Anda di halaman 1dari 228

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

NOMOR 13 TAHUN 2011

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG


NOMOR 13 TAHUN 2011
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANGERANG
TAHUN 2011-2031

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANGERANG,

Menimbang : a. bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 26


Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Pasal 78
ayat (4) huruf c mengamanatkan penyusunan
atau penyesuaian Peraturan Daerah tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten;
b. bahwa rencana tata ruang Kabupaten Tangerang
sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang Nomor 3
Tahun 1996 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Tangerang sebagaimana telah
dua kali diubah terakhir dengan Peraturan
Daerah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan
Kedua atas Peraturan Daerah Kabupaten Daerah
Tingkat II Tangerang Nomor 3 Tahun 1996
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Tangerang tidak sesuai lagi dengan
perkembangan sosial, ekonomi, politik,
lingkungan regional, dan global, sehingga
berdampak pada penurunan kualitas ruang di
Kabupaten Tangerang;
c. bahwa penataan ruang dilakukan sesuai kaidah-
kaidah perencanaan yang mencakup azas
keselarasan, keserasian, keterpaduan,
kelestarian, keberlanjutan, serta keterkaitan
antarwilayah;

d. bahwa ...
-2-

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c,
perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Tangerang;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang–Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang–Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam
Lingkungan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara
Tahun 1950);
3. Undang–Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok–Pokok Agraria (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor
104 Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043);
4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang
Perindustrian (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1984 Nomor 22 Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3274);
5. Undang–Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3888);
6. Undang–Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang
Pembentukan Provinsi Banten (Lembaran Negara
Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4010);
7. Undang–Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang
Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4169);
8. Undang–Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4377);

9. Undang...
-3-

9. Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4437) sebagaimana telah dua kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4844);
10. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang
Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 132);
11. Undang–Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4725);
12. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4851);
13. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059);
14. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1982
tentang Irigasi (Lembaran Negara Tahun 1982
Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3226);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2001
tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Tahun
2001 Nomor 127);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006
tentang Irigasi (Lembaran Negara Tahun 2006
Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4624);
18. Peraturan...
-4-

18. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008


tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4833);
19. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009
tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Tahun
2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 5070);
20. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010
tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2010 Nomor 21 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5103);
21. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010
tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat
dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 118,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5160);
22. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2008
tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor,
Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur;
23. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 02
Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi Banten (Lembaran Daerah Provinsi
Banten Tahun 2011 Nomor 2, Tambahan
Lembaran Daerah Provinsi Banten Nomor 32);
24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau
Kawasan Perkotaan;
25. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 17 Tahun 2009 tentang Pedoman
Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup
Dalam Penataan Ruang Wilayah;

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANGERANG
dan
BUPATI TANGERANG

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA
RUANG WILAYAH KABUPATEN TANGERANG
TAHUN 2011–2031.

BAB...
-5-

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam peraturan daerah ini yang dimaksud dengan:


1. Kabupaten adalah Kabupaten Tangerang.
2. Pemerintah Kabupaten adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai
unsur penyelengara pemerintahan daerah.
3. Bupati adalah Bupati Tangerang.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD
adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah.
5. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang
udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah,
tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan
memelihara kelangsungan hidupnya.
6. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
7. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem
jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung
kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki
hubungan fungsional.
8. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang
meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang
untuk fungsi budi daya.
9. Penataan ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.
10. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan
pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan
pelaksanaan program beserta pembiayaannya.
11. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib
tata ruang.
12. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.
13. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten yang selanjutnya disebut RTRW
Kabupaten adalah Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang.
14. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap
unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
administratif dan/atau aspek fungsional.
15. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya
alam dan sumber daya buatan.
16. Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata
air, mencegah banjir, mengendalikan banjir, mencegah intrusi air laut, dan
memelihara kesuburan tanah.

17. Kawasan...
-6-

17. Kawasan rawan bencana alam adalah kawasan yang sering atau berpotensi
tinggi mengalami bencana alam.
18. Reklamasi adalah penimbunan dan pengeringan wilayah perairan.
19. Kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
untuk dibudi dayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam,
sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
20. Kawasan permukiman adalah kawasan yang diarahkan dan diperuntukan
bagi pengembangan permukiman atau tempat tinggal/hunian beserta
prasarana dan sarana lingkungan yang terstruktur.
21. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama
bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat
permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
22. Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama
pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan
fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
23. Kawasan agropolitan adalah kawasan yang meliputi satu atau lebih pusat
kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan
pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya
keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman
dan sistem agrobisnis.
24. Kawasan minapolitan adalah kawasan yang membentuk kota perikanan,
yang memudahkan masyarakat untuk bisa mengembangkan perikanan,
dengan kemudahan memperoleh peralatan tangkap, benih melalui unit
perbenihan rakyat, pengolahan ikan, pasar ikan dan mudah mendapatkan
pakan ikan, yang dikelola oleh salah satu kelompok yang dipercaya oleh
Pemerintah.
25. Kawasan pariwisata adalah kawasan yang mempunyai fungsi utama
pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang
mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti
pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya
alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.
26. Kawasan strategis nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara
nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara,
ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang
ditetapkan sebagai warisan dunia.
27. Kawasan strategis provinsi adalah wilayah yang yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup
provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.
28. Kawasan strategis Kabupaten adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup
Kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.
29. Kawasan...

29. Kawasan Perkotaan Baru Pantura adalah pengembangan lahan reklamasi


dan kawasan daratan pantai secara terpadu di wilayah pantai Utara
Kabupaten Tangerang.
-7-

30. Kawasan peruntukkan pertanian adalah kawasan yang diperuntukkan


bagi ketahanan pangan nasional, juga dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan bahan baku dan penyediaan lapangan kerja, kawasan ini
meliputi kawasan pertanian lahan basah, kawasan pertanian lahan kering,
kawasan peranian tanaman tahunan, atau perkebunan, perikanan, dan ,
kawasan pertanian lahan kering, kawasan peranian tanaman tahunan,
atau perkebunan, perikanan, dan peternakan.
31. Kawasan pertahanan dan keamanan adalah kawasan yang diperuntukan
bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan negara
berdasarkan geostrategi nasional, yang diperuntukan bagi basis militer,
daerah latihan militer, daerah pembuangan amunisi dan peralatan
pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba system persenjataan,
dan/atau kawasan industri sistem pertahanan.
32. Kawasan industri adalah tempat pemusatan kegiatan industri yang
dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang yang dikembangkan
dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri yang telah memiliki izin
usaha kawasan industri.
33. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan
baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan
nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang
bangun dan perekayasaan industri.
34. Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disingkat RTH adalah area
memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih
bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara
alamiah maupun yang sengaja ditanam.
35. Ruang Terbuka Hijau publik yang selanjutnya disebut RTH publik adalah
ruang terbuka hijau yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah
kota/kabupaten yang digunakan untuk kepentingan masyarakat umum.
36. Ruang Terbuka Hijau Privat yang selanjutnya disebut RTH privat adalah
ruang terbuka hijau milik institusi terbuka atau perseorangan yang
pemamfaatannya untuk kalangan terbatas, antara lain berupa kebun atau
halaman rumah/gedung milik masyarakat/swasta yang ditanami
tumbuhan.
37. Saluran Udara Tegangan Tinggi yang selanjutnya disingkat SUTT adalah
saluran udara yang mendistribusikan energi listrik dengan kekuatan 150
(seratus lima puluh) kilovolt yang mendistribusikan dari pusat-pusat
beban menuju gardu-gardu listrik.
38. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi yang selanjutnya disingkat SUTET
adalah saluran udara dengan kekuatan 500 (lima ratus) kilovolt yang
ditujukan untuk menyalurkan energi listrik dari pusat-pusat pembangkit
yang jaraknya jauh menuju pusat-pusat beban sehingga energi listrik bisa
disalurkan dengan efisien.

39. Pusat...

39. Pusat Kegiatan Wilayah yang selanjutnya disingkat PKW adalah kawasan
pusat kegiatan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau
beberapa Kabupaten/kota.
-8-

40. Pusat Kegiatan Wilayah Promosi yang selanjutnya disingkat PKWp adalah
pusat kegiatan yang dipromosikan untuk dikemudian hari dapat
ditetapkan sebagai PKW.
41. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disingkat PKL adalah kawasan
pusat kegiatan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala Kabupaten
atau beberapa kecamatan.
42. Pusat Kegiatan Lokal promosi yang selanjutnya disingkat PKLp adalah
adalah pusat kegiatan yang dipromosikan untuk dikemudian hari dapat
ditetapkan sebagai PKL.
43. Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disingkat PPK adalah kawasan
pusat kegiatan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan
atau beberapa desa.
44. Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjutnya disingkat PPL adalah pusat
permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antardesa.
45. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian
jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukan bagilalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas
permukaan tanah, dibawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas
permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.
46. Sistem jaringan jalan merupakan satu kesatuan jaringan jalan yang terdiri
dari sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder yang
terjalin dalam hubungan hierarki.
47. Jalan arteri primer merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata
tinggi dan jumlah masuk dibatasi secara berdaya guna dengan peranan
pelayanan bagi pergerakan orang dan distribusi barang jasa untuk skala
wilayah pada tataran nasional, regional maupun lokal dengan
menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat–pusat
kegiatan.
48. Jalan kolektor adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan
rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
49. Jalan kolektor primer merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang,
kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi. Jalan
kolektor primer merupakan jalan kolektor dalam skala wilayah.
50. Jalan lokal primer merupakan jalan tingkat lokal dalam skala wilayah yang
berfungsi melayani kebutuhan masyarakat setempat dengan ciri
perjalanan jarak dekat, kecepatan rendah dan frekuensi ulang alik yang
tinggi.

51. Jalan...

51. Jalan lokal sekunder merupakan jalan yang menghubungkan antar


kawasan sekunder dengan kawasan setempat atau perumahan. Jalan ini
didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10 (sempuluh)
kilometer/jam. Lebar badan jalan lokal sekunder tidak kurang dari 5 (lima)
-9-

meter. Kendaraan angkutan barang dan bus tidak di izinkan melalui jalan
ini.
52. Jalan bebas hambatan adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem
jaringan jalan dan sebagai jalan nasional yang penggunanya diwajibkan
membayar bebas hambatan.
53. Daerah irigasi adalah kesatuan lahan yang mendapat air dari satu jaringan
irigasi.
54. Kolam tandon air adalah tempat penampungan air, dalam kondisi cukup
jernih dan mempunyai suhu antara 20ºC–30ºC.
55. Tempat Penampungan sampah Sementara yang selanjutnya disebut TPS
adalah tempat sebelum sampah diangkut ketempat pendauran ulang,
pengolahan, dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu (transfer depo).
56. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu yang selanjutnya disingkat TPST
adalah tempat pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran
ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah.
57. Right of Way yang selanjutnya disingkat ROW adalah ruang milik jalan
yaitu sejalur tanah tertentu di luar ruang manfaat jalan yang masih
menjadi bagian dari ruang milik jalan yang dibatasi oleh tanda batas ruang
milik jalan yang dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan keluasan
keamanan penggunaan jalan antara lain untuk pelebaran ruang manfaat
jalan pada masa yang akan datang.
58. Wilayah pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut
yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan di laut.
59. Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan
pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
60. Orang adalah orang perseorangan dan/atau korporasi.
61. Ketentuan umum peraturan zonasi sistem Kabupaten adalah ketentuan
umum yang mengatur pemanfaatan ruang dan unsur–unsur pengendalian
yang disusun untuk setiap setiap klasifikasi peruntukan/fungsi ruang
sesuai dengan rencana tata ruang wilayah Kabupaten.
62. Koefisien Dasar Bangunan yang selanjutnya disingkat KDB adalah
koefisien perbandingan antara luas lantai dasar bangunan gedung dan
luas persil atau kaveling atau blok peruntukan.
63. Koefisien Lantai Bangunan yang selanjutnya disingkat KLB adalah
koefisien perbandingan antara luas keseluruhan lantai bangunan gedung
dan luas persil atau kaveling atau blok peruntukan.

64. Koefisien...

64. Koefisien Dasar Hijau yang selanjutnya disingkat KDH adalah angka
persentase perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka di luar
bangunan gedung yang diperuntukan bagi pertamanan atau penghijauan
dan luas tanah perpetakan atau daerah perencanaan yang dikuasai sesuai
dengan rencana tata bangunan dan lingkungan.
65. Garis Sempadan Bangunan yang selanjutnya disingkat GSB adalah
sempadan yang membatasi jarak terdekat bangunan terhadap tepi jalan,
-10-

dihitung dari batas terluar saluran air kotor.sampai batas luar muka
bangunan, berfungsi sebagai pembatas ruang atau jarak bebas minimum
dari bidang terluar suatu massa bangunan terhadap lahan yang dikuasai,
batas tepi sungai atau pantai antara massa bangunan yang lain atau
rencana saluran, jaringan tegangan listrik, jaringan pipa gas dan
sebagainya.
66. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah yang selanjutnya disingkat
BKPRD adalah Badan bersifat ad–hoc untuk membantu pelaksanaan tugas
koordinasi penataan ruang di daerah.
67. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang termasuk
masyarakat hukum adat, korporasi, dan/atau pemangku kepentingan
nonpemerintah lain dalam penataan ruang.

BAB II
RUANG LINGKUP WILAYAH DAN MUATAN RTRW
Bagian Kesatu
Ruang Lingkup Wilayah
Pasal 2
(1) Kabupaten secara geografis terletak pada koordinat 106°20’–106°44’ Bujur
Timur dan 5°58’–6°21’ Lintang Selatan, dengan luas daratan kurang lebih
95.961 (sembilan puluh lima ribu sembilan ratus enam puluh satu) hektar,
ditambah kawasan reklamasi pantai dengan luas kurang lebih 9.000
(sembilan ribu) hektar, dengan garis pantai kurang lebih 51(lima puluh
satu) kilometer.
(2) Wilayah perencanaan RTRW Kabupaten terdiri atas 29 (dua puluh
sembilan) kecamatan, 28 (dua puluh delapan) kelurahan dan 246 (dua
ratus empat puluh enam) desa meliputi:
a. Kecamatan Balaraja;
b. Kecamatan Teluknaga;
c. Kecamatan Curug;
d. Kecamatan Kronjo;
e. Kecamatan Tigaraksa;
f. Kecamatan Mauk;
g. Kecamatan Cikupa;
h. Kecamatan Sepatan;
i. Kecamatan Mekar Baru;

j. Kecamatan...

j. Kecamatan Gunung Kaler;


k. Kecamatan Kresek;
l. Kecamatan Kemiri;
m. Kecamatan Sukamulya;
n. Kecamatan Sindang Jaya;
o. Kecamatan Jayanti;
-11-

p. Kecamatan Cisoka;
q. Kecamatan Solear;
r. Kecamatan Jambe;
s. Kecamatan Cisauk;
t. Kecamatan Pagedangan;
u. Kecamatan Legok;
v. Kecamatan Panongan;
w. Kecamatan Pasar Kemis;
x. Kecamatan Rajeg;
y. Kecamatan Sepatan Timur;
z. Kecamatan Pakuhaji;
aa.Kecamatan Sukadiri;
bb. Kecamatan Kosambi; dan
cc. Kecamatan Kelapa Dua.
(3) Batas wilayah Kabupaten meliputi:
a. sebelah Utara berbatasan dengan laut Jawa,
b. sebelah Timur berbatasan dengan Kota Tangerang Selatan, Kota
Tangerang dan Provinsi DKI Jakarta;
c. sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kabupaten
Lebak; dan
d. sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Serang dan Kabupaten
Lebak.

Pasal 3
RTRW Kabupaten disusun sebagai alat operasionalisasi pelaksanaan
pembangunan di wilayah Kabupaten

Pasal 4
RTRW Kabupaten menjadi pedoman untuk:
a. penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah;
b. pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang Kabupaten;
c. mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan antarsektor;
d. penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk lokasi investasi yang
dilaksanakan pemerintah daerah dan/atau masyarakat; dan
e. penyusunan rencana perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

Bagian...

Bagian Kedua
Muatan RTRW
Pasal 5
RTRW Kabupaten memuat:
a. tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah Kabupaten;
b. rencana struktur ruang wilayah Kabupaten;
-12-

c. rencana pola ruang wilayah Kabupaten;


d. penetapan kawasan strategis wilayah Kabupaten;
e. arahan pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten; dan
f. ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten.

BAB III
TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG
WILAYAH KABUPATEN
Bagian Kesatu
Tujuan Penataan Ruang
Pasal 6
Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten untuk mewujudkan Kabupaten
sebagai pusat kegiatan industri, permukiman, dan pengembangan kawasan
Perkotaan Baru Pantura yang berwawasan lingkungan dan berdaya saing
menuju masyarakat madani didukung oleh pertanian yang berkelanjutan
melalui pengembangan pusat-pusat pertumbuhan.

Bagian Kedua
Kebijakan Penataan Ruang
Pasal 7
(1) Untuk mewujudkan Kabupaten sebagai pusat kegiatan industri,
permukiman, dan pengembangan kawasan perkotaan baru Pantura yang
berwawasan lingkungan dan berdaya saing menuju masyarakat madani
didukung oleh pertanian yang berkelanjutan melalui pengembangan pusat-
pusat pertumbuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 disusun
kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten.
(2) Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi:
a. pengembangan kawasan industri yang mempunyai daya saing dan nilai
tambah dengan skala pelayanan nasional;
b. pengembangan kawasan permukiman yang terintegrasi dengan pusat
perkotaan dan pusat pelayanankawasan sekitarnya di seluruh wilayah
Kabupaten;
c. pengembangan Kawasan Perkotaan Baru Pantura yang berwawasan
lingkungan;
d. pengembangan pertanian berkelanjutan; dan
e. peningkatan fungsi kawasan untuk mendukung pertahanan dan
keamanan negara.
Bagian...

Bagian Ketiga
Strategi Penataan Ruang
Pasal 8

(1) Untuk mewujudkan kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) disusun strategi penataan
-13-

ruang wilayah Kabupaten.


(2) Strategi pengembangan kawasan industri yang mempunyai daya saing dan
nilai tambah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf a
meliputi:
a. mempersiapkan ruang kawasan industri dibagian tengah Kabupaten
dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang berwawasan lingkungan;
b. meningkatkan dan membangun infrastruktur pendukung kawasan
industri; dan
c. meningkatkan aksesibilitas antar pusat produksi dan pusat pemasaran.
(3) Strategi pengembangan kawasan permukiman yang terintegrasi dengan
pusat perkotaan dan pusat pelayanan kawasan sekitarnya di seluruh
wilayah Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf b
meliputi:
a. mengintegrasikan pembangunan infrastruktur permukiman dengan
kegiatan industri dan pertanian;
b. mewujudkan pusat–pusat kegiatan wilayah baru yang dipromosikan
sesuai dengan kewenangan Kabupaten;
c. mengembangkan fungsi pusat–pusat kegiatan yang ada di wilayah
Kabupaten sesuai dengan hirarkinya;
d. meningkatkan intensitas pembangunan permukiman di tiap kecamatan
melalui pola pembangunan vertikal, pola perluasan dan/atau
pengembangan kawasan permukiman dengan tetap mempertahankan
ekosistem lingkungan;
e. menata kawasan permukiman Tigaraksa untuk meningkatkan peran
dan fungsi kawasan perkotaan Tigaraksa sebagai pusat pemerintahan
dan ibukota Kabupaten; dan
f. meningkatkan aksesibilitas antar pusat perkotaan, antar pusat desa,
antar pusat perkotaan dan pusat desa.
(4) Strategi pengembangan Kawasan Perkotaan Baru Pantura sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf c meliputi:
a. melaksanakan reklamasi sepanjang pantai Utara Kabupaten dengan
memperhatikan ekosistem sekitarnya; dan
b. membangun dan mengintegrasikan infrastruktur pendukung reklamasi
pantai Utara dengan wilayah daratan Kabupaten.

(5) Strategi...

(5) Strategi pengembangan pertanian berkelanjutan, kawasan minapolitan dan


kawasan agropolitan di bagian Utara wilayah Kabupaten sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf d meliputi:
a. menetapkan kawasan pertanian yang berkelanjutan untuk menunjang
keberadaan kawasan permukiman dan meningkatkan ketahanan
pangan masyarakat Kabupaten;
b. menetapkan kawasan minapolitan di wilayah bagian utara Kabupaten;
c. menetapkan kawasan agropolitan di wilayah bagian tengah Kabupaten;
-14-

dan
d. meningkatkan dan mengembangkan infrastruktur yang mendukung
pengembangan pertanian.
(6) Strategi peningkatan fungsi kawasan untuk mendukung pertahanan dan
keamanan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf e
meliputi:
a. mendukung penetapan kawasan strategis nasional dengan fungsi
khusus kawasan pertahanan dan keamanan negara;
b. mengembangkan kegiatan budi daya secara selektif di dalam dan di
sekitar kawasan untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan
negara;
c. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budi daya tidak
terbangun disekitar kawasan pertahanan dan keamanan negara sebagai
zona penyangga yang memisahkan kawasan pertahanan dan kemanan
negara dengan kawasan budi daya terbangun; dan
d. membantu memelihara dan menjaga aset-aset pertahanan dan
keamanan negara.

BAB IV
RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN
Bagian Kesatu
Umum

Pasal 9

(1) Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten, meliputi:


a. ystem pusat pelayanan; dan
b. ystem jaringan prasarana wilayah Kabupaten.
(2) Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) digambarkan dalam Peta Rencana Struktur Ruang Wilayah
Kabupaten dengan tingkat ketelitian 1 : 50.000 sebagaimana tercantum
dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
peraturan daerah ini.

Bagian...

Bagian Kedua
Sistem Pusat Pelayanan

Pasal 10
(1) Sistem pusat pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1)
huruf a meliputi:
a. sistem perkotaan; dan
b. sistem perdesaan.
-15-

(2) Sistem perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. pusat–pusat perkotaan; dan
b. fungsi pusat pelayanan.
(3) Sistem perkotaan dan sistem perdesaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dituangkan dalam peta Rencana Sistem Pusat Pelayanan Kabupaten
sebagaimana tercantum pada Lampiran II yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari peraturan daerah ini.

Pasal 11
(1) Pusat perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf a
meliputi:
a. pusat–pusat pelayanan yang ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi
meliputi :
1. PKWp perkotaan Kecamatan Balaraja;
2. PKWp perkotaan Kecamatan Teluknaga;
3. PKL perkotaan Kecamatan Kronjo; dan
4. PKL perkotaan Kecamatan Tigaraksa.
b. pusat–pusat pelayanan yang dipromosikan menjadi PKL meliputi :
1. PKLp perkotaan Kecamatan Curug;
2. PKLp perkotaan Kecamatan Mauk;
3. PKLp perkotaan Kecamatan Kosambi;
4. PKLp perkotaan Kecamatan Sepatan;
5. PKLp perkotaan Kecamatan Pasar Kemis;
6. PKLp perkotaan Kecamatan Cikupa; dan
7. PKLp perkotaan Kecamatan Kelapa Dua.
c. pusat – pusat pelayanan yang ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten
meliputi :
1. PPK perkotaan Kecamatan Mekar Baru;
2. PPK perkotaan Kecamatan Gunung Kaler;
3. PPK perkotaan Kecamatan Kresek;
4. PPK perkotaan Kecamatan Kemiri;
5. PPK perkotaan Kecamatan Sukamulya;
6. PPK perkotaan Kecamatan Sindang Jaya;

7. PPK...

7. PPK perkotaan Kecamatan Jayanti;


8. PPK perkotaan Kecamatan Cisoka;
9. PPK perkotaan Kecamatan Solear;
10. PPK perkotaan Kecamatan Jambe;
11. PPK perkotaan Kecamatan Cisauk;
12. PPK perkotaan Kecamatan Pagedangan;
13. PPK perkotaan Kecamatan Legok;
14. PPK perkotaan Kecamatan Panongan;
-16-

15. PPK perkotaan Kecamatan Rajeg;


16. PPK perkotaan Kecamatan Sepatan Timur;
17. PPK perkotaan Kecamatan Pakuhaji; dan
18. PPK perkotaan Kecamatan Sukadiri.
(2) Fungsi dari setiap pusat pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
ayat (1) meliputi:
a. PKWp Perkotaan Kecamatan Balaraja berfungsi sebagai pusat
pemerintahan kecamatan, industri, permukiman kepadatan tinggi, dan
permukiman kepadatan sedang;
b. PKWp Perkotaan Kecamatan Teluknaga berfungsi sebagai pusat
pemerintahan kecamatan, pertanian, permukiman kepadatan rendah,
permukiman kepadatan sedang, perikanan, dan kawasan lindung;
c. PKL Perkotaan Kecamatan Tigaraksa berfungsi sebagai pusat
pemerintahan Kabupaten, industri, permukiman kepadatan tinggi, dan
permukiman kepadatan sedang;
d. PKL Perkotaan Kecamatan Kronjo berfungsi sebagai pusat pemerintahan
kecamatan, pertanian, permukiman kepadatan rendah, permukiman
kepadatan sedang, perikanan,dan kawasan lindung;
e. PKLp Perkotaan Kecamatan Mauk berfungsi sebagai pusat
pemerintahan kecamatan, pertanian, permukiman kepadatan rendah,
permukiman kepadatan sedang, kawasan lindung, perikanan, dan
pertahanan dan keamanan;
f. PKLp Perkotaan Kecamatan Kosambi berfungsi sebagai pusat
pemerintahan kecamatan, pertanian, industri, permukiman kepadatan
rendah dan sedang, kawasan lindung, dan perikanan;
g. PKLp Perkotaan Kecamatan Pasar Kemis berfungsi sebagai pusat
pemerintahan kecamatan, industri, permukiman kepadatan tinggi,
permukiman kepadatan sedang, dan pertanian;
h. PKLp Perkotaan Kecamatan Cikupa berfungsi sebagai pusat
pemerintahan kecamatan, industri, permukiman kepadatan tinggi dan
sedang, dan pertahanan dan keamanan;
i. PKLp Perkotaan Kecamatan Sepatan berfungsi sebagai pusat
pemerintahan kecamatan, pertanian, industri, dan permukiman
kepadatan sedang;

k. PKLp...

j. PKLp Perkotaan Kecamatan Kelapa Dua berfungsi sebagai pusat


pemerintahan kecamatan, industri, permukiman kepadatan tinggi dan
sedang, dan pertahanan dan keamanan;
k. PKLp Perkotaan Kecamatan Curug berfungsi sebagai pusat
pemerintahan kecamatan, industri, permukiman kepadatan tinggi, dan
permukiman kepadatan sedang;
l. PPK Perkotaan Kecamatan Mekar Baru berfungsi sebagai pusat
pemerintahan kecamatan, industri, pertanian, perikanan, dan
permukiman kepadatan sedang;
-17-

m. PPK Perkotaan Kecamatan Gunung Kaler berfungsi sebagai pusat


pemerintahan kecamatan, pertanian, dan permukiman kepadatan
sedang;
n. PPK Perkotaan Kecamatan Kresek berfungsi sebagai pusat pemerintahan
kecamatan, pertanian, dan permukiman kepadatan sedang;
o. PPK Perkotaan Kecamatan Kemiri berfungsi sebagai pusat pemerintahan
kecamatan, pertanian, permukiman kepadatan rendah, dan
permukiman kepadatan sedang;
p. PPK Perkotaan Kecamatan Sukamulya berfungsi sebagai pusat
pemerintahan kecamatan, permukiman kepadatan sedang, dan
pertanian;
q. PPK Perkotaan Kecamatan Sindang Jaya berfungsi sebagai pusat
pemerintahan kecamatan, permukiman kepadatan tinggi, dan
permukiman kepadatan sedang, industri, dan pertanian;
r. PPK Perkotaan Kecamatan Jayanti berfungsi sebagai pusat
pemerintahan kecamatan, industri, permukiman kepadatan tinggi,
permukiman kepadatan sedang, perikanan, dan pertanian;
s. PPK Perkotaan Kecamatan Cisoka berfungsi sebagai pusat pemerintahan
kecamatan, perikanan, permukiman kepadatan tinggi, dan permukiman
kepadatan sedang;
t. PPK Perkotaan Kecamatan Solear berfungsi sebagai pusat pemerintahan
kecamatan, perikanan, dan permukiman kepadatan sedang;
u. PPK Perkotaan Jambe berfungsi sebagai pusat pemerintahan
kecamatan, industri, perikanan, dan permukiman kepadatan sedang;
v. PPK Perkotaan Kecamatan Cisauk berfungsi sebagai pusat pemerintahan
kecamatan, industri, permukiman kepadatan tinggi, dan permukiman
kepadatan sedang;
w. PPK Perkotaan Kecamatan Pagedangan berfungsi sebagai pusat
pemerintahan kecamatan, industri, permukiman kepadatan tinggi, dan
permukiman kepadatan sedang;
x. PPK Perkotaan Kecamatan Legok berfungsi sebagai pusat pemerintahan
kecamatan, industri, dan permukiman kepadatan sedang;
y. PPK Perkotaan Kecamatan Panongan berfungsi sebagai pusat
pemerintahan kecamatan, permukiman kepadatan sedang, dan industri;
z. PPK...
z. PPK Perkotaan Kecamatan Rajeg berfungsi sebagai pusat pemerintahan
kecamatan, permukiman kepadatan sedang, dan pertanian;
aa. PPK Perkotaan Kecamatan Sepatan Timur berfungsi sebagai pusat
pemerintahan kecamatan, pertanian, dan permukiman kepadatan
sedang;
bb. PPK Perkotaan Kecamatan Pakuhaji berfungsi sebagai pusat
pemerintahan kecamatan, perikanan, pertanian, industri, permukiman
kepadatan rendah, permukiman kepadatan sedang, dan kawasan
lindung; dan
cc. PPK Perkotaan Kecamatan Sukadiri berfungsi sebagai pusat
pemerintahan kecamatan, pertanian, permukiman kepadatan rendah,
dan permukiman kepadatan sedang.
(3) Seluruh kecamatan di Kabupaten akan diatur lebih lanjut dengan Rencana
Detail Tata Ruang yang ditetapkan dengan peraturan daerah tersendiri
paling lama 36 (tiga puluh enam) bulan sejak penetapan RTRW Kabupaten.
-18-

Pasal 12
(1) Sistem perdesaan wilayah Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal
10 ayat (1) huruf b merupakan wilayah yang kegiatannya didominasi oleh
kegiatan pertanian dan kepadatan hunian rendah;
(2) Sistem perdesaan dilakukan dengan membentuk PPL yang dihubungkan
dengan sistem jaringan jalan dan infrastruktur yang dibutuhkan untuk
pengembangan perdesaan meliputi :
a. PPL Desa Buaran jati di Kecamatan Sukadiri;
b. PPL Desa Gandaria di Kecamatan Mekar Baru;
c. PPL Desa Laksana di Kecamatan Pakuhaji; dan
d. PPL Desa Rancabango di Kecamatan Rajeg.

Bagian Ketiga
Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Kabupaten
Pasal 13
Sistem jaringan prasarana wilayah Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (1) huruf b meliputi:
a. sistem prasarana utama; dan
b. sistem prasarana lainnya.

Paragraf 1
Sistem Prasarana Utama
Pasal 14
(1) Sistem prasarana utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf a
berupa sistem jaringan transportasi.

(2) sistem...

(2) Sistem jaringan transportasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
:
a. sistem jaringan transportasi darat;
b. sistem jaringan perkeretaapian;
c. sistem jaringan transportasi laut; dan
d. sistem jaringan transportasi udara.
(3) Rencana sistem jaringan transportasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
digambarkan dalam Peta Rencana Sistem Jaringan Transportasi Kabupaten
sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari peraturan daerah ini.

Pasal 15
Sistem jaringan transportasi darat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
ayat (2) huruf a meliputi:
a. jaringan jalan;
b. jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan;
-19-

c. jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan; dan


d. jaringan angkutan sungai, danau, dan penyeberangan.

Pasal 16
Jaringan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf a meliputi:
a. jaringan jalan tol;
b. jaringan jalan arteri primer;
c. jaringan jalan kolektor primer;
d. jaringan jalan lokal;
e. rencana peningkatan jaringan jalan kolektor dan jembatan; dan
f. rencana pembangunan jaringan jalan dan jembatan.

Pasal 17
(1) Jaringan jalan tol sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf a meliputi:
a. jalan tol Tangerang–Merak melewati Kecamatan Kelapa Dua, Kecamatan
Curug, Kecamatan Cikupa, Kecamatan Balaraja dan Kecamatan Jayanti;
b. rencana ruas jalan tol Sepatan Timur–Pakuhaji–Teluknaga–Kosambi–
Bandara Soekarno Hatta melalui Kecamatan Sepatan Timur, Kecamatan
Pakuhaji, Kecamatan Teluknaga, dan Kecamatan Kosambi yang
merupakan bagian sistem jaringan jalan tol JORR II;
c. rencana ruas jalan tol Balaraja–Serpong melewati Kecamatan Balaraja,
Kecamatan Cikupa, Kecamatan Panongan, Kecamatan Legok dan
Kecamatan Pagedangan;
d. rencana ruas jalan tol Lingkar Utara mulai dari Cikupa–Rajeg–Mauk - tol
JORR II melewati Kecamatan Cikupa, Kecamatan Sindang Jaya,
Kecamatan Rajeg, dan Kecamatan Mauk;
e. rencana...

e. rencana pembukaan pintu tol ke arah Merak di pintu tol Balaraja Timur
berada di Kecamatan Balaraja; dan
f. rencana pembukaan pintu tol ke arah Merak di pintu tol Cikupa berada
di Kecamatan Cikupa.

(2) Jaringan jalan arteri primer sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf b
meliputi ruas Jalan Raya Serang yang melewati Kecamatan Curug,
Kecamatan Cikupa, Kecamatan Balaraja, dan Kecamatan Jayanti dengan
panjang jalan kurang lebih 26 (dua puluh enam) kilometer.

(3) Jaringan jalan kolektor primer sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16


huruf c meliputi:
a. rencana pengembangan ruas jalan Kronjo–Mauk–Teluknaga–Bandara
Soekarno-Hatta yang melewati Kecamatan Kosambi, Kecamatan
Teluknaga, Kecamatan Pakuhaji, Kecamatan Sukadiri, Kecamatan
Mauk, Kecamatan Kemiri, Kecamatan Kronjo, dan Kecamatan Mekar
Baru dengan panjang kurang lebih 50 (lima puluh) kilometer.
-20-

b. ruas jalan Tigaraksa–Cisoka–Cikuya–Cikasungka yang menghubungkan


Pusat Pemerintahan Kabupaten dengan Pusat Pemerintahan Kabupaten
Lebak, melewati kecamatan Tigaraksa, Cisoka dan kecamatan Solear,
dengan panjang kurang lebih 18 (delapan belas) kilometer;
c. ruas jalan Malang Nengah – Ranca Kelapa – Kutruk – Tigaraksa yang
menghubungkan Kecamatan Legok dengan pusat pemerintahan
Kabupaten, melewati Kecamatan Legok, Kecamatan Panongan,
Kecamatan Jambe, dan Kecamatan Tigaraksa, dengan panjang kurang
lebih 16 (enam belas) kilometer;
d. ruas jalan Cisauk–Jaha yang merupakan akses dari Cisauk menuju
Legok, melewati Kecamatan Cisauk dan Kecamatan Legok, dengan
panjang kurang lebih 7 (tujuh) kilometer; dan
e. ruas jalan Cisauk–Kranggan, berada di Kecamatan Cisauk, dengan
panjang kurang lebih 5 (lima) kilometer;
f. ruas jalan Bitung–Curug–Legok melewati Kecamatan Curug dan
Kecamatan Legok dengan panjang kurang lebih 13 (tiga belas) kilometer;
g. ruas jalan Karawaci–Legok–Parung panjang melewati Kecamatan Kelapa
Dua dan Kecamatan Legok dengan panjang kurang lebih 14 (empat
belas) kilometer.

(4) Jaringan jalan lokal di Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16


huruf d dirumuskan dalam Tabel Jaringan Jalan Lokal sebagaimana
tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari peraturan daerah ini.

Pasal...

Pasal 18
Rencana peningkatan jaringan jalan kolektor sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 16 huruf e meliputi:
a. ruas jalan Bojong–Pemda yang menghubungkan Pusat Pemerintahan
Kabupaten dengan Jalan Raya Serang melewati Kecamatan Cikupa dan
Kecamatan Tigaraksa dengan ROW 40 (empat puluh) meter dan panjang
lebih kurang 6 kilometer;
b. ruas jalan Cikupa–Pasar Kemis melewati Kecamatan Cikupa, dan
Kecamatan Pasar Kemis dengan ROW 30 meter dan panjang kurang lebih
7,1 (tujuh koma satu) kilometer;
c. ruas jalan Jatiuwung–Pasar Kemis berada di Kecamatan Pasar Kemis
dengan ROW 30 (tiga puluh) meter dan panjang kurang lebih 4 (empat)
kilometer;
d. ruas jalan Sepatan–Mauk melewati Kecamatan Sepatan Timur, Kecamatan
Sepatan, Kecamatan Pakuhaji, Kecamatan Sukadiri dan Kecamatan Mauk
dengan ROW 30 (tiga puluh) meter dan panjang kurang lebih 12 (dua belas)
kilometer;
e. ruas jalan Cadas–Sepatan melewati Kecamatan Sepatan, dengan ROW 30
(tiga puluh) meter dan panjang kurang lebih 6 (enam) kilometer;
-21-

f. ruas jalan Kronjo–Pejamuran melewati berada di Kecamatan Kronjo dengan


ROW 30 (tiga puluh) meter dan panjang kurang lebih 2,4 (dua koma empat)
kilometer;
g. ruas jalan Pejamuran–Ceplak melewati Kecamatan Kronjo, Kecamatan
Kresek dan Kecamatan Sukamulya dengan ROW 30 meter dan panjang
kurang lebih 9,4 (sembilan koma empat) kilometer;
h. ruas jalan Balaraja–Ceplak melewati Kecamatan Balaraja, dan Kecamatan
Sukamulya dengan ROW 30 meter dan panjang kurang lebih 6,3 (enam
koma tiga) kilometer;
i. ruas jalan Kutruk–Jambe melewati Kecamatan Jambe dengan ROW 30
meter dan panjang kurang lebih 2,5 (dua koma lima) kilometer;
j. ruas jalan Kresek–Jenggot melewati Kecamatan Kresek, Kecamatan Gunung
Kaler, dan Kecamatan Mekarbaru dengan ROW 26 (dua puluh enam) meter
dan panjang kurang lebih 13,6 (tiga belas koma enam) kilometer;
k. ruas jalan Kresek–Pejamuran melewati Kecamatan Kresek, Kecamatan
Gunung Kaler, dan Kecamatan Mekarbaru dengan ROW 26 (dua puluh
enam) meter dan panjang kurang lebih 9 (sembilan) kilometer;
l. ruas jalan Ceplak–Kresek melewati Kecamatan Kresek dan Kecamatan
Sukamulya dengan ROW 26 (dua puluh enam) meter dan panjang kurang
lebih 6 (enam) kilometer;
m. ruas jalan Sempur–Saradan–Patrasana melewati Kecamatan Jayanti dan
Kecamatan Kresek dengan ROW 26 (dua puluh enam) meter dan panjang
kurang lebih 7,6(tujuh koma enam) kilometer;
n. ruas jalan Jayanti–Megu melewati Kecamatan Jayanti dan Kecamatan
Cisoka dengan ROW 26 (dua puluh enam) meter dan panjang kurang lebih
7,7 (tujuh koma tujuh) kilometer;
o. ruas...

o. ruas jalan Cisoka–Megu berada di Kecamatan Cisoka dengan ROW 26 (dua


puluh enam) meter dan panjang kurang lebih 2,5(dua koma lima) kilometer;
p. ruas jalan Cangkudu–Cisoka melewati Kecamatan Balaraja dan Kecamatan
Cisoka dengan ROW 26 (dua puluh enam) meter dan panjang kurang lebih
4 (empat) kilometer;
q. ruas jalan Cikuya–Stasiun Kereta Api Cikuya berada di Kecamatan Solear
dengan ROW 26 (dua puluh enam) meter dan panjang kurang lebih 1,2
(satu koma dua) kilometer;
r. ruas jalan Cikasungka–Singaraja berada di Kecamatan Solear dengan ROW
26 (dua puluh enam) meter dan panjang kurang lebih 2 (dua) kilometer;
s. ruas jalan Tigaraksa–Cikuya melewati Kecamatan Tigaraksa dan
Kecamatan Solear dengan ROW 26 (dua puluh enam) meter dan panjang
kurang lebih 9,9 (sembilan koma sembilan) kilometer;
t. ruas jalan Cibadak–Tigaraksa melewati Kecamatan Tigaraksa dan
Kecamatan Cikupa dengan ROW 26 (dua puluh enam) meter dan panjang
kurang lebih 6,9 (enam koma sembilan) kilometer;
u. ruas jalan Tigaraksa–Jambe melewati Kecamatan Tigaraksa dan Kecamatan
Jambe dengan ROW 26 (dua puluh enam) meter dan panjang kurang lebih
7 (tujuh) kilometer;
v. ruas jalan Jambe–Batok berada di Kecamatan Jambe dengan ROW 26 (dua
puluh enam) meter dan panjang kurang lebih 4,8 (empat koma delapan)
kilometer;
-22-

w. ruas jalan Kutruk–Tapos melewati Kecamatan Tigaraksa dan Kecamatan


Jambe dengan ROW 26 (dua puluh enam) meter dan panjang kurang lebih
2,5 (dua koma lima) kilometer;
x. ruas jalan Serdang Kulon–Serdang Wetan melewati Kecamatan Panongan
dan Kecamatan Legok dengan ROW 26 (dua puluh enam) meter dan
panjang kurang lebih 2,5 (dua koma lima) kilometer;
y. ruas jalan Pasar Korelet–Serdang Kulon berada di Kecamatan Panongan
dengan ROW 26 (dua puluh enam) meter dan panjang kurang lebih 2 (dua)
kilometer;
z. ruas jalan Cikupa–Serdang Kulon melewati Kecamatan Cikupa dan
Kecamatan Panongan dengan ROW 26 (dua puluh enam) meter dan
panjang kurang lebih 8,7 (delapan koma tujuh) kilometer;
aa. ruas jalan Curug–Peusar melewati Kecamatan Cikupa dan Kecamatan
Panongan dengan ROW 26 (dua puluh enam) meter dan panjang kurang
lebih 7,3 (tujuh koma tiga) kilometer;
bb. ruas jalan Curug–Binong berada di Kecamatan Curug dengan ROW 26 (dua
puluh enam) meter dan panjang kurang lebih 3,5 (tiga koma lima)
kilometer;
cc. ruas jalan Jatake (Batas Kota Tangerang)–Binong berada di Kecamatan
Curug dengan ROW 26 (dua puluh enam) meter dan panjang kurang lebih
3 (tiga) kilometer;

dd. ruas...

dd. ruas jalan Binong–Bencongan melewati Kecamatan Curug dan Kecamatan


Kelapa Dua dengan ROW 26 (dua puluh enam) meter dan panjang kurang
lebih 3,5 (tiga koma lima) kilometer;
ee. ruas jalan Bencongan–Kelapa Dua berada di Kecamatan Kelapa Dua
dengan ROW 26 (dua puluh enam) meter dan panjang kurang lebih 3 (tiga)
kilometer;
ff. ruas jalan Curug–Carangpulang melewati Kecamatan Curug dan
Kecamatan Kelapa Dua dengan ROW 26 (dua puluh enam) meter dan
panjang kurang lebih 6,2 (enam koma dua) kilometer;
gg. ruas jalan Pagedangan–Legok melewati Kecamatan Pagedangan dan
Kecamatan Legok dengan ROW 26 (dua puluh enam) meter dan panjang
kurang lebih 5 (lima) kilometer;
hh. ruas jalan Pagedangan–Lengkong Kulon–Cihuni berada di Kecamatan
Pagedangan dengan ROW 26 (dua puluh enam) meter dan panjang kurang
lebih 6 (enam) kilometer;
ii. ruas jalan Cisauk–Rumpin melewati Kecamatan Cisauk dengan ROW 26
(dua puluh enam) meter dan panjang kurang lebih 5 (lima) kilometer;
jj. ruas jalan Jambu–Patramanggala melewati Kecamatan Rajeg dan
Kecamatan Kemiri dengan ROW 26 (dua puluh enam) meter dan panjang
kurang lebih 7,1 (tujuh koma satu) kilometer;
kk. ruas jalan Rajeg–Mauk melewati Kecamatan Rajeg dan Kecamatan Mauk
dengan ROW 26 (dua puluh enam) meter dan panjang kurang lebih 8,1
(delapan koma satu) kilometer;
ll. ruas jalan Pasar Kemis–Rajeg melewati Kecamatan Pasar Kemis dan
Kecamatan Rajeg dengan ROW 26 (dua puluh enam) meter dan panjang
kurang lebih 6,7 (enam koma tujuh) kilometer;
-23-

mm. ruas jalan Gintung–Sukadiri berada di Kecamatan Sukadiri dengan ROW


26 (dua puluh enam) meter dan panjang kurang lebih 4 (empat) kilometer;
nn. ruas jalan Cituis–Sukadiri berada di Kecamatan Sukadiri dengan ROW 26
(dua puluh enam) meter dan panjang kurang lebih 2,3 (dua koma tiga)
kilometer;
oo. ruas jalan Gardu–Tanah Merah melewati Kecamatan Pakuhaji, Kecamatan
Sepatan, dan Kecamatan Sepatan Timur dengan ROW 26 (dua puluh enam)
meter dan panjang kurang lebih 7,8 (tujuh koma delapan) kilometer;
pp. ruas jalan Sepatan–Kedaung Barat melewati Kecamatan Sepatan dan
Kecamatan Sepatan Timur dengan ROW 26 (dua puluh enam) meter dan
panjang kurang lebih 4,1 (empat koma satu) kilometer;
qq. ruas jalan Bayur Sangego–Kedaung Barat melewati Kecamatan Sepatan
Timur dengan ROW 26 (dua puluh enam) meter dan panjang kurang lebih
4 (empat) kilometer;
rr. ruas jalan Kedaung Barat–Kali Baru (Kohod) melewati Kecamatan Sepatan
Timur dan Kecamatan Pakuhaji dengan ROW 26 (dua puluh enam) meter
dan panjang kurang lebih 8,2 (delapan koma dua) kilometer;

ss. ruas...

ss. ruas jalan Bojong Renged–Teluknaga berada di Kecamatan Teluknaga


dengan ROW 26 (dua puluh enam) meter dan panjang kurang lebih 4,8
(empat koma delapan) kilometer;
tt. ruas jalan Teluknaga–Tanjung Pasir berada di Kecamatan Teluknaga
dengan ROW 26 (dua puluh enam) meter dan panjang kurang lebih 6,3
(enam koma tiga) kilometer;
uu. ruas jalan Pangkalan–Tanjung Burung berada di Kecamatan Teluknaga
dengan ROW 26 (dua puluh enam) meter dan panjang kurang lebih 5 (lima)
kilometer;
vv. ruas jalan Rawarengas–Kosambi berada di Kecamatan Kosambi dengan
ROW 26 (dua puluh enam) meter dan panjang kurang lebih 8,5 (delapan
koma lima) kilometer;
ww. ruas jalan Jatimulya–Dadap berada di Kecamatan Kosambi dengan ROW
26 (dua puluh enam) meter dan panjang kurang lebih 3,6 (tiga koma enam)
kilometer;
xx. ruas jalan Merak–Buniayu berada di Kecamatan Sukamulya ROW 26 (dua
puluh enam) meter dan panjang kurang lebih 3,3 (tiga koma tiga) kilometer;
yy. ruas jalan Buniayu–Jambu melewati Kecamatan Sukamulya dan
Kecamatan Rajeg dengan ROW 26 (dua puluh enam) meter dan panjang
kurang lebih 3,8 (tiga koma delapan) kilometer;
zz. ruas jalan Daon–Jambu berada di Kecamatan Rajeg dengan ROW 26 (dua
puluh enam) meter dan panjang kurang lebih 3 (tiga) kilometer;
aaa. ruas jalan Kukun–Daon berada di Kecamatan Rajeg dengan ROW 26 (dua
puluh enam) meter dan panjang kurang lebih 4,7 (empat koma tujuh)
kilometer;
bbb.ruas jalan Kukun–Cadas melewati Kecamatan Sepatan, Kecamatan Pasar
Kemis, dan Kecamatan Rajeg dengan ROW 26 (dua puluh enam) meter dan
panjang kurang lebih 7,8 (tujuh koma delapan) kilometer;
-24-

ccc. ruas jalan Muncul–Suradita berada di Kecamatan Cisauk dengan ROW 26


(dua puluh enam) meter dan panjang kurang lebih 2 (dua) kilometer; dan
ddd.rencana peningkatan jembatan yaitu jembatan Kelapa Dua mulai dari
batas Kota Tangerang ke arah rumah sakit Siloam Gleaneagles di
Kecamatan Kelapa Dua dengan panjang kurang lebih 100 (seratus) meter.

