(ekor)
24.3. Populasi ternak kuda 109.160 115.968 119.373 122.777 126.181 129.585
(ekor) 112.563
24.5. Populasi Domba (ekor) 63.109 63.494 63.878 64.262 64.646 65.031 65.415
24.6. Populasi ternak babi (ekor) 1724.316 1.740.187 1.756.060 1.771.933 1.787.805 1.803.677 1.819.549
TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018
25. Kahutanan
25.2. Jumlah bibit tanaman 766.435 1.183.101 1.599.768 2.016.435 2.433.102 2.849.768 3.266.435
Cendana yang ditanam
25.3. Pengembangan Hasil Hutan 100 stup 141 stup 183 stup 225 stup 267 stup 308 stup 350 stup
Non Kayu : Jumlah stup
Lebah Madu
25.4. Jumlah lokasi budidaya 4 5 7 9 11 12 14
Kutu Lak
25.5. Luas kawasan hutan yang 0 16.666 Ha 33.333 Ha 50.000 66.666 Ha 83.333 Ha 100.000 Ha
dimanfaatkan
25.6. Luas wilayah DAS/Pulau 1.808.990 Ha 1.771.081 1.733.173 ha 1.695.265 ha 1.657.357 ha 1.619.448 ha 1.581.540 ha
yang dipertahankan
sebagai kawasan hutan
minimal 30%
25.7. Penurunan jumlah kasus 83 kasus 75 Kasus 69 kasus 63 kasus 56 kasus 49 kasus 42 kasus
kehutanan
25.8. Peningkatan penyelesaian 44,60% 48,82% 53,06% 57,3% 61,53% 65,76% 70%
kasus kehutanan
25.9. Penurunan luas kebakaran 11.691,85 10.744 ha 9,795 Ha 8,846 Ha 7,897 Ha 6.948,64 Ha 6.000 Ha
lahan kawasan hutan
25.10. Pembuatan tanaman 270.950 Ha 270.516 Ha 272.083 Ha 273.650 Ha 273.217 Ha 273.783 Ha 274.350 Ha
kehutanan di dalam
kawasan hutan dan di luar
kawasan hutan
TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018
TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018
27.3. Rata-rata lama menginap 2,25 2,32 2,41 2,5 2,58 2,66 2,75
(hari)
28. Kelautan dan Perikanan
28.1. Produksi Tangkap (ton) 69.304.74 75.687,28 78.878,55 82.069,82 85,261,09 85.261,09 88.452.36
28.2. RTP Tangkap 17.906.700,76 18.731.254,83 19.555.802,0 20.380.349,31 21.204.896,5 22.029.443.7 22.853.99
7 4 8
28.3. Jmh Tenaga teknis yang 74 79 84 89 93 97 101
profesional (orang)
28.4. Produksi Budidaya (Ton) 38.035.20 1.439.736 1.572.702,35 1.705.668,40 1.838.643,45 1.971.600,50 2.104.566.55
28.5. Jml RTP Budidaya (RT) 49.000.00 51.777.449 54.554.897 57.332.345 60.109.793 62.887.242 65.664.690
28.6. 147
163 171 179 187
Jumlah penyuluh (org) 155 196
29. Perbatasan
29.1. Percepatan pengembangan 6 Kabupaten dan 5 6 Kabupaten 6 Kabupaten 6 Kabupaten 6 Kabupaten 6 Kabupaten 6 Kabupaten
TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018
wilayah perbatasan dan Pulau terdepan dan 5 Pulau dan 5 Pulau dan 5 Pulau dan 5 Pulau dan 5 Pulau dan 5 Pulau
pulau terdepan terdepan terdepan terdepan terdepan terdepan terdepan
29.2. Jumlah penyelesaian 3 segmen 5 segmen 6 segmen 7 segmen 8 segmen 9 segmen 10 segmen
perselisihan batas di
beberapa segmen yang
bermasalah
31.2.1. Pengangkutan Orang 973.423 1.022.094 1.070.765 1.119.436 1.168.108 1.216.779 1.265.450
31.3.1. Pengangkutan Barang (kg) 4.349.949 4.557.090 4.764.230 4.971.371 5.178.511 5.385.652
TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018
31.4 Darat
31.4.1 Jumlah Penumpang 1.964.453 2.062.676 2.160.898 2.259.121 2.357.344 2.455.566 2.553.789
31.5. Laut
31.5.1. Jumlah Penumpang 334.034 350.736 367.437 384.139 400.841 417.543 434.244
TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018
33.4 Penyaluran Kredit (juta) 13.398.812 14.068.753 14.738.693 15.408.634 16.078.574 16.748.515 17.418.456