RESUME
HERMON KAMBUAYA
4122319150002
1) LATAR BELAKANG
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah disusun secara komprehensif dan muatan
materiyang melingkupi seluruh sektor yang mempunyai implikasi pemanfaatan ruang.
Rumusan muatan materi yang diikuti dengan indikasi program pembangunan ditujukan untuk
mencapai tujuan penataan ruang suatu wilayah, yaitu agar terciptanya tata ruang yang aman,
nyaman, produktif dan berkelanjutan. Penyusunan RTRW yang merupakan amanah dari UU
Penataan Ruang no. 26 Tahun 2007 merupakan upaya yang dilakukan agar penataan ruang
tiak hanya berhenti sampai pada tahapan perencanaan tetapi juga jauh lebih penting diikuti
dengan pengawasan dan pengendalian pelaksanan dari rencana itu sendiri. Pada sisi lain UU
No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah telah membagi kewenangan pemerintah pusat
dengan pemerintah daerah dalam pengelolaan berbagai sektor, termasuk di dalamnya adalah
penataan ruang. Dengan dasar UU Pemerintah Daerah tersebut, dalam penataan ruang suatu
wilayah kota juga terdapat hirarki pemanfaatan ruang terkait dengan tingkatan kewenangan
pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Peninjauan kembali (review) rencana tata ruang merupakan upaya untuk melihat
kesesuaian antara rencana tata ruang dan kebutuhan pembangunan yang memperhatikan
perkembangan lingkungan strategis dan dinamika internal, serta pelaksanaan pemanfaatan
ruang. Ketentuan tentang peninjauan kembali rencana tata ruang telah diakomodir dalam
Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 3 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Cilegon Tahun 2010-2030, pada pasal 65 ayat (1) menyebutkan bahwa RTRW yang
telah ditetapkan dapat dilakukan peninjauan kembali dan/atau diubah dalam jangka waktu 5
(lima) tahun.
2) DASAR HUKUM PENYUSUNAN RTRW
Landasan hukum dalam penyusunan Review RTRW Kota Cilegon Tahun 2010 –
2030 adalah :
1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1999 tentang Pembentukan Daerah Tk II
Kotamadya Depok dan Daerah Tk II Kotamadya Cilegon (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3828);
3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Propinsi Banten
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4010)
5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4725);
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059)
7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
NegaraRepublik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
RepublikIndonesia Nomor 5679);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833) sebagaimana telah diubah
denganPeraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2017 tentang Perubahan atas
PeraturanPemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional,(Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6042)
9. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran
Masyarakat Dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2010Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5160)
11. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 tentang Ketelitian Peta Rencana Tata
Ruang(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 8, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5393);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2014 tentang Penataan Wilayah Pertahanan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 190, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5574);
13. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2015-2019 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang RPJMN Tahun 2020-2040;
14. Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Proyek Strategis Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 4) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2018 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Percepatan
Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2018 Nomor 4);
15. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2016 tentang Percepatan
Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 8) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 14 Tahun 2017 tentang Perubatan Atas Peraturan Presiden Nomor
14 tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 27);
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 2012 tentang Penyusunan
Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi dan
Kabupaten/Kota;
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2016 tentang Evaluasi Rancangan
Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Daerah;
18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 116 Tahun 2017 Tentang
Koordinasi Penataan Ruang Daerah;
19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2019 tentang Peran Masyarakat
Dalam Perencanaan Tata Ruang Daerah
20. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2017 tentang Tata Cara Peninjauan Kembali
Rencana Tata Ruang Wilayah
21. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Banten Tahun 2010-2030 (Lembaran Daerah Provinsi Banten
Tahun 2011 Nomor 2), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi
Banten Nomor 5 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Provinsi
Banten Nomor 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten
Tahun 2010-2030 (Lembaran Daerah Provinsi Banten Tahun 2017 Nomor 5);
22. Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kota Cilegon 2010-2030 (Lembaran Daerah Kota Cilegon Tahun
2011 Nomor 3)
3) PROFIL KOTA CILEGON
a. Letak Geografis dan Administrasi
Kota Cilegon adalah sebuah kota di Provinsi Banten, Indonesia. Cilegon berada di
ujung barat laut pulau Jawa, di tepi Selat Sunda. Kota ini dulunya merupakan bagian dari
wilayah Kabupaten Serang, kemudian ditingkatkan statusnya menjadi kota administratif, dan
sejak tanggal 20 April 1999 ditetapkan sebagai kotamadya (sebutan kotamadya diganti
dengan kota sejak tahun 2001). Cilegon dikenal sebagai kota industri, dan menjadi pusat
industri di kawasan Banten bagian barat. Kota Cilegon dilintasi jalan negara lintas Jakarta-
Merak, dan dilalui jalur kereta api Jakarta-Merak.