Pasal 19
Rencana pembangunan jaringan jalan dan jembatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16 huruf f meliputi:
a. ruas jalan pesisir pantai dari Kohod–Tanjung Burung–Tanjung Pasir–
Muara–Lemo–Salembaran Jaya–Kosambi Barat–Kosambi Timur–Dadap,
melewati Kecamatan Pakuhaji, Teluknaga dan kecamatan Kosambi dengan
ROW 30 (tiga puluh) meter dan panjang kurang lebih 20(dua puluh)
kilometer;

b. ruas...

b. ruas jalan pesisir pantai dari Jenggot–Muncung–Kronjo–Pagedangan Ilir–


Lontar –Karanganyar–Patra Manggala–Mauk Barat–Mauk Timur–Ketapang
melewati kecamatan Mekar baru, Kronjo, Kemiri dan kecamatan Mauk
dengan ROW 30 (tiga puluh) meter dan dan panjang kurang lebih 20 (dua
puluh) kilometer
c. ruas jalan poros tengah yang meliputi ruas jalan Cikupa–Sindangjaya–
Rajeg–Mauk–Kawasan Reklamasi, melewati KecamatanCikupa, Kecamatan
Sindang Jaya, Kecamatan Rajeg, dan Kecamatan Mauk dengan ROW 30
(tiga puluh) meter dan panjang kurang lebih 20 (dua puluh) kilometer;
d. ruas jalan sejajar dengan jalan tol dari Desa Bunder, Kecamatan Cikupa –
Desa Cibadak Kecamatan Balaraja, melewati Kecamatan Cikupa,
Kecamatan Sindang Jaya dan Kecamatan Balaraja dengan ROW 26 (dua
puluh enam) meter dan panjang kurang lebih 10 (sepuluh) kilometer;
e. ruas jalan Cadas–Kukun–Benda–Buniayu–Jengkol, melewati Kecamatan
Sepatan Timur, Kecamatan Sepatan, Kecamatan Rajeg, Kecamatan Kemiri,
Kecamatan Sukamulya, dan Kecamatan Kresek dengan ROW 30 (tiga
puluh) meter dan panjang kurang lebih 21 (dua puluh satu) kilometer;
f. ruas jalan Peusar–Budimulya–Bojong–Jalan Raya Serang, melewati
Kecamatan Cikupa dan Kecamatan Panongan dengan ROW 26 (dua puluh
enam) meter dan panjang kurang lebih 4 (empat) kilometer;
g. ruas jalan Desa Margasari–Desa Mekar Bakti melewati Kecamatan
Tigaraksa dan Kecamatan Panongan, dengan ROW 26 (dua puluh enam)
meter dan panjang kurang lebih 3 (tiga) kilometer;
h. ruas jalan Sampora–Pakulonan melewati Kecamatan Cisauk, Kecamatan
Pagedangan, dan Kecamatan Kelapa Dua dengan ROW 36 (tiga puluh enam)
meter dan panjang kurang lebih 13 (tiga belas) kilometer;
i. ruas jalan yang menghubungkan wilayah daratan Kabupaten dengan
rencana pengembangan Kawasan Reklamasi di pantai utara melewati
Kecamatan Kosambi, Kecamatan Teluknaga, Kecamatan Pakuhaji, dan
Kecamatan Mauk dengan ROW 30 (tiga puluh) meter;
j. Ruas jalan Ruas jalan Balaraja – Kelapa dua, yang merupakan bagian dari
ruas MRT (Mass Rapid Transport) Balaraja – Cikarang melewati Kecamatan
-25-

Balaraja, Kecamatan Sindang Jaya, Kecamatan Cikupa, Kecamatan Curug


dan Kecamatan Kelapa Dua;
k. jembatan yang menghubungkan kecamatan Pagedangan dan Serpong (Kota
Tangerang Selatan) di Kecamatan Pagedangan, dengan panjang kurang
lebih 120 (seratus dua puluh) meter;
l. jembatan yang menghubungkan kecamatan Tigaraksa dan kecamatan
Panongan di Kecamatan Tigaraksa dan Kecamatan Panongan dengan
panjang kurang lebih 70 (tujuh puluh) meter;
m. jembatan yang menghubungkan kecamatan Sepatan Timur dan Kota
Tangerang di Kecamatan Sepatan Timur dengan panjang jembatan kurang
lebih 175 (seratus tujuh puluh lima) meter;

n. jembatan...

n. jembatan Sukadiri di Kecamatan Sukadiri dengan panjang kurang lebih 70


(tujuh puluh) meter;
o. Jembatan Dadap I di Kecamatan Kosambi dengan panjang kurang lebih
100 (seratus) meter; dan
p. Jembatan Dadap II di Kecamatan Kosambi dengan panjang kurang lebih
100 (seratus) meter.
q. Jembatan yang menghubungkan Kecamatan Teluk Naga dan Pakuhaji
dengan panjang jembatan kurang lebih 175 (seratus tujuh puluh lima)
meter.

Pasal 20
Jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 huruf b meliputi:
a. Angkutan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) meliputi:
1. Kali Deres–Kronjo/Kresek;
2. Balaraja–Tomang;
3. Balaraja–Bekasi;
4. Balaraja–Tanjung Priuk;
5. Balaraja–Kampung Rambutan;
6. Balaraja–Kali Deres;
7. Citra Raya–Blok M;
8. Citra Raya–Mangga Dua;
9. Citra Raya–Ratu Plaza;
10. Merak–Balaraja–Bandung;
11. Merak –Balaraja–Cirebon;
12. Kali Deres–Balaraja–Labuan;
13. Kali Deres–Balaraja–Rangkas Bitung;
14. Kali Deres–Tigaraksa–Tenjo;
15. Kalideres–Tigaraksa;
16. Kali Deres–Balaraja–Merak;
17. Rangkas Bitung–Balaraja–Bandung;
-26-

18. Cimone–Curug–Parung Panjang;


19. Rangkas Bitung–Balaraja–Cikarang; dan
20. Rangkas Bitung–Balaraja–Tanjung Priuk.
b. Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) meliputi:
1. Pasar Baru–Mauk-Kronjo;
2. Pasar Baru–Sepatan–Keramat;
3. Terminal Poris Plawad–Sewan– Kampung Melayu -Cituis;
4. Terminal Kali Deres–Pasar Kemis;
5. Kotabumi–Kali Deres;
6. Terminal Cimone–Tigaraksa–Cisoka;
7. Terminal Cimone–Balaraja–Kronjo;

8. Terminal...

8. Terminal Cimone–Parung Panjang;


9. Terminal Poris Plawad–Bonang;
10. Terminal Poris Plawad–Medang Lestari;
11. Terminal Poris Plawad–Pos Legok;
12. Terminal Cimone–Lippo–Binong Permai;
13. Terminal Cimone–Lippo–Curug;
14. Terminal PDAM–Perum II, III dan IV–Cikupa;
15. Terminal Pakupatan–Balaraja;
16. Balaraja–Cikande–Kragilan;
17. Terminal Cimone–Tigaraksa;
18. Terminal Poris Plawad–Lippo–Perum II; dan
19. Dadap–Cikokol.

Pasal 21
(1) Jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 huruf c meliputi:
a. terminal penumpang;
b. terminal barang; dan
c. jembatan timbang.
(2) Terminal penumpang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi:
a. optimalisasi terminal penumpang tipe B di Kecamatan Balaraja;
b. pembangunan terminal penumpang tipe B di Kecamatan Teluknaga;
c. optimalisasi dan peningkatan sub terminal Cisoka menjadi terminal tipe
C dan pembangunan terminal penumpang tipe C di kecamatan lainnya;
dan
d. pembangunan terminal penumpang terpadu tipe B di Kecamatan
Pakuhaji dan Kecamatan Cisauk.
e. Pembangunan terminal penumpang tipe A di Kecamatan Curug.
(3) Terminal barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi
pembangunan terminal barang dry port di Kecamatan Jambe.
-27-

(4) Jembatan timbang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c berada di
Kecamatan Legok, Kecamatan Cisauk, Kecamatan Curug, dan Kecamatan
Kosambi.

Pasal 22
Jaringan sungai, danau dan penyeberangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 15 huruf d, merupakan pengembangan pelayanan angkutan sungai,
danau, dan penyeberangan meliputi:
a. sistem penyeberangan di Desa Cituis, Kecamatan Pakuhaji ke Kepulauan
Seribu; dan
b. sistem penyeberangan di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga ke
Kepulauan Seribu.

Pasal...

Pasal 23
Sistem jaringan perkeretaapian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat
(2) huruf b merupakan perkeretaapian umum yang melayani angkutan
penumpang dan barang meliputi:
a. pengembangan sistem rel ganda (double track) yang akan melewati
Kecamatan Cisauk–Kecamatan Pagedangan–Kecamatan Legok–Kecamatan
Panongan–Kecamatan Jambe–Kecamatan Cisoka; dan
b. pengembangan Stasiun Kereta Api Daru di Kecamatan Jambe.

Pasal 24
(1) Sistem jaringan transportasi laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
ayat (2) huruf c meliputi :
a. pelabuhan laut; dan
b. alur pelayaran.
(2) Pelabuhan laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. rencana pembangunan terminal pelabuhan yang merupakan bagian dari
Pelabuhan Tanjung Priok di Daerah Khusus Ibukota Jakarta, berada di
kawasan reklamasi Pantura; dan
b. rencana pembangunan pelabuhan khusus batu bara di Kecamatan
Kronjo.
(3) Alur pelayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b akan
ditetapkan lebih lanjut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang–
undangan.

Pasal 25
(1) Sistem jaringan transportasi udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
ayat (2) huruf d terdiri atas bandar udara dan ruang udara.
(2) Bandar udara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi bandar udara
yang berfungsi sebagai penerbangan komersil dan pusat pelatihan
penerbangan.
(3) Bandar udara yang berfungsi sebagai penerbangan komersil ditetapkan di
Bandar Udara Internasional Soekarno–Hatta sebagai bandar udara
-28-

pengumpul skala primer yang terletak di Kecamatan Kosambi dan


Kecamatan Teluknaga.
(4) Bandar udara yang berfungsi sebagai pusat pelatihan penerbangan
ditetapkan di Bandar Udara Budiarto sebagai bandar udara pengumpan
yang terletak di Kecamatan Legok.
(5) Ruang udara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan Kawasan
Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) terdiri atas:
a. KKOP Bandara Soekarno–Hatta meliputi :
1. Kecamatan Teluknaga;
2. Kecamatan Kosambi;
3. Kecamatan Sepatan;

4. Kecamatan...

4. Kecamatan Sepatan Timur; dan


5. Kecamatan Pasar Kemis;
b. KKOP Bandara Budiarto meliputi :
1. Kecamatan Curug;
2. Kecamatan Panongan;
3. Kecamatan Legok;
4. Kecamatan Pagedangan; dan
5. Kecamatan Kelapa Dua.

Paragraf 2
Sistem Prasarana Lainnya
Pasal 26
Sistem prasarana lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf b
meliputi :
a. rencana sistem jaringan energi/kelistrikan;
b. rencana sistem jaringan telekomunikasi;
c. rencana sistem jaringan sumber daya air; dan
d. rencana sistem jaringan prasarana wilayah lainnya.

Pasal 27
(1) Rencana sistem jaringan energi/kelistrikan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 26 huruf a meliputi:
a. rencana pengembangan jaringan listrik, dan
b. rencana pengembangan jaringan gas.
(2) Pengembangan jaringan listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a meliputi:
a. penambahan kapasitas jaringan listrik sesuai dengan arah
pengembangan wilayah dan kegiatan;
b. pengembangan jaringan SUTET 500 (lima ratus) kilovolt yang melintasi
Kecamatan Cisauk, Kecamatan Pagedangan, Kecamatan Panongan,
Kecamatan Tigaraksa, Kecamatan Cisoka, Kecamatan Jayanti,
-29-

Kecamatan Pasar Kemis, Kecamatan Sindang Jaya, Kecamatan


Sukamulya, dan Kecamatan Kresek;
c. pembangunan jaringan baru SUTET 500 (lima ratus) kilovolt yang
melintasi Kecamatan Kresek, Kecamatan Rajeg, Kecamatan Sepatan,
Kecamatan Sepatan Timur;
d. pengembangan jaringan SUTT 150 (seratus lima puluh) kilovolt yang
melintasi Kecamatan Pagedangan, Kecamatan Curug, Kecamatan
Panongan, Kecamatan Tigaraksa, Kecamatan Sukamulya, Kecamatan
Kresek, Kecamatan Sindang Jaya, Kecamatan Pasar Kemis, dan
Kecamatan Kelapa Dua serta Kecamatan Serpong Kota Tangerang
Selatan–Kecamatan Bojonegara Kota Cilegon yang melintasi wilayah
Kabupaten;
e. pengembangan...

e. pengembangan PLTU Lontar dengan kapasitas 300 (tiga ratus) sampai


dengan 400 (empat ratus) megawatt di Kecamatan Kemiri; dan
f. pengembangan gardu induk 150 (seratus lima puluh) kilovolt yang
berada di Kecamatan Pagedangan, Kecamatan Panongan, Kecamatan
Tigaraksa, Kecamatan Pasar Kemis, Kecamatan Sindang Jaya,
Kecamatan Sepatan, Kecamatan Balaraja dan Kecamatan Kresek.
(3) Rencana pengembangan jaringan gas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b meliputi:
a. pengembangan jaringan pipa gas untuk memenuhi kebutuhan industri
dan rumah tangga melintasi Kecamatan Pasar Kemis, Kecamatan
Sindang Jaya, Kecamatan Tigaraksa, Kecamatan Balaraja, dan
Kecamatan Cisoka;
b. pembangunan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) di ruas jalan
utama yang memiliki kepadatan tinggi khususnya untuk angkutan
penumpang umum meliputi:
1. ruas jalan Kronjo–Mauk–Teluknaga–Bandara Soekarno-Hatta;
2. ruas jalan Malangnengah–Ranca Kelapa–Kutruk–Tigaraksa;
3. ruas jalan Cisauk–Jaha;
4. ruas jalan Cisauk–Kranggan;
5. ruas jalan Cikupa–Mauk;
6. ruas jalan Karawaci–Legok–Parungpanjang;
7. ruas jalan Cadas–Kukun–Benda–Buniayu–Jengkol; dan
8. ruas jalan Tigaraksa–Cisoka–Cikuya–Cikasungka.
c. pengembangan jaringan gas Serpong–Merak melintasi Kecamatan Kelapa
Dua, Kecamatan Curug, Kecamatan Cikupa, Kecamatan Balaraja, dan
Kecamatan Jayanti;
d. rencana pembangunan jalur pipa transmisi gas melintasi Kecamatan
Kelapa Dua, Kecamatan Curug, Kecamatan Panongan, Kecamatan
Tigaraksa, Kecamatan Balaraja, Kecamatan Cisoka, dan Kecamatan
Jayanti; dan
e. pengembangan jaringan gas Avtur dari pantai Utara melintasi
Kecamatan Teluknaga dan Kecamatan Kosambi ke Bandara Soekarno-
Hatta.
(4) Rencana sistem jaringan energi/kelistrikan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 24 huruf a digambarkan dalam Peta Rencana Sistem jaringan
-30-

energi/kelistrikan Kabupaten sebagaimana tercantum dalam Lampiran V


yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan daerah ini.

Pasal 28
(1) Rencana sistem jaringan telekomunikasi Kabupaten sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 26 huruf b meliputi:
a. telepon kabel; dan
b. nirkabel.
(2) Telepon kabel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan
jaringan telepon kabel yang dikelola oleh PT. Telkom.

(3) Nirkabel...
(3) Nirkabel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan
jaringan telepon seluler yang dikelola oleh swasta.
(4) Rencana pengembangan telepon kabel sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a meliputi:
a. pengembangan jaringan primer melintasi ruas jalan Tangerang-Merak
dan jaringan sekunder tersebar di seluruh kecamatan; dan
b. pengembangan jaringan telekomunikasi pada pusat–pusat kegiatan
pemerintahan, perdagangan dan jasa, industri, permukiman serta
kegiatan lainnya.
(5) Rencana pengembangan nirkabel sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b meliputi:
a. pengaturan menara telekomunikasi yang dilakukan melalui
pembangunan menara telekomunikasi bersama dalam zona-zona
telekomunikasi tersebar di seluruh kecamatan; dan
b. penetapan zona, jumlah dan lokasi menara telekomunikasi bersama
diatur dengan peraturan Bupati.
(6) Rencana sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada
pasal 26 huruf b digambarkan dalam Peta Rencana Jaringan
telekomunikasi Kabupaten sebagaimana tercantum dalam Lampiran VI
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan daerah ini.

Pasal 29
Rencana sistem jaringan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal
26 huruf c meliputi:
a. jaringan sumber daya air lintas provinsi dan lintas Kabupaten/kota yang
berada pada wilayah Kabupaten;
b. wilayah sungai Kabupaten;
c. jaringan irigasi;
d. jaringan air baku untuk air minum;
e. jaringan air ke kelompok pengguna; dan
f. sistem pengendalian banjir.

Pasal 30
(1) Jaringan sumber daya air lintas provinsi yang berada pada wilayah
Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf a meliputi :
-31-

a. Sungai Cisadane; dan


b. Sungai Cidurian;
(2) Jaringan sumber daya air lintas Kabupaten/kota yang berada pada wilayah
Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam pasal 29 huruf a meliputi :
a. Sungai Cicayur;
b. Sungai Cirarab;
c. Sungai Cisabi; dan
d. Kali Perancis.
(3) Wilayah...

(3) Wilayah sungai Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam pasal 29 huruf b


meliputi :
a. wilayah sungai yang meliputi :
1. Sungai Ciapus;
2. Sungai Ciasin;
3. Sungai Cibarebeg;
4. Sungai Cibiuk/Cilaku;
5. Sungai Cibolang;
6. Sungai Cibugel;
7. Sungai Cicalengka;
8. Sungai Ciconteng;
9. Sungai Cigarukgak;
10. Sungai Cimauk;
11. Sungai Cijantra;
12. Sungai Cikakalen;
13. Sungai Cikolear;
14. Sungai Cileuleus;
15. Sungai Cilongo;
16. Sungai Cilongok;
17. Sungai Cilowong;
18. Sungai Cimaneuh;
19. Sungai Cimanceuri;
20. Sungai Cimatuk;
21. Sungai Ciodeng;
22. Sungai Cipasilian;
23. Sungai Cipayaeun;
24. Sungai Cirajeun;
25. Sungai Cirangon;
26. Sungai Cirumpak;
27. Sungai Cisauk;
28. Sungai Ciselatip;
29. Sungai Cisoge;
30. Sungai Cituis;
-32-

31. Kali Ketapang;


32. Kali Kramat;
33. Kali Apung;
34. Kali Asin; dan
35. Sungai Tahang.

b. Danau...

b. Danau atau situ yang meliputi :


1. Situ Pondok di Kecamatan Sindang Jaya;
2. Situ Cilongok di Kecamatan Pasar Kemis;
3. Situ Pasirgadung di Kecamatan Cikupa;
4. Situ Kelapa Dua di Kecamatan Kelapa Dua;
5. Situ Cihuni di Kecamatan Pagedangan;
6. Situ Jengkol di Kecamatan Solear;
7. Rawa Ranca Ilat di Kecamatan Kronjo;
8. Rawa Waluh di Kecamatan Kronjo;
9. Rawa Garukgak di Kecamatan Kresek;
10. Rawa Patrasana di Kecamatan Kresek;
11. Rawa Gabus di Kecamatan Kresek;
12. Rawa Genggong di Kecamatan Kresek;
13. Rawa Setingin di Kecamatan Kemiri;
14. Rawa Gede di Kecamatan Sukadiri;
15. Rawa Kepuh di Kecamatan Pakuhaji;
16. Rawa Gelam di Kecamatan Pasar Kemis;
17. Rawa Warung Rebo di Kecamatan Sindang Jaya; dan
18. Rawa Jambu di Kecamatan Rajeg.
(4) Rencana pengembangan sumber daya air dilakukan melalui :
a. peningkatan fungsi sungai baik lintas provinsi, lintas kabupaten/kota
maupun yang berada dalam wilayah Kabupaten; dan,
b. peningkatan fungsi situ sebagai cadangan air baku.
(5) pendayagunaan sumber daya air secara adil dan berkelanjutan dengan
mengutamakan kebutuhan pokok masyarakat meliputi :
a. untuk sungai Cisadane, Sungai Cidurian dan Sungai Cimanceuri
melayani kecamatan-kecamatan yang terbagi atas zona-zona pelayanan.
b. untuk sungai-sungai lainnya melayani daerah sekitarnya saja.

Pasal 31
Wilayah sungai Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf b
termasuk dalam Wilayah Sungai Cidanau-Citarum yang meliputi :
a. DAS Cisadane;
b. DAS Ciliwung;
-33-

c. DAS Citarum;
d. DAS Cidanau;
e. DAS Ciujung; dan
f. DAS Cidurian.

Pasal...

Pasal 32
(1) Jaringan irigasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf c meliputi:
a. Daerah Irigasi yang menjadi kewenangan Pemerintah meliputi :
1. Daerah Irigasi Cisadane dengan luas kurang lebih 22.392 (dua
puluh dua ribu tiga ratus sembilan puluh dua) hektar; dan
2. Daerah Irigasi Cidurian dengan luas kurang lebih 10.272 (sepuluh
ribu dua ratus tujuh puluh dua) hektar;
b. Daerah Irigasi yang menjadi kewenangan Kabupaten seluas kurang
lebih 3.483 (tiga ribu empat ratus delapan puluh tiga) hektar,
meliputi :
1. Daerah Irigasi Cibarengkok;
2. Daerah Irigasi Cihuni;
3. Daerah Irigasi Cikolear;
4. Daerah Irigasi Jeletreng;
5. Daerah Irigasi Kadu Agung;
6. Daerah Irigasi Kalibaru;
7. Daerah Irigasi Kelapa Dua;
8. Daerah Irigasi Kutruk;
9. Daerah Irigasi Pasir Gadung;
10. Daerah Irigasi Pasir Nangka;
11. Daerah Irigasi Pete;
12. Daerah Irigasi Ranca Buaya;
13. Daerah Irigasi Rawa Pondok;
14. Daerah Irigasi Susukan;
15. Daerah Irigasi Babakan Asem;
16. Daerah Irigasi Cibarengkok II;
17. Daerah Irigasi Cilongok;
18. Daerah Irigasi Cipojok/Cipeucang
19. Daerah Irigasi Cijantra;
20. Daerah Irigasi Cisauk; dan
21. Daerah Irigasi Cogreg.
(2) Rencana pengembangan sistem jaringan irigasi dilakukan melalui:
a. optimalisasi penggunaan air irigasi untuk meningkatkan
produktivitas pertanian;
b. perbaikan saluran irigasi; dan
-34-

c. perbaikan bangunan air.


(3) Rencana sistem jaringan irigasi sebagaimana dimaksud pada pasal 29
huruf c digambarkan dalam Peta Rencana Sistem Jaringan irigasi
Kabupaten sebagaimana tercantum dalam Lampiran VII yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari peraturan daerah ini.

Pasal...

Pasal 33
(1) Sistem jaringan air baku untuk air minum sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 29 huruf d berupa sumber–sumber air untuk keperluan domestik
atau rumah tangga, industri, dan lain–lain meliputi:
a. sungai yang ada dalam wilayah Kabupaten meliputi :
1. Sungai Cisadane;
2. Sungai Cidurian;
3. Sungai Cimanceuri;
4. Sungai Cirarab; dan
5. Sungai kecil lainnya.
b. air tanah dangkal.
(2) Rencana pengembangan Jaringan irigasi meliputi :
a. pengembangan dan pembangunan prasarana dan sarana air baku untuk
air minum; dan
b. pengendalian penggunaan air tanah dangkal.

Pasal 34
(1) Sistem jaringan air ke kelompok pengguna sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 29 huruf e meliputi:
a. kelompok Bina Tani Maju;
b. kelompok Rakomas;
c. kelompok Paku Jajar;
d. kelompok Mekar Tani Murni;
e. kelompok Karisma;
f. kelompok Kadu Sarima;
g. kelompok Sri Asih; dan
h. kelompok Cikambunda.
(2) Rencana pengembangan sistem jaringan air ke kelompok pengguna
dilakukan melalui :
a. pengembangan dan pemeliharaan jaringan air ke kelompok pengguna;
dan
b. alih teknologi penggunaan air

Pasal 35
Sistem pengendalian banjir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf f
meliputi:
-35-

a. rehabilitasi saluran drainase dengan memperbesar saluran drainase serta


membongkar dan/atau mengganti utilitas yang dapat mengganggu sistem
drainase;
b. normalisasi Sungai Cisadane, Sungai Cidurian, dan Sungai Cimanceuri
berupa pengerukan, pelurusan, penyayatan bagian sungai yang sempit
serta pembuatan tebing penguat di tepi sungai, serta pengembangan fungsi
bantaran sungai;
c. operasi...

c. operasi dan pemeliharaan yang optimal dan efisien;


d. memperluas daerah pelayanan yaitu dengan membuat dan memperbaiki
saluran drainase khususnya di lokasi banjir;
e. penerapan manajemen daerah pengaliran sungai, situ dan pantai dengan
membentuk badan pengelola; dan
f. pembangunan kolam tandon air direncanakan di wilayah kecamatan rawan
banjir meliputi :
1. Kecamatan Kemiri;
2. Kecamatan Kronjo;
3. Kecamatan Sepatan;
4. Kecamatan Sepatan Timur;
5. Kecamatan Pakuhaji;
6. Kecamatan Mauk;
7. Kecamatan Rajeg;
8. Kecamatan Balaraja;
9. Kecamatan Tigaraksa;
10. Kecamatan Jambe;
11. Kecamatan Teluknaga;
12. Kecamatan Pasar Kemis;
13. Kecamatan Kresek;
14. Kecamatan Cisoka;
15. Kecamatan Solear; dan
16. Kecamatan Jayanti.

Pasal 36
Rencana sistem jaringan prasarana wilayah lainnya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 26 huruf d meliputi:
a. sistem jaringan persampahan;
b. sistem penyediaan air minum;
c. sistem jalur dan ruang evakuasi bencana;
d. sistem air limbah;
e. sistem jaringan drainase; dan
f. Sistem Pemadam Kebakaran

Pasal 37
-36-

(1) Rencana pengembangan sistem jaringan persampahan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 36 huruf a meliputi:
a. menyiapkan pengelolaan dan pengumpulan sampah yang terhierarki
dengan baik;
b. pengadaan dan pengelolaan alat angkut sampah;
c. menyiapkan TPS yang memiliki kemampuan untuk mengatasi produksi
sampah perkotaan;
d. peningkatan kapasitas TPST Jatiwaringin di Kecamatan Mauk;

e. pembangunan...

e. pembangunan TPS secara parsial yang tersebar pada setiap kecamatan;


f. mewajibkan setiap pengelola kawasan permukiman, komersial, dan
industri, menyediakan fasilitas pemilahan sampah;
g. peningkatan peran serta masyarakat dan dunia usaha (swasta) dalam
penyelenggaraan sistem persampahan; dan
h. peningkatan tempat pembuangan akhir sampah dari sistem terbuka
(open dumping) ke sistem teknologi ramah lingkungan.
(2) Rencana sistem jaringan persampahan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) digambarkan dalam Peta Rencana Sistem Jaringan Persampahan
Kabupaten sebagaimana tercantum dalam Lampiran VIII yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari peraturan daerah ini.

Pasal 38
(1) Rencana pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 huruf b dilakukan dengan
pengembangan zona air minum melalui:
a. zona Cibaja Utara melayani Kecamatan Cikupa, Kecamatan Balaraja,
Kecamatan Jayanti, Kecamatan Tigaraksa, Kecamatan Panongan dan
Kecamatan Jambe sumbernya diambil dari Sungai Cisadane;
b. zona Cibaja Selatan melayani Kecamatan Cisoka, Kecamatan Tigaraksa,
Kecamatan Panongan dan Kecamatan Jambe sumbernya diambil dari
Sungai Cidurian dan Sungai Cimanceuri;
c. zona Cipacul melayani Kecamatan Cisauk, Kecamatan Pagedangan,
Kecamatan Curug dan Kecamatan Legok sumbernya diambil dari Sungai
Cisadane;
d. zona Sepatan Plus melayani Kecamatan Sepatan, Kecamatan Pasar
Kemis dan Kecamatan Rajeg sumbernya diambil dari Sungai Cisadane;
e. zona Pakumas melayani Kecamatan Pakuhaji, Kecamatan Mauk, dan
Kecamatan Sukadiri sumbernya diambil dari Sungai Cisadane dan
Sungai Cimanceuri;
f. zona Bojong Renged melayani Kecamatan Teluknaga, Kecamatan
Kosambi sumbernya diambil dari Sungai Cisadane; dan
g. zona Kejori melayani Kecamatan Kresek, Kecamatan Kronjo, dan
Kecamatan Kemiri sumbernya diambil dari Sungai Cidurian.
(2) Pengembangan perpipaan jaringan air minum meliputi:
a. Kecamatan Pasar Kemis;
b. Kecamatan Kelapa Dua;
c. Kecamatan Tigaraksa; dan
d. Kecamatan Cisauk.
(3) Pengembangan pipa air minum ke Kecamatan Solear dan Kecamatan
Cisoka yang bersumber dari Kecamatan Maja Kabupaten Lebak.
(4) Pengembangan air minum yang dikelola oleh swasta meliputi:
-37-

a. Kecamatan Cikupa;
b. Kecamatan Pasar Kemis;
c. Kecamatan Sindang Jaya;
d. Kecamatan Balaraja; dan
e. Kecamatan Jayanti.

(5) Pengembangan...

(5) Pengembangan sistem air minum meliputi:


a. peningkatan peran serta masyarakat dan dunia usaha (swasta) dalam
penyelenggaraan sistem air minum.
b. peningkatan kerja sama dengan daerah sekitarnya terkait rencana
pengembangan pelayanan maupun sumber air bakunya
(6) Rencana sistem Penyediaan air minum sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) digambarkan dalam Peta Rencana Jaringan Air Minum Kabupaten
sebagaimana tercantum dalam Lampiran IX yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari peraturan daerah ini.

Pasal 39
(1) Sistem jalur dan ruang evakuasi bencana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 36 huruf c berupa jalur dan ruang evakuasi untuk bencana tsunami
berupa escape way dan melting point meliputi:
a. jalan lingkungan dari Desa Kronjo menuju kantor Kecamatan Kronjo;
b. jalan lingkungan dari Desa Lontar – Pagedangan Udik – Klebet menuju
kantor Kecamatan Kemiri;
c. jalan lingkungan dari Desa Ketapang – Mauk Barat menuju kantor
Kecamatan Mauk; dan
d. pemasangan rambu–rambu petunjuk arah evakuasi di tempat–tempat
yang mudah dilihat.
(2) Rencana sistem jalur dan ruang evakuasi bencana sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) digambarkan dalam Peta Rencana Jalur dan Ruang Evakuasi
Bencana Tsunami Kabupaten sebagaimana tercantum dalam Lampiran X
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan daerah ini.

Pasal 40
(1) Sistem jaringan air limbah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 huruf d
meliputi:
a. sistem pembuangan air limbah setempat: dan
b. sistem pembuangan air limbah terpusat.
(2) Sistem pembuangan air limbah setempat sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a dilakukan secara individual dengan tanki septik tersebar di
seluruh wilayah Kabupaten.
(3) Sistem pembuangan air limbah terpusat sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b dilakukan secara komunal meluputi:
a. Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Lebak Wangi di Kecamatan
Sepatan Timur;
b. pembangunan IPLT baru di Desa Suradita Kecamatan Cisauk; dan
c. pengembangan jaringan air limbah komunal di kawasan perumahan
skala besar.
-38-

(4) Rencana sistem jaringan air limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
digambarkan dalam Peta Rencana sistem Jaringan air limbah Kabupaten
sebagaimana tercantum dalam Lampiran XI yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari peraturan daerah ini.

Pasal...

Pasal 41
(1) Sistem jaringan drainase sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 huruf e
meliputi :
a. saluran primer Sungai Cisadane;
b. saluran primer Sungai Cidurian; dan
c. saluran primer Sungai Cimanceuri.
(2) Rencana pengembangan drainase meliputi :
a. normalisasi saluran-saluran;
b. perbaikan bangunan air;
c. penghijauan bantaran sungai yang menjadi saluran pembuang; dan
d. peningkatan peranserta masyarakat dalam pengelolaan drainase.
(3) Rencana sistem jaringan drainase sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
digambarkan dalam Peta Rencana Jaringan drainase Kabupaten
sebagaimana tercantum dalam Lampiran XII yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari peraturan daerah ini.

Pasal 42
(1) Sistem Pemadam Kebakaran sebagaimana dimaksud pada pasal 36 huruf f
meliputi :
a. penambahan jumlah personil pemadam kebakaran dan peningkatan
kualitas personil;
b. penambahan kendaran pemadam kebakaran;
c. penambahan dan perbaikan pos pemadam kebakaran;
d. peningkatan teknologi penanganan kebakaran khususnya penyediaan
perlatan yang lebih modern; dan
e. pemberdayaan masyarakat dalam penanganan kebakaran khususnya
dilingkungannya sendiri.
(2) Rencana pengembangan pos pemadam kebakaran direncanakan 10
(sepuluh) unit yang tersebar pada :
a. Kecamatan Legok;
b. Kecamatan Tigaraksa;
c. Kecamatan Panongan;
d. Kecamatan Curug;
e. Kecamatan Kelapa Dua;
f. Kecamatan Cikupa;
g. Kecamatan Balaraja;
h. Kecamatan Pasar Kemis;
i. Kecamatan Sepatan; dan
j. Kecamatan Kosambi.
-39-

(3) Rencana sistem pemadam kebakaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
digambarkan dalam Peta Rencana Sistem Pemadam Kebakaran Kabupaten
sebagaimana tercantum dalam Lampiran XIII yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari peraturan daerah ini.

BAB...

BAB V
RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN
Bagian Kesatu
Umum

Pasal 43
(1) Rencana pola ruang wilayah Kabupaten, meliputi:
a. kawasan lindung; dan
b. kawasan budi daya.
(2) Rencana pola ruang wilayah Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) digambarkan dalam Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten dengan
tingkat ketelitian 1 : 50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran XIV
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan daerah ini.
(3) Rencana kawasan lindung wilayah Kabupaten sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a digambarkan dalam Peta Rencana Kawasan Lindung
Kabupaten sebagaimana tercantum dalam Lampiran XV yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari peraturan daerah ini.

Bagian Kedua
Kawasan Lindung

Pasal 44
Kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (1) huruf a
meliputi:
a. kawasan hutan lindung;
b. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya;
c. kawasan perlindungan setempat;
d. kawasan cagar budaya; dan
e. kawasan rawan bencana alam.

Paragraf 1
Kawasan Hutan Lindung

Pasal 45
Kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf a
merupakan hutan bakau di wilayah pantai Utara Kabupaten, seluas kurang
lebih 1.576 (seribu lima ratus tujuh puluh enam) hektar tersebar di
Kecamatan Kronjo, Kecamatan Kemiri, Kecamatan Mauk, Kecamatan
Pakuhaji, Kecamatan Teluknaga dan Kecamatan Kosambi.
-40-

Paragraf...

Paragraf 2
Kawasan yang Memberikan Perlindungan terhadap
Kawasan Bawahannya

Pasal 46
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf b merupakan kawasan resapan
air meliputi:
a. Kecamatan Solear;
b. Kecamatan Cisoka;
c. Kecamatan Tigaraksa;
d. Kecamatan Panongan;
e. Kecamatan Jambe;
f. Kecamatan Legok;
g. Kecamatan Kelapa Dua; dan
h. Kecamatan Cisauk.

Paragraf 3
Kawasan Perlindungan Setempat

Pasal 47
(1) Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44
huruf c terdiri atas:
a. sempadan pantai;
b. sempadan sungai;
c. kawasan sekitar danau atau situ; dan
d. RTH kawasan perkotaan.
(2) Kawasan sempadan pantai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
terdapat di pesisir pantai Utara Kabupaten sepanjang kurang lebih 51 (lima
puluh satu) kilometer mencakup luas areal kurang lebih 510 (lima ratus
sepuluh) hektar meliputi :
a. Kecamatan Kosambi;
b. Kecamatan Teluknaga;
c. Kecamatan Pakuhaji;
d. Kecamatan Sukadiri;
e. Kecamatan Mauk;
f. Kecamatan Kemiri; dan
g. Kecamatan Kronjo.
(3) Kawasan sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi:
a. sungai besar yang meliputi:
1. Sungai Cisadane;
2. Sungai Cidurian; dan
-41-

3. Sungai Cimanceuri.

b. sungai...

b. sungai kecil yang meliputi :


1. Sungai Ciapus;
2. Sungai Ciasin;
3. Sungai Cibarebeg;
4. Sungai Cibiuk/Cilaku;
5. Sungai Cibolang;
6. Sungai Cibugel;
7. Sungai Cicalengka;
8. Sungai Cicayur;
9. Sungai Ciconteng;
10. Sungai Cigarukgak;
11. Sungai Cimauk;
12. Sungai Cijantra;
13. Sungai Cikakalen;
14. Sungai Cikolear;
15. Sungai Cileuleus;
16. Sungai Cilongo;
17. Sungai Cilongok;
18. Sungai Cilowong;
19. Sungai Cimaneuh;
20. Sungai Cimanceuri;
21. Sungai Cimatuk;
22. Sungai Cipasilian;
23. Sungai Cipayaeun;
24. Sungai Cirajeun;
25. Sungai Cirangon;
26. Sungai Cirarab;
27. Sungai Cirumpak;
28. Sungai Cisauk;
29. Sungai Cisabi
30. Sungai Ciselatip;
31. Sungai Cisoge;
32. Sungai Cituis;
33. Kali Ketapang;
34. Kali Perancis
35. Kali Kramat;
36. Kali Apung;
37. Kali Asin; dan
38. Sungai Tahang.
(4) Kawasan sekitar danau atau situ sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c meliputi kawasan sempadan danau atau situ dengan luas lebih
kurang 880 (delapan ratus delapan puluh) hektar meliputi :
a. Situ Pondok di Kecamatan Sindangjaya;
b. Situ Cilongok di Kecamatan Pasarkemis;
c. Situ Pasirgadung di Kecamatan Cikupa;
d. Situ Kelapa Dua di Kecamatan Kelapa Dua;
-42-

e. Situ Cihuni di Kecamatan Pagedangan;


f. Situ Jengkol di Kecamatan Solear;
g. Rawa Ranca Ilat di Kecamatan Kronjo;

h. rawa...

h. Rawa Waluh di Kecamatan Kronjo;


i. Rawa Garukgak di Kecamatan Kresek;
j. Rawa Patrasana di Kecamatan Kresek;
k. Rawa Gabus di Kecamatan Kresek;
l. Rawa Genggong di Kecamatan Kresek;
m. Rawa Setingin di Kecamatan Kemiri;
n. Rawa Gede di Kecamatan Sukadiri;
o. Rawa Kepuh di Kecamatan Pakuhaji;
p. Rawa Gelam di Kecamatan Pasar Kemis;
q. Rawa Warung Rebo di Kecamatan Sindang Jaya; dan
r. Rawa Jambu di Kecamatan Rajeg.
(5) RTH kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
ditetapkan paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari kawasan perkotaan
yang direncanakan seluas kurang lebih 17.266 (tujuh belas ribu dua ratus
enam puluh enam ribu) hektar, terdiri atas RTH publik 20 (dua puluh)
persen dan RTH privat 10 (sepuluh) persen yang tersebar di seluruh
kecamatan.
(6) RTH publik sebagaimana dimaksud pada ayat (5) direncanakan seluas
kurang lebih 11.511 (sebelas ribu lima ratus sebelas) hektar meliputi:
a. hutan kota di Kecamatan Tigaraksa;
b. taman lingkungan tersebar di seluruh kecamatan;
c. tempat pemakaman umum tersebar di seluruh kecamatan; dan
d. sempadan sungai, sempadan danau, sempadan jalan, sempadan SUTET
dan SUTT, serta sempadan jalur pipa gas.
(7) Rencana RTH Publik Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
dirumuskan dalam tabel Rencana RTH Publik Kabupaten sebagaimana
tercantum dalam Lampiran XVI yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari peraturan daerah ini.
(8) Rencana RTH Publik Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
digambarkan dalam peta Rencana RTH Publik Kabupaten sebagaimana
tercantum dalam Lampiran XVII yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari peraturan daerah ini.

Paragraf 4
Kawasan Cagar Budaya
Pasal 48
Kawasan cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf d berupa
situs–situs sejarah meliputi:
a. situs Makam Gajah Barong, Situs Makam Nyi Mas Gamparan, Situs
Makam Buyut Siyam, Situs Makam Syech Mubarak, Situs Makam Buyut
Sandi, Situs Makam Buyut Mali, Situs Makam Nyi Saritinem, Situs Makam
Ki Mas Laeng, Situs Makam Raden Mas Kuncung, dan Situs Makam Wali
Ahmad di Kecamatan Tigaraksa;
b. sisa fosil-fosil Elephant Maximus, Situs Bangunan Pekong Soekong, dan
Situs Makam Dewi Neng di Kecamatan Mauk;
-43-

c. situs Sumur Tujuh dan Situs Makam Nyi Mas Aulia di Kecamatan Cikupa;

d. situs...

d. situs Sumur Tua dan Situs Rawa Kidang di Kecamatan Sukadiri;


e. situs Makam Panjang Syech Daud dan Situs Makam Wali Riman di
Kecamatan Pakuhaji;
f. situs Penggilingan Tebu di Kecamatan Teluknaga;
g. situs makam Jaga Laut di Kecamatan Kronjo;
h. situs Makam Solear di Kecamatan Solear;
i. situs Makam Panjang Dadap di Kecamatan Kosambi;
j. situs Makam Buyut Mijah, Situs Makam Buyut Akhir (Kyai Jebeng), Situs
Makam Kepuh, dan Situs Makam Buyut Resem di Kecamatan Sepatan;
k. situs Makam Mede, Situs Makam Tubagus Taram, Situs Makam Ki Buyut
Golokgog di Kecamatan Cisauk; dan
l. klenteng di Kecamatan Sukamulya.

Paragraf 5
Kawasan Rawan Bencana Alam
Pasal 49
(1) Kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44
huruf e terdiri atas :
a. kawasan rawan banjir; dan
b. kawasan rawan gempa dan tsunami.
(2) Kawasan rawan banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi :
a. Kecamatan Kemiri;
b. Kecamatan Kronjo;
c. Kecamatan Sepatan;
d. Kecamatan Sepatan Timur;
e. Kecamatan Pakuhaji;
f. Kecamatan Mauk;
g. Kecamatan Rajeg;
h. Kecamatan Balaraja;
i. Kecamatan Tigaraksa;
j. Kecamatan Jambe;
k. Kecamatan Teluknaga;
l. Kecamatan Pasar Kemis;
m. Kecamatan Kresek;
n. Kecamatan Cisoka;
o. Kecamatan Solear; dan
p. Kecamatan Jayanti.
(3) Kawasan rawan gempa dan tsunami sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b mencakup pesisir pantai dan pulau-pulau yang merupakan
kawasan reklamasi pantai meliputi :
a. pantai di Kecamatan Kronjo;
b. pantai di Kecamatan Kemiri; dan
c. pantai di Kecamatan Mauk.
-44-

Bagian...

Bagian Ketiga
Kawasan Budi Daya
Pasal 50
Kawasan budi daya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (1) huruf b
meliputi:
a. kawasan peruntukan pertanian;
b. kawasan peruntukan perikanan;
c. kawasan peruntukan industri;
d. kawasan peruntukan pariwisata;
e. kawasan peruntukan permukiman; dan
f. kawasan peruntukan lainnya.

Paragraf 1
Kawasan Peruntukan Pertanian
Pasal 51
(1) Kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50
huruf a meliputi:
a. kawasan pertanian tanaman pangan;
b. kawasan peternakan; dan
c. kawasan agropolitan.
(2) Kawasan pertanian tanaman pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a meliputi:
a. pertanian lahan basah; dan
b. pertanian lahan kering.
(3) Pertanian lahan basah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
dengan luas kurang lebih 29.295 (dua puluh sembilan ribu dua ratus
sembilan puluh lima) hektar meliputi :
a. Kecamatan Sindang Jaya;
b. Kecamatan Sepatan;
c. Kecamatan Sepatan Timur;
d. Kecamatan Pakuhaji;
e. Kecamatan Teluknaga;
f. Kecamatan Kronjo;
g. Kecamatan Mekar Baru;
h. Kecamatan Sukamulya;
i. Kecamatan Gunung Kaler;
j. Kecamatan Kresek;
k. Kecamatan Mauk;
l. Kecamatan Rajeg;
m. Kecamatan Kemiri; dan
n. Kecamatan Sukadiri.
-45-

(4) Kawasan...

(4) Kawasan pertanian lahan kering sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b dengan luas kurang lebih 2.833 (dua ribu delapan ratus tiga puluh
tiga) hektar meliputi :
a. kecamatan Jambe;
b. Kecamatan Panongan;
c. Kecamatan Solear;
d. Kecamatan Cisoka; dan
e. Kecamatan Jayanti.

(5) Kawasan peternakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi
:
a. Kecamatan Legok;
b. Kecamatan Panongan;
c. Kecamatan Pagedangan;
d. Kecamatan Curug;
e. Kecamatan Cikupa;
f. Kecamatan Tigaraksa;
g. Kecamatan Kemiri;
h. Kecamatan Pasar Kemis;
i. Kecamatan Rajeg;
j. Kecamatan Teluknaga;
k. Kecamatan Cisauk;
l. Kecamatan Jambe;
m. Kecamatan Cisoka;
n. Kecamatan Mauk; dan
o. Kecamatan Gunung Kaler.

(6) Kawasan agropolitan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dengan
luas kurang lebih 3.638 (tiga ribu enam ratus tiga puluh delapan) hektar,
meliputi :
a. Kecamatan Sepatan; dan
b. Kecamatan Sepatan Timur.

(7) Kawasan pertanian lahan basah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang
akan ditetapkan sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B)
diatur lebih lanjut dengan peraturan Bupati.

(8) Kawasan pertanian pangan berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada


ayat (2) diatur berdasarkan Undang-undang Nomor 41 tahun 2009
tentang Pertanian Pangan berkelanjutan.

Paragraf...
-46-

Paragraf 2
Kawasan Peruntukan Perikanan
Pasal 52

(1) Kawasan peruntukan perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50


huruf b meliputi:
a. kawasan perikanan tangkap;
b. kawasan perikanan budi daya;
c. pengolahan dan pemasaran hasil perikanan; dan
d. rencana pengembangan kawasan minapolitan.
(2) Kawasan perikanan tangkap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi prasarana dan sarana perikanan tangkap yang terdiri atas:
a. lokasi Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) tipe C meliputi :
1. PPI Kronjo di Desa Kronjo Kecamatan Kronjo; dan
2. PPI Cituis di Desa Suryabahari Kecamatan Pakuhaji;
b. lokasi PPI Tipe D meliputi :
1. PPI Benyawakan di Desa Lontar Kecamatan Kemiri;
2. PPI Ketapang di Desa Ketapang Kecamatan Mauk;
3. PPI Tanjung Pasir di Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluknaga; dan
4. PPI Dadap di Kelurahan Dadap Kecamatan Kosambi.
(3) Kawasan perikanan budi daya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b meliputi:
a. perikanan budi daya air tawar berupa kolam yang tersebar di wilayah
Kabupaten; dan
b. perikanan budi daya air payau berupa tambak dengan luas lahan
kurang lebih 1.567 (seribu lima ratus enam puluh tujuh) hektar di
Kecamatan Kronjo, Kecamatan Mekar Baru, Kecamatan Mauk, dan
Kecamatan Kosambi.
(4) Pengolahan dan pemasaran hasil perikanan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c meliputi:
a. pengolahan komoditas ikan asin di Desa Suryabahari, Kecamatan
Pakuhaji; dan,
b. pemasaran berupa Tempat Pelelangan Ikan (TPI) berada di :
1. Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluknaga;
2. Desa Dadap Kecamatan Kosambi;
3. Desa Suryabaharii Kecamatan Pakuhaji;
4. Desa Ketapang dan Desa Mauk Barat Kecamatan Mauk;
5. Desa Lontar Kecamatan Kemiri; dan
6. Desa Kronjo Kecamatan Kronjo.
(5) Rencana pengembangan kawasan minapolitan sebagaimana dimaksud ayat
(1) huruf d berada di Kecamatan Kronjo seluas lebih kurang 880 (delapan
ratus delapan puluh) hektar.

Paragraf 3
Kawasan Peruntukan Industri
Pasal 53
Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 huruf c
meliputi:
a. industri...
-47-

a. industri besar dengan luas kurang lebih 8.407 ( delapan ribu empat ratus
tujuh) hektar berada di :
1. Kecamatan Pasar Kemis;
2. Kecamatan Cikupa;
3. Kecamatan Jambe;
4. Kecamatan Tigaraksa;
5. Kecamatan Sepatan; dan
6. Kecamatan Balaraja.
b. industri sedang dengan luas kurang lebih 3.586 (tiga puluh ribu lima ratus
delapan enam) hektar berada di :
1. Kecamatan Curug;
2. Kecamatan Kosambi;
3. Kecamatan Pakuhaji;
4. Kecamatan Jayanti;
5. Kecamatan Sepatan;
6. Kecamatan Kelapa Dua;
7. Kecamatan Pagedangan;
8. Kecamatan Mekar Baru;
9. Kecamatan Sindang Jaya;
10. Kecamatan Legok;
11. Kecamatan Cisauk;
12. Kecamatan Kronjo; dan
13. Kecamatan Panongan
c. industri kecil dan/atau industri rumah tangga tersebar di :
1. Kecamatan Pasar Kemis;
2. Kecamatan Curug; dan
3. Kecamatan Cisoka.

Paragraf 4
Kawasan Peruntukan Pariwisata
Pasal 54
(1) Kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50
huruf d meliputi:
a. pariwisata alam;
b. pariwisata budaya; dan
c. pariwisata buatan.
(2) Kawasan peruntukan pariwisata alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a meliputi:
a. kawasan pariwisata Pantai Tanjung Pasir di Kecamatan Teluknaga; dan
b. kawasana pariwisata Pantai Mutiara di Kecamatan Teluknaga;
c. kawasan pariwisata Pantai Tanjung Kait di Kecamatan Mauk;
d. kawasan pariwisata Pantai Dadap di Kecamatan Kosambi;
e. kawasan pariwisata Pulau Cangkir di Kecamatan Kronjo;
f. kawasan pariwisata Pantai Karang Serang di Kecamatan Sukadiri;
g. kawasan pariwisata situ/danau di Situ Kelapa Dua di Kecamatan Kelapa
Dua;

h. kawasan...
-48-

h. kawasan pariwisata Situ Cihuni di Kecamatan Pagedangan;


i. kawasan pariwisata Situ Pondok di Kecamatan Pasar Kemis;
j. kawasan pariwisata Situ Garukgak di Kecamatan Kresek;
k. kawasan pariwisata Situ Patrasana di Kecamatan Kresek; dan
l. kawasan pariwisata Danau Kelapa Dua di Kecamatan Kelapa Dua.
(3) Kawasan peruntukan pariwisata budaya sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b meliputi:
a. rumah asli peninggalan Raden Aria Wangsakara, situs makam Raden
Aria Wangsakara, situs makam Buyut Onang, situs makam Ki Muttaqin,
situs makam Ki Yunus, dan situs makam Ki Musa di Kecamatan
Pagedangan;
b. rumah kebaya tempo dulu, situs makam Nyi Mas Melati, dan situs
makam Pangeran Jayakarta di Kecamatan Sukamulya;
c. situs makam Gajah Barong, situs makam Nyi Mas Gamparan, situs
makam Buyut Siyam, situs makam Syech Mubarak, situs makam Buyut
Sandi, situs makam Buyut Mali, situs makam Nyi Saritinem, situs
makam Ki Mas Laeng, situs makam Raden Mas Kuncung, dan situs
makam Wali Ahmad di Kecamatan Tigaraksa;
d. sisa fosil-fosil Elephant Maximus, situs bangunan Pekong Soekong, dan
situs makam Dewi Neng di Kecamatan Mauk;
e. situs Sumur Tujuh dan situs makam Nyi Mas Aulia di Kecamatan
Cikupa;
f. situs Sumur Tua dan situs Rawa Kidang di Kecamatan Sukadiri;
g. situs makam Panjang Syech Daud dan situs makam Wali Riman di
Kecamatan Pakuhaji;
h. situs Penggilingan Tebu di Kecamatan Teluknaga;
i. situs makam Jaga Laut di Kecamatan Kronjo;
j. situs makam Solear di Kecamatan Solear;
k. situs makam Panjang Dadap di Kecamatan Kosambi;
l. situs makam Buyut Mijah, situs makam Buyut Akhir (Kyai Jebeng),
situs makam Kepuh, dan situs makam Buyut Resem di Kecamatan
Sepatan; dan
m. situs makam Mede, situs makam Tubagus Taram, situs makam Ki
Buyut Golokgog di Kecamatan Cisauk.
(4) Kawasan peruntukan pariwisata buatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c meliputi:
a. wisata edukasi terletak di Tanjung Pasir Resort;
b. penangkaran buaya di Kecamatan Teluknaga,
c. Bumi Perkemahan Kitri Bhakti di Desa Sukabakti Kecamatan Curug;
dan
d. wisata olahraga berada di Desa Sampora, Kecamatan Pagedangan dan
Kelurahan Bojongnangka, Kecamatan Kelapa Dua.

Paragraf 5
Kawasan Peruntukan Permukiman
Pasal 55
Kawasan peruntukan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50
huruf e meliputi:
a. permukiman...
-49-

a. permukiman perkotaan dengan kepadatan penduduk tinggi dan kepadatan


penduduk sedang dengan luas kurang lebih 27.937 (dua puluh tujuh ribu
sembilan ratus tiga puluh tujuh) hektar meliputi :
1. Kecamatan Pagedangan:
2. Kecamatan Cisauk;
3. Kecamatan Legok;
4. Kecamatan Kelapa Dua;
5. Kecamatan Curug;
6. Kecamatan Cikupa;
7. Kecamatan Pasar Kemis;
8. Kecamatan Balaraja;
9. Kecamatan Sukamulya;
10.Kecamatan Tigaraksa;
11.Kecamatan Panongan;
12.Kecamatan Jambe;
13.Kecamatan Cisoka;
14.Kecamatan Solear;
15.Kecamatan Jayanti;
16.Kecamatan Teluknaga;
17.Kecamatan Sepatan;
18.Kecamatan Sepatan Timur;
19.Kecamatan Kosambi; dan
20.Kecamatan Sindang Jaya.
b. permukiman perdesaan dengan kepadatan penduduk rendah luas kurang
lebih 16.631 (enam belas ribu enam ratus tiga puluh satu) hektar, meliputi
:
1. Kecamatan Kronjo;
2. Kecamatan Mekar Baru;
3. Kecamatan Gunung Kaler;
4. Kecamatan Kresek;
5. Kecamatan Mauk;
6. Kecamatan Kemiri;
7. Kecamatan Rajeg;
8. Kecamatan Pakuhaji; dan
9. Kecamatan Sukadiri.

Paragraf 6
Kawasan Peruntukan Lainnya
Pasal 56
(1) Kawasan peruntukan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 huruf
f meliputi:
a. Kawasan reklamasi;
b. kawasan pertahanan dan keamanan negara;
c. pusat rehabilitasi/lembaga pemasyarakatan;
d. kompleks sekolah pelayaran
e. rencana pengembangan tempat pemakaman umum;
f. rencana pembangunan stadion olahraga;
g. rencana pembangunan rumah sakit tipe B; dan
h. rencana kawasan industri maritim.

(2) kawasan...
-50-

(2) Kawasan reklamasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a


diperuntukan sebagai kawasan permukiman perkotaan, kawasan
pelabuhan terpadu dan kawasan industri di bagian perairan laut wilayah
Utara, dengan luas kurang lebih 9.000 (sembilan ribu) hektar, berjarak
kurang lebih 200 (dua ratus) meter dari garis pantai ke arah laut, meliputi :
a. Kecamatan Kosambi;
b. Kecamatan Teluknaga;
c. Kecamatan Pakuhaji;
d. Kecamatan Sukadiri;
e. Kecamatan Mauk;
f. Kecamatan Kemiri; dan
g. Kecamatan Kronjo.
(3) Kawasan pertahanan dan keamanan negara sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b meliputi:
a. Komplek Datasemen Arhanud Rudal 003 Falatehan seluas lebih kurang
42 (empat puluh dua) hektardi Kecamatan Cikupa;
b. Makorem 052 Jayakarta seluas lebih kurang 2.700 (dua ribu tujuh
ratus) meter persegi .di Kecamatan Kelapa Dua;
c. Radar TNI AU seluas lebih kurang 42 (empat puluh dua) hektar di
Kecamatan Mauk;
d. Polres Metropolitan Tigaraksa seluas lebih kurang 9.300 (sembilan ribu
tiga ratus) meter persegi di Kecamatan Tigaraksa;
e. Pos Angkatan Laut tipe C di Kecamatan Kronjo;
f. Polsek tersebar di seluruh kecamatan; dan
g. Koramil tersebar di seluruh wilayah kecamatan.
(4) Pusat rehabilitasi/lembaga pemasyarakatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c berada di Kecamatan Jambe.
(5) Kompleks sekolah pelayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
berada di Desa Karang Serang Kecamatan Sukadiri.
(6) Rencana pengembangan Tempat Pemakaman Umum (TPU) sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf e terdiri atas:
a. TPU zona besar berada di :
1. Kecamatan Cisauk;
2. Kecamatan Sukamulya;
3. Kecamatan Legok;
4. Kecamatan Pagedangan;
5. Kecamatan Rajeg; dan
6. Kecamatan Teluknaga;
b. TPU zona swasta berada di :
1. Kecamatan Tigaraksa;
2. Kecamatan Teluknaga;
3. Kecamatan Jambe; dan
4. Kecamatan Kosambi.
c. TPU zona kecamatan di setiap wilayah kecamatan.
(7) Rencana pembangunan stadion olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf f berada di :
a. Kecamatan Pagedangan; dan
b. Kecamatan Kelapa Dua.

(8) Rencana...
-51-

(8) Rencana pembangunan rumah sakit tipe B sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf g berada di :
a. Kecamatan Balaraja; dan
b. Kecamatan Teluknaga.
(9) Rencana kawasan industri maritim sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf h berada di Desa Kohod, Kecamatan Pakuhaji.

BAB VI
PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN
Pasal 57
(1) Kabupaten ditetapkan termasuk dalam Kawasan Strategis Nasional
Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur
(Jabodetabekpunjur).
(2) Kawasan strategis Provinsi Banten meliputi:
a. kawasan penyangga bandara dari sudut kepentingan daya dukung
lingkungan berada di :
1. Kecamatan Kosambi; dan
2. Kecamatan Teluknaga;
b. PKWp perkotaan Kecamatan Balaraja dan PKWp perkotaan Kecamatan
Teluknaga dari sudut kepentingan ekonomi; dan
c. kawasan PLTU Lontar dari sudut kepentingan teknologi tinggi.
(3) Kawasan strategis Kabupaten meliputi:
a. kawasan strategis Kabupaten dari sudut kepentingan ekonomi
ditetapkan di kawasan penyangga Bandara Soekarno-Hatta berada di :
1. Kecamatan Kosambi; dan
2. Kecamatan Teluknaga.
b. kawasan strategis Kabupaten dari sudut kepentingan ekonomi dan
lingkungan hidup terdiri atas :
1. PKL perkotaan Kecamatan Kronjo;
2. PKLp perkotaan Kecamatan Mauk;
3. KLp perkotaan Kecamatan Kosambi;
4. PKLp perkotaan Kecamatan Pasar Kemis;
5. PKLp perkotaan Kecamatan Sepatan;
6. PKLp perkotaan Kecamatan Cikupa;
7. PKLp perkotaan Kecamatan Kelapa Dua;
8. PKLp perkotaan Kecamatan Curug;
9. dry port di Kecamatan Jambe;
10. wilayah perbatasan dengan DKI Jakarta di Kecamatan Kosambi;
11. PLTU Lontar di Kecamatan Kemiri; dan
12. kawasan reklamasi di pantai Utara Kabupaten;
c. kawasan strategis Kabupaten dari sudut kepentingan lingkungan hidup
terdiri atas :
1. PKWp perkotaan Kecamatan Balaraja; dan
2. PKWp perkotaan Kecamatan Teluknaga.
d. kawasan strategis Kabupaten dari sudut kepentingan ekonomi,
lingkungan hidup, dan sosial budaya ditetapkan di PKL perkotaan
Kecamatan Tigaraksa.

(4) Rencana...
-52-

(4) Rencana kawasan strategis Kabupaten digambarkan dalam Peta Rencana


Kawasan Strategis Kabupaten dengan tingkat ketelitian skala 1 : 50.000
sebagaimana tercantum pada Lampiran XVIII yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari peraturan daerah ini.
(5) Rencana kawasan strategis Kabupaten dirumuskan pada tabel Kawasan
Strategis Kabupaten Tangerang sebagaimana tercantum pada Lampiran XIX
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan daerah ini.
(6) Kawasan strategis Kabupaten akan diatur lebih lanjut dengan Rencana
Tata Ruang Kawasan Strategis yang ditetapkan dengan peraturan daerah
tersendiri paling lama 36 (tiga puluh enam) bulan sejak penetapan RTRW
Kabupaten.

BAB VII
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KABUPATEN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 58
(1) Arahan pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten merupakan perwujudan
rencana struktur ruang, pola ruang, dan kawasan strategis Kabupaten.
(2) Arahan pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten terdiri atas:
a. indikasi program utama;
b. indikasi sumber pembiayaan;
c. instansi pelaksana kegiatan; dan
d. indikasi waktu pelaksanaan.
(3) Indikasi program utama pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a terdiri atas:
a. indikasi program utama perwujudan struktur ruang;
b. indikasi program utama perwujudan pola ruang; dan
c. indikasi program utama perwujudan kawasan strategis Kabupaten.
(4) Indikasi sumber pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
terdiri dari:
a. dana Pemerintah;
b. dana pemerintah provinsi;
c. dana pemerintah Kabupaten;
d. dana swasta;
e. dana masyarakat; dan
f. sumber lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
(5) Instansi pelaksana kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c
terdiri dari:
a. Pemerintah;
b. pemerintah provinsi;
c. pemerintah Kabupaten;
d. swasta; dan
e. masyarakat.

(6) Waktu...
-53-

(6) Waktu pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d terdiri
atas 4 (empat) tahapan meliputi:
a. tahap pertama, tahun 2011-2015, diprioritaskan pada peningkatan
fungsi dan pengembangan;
b. tahap kedua, tahun 2016-2020, diprioritaskan pada pemantapan;
c. tahap ketiga, tahun 2021-2025, diprioritaskan pada peningkatan
berkelanjutan; dan
d. tahap keempat, tahun 2026-2031, diprioritaskan pada pemantapan.
(7) Indikasi program utama, indikasi sumber pendanaan, indikasi pelaksana
kegiatan, dan waktu pelaksanaan yang lebih rinci dapat dilihat dalam tabel
pada Lampiran XX yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
peraturan daerah ini.

Bagian Kedua
Indikasi Program Utama Perwujudan Struktur Ruang
Pasal 59

(1) Indikasi program utama perwujudan struktur ruang Kabupaten pada tahap
pertama diprioritaskan pada :
a. pengembangan dan peningkatan fungsi pusat pelayanan sebagai pusat
pelayanan perkotaan dan perdesaan;
b. pengembangan dan peningkatan kualitas sistem jaringan transportasi
meliputi :
1. sistem jaringan jalan;
2. sistem lalau lintas dan angkutan jalan;
3. sistem prasarana lalu lintas dan angkutan jalan;
4. sistem jaringan angkutan sungai, danau, dan penyeberangan;
5. sistem jaringan perkeratapian;
6. tatanan kepelabuhan dan alur pelayaran;
7. tatanan kebandarudaraan; dan
8. ruang udara untuk penerbangan.
c. pengembangan dan peningkatan sistem jaringan energi/kelistrikan yang
meliputi:
1. pembangkit listrik;
2. saluran udara tegangan tinggi;
3. pengembangan gardu induk;
4. sistem jaringan gas; dan
5. stasiun pengisian bahan bakar gas.
d. pengembangan dan peningkatan sistem jaringan telekomunikasi yang
meliputi :
1. kabel; dan
2. nirkabel.
e. pengembangan dan peningkatan sistem jaringan sumber daya air yang
meliputi :
1. wilayah sungai;
2. jaringan irigasi;
3. jaringan air baku untuk air minum;
4. jaringan air ke kelompok pengguna; dan
5. sistem pengendalian banjir.

f. pengembangan...
-54-

f. pengembangan dan peningkatan sistem prasarana wilayah yang meliputi


:
1. sistem jaringan persampahan;
2. sistem penyediaan air minum;
3. jalur dan ruang evakuasi bencana;
4. sistem jaringan air limbah;
5. sistem jaringan drainase; dan
6. sistem pemadam kebakaran.
(2) indikasi program utama perwujudan struktur ruang Kabupaten pada tahap
kedua diprioritaskan pada :
a. pengembangan dan peningkatan fungsi pusat pelayanan sebagai pusat
pelayanan perkotaan dan perdesaan;
b. pengembangan dan peningkatan kualitas sistem jaringan transportasi
meliputi :
1. sistem jaringan jalan;
2. sistem lalau lintas dan angkutan jalan;
3. sistem prasarana lalu lintas dan angkutan jalan;
4. sistem jaringan angkutan sungai, danau, dan penyeberangan;
5. sistem jaringan perkeratapian;
6. tatanan kepelabuhan dan alur pelayaran;
7. tatanan kebandarudaraan; dan
8. ruang udara untuk penerbangan.
c. pengembangan dan peningkatan sistem jaringan energi/kelistrikan yang
meliputi:
1. pembangkit listrik;
2. saluran udara tegangan tinggi;
3. pengembangan gardu induk;
4. sistem jaringan gas; dan
5. stasiun pengisian bahan bakar gas.
d. pengembangan dan peningkatan sistem jaringan telekomunikasi yang
meliputi :
1. kabel; dan
2. nirkabel.
e. pengembangan dan peningkatan sistem jaringan sumber daya air yang
meliputi :
1. wilayah sungai;
2. jaringan irigasi;
3. jaringan air baku untuk air minum;
4. jaringan air ke kelompok pengguna; dan
5. sistem pengendalian banjir.
f. pengembangan dan peningkatan sistem prasarana wilayah yang meliputi
:
1. sistem jaringan persampahan;
2. sistem penyediaan air minum;
3. jalur dan ruang evakuasi bencana;
4. sistem jaringan air limbah;
5. sistem jaringan drainase; dan
6. sistem pemadam kebakaran.

(3) indikasi...
-55-

(3) indikasi program utama perwujudan struktur ruang Kabupaten pada tahap
ketiga diprioritaskan pada :
a. pengembangan dan peningkatan fungsi pusat pelayanan sebagai pusat
pelayanan perkotaan dan perdesaan;
b. pengembangan dan peningkatan kualitas sistem jaringan transportasi
meliputi :
1. sistem jaringan jalan;
2. sistem lalau lintas dan angkutan jalan;
3. sistem prasarana lalu lintas dan angkutan jalan;
4. sistem jaringan angkutan sungai, danau, dan penyeberangan;
5. sistem jaringan perkeratapian;
6. tatanan kepelabuhan dan alur pelayaran;
7. tatanan kebandarudaraan; dan
8. ruang udara untuk penerbangan.
c. pengembangan dan peningkatan sistem jaringan energi/kelistrikan yang
meliputi:
1. pembangkit listrik;
2. saluran udara tegangan tinggi;
3. pengembangan gardu induk;
4. sistem jaringan gas; dan
5. stasiun pengisian bahan bakar gas.
d. pengembangan dan peningkatan sistem jaringan telekomunikasi yang
meliputi :
1. kabel; dan
2. nirkabel.
e. pengembangan dan peningkatan sistem jaringan sumber daya air yang
meliputi :
1. wilayah sungai;
2. jaringan irigasi;
3. jaringan air baku untuk air minum;
4. jaringan air ke kelompok pengguna; dan
5. sistem pengendalian banjir.
f. pengembangan dan peningkatan sistem prasarana wilayah yang meliputi
:
1. sistem jaringan persampahan;
2. sistem penyediaan air minum;
3. jalur dan ruang evakuasi bencana;
4. sistem jaringan air limbah;
5. sistem jaringan drainase; dan
6. sistem pemadam kebakaran.
(4) indikasi program utama perwujudan struktur ruang Kabupaten pada tahap
keempat diprioritaskan pada :
a. pengembangan dan peningkatan fungsi pusat pelayanan sebagai pusat
pelayanan perkotaan dan perdesaan;
b. pengembangan dan peningkatan kualitas sistem jaringan transportasi
meliputi :
1. sistem jaringan jalan;
2. sistem lalu lintas dan angkutan jalan;
3. sistem prasarana lalu lintas dan angkutan jalan;

4. sistem...
-56-

4. sistem jaringan angkutan sungai, danau, dan penyeberangan;


5. sistem jaringan perkeratapian;
6. tatanan kepelabuhan dan alur pelayaran;
7. tatanan kebandarudaraan; dan
8. ruang udara untuk penerbangan.
c. pengembangan dan peningkatan sistem jaringan energi/kelistrikan yang
meliputi:
1. pembangkit listrik;
2. saluran udara tegangan tinggi;
3. pengembangan gardu induk;
4. sistem jaringan gas; dan
5. stasiun pengisian bahan bakar gas.
d. pengembangan dan peningkatan sistem jaringan telekomunikasi yang
meliputi :
1. kabel; dan
2. nirkabel.
e. pengembangan dan peningkatan sistem jaringan sumber daya air yang
meliputi :
1. wilayah sungai;
2. jaringan irigasi;
3. jaringan air baku untuk air minum;
4. jaringan air ke kelompok pengguna; dan
5. sistem pengendalian banjir.
f. pengembangan dan peningkatan sistem prasarana wilayah yang meliputi
:
1. sistem jaringan persampahan;
2. sistem penyediaan air minum;
3. jalur dan ruang evakuasi bencana;
4. sistem jaringan air limbah;
5. sistem jaringan drainase;
6. sistem pemadam kebakaran.

Bagian Ketiga
Indikasi Program Utama Perwujudan Pola Ruang
Pasal 60

(1) Indikasi program utama perwujudan pola ruang Kabupaten pada tahap
pertama diprioritaskan pada :
a. rehabilitasi dan peningkatan fungsi-fungsi lindung pada kawasan
lindung yang meliputi :
1. hutan lindung;
2. kawasan resapan air;
3. kawasan sempadan pantai;
4. kawasan sempadan sungai;
5. kawasan sekitar danau atau situ;
6. RTH kawasan perkotaan;
7. kawasan cagar budaya; dan
8. kawasan rawan bencana alam.

b. pengembangan...
-57-

b. pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan pertanian yang


meliputi :
1. pengembangan pertanian tanaman pangan;
2. pengembangan peternakan; dan
3. pengembangan kawasan agropolitan.
c. pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan perikanan meliputi :
1. pengembangan dan peningkatan prasarana dan sarana perikanan;
2. pengembangan budi daya perikanan; dan
3. pengembangan kawasan minapolitan
d. pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan industri;
e. pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan pariwisata;
f. pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan permukiman;
g. pengembangan fungsi kawasan reklamasi;
h. pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan pertahanan dan
keamanan negara;
i. pengembangan dan peningkatan kompleks sekolah pelayaran;
j. pembangunan dan pengembangan pusat rehabilitasi/lembaga
pemasyarakatan;
k. pengembangan dan peningkatan TPU;
l. pembangunan dan pengembangan stadion olahraga;
m. pembangunan dan pengembangan rumah sakit tipe B; dan
n. pengembangan kawasan maritim.
(2) Indikasi program utama perwujudan pola ruang Kabupaten pada tahap
kedua diprioritaskan pada :
a. rehabilitasi dan peningkatan fungsi-fungsi lindung pada kawasan
lindung yang meliputi :
1. hutan lindung;
2. kawasan resapan air;
3. kawasan sempadan pantai;
4. kawasan sempadan sungai;
5. kawasan sekitar danau atau situ;
6. RTH kawasan perkotaan;
7. kawasan cagar budaya; dan
8. kawasan rawan bencana alam.
b. pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan pertanian yang
meliputi :
1. pengembangan pertanian tanaman pangan;
2. pengembangan peternakan; dan
3. pengembangan kawasan agropolitan.
c. pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan perikanan meliputi :
1. pengembangan dan peningkatan prasarana dan sarana perikanan;
2. pengembangan budi daya perikanan; dan
3. pengembangan kawasan minapolitan.
d. pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan industri;
e. pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan pariwisata;
f. pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan permukiman;
g. pengembangan fungsi kawasan reklamasi;
h. pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan pertahanan dan
keamanan negara;

i. pengembangan...
-58-

i. pengembangan dan peningkatan kompleks sekolah pelayaran;


j. pembangunan dan pengembangan pusat rehabilitasi / lembaga
pemasyarakatan;
k. pengembangan dan peningkatan TPU;
l. pembangunan dan pengembangan stadion olahraga;
m. pembangunan dan pengembangan rumah sakit tipe B; dan
n. pengembangan kawasan maritim.
(3) Indikasi program utama perwujudan pola ruang Kabupaten pada tahap
ketiga diprioritaskan pada :
a. rehabilitasi dan peningkatan fungsi-fungsi lindung pada kawasan
lindung yang meliputi :
1. hutan lindung;
2. kawasan resapan air;
3. kawasan sempadan pantai;
4. kawasan sempadan sungai;
5. kawasan sekitar danau atau situ;
6. RTH kawasan perkotaan;
7. kawasan cagar budaya; dan
8. kawasan rawan bencana alam.
b. pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan pertanian yang
meliputi :
1. pengembangan pertanian tanaman pangan;
2. pengembangan peternakan; dan
3. pengembangan kawasan agropolitan.
c. pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan perikanan meliputi :
1. pengembangan dan peningkatan prasarana dan sarana perikanan;
2. pengembangan budi daya perikanan; dan
3. pengembangan kawasan minapolitan.
d. pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan industri;
e. pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan pariwisata;
f. pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan permukiman;
g. pengembangan fungsi kawasan reklamasi;
h. pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan pertahanan dan
keamanan negara;
i. pengembangan dan peningkatan pos pemadam kebakaran;
j. pengembangan dan peningkatan kompleks sekolah pelayaran;
k. pembangunan dan pengembangan pusat rehabilitasi / lembaga
pemasyarakatan;
l. pengembangan dan peningkatan TPU;
m. pembangunan dan pengembangan stadion olahraga;
n. pembangunan dan pengembangan rumah sakit tipe B; dan
o. pengembangan kawasan maritim.
(4) Indikasi program utama perwujudan pola ruang Kabupaten pada tahap
keempat diprioritaskan pada :
a. rehabilitasi dan peningkatan fungsi-fungsi lindung pada kawasan
lindung yang meliputi :
1. hutan lindung;
2. kawasan resapan air;
3. kawasan sempadan pantai;

4. kawasan...
-59-

4. kawasan sempadan sungai;


5. RTH kawasan perkotaan;
6. kawasan cagar budaya; dan
7. kawasan rawan bencana alam.
b. pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan pertanian yang
meliputi :
1. pengembangan pertanian tanaman pangan;
2. pengembangan peternakan; dan
3. pengembangan kawasan agropolitan.
c. pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan perikanan meliputi :
1. pengembangan dan peningkatan prasarana dan sarana perikanan;
2. pengembangan budi daya perikanan; dan
3. pengembangan kawasan minapolitan
d. pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan industri;
e. pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan pariwisata;
f. pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan permukiman;
g. pengembangan fungsi kawasan reklamasi;
h. pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan pertahanan dan
keamanan negara;
i. pengembangan dan peningkatan pos pemadam kebakaran;
j. pengembangan dan peningkatan kompleks sekolah pelayaran;
k. pembangunan dan pengembangan pusat rehabilitasi / lembaga
pemasyarakatan;
l. pengembangan dan peningkatan TPU;
m. pembangunan dan pengembangan stadion olahraga;
n. pembangunan dan pengembangan rumah sakit tipe B; dan
o. pengembangan kawasan maritim.

Bagian Keempat
Indikasi Program Utama Perwujudan Kawasan Strategis
Pasal 61

(1) Indikasi program utama perwujudan kawasan strategis Kabupaten pada


tahap pertama diprioritaskan pada :
a. pengembangan dan peningkatan kawasan perumahan;
b. pengembangan dan peningkatan kawasan industri;
c. peningkatan prasarana dan sarana dasar perkotaan;
d. penataan kegiatan perdagangan dan jasa;
e. Revitalisasi hutan bakau
f. perencanaan tata ruang kawasan perbatasan;
g. Pengkajian dampak PLTU Lontar; dan
h. Pengembangan kawasan reklamasi.
(2) Indikasi program utama perwujudan kawasan strategis Kabupaten pada
tahap kedua diprioritaskan pada :
a. pengembangan dan peningkatan kawasan perumahan;
b. pengembangan dan peningkatan kawasan industri;
c. peningkatan prasarana dan sarana dasar perkotaan;
d. penataan kegiatan perdagangan dan jasa;

e. revitalisasi...
-60-

e. revitalisasi hutan bakau;


f. perencanaan tata ruang kawasan perbatasan;
g. Pengkajian dampak PLTU Lontar; dan
h. Pengembangan kawasan reklamasi.
(3) Indikasi program utama perwujudan kawasan strategis Kabupaten pada
tahap ketiga diprioritaskan pada :
a. pengembangan dan peningkatan kawasan perumahan;
b. pengembangan dan peningkatan kawasan industri;
c. peningkatan prasarana dan sarana dasar perkotaan;
d. penataan kegiatan perdagangan dan jasa;
e. Revitalisasi hutan bakau
f. perencanaan tata ruang kawasan perbatasan;
g. Pengkajian dampak PLTU Lontar; dan
h. pengembangan kawasan reklamasi.
(4) Indikasi program utama perwujudan kawasan strategis Kabupaten pada
tahap keempat diprioritaskan pada :
a. pengembangan dan peningkatan kawasan perumahan;
b. pengembangan dan peningkatan kawasan industri;
c. peningkatan prasarana dan sarana dasar perkotaan;
d. penataan kegiatan perdagangan dan jasa;
e. Revitalisasi hutan bakau
f. perencanaan tata ruang kawasan perbatasan;
g. Pengkajian dampak PLTU Lontar;
h. pengembangan kawasan reklamasi.

BAB VIII
KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG

Bagian Kesatu
Umum
Pasal 62

Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang diselenggarakan melalui


penetapan:
a. ketentuan umum peraturan zonasi;
b. ketentuan perizinan;
c. ketentuan pemberian insentif dan disinsentif; dan
d. ketentuan pemberian sanksi.

Bagian Kedua
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pasal 63
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62
huruf a, berfungsi sebagai:
a. landasan bagi penyusunan peraturan zonasi pada tingkatan operasional
pengendalian pemanfaatan ruang di setiap kawasan;
b. dasar pemberian izin pemanfaatan ruang; dan
c. salah satu pertimbangan dalam pemanfaatan ruang.
(2) Ketentuan...

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi memuat:


-61-

a. ketentuan umum jenis kegiatan yang diperbolehkan, diperbolehkan


dengan syarat, dan kegiatan yang tidak diperbolehkan; dan
b. ketentuan umum prasarana dan sarana minimum yang disediakan.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk struktur ruang; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk pola ruang.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
tercantum dalam Lampiran XXI yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari peraturan daerah ini.

Paragraf 1
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Struktur Ruang
Pasal 64
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk struktur ruang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 63 ayat (3) huruf a meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi sistem pusat pelayanan; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan prasarana wilayah
Kabupaten.

Pasal 65
(1) Ketentuan Umum Peraturan Zonasi sistem pusat pelayanan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 64 huruf a meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi sistem perkotaan; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi sistem perdesaan.
(2) Ketentuan Umum Peraturan Zonasi sistem jaringan prasarana wilayah
Kabupaten sebagaimana dimaksud pada Pasal 64 huruf b meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan prasarana utama
dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan prasarana lainnya.

Pasal 66
(1) Ketentuan Umum Peraturan Zonasi jaringan prasarana utama sebagaimana
dimaksud pada pasal 65 ayat (2) huruf a berupa ketentuan umum
peraturan zonasi sistem jaringan transportasi.
(2) Ketentuan Umum Peraturan Zonasi jaringan prasarana lainnya
sebagaimana dimaksud pada pasal 65 ayat (2) huruf b meliputi :
a. ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan energi/kelistrikan;
b. ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan telekomunikasi;
c. ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan sumber daya air; dan
d. ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan prasarana wilayah
lainnya.
Paragraf...

Paragraf 2
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Sistem Perkotaan
-62-

Pasal 67
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi sistem perkotaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 65 ayat (1) huruf a meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perkotaan yang berfungsi
sebagai PKN;
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perkotaan yang berfungsi
sebagai PKWp;
c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perkotaan yang berfungsi
sebagai PKL;
d. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perkotaan yang berfungsi
sebagai PKLp; dan
e. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perkotaan yang berfungsi
sebagai PPK.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perkotaan yang berfungsi
sebagai PKN sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a diarahkan sebagai
berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
1. kegiatan perumahan;
2. perhotelan;
3. industri skala nasional dan internasional;
4. pembangunan stasiun kereta api;
5. terminal bis Antar Kota Antar Provinsi (AKAP);
6. terminal bis Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP);
7. pembangunan terminal peti kemas;
8. pasar regional;
9. perbankan;
10. pertokoan grosir;
11. pelabuhan perikanan;
12. kegiatan pembangunan reklamasi laut;
13. pergudangan;
14. rumah sakit regional;
15. pertahanan dan keamanan;
16. perkantoran; dan
17. kegiatan lainnya yang mempunyai skala pelayanan internasional dan
nasional.
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi:
1. pembangunan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL);
2. menara telekomunikasi;
3. gardu induk listrik;
4. pemancar radio;

5. normalisasi...

5. normalisasi sungai;
6. dermaga;
-63-

7. Tempat Pelelangan Ikan (TPI);


8. pertambakan;
9. pembangunan fasilitas kebandarudaraan;
10. pariwisata;
11. penelitian;
12. pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu;
13. pembangunan Instalasi Air Minum; dan
14. kegiatan lain yang bersinergi dan mendukung kegiatan seperti
dimaksud pada huruf a.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi:
1. galian pasir yang dapat merusak kelestarian lingkungan hidup;
2. galian tanah yang dapat merusak kelestarian lingkungan hidup;
3. kegiatan penambangan lain yang dapat merusak kelestarian
lingkungan hidup;
4. pembangunan perumahan atau industri di kawasan sawah beririgasi
teknis; dan
5. kegiatan lain yang tidak menunjang kegiatan utama dan dapat
merusak kelestarian lingkungan.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perkotaan yang berfungsi
sebagai PKWp sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b diarahkan sebagai
berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
1. kegiatan pasar regional;
2. perbankan dan perkantoran;
3. kantor pos besar;
4. terminal bis Antar Kota Antar Provinsi (AKAP);
5. terminal bis Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP);
6. terminal peti kemas;
7. pelabuhan perikanan;
8. perumahan;
9. stadion olah raga;
10. industri dan pergudangan;
11. stasiun kereta api;
12. pertokoan grosir;
13. gedung bioskop;
14. swalayan;
15. hotel berbintang;
16. perguruan tinggi;

17. rumah...

17. rumah sakit regional;


18. puskesmas;
-64-

19. gedung serba guna;


20. tempat ibadah skala regional;
21. pertahanan dan keamanan; dan
22. kegiatan lain yang mendukung fungsi kawasan sebagai PKWp.
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi :
1. pembangunan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL);
2. menara telekomunikasi;
3. gardu induk listrik;
4. pemancar radio;
5. normalisasi sungai;
6. dermaga;
7. Tempat Pelelangan Ikan (TPI);
8. pertambakan;
10. pariwisata;
11. penelitian;
12. pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu;
13. pembangunan Instalasi Air Minum; dan
14. kegiatan lain yang bersinergi dan mendukung kegiatan seperti
dimaksud pada huruf a.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi :
1. galian pasir yang dapat merusak kelestarian lingkungan hidup;
2. galian tanah yang dapat merusak kelestarian lingkungan hidup:
3. kegiatan penambangan lain yang dapat merusak kelestarian
lingkungan hidup;
4. pembangunan perumahan atau industri di kawasan sawah beririgasi
teknis; dan
5. kegiatan lain yang tidak menunjang kegiatan utama dan dapat
merusak kelestarian lingkungan.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perkotaan yang berfungsi
sebagai PKL sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf c dan yang berfungsi
sebagai PKLp sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf d diarahkan sebagai
berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
1. pasar regional;
2. Bank perkreditan rakyat;
3. perkantoran;
4. kantor pos pembantu;
5. terminal penumpang type C;

6. dermaga...

6. dermaga perikanan;
7. perumahan;
-65-

8. gedung serba guna;


9. pertokoan;
10. hotel;
11. perguruan tinggi;
12. toko swalayan;
13. industri dan pergudangan; dan
14. kegiatan lain yang menunjang fungsi PKL dan PKLp
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi :
1. pembangunan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL);
2. menara telekomunikasi;
3. gardu induk listrik;
4. pemancar radio;
5. normalisasi sungai;
6. dermaga;
7. Tempat Pelelangan Ikan (TPI);
8. pertambakan;
10. pariwisata;
11. penelitian;
12. pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu;
13. pembangunan Instalasi Air Minum; dan
14. kegiatan lain yang bersinergi dan mendukung kegiatan seperti
dimaksud pada huruf a.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi:
1. galian pasir yang dapat merusak kelestarian lingkungan hidup;
2. galian tanah yang dapat merusak kelestarian lingkungan hidup;
3. kegiatan penambangan lain yang dapat merusak kelestarian
lingkungan hidup;
4. pembangunan perumahan atau industri di kawasan sawah beririgasi
teknis; dan
5. kegiatan lain yang tidak menunjang kegiatan utama dan dapat
merusak kelestarian lingkungan.
(5) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perkotaan yang berfungsi
sebagai PPK sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf e diarahkan sebagai
berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi :
1. permukiman;
2. pasar kecamatan;
3. kantor camat;
4. Bank Perkreditan Rakyat;

5. kantor...

5. kantor pos pembantu;


-66-

6. terminal bis type C;


7. puskesmas;
8. Rumah Sakit Ibu dan Anak;
9. Posyandu;
10. pertokoan eceran;
11. gudang;
12. penginapan;
13. Sekolah Dasar;
14. Sekolah Menengah Pertama (SMP);
15. Sekolah Menengah Umum (SMU);
16. sekolah kejuruan;
17. rumah sakit type C;
18. tempat ibadah skala kecamatan;
19. gedung olahraga;
20. gedung pertemuan/gedung serba guna; dan
21. kegiatan lain yang menunjang fungsi PPK
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi:
1. pemancar radio;
2. penelitian;
3. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL);
4. menara telekomunikasi;
5. pariwisata;
6. TPST skala kecamatan;
7. pembangunan instalasi air minum skala kecamatan; dan
8. kegiatan lain yang mendukung kegiatan sebagaimana dimaksud huruf
a.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi :
1. kegiatan galian pasir yang dapat merusak kelestarian lingkungan
hidup;
2. galian tanah dan kegiatan penambangan lain yang dapat merusak
kelestarian lingkungan hidup;
3. pembangunan perumahan ataupun industri di kawasan sawah
beririgasi teknis; dan
4. kegiatan lain yang tidak menunjang kegiatan utama dan dapat
merusak kelestarian lingkungan.

Paragraf...

Paragraf 3
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Sistem Perdesaan
-67-

Pasal 68
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi sistem perdesaan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 65 ayat (1) huruf b merupakan wilayah yang
kegiatannya didominasi oleh kegiatan pertanian dan kepadatan hunian
rendah meliputi :
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perdesaan; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL).
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perdesaan sebagaimana
dimaksud ayat (1) huruf a diarahkan sebagai berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
1. pertanian;
2. permukiman kepadatan rendah;
3. gudang beras;
4. pasar desa;
5. puskesmas pembantu;
6. Sekolah Taman;
7. Kanak-kanak (TK);
8. Sekolah Dasar;
9. Sekolah Menengah Pertama;
10. toko kelontong;
11. kantor desa;
12. perikanan;
13. Koperasi Unit Desa (KUD);
14. pengairan;
15. penggembalaan;
16. Posyandu;
17. Peternakan skala lokal;
18. gedung serbaguna; dan
19. kegiatan lain yang menunjang pengembangan kawasan.
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi:
1. kegiatan pariwisata alam;
2. penelitian;
3. menara telekomunikasi;
4. pemancar radio;
5. sarana irigasi; dan
6. kegiatan lain yang menunjang kegiatan utama seperti dimaksud pada
huruf a.

c. kegiatan...

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi:


1. kegiatan penambangan;
-68-

2. penggalian pasir (mineral bukan logam dan batuan) yang merubah


bentang alam;
3. ekploitasi sumber daya alam yang tidak disertai kajian analisis dampak
lingkungan;
4. bangunan vertikal melebihi KLB yang ditentukan; dan
5. kegiatan lain yang dapat merusak kelestarian lingkungan.
(3) Kentuan umum peraturan zonasi Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi
1. Sekolah Menengah Umum (SMU);
2. Sekolah Menengah Pertama (SMP);
3. Sekolah Dasar;
4. Taman Kanak-Kanak (TK);
5. Puskesmas pembantu;
6. Pasar skala lokal;
7. gedung pertemuan;
8. Koperasi Unit Desa (KUD);
9. Permukiman kepadatan rendah;
10. pertanian;
11. gudang hasil pertanian;
12. Posyandu;
13. gedung olahraga;
14. lapangan olahraga;
15. toko skala lokal; dan
16. kegiatan lain yang mendukung pengembangan kawasan.
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi :
1. kegiatan pariwisata alam;
2. penelitian;
3. menara telekomunikasi;
4. pemancar radio;
5. sarana irigasi; dan
6. kegiatan lain yang menunjang kegiatan utama seperti dimaksud pada
huruf a.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi :
1. kegiatan penambangan;
2. penggalian pasir (mineral bukan logam dan batuan) yang merubah
bentang alam;
3. ekploitasi sumber daya alam yang tidak disertai kajian analisis
dampak lingkungan;

4. bangunan...

4. bangunan vertikal melebihi KLB yang ditentukan;


5. dan kegiatan lain yang dapat merusak kelestarian lingkungan.
-69-

Paragraf 4
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Sistem
Jaringan Transportasi
Pasal 69

Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan transportasi sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 66 ayat (1) meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan transportasi darat;
b. ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan transportasi laut; dan
c. ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan transportasi udara.

Paragraf 5
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Transportasi Darat
Pasal 70

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan transportasi darat


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 huruf a meliputi:
a. jaringan jalan;
b. terminal penumpang;
c. terminal barang; dan
d. perkeretaapian.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi jaringan jalan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a diarahkan sebagai berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
1. pemanfaatan ruang ditentukan berdasarkan pola ruang; dan
2. pemanfaatan sempadan jalan hanya untuk pembangunan: pagar
tembok yang tidak menghalangi jarak pandang pengemudi, tugu,
pertamanan.
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi:
1. pemanfaatan ruang dengan tingkat intensitas menengah hingga tinggi
kecenderungan pengembangan ruangnya dibatasi;
2. pembangunan utilitas jalan termasuk kelengkapan jalan, penanaman
pohon, dan pembangunan fasilitas pendukung jalan yang tidak
mengganggu kelancaran lalu lintas dan keselamatan pengguna jalan;
3. pengaturan persimpangan sebidang baik pada bundaran, alat
pengaturan isyarat lampu lalu lintas maupun non pengaturan isyarat
lampu lalu lintas dan persimpangan tidak sebidang baik dengan
overpass dan underpass pada kawasan padat lalu lintas; dan
4. selain di sempadan jalan bebas hambatan pembangunan tempat
parkir tidak beratap dapat dilakukan dengan tidak mengganggu
fungsi jalan.

c. kegiatan...

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi:


1. kegiatan yang mengganggu aktivitas pada jalan; dan
2. pemanfaatan ruang pada rumaja, rumija, dan ruwasja yang
mengakibatkan terganggunya fungsi jalan.
-70-

(3) Ketentuan umum peraturan zonasi terminal penumpang sebagaimana


dimaksud dalam ayat (1) huruf b diarahkan sebagai berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
1. penyediaan fasilitas utama terminal seperti jalur pemberangkatan
dan kedatangan kendaraan umum;
2. tempat parkir kendaraan umum selama menunggu keberangkatan;
3. tempat tunggu dan tempat istirahat kendaraan umum;
4. bangunan kantor terminal;
5. tempat tunggu penumpang/pengantar;
6. taman sebagai pembatas dan peneduh; dan
7. dilengkapi dengan fasilitas penyandang cacat.
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi:
1. penyediaan failitas penunjang, seperti: toilet, tempat beribadah,
kios/kantin, ruang informasi dan pengaduan, ruang pengobatan,
tempat penitipan barang, kios sarana komunikasi; dan
2. selain kegiatan yang telah disebutkan pada huruf a diperbolehkan
dengan syarat tidak mengganggu operasional terminal.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang mengganggu
kelancaran lalu lintas kendaraan, keamanan, dan kenyamanan.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi terminal barang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c diarahkan sebagai berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
1. penyediaan fasilitas utama terminal barang;
2. penyediaan gudang penyiman/ penitipan barang;
3. bangunan kantor terminal;
4. tempat tunggu dan istirahat kendaraan;
5. tempat ibadah; dan
6. taman.
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kantin, warung
telekomunikasi, toilet, dan ruang pengobatan; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang dapat
mengganggu kelancaran operasional terminal.
(5) Ketentuan umum peraturan zonasi perkeretaapian sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf d diarahkan sebagai berikut:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
1. pembangunan kantor stasiun;
2. pembangunan rambu-rambu di sepanjang jalur kereta;
3. taman dan penghijauan;
4. menara kontrol;
5. ruang tunggu;
6. sarana parker;
7. menara komunikasi.
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi pembangunan
sarana pendukung operasional stasiun; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi semua kegiatan yang dapat
mengganggu kelancaran operasional perkerataapian.

Paragraf...

Paragraf 6
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Transportasi Laut
Pasal 71
-71-

Ketentuan umum peraturan zonasi transportasi laut sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 69 huruf b meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
1. bangunan pelabuhan;
2. kegiatan alur pelayaran;
3. tempat labuh;
4. tempat alih muat kapal;
5. kolam pelabuhan untuk kebutuhan
dan olah gerak kapal;
6. kegiatan pemanduan;
7. tempat perbaikan kapal;
8. keperluan keadaan darurat;
9. penempatan kapal mati;
10. zona percobaan berlayar;
11. tempat pemeliharaan kapal;
12. menara pengawas;
13. menara komunikasi;
14. area parkir di pelabuhan;
15. taman dan penghijauan.
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi:
1. kegiatan pemanfaatan ruang untuk mendukung kegiatan pelabuhan
sesuai dengan penetapan KDB, KLB, dan KDH yang ditetapkan; dan
2. kegiatan kelautan dan perikanan serta pariwisata dengan syarat
tidak mengganggu kegiatan dan keselamatan pelayaran sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi:
1. kegiatan yang dapat mengganggu kelancaran kegiatan angkutan
penyebrangan dan kegiatan yang dapat mengganggu alur pelayaran;
dan
2. kegiatan yang dapat mengganggu daerah lingkungan kerja pelabuhan
dan daerah lingkungan kepentingan pelabuhan dan jalur transportasi
laut.

Paragraf 7
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Transportasi Udara
Pasal 72
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi Transportasi udara sebagaimana di
maksud dalam Pasal 69 huruf c meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi :
1. pembangunan bandar udara dan fasilitas penunjangnya;
2. penghijauan;
3. kegiatan penunjang pelayanan jasa kebandarudaraan;
4. kegiatan penunjang pelayanan keselamatan operasional
penerbangan; dan
5. kegiatan pertahanan dan keamanan negara secara terbatas.

b. kegiatan...

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi :


1. pemanfaatan ruang termasuk juga ruang udara dan perairan sekitar
bandara secara terbatas serta memenuhi peraturan perundang-
undangan yang berlaku; dan
-72-

2. kegiatan lain yang tidak mengganggu operasional penerbangan dan


fungsi kawasan peruntukkan bandara.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi:
1. kegiatan yang berada di daerah tertentu di bandar udara umum,
membuat halangan dan/atau kegiatan lain yang mengganggu fungsi
kawasan peruntukan bandar udara; dan
2. kawasan zona KKOP tidak diperbolehkan untuk kegiatan yang
menimbulkan asap, menghasilkan cahaya, memelihara burung yang
dapat mengganggu kelancaran operasional penerbangan dan dapat
mengganggu keselamatan penerbangan.

Paragraf 8
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Sistem Jaringan Energi/Kelistrikan

Pasal 73

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan energi/kelistrikan


sebagaimana dimaksud dalam pasal 66 ayat (2) huruf a, meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan kelistrikan; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan gas.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan kelistrikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, diarahkan:
a. kegiatan yang diperbolehkan, meliputi:
1. pengembangan tenaga listrik dilaksanakan dengan memperhatikan
karakter masing-masing pembangkit tenaga listrik yang meliputi
PLTD dan PLTU sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2. pengaturan penempatan tiang SUTET dan SUTT
3. pembangunan sarana dan prasarana jaringan transmisi tenaga
listrik, kegiatan penunjang sistem jaringan transmisi tenaga listrik,
dan penghijauan.
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat, melalui:
1. kegiatan pemakaman;
2. pertanian;
3. perparkiran, dan taman; dan
4. kegiatan lain yang bersifat permanen dan tidak permanen serta tidak
mengganggu fungsi sistem jaringan transmisi tenaga listrik;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan, melalui:
1. kegiatan yang dapat mengganggu fungsi jaringan sistem kelistrikan;
2. pendirian bangunan selain bangunan pendukung jaringan; dan
3. pembuangan sampah pada garis sempadan SUTT dan SUTET.

(3) ketentuan...

(3) Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan gas sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf b, diarahkan:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
1. pembangunan sarana dan prasarana jaringan transmisi gas;
2. kegiatan penunjang sistem jaringan gas; dan
3. kegiatan penghijauan.
-73-

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat, meliputi:


1. kegiatan penelitian;
2. kegiatan pemakaman; dan
3. kegiatan pertanian lahan kering.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan, meliputi :
1. pendirian bangunan di dalam garis sempadan pipa gas selain
bangunan pendukung;
2. kegiatan lain yang dapat mengganggu fungsin utama jaringan; dan
3. pembuangan sampah pada garis sempadan gas.

Paragraf 9
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Sistem Jaringan Telekomunikasi
Pasal 74

Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan telekomunikasi


sebagaimana dimaksud dalam pasal 66 ayat (2) huruf b, meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
1. kegiatan pembangunan prasarana dan sarana sistem jaringan
telekomunikasi dan fasilitas penunjangnya; dan
2. pembangunan jaringan telekomunikasi
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat, meliputi:
1. kegiatan yang tidak membahayakan keamanan dan keselamatan
manusia,lingkungan sekitarnya dan yang tidak mengganggu fungsi
sistem jaringan telekomunikasi;
2. penempatan menara telekomunikasi/tower wajib memperhatikan
keamanan, keselamatan umum, estetika lingkungan, dan
memanfaatkan tower bersama pada lokasi-lokasi yang telah
ditentukan; dan
3. pengembangan jaringan baru atau penggantian jaringan lama pada
sistem jaringan bawah tanah atau jaringan tanpa kabel.
c. Kegiatan yang tidak diperbolehkan, meliputi :
1. kegiatan yang dilaksanakan dalam garis sempadan jaringan
telekomunikasi kecauali sebagai sarana pendukung; dan
2. kegiatan yang membahayakan keamanan dan keselamatan manusia,
lingkungan sekitarnya dan yang dapat mengganggu fungsi sistem
jaringan telekomunikasi;

Paragraf 10
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Sistem Sumber Daya Air
Pasal 75
Ketentuan umum peraturan zonasi sistem sumber daya air sebagaimana
dimaksud dalam pasal 66 ayat (2) huruf c, meliputi:
a. kegiatan...

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:


1. rehabilitasi hutan dan lahan kritis untuk memberikan perlindungan
terhadap kawasan bawahannya dalam rangka menjamin ketersediaan
air tanah, air permukaan dan unsur hara tanah;
-74-

2. pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air untuk


mempertahankan dan memulihkan kualitas air yang masuk dan yang
berada pada sumber-sumber air;
3. memelihara kelangsungan fungsi resapan air dan daerah tangkapan air.
4. pengembangan zona konservasi air tanah meliputi zona perlindungan air
tanah dan zona pemanfaatan air tanah;
5. normalisasi sungai-sungai
6. pembangunan prasarana dan sarana lalu lintas air, bangunan
pengambilan dan pembuangan air dan bangunan pengaman sungai.
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi :
1. kegiatan rekreasi dan pariwisata air terbatas;
2. pemanfaatan ruang pada kawasan di sekitar wilayah sungai dengan
tetap menjaga kelestarian lingkungan dan fungsi lindung kawasan; dan
3. kegiatan penelitian.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan, meliputi kegiatan yang dapat merusak
kualitas air baku.

Paragraf 11
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Sistem Jaringan
Prasarana Wilayah lainnya
Pasal 76

Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan prasarana wilayah lainnya


sebagaimana dimaksud pada pasal 66 ayat (2) huruf d, meliputi:
a. ketentuan Umum peraturan zonasi jaringan persampahan dengan arahan:
1. kegiatan yang diperbolehkan meliputi :
a) pengoperasian TPST sampah dengan metode pemilahan, pengumpulan,
pengelolahan;
b) pemrosesan akhir sampah dengan metode pengurugan berlapis bersih
(sanitary land fill);
c) Pemeliharaan TPST sampah; dan
d) kegiatan industri pengolahan sampah.
2. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi :
a) pertanian non pangan;
b) kegiatan penghijauan;
c) permukiman dengan jarak aman dari dampak pengolahan sampah;
dan
d) kegiatan lain yang tidak berdampak/mengganggu fungsi kawasan
persampahan.
3. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi pembakaran sampah serta
kegiatan lain yang dapat merusak kelestarian lingkungan.

b. ketentuan...

b. ketentuan Umum peraturan zonasi jaringan Sumber air minum, dengan


arahan:
1. kegiatan yang diperbolehkan meliputi :
a) bangunan pengambilan air minum;
b) bangunan kantor;
c) pemasangan pipa distribusi;
d) kolam penampungan dan pengolahan air minum;
-75-

e) bangunan kontrol air minum;


f) penghijauan; dan
g) areal parkir.
2. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi :
a) bangunan penunjang sistem penyediaan air minum; dan
b) kegiatan yang tidak mengganggu keberlanjutan penyediaan air minum.
3. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi :
a) kegiatan yang mengganggu keberlanjutan penyediaan air minum;
b) kegiatan yang menyebabkan pencemaran air minum; dan
c) kegiatan yang mengakibatkan kerusakan prasarana dan sarana
penyediaan air minum.
c. ketentuan Umum peraturan zonasi jalur dan ruang evakuasi bencana,
dengan arahan:
1. kegiatan yang diperbolehkan meliputi :
a) pembangunan sarana dan prasarana jalur dan ruang evakuasi
bencana;
b) penghijauan, dan
c) kegiatan penelitian.
2. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi :
a) pembangunan fasilitas pendukung; dan
b) kegiatan lain yang tidak mengganggu jalur dan ruang evakuasi
bencana.
3. Kegiatan yang tidak diperbolehkan yaitu kegiatan yang menganggu jalur
dan evakuasi bencana.
d. ketentuan Umum peraturan zonasi pembuangan air limbah, dengan
arahan:
1. kegiatan yang diperbolehkan meliputi :
a) pembangunan prasarana dan sarana sistem pembuangan air limbah;
b) penyediaan prasarana dan sarana jaringan pembuangan air limbah;
dan
c) penghijauan.
2. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat, meliputi kegiatan yang tidak
mengganggu fungsi sistem jaringan pembuangan air limbah.
3. kegiatan yang tidak diperbolehkan, meliputi :
a) pembuangan sampah;
b) pembuangan limbah berbau, berbahaya dan beracun; dan
c) kegiatan lain yang dapat mengganggu fungsi sistem jaringan
pembuangan air limbah.

b. ketentuan...

e. ketentuan umum peraturan zonasi jaringan drainase dengan arahan :


1. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
a) pembangunan prasarana dan sarana sistem jaringan drainase dalam
rangka mengurangi genangan air dan mendukung pengendalian
banjir;
b) normalisasi sungai dan saluran pembuang;
c) kegiatan penelitian;
d) perbaikan dan rehabilitasi saluran pembuang; dan
e) penghijauan.
-76-

2. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi :


a) fasilitas penunjang sistem drainase; dan
b) kegiatan yang tidak mengganggu fungsi sistem drainase.
3. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi :
a) pembuangan sampah ke saluran drainase;
b) pembuangan limbah berbau, berbahaya dan beracun ke saluran
drainase; dan
c) kegiatan lain yang dapat mengganggu fungsi sistem drainase.
f. ketentuan umum peraturan zonasi sistem pemadam kebakaran dengan
arahan :
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi pemanfaatan ruang untuk
bangunan pos pemadam kebakaran beserta prasarana dan sarana
penunjangnya dengan memperhatikan KDB, KLB dan KDH yang
berlaku;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi menara radio dan
telekomunikasi, tanki cadangan air, gudang peralatan dan bengkel dan
selain sebagaimana dimaksud dalam huruf a sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi selain sebagaimana yang
dimaksud dalam huruf a dan b.

Paragraf 12
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Pola Ruang
Pasal 77
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk Pola Ruang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 63 ayat (3) huruf b, meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan lindung; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan budidaya.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi :
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan hutan lindung;
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan yang memberikan
perlindungan terhadap kawasan bawahannya;
c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan perlindungan
setempat;
d. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan cagar budaya; dan
e. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan rawan bencana
alam.

(3) ketentuan...

(3) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan budi daya


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi :
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukkan
pertanian;
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukkan
perikanan;
c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukkan
industri;
d. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukkan
pariwisata;
-77-

e. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukkan


permukiman; dan
f. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukkan
lainnya.

Paragraf 13
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Hutan Lindung
Pasal 78

Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan hutan lindung


sebagaimana dimaksud dalam pasal 77 ayat (2) huruf a berupa kawasan
hutan bakau meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan penghijauan, reboisasi,
konservasi hutan bakau, kegiatan pertahanan dan keamanan,
pembangunan ketenagalistrikan, pembangunan jaringan telekomunikasi,
menara suar, pemancar radio, dan kegiatan penelitian;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain
sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi hutan
bakau sebagai kawasan hutan lindung dan kualitas lingkungan di
sempadan pantai; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan selain sebagaimana
dimaksud pada huruf a dan b.

Paragraf 14
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan yang Memberikan
Perlindungan terhadap Kawasan Bawahannya

Pasal 79
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan yang memberikan
perlindungan terhadap daerah bawahannya sebagaimana dimaksud pada
pasal 77 ayat (2) huruf b berupa kawasan resapan air meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pemanfaatan ruang secara
terbatas untuk kegiatan budi daya tidak terbangun yang mempunyai
kemampuan tinggi dalam menahan limpasan air hujan, penyediaan sumur
resapan dan/atau waduk pada lahan terbangun yang sudah ada,
pengembangan vegetasi tegakan tinggi yang mampu memberikan
perlindungan terhadap permukaan tanah dan mampu meresapkan air ke
dalam tanah, kegiatan pariwisata alam, dan kegiatan penelitian;

b. kegiatan...

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain


sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi utama
sebagai resapan air; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi semua jenis kegiatan yang
dapat mengganggu fungsi utama sebagai resapan air.

Paragraf 15
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan
Perlindungan Setempat
-78-

Pasal 80
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan perlindungan setempat
sebagaimana dimaksud pada pasal 77 ayat (2) huruf c meliputi meliputi :
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sempadan pantai;
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sempadan sungai;
c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sempadan danau atau situ;
dan
d. ketentuan umum peraturan zonasi untuk RTH kawasan perkotaan.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sempadan pantai sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan rekreasi pantai,
pengamanan pesisir, kegiatan nelayan, penambatan perahu nelayan,
kegiatan pelabuhan, landing point cable dan / atau pipa bawah laut,
kepentingan pertahanan dan keamanan negara, menara suar, kegiatan
pengendalian kualitas perairan, konservasi lingkungan pesisir,
pengembangan struktur alami dan struktur buatan pencegah abrasi
pada sempadan pantai, pengamanan sempadan pantai sebagai ruang
publik, dan kegiatan pengamatan cuaca dan iklim;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain
sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi
sempadan pantai sebagai kawasan perlindungan setempat dan kualitas
lingkungan di sempadan pantai; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi semua jenis kegiatan yang
dapat mengganggu fungsi utama perlindungan setempat dan kualitas
lingkungan di sempadan pantai.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sempadan sungai sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pemanfaatan sempadan
sungai untuk RTH, rekreasi terbatas, budi daya pertanian dengan jenis
tanaman yang tidak mengurangi kekuatan struktur tanah, pemasangan
reklame dan papan pengumuman/papan peringatan, pemasangan
bentangan jaringan transmisi tenaga listrik, kabel telepon, pipa air
minum, pembangunan prasarana dan sarana lalu lintas air, bangunan
pengambilan dan pembuangan air, dan bangunan penunjang prasarana
perkotaan.
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain
sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi
sempadan sungai sebagai kawasan perlindungan setempat dan kualitas
lingkungan di sempadan sungai; dan
c. kegiatan...

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi pendirian bangunan selain


bangunan sebagaimana huruf a meliputi pembuangan sampah, limbah
padat, dan / atau limbah cair pada kawasan sempadan sungai.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sekitar danau atau situ
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pemanfaatan ruang
untuk RTH, pariwisata, pertanian tanaman keras, kegiatan yang
menunjang kelestarian kawasan, kegiatan yang karena sifat serta
tuntutannya harus dilakukan pada kawasan ini berupa kegiatan
-79-

pemantauan, pengawasan, pengelolaan, pembangkit energi dan kegiatan


penelitian;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain
sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi
kawasan sekitar danau atau situ sebagai kawasan perlindungan
setempat dan kualitas lingkungan di kawasan sekitar danau atau situ;
dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi pendirian bangunan selain
bangunan sebagaimana huruf a meliputi pembuangan sampah, limbah
padat, dan / atau limbah cair, kegiatan pengambilan air danau atau situ
dan pendirian bangunan yang tidak berkaitan dengan penguatan fungsi
perlindungan setempat pada kawasan sekitar danau atau situ.
(5) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk RTH kawasan perkotaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pemanfaatan ruang
untuk kegiatan rekreasi;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain
yang dimaksud pada huruf a dengan syarat tidak mengganggu fungsi
dan peruntukkan RTH sebagai kawasan perlindungan setempat; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi selain sebagaimana yang
dimaksud pada huruf a dan b.

Paragraf 16
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Cagar Budaya

Pasal 81

Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan cagar budaya sebagaimana


dimaksud dalam pasal 77 ayat (2) huruf d meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan penelitian, kegiatan
pendidikan, kegiatan sosial budaya, bangunan untuk pertahanan dsn
keamanan negara, bangunan pos pengawasan, pos telekomunikasi, dan
fasilitas rekreasi terbatas;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi pemanfaatan ruang
secara terbatas untuk bangunan pengawasan dan kegiatan selain
sebagaimana yang dimaksud dalam huruf a yang tidak mengganggu fungsi
kawasan cagar budaya sebagai kawasan lindung; dan

c. kegiatan...

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang dapat merusak


kekayaan budaya bangsa berupa peninggalan sejarah dan bangunan
arkeologi, pendirian bangunan yang tidak sesuai dengan fungsi kawasan,
pemanfaatan ruang dan kegiatan yang mengubah bentukan geologi tertentu
yang mempunyai manfaat tinggi untuk pengembangan ilmu pengetahuan,
pemanfaatan ruang yang dapat mengganggu kelestarian lingkungan di
sekitar peninggalan sejarah, bangunan arkeologi dan wilayah dengan
bentukan geologi tertentu, dan / atau pemanfaatan ruang yang dapat
mengganggu upaya pelestarian budaya masyarakat tertentu.

Paragraf 17
-80-

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Rawan Bencana

Pasal 82
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan rawan bencana alam
sebagaimana dimaksud dalam pasal 77 ayat (2) huruf e meliputi :
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan rawan bencana
banjir; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan rawan gempa dan
tsunami.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan rawan bencana banjir
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi pelestarian kawasan lindung dan
kawasan hulu sungai, kegiatan penghijauan, pemasangan papan
pengumuman dan/ atau peringatan, pemasangan rambu-rambu
peringatan, pembuatan sumur resapan di kawasan perkotaan dan
perdesaan, pembuatan tandon air, membuat saluran pembuangan yang
terkoneksi dengan baik pada jaringan primer, sekunder maupun tersier,
penentuan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman penduduk,
pembatasan pendirian bangunan kecuali untuk kepentingan
pemantauan ancaman bencana dan kepentingan umum, penetapan
batas dataran banjir, pemanfaatan dataran banjir bagi ruang terbuka
hijau dan pembangunan fasilitas umum penunjang pencegahan banjir;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan
pembangunan secara terbatas untuk kepentingan pemantauan ancaman
banjir dan perlindungan kepentingan umum; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan selain sebagaimana
dimaksud pada huruf a dan b.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan rawan gempa dan
tsunami sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi pengendalian pemanfaatan ruang
kawasan rawan tsunami dilakukan dengan mencermati konsistensi
kesesuaian antara pemanfaatan ruang dengan rencana detail tata ruang,
menyediakan jalur evakuasi dan ruang evakuasi bencana, penerapan
garis sempadan pantai yang lebih lebar, pemasangan rambu-rambu
peringatan, kegiatan rekreasi terbatas, penyediaan bangunan
pemantauan dan pengawasan, pembangunan menara suar, dan
kegiatan penelitian;

b. kegiatan...
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan
pembangunan secara terbatas untuk kepentingan pemantauan ancaman
bencana dan perlindungan kepentingan umum; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi semua kegiatan yang dapat
merusak kelestarian wilayah pantai sebagai fungsi lindung dan kegiatan
selain kegiatan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b.

Paragraf 18
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan
Peruntukkan Pertanian

Pasal 83
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukkan pertanian
sebagaimana dimaksud pada pasal 77 ayat (3) huruf a meliputi :
-81-

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pemanfaatan ruang berupa


kegiatan pertanian, pembangunan prasarana dan sarana penunjang
pertanian seperti saluran irigasi, pintu air, gudang pengolah hasil
pertanian, menara telekomunikasi, jaringan energi kelistrikan, penghijauan,
pariwisata dan kegiatan penelitian;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain yang
dimaksud pada huruf a dengan syarat tidak mengubah fungsi lahan
pertanian pangan berkelanjutan dan tidak mengganggu fungsi utama
kawasan bersangkutan.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan industri, kegiatan
perumahan, kegiatan pembuangan akhir sampah, kegiatan pembuangan
limbah industri, serta kegiatan lain sebagaimana dimaksud pada huruf a
dan b yang dapat mengganggu fungsi kegiatan pertanian.

Paragraf 19
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan
Peruntukkan Perikanan

Pasal 84
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukkan perikanan
sebagaimana dimaksud pada pasal 77 ayat (3) huruf b meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan perikanan tangkap,
kegiatan budi daya ikan, dermaga, tempat pelelangan ikan, pangkalan
pendaratan ikan, pemanfaatan ruang untuk permukiman nelayan dengan
kepadatan rendah, pemanfaatan teknologi informasi untuk perikanan, dan
kegiatan penelitian;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi pemanfaatan ruang
untuk permukiman nelayan dengan kepadatan rendah, pemanfaatan ruang
untuk pemijahan dan / atau kawasan penghijauan, dan kegiatan lain
sebagaimana yang dimaksud pada huruf a;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan industri yang bukan
pengolahan ikan, perumahan skala besar dengan kepadatan tinggi, dan
kegiatan lain sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b.

Paragraf...

Paragraf 20
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Peruntukkan Industri
Pasal 85
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukkan industri
sebagaimana dimaksud pada pasal 77 ayat (3) huruf c meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pemanfaatan ruang untuk
kegiatan pembangunan industri dan fasilitas penunjang industri dengan
memperhatikan konsep eco industrial park meliputi perkantoran industri,
terminal barang, pergudangan, tempat ibadah, fasilitas olahraga,
telekomunikasi, pariwisata, kawasan penghijauan, jasa-jasa penunjang
industri seperti jasa promosi dan informasi hasil industri, jasa
ketenagakerjaan, jasa ekspedisi, dan sarana penunjang lainnya meliputi
pembangunan instalasi pengolahan air limbah industri terpadu;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi pembangunan
permukiman terbatas untuk para pekerja industri dengan penetapan KDB,
-82-

KLB dan KDH yang ketat, serta kegiatan selain yang dimaksud pada huruf
a dengan penetapan KDB, KLB dan KDH yang ketat.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi meliputi kegiatan selain
sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b.

Paragraf 21
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan
Peruntukkan Pariwisata
Pasal 86
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukkan pariwisata
sebagaimana dimaksud pada pasal 77 ayat (3) huruf d meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pemanfaatan ruang untuk
kegiatan pembangunan pariwisata dan fasilitas penunjang pariwisata
seperti rumah makan, hotel, ruang terbuka hijau, kegiatan pemanfaatan
potensi alam dan budaya masyarakat sesuai dengan daya dukung dan daya
tampung lingkungan, kegiatan penelitian sejarah dan arkeologi, serta
kegiatan perlindungan terhadap situs peninggalan kebudayaan masa
lampau (heritage);
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan pemanfaatan
ruang secara terbatas untuk menunjang kegiatan pariwisata sesuai dengan
penetapan KDB, KLB dan KDH yang berlaku; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan selain sebagaimana
dimaksud pada huruf a dan b.

Paragraf 22
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan
Peruntukkan Permukiman
Pasal 87
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukkan permukiman
sebagaimana dimaksud pada pasal 77 ayat (3) huruf e meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pembangunan
perumahan, penetapan amplop bangunan, penetapan tema arsitektur
bangunan, penetapan kelengkapan bangunan, kegiatan pembangunan
sarana dan prasarana perumahan beserta utilitasnya, dan penetapan
jenis dan syarat penggunaan bangunan yang diijinkan;
b. kegiatan...

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain


sebagaimana yang dimaksud huruf a meliputi pemanfaatan ruang
secara terbatas untuk mendukung kegiatan permukiman beserta
prasarana, sarana dan utilitas lingkungan; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan selain sebagaimana
yang dimaksud pada huruf a dan b.

Paragraf 23
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan
Peruntukkan Lainnya
Pasal 88
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukkan lainnya
sebagaimana dimaksud pada pasal 77 ayat (3) huruf f meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan reklamasi;
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan pertahanan dan
keamanan negara;
-83-

c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk pusat rehabilitasi/lembaga


pemasyarakatan;
d. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kompleks sekolah pelayaran;
e. ketentuan umum peraturan zonasi untuk rencana pengembangan
tempat pemakaman umum
f. ketentuan umum peraturan zonasi untuk stadion olahraga;
g. ketentuan umum peraturan zonasi untuk rencana pembangunan rumah
sakit tipe B; dan
h. ketentuan umum peraturan zonasi untuk rencana pengembangan
kawasan maritim;
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan reklamasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi pemanfaatan ruang untuk
kegiatan perumahan, industri dan pelabuhan terpadu sesuai dengan
rencana pola ruang kawasan reklamasi dengan memperhatikan
kelestarian linkungan, penyusunan AMDAL kawan reklamasi,
pembangunan prasarana, sarana dan utilitas perkotaan, pariwisata
terpadu, telekomunikasi, menara suar, pos penjaga pantai, pembuatan
jalur hijau dan kawasan lindung, jalur evakuasi bencana tsunami,
pertahanan dan keamanan negara, dan pelestarian pantai dan perairan
sekitarnya dengan penetapan koefisien zona terbangun antara 40%
sampai dengan 45%;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi pariwisata air,
pembangunan perumahan lepas pantai reklamasi, pembangunan ruang
publik sepanjang garis sempadan pantai reklamasi, dan kegiatan selain
sebagaimana yang yang dimaksud dalam huruf a; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan selain sebagaimana
yang dimaksud pada huruf a dan b.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan pertahanan dan
keamanan negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pembangunan sarana,
prasarana dan utilitas untuk pertahanan dan keamanan negara sesuai
dengan peraturan perundang-undangan dan penghijauan kawasan;
b. kegiatan...

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi pemanfaatan ruang


secara terbatas dan selektif sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan pemanfaatan ruang
kawasan budi daya tidak terbangun di sekitar kawasan pertahanan dan
keamanan negara yang ditetapkan sebagai zona penyangga yang
memisahkan kawasan tersebut dengan kawasan budi daya terbangun,
dan kegiatan selain sebagaimana yang dimaksud pada huruf a dan b.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk pusat rehabilitasi/lembaga
pemasyarakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi pemanfaatan ruang untuk
bangunan pusat rehabilitasi/lembaga pemasyarakatan, pos penjagaan,
pos telekomunikasi, bangunan kantor, bangunan mushola, dan
bangunan penunjang lainnya beserta sarana penunjangnya dengan
memperhatikan KDB, KLB dan KDH yang berlaku;
-84-

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi selain sebagaimana


dimaksud dalam huruf a sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi selain sebagaimana yang
dimaksud dalam huruf a dan b.
(5) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk komplek sekolah pelayaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi pemanfaatan ruang untuk
bangunan sekolah pelayaran, pos penjagaan dan pemantauan,
bangunan laboratorium kelautan, bangunan gedung serbaguna,
bangunan kantin, asrama pelajar, dermaga latih, pos kesehatan, pos
telekomunikasi, bangunan kantor, bangunan peribadatan, ruang
terbuka hijau, sarana parkir dan bangunan penunjang lainnya beserta
sarana penunjangnya dengan memperhatikan KDB, KLB dan KDH yang
berlaku;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi selain sebagaimana
dimaksud dalam huruf a sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi selain sebagaimana yang
dimaksud dalam huruf a dan b.
(6) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk rencana pengembangan tempat
pemakaman umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi pemanfaatan ruang untuk
pemakaman, ruang tunggu, mushola, kantor, ruang istirahat, sarana
parkir, penghijauan, dan bangunan penunjang lainnya beserta sarana
penunjangnya dengan memperhatikan KDB, KLB dan KDH yang
berlaku;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi selain sebagaimana
dimaksud dalam huruf a sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi selain sebagaimana yang
dimaksud dalam huruf a dan b.

(7) ketentuan...
(7) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk rencana pembangunan stadion
olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi pemanfaatan ruang untuk
bangunan stadion utama sepakbola, bangunan untuk cabang olahraga
lain, pos penjagaan dan pemantauan, bangunan peribadatan, bangunan
gedung serbaguna, bangunan kantin, asrama atlit, pos kesehatan, pos
dan menara telekomunikasi, bangunan kantor, sarana parkir, ruang
terbuka hijau, dan bangunan penunjang lainnya beserta sarana
penunjangnya dengan memperhatikan KDB, KLB dan KDH yang
berlaku;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi selain sebagaimana
dimaksud dalam huruf a sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi selain sebagaimana yang
dimaksud dalam huruf a dan b.
(8) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk rencana pembangunan
rumahsakit tipe B sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi pemanfaatan ruang untuk
bangunan rumah sakit, pos penjagaan dan pemantauan, bangunan
-85-

laboratorium, bangunan gedung serbaguna, asrama perawat, bangunan


IPAL, pos dan menara telekomunikasi, bangunan kantor, gudang
farmasi, apotik, bangunan untuk pemulasaran jenazah, bangunan
kantin, bangunan peribadatan, sarana parkir, ruang terbuka hijau, dan
bangunan penunjang lainnya beserta sarana penunjangnya dengan
memperhatikan KDB, KLB dan KDH yang berlaku;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi selain sebagaimana
dimaksud dalam huruf a sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi selain sebagaimana yang
dimaksud dalam huruf a dan b.
(9) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk rencana pengembangan
kawasan maritim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf h meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi pembangunan bengkel dan tempat
docking kapal, bangunan kantor administrasi bengkel kapal, pos jaga,
tempat penambatan kapal, taman dan jalur hijau serta bangunan lain
yang menunjang kegiatan bengkel sesuai dengan peraturan KDB, GSB,
KLB dan KDH yang berlaku.
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi menara radio dan
telekomunikasi, gudang, area parkir, pengerukan sungai di dalam
kawasan, dan kegiatan selain yang dimaksud huruf a dengan
memperhatikan ketentuan yang berlaku.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi pembuangan sampah,
penambangan, pembuangan bahan berbahaya dan beracun, dan
kegiatan selain dimaksud pada huruf a dan b.

Pasal...

Pasal 89
(1) Di kawasan budi daya dapat ditetapkan kegiatan selain sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 50, dengan ketentuan tidak mengganggu fungsi
utama kawasan yang bersangkutan dan tidak melanggar ketentuan umum
peraturan zonasi pola ruang sebagaimana diatur dalam peraturan daerah
ini.
(2) Pemanfaatan ruang di kawasan budi daya sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat dilaksanakan setelah adanya kajian komprehensif dan
rekomendasi dari BKPRD Kabupaten.

Bagian Ketiga
Ketentuan Perizinan
Pasal 90
(1) Ketentuan perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 huruf b
merupakan acuan bagi pejabat yang berwenang dalam pemberian izin
pemanfaatan ruang berdasarkan rencana struktur ruang dan pola ruang
yang ditetapkan dalam peraturan daerah ini.
(2) Izin pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. izin prinsip;
-86-

b. izin lokasi;
c. izin penggunaan pemanfaatan tanah;
d. izin mendirikan bangunan; dan
e. izin lain berdasarkan peraturan perundang-undangan.
(3) Segala bentuk kegiatan dan pembangunan prasarana dan sarana harus
memperoleh izin pemanfaatan ruang yang mengacu pada RTRW
Kabupaten.
(4) Setiap orang atau badan hukum yang memerlukan tanah dalam rangka
penanaman modal wajib memperoleh izin pemanfaatan ruang dari Bupati.
(5) Pelaksanaan prosedur izin pemanfaatan ruang dilaksanakan oleh instansi
yang berwenang dengan mempertimbangkan rekomendasi BKPRD.
(6) Setiap pemanfaatan ruang harus mendapat izin sesuai dengan peruntukan
wilayah berdasarkan zonasi yang ditetapkan.

Paragraf 1
Izin Prinsip
Pasal 91
(1) Izin prinsip sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 ayat (2) huruf a
merupakan persetujuan pendahuluan yang diberikan kepada orang atau
badan hukum untuk menanamkan modal atau mengembangkan kegiatan
atau pembangunan di wilayah Kabupaten, yang sesuai dengan arahan
kebijakan dan alokasi penataan ruang wilayah.

(2) izin...

(2) Izin prinsip dipakai sebagai kelengkapan persyaratan teknis permohonan


izin lainnya, yaitu izin lokasi, izin penggunaan pemanfaatan tanah, izin
mendirikan bangunan, dan izin lainnya.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai izin prinsip akan ditetapkan dengan
peraturan Bupati.

Paragraf 2
Izin Lokasi
Pasal 92
(1) Izin lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 ayat (2) huruf b
merupakan izin yang diberikan kepada orang atau badan hukum untuk
memperoleh tanah/pemindahan hak atas tanah/menggunakan tanah yang
diperlukan dalam rangka penanaman modal.
(2) Izin lokasi diberikan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. untuk luas 1 (satu) hektar sampai 25 (dua puluh lima) hektar diberikan
izin selama 1 (satu) tahun;
b. untuk luas lebih dari 25 (dua puluh lima) hektar sampai dengan 50
(lima puluh) hektar diberikan izin selama 2 (dua) tahun; dan
c. untuk luas lebih dari 50 (lima puluh) hektar diberikan izin selama 3
(tiga) tahun.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai izin lokasi akan ditetapkan dengan
-87-

peraturan Bupati.

Paragraf 3
Izin Penggunaan Pemanfaatan Tanah
Pasal 93
(1) Izin Penggunaan Pemanfaatan Tanah (IPPT) sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 90 ayat (2) huruf c merupakan izin yang diberikan kepada
pengusaha untuk kegiatan pemanfaatan ruang dengan kriteria batasan
luasan tanah lebih dari 5.000 (lima ribu) meter persegi.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai izin penggunaan pemanfaatan tanah akan
ditetapkan dengan peraturan Bupati.

Paragraf 4
Izin Mendirikan Bangunan
Pasal 94
(1) Izin Mendirikan Bangunan (IMB) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90
ayat (2) huruf d merupakan izin yang diberikan kepada pemilik bangunan
untuk membangun baru, mengubah, memperluas, mengurangi, dan/atau
merawat bangunan gedung sesuai dengan persyaratan administratif dan
persyaratan teknis.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai izin mendirikan bangunan akan
ditetapkan dengan peraturan daerah.

Paragraf...

Paragraf 5
Izin Lain Berdasarkan Peraturan Perundang-undangan
Pasal 95
(1) Izin lain berdasarkan peraturan perundang-undangan terkait pemanfaatan
ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 ayat (2) huruf e merupakan
ketentuan izin usaha pertambangan, perkebunan, pariwisata, industri,
perdagangan dan pengembangan sektoral lainnya, yang disyaratkan sesuai
peraturan perundangan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai izin usaha pengembangan sektoral akan
ditetapkan dengan peraturan Bupati.

Bagian Keempat
Ketentuan Pemberian Insentif Dan Disinsentif
Pasal 96
.
(1) Insentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 huruf c, merupakan
perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan terhadap pelaksanaan
kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang, berupa:
a. keringanan pajak, pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan,
sewa ruang, dan urun saham;
b. pembangunan serta pengadaan infrastruktur;
-88-

c. kemudahan prosedur perizinan; dan


d. pemberian penghargaan kepada masyarakat, swasta dan/atau
pemerintah daerah.
(2) Disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 huruf c, yang
merupakan perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau
mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang,
berupa:
a. pengenaan pajak yang tinggi, disesuaikan dengan besarnya biaya yang
dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat
pemanfaatan ruang; dan
b. pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan kompensasi, dan
penalti.
(3) Insentif dan disinsentif diberikan dengan tetap menghormati hak
masyarakat.
(4) Insentif dan disinsentif dapat diberikan oleh:
a. pemerintah kepada pemerintah daerah;
b. pemerintah daerah kepada pemerintah daerah lainnya; dan
c. pemerintah kepada masyarakat.
(5) ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tata cara pemberian insentif
dan disinsentif diatur dengan peraturan bupati.

Pasal...

Pasal 97

(1) Pemberian insentif diberlakukan pada pemanfaatan ruang yang didorong


perkembangannya dan sesuai dengan rencana tata ruang, sedang
disinsentif diberlakukan bagi kawasan yang dibatasi atau dikendalikan
perkembangannya bahkan dilarang dikembangkan untuk kegiatan budi
daya.
(2) Arahan pemberian insentif meliputi:
a. memberikan keringanan atau penundaan pajak dan kemudahan proses
perizinan;
b. penyediaan sarana dan prasarana kawasan oleh pemerintah untuk
memperingan biaya investasi oleh pemohon izin;
c. pemberian kompensasi terhadap kawasan terbangun lama sebelum
rencana tata ruang ditetapkan dan tidak sesuai tata ruang serta dapat
menimbulkan dampak terhadap lingkungan; dan
d. kegiatan yang menimbulkan dampak positif akan diberikan kemudahan
dalam perizinan.
(3) Pemberian insentif dilakukan oleh instansi berwenang sesuai dengan
kewenangannya, Insentif kepada masyarakat diberikan, antara lain, dalam
bentuk:
a. keringanan pajak;
-89-

b. pemberian kompensasi;
c. imbalan;
d. sewa ruang;
e. urun saham;
f. penyediaan infrastruktur;
g. kemudahan prosedur perizinan; dan/atau
h. penghargaan.
(4) Pemberian disinsentif kepada masyarakat diberlakukan terhadap
pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan ketentuan penataan ruang
dan peraturan zonasi.
(5) pemberian disinsentif dapat meliputi :
a. pengenaan pajak yang tinggi terhadap kegiatan yang berlokasi di daerah
yang memiliki nilai ekonomi tinggi, seperti pusat kota, kawasan
komersial, daerah yang memiliki tingkat kepadatan tinggi;
b. memberikan izin perpanjangan hak guna usaha, hak guna bangunan
terhadap kegiatan yang terlanjur tidak sesuai dengan rencana tata
ruang dan peraturan zonasi dengan persyaratan khusus;
c. tidak menyediakan sarana dan prasarana bagi daerah yang tidak dipacu
pengembangannya, atau pengembangannya dibatasi; dan
d. pengenaan kompensasi.

Bagian...

Bagian Keempat
Ketentuan Pemberian Sanksi
Pasal 98

(1) Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud dalam pasal 62 huruf d, berupa


sanksi administratif.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa :
a. peringatan tertulis dilakukan apabila:
1. pelaksanaan pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin yang
diberikan; dan
2. pelaksanaan pemanfaatan ruang telah dilakukan sementara izin nya
belum diberikan oleh pihak yang berwenang.
b. penghentian sementara kegiatan dikenakan apabila peringatan tertulis
yang telah diberikan berturut-turut sebanyak 3 (tiga) kali tidak
diindahkan oleh pemohon/pelaku pemanfaatan ruang.
c. penghentian sementara pelayanan umum seperti penyediaan listrik,
telepon, air minum dan sejenisya apabila sanksi penghentian sementara
kegiatan tidak diindahkan.
d. penutupan lokasi dilakukan apabila terkait dengan hal-hal sebagai
berikut:
1. pembangunan tidak disertai izin mendirikan bangunan.
2. penggunaan lahan tidak sesuai dengan izin yang diberikan.
-90-

3. pembangunan menimbulkan masalah lingkungan.


4. sanksi ini dilakukan atau berlaku setelah penerapan sanksi tertulis,
sanksi penghentian kegiatan dan sanksi pemberhentian sementara
tidak dilakukan tidak lanjut oleh pemilik atau pelaku pembangunan.
e. pencabutan izin dilakukan apabila terkait dengan hal-hal:
1. rencana dan pelaksanaan pembangunan tidak sesuai dengan
rencana serta sudah diselesaikannya pembangunannya.
2. pelangaran ketentuan teknis dan penggunaan lahan ditetapkan
dalam perizinan yang telah diterbitkan.
3. terjadi ketidak sesuaian kepemilikan lahan
4. terjadi permasalahan dalam proses pelaksanaan pembangunan
seperti terjadinya permasalahan bangunan menimbulkan kecelakaan
pada masyarakat sekitarnya.
5. penggunaan lahan tidak sesuai dengan izin dan menimbulkan
masalah seperti masalah sosial dan kerusakan lingkungan.
f. pembatalan izin dan pembongkaran dilakukan hampir secara
bersamaan, setelah pengenaan sanksi tertulis, sanksi pemberhentian
sementara kegiatan dan pelayanan umum serta penutupan lokasi
dilakukan dalam batas waktu yang telah ditentukan untuk
melakukan perbaikan tidak dilaksanakan, maka sanksi pembatalan
izin diterapkan dengan lampiran pemberitahuan jangka waktu
pelaksanaan pembongkaran.
g. sanksi...

g. sanksi pemulihan fungsi ruang dilakukan apabila:


1. kegiatan pembangunan merusak fungsi lindung dan kelestarian
alam yang ada seperti pembangunan di daerah sempadan sungai,
sempadan pantai, kawasan konservasi, kawasan rencana tata
hijau dan pencemaran pada saluran drainase maupun sungai; dan
2. kegiatan menimbulkan permasalahan limbah bagi masyarakat
sekitar, maka pelaksana pembangunan harus memperbaikinya.
h. sanksi denda administrasi dilakukan apabila kondisi izin
pembangunan maupun yang tidak memiliki izin melakukan kesalahan
penggunaan lahan dikenakan denda administrasi berupa pembayaran
uang administrasi pelanggaran.

Pasal 99
Ketentuan lebih lanjut mengenai pengendalian pemanfaatan ruang diatur
dengan peraturan bupati.

BAB IX
PERAN MASYARAKAT DAN KELEMBAGAAN
Bagian Kesatu
Peran Masyarakat
Pasal 100
(1) Peran masyarakat dalam penataan ruang di daerah dilakukan antara lain
melalui:
-91-

a. partisipasi dalam penyusunan rencana tata ruang;


b. partisipasi dalam pemanfaatan ruang; dan
c. partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang.
(2) Bentuk peran masyarakat dalam penyusunan rencana tata ruang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat berupa:
a. memberikan masukan mengenai:
1. persiapan penyusunan rencana tata ruang;
2. penentuan arah pengembangan wilayah atau kawasan;
3. pengidentifikasian potensi dan masalah pembangunan wilayah atau
kawasan;
4. perumusan konsepsi rencana tata ruang; dan/atau
5. penetapan rencana tata ruang.
b. kerja sama dengan Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau sesama
unsur masyarakat dalam perencanaan tata ruang.
(3) Bentuk peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat berupa:
a. masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang;
b. kerja sama dengan Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau sesama
unsur masyarakat dalam pemanfaatan ruang;

c. kegiatan...

c. kegiatan memanfaatkan ruang yang sesuai dengan kearifan lokal dan


rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
d. peningkatan efisiensi, efektivitas, dan keserasian dalam pemanfaatan
ruang darat, ruang laut, ruang udara, dan ruang di dalam bumi dengan
memperhatikan kearifan lokal serta sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
e. kegiatan menjaga kepentingan pertahanan dan keamanan serta
memelihara dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan
sumber daya alam; dan
f. kegiatan investasi dalam pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(4) Bentuk peran masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dapat berupa:
a. masukan terkait arahan dan/atau peraturan zonasi, perizinan,
pemberian insentif dan disinsentif serta pengenaan sanksi;
b. keikutsertaan dalam memantau dan mengawasi pelaksanaan rencana
tata ruang yang telah ditetapkan;
c. pelaporan kepada instansi dan/atau pejabat yang berwenang dalam hal
menemukan dugaan penyimpangan atau pelanggaran kegiatan
pemanfaatan ruang yang melanggar rencana tata ruang yang telah
ditetapkan; dan
d. pengajuan keberatan terhadap keputusan pejabat yang berwenang
terhadap pembangunan yang dianggap tidak sesuai dengan rencana tata
ruang.
-92-

Pasal 101

(1) Peran masyarakat dalam penataan ruang dapat disampaikan secara


langsung dan/atau tertulis.
(2) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat
disampaikan kepada Menteri/pimpinan lembaga pemerintah non
kementerian terkait dengan penataan ruang, Gubernur, dan Bupati.

Pasal 102

Dalam rangka meningkatkan peran masyarakat, pemerintah daerah


membangun sistem informasi dan komunikasi penyelenggaraan penataan
ruang yang dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 103

Pelaksanaan tata cara peran masyarakat dalam penataan ruang dilaksanakan


sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian...

Bagian Kedua
Kelembagaan
Pasal 104
(1) Pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan secara terpadu
dan komprehensif melalui suatu koordinasi dan kerja sama antara
pemerintah Kabupaten dan pihak-pihak lain yang terkait dengan
pemanfaatan ruang dan pelaksanaan kegiatan pembangunan.
(2) Dalam rangka mengkoordinasikan penyelenggaraan penataan ruang dan
kerja sama antarsektor/antardaerah bidang penataan ruang dibentuk
BKPRD.
(3) Tugas, susunan organisasi, dan tata kerja BKPRD sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diatur sesuai dengan keputusan Bupati.

BAB X
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 105

(1) Selain pejabat penyidik kepolisian negara Republik Indonesia, pegawai


negeri sipil tertentu di lingkungan instansi pemerintah yang lingkup
tugas dan tanggung jawabnya di bidang penataan ruang diberi
wewenang khusus sebagai penyidik untuk pembantu pejabat penyidik
kepolisian negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
(2) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berwenang:
-93-

a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan


yang berkenaan dengan tindak pidana dalam bidang penataan
ruang;
b. melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan
tindak pidana dalam bidang penataan ruang;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang sehubungan
dengan peristiwa tindak pidana dalam bidang penataan ruang;
d. melakukan pemeriksaan atas dokumen-dokumen yang berkenaan
dengan tindak pidana dalam bidang penataan ruang;
e. melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapat
bahan bukti dan dokumen lain serta melakukan penyitaan dan
penyegelan terhadap bahan dan barang hasil pelanggaran yang
dapat dijadikan bukti dalam perkara tindak/pidana dalam bidang
penataan ruang; dan
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas
penyidikan tindak pidana dalam bidang penataan ruang.

(3) Penyidik...

(3) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memberitahukan dimulainya penyidikan kepada pejabat penyidik
kepolisian negara Republik Indonesia.
(4) Apabila pelaksanaan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
memerlukan tindakan penangkapan dan penahanan, penyidik pegawai
negeri sipil melakukan koordinasi dengan pejabat penyidik kepolisian
negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(5) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menyampaikan hasil penyidikan kepada penuntut umum melalui
pejabat penyidik kepolisian negara Republik Indonesia.
(6) Pengangkatan pejabat penyidik pegawai negeri sipil dan tata cara serta
proses penyidikan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

BAB XI
KETENTUAN PIDANA

Pasal 106
(1) Setiap orang yang tidak memenuhi syarat dalam melakukan kegiatan
yang diperbolehkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 ayat (2) huruf
b, Pasal 67 ayat (3) huruf b, Pasal 67 ayat (4) huruf b, Pasal 67 ayat (5)
huruf b, Pasal 68 ayat (2) huruf b, Pasal 68 ayat (3) huruf b, Pasal 70 ayat
(2) huruf b, Pasal 70 ayat (3) huruf b, Pasal 70 ayat (4) huruf b, Pasal 70
ayat (5) huruf b, Pasal 71 huruf b, Pasal 72 ayat (1) huruf b, Pasal 73 ayat
(2) huruf b, Pasal 73 ayat (3) huruf b, Pasal 74 huruf b, Pasal 75 huruf b,
Pasal 76 huruf a angka 2, Pasal 76 huruf b angka 2, Pasal 76 huruf c
angka 2, Pasal 76 huruf d angka 2, Pasal 76 huruf e angka 2, Pasal 76
-94-

huruf f angka 2, Pasal 78 huruf b, Pasal 79 huruf b, Pasal 80 ayat (2)


huruf b, Pasal 80 ayat (3) huruf b, Pasal 80 ayat (4) huruf b, Pasal 80 ayat
(5) huruf b, Pasal 81 huruf b, Pasal 82 ayat (2) huruf b, Pasal 82 ayat (3)
huruf b, Pasal 83 huruf b, Pasal 84 huruf b, Pasal 85 huruf b, Pasal 86
huruf b, Pasal 87 huruf b, Pasal 88 ayat (2) huruf b, Pasal 88 ayat (3)
huruf b, Pasal 88 ayat (4) huruf b, Pasal 88 ayat (5) huruf b, Pasal 88 ayat
(6) huruf b, Pasal 88 ayat (7) huruf b, Pasal 88 ayat (8) huruf b, dan Pasal
88 ayat (9) huruf b, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6
(enam) bulan dan denda paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah).
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.
(3) Selain sanksi pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pelaku dapat
dikenai sanksi administratif sesuai ketentuan Pasal 98 ayat (2) Peraturan
Daerah ini.

Pasal...

Pasal 107
(1) Setiap orang yang :
a. melakukan kegiatan yang tidak diperbolehkan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 67 ayat (2) huruf c, Pasal 67 ayat (3) huruf c, Pasal 67
ayat (4) huruf c, Pasal 67 ayat (5) huruf c, Pasal 68 ayat (2) huruf c,
Pasal 68 ayat (3) huruf c, Pasal 70 ayat (2) huruf c, Pasal 70 ayat (3)
huruf c, Pasal 70 ayat (4) huruf c, Pasal 70 ayat (5) huruf c, Pasal 71
huruf c, Pasal 72 ayat (1) huruf c, Pasal 73 ayat (2) huruf c, Pasal 73
ayat (3) huruf c, Pasal 74 huruf c, Pasal 75 huruf c, Pasal 76 huruf a
angka 3, Pasal 76 huruf b angka 3, Pasal 76 huruf c angka 3, Pasal 76
huruf d angka 3, Pasal 76 huruf e angka 3, Pasal 76 huruf f angka 3,
Pasal 78 huruf c, Pasal 79 huruf c, Pasal 80 ayat (2) huruf c, Pasal 80
ayat (3) huruf c, Pasal 80 ayat (4) huruf c, Pasal 80 ayat (5) huruf c,
Pasal 81 huruf c, Pasal 82 ayat (2) huruf c, Pasal 82 ayat (3) huruf c,
Pasal 83 huruf c, Pasal 84 huruf c, Pasal 85 huruf c, Pasal 86 huruf c,
Pasal 87 huruf c, Pasal 88 ayat (2) huruf c, Pasal 88 ayat (3) huruf c,
Pasal 88 ayat (4) huruf c, Pasal 88 ayat (5) huruf c, Pasal 88 ayat (6)
huruf c, Pasal 88 ayat (7) huruf c, Pasal 88 ayat (8) huruf c, dan Pasal
88 ayat (9) huruf c, yang mengakibatkan perubahan fungsi ruang;
b. tidak menaati rencana tata ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal
45, Pasal 46, Pasal 47 ayat (2) sampai dengan ayat (4), Pasal 48, Pasal
49 ayat (2) dan ayat (3), Pasal 51 ayat (3) sampai dengan ayat (6),
Pasal 52 ayat (2) dan ayat (3) huruf b, Pasal 53, Pasal 54 ayat (2) dan
ayat (3), Pasal 55, Pasal 56 ayat (2) sampai dengan ayat (8), dan Pasal
57 ayat (3), yang mengakibatkan perubahan fungsi ruang;
c. memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari
pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal Pasal 90
ayat (2) huruf a sampai dengan huruf e ;
-95-

d. tidak mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin


pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 91 ayat (2),
Pasal 92 ayat (2), Pasal 93 ayat (1), dan Pasal 94 ayat (1);
e. tidak memberikan akses terhadap kawasan yang oleh peraturan
perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum;
di pidana sesuai dengan ketentuan Undang-Undang No. 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang.
(2) Setiap pejabat pemerintah yang berwenang yang menerbitkan izin tidak
sesuai dengan rencana tata ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90
ayat (1), dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan Pasal 73 Undang-
Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

Pasal 108
Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 107 adalah kejahatan.

Bab...

BAB XII
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 109
(1) Jangka waktu berlakunya RTRW Kabupaten adalah 20 (dua puluh) tahun
sejak tanggal ditetapkan dan ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima)
tahun.
(2) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan
bencana alam skala besar yang ditetapkan dengan peraturan perundang-
undangan dan/atau perubahan batas teritorial negara, wilayah provinsi,
dan/atau wilayah Kabupaten yang ditetapkan dengan undang-undang,
RTRW Kabupaten ditinjau kembali lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima)
tahun.

BAB XIII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 110
(1) Dengan berlakunya peraturan daerah ini, maka semua peraturan
pelaksanaan yang berkaitan dengan penataan ruang daerah yang telah ada
dinyatakan berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan dan belum
diganti berdasarkan peraturan daerah ini.
(2) Dengan berlakunya peraturan daerah ini, maka:
a. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan sesuai dengan rencana
tata ruang kawasan Jabodetabekpunjur atau telah sesuai dengan
ketentuan peraturan daerah ini tetap berlaku sesuai dengan masa
berlakunya;
-96-

b. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi tidak sesuai


dengan ketentuan peraturan daerah ini berlaku ketentuan:
1. untuk yang belum dilaksanakan pembangunannya, izin tersebut
disesuaikan dengan fungsi kawasan berdasarkan peraturan daerah
ini;
2. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya, dilakukan
penyesuaian dengan masa transisi berdasarkan ketentuan
perundang-undangan; dan
3. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya dan tidak
memungkinkan untuk dilakukan penyesuaian dengan fungsi
kawasan berdasarkan peraturan daerah ini, izin yang telah
diterbitkan dapat dibatalkan dan terhadap kerugian yang timbul
sebagai akibat pembatalan izin tersebut dapat diberikan penggantian
yang layak;
c. pemanfaatan ruang di daerah yang diselenggarakan tanpa izin dan
bertentangan dengan ketentuan peraturan daerah ini, akan ditertibkan
dan disesuaikan dengan peraturan daerah ini; dan
d. pemanfaatan ruang yang sesuai dengan ketentuan peraturan daerah ini,
agar dipercepat untuk mendapat izin yang diperlukan.

BAB...

BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 111

Pada saat peraturan daerah ini mulai berlaku, maka :


a. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 3 Tahun 1996 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang;
b. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 5 Tahun 2002 tentang
Perubahan Atas Peraturan Daerah Tingkat II Kabupaten Tangerang Nomor 3
Tahun 1996 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang;
c. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 3 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 3
Tahun 1996 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 112
Peraturan daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan
daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten
Tangerang.

Ditetapkan : di Tigaraksa
pada tanggal : 12 - 10 - 2011

BUPATI TANGERANG,
-97-

Ttd.

ISMET ISKANDAR
Diundangkan : di Tigaraksa
pada tanggal : 12 – 10 - 2011
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN TANGERANG,

Ttd.

HERMANSYAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2011 NOMOR 13

PENJELASAN ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG
NOMOR 13 TAHUN 2011
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANGERANG
TAHUN 2011 - 2031

I. Penjelasan Umum

1. Ruang wilayah Kabupaten Tangerang sebagai bagian dari wilayah


Republik Indonesia, baik sebagai kesatuan wadah yang meliputi ruang
darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi,
maupun sebagai sumber daya, merupakan karunia Tuhan Yang Maha
Esa yang perlu disyukuri, dilindungi, dan dikelola secara berkelanjutan
untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

2. Secara geografis, Kabupaten Tangerang terletak di bagian Timur Provinsi


Banten pada koordinat 106°20’-106°44’ Bujur Timur dan 5°58’-6°21’
Lintang Selatan. Kabupaten Tangerang termasuk salah satu kabupaten
di wilayah Provinsi Banten. Terletak pada posisi geografis cukup
strategis dengan batas-batas:

a. sebelah Utara berbatasan dengan laut Jawa,


b. sebelah Timur berbatasan dengan Kota Tangerang Selatan, Kota
Tangerang dan Provinsi DKI Jakarta;
c. sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan
Kabupaten Lebak; dan
d. sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Serang dan Kabupaten
Lebak.
-98-

Jarak antara pusat Kabupaten Tangerang dengan pusat pemerintahan


Republik Indonesia (DKI Jakarta) sekitar 30 (tiga puluh) kilometer, yang
bisa ditempuh dengan waktu setengah jam. Keduanya dihubungkan
dengan lajur lalu lintas darat bebas hambatan Jakarta-Merak yang menjadi
jalur utama lalu lintas perekonomian antara Pulau Jawa dengan Pulau
Sumatera.

3. Ruang yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk
ruang di dalam bumi, sebagai tempat manusia dan makhluk lain hidup,
melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya, pada
dasarnya ketersediaannya tidak tak terbatas. Berkaitan dengan hal
tersebut, dan untuk mewujudkan ruang wilayah kabupaten yang aman,
nyaman, produktif, dan berkelanjutan Peraturan Daerah ini
mengamanatkan perlunya dilakukan penataan ruang yang dapat
mengharmoniskan lingkungan alam dan lingkungan buatan, yang mampu
mewujudkan keterpaduan penggunaan sumber daya alam dan sumber
daya buatan, serta yang dapat memberikan pelindungan terhadap fungsi
ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan hidup akibat
pemanfaatan ruang.

4. untuk...

4. untuk mewujudkan ruang wilayah kabupaten yang aman, nyaman,


produktif, dan berkelanjutan serta sejalan dengan kebijakan otonomi
daerah yang nyata, luas, dan bertanggung jawab, penataan ruang
menuntut kejelasan pendekatan dalam proses perencanaannya demi
menjaga keselarasan, keserasian, keseimbangan, dan keterpaduan
antardaerah, antara pusat dan daerah, antarsektor, dan antarpemangku
kepentingan. Dalam Peraturan Daerah ini, penataan ruang didasarkan
pada pendekatan sistem, fungsi utama kawasan, wilayah administratif,
kegiatan kawasan, dan nilai strategis kawasan.

5. Penataan ruang yang didasarkan pada karakteristik, daya dukung dan


daya tampung lingkungan, serta didukung oleh teknologi yang sesuai akan
meningkatkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan sub sistem. Hal
itu berarti akan dapat meningkatkan kualitas ruang yang ada. Karena
pengelolaan subsistem yang satu berpengaruh pada subsistem yang lain
dan pada akhirnya dapat mempengaruhi sistem wilayah ruang nasional
secara keseluruhan, pengaturan penataan ruang menuntut
dikembangkannya suatu sistem keterpaduan sebagai ciri utama. Hal itu
berarti perlu adanya suatu kebijakan tentang penataan ruang yang dapat
memadukan berbagai kebijakan pemanfaatan ruang. Seiring dengan
maksud tersebut, pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, maupun masyarakat, baik pada tingkat
pusat maupun pada tingkat daerah, harus dilakukan sesuai dengan
rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Dengan demikian, pemanfaatan
ruang oleh siapa pun tidak boleh bertentangan dengan rencana tata ruang.

6. Penataan ruang dengan pendekatan kegiatan utama kawasan terdiri atas


penataan ruang kawasan perkotaan dan penataan ruang kawasan
perdesaan. Kawasan perkotaan akan mempunyai pusat-pusat pelayanan
-99-

berupa pusat-pusat kegiatan, menurut besarannya, mempunyai skala


pelayanan yang terhirarki mulai dari pelayanan skala desa, skala
kecamatan, skala kabupaten sampai dengan skala provinsi. Penataan
ruang kawasan perdesaan diselenggarakan pada kawasan perdesaan yang
merupakan bagian wilayah kabupaten atau pada kawasan yang secara
fungsional berciri perdesaan.

7. Penataan ruang dengan pendekatan nilai strategis kawasan dimaksudkan


untuk mengembangkan, melestarikan, melindungi dan/atau
mengoordinasikan keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan yang
bersangkutan demi terwujudnya pemanfaatan yang berhasil guna, berdaya
guna, dan berkelanjutan.

8. Penataan ruang sebagai suatu sistem perencanaan tata ruang,


pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan antara yang satu dan yang lain dan harus
dilakukan sesuai dengan kaidah penataan ruang sehingga diharapkan
dapat mewujudkan pemanfaatan ruang yang berhasil guna dan berdaya
guna serta mampu mendukung pengelolaan lingkungan hidup yang
berkelanjutan; tidak terjadi pemborosan pemanfaatan ruang; dan tidak
menyebabkan terjadinya penurunan kualitas ruang.
9. pengendalian...

9. Pengendalian pemanfaatan ruang tersebut dilakukan pula melalui


perizinan pemanfaatan ruang, pemberian insentif dan disinsentif, serta
pengenaan sanksi. Perizinan pemanfaatan ruang dimaksudkan sebagai
upaya penertiban pemanfaatan ruang sehingga setiap pemanfaatan ruang
harus dilakukan sesuai dengan rencana tata ruang. Izin pemanfaatan
ruang diatur dan diterbitkan oleh pemerintah daerah sesuai dengan
kewenangannya masing-masing. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai
dengan rencana tata ruang, baik yang dilengkapi dengan izin maupun
yang tidak memiliki izin dikenai sanksi adminstratif dan /atau sanksi
pidana.

9. Sesuai dengan Pasal 26 ayat (2) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007


tentang Penataan Ruang, rencana tata ruang wilayah kabupaten menjadi
pedoman untuk:
a. penyusunan rencana pembangunan jangka panjang daerah;
b. penyusunan rencana pembangunan jangka menengah daerah;
c. pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang dalam
wilayah kabupaten;
d. mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan
perkembangan antarwilayah kabupaten/kota, serta keserasian antar
sektor;
e. penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; dan
f. penataan ruang kawasan strategis kabupaten.
Oleh karena itu penyusunan rencana tata ruang wilayah kabupaten ini
dilakukan dengan memperhatikan:
a. perkembangan permasalahan dan hasil pengkajian implikasi
penataan ruang kabupaten;
b. upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi
kabupaten;
-100-

c. keselarasan aspirasi pembangunan kabupaten dan pembangunan


kecamatan;
d. daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;
e. rencana pembangunan jangka panjang daerah; dan
f. rencana tata ruang wilayah kabupaten yang berbatasan.

10. Penggunaan sumber daya alam dilakukan secara terencana, rasional,


optimal, bertanggungjawab, dan sesuai dengan kemampuan daya dukung
dan daya tampungnya, dengan mengutamakan sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat, memperkuat struktur ekonomi yang memberikan efek
ganda yang maksimum terhadap pengembangan industri pengolahan dan
jasa dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan
lingkungan hidup serta keanekaragaman hayati guna mewujudkan
pembangunan yang berkelanjutan. Sehubungan dengan itu, RTRW
kabupaten mencakup pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan
dan pelestarian lingkungan hidup dapat dilakukan secara aman, tertib,
efektif, dan efisien.

11. RTRW...

11. RTRW Kabupaten memadukan dan menyerasikan tata guna tanah, tata
guna udara, tata guna air, dan tata guna sumber daya alam lainnya dalam
satu kesatuan tata lingkungan yang harmonis dan dinamis serta ditunjang
oleh pengelolaan perkembangan kependudukan yang serasi dan disusun
melalui pendekatan wilayah dengan memperhatikan sifat lingkungan alam
dan lingkungan sosial. Untuk itu, penyusunan RTRW kabupaten ini
didasarkan pada upaya untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah
Kabupaten, antara lain, meliputi perwujudan ruang wilayah kabupaten
yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan serta perwujudan
keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah, yang
diterjemahkan dalam kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang
dan pola ruang wilayah Kabupaten. Struktur ruang wilayah Kabupaten
mencakup sistem pusat-pusat pelayanan, sistem jaringan transportasi,
sistem jaringan energi, sistem jaringan telekomunikasi, sistem jaringan
sumber daya air, sistem jaringan jaringan persampahan, sistem penyediaan
air minum, sistem jalur dan ruang persampahan, sistem penyediaan air
minum, sistem jalur dan ruang evakuasi bencanaa, sistem pembuangan air
limbah dan sistem jaringan , sistem pembuangan air limbah dan sistem
jaringan drainase. Pola ruang wilayah mencakup kawasan lindung dan
kawasan budi daya, serta kawasan strategis.

12. Selain rencana pengembangan struktur ruang dan pola ruang, RTRW
kabupaten ini juga menetapkan kriteria penetapan struktur ruang, pola
ruang, dan kawasan strategis kabupaten; arahan pemanfaatan ruang yang
merupakan indikasi program utama pembangunan; serta arahan
pengendalian pemanfaatan ruang yang terdiri ata arahan peraturan zonasi,
arahan perizinan, arahan insentif dan disinsentif, dan arahan sanksi.

13. RTRW Kabupaten Tangerang Tahun 2011 sampai dengan 2031, disusun
sesuai amanat Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
-101-

Ruang. Secara subtansi mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 26


tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Nasional, Peraturan Daerah
Provinsi Banten Nomor 02 Tahun 2011tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah dan Provinsi Banten tahun 2010 – 2030, Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 16/KPTS/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan
RTRW Kabupaten, sedang secara mekanisme telah dilaksanakan sesuai
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 dan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11/KPTS/M/2009.

II. Pasal Demi Pasal

Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.

Pasal...

Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Huruf a
Yang dimaksud dengan "rencana struktur ruang" adalah gambaran
struktur ruang yang dikehendaki untuk dicapai pada akhir tahun
rencana.
Huruf b
Yang dimaksud dengan "rencana pola ruang " adalah gambaran pola
ruang yang dikehendaki untuk dicapai pada akhir tahun rencana.
Pasal 6
Cukup jelas
Pasal 7
Cukup jelas
Pasal 8
Ayat (4)
Huruf a
Untuk melaksanakan reklamasi diperlukan suatu regulasi operasional
Pasal 9
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan sistem pusat pelayanan adalah simpul
pelayanan sosial, budaya, ekonomi dan atau administrasi masyarakat di
wilayah kabupaten yang disusun secara berhierarki menurut fungsi dan
besarannya sehingga pengembangan sistem pusat kegiatan kabupaten
yang meliputi penetapan fungsi kota dan hubungan hierarkisnya
berdasarkan penilaian kondisi sekarang dan antisipasi perkembangan di
masa yang akan datang sehingga terwujud pelayanan prasarana dan
sarana yang efektif dan efisien, yang persebarannya disesuaikan dengan
jenis dan tingkat kebutuhan yang ada.
Pengembangan pusat-pusat pelayanan kabupaten dilakukan secara
selaras, saling memperkuat, dan serasi sehingga membentuk satu
-102-

sistem yang menunjang pertumbuhan dan penyebaran berbagai usaha


dan/atau kegiatan dalam ruang wilayah kabupaten.
Pengembangan pusat pusat pelayanan kabupaten diserasikan dengan
sistem jaringan transportasi, sistem jaringan prasarana dan sarana, dan
memperhatikan peruntukan ruang kawasan budi daya di wilayah
sekitarnya, baik yang ada sekarang maupun yang direncanakan
sehingga pengembangannya dapat meningkatkan kualitas
pemanfaatanruangyangada. Dalam pusat pusat kegiatan dikembangkan
kawasan untuk peningkatan kegiatan ekonomi, sosial, budaya, dan
pelestarian lingkungan hidup secara harmonis, serta jaringan prasarana
dan sarana pelayanan penduduk yang sesuai dengan kebutuhan dan
menunjang fungsi pusat-pusat kegiatan dalam wilayah kabupaten,
sebagai pusat pelayanan perkembangan kegiatan budi daya, baik dalam
wilayahnya maupun wilayah sekitarnya, pusat-pusat kegiatan
kabupaten mempunyai fungsi:

a. ekonomi...

a. ekonomi, yaitu sebagai pusat produksi dan pengolahan barang;


b. jasa perekonomian, yaitu sebagai pusat pelayanan kegiatan
keuangan/bank, dan/atau sebagai pusat koleksi dan distribusi
barang, dan/atau sebagai pusat simpul transportasi, pemerintahan,
yaitu sebagai pusat jasa pelayanan pemerintah; dan
c. jasa sosial, yaitu sebagai pusat pemerintahan, pusat pelayanan
pendidikan, kesehatan, kesenian, dan/atau budaya.
Agar pelayanan prasarana dan sarana dapat menjangkau seluruh
masyarakat termasuk yang tinggal di kawasan perdesaan, ketentuan
tentang pengembangan kawasan pusat kegiatan dalam Peraturan
Daerah ini perlu ditindaklanjuti dengan pengembangan kawasan
perdesaan. Kawasan perdesaan, juga memiliki fungsi yang sama sebagai
pusat pelayanan perkembangan kegiatan budi daya meskipun dalam
skala kegiatan yang lebih kecil dan terbatas.
Kawasan perdesaan merupakan desa yang mempunyai potensi cepat
berkembang dan dapat meningkatkan perkembangan desa di sekitarnya.
Dengan demikian, pemanfaatan ruang kawasan perdesaan diarahkan
untuk melayani perkembangan berbagai kegiatan usaha dan/atau
kegiatan ekonomi, dan permukiman masyarakat perdesaan baik di desa
tersebut maupun desa di sekitarnya.
Pengembangan kawasan perdesaan diselaraskan dengan pusat-pusat
kegiatan yang melayaninya sehingga secara keseluruhan pusat-pusat
kegiatan saling terkait dan berjenjang, serta saling sinergis dan saling
menguatkan perkembangan kota dan desa.

Huruf b
Yang dimaksud dengan rencana sistem jaringan prasarana wilayah
adalah rencana jaringan prasarana wilayah yang dikembangkan untuk
mengintegrasikan wilayah kabupaten dan untuk melayani kegiatan yang
memiliki cakupan wilayah layanan prasarana skala kabupaten.
Pasal 10
Cukup jelas
Pasal 11
-103-

Cukup jelas
Pasal 12
Cukup jelas
Pasal 13
Huruf a
Yang dimaksud dengan sistem prasarana utama adalah prasarana
transportasi yang menghubungkan antar pusat kegiatan.
Huruf b
Yang dimaksud dengan sistem prasarana lainnya dapat meliputi
jaringan prasarana lingkungan, mencakup prasarana pengelolaan
lingkungan yang terdiri atas sistem jaringan persampahan, sumber air
minum kota, jalur evakuasi bencana dan sistem jaringan prasarana
kabupaten.

Pasal...

Pasal 14
Ayat (2)
Huruf a
Sistem jaringan transportasi darat merupakan sistem jaringan
transportasi yang terdiri atas jaringan jalan nasional, jaringan jalur
kereta api, serta jaringan transportasi sungai danau dan penyeberangan.

Huruf c
Sistem jaringan transportasi laut merupakan sistem jaringan
transportasi yang terdiri dari tatanan kepelabuhanan dan alur
pelayaran.

Huruf d
Sistem jaringan transportasi udara merupakan sistem jaringan
transportasi yang terdiri dari tatanan kebandarudaraan dan ruang
udara untuk penerbangan.

Pasal 15
Cukup jelas
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Ayat (2)
Huruf a
-104-

Yang dimaksud dengan “terminal tipe B” adalah terminal yang melayani


kendaraan umum untuk antar kota dalam Provinsi, angkutan kota dan
angkutan perdesaan, atau dapat pula menjadi persinggahan angkutan
antar kota antar Provinsi yang melalui.

Huruf c
Yang dimaksud dengan “terminal tipe C” adalah terminal yang melayani
kendaraan umum terutama untuk angkutan perdesaan.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.

Pasal...

Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Huruf b
Sistem jaringan telekomunikasi merupakan rangkaian perangkat
telekomunikasi dan perlengkapannya yang digunakanya yang digunakan
dalam berkomunikasi.

Huruf c
Sistem jaringan sumber daya air merupakan sistem sumber daya air
pada setiap wilayah sungai, cekungan air tanah dan daerah hulu
bendungan atau waduk dari daerah aliran sungai.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Huruf a
-105-

Sistem jaringan persampahan merupakan sistem pengelolaan sampah


yang dikelola mulai dari awal sampah itu terjadi sampai dengan pada
pengolahannya yang mempunyai prinsip dapat didaur ulang.
Huruf b
Sistem penyediaan air minum merupakan satu kesatuan sistem fisik
(teknik) dan non fisik dari prasarana dan sarana air minum.
Huruf c
Sistem jalur dan ruang evakuasi bencana merupakan penyediaan jalur-
jalur yang berupa jalan darat serta ruang aman bagi para pengungsi jika
terjadi bencana tsunami.
Huruf d
Sistem jaringan pembuangan air limbah merupakan pengelolaan air
limbah meliputi :
1. sistem pembuangan air limbah setempat (on site system) yaitu sistem
pembuangan air limbah yang dilakukan secara individual
(perseorangan) melalui pengolahan dan pembuangan air limbah
limbah setempat.

2. sistem...

2. sistem pembuangan air limbah terpusat (off site system) yaitu sistem
pembuangan air limbah yang dilakukan secara kolektif melalui
jaringan pengumpul dan diolah serta dibuang secara terpusat.

Huruf e
Sistem jaringan drainase merupakan sistem prasarana yang befungsi
mengalirkan limpasan air hujan atau air permukaan ke badan air
penerima atau ke bangunan resapan air
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup Jelas
Pasal 41
Cukup jelas
Pasal 42
Cukup jelas
Pasal 43
Ayat (1)
Rencana pola ruang wilayah kabupaten dirumuskan berdasarkan:
1. kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah Kabupaten
2. daya dukung dan daya tamping lingungan hidup wilayah
Kabupaten
3. kebutuhan rungan untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi
dan lingkungan; dan
4. ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.

Ayat (1)
Huruf b
-106-

Kawasan budidaya menggambarkan kegiatan dominan yang berkembang


di dalam kawasan tersebut. Dengan demikian masih dimungkinkan
keberadaan kegiatan budidaya lainnyadi dalam kawasan tersebut.
Sebagai contoh, pada kawasan peruntukan industri dapat
dikembangkan perumahan untuk para pekerja di kawasan peruntukan
industri.
Peruntukan kawasan budidaya dimaksudkan untuk memudahkan
pengelolaan kegiatan termasuk dalam penyediaan prasarana dan sarana
penunjang, penanganan dampak lingkungan, penerapan mekanisme
insentif, dan sebagainya. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa
penyediaan prasarana dan sarana penunjang kegiatan akan lebih efisien
apabila kegiatan yang ditunjangnya memiliki besaran yang
memungkinkan tercapainya skala ekonomi dalam penyediaan prasarana
dan sarana. Peruntukan kawasan budi daya disesuaikan dengan
kebijakan pembangunan yang ada.

Pasal...

Pasal 44
Huruf d
Kawasan cagar budaya merupakan kawasan perlindungan untuk
melestarikan benda-benda yang mem untuk melestarikan benda-benda
yang mempunyai nilai sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
Pasal 45
Cukup jelas
Pasal 46
Cukup jelas
Pasal 47
Ayat (1)
Huruf d
RTH kawasan perkotaan meliputi, hutan kota, taman kota, taman
lingkungan, sempadan sungai di wilayah perkotaan, sempadan situ di
wilayah perkotaan, sempadan jalan di wilayah perkotaan, sempadan
SUTT dan SUTET di wilayah perkotaan, sempadan rel kereta api wilayah
perkotaan, sempadan gas wilayah perkotaan dan pekarangan bangunan
wilayah perkotaan.

Ayat (6)
Ruang terbuka hijau publik merupakan ruang terbuka hijau yang
dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah yang digunakan untuk
kepentingan masyarakat secara umum.
Proporsi 30 (tiga puluh) persen merupakan ukuran minimal untuk
menjamin keseimbangan ekosistem kota, baik keseimbangan sistem
hidrologi dan sistem mikroklimat, maupun sistem ekologis lainnya, yang
selanjutnya akan meningkatkan ketersediaan udara bersih yang
diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan nilai
estetika kota.
Proporsi ruang terbuka hijau publik seluas minimal 20 (dua puluh)
persen yang disediakan oleh pemerintah daerah dimaksudkan agar
proporsi ruang terbuka hijau minimal dapat lebih dijamin
-107-

pencapaiannya sehingga memungkinkan pemanfaatannya secara luas


oleh masyarakat.
Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal 49
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup jelas.
Pasal 51
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “pertanian lahan basah” adalah kawasan yang
diperuntukan bagi tanaman pangan lahan basah dimana pengairannya
dapat diperoleh secara alamiah maupun teknis, dalam hal ini yang
dimaksud adalah sawah.

Huruf...

Huruf b
Yang dimaksud dengan “pertanian lahan kering” adalah kawasan yang
diperuntukan bagi tanaman pangan lahan kering, seperti jagung,
kacang, dan tanaman palawija lainnya.

Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53
Huruf a
Yang dimaksud dengan "Industri Besar" adalah Kegiatan usaha industri
oleh perorangan atau suatu badan, bentujuan untuk berproduksi
barang secara komersial dengan nilai investasi perusahaan seluruhnya
di atas 10 milyar rupiah, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha;

Huruf b
Yang dimaksud dengan "Industri Sedang" adalah Kegiatan usaha indutri
oleh perorangan atau suatu badan, bentujuan untuk berproduksi
barang secara komersial dengan nilai investasi perusahaan seluruhnya
antara 200 juta rupiah s.d. 10 milyar rupiah, tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha;

Huruf c
Yang dimaksud dengan "Industri Rumah Tangga" adalah Kegiatan usaha
indutri oleh perorangan, bertujuan untuk berproduksi barang secara
komersial dengan nilai investasi perusahaan seluruhnya di bawah 200
juta rupiah, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
Pasal 54
Cukup jelas.
Pasal 55
Huruf a
Permukiman kepadatan penduduk tinggi diasumsikan lebih dari 4.000
jiwa/km2, kepadatan sedang diasumsikan 2.500 – 4.000 jiwa/km2.
-108-

huruf b
Permukiman kepadatan penduduk rendah diasumsikan kurang dari
2.500 jiwa/km2.

Pasal 56
Cukup Jelas.
Pasal 57
Cukup Jelas.
Pasal 58
Ayat (2)
Huruf a
Indikasi program utama merupakan petunjuk yang memuat usulan
program utama, lokasi, besaran, waktu pelaksanaan, sumber dana dan
instansi pelaksana dalam rangka mewujudkan pemanfaatan ruang yang
sesuai dengan rencana tata ruang

Pasal...

Pasal 59
Cukup Jelas
Pasal 60
Cukup Jelas
Pasal 61
Cukup Jelas
Pasal 62
Huruf a
Peraturan zonasi merupakan ketentuan yang mengatur pemanfaatan
ruang dan unsur-unsur pengendalian yang disusun untuk setiap zona
peruntukan sesuai dengan rencana rinci tata ruang.
Penyusunan ketentuan umum peraturan zonasi disusun berdasarkan
rencana rinci dan diprioritaskan pada kawasan-kawasan strategis yang
berpotensi menjadi kawasan cepat berkembang, kawasan yang
berpotensi terjadi konflik pemanfaatan, dan kawasan yang memerlukan
pengendalian secara ketat.

huruf b
Yang dimaksud dengan perijinan adalah perijinan yang terkait dengan
ijin pemanfaatan ruang yang menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan harus dimiliki sebelum pelaksanaan pemanfaatan ruang.

Huruf c
Penerapan insentif atau disinsentif secara terpisah dilakukan untuk
perizinan skala kecil/individual sesuai dengan peraturan zonasi,
sedangkan penerapan insentif dan disinsentif secara bersamaan
diberikan untuk perizinan skala besar/kawasan karena dalam skala
besar \ kawasan dimungkinkan adanya pemanfaatan ruang yang
dikendalikan dan didorong pengembangannya secara bersamaan.
Insentif dapat diberikan antar pemerintah daerah yang saling
berhubungan berupa subsidi silang dari daerah yang penyelenggaraan
penataan ruangnya memberikan dampak kepada daerah yang dirugikan,
atau antara pemerintah dan swasta dalam hal pemerintah memberikan
-109-

preferensi kepada swasta sebagai imbalan dalam mendukung


perwujudan rencana tata ruang.
Disinsentif berupa pengenaan pajak yang tinggi dapat dikenakan untuk
pemanfaatan ruang yang tidak sesuai rencana tata ruang melalui
penetapan nilai jual obyek pajak (NJOP) dan nilai jual kena pajak (NJKP)
sehingga pemanfaat ruang membayar pajak lebih tinggi.

Pasal 63
Cukup Jelas
Pasal 64
Cukup Jelas
Pasal 65
Cukup Jelas
Pasal 66
Cukup jelas

Pasal...

Pasal 67
Cukup jelas
Pasal 68
Cukup jelas
Pasal 69
Cukup jelas
Pasal 70
Cukup Jelas
Pasal 71
Cukup Jelas
Pasal 72
Cukup Jelas
Pasal 73
Cukup Jelas
Pasal 74
Cukup Jelas
Pasal 75
Cukup Jelas
Pasal 76
Cukup Jelas
Pasal 77
Cukup jelas
Pasal 78
Cukup jelas
Pasal 79
Cukup jelas
Pasal 80
Cukup Jelas
Pasal 81
Cukup Jelas
Pasal 82
Cukup Jelas
Pasal 83
Cukup Jelas
-110-

Pasal 84
Cukup Jelas
Pasal 85
Cukup Jelas
Pasal 86
Cukup Jelas
Pasal 87
Cukup Jelas
Pasal 88
Cukup Jelas
Pasal 89
Cukup Jelas
Pasal 90
Cukup Jelas

Pasal...

Pasal 91
Cukup Jelas
Pasal 92
Cukup Jelas
Pasal 93
Cukup Jelas
Pasal 94
Cukup Jelas
Pasal 95
Cukup Jelas
Pasal 96
Cukup Jelas
Pasal 97
Cukup Jelas
Pasal 98
Cukup Jelas
Pasal 99
Cukup Jelas
Pasal 100
Cukup Jelas
Pasal 101
Cukup Jelas
Pasal 102
Cukup Jelas
Pasal 103
Cukup Jelas
Pasal 104
Cukup Jelas
Pasal 105
Cukup Jelas
Pasal 106
Cukup Jelas
Pasal 107
Cukup Jelas
-111-

Pasal 108
Cukup Jelas
Pasal 109
Cukup Jelas
Pasal 110
Cukup jelas
Pasal 111
Cukup jelas
Pasal 112
Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 1311

PENJELASAN ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG
NOMOR 13 TAHUN 2011
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANGERANG
TAHUN 2011 - 2031

II. Penjelasan Umum

10. Ruang wilayah Kabupaten Tangerang sebagai bagian dari wilayah


Republik Indonesia, baik sebagai kesatuan wadah yang meliputi ruang
darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi,
maupun sebagai sumber daya, merupakan karunia Tuhan Yang Maha
Esa yang perlu disyukuri, dilindungi, dan dikelola secara berkelanjutan
untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

11. Secara geografis, Kabupaten Tangerang terletak di bagian Timur


Provinsi Banten pada koordinat 106°20’-106°44’ Bujur Timur dan 5°58’-
6°21’ Lintang Selatan. Kabupaten Tangerang termasuk salah satu
kabupaten di wilayah Provinsi Banten. Terletak pada posisi geografis
cukup strategis dengan batas-batas:

e. sebelah Utara berbatasan dengan laut Jawa,


f. sebelah Timur berbatasan dengan Kota Tangerang Selatan, Kota
Tangerang dan Provinsi DKI Jakarta;
g. sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan
Kabupaten Lebak; dan
h. sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Serang dan Kabupaten
Lebak.
Jarak antara pusat Kabupaten Tangerang dengan pusat pemerintahan
Republik Indonesia (DKI Jakarta) sekitar 30 (tiga puluh) kilometer, yang
bisa ditempuh dengan waktu setengah jam. Keduanya dihubungkan
dengan lajur lalu lintas darat bebas hambatan Jakarta-Merak yang menjadi
-112-

jalur utama lalu lintas perekonomian antara Pulau Jawa dengan Pulau
Sumatera.

12. Ruang yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi, sebagai tempat manusia dan makhluk lain
hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya, pada
dasarnya ketersediaannya tidak tak terbatas. Berkaitan dengan hal
tersebut, dan untuk mewujudkan ruang wilayah kabupaten yang aman,
nyaman, produktif, dan berkelanjutan Peraturan Daerah ini
mengamanatkan perlunya dilakukan penataan ruang yang dapat
mengharmoniskan lingkungan alam dan lingkungan buatan, yang mampu
mewujudkan keterpaduan penggunaan sumber daya alam dan sumber
daya buatan, serta yang dapat memberikan pelindungan terhadap fungsi
ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan hidup akibat
pemanfaatan ruang.

4. untuk...

13. untuk mewujudkan ruang wilayah kabupaten yang aman, nyaman,


produktif, dan berkelanjutan serta sejalan dengan kebijakan otonomi
daerah yang nyata, luas, dan bertanggung jawab, penataan ruang
menuntut kejelasan pendekatan dalam proses perencanaannya demi
menjaga keselarasan, keserasian, keseimbangan, dan keterpaduan
antardaerah, antara pusat dan daerah, antarsektor, dan antarpemangku
kepentingan. Dalam Peraturan Daerah ini, penataan ruang didasarkan
pada pendekatan sistem, fungsi utama kawasan, wilayah administratif,
kegiatan kawasan, dan nilai strategis kawasan.

14. Penataan ruang yang didasarkan pada karakteristik, daya dukung dan
daya tampung lingkungan, serta didukung oleh teknologi yang sesuai akan
meningkatkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan sub sistem. Hal
itu berarti akan dapat meningkatkan kualitas ruang yang ada. Karena
pengelolaan subsistem yang satu berpengaruh pada subsistem yang lain
dan pada akhirnya dapat mempengaruhi sistem wilayah ruang nasional
secara keseluruhan, pengaturan penataan ruang menuntut
dikembangkannya suatu sistem keterpaduan sebagai ciri utama. Hal itu
berarti perlu adanya suatu kebijakan tentang penataan ruang yang dapat
memadukan berbagai kebijakan pemanfaatan ruang. Seiring dengan
maksud tersebut, pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, maupun masyarakat, baik pada tingkat
pusat maupun pada tingkat daerah, harus dilakukan sesuai dengan
rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Dengan demikian, pemanfaatan
ruang oleh siapa pun tidak boleh bertentangan dengan rencana tata ruang.

15. Penataan ruang dengan pendekatan kegiatan utama kawasan terdiri


atas penataan ruang kawasan perkotaan dan penataan ruang kawasan
perdesaan. Kawasan perkotaan akan mempunyai pusat-pusat pelayanan
berupa pusat-pusat kegiatan, menurut besarannya, mempunyai skala
pelayanan yang terhirarki mulai dari pelayanan skala desa, skala
kecamatan, skala kabupaten sampai dengan skala provinsi. Penataan
ruang kawasan perdesaan diselenggarakan pada kawasan perdesaan yang
-113-

merupakan bagian wilayah kabupaten atau pada kawasan yang secara


fungsional berciri perdesaan.

16. Penataan ruang dengan pendekatan nilai strategis kawasan


dimaksudkan untuk mengembangkan, melestarikan, melindungi dan/atau
mengoordinasikan keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan yang
bersangkutan demi terwujudnya pemanfaatan yang berhasil guna, berdaya
guna, dan berkelanjutan.

17. Penataan ruang sebagai suatu sistem perencanaan tata ruang,


pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan antara yang satu dan yang lain dan harus
dilakukan sesuai dengan kaidah penataan ruang sehingga diharapkan
dapat mewujudkan pemanfaatan ruang yang berhasil guna dan berdaya
guna serta mampu mendukung pengelolaan lingkungan hidup yang
berkelanjutan; tidak terjadi pemborosan pemanfaatan ruang; dan tidak
menyebabkan terjadinya penurunan kualitas ruang.
9. pengendalian...

18. Pengendalian pemanfaatan ruang tersebut dilakukan pula melalui


perizinan pemanfaatan ruang, pemberian insentif dan disinsentif, serta
pengenaan sanksi. Perizinan pemanfaatan ruang dimaksudkan sebagai
upaya penertiban pemanfaatan ruang sehingga setiap pemanfaatan ruang
harus dilakukan sesuai dengan rencana tata ruang. Izin pemanfaatan
ruang diatur dan diterbitkan oleh pemerintah daerah sesuai dengan
kewenangannya masing-masing. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai
dengan rencana tata ruang, baik yang dilengkapi dengan izin maupun
yang tidak memiliki izin dikenai sanksi adminstratif dan /atau sanksi
pidana.

11. Sesuai dengan Pasal 26 ayat (2) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang, rencana tata ruang wilayah kabupaten menjadi
pedoman untuk:
g. penyusunan rencana pembangunan jangka panjang daerah;
h. penyusunan rencana pembangunan jangka menengah daerah;
i. pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang dalam
wilayah kabupaten;
j. mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan
perkembangan antarwilayah kabupaten/kota, serta keserasian antar
sektor;
k. penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; dan
l. penataan ruang kawasan strategis kabupaten.
Oleh karena itu penyusunan rencana tata ruang wilayah kabupaten ini
dilakukan dengan memperhatikan:
g. perkembangan permasalahan dan hasil pengkajian implikasi
penataan ruang kabupaten;
h. upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi
kabupaten;
i. keselarasan aspirasi pembangunan kabupaten dan pembangunan
kecamatan;
j. daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;
k. rencana pembangunan jangka panjang daerah; dan
l. rencana tata ruang wilayah kabupaten yang berbatasan.
-114-

12. Penggunaan sumber daya alam dilakukan secara terencana, rasional,


optimal, bertanggungjawab, dan sesuai dengan kemampuan daya dukung
dan daya tampungnya, dengan mengutamakan sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat, memperkuat struktur ekonomi yang memberikan efek
ganda yang maksimum terhadap pengembangan industri pengolahan dan
jasa dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan
lingkungan hidup serta keanekaragaman hayati guna mewujudkan
pembangunan yang berkelanjutan. Sehubungan dengan itu, RTRW
kabupaten mencakup pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan
dan pelestarian lingkungan hidup dapat dilakukan secara aman, tertib,
efektif, dan efisien.

11. RTRW...

14. RTRW Kabupaten memadukan dan menyerasikan tata guna tanah, tata
guna udara, tata guna air, dan tata guna sumber daya alam lainnya dalam
satu kesatuan tata lingkungan yang harmonis dan dinamis serta ditunjang
oleh pengelolaan perkembangan kependudukan yang serasi dan disusun
melalui pendekatan wilayah dengan memperhatikan sifat lingkungan alam
dan lingkungan sosial. Untuk itu, penyusunan RTRW kabupaten ini
didasarkan pada upaya untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah
Kabupaten, antara lain, meliputi perwujudan ruang wilayah kabupaten
yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan serta perwujudan
keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah, yang
diterjemahkan dalam kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang
dan pola ruang wilayah Kabupaten. Struktur ruang wilayah Kabupaten
mencakup sistem pusat-pusat pelayanan, sistem jaringan transportasi,
sistem jaringan energi, sistem jaringan telekomunikasi, sistem jaringan
sumber daya air, sistem jaringan jaringan persampahan, sistem penyediaan
air minum, sistem jalur dan ruang persampahan, sistem penyediaan air
minum, sistem jalur dan ruang evakuasi bencanaa, sistem pembuangan air
limbah dan sistem jaringan , sistem pembuangan air limbah dan sistem
jaringan drainase. Pola ruang wilayah mencakup kawasan lindung dan
kawasan budi daya, serta kawasan strategis.

15. Selain rencana pengembangan struktur ruang dan pola ruang, RTRW
kabupaten ini juga menetapkan kriteria penetapan struktur ruang, pola
ruang, dan kawasan strategis kabupaten; arahan pemanfaatan ruang yang
merupakan indikasi program utama pembangunan; serta arahan
pengendalian pemanfaatan ruang yang terdiri ata arahan peraturan zonasi,
arahan perizinan, arahan insentif dan disinsentif, dan arahan sanksi.

16. RTRW Kabupaten Tangerang Tahun 2011 sampai dengan 2031, disusun
sesuai amanat Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang. Secara subtansi mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 26
tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Nasional, Peraturan Daerah
Provinsi Banten Nomor 02 Tahun 2011tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah dan Provinsi Banten tahun 2010 – 2030, Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 16/KPTS/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan
-115-

RTRW Kabupaten, sedang secara mekanisme telah dilaksanakan sesuai


Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 dan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11/KPTS/M/2009.

II. Pasal Demi Pasal

Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.

Pasal...

Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Huruf a
Yang dimaksud dengan "rencana struktur ruang" adalah gambaran
struktur ruang yang dikehendaki untuk dicapai pada akhir tahun
rencana.
Huruf b
Yang dimaksud dengan "rencana pola ruang " adalah gambaran pola
ruang yang dikehendaki untuk dicapai pada akhir tahun rencana.
Pasal 6
Cukup jelas
Pasal 7
Cukup jelas
Pasal 8
Ayat (4)
Huruf a
Untuk melaksanakan reklamasi diperlukan suatu regulasi operasional
Pasal 9
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan sistem pusat pelayanan adalah simpul
pelayanan sosial, budaya, ekonomi dan atau administrasi masyarakat di
wilayah kabupaten yang disusun secara berhierarki menurut fungsi dan
besarannya sehingga pengembangan sistem pusat kegiatan kabupaten
yang meliputi penetapan fungsi kota dan hubungan hierarkisnya
berdasarkan penilaian kondisi sekarang dan antisipasi perkembangan di
masa yang akan datang sehingga terwujud pelayanan prasarana dan
sarana yang efektif dan efisien, yang persebarannya disesuaikan dengan
jenis dan tingkat kebutuhan yang ada.
Pengembangan pusat-pusat pelayanan kabupaten dilakukan secara
selaras, saling memperkuat, dan serasi sehingga membentuk satu
sistem yang menunjang pertumbuhan dan penyebaran berbagai usaha
dan/atau kegiatan dalam ruang wilayah kabupaten.
Pengembangan pusat pusat pelayanan kabupaten diserasikan dengan
sistem jaringan transportasi, sistem jaringan prasarana dan sarana, dan
memperhatikan peruntukan ruang kawasan budi daya di wilayah
-116-

sekitarnya, baik yang ada sekarang maupun yang direncanakan


sehingga pengembangannya dapat meningkatkan kualitas
pemanfaatanruangyangada. Dalam pusat pusat kegiatan dikembangkan
kawasan untuk peningkatan kegiatan ekonomi, sosial, budaya, dan
pelestarian lingkungan hidup secara harmonis, serta jaringan prasarana
dan sarana pelayanan penduduk yang sesuai dengan kebutuhan dan
menunjang fungsi pusat-pusat kegiatan dalam wilayah kabupaten,
sebagai pusat pelayanan perkembangan kegiatan budi daya, baik dalam
wilayahnya maupun wilayah sekitarnya, pusat-pusat kegiatan
kabupaten mempunyai fungsi:

a. ekonomi...

d. ekonomi, yaitu sebagai pusat produksi dan pengolahan barang;


e. jasa perekonomian, yaitu sebagai pusat pelayanan kegiatan
keuangan/bank, dan/atau sebagai pusat koleksi dan distribusi
barang, dan/atau sebagai pusat simpul transportasi, pemerintahan,
yaitu sebagai pusat jasa pelayanan pemerintah; dan
f. jasa sosial, yaitu sebagai pusat pemerintahan, pusat pelayanan
pendidikan, kesehatan, kesenian, dan/atau budaya.
Agar pelayanan prasarana dan sarana dapat menjangkau seluruh
masyarakat termasuk yang tinggal di kawasan perdesaan, ketentuan
tentang pengembangan kawasan pusat kegiatan dalam Peraturan
Daerah ini perlu ditindaklanjuti dengan pengembangan kawasan
perdesaan. Kawasan perdesaan, juga memiliki fungsi yang sama sebagai
pusat pelayanan perkembangan kegiatan budi daya meskipun dalam
skala kegiatan yang lebih kecil dan terbatas.
Kawasan perdesaan merupakan desa yang mempunyai potensi cepat
berkembang dan dapat meningkatkan perkembangan desa di sekitarnya.
Dengan demikian, pemanfaatan ruang kawasan perdesaan diarahkan
untuk melayani perkembangan berbagai kegiatan usaha dan/atau
kegiatan ekonomi, dan permukiman masyarakat perdesaan baik di desa
tersebut maupun desa di sekitarnya.
Pengembangan kawasan perdesaan diselaraskan dengan pusat-pusat
kegiatan yang melayaninya sehingga secara keseluruhan pusat-pusat
kegiatan saling terkait dan berjenjang, serta saling sinergis dan saling
menguatkan perkembangan kota dan desa.

Huruf b
Yang dimaksud dengan rencana sistem jaringan prasarana wilayah
adalah rencana jaringan prasarana wilayah yang dikembangkan untuk
mengintegrasikan wilayah kabupaten dan untuk melayani kegiatan yang
memiliki cakupan wilayah layanan prasarana skala kabupaten.
Pasal 10
Cukup jelas
Pasal 11
Cukup jelas
Pasal 12
-117-

Cukup jelas
Pasal 13
Huruf a
Yang dimaksud dengan sistem prasarana utama adalah prasarana
transportasi yang menghubungkan antar pusat kegiatan.
Huruf b
Yang dimaksud dengan sistem prasarana lainnya dapat meliputi
jaringan prasarana lingkungan, mencakup prasarana pengelolaan
lingkungan yang terdiri atas sistem jaringan persampahan, sumber air
minum kota, jalur evakuasi bencana dan sistem jaringan prasarana
kabupaten.

Pasal...

Pasal 14
Ayat (2)
Huruf a
Sistem jaringan transportasi darat merupakan sistem jaringan
transportasi yang terdiri atas jaringan jalan nasional, jaringan jalur
kereta api, serta jaringan transportasi sungai danau dan penyeberangan.

Huruf c
Sistem jaringan transportasi laut merupakan sistem jaringan
transportasi yang terdiri dari tatanan kepelabuhanan dan alur
pelayaran.

Huruf d
Sistem jaringan transportasi udara merupakan sistem jaringan
transportasi yang terdiri dari tatanan kebandarudaraan dan ruang
udara untuk penerbangan.

Pasal 15
Cukup jelas
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “terminal tipe B” adalah terminal yang melayani
kendaraan umum untuk antar kota dalam Provinsi, angkutan kota dan
-118-

angkutan perdesaan, atau dapat pula menjadi persinggahan angkutan


antar kota antar Provinsi yang melalui.

Huruf c
Yang dimaksud dengan “terminal tipe C” adalah terminal yang melayani
kendaraan umum terutama untuk angkutan perdesaan.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.

Pasal...

Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Huruf b
Sistem jaringan telekomunikasi merupakan rangkaian perangkat
telekomunikasi dan perlengkapannya yang digunakanya yang digunakan
dalam berkomunikasi.

Huruf c
Sistem jaringan sumber daya air merupakan sistem sumber daya air
pada setiap wilayah sungai, cekungan air tanah dan daerah hulu
bendungan atau waduk dari daerah aliran sungai.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Huruf a
-119-

Sistem jaringan persampahan merupakan sistem pengelolaan sampah


yang dikelola mulai dari awal sampah itu terjadi sampai dengan pada
pengolahannya yang mempunyai prinsip dapat didaur ulang.
Huruf b
Sistem penyediaan air minum merupakan satu kesatuan sistem fisik
(teknik) dan non fisik dari prasarana dan sarana air minum.
Huruf c
Sistem jalur dan ruang evakuasi bencana merupakan penyediaan jalur-
jalur yang berupa jalan darat serta ruang aman bagi para pengungsi jika
terjadi bencana tsunami.
Huruf d
Sistem jaringan pembuangan air limbah merupakan pengelolaan air
limbah meliputi :
3. sistem pembuangan air limbah setempat (on site system) yaitu sistem
pembuangan air limbah yang dilakukan secara individual
(perseorangan) melalui pengolahan dan pembuangan air limbah
limbah setempat.

2. sistem...

4. sistem pembuangan air limbah terpusat (off site system) yaitu sistem
pembuangan air limbah yang dilakukan secara kolektif melalui
jaringan pengumpul dan diolah serta dibuang secara terpusat.

Huruf e
Sistem jaringan drainase merupakan sistem prasarana yang befungsi
mengalirkan limpasan air hujan atau air permukaan ke badan air
penerima atau ke bangunan resapan air
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup Jelas
Pasal 41
Cukup jelas
Pasal 42
Cukup jelas
Pasal 43
Ayat (1)
Rencana pola ruang wilayah kabupaten dirumuskan berdasarkan:
5. kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah Kabupaten
6. daya dukung dan daya tamping lingungan hidup wilayah
Kabupaten
7. kebutuhan rungan untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi
dan lingkungan; dan
8. ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.

Ayat (1)
Huruf b
-120-

Kawasan budidaya menggambarkan kegiatan dominan yang berkembang


di dalam kawasan tersebut. Dengan demikian masih dimungkinkan
keberadaan kegiatan budidaya lainnyadi dalam kawasan tersebut.
Sebagai contoh, pada kawasan peruntukan industri dapat
dikembangkan perumahan untuk para pekerja di kawasan peruntukan
industri.
Peruntukan kawasan budidaya dimaksudkan untuk memudahkan
pengelolaan kegiatan termasuk dalam penyediaan prasarana dan sarana
penunjang, penanganan dampak lingkungan, penerapan mekanisme
insentif, dan sebagainya. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa
penyediaan prasarana dan sarana penunjang kegiatan akan lebih efisien
apabila kegiatan yang ditunjangnya memiliki besaran yang
memungkinkan tercapainya skala ekonomi dalam penyediaan prasarana
dan sarana. Peruntukan kawasan budi daya disesuaikan dengan
kebijakan pembangunan yang ada.

Pasal...

Pasal 44
Huruf d
Kawasan cagar budaya merupakan kawasan perlindungan untuk
melestarikan benda-benda yang mem untuk melestarikan benda-benda
yang mempunyai nilai sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
Pasal 45
Cukup jelas
Pasal 46
Cukup jelas
Pasal 47
Ayat (1)
Huruf d
RTH kawasan perkotaan meliputi, hutan kota, taman kota, taman
lingkungan, sempadan sungai di wilayah perkotaan, sempadan situ di
wilayah perkotaan, sempadan jalan di wilayah perkotaan, sempadan
SUTT dan SUTET di wilayah perkotaan, sempadan rel kereta api wilayah
perkotaan, sempadan gas wilayah perkotaan dan pekarangan bangunan
wilayah perkotaan.

Ayat (6)
Ruang terbuka hijau publik merupakan ruang terbuka hijau yang
dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah yang digunakan untuk
kepentingan masyarakat secara umum.
Proporsi 30 (tiga puluh) persen merupakan ukuran minimal untuk
menjamin keseimbangan ekosistem kota, baik keseimbangan sistem
hidrologi dan sistem mikroklimat, maupun sistem ekologis lainnya, yang
selanjutnya akan meningkatkan ketersediaan udara bersih yang
diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan nilai
estetika kota.
Proporsi ruang terbuka hijau publik seluas minimal 20 (dua puluh)
persen yang disediakan oleh pemerintah daerah dimaksudkan agar
proporsi ruang terbuka hijau minimal dapat lebih dijamin
-121-

pencapaiannya sehingga memungkinkan pemanfaatannya secara luas


oleh masyarakat.
Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal 49
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup jelas.
Pasal 51
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “pertanian lahan basah” adalah kawasan yang
diperuntukan bagi tanaman pangan lahan basah dimana pengairannya
dapat diperoleh secara alamiah maupun teknis, dalam hal ini yang
dimaksud adalah sawah.

Huruf...

Huruf b
Yang dimaksud dengan “pertanian lahan kering” adalah kawasan yang
diperuntukan bagi tanaman pangan lahan kering, seperti jagung,
kacang, dan tanaman palawija lainnya.

Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53
Huruf a
Yang dimaksud dengan "Industri Besar" adalah Kegiatan usaha industri
oleh perorangan atau suatu badan, bentujuan untuk berproduksi
barang secara komersial dengan nilai investasi perusahaan seluruhnya
di atas 10 milyar rupiah, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha;

Huruf b
Yang dimaksud dengan "Industri Sedang" adalah Kegiatan usaha indutri
oleh perorangan atau suatu badan, bentujuan untuk berproduksi
barang secara komersial dengan nilai investasi perusahaan seluruhnya
antara 200 juta rupiah s.d. 10 milyar rupiah, tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha;

Huruf c
Yang dimaksud dengan "Industri Rumah Tangga" adalah Kegiatan usaha
indutri oleh perorangan, bertujuan untuk berproduksi barang secara
komersial dengan nilai investasi perusahaan seluruhnya di bawah 200
juta rupiah, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
Pasal 54
Cukup jelas.
Pasal 55
Huruf a
-122-

Permukiman kepadatan penduduk tinggi diasumsikan lebih dari 4.000


jiwa/km2, kepadatan sedang diasumsikan 2.500 – 4.000 jiwa/km2.

huruf b
Permukiman kepadatan penduduk rendah diasumsikan kurang dari
2.500 jiwa/km2.

Pasal 56
Cukup Jelas.
Pasal 57
Cukup Jelas.
Pasal 58
Ayat (2)
Huruf a
Indikasi program utama merupakan petunjuk yang memuat usulan
program utama, lokasi, besaran, waktu pelaksanaan, sumber dana dan
instansi pelaksana dalam rangka mewujudkan pemanfaatan ruang yang
sesuai dengan rencana tata ruang

Pasal...

Pasal 59
Cukup Jelas
Pasal 60
Cukup Jelas
Pasal 61
Cukup Jelas
Pasal 62
Huruf a
Peraturan zonasi merupakan ketentuan yang mengatur pemanfaatan
ruang dan unsur-unsur pengendalian yang disusun untuk setiap zona
peruntukan sesuai dengan rencana rinci tata ruang.
Penyusunan ketentuan umum peraturan zonasi disusun berdasarkan
rencana rinci dan diprioritaskan pada kawasan-kawasan strategis yang
berpotensi menjadi kawasan cepat berkembang, kawasan yang
berpotensi terjadi konflik pemanfaatan, dan kawasan yang memerlukan
pengendalian secara ketat.

huruf b
Yang dimaksud dengan perijinan adalah perijinan yang terkait dengan
ijin pemanfaatan ruang yang menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan harus dimiliki sebelum pelaksanaan pemanfaatan ruang.

Huruf c
Penerapan insentif atau disinsentif secara terpisah dilakukan untuk
perizinan skala kecil/individual sesuai dengan peraturan zonasi,
sedangkan penerapan insentif dan disinsentif secara bersamaan
diberikan untuk perizinan skala besar/kawasan karena dalam skala
besar \ kawasan dimungkinkan adanya pemanfaatan ruang yang
dikendalikan dan didorong pengembangannya secara bersamaan.
Insentif dapat diberikan antar pemerintah daerah yang saling
berhubungan berupa subsidi silang dari daerah yang penyelenggaraan
-123-

penataan ruangnya memberikan dampak kepada daerah yang dirugikan,


atau antara pemerintah dan swasta dalam hal pemerintah memberikan
preferensi kepada swasta sebagai imbalan dalam mendukung
perwujudan rencana tata ruang.
Disinsentif berupa pengenaan pajak yang tinggi dapat dikenakan untuk
pemanfaatan ruang yang tidak sesuai rencana tata ruang melalui
penetapan nilai jual obyek pajak (NJOP) dan nilai jual kena pajak (NJKP)
sehingga pemanfaat ruang membayar pajak lebih tinggi.

Pasal 63
Cukup Jelas
Pasal 64
Cukup Jelas
Pasal 65
Cukup Jelas
Pasal 66
Cukup jelas

Pasal...

Pasal 67
Cukup jelas
Pasal 68
Cukup jelas
Pasal 69
Cukup jelas
Pasal 70
Cukup Jelas
Pasal 71
Cukup Jelas
Pasal 72
Cukup Jelas
Pasal 73
Cukup Jelas
Pasal 74
Cukup Jelas
Pasal 75
Cukup Jelas
Pasal 76
Cukup Jelas
Pasal 77
Cukup jelas
Pasal 78
Cukup jelas
Pasal 79
Cukup jelas
Pasal 80
Cukup Jelas
Pasal 81
Cukup Jelas
Pasal 82
-124-

Cukup Jelas
Pasal 83
Cukup Jelas
Pasal 84
Cukup Jelas
Pasal 85
Cukup Jelas
Pasal 86
Cukup Jelas
Pasal 87
Cukup Jelas
Pasal 88
Cukup Jelas
Pasal 89
Cukup Jelas
Pasal 90
Cukup Jelas

Pasal...

Pasal 91
Cukup Jelas
Pasal 92
Cukup Jelas
Pasal 93
Cukup Jelas
Pasal 94
Cukup Jelas
Pasal 95
Cukup Jelas
Pasal 96
Cukup Jelas
Pasal 97
Cukup Jelas
Pasal 98
Cukup Jelas
Pasal 99
Cukup Jelas
Pasal 100
Cukup Jelas
Pasal 101
Cukup Jelas
Pasal 102
Cukup Jelas
Pasal 103
Cukup Jelas
Pasal 104
Cukup Jelas
Pasal 105
Cukup Jelas
Pasal 106
-125-

Cukup Jelas
Pasal 107
Cukup Jelas
Pasal 108
Cukup Jelas
Pasal 109
Cukup Jelas
Pasal 110
Cukup jelas
Pasal 111
Cukup jelas
Pasal 112
Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 1311

Lampiran I : Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang tentang Rencana Tata Ruang


Wilayah Kabupaten Tangerang tahun 2011-2031
Nomor : 13 TAHUN 2011
Tanggal : 12 OKTOBER 2011
-126-

Lampiran II : Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang tentang Rencana Tata Ruang


Wilayah Kabupaten Tangerang tahun 2011-2031
Nomor : 13 TAHUN 2011
Tanggal : 12 OKTOBER 2011
-127-

Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Tangerang tahun 2011-2031
Nomor : 13 TAHUN 2011
Tanggal : 12 OKTOBER 2011
-128-

Lampiran IV : Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang


tentang RTRW Kabupaten Tangerang tahun 2011-2031
Nomor : 13 TAHUN 2011
Tanggal : 12 OKTOBER 2011

Tabel Jalan Lokal Kabupaten Tangerang


-129-

NO RUAS JALAN KECAMATAN

1 Rajeg - Kampung Pulo Rajeg

2 Pasirgadung - Sukaharja Cikupa - Pasarkemis - Sindang


Jaya
3 Sindang Panon - Sindang Sono Dua Sindang Jaya

4 Gembong - Tobat Balaraja - Jayanti

5 Kampung Waru - Kampung Putat Sindang Jaya

6 Wanakerta - Sindang Jaya Sindang Jaya

7 Sentul - Pete Balaraja - Tigaraksa

8 Seglog - Cisereh Tigaraksa

9 Pasir Gatot - Munjul Cisoka - Solear

10 Ranca Gede - Jeunjing Cisoka

11 Pesanggrahan - Cilame Solear

12 Kutruk - Sodong Jambe - Tigaraksa

13 Pasir Kihiang - Solear Solear

14 Ranca Buaya - Taban Jambe

15 Tanah Merah Wetan - Ds.Gempol Pondok Aren - Ciputat

16 Ranca Labuh - Ribut Kemeri

17 Situ Gadung - Dangdang Pagedangan - Cisauk

18 Dangdeur-Sukamantri - Pangkat Jayanti

19 Anggris - Curugsangereng (ke Pagedangan) Legok

20 Keusik ( Kukun) - Kendal Karet Legok

21 Putat Satu - Senen Legok

22 Cayur - Dangdang Cisauk

23 Pasilian - Cijeruk Kronjo - Mekar Baru


-130-

24 Gandaria - Waliwis Mekar Baru

25 Cipaeh - Kosambi Dalam Gunung Kaler - Mekar Baru

26 Kresek - Onyam / Carenang Pintu Kresek - Gunung Kaler

27 Pos Sentul - Parahu Balaraja - Ceplak

28 Dukuh - Cilakar Cikupa - Panongan

29 Serdang Wetan - Babat Panongan - Legok

30 Panongan - Ciakar Cikupa

31 Kelapa Dua - Pakulonan Kelapa Dua

32 Suradita - Anamui Cisauk

33 Cilongok - Pangadegan Pasarkemis

34 Kutajaya - Kutabumi Pasarkemis

35 Putat - Leles Pasarkemis

36 Sukaharja - Wanakerta Sindang Jaya

37 Kukun - Sarakan Rajeg - Sepatan

38 Jati - Tanjakan Mauk - Rajeg

39 Kedung Dalem - Kedung Putat Mauk

40 Teluknaga II - Kebon Cau Teluknaga

41 Kebon Cau - Kampung Melayu Teluknaga

42 Kampung Besar - Lemo Teluknaga

43 Kawedaran - badak Anom Pasarkemis

44 Serdang Wetan - Caringin/Jaya Legok

45 Curug - Ranca Gong Curug - Legok

46 Sampora - Engineering Pertanian Cisauk

47 Gembong - Megu Balaraja - Cisoka


-131-

48 Megu - Solear Cisoka - Solear

49 Kedung - Sidoko Gunung Kaler

50 Ranca Gede - Sidoko Gunung Kaler

51 Daon - Kemeri Rajeg - Kemeri

52 Kronjo - Pulo Cangkir Kronjo

53 Sodong - Batas Bogor (Singabangsa) Jambe

54 Tanjakan - Ranca Bango Rajeg

55 Buniayu - Cirumpak/Rancailat Kresek - Kronjo

56 Gebang - Sukatani Rajeg

57 Kedongdong - Cisereh Tigaraksa

58 Ranca Bango - Rembangsari Rajeg

59 Cirumpak - Kandayakan - Gagawarung Kronjo

60 Jl.Legok Babakan Santri - Carang Pulang Legok

61 Kp. Tarisi - Ciater - Panongan Panongan

62 Bitung - Ds. Kadu Cikupa - Curug

63 Jl. Pasir Randu - Sempur - Jl. Raya Curug Cikipa - Curug

64 Jl. Kp. Sentul - Ds. Cukanggalih Cikupa

65 Bungaok - Caringin Legok

66 Cukanggalih - Bitung Cikupa - Curug

67 Ciakar - Cipari Cikupa

68 Talaga - Talaga Sari Cikupa

69 Jl. Sukanegara - Cikupa

70 Taban - Sukamanah Jambe

71 Jl. Cilame - Kp. Cigaling Jambe


-132-

72 Mekarsari - Ranca Buaran - Taban Jambe

73 Pete - Kedongdong Tigaraksa

74 Pasir Bolang - Cogreg Tigaraksa

75 Pasir Gintung - Jayanti Jayanti

76 Ceplak - Tobat Cariu Pintu Balaraja

77 Kp. Angsana - Nagreg - Bugel Tigaraksa

78 Kp. Jengkol - Kp. Manggu Cisoka

79 Jl. Lingkar - Caringin Cisoka

80 Jl. Pasir Gintung - Ranca Leutik Jayanti

81 Cikareo - Cireundeu Solear

82 Jl. Lingkar Cisoka Cisoka

83 Jl. Tamiang - Tenggulun Gunung Kaler

84 Kresek - Nambo Gunung kaler

85 Tamiang - Kemuning Gunung Kaler - Kresek

86 Cipaeh - Sambi Doyong Gunung Kaler

87 Jl. Masuk Ps. Kronjo - Pasar Kronjo

88 Jl. Kp. Linduk - Pangenjahan Kronjo

89 Cirako - Cijeruk Mekar Baru

90 Pegadingan - Cijeruk - Waliwis Mekar Baru

91 Muncung - Waliwis Kronjo

92 Rajeg Mulia - Tanjakan Mekar Rajeg

93 Gembong - Jawa Ringan Rajeg

94 Jl. Rajawli - Rajeg Rajeg

95 Gandaria - Cambai - Sukatani Rajeg


-133-

96 Lingkar Komp. Perm. Vet. Rajeg

97 Ds. Sindang asih - Ds. Sindang Sono Sindang Jaya

98 Sindang Sono - Sindang Jaya Sindang Jaya

99 Kp. Dadap - Sepatan Sepatan

100 Lingkar - Sepatan Sepatan

101 Jl. Kedaung Barat - Jatimulya Sepatan Timur

102 Kp. Kelor - Gempol sari Sepatan

103 Mekar Jaya - Ds. Karet Sepatan

104 Kp. Buaran Asem - Tj. Anom Ds. Krg. Serang Mauk

105 Ranca Labuh - Banyawakan Kemeri

106 Jl. Kp. Mahi - Kiara Payung Pakuhaji

107 Karolina - Cibentek Mauk

108 Kp. Lontar - Pelelangan Kemeri

109 Rawa Kepuh - Encle - Laksana Pakuhaji

110 Kp. Baru Jarak - Boni Sari Kidul Pakuhaji

111 Kp. Laksana - Kp. Rawa Badak Pakuhaji

112 Kp. Kelor - Pondok Kelor Sepatan Timur

113 Kp. Lonceng - Tanjung Pasir Teluknaga

114 Kp. GRP. Ds. Muara - Tegal Angus Teluknaga

115 Jl. Rawalini - Pintu Kapuk Teluknaga

116 Ds. Salembaran - Bbk. Asem Teluknaga Kosambi - Teluknaga

117 Ds. Rawa Lumpang - Tawang - Kosambi Barat Kosambi

118 Jl. Cengklong - Jatimulya Kosambi

119 Jl. Bayur - Lebak wangi Sepatan Timur


-134-

120 Cihuni - Lengkong Kulon Serpong

121 Pagedangan - Lengkong Kulon - Bojong Gintung Pagedangan - Serpong


Kidul
122 Lingkar Pasar Kemis Pasarkemis

123 Kutabumi - RM Padang Kosambi

124 Kemeri - Klebet Kosambi

125 Jati - Pekayon Sukadiri

126 Kalibaru - Kp. Alar/kohod Pakuhaji

127 Kohod - Kp. Alar Sukadiri

128 Sodong (Tiparmadrasah) - Tiparpojok Jambe

129 Benda - Rancalabuh Sukamulya - Kronjo

130 Cukanggalih - Dukuh Curug - Cikupa

131 Jl. Kedung Jaya - Sukakarya Teluknaga

132 Jl. Ds. Jatake - Kel. Babakan Kec. Legok Pagedangan - Legok

133 Jln. Bunar - Benda Sukamulya

134 Jln. Saga - Bunar Sukamulya

135 Daarel Qolam - Jl. Ahmad Rifa'i Jayanti

136 Sempur - Pasir Muncang Jayanti

137 Jl Kp. Ciakar - Jl. Raya Pagedangan (Simpang Pagedangan


Tiga Ds. Cicalengka)
138 Jl. Ds. Cijantra (Kp. Asem) - Kp. Sawah Ds. Pagedangan - Serpong
Lengkong Kulon
139 Jl. Kp. Gunung Batu - Ds. Cicalengka Pagedangan

140 Kp.Carang Pulang - Kantor Kelurahan - Pagedangan - Kelapa


Perumahan Catalina
141 Jl. Kp.Jatake - Kp. Jaha Kirai Ds.Malangnengah Legok

142 Jl. Kp. Jatake - Ranca Galih - Ds.Malangnengah Legok

143 Jl. Warung Enah Ds. Karang Tengah - Ds. Mekar Pagedangan
Wangi
-135-

144 Jl. Mola gar - Perumahan Puspitek Pagedangan

145 Jl. Depan Kantor Polsek Pagedangan - Kp.Tegal Pagedangan

146 Jl. Rancagede - Engeenering Pertanian Pagedangan

147 Jl. H. Samen Cirarab - Bojong Kamal Legok

148 Cisiuh Babakan - Caringin Palasari Legok

149 Bojong Bubulak - Babakan Barat legok

150 Jl. Curug Kulon - Cukanggalih Curug

151 Jl. Korelet - Ranca Kelapa -Panongan Panongan

152 Samprok - Sukamulya Cikupa

153 Jl. Sukamulya - Cihideung Cikupa

154 Jl. Talagasari - Pasir Gadung Cikupa

155 Jl. Kemiri - Nibung Kemeri

156 Cibebek (Klebet) - Lontar Kronjo

157 Jl. Kosambi Asem Ds. Kosambi - Kp. Jablang Ds. Sukadiri
Sukadiri
158 Ds. Mekar Kondang - Tuis - Tegalsari Ds. Kayu Sukadiri
Bongkok
159 Ds. Rawakidang - Ds. Buaran Mangga Kec. Sukadiri - Pakuhaji
Pakuhaji
160 Jl. Ganepo - kec. Sukadiri Sukadiri

161 Jl. Jati talang Ds. Buaran Jati - Gintung Pulo - Sukadiri - Rajeg
Pulo Ceger
162 Jl. Desa Sangereng -Talagaasem Balaraja

163 Jl. Ds. Sukamurni - Dangdeur Balaraja

164 Jl. Irigasi Tobat - Balaraja Balaraja

165 Grudug Gede - Karet Sepatan

166 Pisangan Cicere - Pisanganaries Sepatan

167 Jl.Pondok Jaya - Cikapling Sepatan


-136-

168 Ds. Gandaria - Ds. Blubuk Kronjo - Kresek

169 Cijeruk - Waliwis Kidul Mekar Baru

170 Sasak - Cibaru Mekar Baru

171 Mekarsari - Jantungeun Kulon Jambe

172 Sukamanah -Cilejet Jambe

173 Taban - Lame - Batok Jambe

174 Cisalak - Kp. Koja Solear

175 Selapanjang - Rancamanggu Cisoka

176 Kendal Dua - Pondok Dua Sindang Jaya

177 Kp. Baru - Gelam - Belimbing Kosambi

178 Tanah merah - Sangiang Sepatan

179 Pasilian - Kresek Kronjo - Kresek

180 Klebet – Ranca Labuh Kemiri

181 Lembang Sari – Ranca Labuh Rajeg - Kemiri

182 Badak Anom – Sindang Asih Sindang Jaya

183 Sindang Jaya – Sindang Panon Sindang Jaya

184 Wanakerta – Cibadak Sindang Jaya - Cikupa

185 Ruas Jalan Suka Asih Pasar Kemis

186 Pabuaran – Solear Jayanti – Cisoka - Solear

187 Mekar Bakti – Curug Kulon Panongan – Curug

188 Sukamulya – Mekar Bakti Cikupa – Panongan

189 Benda – Merak Sukamulya

190 Karang Serang – Gintung Sukadiri

191 Sepatan – Kedaung Sepatan – Sepatan Timur


-137-

192 Bojong Renged – Kosambi Timur Teluknaga – Kosambi

193 Tigaraksa – Sodong Tigaraksa

194 Ruas Jalan Panongan Panongan

195 Ruas jalan Cikasungka Solear

196 Ruas jalan Bantar Panjang Tigaraksa

197 Tipar raya – Daru Jambe

198 Ranca Iyuh – Ciangir Panongan – Legok

199 Ciangir – Serdang Kulon Legok – Panongan

200 Mekar Jaya – Ranca Iyuh Panongan

201 Jatimulya – Dadap Kosambi

202 Kadu Jaya – Bojong Nangka Curug – Kelapa Dua

203 Suka Bakti - Rancagong Curug - Legok

204 Tanjakan - Jatiwaringin Rajeg – Mauk

205 Rajeg Mulya – Tanjakan Mekar Rajeg

206 Mekar Sari – Pisangan Jaya Rajeg – Sepatan

207 Gintung - Sukasari Sukadiri – Rajeg

208 Ruas Jalan Sindang Sari Pasar Kemis

209 Kutajaya - Sukamantri Pasar Kemis

210 Gelam Jaya – Karet Pasar Kemis – Sepatan

211 Lebak Wangi - Kedaung Sepatan Timur

212 Buaran Bambu – Gaga Pakuhaji

213 Pondok Jaya – Laksana Sepatan – Pakuhaji

214 Kampung Melayu Barat - Muara Teluknaga

215 Salembaran Jati – Salembaran Jaya Kosambi


-138-

216 Ruas Jalan Cengklong Kosambi

217 Ruas Jalan Sindang Panon Sindang Jaya

218 Lembangsari - Pangarengan Rajeg

219 Kemiri – Klebet Kemiri

220 Pasir - Blukbuk Kronjo

221 Pasilian – Waliwis Kronjo – Mekar Baru

222 Pagenjahan - Tamiang Kronjo – Mekar Baru – Gunung


Kaler
223 Muncung – Mekar Baru Kronjo – Mekar Baru

224 Tamiang - Cipaeh Gunung Kaler

225 Jenggot – Ranca Gede Mekar Baru – Gunung Kaler

BUPATI TANGERANG,

ttd.

ISMET ISKANDAR

Lampiran V : Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang


tentang RTRW Kabupaten Tangerang tahun 2011-2031
Nomor : 13 TAHUN 2011
Tanggal : 12 OKTOBER 2011
-139-

Lampiran VI : Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang


tentang RTRW Kabupaten Tangerang tahun 2011-2031
Nomor : 13 TAHUN 2011
Tanggal : 12 OKTOBER 2011
-140-

Lampiran VII : Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang tentang


RTRW Kabupaten Tangerang Tahun 2011-2031
Nomor : 13 TAHUN 2011
Tanggal : 12 OKTOBER 2011
-141-

Lampiran VIII : Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang tentang


RTRW Kabupaten Tangerang Tahun 2011-2031
Nomor : 13 TAHUN 2011
Tanggal : 12 OKTOBER 2011
-142-

Lampiran IX : Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang tentang


RTRW Kabupaten Tangerang Tahun 2011-2031
Nomor : 13 TAHUN 2011
Tanggal : 12 OKTOBER 2011
-143-

Lampiran X : Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang tentang


RTRW Kabupaten Tangerang Tahun 2011-2031
Nomor : 13 TAHUN 2011
Tanggal : 12 OKTOBER 2011
-144-

Lampiran XI : Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang tentang


RTRW Kabupaten Tangerang Tahun 2011-2031
Nomor : 13 TAHUN 2011
Tanggal : 12 OKTOBER 2011
-145-

Lampiran XII : Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang tentang


RTRW Kabupaten Tangerang Tahun 2011-2031
Nomor : 13 TAHUN 2011
Tanggal : 12 OKTOBER 2011
-146-

Lampiran XIII : Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang tentang


RTRW Kabupaten Tangerang Tahun 2011-2031
Nomor : 13 TAHUN 2011
Tanggal : 12 OKTOBER 2011
-147-

Lampiran XIV : Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang tentang


RTRW Kabupaten Tangerang Tahun 2011-2031
Nomor : 13 TAHUN 2011
Tanggal : 12 OKTOBER 2011
-148-

Lampiran XV : Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang tentang


RTRW Kabupaten Tangerang Tahun 2011-2031
Nomor : 13 TAHUN 2011
Tanggal : 12 OKTOBER 2011
-149-
LAMPIRAN XVI : Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Tentang RTRW Kabupaten Tangerang Tahun 2011-2031
Nomor : 13 TAHUN 2011
Tanggal : 12 OKTOBER 2011

TABEL KONDISI EKSISTING DAN RENCANA KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) KAWASAN PERKOTAAN DI KABUPATEN TANGERANG
RTH EKSISTING
LUAS RTH RENCANA
PUBLIK PRIVAT (HALAMAN
KAWASAN
NO KECAMATAN JUMLAH RUMAH, KANTOR DAN
PERKOTAAN HUTAN TAMAN SEMPADAN SEMPADAN PROSENTASE
TPU SEMPADAN SEMPADAN PERTOKOAN/TEMPAT
(Ha) KOTA LINGKUNGAN SUTT DAN PIPA GAS LUAS (Ha) (%) TERHADAP
(Ha) SITU (Ha) SUNGAI (Ha) USAHA)
(Ha) (Ha) SUTET (Ha) (Ha) WILAYAH
1 Cisoka .802,39 - 126,17 18,02 - 1,74 - - 146 83,03 540,72 0,94%
2 Solear 2.002,90 - 140,20 0,03 - 3,51 - - 164 53,90 600,87 1,04%
3 Tigaraksa 4.874,00 8,00 341,18 48,74 - 54,67 1,38 3,18 457,15 178,66 1.462,20 2,54%
4 Jambe 2.438,00 - 170,72 24,38 - 21,28 - - 216 53,09 731,66 1,27%
5 Cikupa 4.268,00 - 298,76 42,68 12,03 33,41 23,88 - 411 326,19 1.280,40 2,22%
6 Panongan 3.073,64 - 215,15 30,74 3,88 13,56 - 2,40 265,73 92,10 922,09 1,60%
7 Curug 2.741,00 - 191,87 27,41 7,96 - 3,64 2,63 233,51 264,06 822,30 1,43%
8 Kelapa Dua 2.438,00 - 170,66 24,38 9,13 68,29 9,60 0,90 282,96 206,88 731,40 1,27%
9 Legok 3.435,63 - 240,49 34,36 8,83 15,99 2,19 - 302 176,12 1.030,69 1,79%
10 Pagedangan 4.569,00 - 319,83 45,69 17,23 86,21 - 220,08 689,04 290,53 1.370,70 2,38%
11 Cisauk 2.777,00 - 194,39 27,77 17,26 30,85 - - 270 157,97 833,10 1,45%
12 Pasar Kemis 2.146,26 - 150,24 21,46 10,20 23,51 8,77 1,40 215,58 240,06 643,88 1,12%
13 Sindang Jaya 2.250,32 - 157,52 22,50 - 24,82 4,21 - 209 187,33 675,10 1,17%
14 Balaraja 3.306,57 - 231,46 33,07 - 17,44 6,93 1,37 290,26 238,11 991,97 1,72%
15 Jayanti 1.633,77 - 114,36 16,34 - 18,79 4,94 1,06 155,49 85,10 490,13 0,85%
16 Sukamulya 1.173,56 - 82 11,74 - 5,22 - - 99 102,22 352,07 0,61%
17 Kresek 705,81 - 49,41 7,06 32,27 20,45 - - 109 32,17 211,74 0,37%
18 Gunung Kaler 496,56 - 34,76 4,97 15,70 - - 55 33,52 148,97 0,26%
19 Kronjo 430,88 - 30,16 4,31 10,23 15,77 - - 60 43,09 129,26 0,22%
20 Mekar Baru 266,01 - 18,62 2,66 - 9,65 - - 31 36,66 79,80 0,14%
21 Mauk 529,84 - 37,09 5,30 - 3,91 - - 46 18,99 158,95 0,28%
22 Kemiri 434,21 - 30,39 4,34 9,99 5,54 - 2,65 52,91 23,42 130,26 0,23%
23 Sukadiri 129,80 - 9,09 1,30 - 14,81 - 25,20 8,67 38,94 0,07%
24 Rajeg 2.190,58 - 153,34 21,91 - 10,40 0,19 4,74 190,57 205,52 657,17 1,14%
-151-

25 Sepatan 1.189,55 - 83,27 11,90 9,67 29,48 7,58 0,78 142,68 123,11 356,87 0,62%
26 Sepatan 1.008,16 - 70,57 10,08 - 15,97 - 1,14 97,76 99,20 302,45 0,53%
Timur
27 Pakuhaji 1.743,45 - 122,04 17,43 - 50,07 5,04 - 195 78,62 523,04 0,91%
28 Teluknaga 1.294,18 - 90,59 12,94 - 24,40 1,55 - 129 129,42 388,25 0,67%
29 Kosambi 2.203,71 - 154,26 22,04 - 28,68 - - 205 215,91 661,11 1,15%
JUMLAH 11.420,37 - 799,43 114,20 29,89 208,68 14,35 9,31 1.175,86 982,61 3.426,11 30,00%
TOTAL RTH 8,60%
TOTAL RTH PUBLIK
9,99% PRIVAT

BUPATI TANGERANG,

ttd.

ISMET ISKANDAR
Lampiran XVII : Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang tentang
RTRW Kabupaten Tangerang Tahun 2011-2031
Nomor : 13 TAHUN 2011
Tanggal : 12 OKTOBER 2011
-153-

Lampiran XVIII : Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang tentang


RTRW Kabupaten Tangerang Tahun 2011-2031
Nomor : 13 TAHUN 2011
Tanggal : 12 OKTOBER 2011
-154-

Lampiran XIX : Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Tentang RTRW


Kabupaten Tangerang Tahun 2011 - 031
Nomor : 13 TAHUN 2011
Tanggal : 12 OKTOBER 2011

TABEL PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS


KABUPATEN TANGERANG

SUDUT
NO KSN KSP KSK
KEPENTINGAN

Bagian Kawasan kawasan penyangga Bandara Soekarno-


PKWp Perkotaan
1 Ekonomi Perkotaan Hatta di kec. Kosambi dan Kec.
Kecamatan Balaraja
Jabodetabekpunjur Teluknaga

PKWp Perkotaan
2 PKL Perkotaan Kecamatan Tigaraksa
Kecamatan Teluknaga

3 PKL Perkotaan Kecamatan Kronjo

4 PKLp Perkotaan Kecamatan Mauk

5 PKLp Perkotaan Kecamatan Kosambi

6 PKLp Perkotaan Kecamatan Pasar Kemis

7 PKLp Perkotaan Kecamatan Sepatan

8 PKLp Perkotaan Kecamatan Cikupa

9 PKLp Perkotaan Kecamatan Kelapa Dua

10 PKLp Perkotaan Kecamatan Curug

11 Kawasan Dryport Kecamatan Jambe

12 Kawasan Perbatasan Kecamatan Jambe

13 PLTU Lontar

14 Reklamasi Pantura

15 Sosial Budaya PKL Perkotaan Kecamatan Tigaraksa

Daya Dukung Kawasan Penyangga


16 Lingkungan Bandara Soekarno PKWp Perkotaan Kecamatan Balaraja
Hidup Hatta
17 PKWp Perkotaan Kecamatan Teluknaga

18 PKL Perkotaan Kecamatan Tigaraksa


19 PKL Perkotaan Kecamatan Kronjo
20 PKLp Perkotaan Kecamatan Mauk
21 PKLp Perkotaan Kecamatan Kosambi
22 PKLp Perkotaan Kecamatan Pasar Kemis
23 PKLp Perkotaan Kecamatan Sepatan

24 PKLp Perkotaan Kecamatan Cikupa


-155-

25 PKLp Perkotaan Kecamatan Kelapa Dua

26 PKLp Perkotaan Kecamatan Curug


27 Kawasan Dryport Kecamatan Jambe
28 Kawasan Perbatasan Kecamatan Jambe
29 PLTU Lontar
30 Reklamasi Pantura
31 Teknologi Tinggi PLTU Lontar

BUPATI TANGERANG,

ttd.

ISMET ISKANDAR
Lampiran XX : Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Tentang
RTRW Kabupaten Tangerang Tahun 2011-2031
Nomor : 13 TAHUN 2011
Tanggal : 12 OKTOBER 2011

TABEL
INDIKASI PROGRAM PEMBANGUNAN TAHUN 2011 - 2031
Tahun Pelaksanaan
No Program Utama Lokasi 2016-
2016- 202
2021 2026- Sumber Dana
1- 2026 Pelaksana
2011 2012 2013 2014 2015 2020 2025
2025 2031
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
A Perwujudan Struktur Ruang
Ruang
a Perwujudan pusat pelayanan
1. Penyusunan RDTR Kecamatan APBD
Kecamatan Tigaraksa Tigaraksa Kabupaten Dinas Tata Ruang
Tangerang
2. Penyusunan RDTR Kecamatan APBD
Kecamatan Balaraja Balaraja Kabupaten Dinas Tata Ruang
Tangerang
3. Penyusunan RDTR Kecamatan APBD
Kecamatan Teluknaga Teluknaga Kabupaten Dinas Tata Ruang
Tangerang
4. Penyusunan RDTR Kecamatan APBD
Kecamatan Kronjo Kronjo Kabupaten Dinas Tata Ruang
Tangerang
5. Penyusunan RDTR Kecamatan APBD
Kecamatan Mauk Mauk Kabupaten Dinas Tata Ruang
Tangerang
6. Penyusunan RDTR Kecamatan APBD
Kecamatan Kosambi Kosambi Kabupaten Dinas Tata Ruang
Tangerang
7. Penyusunan RDTR Kecamatan APBD
Kecamatan Sepatan Sepatan Kabupaten Dinas Tata Ruang
Tangerang
8. Penyusunan RDTR Kecamatan APBD
Kecamatan Pasar Kemis Pasar Kemis Kabupaten Dinas Tata Ruang
Tangerang

9. Penyusunan RDTR Kecamatan Kecamatan APBD


Cikupa Cikupa Kabupaten Dinas Tata Ruang
Tangerang
10. Penyusunan RDTR Kecamatan APBD
Kecamatan Kemiri Kemiri Kabupaten Dinas Tata Ruang
Tangerang
11. Penyusunan RDTR Kecamatan APBD
Kecamatan Jayanti Jayanti Kabupaten Dinas Tata Ruang
-157-

Tahun Pelaksanaan
No Program Utama Lokasi 2016-
2016- 202
2021 2026- Sumber Dana
1- 2026 Pelaksana
2011 2012 2013 2014 2015
2020 2025
2025 2031
Tangerang
12. Penyusunan RDTR Kecamatan APBD
Kecamatan Jambe Jambe Kabupaten Dinas Tata Ruang
Tangerang
13. Penyusunan RDTR Kecamatan APBD
Kecamatan Cisauk Cisauk Kabupaten Dinas Tata Ruang
Tangerang
14. Penyusunan RDTR Kecamatan APBD
Kecamatan Pagedangan Pagedangan Kabupaten Dinas Tata Ruang
Tangerang
15. Penyusunan RDTR Kecamatan APBD Dinas Tata Ruang
Kecamatan Legok Legok Kabupaten
Tangerang
16. Penyusunan RDTR Kecamatan APBD
Kecamatan Panongan Panongan Kabupaten Dinas Tata Ruang
Tangerang
17. Penyusunan RDTR Kecamata Kecamatan APBD
Rajeg Rajeg Kabupaten Dinas Tata Ruang
Tangerang
18. Penyusunan RDTR Kecamatan Sepatan APBD
Kecamatan Sepatan Timur Timur Kabupaten Dinas Tata Ruang
Tangerang
19. Penyusunan RDTR Kecamatan APBD
Kecamatan Pakuhaji Pakuhaji Kabupaten Dinas Tata Ruang
Tangerang
20. Penyusunan RDTR Kecamatan APBD
Kecamatan Sukadiri Sukadiri Kabupaten Dinas Tata Ruang
Tangerang
21. Pengembangan PPL Kecamatan APBD Dinas Tata Ruang
Desa Buaran Jati Sukadiri Kabupaten
Tangerang
22. Pengembangan PPL Kecamatan APBD Dinas Tata Ruang
Desa Gandaria Mekarbaru Kabupaten
-158-

Tahun Pelaksanaan
No Program Utama Lokasi 2016-
2016- 202
2021 2026- Sumber Dana
1- 2026 Pelaksana
2011 2012 2013 2014 2015
2020 2025
2025 2031
Tangerang
23. Pengembangan PPL Kecamatan APBD Dinas Tata Ruang
Desa Laksana Pakuhaji. Kabupaten
Tangerang
24. Pengembangan PPL Kecamatan APBD Dinas Tata Ruang
Desa Ranca Bango Rajeg Kabupaten
Tangerang
b Pengembangan jaringan
jalan dan jembatan
1. Pengembangan jaringan jalan Kecamatan Kelapa Ditjen Bina Marga
tol Tangerang–Merak Dua, Kecamatan Kementerian Pekerjaan
Curug, Kecamatan APBN Umum/PT. Jasa Marga
Cikupa, dan
Kecamatan Balaraja
2. Ruas Jalan Raya Serang Kecamatan Curug, Ditjen Bina Marga
Kecamatan Cikupa, Kementrian Pekerjaan
Kecamatan Balaraja, APBN Umum
dan Kecamatan
Jayanti
3. Ruas jalan Kronjo-Mauk- Kecamatan Kosambi, APBD Provinsi Dinas Bina Marga dan
Teluknaga-Bandara Soekarno- Kecamatan Banten Tata Ruang
Hatta Teluknaga,
Kecamatan Pakuhaji,
Kecamatan Sukadiri,
Kecamatan Mauk,
Kecamatan Kemiri,
Kecamatan Kronjo,
dan Kecamatan
Mekar Baru

4. Ruas jalan Tigaraksa-Cisoka- Kecamatan APBD Provinsi Dinas Bina Marga dan
Cikuya-Cikasungka Tigaraksa, Banten Tata Ruang
Kecamatan Cisoka
dan Kecamatan
-159-

Tahun Pelaksanaan
No Program Utama Lokasi 2016-
2016- 202
2021 2026- Sumber Dana
1- 2026 Pelaksana
2011 2012 2013 2014 2015
2020 2025
2025 2031
Solear

5. Ruas jalan Malangnengah- Kecamatan Legok, APBD Provinsi Dinas Bina Marga dan
Ranca Kelapa-Kutruk- Kecamatan Banten Tata Ruang
Tigaraksa, Panongan,
Kecamatan Jambe,
dan Kecamatan
Tigaraksa

6. Ruas jalan Cisauk-Jaha Kecamatan Cisauk APBD Provinsi Dinas Bina Marga dan
dan Kecamatan Banten Tata Ruang
Legok
7. Ruas jalan Cisauk-Kranggan Kecamatan Cisauk APBD Provinsi Dinas Bina Marga dan
Banten Tata Ruang
8. Ruas jalan Bitung-Curug-Legok Kecamatan Curug APBD Provinsi Dinas Bina Marga dan
dan Kecamatan Banten Tata Ruang
Legok

9. Ruas jalan Karawaci–Legok– Kecamatan Kelapa APBD Provinsi Dinas Bina Marga dan
Parungpanjang Dua dan Kecamatan Banten Tata Ruang
Legok

10. Ruas jalan Bojong-Pemda Kecamatan Cikupa APBD Dinas Bina Marga dan
dan Kecamatan Kabupaten Pengairan
Tigaraksa Tangerang
11. Ruas jalan Cikupa-Pasar Kemis Kecamatan Cikupa APBD Dinas Bina Marga dan
dan Kecamatan Kabupaten Pengairan
Pasar Kemis, Tangerang

12. Ruas jalan Jatiuwung – Pasar Kecamatan Pasar APBD Dinas Bina Marga dan
-160-

Tahun Pelaksanaan
No Program Utama Lokasi 2016-
2016- 202
2021 2026- Sumber Dana
1- 2026 Pelaksana
2011 2012 2013 2014 2015
2020 2025
2025 2031
Kemis kemis Kabupaten Pengairan
Tangerang
13. Ruas Sepatan - Mauk Kecamatan Sepatan, APBD Dinas Bina Marga dan
Kecamatan Sepatan Kabupaten Pengairan
Timur, Kecamatan Tangerang
Pakuhaji,Kecamatan
Sukadiri dan
Kecamatan Mauk
14. Ruas jalan Cadas - Sepatan Kecamatan Sepatan APBD Dinas Bina Marga dan
Kabupaten Pengairan
Tangerang
15. Ruas jalan Kronjo - Pejamuran Kecamatan Kronjo APBD Dinas Bina Marga dan
Kabupaten Pengairan
Tangerang
16. Ruas jalan Balaraja-Ceplak Kecamatan Balaraja APBD Dinas Bina Marga dan
dan Kecamatan Kabupaten Pengairan
Sukamulya Tangerang
17. Ruas jalan Kutruk-Jambe Kecamatan Jambe APBD Dinas Bina Marga dan
Kabupaten Pengairan
Tangerang
18. Ruas jalan Kresek–Jenggot Kecamatan Kresek, APBD Dinas Bina Marga dan
Kecamatan Gunung Kabupaten Pengairan
Kaler dan Tangerang
Kecamatan Mekar
Baru
19. Ruas jalan Kresek-Pejamuran Kecamatan Kresek, APBD Dinas Bina Marga dan
Kecamatan Gunung Kabupaten Pengairan
Kaler dan Tangerang
Kecamatan Mekar
Baru
20. Ruas jalan Ceplak-Kresek Kecamatan Kresek APBD Dinas Bina Marga dan
dan Kecamatan Kabupaten Pengairan
Sukamulya Tangerang
-161-

Tahun Pelaksanaan
No Program Utama Lokasi 2016-
2016- 202
2021 2026- Sumber Dana
1- 2026 Pelaksana
2011 2012 2013 2014 2015
2020 2025
2025 2031
21. Ruas jalan Sempur-Saradan- Kecamatan Cikupa APBD Dinas Bina Marga dan
Patrasana dan Kecamatan Kabupaten Pengairan
Curug Tangerang

22. Ruas jalan Cisoka–Carenang– Kecamatan Kresek APBD Dinas Bina Marga dan
Jayanti dan Kecamatan Kabupaten Pengairan
Jayanti Tangerang
23. Ruas jalan Jayanti-Megu Kecamatan Cisoka APBD Dinas Bina Marga dan
dan Kecamatan Kabupaten Pengairan
Jayanti Tangerang

24. Ruas jalan Cisoka-Megu Kecamatan Cisoka APBD Dinas Bina Marga dan
Kabupaten Pengairan
Tangerang
25. Ruas jalan Cangkudu-Cisoka Kecamatan Balaraja APBD Dinas Bina Marga dan
dan Kecamatan Kabupaten Pengairan
Cisoka Tangerang
26. Ruas jalan Cikuya-Stasiun KA Kecamatan Solear APBD Dinas Bina Marga dan
Cikuya Kabupaten Pengairan
Tangerang
Kecamatan APBD Dinas Bina Marga dan
27. Ruas jalanTigaraksa-Cikuya Tigaraksa dan Kabupaten Pengairan
Kecamatan Solear Tangerang
. Kecamatan Cikupa APBD Dinas Bina Marga dan
28. Ruas jalanCibadak-Tigaraksa dan Kecamatan Kabupaten Pengairan
Tigaraksa Tangerang
Kecamatan APBD Dinas Bina Marga dan
29. Ruas jalan Tigaraksa-Jambe Tigaraksa, dan Kabupaten Pengairan
Kecamatan Jambe Tangerang
APBD Dinas Bina Marga dan
30. Ruas jalan Jambe-Batok Kecamatan Jambe Kabupaten Pengairan
Tangerang
-162-

Tahun Pelaksanaan
No Program Utama Lokasi 2016-
2016- 202
2021 2026- Sumber Dana
1- 2026 Pelaksana
2011 2012 2013 2014 2015
2020 2025
2025 2031
Kecamatan Jambe APBD Dinas Bina Marga dan
31. Ruas jala Kutruk-Tapos dan Kecamatan Kabupaten Pengairan
Tigaraksa Tangerang
Kecamatan APBD Dinas Bina Marga dan
32. Ruas jalan Serdang Kulon- Panongan dan Kabupaten Pengairan
Serdang Wetan Kecamatan Legok Tangerang
APBD Dinas Bina Marga dan
33. Ruas jalan Pasar Korelet- Kecamatan Kabupaten Pengairan
Serdang Kulon Panongan Tangerang

Kecamatan Cikupa, APBD Dinas Bina Marga dan


34. Ruas jalan Cikupa-Serdang dan kecamatan Kabupaten Pengairan
Kulon Panongan. Tangerang
.
Kecamatan Cikupa, APBD Dinas Bina Marga dan
35. Ruas jalan Curug-Peusar dan kecamatan Kabupaten Pengairan
Panongan. Tangerang
Kecamatan APBD Dinas Bina Marga dan
36. Ruas jalan Curug-Binong Curug Kabupaten Pengairan
Tangerang

APBD Dinas Bina Marga dan


37. Ruas jalan Jatake (batas Kota Kabupaten Pengairan
Tangerang-Binong) Kecamatan Curug Tangerang

APBD Dinas Bina Marga dan


38. Ruas jalan Binong-Bencongan Kecamatan Curug Kabupaten Pengairan
dan Kecamatan Tangerang
Kelapa Dua
Kecamatan Kelapa APBD Dinas Bina Marga dan
39. Ruas jalan Bencongan-Kelapa Dua Kabupaten Pengairan
Dua Tangerang
-163-

Tahun Pelaksanaan
No Program Utama Lokasi 2016-
2016- 202
2021 2026- Sumber Dana
1- 2026 Pelaksana
2011 2012 2013 2014 2015
2020 2025
2025 2031
Kecamatan Curug APBD Dinas Bina Marga dan
40. Ruas jalan Curug-Carang dan Kecamatan Kabupaten Pengairan
Pulang Kelapa Dua. Tangerang

Kecamatan APBD Dinas Bina Marga dan


41. Ruas jalan pagedangan-Legok Pagedangan dan Kabupaten Pengairan
Kecamatan Legok Tangerang

Kecamatan APBD Dinas Bina Marga dan


42. Ruas jalan Pagedangan- Pagedangan Kabupaten Pengairan
Lengkong Kulon-Cihuni Tangerang
Kecamatan Cisauk APBD Dinas Bina Marga dan
43. Ruas jalan Cisauk-Rumpin Kabupaten Pengairan
Tangerang
44. Ruas jalan Jambu-Patra Kecamatan Rajeg APBD Dinas Bina Marga dan
Manggala dan Kecamatan Kabupaten Pengairan
Kemiri. Tangerang
APBD Dinas Bina Marga dan
45. Ruas jalan Rajeg-Mauk Kecamatan Rajeg Kabupaten Pengairan
dan Kecamatan Tangerang
Mauk.
46. Ruas jalan Pasar Kemis-Rajeg Kecamatan Pasar APBD Dinas Bina Marga dan
Kemis dan Kabupaten Pengairan
Kecamatan Rajeg. Tangerang
APBD Dinas Bina Marga dan
47. Ruas jalan Gintung-Sukadiri Kecamatan Sukadiri Kabupaten Pengairan
Tangerang
APBD Dinas Bina Marga dan
48. Ruas jalan Cituis-Sukadiri Kecamatan Sukadiri Kabupaten Pengairan
Tangerang
APBD Dinas Bina Marga dan
49. Ruas jalan Gardu-Tanah merah Kecamatan Sepatan, Kabupaten Pengairan
Kecamatan Sepatan Tangerang
-164-

Tahun Pelaksanaan
No Program Utama Lokasi 2016-
2016- 202
2021 2026- Sumber Dana
1- 2026 Pelaksana
2011 2012 2013 2014 2015
2020 2025
2025 2031
Timur dan
Kecamatan Pakuhaji
Kecamatan sepatan APBD Dinas Bina Marga dan
50. Ruas jalan Sepatan-Kedaung dan Kecamatan Kabupaten Pengairan
Barat Sepatan Timur Tangerang
APBD Dinas Bina Marga dan
51. Ruas jalan Bayur Sangego- Kecamatan Sepatan Kabupaten Pengairan
Kedaung Barat Timur Tangerang

APBD Dinas Bina Marga dan


52. Ruas jalan Kedaung Barat-Kali Kecamatan Sepatan Kabupaten Pengairan
Baru (Kohod) Timurdan Tangerang
Kecamatan Pakuhaji
APBD Dinas Bina Marga dan
53. Ruas jalan Bojong Renged- Kecamatan Kabupaten Pengairan
Teluknaga Teluknaga. Tangerang
APBD Dinas Bina Marga dan
54. Ruas jalan Teluknaga-Tanjung Kecamatan Kabupaten Pengairan
Pasir Teluknaga Tangerang
APBD Dinas Bina Marga dan
55. Ruas jalan Pangkalan-Tanjung Kecamatan Kabupaten Pengairan
Burung Teluknaga Tangerang
APBD Dinas Bina Marga dan
56. Ruas jalan Rawa rengas- Kecamatan Kosambi Kabupaten Pengairan
Kosambi Tangerang
APBD Dinas Bina Marga dan
57. Ruas jalan Jatimulya-Dadap Kecamatan Kosambi Kabupaten Pengairan
Tangerang
-165-

Tahun Pelaksanaan
No Program Utama Lokasi 2016-
2016- 202
2021 2026- Sumber Dana
1- 2026 Pelaksana
2011 2012 2013 2014 2015
2020 2025
2025 2031
APBD Dinas Bina Marga dan
58. Ruas jalan Merak-Buni Ayu Kecamatan Kabupaten Pengairan
Sukamulya Tangerang
59. ruas jalan Buniayu–Jambu Kecamatan Sukamulya APBD Dinas Bina Marga dan
dan Kecamatan Rajeg Kabupaten Pengairan
Ka Tangerang
60. Ruas jalan Daon-Jambu Kecamatan Rajeg APBD Dinas Bina Marga dan
Kabupaten Pengairan
Tangerang
61. Ruas jalan Kukun-Daon Kecamatan Rajeg APBD Dinas Bina Marga dan
Kabupaten Pengairan
Tangerang
62. Ruas jalan Kukun-Cadas Kecamatan Sepatan, APBD Dinas Bina Marga dan
Kecamatan Pasar Kabupaten Pengairan
Kemis, dan Tangerang
Kecamatan Rajeg
63. Ruas jalan Muncul-Suradita Kecamatan Cisauk APBD Dinas Bina Marga dan
Kabupaten Pengairan
Tangerang
64. Peningkatan jalan lokal Tesebar di wilayah APBD Dinas Bina Marga dan
kabupaten Kabupaten Pengairan
Tangerang
65. Peningkatan Jembatan Kelapa Kecamatan Kelapa APBD Dinas Bina Marga dan
Dua Dua Kabupaten Pengairan
Tangerang
Pembangunan Jalan dan Dinas Bina Marga dan
c Pengairan
Jembatan
1. Ruas jalan tol Sepatan Timur– Kecamatan Sepatan Ditjen Bina Marga
Pakuhaji–Teluknaga–Kosambi– Timur, Kecamatan Kementerian Pekerjaan
Bandara Soekarno Hatta Pakuhaji, Kecamatan APBN Umum/PT. Jasa Marga
Teluknaga, dan
Kecamatan Kosambi
-166-

Tahun Pelaksanaan
No Program Utama Lokasi 2016-
2016- 202
2021 2026- Sumber Dana
1- 2026 Pelaksana
2011 2012 2013 2014 2015
2020 2025
2025 2031
2. Ruas jalan tol Balaraja–Serpong Kecamatan Balaraja, Ditjen Bina Marga
Kecamatan Cikupa, Kementerian Pekerjaan
Kecamatan APBN Umum/PT. Jasa Marga
Panongan,
Kecamatan Legok
dan Kecamatan
Pagedangan
3. Ruas jalan tolLingkar Utara Kecamatan Cikupa, Ditjen Bina Marga
mulai dari Cikupa–Rajeg–Mauk Kecamatan Sindang Kementerian Pekerjaan
- tol JORR II Jaya, Kecamatan APBN Umum/PT. Jasa Marga
Rajeg, dan
Kecamatan Mauk
4. Pembukaan pintu tol ke arah Ditjen Bina Marga
Merak di pintu tol Balaraja Kecamatan Balaraja Kementerian Pekerjaan
Timur. APBN Umum/PT. Jasa Marga

5. Pembukaan pintu tol ke arah Ditjen Bina Marga


Merak di pintu tol Cikupa. Kecamatan Cikupa Kementerian Pekerjaan
APBN Umum/PT. Jasa Marga
6. Ruas jalan Balaraja – Kelapa Kecamatan Balaraja,
dua, yang merupakan bagian Kecamatan Sindang
dari ruas MRT (Mass Rapid Jaya, Kecamatan Ditjen Bina Marga
Transport) Balaraja - Cikarang Cikupa, Kecamatan APBN Kementerian Pekerjaan
Curug dan Umum/PT. Jasa Marga
Kecamatan Kelapa
Dua.
7. Ruas jalan pesisir pantai dari Kecamatan Pakuhaji, APBD Dinas Bina Marga dan
Kohod–Tanjung Burung– Teluknaga dan Kabupaten Pengairan
Tanjung Pasir–Muara–Lemo– kecamatan Kosambi Tangerang
Salembaran Jaya–Kosambi
Barat–Kosambi Timur–Dadap
8. Ruas jalan pesisir pantai dari kecamatan Mekar APBD Dinas Bina Marga dan
-167-

Tahun Pelaksanaan
No Program Utama Lokasi 2016-
2016- 202
2021 2026- Sumber Dana
1- 2026 Pelaksana
2011 2012 2013 2014 2015
2020 2025
2025 2031
Jenggot–Muncung–Kronjo– Baru, Kecamatan Kabupaten Pengairan
Pagedangan Ilir–Lontar – Kronjo, Kecamatan Tangerang
Karanganyar–Patra Manggala– Kemiri dan
Mauk Barat–Mauk Timur– Kecamatan Mauk
Ketapang
9. Ruas jalan poros tengah KecamatanCikupa, APBD Dinas Bina Marga dan
meliputi ruas jalan Cikupa– Kecamatan Sindang Kabupaten Pengairan
Sindangjaya–Rajeg–Mauk– Jaya, Kecamatan Tangerang
Kawasan Reklamasi Rajeg, dan
Kecamatan Mauk
10. Ruas jalan sejajar dengan jalan Kecamatan Cikupa, APBD Dinas Bina Marga dan
tol dari Desa Bunder, Kecamatan Sindang Kabupaten Pengairan
Kecamatan Cikupa–Desa Jaya dan Kecamatan Tangerang
Cibadak, Kecamatan Balaraja Balaraja
11. Ruas jalan Cadas–Kukun– Kecamatan Sepatan APBD Dinas Bina Marga dan
Benda–Buniayu–Jengkol Timur, Kecamatan Kabupaten Pengairan
Sepatan, Kecamatan Tangerang
Rajeg, Kecamatan
Kemiri, Kecamatan
Sukamulya, dan
Kecamatan Kresek
12. Ruas jalan Peusar–Budimulya– Kecamatan Cikupa APBD Dinas Bina Marga dan
Bojong–Jalan Raya Serang dan Kecamatan Kabupaten Pengairan
Panongan Tangerang
13. Ruas jalan Desa Margasari– Kecamatan APBD Dinas Bina Marga dan
Desa Mekar Bakti Tigaraksa dan Kabupaten Pengairan
Kecamatan Tangerang
Panongan
14. Ruas jalan Sampora–Pakulonan Kecamatan Cisauk, APBD Dinas Bina Marga dan
Kecamatan Kabupaten Pengairan / swasta
Pagedangan, dan Tangerang/
Kecamatan Kelapa swasta
Dua
-168-

Tahun Pelaksanaan
No Program Utama Lokasi 2016-
2016- 202
2021 2026- Sumber Dana
1- 2026 Pelaksana
2011 2012 2013 2014 2015
2020 2025
2025 2031
15. ruas jalan yang Kecamatan Kosambi, APBD Dinas Bina Marga dan
menghubungkan wilayah Kecamatan Kabupaten Pengairan
daratan Kabupaten Tangerang Teluknaga, Tangerang
dengan rencana pengembangan Kecamatan Pakuhaji,
Kawasan Reklamasi di pantai dan Kecamatan
utara Mauk
16. Ruas jalan Balaraja-Sindang Kecamatan Balaraja APBD Dinas Bina Marga dan
Jaya dan Kecamatan Kabupaten Pengairan
Sindang Jaya Tangerang
17. Ruas jalan melingkar Situ Kecamatan Kresek APBD Dinas Bina Marga dan
Garukgag Kabupaten Pengairan
Tangerang
18. Ruas jalan sejajar Kali Perancis Kecamatan Kosambi APBD Dinas Bina Marga dan
Kabupaten Pengairan
Tangerang
19. jembatan yang Kecamatan APBD Dinas Bina Marga dan
menghubungkan kecamatan Pagedangan Kabupaten Pengairan
Pagedangan dan Serpong (Kota Tangerang
tangerang Selatan)

20. jembatan yang Kecamatan APBD Dinas Bina Marga dan


menghubungkan kecamatan Tigaraksa dan Kabupaten Pengairan
Tigaraksa dan kecamatan Kecamatan Tangerang
Panongan Panongan

21. jembatan yang Kecamatan Sepatan APBD Dinas Bina Marga dan
menghubungkan kecamatan Timur. Kabupaten Pengairan
Sepatan Timur dan Kota Tangerang
Tangerang
22. jembatan Sukadiri Kecamatan Sukadiri APBD Dinas Bina Marga dan
Kabupaten Pengairan
-169-

Tahun Pelaksanaan
No Program Utama Lokasi 2016-
2016- 202
2021 2026- Sumber Dana
1- 2026 Pelaksana
2011 2012 2013 2014 2015
2020 2025
2025 2031
Tangerang
23. Jembatan Dadap I Kecamatan Kosambi APBD Dinas Bina Marga dan
Kabupaten Pengairan
Tangerang
24. Jembatan Dadap II Kecamatan Kosambi APBD Dinas Bina Marga dan
Kabupaten Pengairan
Tangerang
Pengembangan sarana dan
d
Prasarana Perhubungan
1. Pengembangan terminal Kecamatan APBD Dinas Perhubungan,
Balaraja Kabupaten Komunikasi dan
penumpang type B
Tangerang informasi
2. Pembangunan terminaal Kecamatan APBD Dinas Perhubungan,
Teluknaga Kabupaten Komunikasi dan
Penumpang type B Tangerang informasi
3. Pembangunan terminal type A APBN Kemenhub
4. Pembangunan terminal type C Seluruh APBD. Kab. Dinas Perhubungan,
Kecamatan Tangerang Komunikasi & informasi
5. Pembangunan terminal type B Kecamatan Pakuhaji APBD Dinas Perhubungan,
terpadu/terminal antaramoda dan Kecamatan Kabupaten Komunikasi dan
Cisauk. Tangerang informasi

6. Peningkatan jembatan timbang Kecamatan Legok; APBD Dinas Perhubungan,


Kecamatan Cisauk, Kabupaten Komunikasi dan
Kecamatan Curug Tangerang informasi
dan Kecamatan
Kosambi.
7. Pengembangan pelayanan Kecamatan Pakuhaji APBD Dinas Perhubungan,
dan Kecamatan Kabupaten Komunikasi dan
angkutan penyeberangan
Teluknaga. Tangerang informasi

8. Pengembangan sistem Kecamatan Legok; APBN PT. Kereta Api Indonesia


Kecamatan Cisauk,
-170-

Tahun Pelaksanaan
No Program Utama Lokasi 2016-
2016- 202
2021 2026- Sumber Dana
1- 2026 Pelaksana
2011 2012 2013 2014 2015
2020 2025
2025 2031
Double track/rel ganda Kecamatan
Pagedangan,
Kecamatan
Panongan,
Kecamatan Jambe
dan Kecamatan
Cisoka.
9. Pengembangan stasiun kereta Kecamatan APBN PT. Kereta Api Indonesia
api Daru Jambe
10. Pembangunan terminal Kawasan swasta swasta
reklamasi
pelabuhan
11. Pembangunan pelabuhan Kecamatan swasta swasta
Kronjo
Khusus batubara
12. Pengembangan Bandara Kecamatan Kosambi APBN Ditjen Perhubungan
dan Kecamatan Udara, Kementrian
Soekarno-Hatta
Teluknaga. Perhubungan
13. Pengembangan Bandara Kecamatan APBN Ditjen Perhubungan
Legok Udara, Kementrian
Budiarto
Perhubungan
Pengembangan Jaringan
e
Kelistrikan dan gas
1. Pengembangan jaringan SUTET Kecamatan Cisauk, APBN PLN
500 Kilovolt Kecamatan
Pagedangan,
Kecamatan
Panongan,
Kecamatan
Tigaraksa,
Kecamatan Cisoka,
Kecamatan Jayanti,
Kecamatan Pasar
-171-

Tahun Pelaksanaan
No Program Utama Lokasi 2016-
2016- 202
2021 2026- Sumber Dana
1- 2026 Pelaksana
2011 2012 2013 2014 2015
2020 2025
2025 2031
Kemis, Kecamatan
Sindang Jaya,
Kecamatan
Sukamulya dan
Kecamatan Kresek.
2. Pembangunan jaringan baru Kecamatan Kresek, APBN PLN
SUTET 500 (lima ratus) kilovolt Kecamatan
Rajeg,Kecamatan
Sepatan, Kecamatan
Sepatan Timur;
3. Pengembangan jaringan SUTT Kecamatan APBN PLN
150 (seratus lima puluh) kilovolt Pagedangan,
Kecamatan Curug,
Kecamatan
Panongan,
Kecamatan
Tigaraksa,
Kecamatan
Sukamulya,
Kecamatan Kresek,
Kecamatan Sindang
Jaya, Kecamatan
Pasar Kemis, dan
Kecamatan Kelapa
Dua serta
Kecamatan Serpong
Kota Tangerang
Selatan–Kecamatan
Bojonegara Kota
Cilegon yang
melintasi wilayah
Kabupaten
Tangerang;
-172-

Tahun Pelaksanaan
No Program Utama Lokasi 2016-
2016- 202
2021 2026- Sumber Dana
1- 2026 Pelaksana
2011 2012 2013 2014 2015
2020 2025
2025 2031
4. pengembanganPLTULontarkapa Kecamatan Kemiri APBN PLN
sitas 300 (tiga ratus) sampai
dengan 400 (empat ratus)
megawatt
5. pengembangan gardu induk Kecamatan APBN PLN
150 (seratus lima puluh) Pagedangan,
kilovolt Kecamatan
Panongan,
Kecamatan
Tigaraksa,
Kecamatan Pasar
Kemis, Kecamatan
Sindang Jaya,
Kecamatan Sepatan,
Kecamatan Balaraja
dan Kecamatan
Kresek.
6. Pengembangan jaringan pipa Kecamatan APBN PGN
gas Tigaraksa,
Kecamatan Pasar
Kemis, Kecamatan
Sindang Jaya,
Kecamatan Balaraja
dan Kecamatan
Cisoka
7. pembangunan SPBG Kecamatan Kronjo, Swasta swasta
Kecamatan Kemiri,
Kecamatan Mauk,
Kecamatan Sukadiri,
Kecamatan Pakuhaji,
Kecamatan
Teluknaga,
Kecamatan Kosambi,
-173-

Tahun Pelaksanaan
No Program Utama Lokasi 2016-
2016- 202
2021 2026- Sumber Dana
1- 2026 Pelaksana
2011 2012 2013 2014 2015
2020 2025
2025 2031
Kecamatan
Pagedangan,
Kecamatan Legok,
Kecamatan Cikupa,
Kecamatan Rajeg,
Kecamatan Kelapa
Dua, Kecamatan
Pasar Kemis,
Kecamatan Sepatan,
Kecamatan
Tigaraksa, dan
Kecamatan Cisoka.
8. pengembangan jaringan gas Kecamatan Kelapa APBN Pertamina
Serpong–Merak; Dua, Kecamatan
Curug, Kecamatan
Cikupa, Kecamatan
Balaraja, dan
Kecamatan Jayanti;
9. rencana pembangunan jalur Kecamatan Kelapa APBN PGN
pipa transmisi gas Dua, Kecamatan
Curug, Kecamatan
Panongan,
Kecamatan
Tigaraksa,
Kecamatan Balaraja,
Kecamatan Cisoka, dan
Kecamatan Jayanti
10. pengembangan jaringan gas Kecamatan APBN PGN
Avtur ke Bandara Soekarno- Teluknaga dan
Hatta Kecamatan Kosambi
-174-

Tahun Pelaksanaan
No Program Utama Lokasi 2016-
2016- 202
2021 2026- Sumber Dana
1- 2026 Pelaksana
2011 2012 2013 2014 2015
2020 2025
2025 2031
Pengembangan Jaringan
f
Telekomunikasi
Telekomunikasi
1. pengembangan jaringan primer ruas jalan Swasta/telkom Swasta/telkom
Tangerang-Merak
2. pengembangan jaringan tersebar di seluruh Swasta/telkom Swasta/Telkom
sekunder kecamatan
3. Pembangunan Menara tersebar di seluruh Swasta Swasta
kecamatan
Telekomunikasi bersama
Pengembangan jaringan sungai dan
g
danau
1. Peningkatan fungsi sungai Sungai Cisadane dan APBN Ditjen SDA Kementrian
Lintas provinsi Sungai Cidurian Pekerjaan Umum
2. Peningkatan fungsi sungai Sungai Cicayur, APBD Provinsi Balai Besar Ciliwung-
lintas kabupaten Sungai Cirarab, Banten Cisadane
Sungai Cisabi dan
Kali Perancis.
3. Peningkatan fungsi sungai Sungai Ciapus, APBD Dinas Bina Marga dan
wilayah kabupaten Sungai Ciasin, Kabupaten Pengairan
Sungai Cibarebeg, Tangerang
Sungai
Cibiuk/Cilaku,
Sungai Cibolang,
Sungai Cibugel,
Sungai Cicalengka,
Sungai Ciconteng,
Sungai Cigarukgak,
Sungai Cimauk,
Sungai Cijantra,
Sungai Cikakalen,
Sungai Cikolear,
Sungai Cileuleus,
Sungai Cilongo,
-175-

Tahun Pelaksanaan
No Program Utama Lokasi 2016-
2016- 202
2021 2026- Sumber Dana
1- 2026 Pelaksana
2011 2012 2013 2014 2015
2020 2025
2025 2031
Sungai Cilongok,
Sungai Cilowong,
Sugai Cimaneuh,
Sungai Cimanceuri,
Sungai Cimatuk,
Sunagai Ciodeng,
Sungai Cipasilian,
Sungai Cipayaeun,
Sungai Cirajeun,
Sungai Cirangon,
Sungai Cirumpak,
Sungai Cisauk,
Sungai Ciselatip,
Sungai Cisoge,
Sungai Cituis, Kali
Ketapang, Kali
Kramat, Kali Apung
dan Sungai Tahang.
4. Peningkatan fungsi situ/danau Situ Pondok, Situ APBD Provinsi Dinas Pengairan
Cilongok, Situ Pasir banten/APBN Provinsi/Ditjen SDA
gadung, Situ Kelapa Kementrian Pekerjaan
Dua, Situ Cihuni, Umum
Situ Jengkol, Situ
Ranca Ilat, Situ
Waluh, Situ
Garukgak, Situ
Patrasana, Situ
Gabus, Situ
Genggong, Situ
Setingin, Situ Gede,
Situ Kepuh, Situ
Gelam, Situ Warung
Rebo, dan Situ
Jambu.
-176-

Tahun Pelaksanaan
No Program Utama Lokasi 2016-
2016- 202
2021 2026- Sumber Dana
1- 2026 Pelaksana
2011 2012 2013 2014 2015
2020 2025
2025 2031
Pengembangan jaringan
h
irigasi
1. Perbaikan saluran irigasi tersebar di seluruh APBN dan Ditjen Sumber Daya Air
kecamatan APBD Kementerian Pekerjaan
Kabupaten Umum/Dinas Bina
Tangerang Marga dan Pengairan
2. Perbaikan bangunan air tersebar di seluruh APBN dan Ditjen Sumber Daya Air
kecamatan APBD Kementerian Pekerjaan
Kabupaten Umum/Dinas Bina
Tangerang Marga dan Pengairan
Pengembangan air baku untuk
i
air minum
3. Pembangunan prasarana dan Sungai Cisadane dan APBD PDAM
sarana air baku Sungai Cidurian Kabupaten
Tangerang
4. Pengendalian penggunaan air Tersebar di seluruh APBD Badan Lingkungan
tanah dangkal kecamatan Kabupaten Hidup Daerah
Tangerang Kabupaten Tangerang
j pengendalian banjir
1. rehabilitasi saluran drainase Tersebar di seluruh APBD Dinas Bina Marga dan
kecamatan Kabupaten Pengairan Kabupaten
Tangerang Tangerang
2. normalisasi Sungai Cisadane Sungai Cisadane dan APBN Ditjen Sumber Daya Air
dan Sungai Cidurian Sungai Cidurian Kementerian Pekerjaan
Umum
3. normalisasi Sungai Cimanceuri Sungai Cimanceuri APBD Dinas Bina Marga dan
Kabupaten Pengairan Kabupaten
Tangerang Tangerang
4. Pembangunan tandon air Kecamatan Kemiri, APBD Dinas Bina Marga dan
Kecamatan Kronjo, Kabupaten Pengairan Kabupaten
Kecamatan Mauk, Tangerang Tangerang
Kecamatan Jambe,
Kecamatan
-177-

Tahun Pelaksanaan
No Program Utama Lokasi 2016-
2016- 202
2021 2026- Sumber Dana
1- 2026 Pelaksana
2011 2012 2013 2014 2015
2020 2025
2025 2031
Teluknaga,
Kecamatan Pasar
Kemis, Kecamatan
Cisoka, Kecamatan
Solear, Kecamatan
Sepatan, Kecamatan
Pakuhaji, Kecamatan
Sepatan Timur,
Kecamatan Rajeg,
Kecamatan Kresek,
Kecamatan Jayanti,
Kecamatan
Tigaraksa,dan
Kecamatan Balaraja

pengembangan sistem jaringan


k
persampahan
1. pengembangan akses dari Tersebar di seluruh APBD Dinas Kebersihan
kawasan sumber penghasil kecamatan Kabupaten Pertamanan, dan
sampah menuju lokasi TPS Tangerang Pemakaman
2. pengadaan sarana Tersebar di seluruh APBD Dinas Kebersihan
persampahan kecamatan Kabupaten Pertamanan, dan
Tangerang Pemakaman
3. penyediaan TPS Tersebar di seluruh APBD Dinas Kebersihan
kecamatan Kabupaten Pertamanan, dan
Tangerang Pemakaman
pengembangan sistem
l
penyediaan air minum
1. Pengembangan sumber air Kecamatan Cikupa, APBD PDAM
minum zona Cibaja Utara Kecamatan Balaraja, Kabupaten
Kecamatan Jayanti, Tangerang
-178-

Tahun Pelaksanaan
No Program Utama Lokasi 2016-
2016- 202
2021 2026- Sumber Dana
1- 2026 Pelaksana
2011 2012 2013 2014 2015
2020 2025
2025 2031
2. Pengembangan sumber air Kecamatan Cisoka, APBD PDAM
minum zona CibajaSelatan Kecamatan Kabupaten
Tigaraksa, Tangerang
Kecamatan
Panongan dan
Kecamatan Jambe;
3. Pengembangan sumber air Kecamatan Cisauk, APBD PDAM
minum zona Cipacul Kecamatan Kabupaten
Pagedangan, Tangerang
Kecamatan Curug
dan Kecamatan
Legok;
4. Pengembangan sumber air Kecamatan Sepatan, APBD PDAM
minum zona Sepatan Plus Kecamatan Pasar Kabupaten
Kemis dan Tangerang
Kecamatan Rajeg;

5. Pengembangan sumber air Kecamatan Pakuhaji, APBD PDAM


minum zona Pakumas Kecamatan Mauk, dan Kabupaten
Kecamatan Sukadiri; Tangerang
6. Pengembangan sumber air Kecamatan APBD PDAM
minum zona Bojongered Teluknaga, Kabupaten
Kecamatan Kosambi Tangerang
7. Pengembangan sumber air Kecamatan Kresek, APBD PDAM
minum zona Kejori Kecamatan Kronjo, Kabupaten
dan Kecamatan Tangerang
Kemiri
4. Pengembangan perpipaan air Kecamatan Pasar APBD PDAM
minum Kemis, Kecamatan Kabupaten
Kelapa Dua, Tangerang
Kecamatan
Tigaraksa
-179-

Tahun Pelaksanaan
No Program Utama Lokasi 2016-
2016- 202
2021 2026- Sumber Dana
1- 2026 Pelaksana
2011 2012 2013 2014 2015
2020 2025
2025 2031
Kecamatan Cisauk,
Kecamatan Cisoka
dan Kecamatan
Solear.
5. Pengembangan pipa air minum Kecamatan Pasar Swasta Swasta
curah kemis, Kecamatan
Cikupa, Kecamatan
Sindang jaya,
Kecamatan Balaraja
dan Kecamatan
Jayanti.
m Program evakuasi bencana
Pemasangan rambu–rambu APBD Dinas Cipta Karya
Kecamatan Kronjo, Kabupaten
petunjuk arah evakuasi
Kecamatan Kemiri, Tangerang
Kecamatan Mauk;
Pengembangan sistem air
n
limbah
1. peningkatan kapasitas Desa Lebak Wangi APBD Badan Lingkungan
pelayanan Instalasi Kecamatan Sepatan Kabupaten Hidup Daerah
Pengolahan Lumpur Timur; Tangerang
Tinja(IPLT)
2. pengembangan sistem air Tersebar di seluruh APBD Badan Lingkungan
limbah setempat kecamatan Kabupaten Hidup Daerah
Tangerang
3. pembangunanIPLT baru Desa Suradita APBD Badan Lingkungan
Kecamatan Cisauk. Kabupaten Hidup Daerah
Tangerang
4. Pengembangan jaringan air Perumahan skala Swasta Swasta
limbah komunal besar
-180-

Tahun Pelaksanaan
No Program Utama Lokasi 2016-
2016- 202
2021 2026- Sumber Dana
1- 2026 Pelaksana
2011 2012 2013 2014 2015
2020 2025
2025 2031
B Perwujudan Pola Ruang
a Kawasan lindung
1. Revitalisasi hutan bakau Kecamatan Kosambi, APBN Kementerian Kehutanan
Kecamatan
Teluknaga,
Kecamatan Pakuhaji,
Kecamatan Sukadiri,
Kecamatan Mauk,
Kecamatan Kemiri,
Kecamatan Mekar
Baru, dan
Kecamatan Kronjo.
2. pembangunan hutan kota Kecamatan APBD Dinas Kebersihan,
Tigaraksa Kabupaten Pertamanan, dan
Tangerang Pemakaman
3. Pengembangan taman Tersebar di seluruh APBD Dinas Kebersihan,
lingkungan kawasan kecamatan Kabupaten Pertamanan, dan
perkotaan Tangerang Pemakaman
4. Peghijauan kawasan Sepanjang pantai APBD Badan Lingkungan
sempadan pantai Utara Kabupaten Kabupaten Hidup Daerah
Tangerang
5. Penghijauan kawasan Sepanjang kiri- APBD Badan Lingkungan
sempadan sungai kanan sungai di Kabupaten Hidup Daerah
kabupaten Tangerang
6. Penghijauan kawasan Sepanjang sisi APBD Badan Lingkungan
sempadan situ/danau situ/danau Kabupaten Hidup Daerah
Tangerang
b Kawasan budi daya
Kecamatan Sindang APBD Dinas Pertanian dan
1. Program pengembangan Jaya, Kecamatan Kabupaten Peternakan
pertanian lahan basah Sepatan, Kecamatan Tangerang
Saepatan Timur,
-181-

Tahun Pelaksanaan
No Program Utama Lokasi 2016-
2016- 202
2021 2026- Sumber Dana
1- 2026 Pelaksana
2011 2012 2013 2014 2015
2020 2025
2025 2031
Kecamatan Pakuhaji,
kecamatan
Teluknaga,
Kecamatan Kronjo,
Kecamatan
Mekarbaru,
Kecamatan
Sukamulya,
Kecamatan Gunung
kaler, Kecamatan
Kresek, Kecamatan
Mauk, Kecamatan
Rajeg, Kecamatan
Kemiri dan
Kecamatan Sukadiri.
2. pengembangan kawasan Kecamatan Legok, APBD Dinas Pertanian dan
peternakan Kecamatan Kabupaten Peternakan.
Panongan, Tangerang
Kecamatan
Pagedangan,
Kecamatan Curug,
Kecamatan Cikupa,
Kecamatan
Tigaraksa,
Kecamatan Kemiri,
Kecamatan Pasar
Kemis, Kecamatan
Rajeg, Kecamatan
Teluknaga,
Kecamatan Cisauk,
Kecamatan Jambe,
Kecamatan Cisoka,
Kecamatan Mauk,
dan Kecamatan
-182-

Tahun Pelaksanaan
No Program Utama Lokasi 2016-
2016- 202
2021 2026- Sumber Dana
1- 2026 Pelaksana
2011 2012 2013 2014 2015
2020 2025
2025 2031
Gunung Kaler.
3. pengembangan kawasan Kecamatan Sepatan APBD Dinas Pertanian dan
agropolitan dan Sepatan Timur. Kabupaten Peternakan
Tangerang
4. Kecamatan Kronjo APBD Dinas Pertanian dan
engembangan kawasan Kabupaten Peternakan / Dinas
minapolitan; Tangerang Perikanan dan Kelautan
5. Kecamatan Pakuhaji Swasta Swasta
encana pembangunan
kawasan industri maritim
6. Kecamatan Kronjo APBD Dinas Perikanan dan
embangunan industri dan Kecamatan Kabupaten Kelautan
pengolahan hasil laut Mekarbaru Tangerang
7. Pengembangan kawasan Tersebar di seluruh swasta swasta
industri wilayah kabupaten
Tangerang
8. Pengembangan kawasan
Wisata
a) pariwisata alam Kecamatan APBD Dinas Pemuda
Teluknaga, Kabupaten Olahraga Budaya dan
Kecamatan Mauk, Tangerang Pariwisata
Kecamatan Kosambi,
Kecamatan Kronjo,
Kecamatan Sukadiri,
Kecamatan Kelapa
Kecamatan
Pagedangan,
Kecamatan Pasar
Kemis, Kecamatan
Kresek, Kecamatan
Kresek, Kecamatan
-183-

Tahun Pelaksanaan
No Program Utama Lokasi 2016-
2016- 202
2021 2026- Sumber Dana
1- 2026 Pelaksana
2011 2012 2013 2014 2015
2020 2025
2025 2031
Kelapa Dua.
b) pariwisata budaya Kecamatan APBD Dinas Pemuda
Pagedangan, Kabupaten Olahraga Budaya dan
Kecamatan Tangerang Pariwisata
Sukamulya,
Kecamatan
Tigaraksa,
Kecamatan Mauk,
Kecamatan Cikupa,
Kecamatan Sukadiri,
Kecamatan Pakuhaji,
Kecamatan
Teluknaga,
Kecamatan Kronjo,
Kecamatan Solear,
Kecamatan Kosambi,
Kecamatan Sepatan;
dan Kecamatan
Cisauk.
c) pariwisata buatan
1) pembangunan Kecamatan APBD Dinas Pemuda
wisata edukasi Teluknaga Kabupaten Olahraga Budaya dan
Tangerang Pariwisata
2) penangkaran buaya Kecamatan swasta swasta
Teluknaga
3) Bumi Perkemahan Kecamatan Curug APBD Dinas Pemuda
Kitri Bhakti. Kabupaten Olahraga Budaya dan
Tangerang Pariwisata

9. Program pengembangan
kawasan permukiman;
a. pengembangan prasarana Kecamatan Cisauk, APBN Kementerian
-184-

Tahun Pelaksanaan
No Program Utama Lokasi 2016-
2016- 202
2021 2026- Sumber Dana
1- 2026 Pelaksana
2011 2012 2013 2014 2015
2020 2025
2025 2031
dan sarana Kawasan Siap Kecamatan Jambe, Perumahan Rakyat
Bangun (KASIBA) dan Kecamatan
Solear
b. Penataan dan rehabilitasi Kecamatan Mekar APBD Dinas Cipta Karya
lingkungan kawasan Baru, Kecamatan Kabupaten
permukiman nelayan Kronjo, Kecamatan Tangerang
Kemiri, Kecamatan
Mauk, Kecamatan
Pakuhaji, Kecamatan
Sukadiri, Kecamatan
Teluknaga, dan
Kecamatan Kosambi
10. pengembangan kawasan Kecamatan Cikupa, APBN Kementerian
pertahanan dan keamanan Kecamatan Kelapa Pertahanan dan
negara; Dua, dan Kecamatan Keamanan
Mauk.
11. pengembangan pos Kecamatan Legok, APBD Dinas Kebakaran
pemadam kebakaran; Kecamatan Kabupaten
Tigaraksa, Tangerang
Kecamatan
Panongan,
Kecamatan Curug,
Kecamatan Kelapa
Dua, Kecamatan
Cikupa, Kecamatan
Balaraja, Kecamatan
Pasar Kemis,
Kecamatan Sepatan,
danKecamatan
Kosambi
12. pengembangan pusat Kecamatan Jambe APBN Kementerian Hukum
rehabilitasi/lembaga dan Hak Asasi Manusia
pemasyarakatan;
-185-

Tahun Pelaksanaan
No Program Utama Lokasi 2016-
2016- 202
2021 2026- Sumber Dana
1- 2026 Pelaksana
2011 2012 2013 2014 2015
2020 2025
2025 2031

13. pengembangan kompleks Kecamatan Sukadiri APBN Ditjen Perhubungan


sekolah pelayaran; Laut Kementerian
Perhubungan
14. pengembangan tempat
pemakaman umum
a. TPU zona besar Kecamatan Cisauk, APBD Dinas Kebersihan,
Kecamatan Kabupaten Pertamanan, dan
Sukamulya, Tangerang Pemakaman
Kecamatan Legok,
Kecamatan
Pagedangan,
Kecamatan Rajeg,
dan Kecamatan
Teluknaga;

b. TPU zona kecamatan Tersebar di seluruh APBD Dinas Kebersihan,


kecamatan Kabupaten Pertamanan, dan
Tangerang Pemakaman
Kecamatan
Tigaraksa,
c. TPU zona swasta Kecamatan swasta swasta
Teluknaga,
Kecamatan Jambe
-186-

Tahun Pelaksanaan
No Program Utama Lokasi 2016-
2016- 202
2021 2026- Sumber Dana
1- 2026 Pelaksana
2011 2012 2013 2014 2015
2020 2025
2025 2031
dan Kecamatan
Kosambi
Perwujudan Kawasan Strategis
C.
Kabupaten
Perwujudan kawasan strategis
a
PKWp Balaraja
1. pengembangan perumahan Kecamatan Balaraja APBD Dinas Cipta Karya
Kabupaten Kabupaten Tangerang
Tangerang
2. peningkatan jaringan Kecamatan Balaraja APBD Dinas Cipta Karya
prasarana dan sarana dasar Kabupaten Kabupaten Tangerang
perkotaan Tangerang
3. penataan kegiatan Kecamatan Balaraja APBD Dinas Perindustrian dan
perdagangan dan jasa Kabupaten Perdagangan dan Dinas
Tangerang Cipta Karya
4. pengembangan kawasan swasta swasta
industri
Perwujudan kawasan strategis
b
PKWp Teluknaga
1. pengembangan perumahan Kecamatan APBD Dinas Cipta Karya
Teluknaga Kabupaten
Tangerang
2. peningkatan jaringan Kecamatan APBD Dinas Cipta Karya
prasarana dan sarana dasar Teluknaga Kabupaten
perkotaan Tangerang
3. Penataan kegiatan Kecamatan APBD Dinas Perindustrian dan
perdagangan dan jasa Teluknaga Kabupaten Perdagangan dan Dinas
Tangerang Cipta Karya
Perwujudan kawasan strategis PKL
c
Tigaraksa
1. Pengembangan pusat Kecamatan APBD Bappeda, Dinas
Pemerintahan Tigaraksa Tigaraksa Kabupaten Kebersihan,
-187-

Tahun Pelaksanaan
No Program Utama Lokasi 2016-
2016- 202
2021 2026- Sumber Dana
1- 2026 Pelaksana
2011 2012 2013 2014 2015
2020 2025
2025 2031
Tangerang Pertamanan, dan
Pemakaman, Dinas
Cipta Karya, Dinas
Bina Marga dan
Pengairan
2. Penataan kegiatan Kecamatan APBD Dinas Perindustrian dan
perdagangan dan jasa Tigaraksa Kabupaten Perdagangan dan Dinas
Tangerang Cipta Karya
3. pengembangan perumahan Kecamatan APBD Dinas Cipta Karya
Tigaraksa Kabupaten
Tangerang
4. pengembangan kawasan Kecamatan swasta swasta
industri Tigaraksa
5. peningkatan jaringan Kecamatan APBD Dinas Cipta Karya
prasarana dan sarana dasar Tigaraksa Kabupaten
perkotaan Tangerang
Perwujudan kawasan strategis PKL
d
Kronjo
1. Pengembangan perikanan Kecamatan Kronjo APBD Dinas Perikanan dan
tambak Kabupaten Kelautan
Tangerang
2. Pengembangan tempat Kecamatan Kronjo APBD Dinas Perikanan dan
pelelangan ikan Kabupaten Kelautan
Tangerang

3. pengembangan perumahan APBD Dinas Cipta Karya


Kabupaten
Tangerang
4. Peningkatan prasarana dan Kecamatan Kronjo APBD Dinas Cipta Karya
sarana dasar perkotaan Kabupaten
Tangerang
5. penataan kawasan Kecamatan Kronjo APBD Dinas Perindustrian dan
perdagangan dan jasa Kabupaten Perdagangan dan Dinas
-188-

Tahun Pelaksanaan
No Program Utama Lokasi 2016-
2016- 202
2021 2026- Sumber Dana
1- 2026 Pelaksana
2011 2012 2013 2014 2015
2020 2025
2025 2031
Tangerang Cipta Karya

Perwujudan kawasan strategis PKLp


e
Mauk
1. Pengembangan dan Kecamatan Mauk APBD Dinas Bina Marga dan
peningkatan jaringan irigasi Kabupaten Pengairan
teknis Tangerang
2. pengembangan perumahan Kecamatan Mauk APBD Dinas Cipta Karya
Kabupaten
Tangerang
3. peningkatan prasarana dan Kecamatan Mauk APBD Dinas Cipta Karya
sarana dasar perkotaan Kabupaten
Tangerang
4. penataan kawasan Kecamatan Mauk APBD Dinas Perindustrian dan
perdagangan dan jasa Kabupaten Perdagangan dan Dinas
Tangerang Cipta Karya
5. Revitalisasi kawasan hutan Kecamatan Mauk APBN Kementrian Kehutanan
bakau
Perwujudan Kawasan Strategis PKLp
f
Kosambi
1. penataan kegiatan Kecamatan Kosambi APBD Dinas Perindustrian dan
perdagangan dan jasa Kabupaten Perdagangan dan Dinas
Tangerang Cipta Karya
2. Pengembangan perumahan Kecamatan Kosambi APBD Dinas Cipta Karya
Kabupaten
Tangerang
3. Pengembangan kawasan Kecamatan Kosambi swasta swasta
pergudangan
4. Pengembangan prasarana dan Kecamatan Kosambi APBD Dinas Cipta Karya
sarana dasar perkotaan Kabupaten
Tangerang
g
Perwujudan Kawasan Strategis PKLp
-189-

Tahun Pelaksanaan
No Program Utama Lokasi 2016-
2016- 202
2021 2026- Sumber Dana
1- 2026 Pelaksana
2011 2012 2013 2014 2015
2020 2025
2025 2031
Pasar Kemis

1. penataan kegiatan Kecamatan Pasar APBD Dinas Perindustrian dan


perdagangan dan jasa Kemis Kabupaten Perdagangan dan Dinas
Tangerang Cipta Karya
2. pengembangan perumahan Kecamatan Pasar APBD Dinas Cipta Karya
Kemis Kabupaten
Tangerang
3. peningkatan jaringan Kecamatan Pasar APBD Dinas Cipta Karya
prasarana dan sarana dasar Kemis Kabupaten
perkotaan Tangerang
4. Pengembangan perumahan swasta swasta
skala besar
5. pengembangan kawasan swasta swasta
industri
Perwujudan Kawasan Strategis
Strategis PKLp
h Sepatan
1. penataan kawasan Kecamatan Sepatan APBD Dinas Perindustrian dan
perdagangan dan jasa Kabupaten Perdagangan dan Dinas
Tangerang Cipta Karya
2. pengembangan perumahan Kecamatan Sepatan APBD Dinas Cipta Karya
Kabupaten
Tangerang
3. peningkatan jaringan Kecamatan Sepatan APBD Dinas Cipta Karya
prasarana dan sarana dasar Kabupaten
perkotaan Tangerang

i Perwujudan Kawasan Strategis PKLp


Cikupa
1. pengembangan kawasan Kecamatan Cikupa swasta swasta
industri

2. penataan kegiatan Kecamatan Cikupa APBD Dinas Perindustrian dan


-190-

Tahun Pelaksanaan
No Program Utama Lokasi 2016-
2016- 202
2021 2026- Sumber Dana
1- 2026 Pelaksana
2011 2012 2013 2014 2015
2020 2025
2025 2031
perdagangan dan jasa Kabupaten Perdagangan dan Dinas
Tangerang Cipta Karya
3. pengembangan perumahan Kecamatan Cikupa APBD Dinas Cipta Karya
Kabupaten
Tangerang
4. peningkatan jaringan Kecamatan Cikupa APBD Dinas Cipta Karya
prasarana dan sarana dasar Kabupaten
perkotaan Tangerang

j Perwujudan kawasan strategis PKLp


Kelapa dua
1. Pengembangan perumahan Kecamatan Kelapa APBD Dinas Cipta Karya
Dua Kabupaten
Tangerang
2. penataan kegiatan Kecamatan Kelapa APBD Dinas Perindustrian dan
perdagangan dan jasa Dua Kabupaten Perdagangan dan Dinas
Tangerang Cipta Karya
3. peningkatan jaringan Kecamatan Kelapa APBD Dinas Cipta Karya
prasarana dan sarana dasar Dua Kabupaten
perkotaan Tangerang
4. pengembangan perumahan Kecamatan Kelapa swasta swasta
skala besar Dua

k Perwujudan kawasan strategis PKLp


Curug
1. pengembangan kawasan Kecamatan Curug swasta swasta
industri dan pergudangan
2. penataan kegiatan Kecamatan Curug APBD Dinas Perindustrian dan
perdagangan dan jasa Kabupaten Perdagangan dan Dinas
Tangerang Cipta Karya
3. pengembangan perumahan Kecamatan Curug swasta swasta
4. peningkatan prasarana dan Kecamatan Curug APBD Dinas Cipta Karya
sarana dasar perkotaan Kabupaten
-191-

Tahun Pelaksanaan
No Program Utama Lokasi 2016-
2016- 202
2021 2026- Sumber Dana
1- 2026 Pelaksana
2011 2012 2013 2014 2015
2020 2025
2025 2031
Tangerang

Perwujudan Kawasan Strategis


l
Dryport

1. Studi kelayakan Kecamatan Jambe APBD Bappeda


Pembangunan Dryport Kabupaten
Tangerang
2. Pembangunan Dryport dan Kecamatan Jambe APBD Dinas Perhubungan
prasarana pendukung Kabupaten Komunikasi dan
Tangerang/ Infomasi
swasta

m Perwujudan Kawasan strategis


sekitar Bandara Soekarno-
Soekarno- Hatta
1. perluasan Bandara Soekarna- Kecamatan Kosambi Kementerian Kementerian
Hatta dan Kecamatan Perhubungan Perhubungan
Teluknaga
2. peningkatan prasarana Kecamatana Swasta Swasta
Transportasi menuju bandara Kosambi
dan sekitar Bandara

n Perwujudan Kawasan Strategis


Perbatasan
Perbatasan dengan DKI Jakarta
1. penataan kegiatan Kecamatan Kosambi APBD Dinas Perindustrian dan
perdagangan dan jasa Kabupaten Perdagangan dan Dinas
Tangerang Cipta Karya

2. Perencanaan Tata Ruang Kecamatan kosambi APBD Dinas Tata Ruang


Kawasan Perbatasan Kabupaten
Tangerang

o
Perwujudan Kawasan Strategis PLTU
-192-

Tahun Pelaksanaan
No Program Utama Lokasi 2016-
2016- 202
2021 2026- Sumber Dana
1- 2026 Pelaksana
2011 2012 2013 2014 2015
2020 2025
2025 2031
Lontar
1. Pengkajian Dampak Kecamatan Kemiri APBD Badan Lingkungan
lingkungan PLTU Lontar Kabupaten Hidup Daerah
Tangerang

p Perwujudan Kawasan strategis


Reklamasi
1. penyusunan KLHS reklamasi Kawasan reklamasi swasta Swasta
2. Penyusunan Masterplan Kawasan reklamasi swasta Swasta
Kawasan reklamasi
3. Pelaksanaan pembangunan Kawasan reklamasi swasta Swasta
Reklamasi

BUPATI TANGERANG,

ttd.

ISMET ISKANDAR
-193-

LAMPIRAN XXI : Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang tentang RTRW Kabupaten Tangerang Tahun 2011 - 2031
NOMOR : 13 TAHUN 2011
TANGGAL : 12 OKTOBER 2011
KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI
MATERI YANG DIATUR

NO STRUKTUR RUANG KETENTUAN UMUM


DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETERANGAN
INTENSITAS BANGUNAN

A. KAWASAN PERKOTAAN
a. Kegiatan yang diperbolehkan meliputi : a. Dalam kawasan B1: Sebagai PKN dalam kawasan
1 Pusat Kegiatan PKN merupakan kawasan kegiatan perumahan, perhotelan, industri 1. KDB tinggi lebih dari 75% Jabodetabek
Nasional (PKN) perkotaan yang berfungsi skala nasional dan internasional, 2. KLB minimal 20 lantai Puncur, maka terdapat zona-zona Non
pembangunan stasiun kereta api, 3. KDH minimal 10%
untuk melayani kegiatan terminal bis Antar Kota Antar Provinsi b. Dalam kawasan B2 : Budidaya 1, disebut zona N1, zona Budi
skala internasional, nasional, (AKAP), terminal bis Antar Kota Dalam 1. KDB sedang antara 20% - 75% daya disebut zona B, terdiri dari zona B1,
Provinsi (AKDP), pembangunanterminal 2. KLB maksimal 8 lantai
atau beberapa provinsi peti kemas, pasar regional, Perbankan, 3. KDH minimal 10% zona B2, zona B3, zona B4, zona B5, dan
pertokoan grosir, pelabuhan perikanan, c. Dalam kawasan B3 : zona B6. Serta Zona Penyangga yang
kegiatan pembangunan reklamasi laut, 1. KDB rendah antara 5% - 20% terdiri dari zona P1, zona P2, dan P5.
pergudangan, rumah sakit regional, 2. KLB maksimal 4 lantai
pertahanan dan keamanan, perkantoran 3. KDH minimal 50%
dan kegiatan lainnya yang mempunyai d. Dalam kawasan B4 :
skala pelayanan internasional dan nasional 1. KDB rendah maksimal 5%
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat 2. KLB maksimal 2 lantai
meliputi kegiatan pembangunan Instalasi 3. KDH minimal 50%
Pengelolaan Air Limbah (IPAL), e. Dalam kawasan B5 :
pembangunan menara telekomunikasi, 1. KDB sangat rendah kurang dari 5%
gardu induk listrik, pemancar radio, 2. KLB maksimal 1 lantai
normalisasi sungai, dermaga, Tempat 3. KDH minimal 70%
Pelelangan Ikan (TPI), pertambakan, f. Dalam kawasan B6 :
pembangunan fasilitas kebandarudaraan, 1. KDB sangat rendah kurang dari 5%
pariwisata, penelitian, pembangunan 2. KLB maksimal 1 lantai
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu 3. KDH minimal 70%
(TPST), pembangunan instalasi air minum, g. Dalam kawasan N1 :
serta kegiatan lain yang bersinergi dan 1. KDB sangat rendah kurang dari 5%
mendukung kegiatan seperti pada huruf a 2. KLB maksimal 1 lantai
di atas. 3. KDH minimal 70%
-194-

MATERI YANG DIATUR

NO STRUKTUR RUANG KETENTUAN UMUM


DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETERANGAN
INTENSITAS BANGUNAN

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan h. Dalam kawasan P1 :


meliputi kegiatan galian pasir, galian merupakan zona perairan pantai,
tanah dan kegiatan penambangan lain berfungsi menjaga zona N1 dari
yang dapat merusak kelestarian kerusakan pantai.
lingkungan hidup, pembangunan
perumahan ataupun industri di kawasan i. Dalam kawasan P2 :
sawah beririgasi teknis, dan kegiatan merupakan zona perairan pantai
lain yang tidak menunjang kegiatan berfungsi menjaga zona N1 dari
utama dan dapat merusak kelestarian kerusakan pantai., berpotensi untuk
lingkungan. penyelenggaraan reklamasi, dengan
jarak dari titik surut terendah minimal
200 meter sampai dengan garis yang
menghubungkan titik-titik terluar yang
menunjukkan kedalaman laut 8 meter,
dengan koefisien zona terbangun
maksimal 40 %
j. Dalam kawasan P5
merupakan zona perairan pantai
yang berpotensi untuk penyelenggaraan
reklamasi dengan koefisien zona
terbangun maksimal 45 %
2 PKWp Kawasan pusat perkotaan a. Kegiatan yang diperbolehkan meliputi a. Untuk kegiatan perkotaan seperti PKWp yang ada di Kabupaten Tangerang
yang berfungsi untuk kegiatan pasar regional, perbankan dan
melayani kegiatan skala perkantoran, kantor pos besar, terminal perkantoran, perdagangan dan jasa : adalah :
provinsi atau beberapa bis Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP), 1. KDB tinggi lebih besar 75%
kabupaten/kota. terminal bis Antar Kota Antar Provinsi 2. KLB minimal 9 lantai. 1. PKWp Perkotaan Kecamatan Balaraja
(AKAP), terminal peti kemas, pelabuhan 3. KDH minimal 10% 2. PKWp Perkotaan Kecamatan Teluknaga
perikanan, perumahan, stadion olahraga,
industri dan pergudangan, stasiun kereta 4. GSB minimal 3 meter
api, pertokoan grosir, bioskop, swalayan,
hotel berbintang, perguruan tinggi, 5. Menyediakan lahan parkir luas
rumah sakit regional, puskesmas, gedung minimal 10% dari luas kawasan.
serbaguna, tempat ibadah skala regional, 6. Kepadatan bangunan untuk
pertahanan dan keamanan, serta komersil maksimal 80 unit/ha.
kegiatan lain yang mendukung fungsi 7. RTH minimal 10% dari luas kawasan.
kawasan sebagai PKWp. 8. menyediakan jalur pejalan kaki.
-195-

MATERI YANG DIATUR

NO STRUKTUR RUANG KETENTUAN UMUM


DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETERANGAN
INTENSITAS BANGUNAN

b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat b. Untuk kegiatan permukiman :


meliputi kegiatan pembangunan Instalasi
Pengelolaan Air Limbah (IPAL), 1. KDB maksimal 80%
pembangunan menara telekomunikasi, 2. KLB maksimal 15 meter
gardu induk listrik, pemancar radio,
normalisasi sungai, dermaga, Tempat 3. KDH minimal 10%
Pelelangan Ikan (TPI), pertambakan, 4. GSB minimal berbanding lurus
pariwisata, penelitian, pembangunan
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu dengan ruang milik jalan.
(TPST), pembangunan instalasi air minum
serta kegiatan lain yang bersinergi dan
mendukung kegiatan seperti pada
huruf a di atas.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan
meliputi kegiatan galian pasir, galian
tanah dan kegiatan penambangan lain
yang dapat merusak kelestarian
lingkungan hidup, pembangunan
perumahan ataupun industri di kawasan
sawah beririgasi teknis, dan kegiatan
lain yang tidak menunjang kegiatan
utama dan dapat merusak kelestarian
lingkungan.

3 PKL dan PKLp Kawasan perkotaan yang a. Kegiatan yang diperbolehkan meliputi a. Untuk kegiatan perkotaan seperti PKL dan PKLp yang ada di Kabupaten
kegiatan pasar regional, bank perkreditan perkantoran, perdagangan dan jasa :
berfungsi untuk melayani rakyat, perkantoran, kantor pos pembantu 1. KDB sedang antara 20% - 75% Tangerang terdiri atas :
kegiatan kabupaten/kota terminal penumpang type C, dermaga 2. KLB maksimal 8 lantai.
perikanan, perumahan, gedung serbaguna 3. KDH minimal 30% 1. PKL perkotaan Kecamatan Tigaraksa;
dan beberapa kecamatan pertokoan, pergudangan, hotel, perguruan 4. GSB minimal 3 meter 2. PKL perkotaan Kecamatan Kronjo;
tinggi, toko swalayan, industri dan 5. Menyediakan lahan parkir luas 3. PKLp perkotaan Kecamatan Mauk;
pergudangan serta kegiatan lain yang minimal 10% dari luas kawasan. 4. PKLp perkotaan Kecamatan Kosambi;
menunjang fungsi PKL maupun PKLp. 6. Kepadatan bangunan untuk 5. PKLp perkotaan Kecamatan Pasarkemis;
komersil maksimal 80 unit/ha. 6. PKLp perkotaan Kecamatan Cikupa
7. PKLp perkotaan Kecamatan Sepatan
8. PKLp perkotaan Kecamatan Kelapa Dua;
-196-

MATERI YANG DIATUR

NO STRUKTUR RUANG KETENTUAN UMUM


DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETERANGAN
INTENSITAS BANGUNAN

b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat 7. RTH minimal 10% dari luas kawasan. 9. PKLp perkotaan Kecamatan Curug.
meliputi kegiatan pembangunan Instalasi
Pengelolaan Air Limbah (IPAL), 8. menyediakan jalur pejalan kaki.
pembangunan menara telekomunikasi, b. Untuk kegiatan permukiman :
gardu induk listrik, pemancar radio,
normalisasi sungai, dermaga, Tempat 1. KDB maksimal 50%
Pelelangan Ikan (TPI), pertambakan, 2. KLB maksimal 9 meter
pariwisata, penelitian, pembangunan
Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu 3. KDH minimal 30%
(TPST), pembangunan instalasi air minum 4. GSB minimal berbanding lurus
serta kegiatan lain yang bersinergi dan dengan ruang milik jalan.
mendukung kegiatan seperti pada
huruf a di atas.

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan


meliputi kegiatan galian pasir, galian
tanah dan kegiatan penambangan lain
yang dapat merusak kelestarian
lingkungan hidup, pembangunan
perumahan ataupun industri di kawasan
sawah beririgasi teknis, dan kegiatan
lain yang tidak menunjang kegiatan
utama dan dapat merusak kelestarian
lingkungan.

4 PPK Merupakan kawasan a. Kegiatan yang diperbolehkan meliputi a. Untuk kegiatan perkotaan seperti PPK yang berada di Kabupaten Tangerang
permukiman, pasar kecamatan, perkantoran, perdagangan dan jasa : meliputi :
perkotaan yang berfungsi puskesmas, terminal bis type C, kantor 1. KDB sedang antara 20% - 75% 1. PPK perkotaan Kecamatan Mekar Baru;
untuk melayani kegiatan pos pembantu, penginapan, pendidikan 2. KLB maksimal 8 lantai. 2. PPK perkotaan Kecamatan Gunungkaler
dasar sampai menengah, gedung olahraga 3. KDH minimal 30% 3. PPK perkotaan Kecamatan Kresek;
skala kecamatan atau serta kegiatan lain yang menunjang 4. GSB minimal 3 meter 4. PPK perkotaan Kecamatan Kemiri;
beberapa desa. fungsi PPK. 5. Menyediakan lahan parkir luas 5. PPK perkotaan Kecamatan Sukamulya;
minimal 10% dari luas kawasan. 6. PPK perkotaan Kecamatan Sindang Jaya;
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat 6. Kepadatan bangunan untuk 7. PPK perkotaan Kecamatan Jayanti;
meliputi pemancar radio, penelitian, komersil maksimal 80 unit/ha. 8. PPK perkotaan Kecamatan Cisoka;
Pengelolaan Air Limbah (IPAL), 7. RTH minimal 10% dari luas kawasan. 9. PPK perkotaan Kecamatan Solear;
pembangunan menara telekomunikasi,
-197-

MATERI YANG DIATUR

NO STRUKTUR RUANG KETENTUAN UMUM


DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETERANGAN
INTENSITAS BANGUNAN

pariwisata, TPST skala kecamatan, 8. menyediakan jalur pejalan kaki. 10. PPK perkotaan Kecamatan Jambe;
pembangunan instalasi air minum
skala kecamatan serta b. Untuk kegiatan permukiman : 11. PPK perkotaan Kecamatan Cisauk
kegiatan lain yang mendukung kegiatan 1. KDB maksimal 50% 12. PPK perkotaan Kecamatan Pagedangan
seperti pada huruf a di atas.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan 2. KLB maksimal 9 meter 13. PPK perkotaan Kecamatan Legok;
meliputi kegiatan galian pasir, galian 3. KDH minimal 30% 14. PPK perkotaan Kecamatan Panongan;
tanah dan kegiatan penambangan lain
yang dapat merusak kelestarian 4. GSB minimal berbanding lurus 15. PPK perkotaan Kecamatan Rajeg;
lingkungan hidup, pembangunan dengan ruang milik jalan. 16. PPK perkotaan Kecamatan Sepatan Timur
perumahan ataupun industri di kawasan 17. PPK perkotaan Kecamatan Pakuhaji;
sawah beririgasi teknis, dan kegiatan
lain yang tidak menunjang kegiatan 18. PPK perkotaan Kecamatan Sukadiri;
utama dan dapat merusak kelestarian
lingkungan.

B KAWASAN Wilayah yang mempunyai a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi : a. KDB maksimal 40%
pertanian, permukiman kepadatan
PERDESAAN kegiatan utama pertanian rendah, gudang beras, pasar desa, b. KLB maksimal 2 lantai
termasuk pengelolaan puskesmas pembantu, Sekolah Taman c. KDH minimal 50%
Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar,
sumber daya alam dengan Sekolah Menengah Pertama, toko d. RTH menyesuaikan.
susunan fungsi kawasan kelontong, kantor desa, perikanan,
Koperasi Unit Desa (KUD), pengairan,
sebagai tempat permukiman penggembalaan, Posyandu, Peternakan
perdesaan, pelayanan jasa skala lokal, gedung serbaguna, serta
pemerintah, pelayanan sosial, kegiatan lain yang menunjang
pengembangan kawasan.
dan kegiatan ekonomi. b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat
meliputi kegiatan pariwisata alam,
penelitian, menara telekomunikasi,
pemancar radio, sarana irigasi, serta
kegiatan lain yang menunjang kegiatan
utama seperti tersebut pada huruf a.
-198-

MATERI YANG DIATUR

NO STRUKTUR RUANG KETENTUAN UMUM


DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETERANGAN
INTENSITAS BANGUNAN

c. Kegiatan yang tidak diperbolehkan


meliputi kegiatan penambangan,
penggalian pasir (galian C) yang
merubah bentang alam, ekploitasi
sumber daya alam yang tidak disertai
kajian analisis dampak lingkungan,
bangunan vertikal melebihi KLB yang
ditentukan, serta kegiatan lain yang dapat
merusak kelestarian lingkungan.
1 PPL Pusat permukiman yang a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi : a. KDB maksimal 40% PPL terdiri atas :
Sekolah Menengah Umum (SMU), Sekolah
berfungsi untuk melayani Menengah Pertama (SMP), Sekolah Dasar, b. KLB maksimal 2 lantai a. PPL Desa Buaran jati di Kecamatan
kegiatan skala antar desa. Taman Kanak-Kanak (TK), Puskesmas c. KDH minimal 50% Sukadiri.
pembantu, Pasar skala lokal, gedung
pertemuan, Koperasi Unit Desa (KUD), d. RTH menyesuaikan. b. PPL Desa Gandaria di Kecamatan
Permukiman kepadatan rendah, gudang Mekar Baru
pertanian, gudang hasil pertanian,
c. PPL Desa Laksana di Kecamatan
Posyandu, Gedung Olahraga, Lapangan
olahraga, toko skala lokal, dan kegiatan Pakuhaji.
lain yang mendukung pengembangan d. PPL Desa Rancabango di Kecamatan
kawasan.
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat Rajeg
meliputi kegiatan pariwisata alam,
penelitian, menara telekomunikasi,
pemancar radio, sarana irigasi, serta
kegiatan lain yang menunjang kegiatan
utama seperti tersebut pada huruf a.
c. Kegiatan yang tidak diperbolehkan
meliputi kegiatan penambangan,
penggalian pasir (galian C) yang
merubah bentang alam, ekploitasi
sumber daya alam yang tidak disertai
kajian analisis dampak lingkungan,
-199-

MATERI YANG DIATUR

NO STRUKTUR RUANG KETENTUAN UMUM


DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETERANGAN
INTENSITAS BANGUNAN

bangunan vertikal melebihi KLB yang


ditentukan, serta kegiatan lain yang dapat
merusak kelestarian lingkungan.
JARINGAN PRASARANA UTAMA
1 Transportasi Darat Berbagai jalan yang saling a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi : a. Jalan arteri primer
1. pemanfaatan ruang ditentukan 1. penetapan garis sempadan memenuhi
Jaringan Jalan berkaitan satu dengan yang berdasarkan pola ruang. ketentuan ruang pengawasan jalan.
lain, merupakan satu 2. pemanfaatan sempadan jalan hanya 2. kecepatan paling rendah 60 Km/jam
untuk pembangunan pagar tembok 3. lebar badan jalan minimal 11 meter
kesatuan dalam memberi yang tidak menghalangi jarak 4. jumlah jalan dibatasi
lintasan secara pandang, tugu dan taman.
yang tidak menghalangi jarak b. Jalan kolektor primer
berkesinambungan bagi pandang, tugu dan taman. 1. Kecepatan minimal 40 km/jam
pemakainya. b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat 2. jumlah jalan masuk dibatasi
meliputi : 3. lebar jalan minimal 9 meter.
1. pemanfaatan ruang dengan tingkat 4. Lebar ruang pengawasan jalan
intensitas menengah sampai tinggi minimal 10 meter.
dan kecenderungan perkembangan c. Jalan lokal primer
ruangnya dibatasi. 1. Kecepatan minimal 20 km/jam
2. pembangunan utilitas jalan termasuk 2. Lebar badan jalan minimal 7,5 meter.
kelengkapan jalan, penanaman 3. Lebar ruang pengawasan jalan
pohon, dan fasilitas pendukung yang minimal 7 meter.
tidak mengganggu kelancaran lalu 4. Jumlah jalan masuk tidak dibatasi
lintas dan keselamatan pengguna d. Jalan kolektor sekunder
jalan. 1. Kecepatan minimal 20 km/jam
3. pengaturan persimpangan sebidang 2. Lebar badan jalan minimal 9 meter.
pada bundaran, alat pengaturan 3. Jumlah jalan masuk tidak dibatasi
isyarat lampu lalu lintas maupun
non pengaturan isyarat lampu lalu e. Jalan lokal sekunder
lintas dan persimpangan tidak 1. Kecepatan minimal 10 km/jam
sebidang baik dengan overpass 2. Lebar badan jalan minimal 7,5 meter.
maupun underpass pasda kawasan 3. Jumlah jalan masuk tidak dibatasi
padat lalu lintas.
-200-

MATERI YANG DIATUR

NO STRUKTUR RUANG KETENTUAN UMUM


DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETERANGAN
INTENSITAS BANGUNAN

4. pembangunan tempat parkir tidak


beratap dapat dilakukan dengan
tidak mengganggu fungsi jalan.
c. Kegiatan yang tidak diperbolehkan
meliputi :
1. kegiatan yang mengganggu aktivitas
pada jalan.
2. pemanfaatan ruang pada ruang
manfaat jalan, ruang milik jalan, dan
ruang pengawasan jalan yang
mengakibatkan terganggunya
fungsi jalan.

Terminal Prasarana transportasi jalan a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi : a. KDB maksimal 60%
1. penyediaan fasilitas utama terminal
Penumpang untuk keperluan memuat seperti jalur pemberangkatan dan b. KLB maksimal 3 lantai
dan menurunkan orang serta jalur kedatangan. c. KDH minimal 10%
2. tempat parkir kendaraan umum
mengatur kedatangan dan selama menunggu keberangkatan. d. RTH minimal 20%
pemberangkatan kendaraan 3. ruang tunggu dan tempat istirahat e. fasilitas parkir dengan luas
kendaraan umum.
umum, merupakan salah satu minimal 20% dari luas kawasan
4. bangunan kantor terminal.
wujud simpul jaringan 5. tempat tunggu penumpang/
transportasi pengantar/penjemput.
6. taman sebagai pembatas dan
peneduh.
7. fasilitas penyandang cacat.
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat
meliputi :
1. fasilitas penunjang seperti : toilet,
tempat ibadah, kios/kantin, ruang
informasi dan pengaduan, ruang
pengobatan, tempat penitipan
barang, dan kios sarana komunikasi.
-201-

MATERI YANG DIATUR

NO STRUKTUR RUANG KETENTUAN UMUM


DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETERANGAN
INTENSITAS BANGUNAN

2. selain kegiatan yang telah disebutkan


pada huruf a diperbolehkan dengan
syarat tidak mengganggu operasional
terminal.

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan


meliputi kegiatan yang mengganggu
kelancaran operasional terminal.

Terminal Prasarana transportasi jalan a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi : a. KDB maksimal 60%
1. penyediaan fasilitas utama terminal
Barang untuk keperluan memuat barang b. KLB maksimal 3 lantai
dan menurunkan barang serta 2. penyediaan gudang penyimpan/ c. KDH minimal 10%
pentipan barang.
mengatur kedatangan dan 3. bangunan kantor terminal. d. RTH minimal 20%
pemberangkatan kendaraan 4. tempat tunggu dan istirahat e. dilengkapi fasilitas parkir dengan luas
kendaraan
umum, merupakan salah satu 5. tempat ibadah minimal 20% dari luas kawasan
wujud simpul jaringan 6. taman. f. dilengkapi fasilitas pejalan kaki
transportasi
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat
meliputi : penyediaan kantin, warung
telekomunikasi, toilet dan ruang
pengobatan.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan
meliputi kegiatan yang dapat
mengganggu kelancaran op[erasional
terminal barang.

Perkeretaapian rangkaian sistem jalur a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi : a. GSB :


transportasi kereta api untuk 1. sejajar tanah 15 meter
melayani kegiatan 1. pembangunan kantor stasiun. 2. diatas talud 10 meter
transportasi penumpang dan 2. pembangunan rambu-rambu 3. didalam saluran 10 meter
barang serta mendukung di sepanjang jalur kereta. 4. di belokan GSP + 10 meter
kegiatan pertambangan dan 3. taman dan penghijauan b. GSP :
industri. 4. menara kontrol. 1. Sejajar tanah 11 meter
5. ruang tunggu 2. Diatas talud 6 - 11 meter
6. sarana parkir.
-202-

MATERI YANG DIATUR

NO STRUKTUR RUANG KETENTUAN UMUM


DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETERANGAN
INTENSITAS BANGUNAN

7. menara komunikasi. 3. Didalam saluran 6 -11 meter


b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat 4. Di belokan 23 meter
meliputi sarana pendukung operasional
stasiun.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan
meliputi semua kegiatan yang dapat
menggangggu kelancaran operasional
perkeretaapian.
Sistem Jaringan Sistem jaringan transportasi a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi : a. pelabuhan
1. bangunan pelabuhan
Transportasi Laut terdiri atas tatanan 2. kegiatan alur pelayaran. 1. KDB maksimal 60%
kepelabuhanan dan alur 3. tempat labuh. 2. KLB maksimal 2 lantai
4. tempat alih muat kapal.
pelayaran. 5. kolam pelabuhan untuk kebutuhan 3. KDH minimal 10%
dan olah gerak kapal. 4. RTH minimal 20%
6. kegiatan pemanduan.
7. tempat perbaikan kapal 5. dilengkapi fasilitas parkir dengan
8. keperluan keadaan darurat. luas minimal 20% dari luas kawasan
9. penempatan kapal mati. 6. dilengkapi fasilitas pejalan kaki
10. zona percobaan berlayar.
11. tempat pemeliharaan kapal 7. dilengkapi dengan fasilitas ruang
12. menara pengawas. tunggu
13. menara komunikasi.
14. area parkir di pelabuhan. b. alur pelayaran akan ditetapkan lebih
15. taman dan penghijauan. lanjut sesuai dengan ketentuan
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat peraturan perundang-undangan
meliputi :
1. pemanfaatan ruang untuk
mendukung kegiatan pelabuhan
sesuai dengan KDB, KLB dan KDH
yang ditetapkan.
2. kegiatan kelautan dan perikanan
serta pariwisata dengan syarat tidak
-203-

MATERI YANG DIATUR

NO STRUKTUR RUANG KETENTUAN UMUM


DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETERANGAN
INTENSITAS BANGUNAN

mengganggu operasional pelayaran


dan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan
meliputi :
1. kegiatan yang dapat mengganggu
kelancaran kegiatan angkutan dan
penyeberangan dan alur pelayaran.
2. kegiatan yang dapat mengganggu
lingkungan kerja pelabuhan dan
daerah lingkungan kepentingan
pelabuhan dan jalur transportasi
laut.

Sistem Jaringan Sistem jaringan transportasi a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi : a. bandara
1. pembangunan bandar udara dan
Transportasi Udara terdiri atas tatanan fasilitas penunjangnya. 1. KDB maksimal 60 - 70%
kebandarudaraan dan ruang 2. penghijauan. 2. KLB maksimal 8 lantai
3. kegiatan penunjang pelayanan jasa
udara untuk penerbangan. kebandarudaraan. 3. KDH minimal 10%
4. kegiatan penunjang pelayanan 4. RTH minimal 20%
keselamatan operasional
5. Dilengkapi fasilitas parkir dengan
penerbangan.
5. kegiatan pertahanan dan keamanan luas minimal 30% dari luas kawasan
negara secara terbatas. 6. dilengkapi fasilitas kargo
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat
meliputi 7. dilengkapi dengan fasilitas ruang
1. pemanfaatan ruang termasuk ruang tunggu
udara dan perairan sekitar bandara
secara terbatas serta memenuhi b. alur penerbangan akan ditetapkan
peraturan perundang-undangan lebih lanjut sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. peraturan perundang-undangan
2. kegiatan