Berdasarkan letak geografisnya, Kota Cilegon berada dibagian paling ujung sebelah
Barat Pulau Jawa dan terletak pada posisi : 5°52'24" - 6°04'07" Lintang Selatan (LS),
105°54'05" - 106°05'11" Bujur Timur (BT). Secara administratif Kota Cilegon mempunyai
batas-batas wilayah sebagai berikut:
Kota ini merupakan bandar dagang, pusat industri baja dan kimia di Pulau Jawa.
Kecamatan Cilegon;
Kecamatan Ciwandan;
Kecamatan Pulomerak;
Kecamatan Cibeber;
Kecamatan Grogol;
Kecamatan Purwakarta;
Kecamatan Citangkil; dan
Kecamatan Jombang.
Kebijakan penataan ruang wilayah Kota Cilegon adalah arahan pengembangan wilayah Kota
Cilegon yang ditetapkan guna mencapai tujuan penataan ruang wilayah Kota Cilegon dalam
kurun waktu 20 (dua puluh) tahun. Sedangkan strategi penataan ruang wilayah Kota Cilegon
merupakan penjabaran dari kebijakan penataan ruang wilayah Kota Cilegon ke dalam
langkah-langkah pencapaian tindakan yang lebih nyata yang menjadi dasar dalam
penyusunan rencana struktur dan pola ruang wilayah kota. Kebijakan dan strategi tersebut
meliputi:
Sistem pusat pelayanan terdiri atas pusat kegiatan wilayah kota. Pusat pelayanan kota
dan sub pusat pelayanan kota pada dasarnya merupakan lokasi berbagai jenis sarana/fasilitas
perkotaan sesuai dengan skala pelayanannya masing-masing. Sistem perkotaan pada tata
ruang wilayah merupakan bagian dari struktur pelayanan wilayah. Perwujudan sistem
perkotaan dimaksudkan untuk memenuhi pelayanan baik pelayanan fisik, sosial, maupun
ekonomi yang disajikan dalam Gambar 3.1. Hirarki atau tata jenjang pusat-pusat kegiatan
kota yang akan dikembangkan di wilayah Kota Cilegon adalah sebagai berikut:
Pusat Pelayanan Kota (PPK), dengan skala pelayanan kota dan regional. Pusat
Pelayanan Kota (PPK) berada di sekitar pusat kota pada Kecamatan Purwakarta
dengan fungsi pengembangan sebagai pusat perkantoran, industri, perdagangan dan
jasa, HANKAM, Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH) dan Ruang Terbuka Hijau
(RTH).
Sub Pusat Pelayanan Kota (SPPK), meliputi Sub Pusat Pelayanan Kota (SPPK)
IKecamatan Pulomerak di sekitar Kawasan Terminal Terpadu Merak, yang
mempunyai skala pelayanan nasional dalam sistem transportasi darat dan laut. Dan
Sub Pusat Pelayanan Kota (SPPK) berada di Kecamatan Citangkil.
Pusat Lingkungan (PL), dengan skala pelayanan beberapa kelurahan dan/atau
lingkungan permukiman. Pusat-pusat ini meliputi:
1. Pusat Lingkungan (PL) Kecamatan Jombang
2. Pusat Lingkungan (PL) Kecamatan Cibeber
3. Pusat Lingkungan (PL) Kecamatan Cilegon
4. Pusat Lingkungan (PL) Kecamatan Purwakarta
5. Pusat Lingkungan (PL) Kecamatan Ciwandan
6. Pusat Lingkungan (PL) Kecamatan Grogol
7. Pusat Lingkungan (PL) Pulomerak
Jenis kawasan strategis, antara lain adalah kawasan strategis dari sudut kepentingan
pertahanan dan keamanan, pertumbuhan ekonomi, sosial, budaya, pendayagunaan sumber
daya alam dan/atau teknologi tinggi, serta fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
Kawasan strategis dibedakan berdasarkan kewenangannya yaitu nasional, provinsi dan
kabupaten. Untuk lebih jelasnya mengenai kewenangan pada tiap-tiap wilayah tersebut dapat
dilihat di bawah ini:
Kawasan Strategis Nasional (KSN) yang masuk dalam wilayah Kota Cilegon yaitu
Kawasan Selat Sunda. Pengembangan KSN Selat Sunda ditujukan agar dapat mencapai
manfaat pembangunan yang optimal dan tidak menimbulkan dampak yang merugikan maka
diperlukan suatu penataan ruang terpadu yang dapat mengoptimalkan pemanfaatan seluruh
sumberdaya alam yang ada dan meminimalkan seluruh dampak negatif yang ditimbulkan
Kawasan Strategi Provinsi (KSP) yang masuk dalam wilayah Kota Cilegon merupakan
kawasan dengan sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi dan sudut kepentingan fungsi dan
daya dukung lingkungan, meliputi:
Untuk lebih jelasnya Kawasan Strategis Kota Cilegon dapat dilihat pada Gambar 5-1.
Pengembangan dan pengelolaan lebih lanjut kawasan strategis (baik kawasan strategis
Nasional, Provinsi, maupun Kota) dilakukan oleh pejabat berwenang sesuai
kewenanganannya dengan berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku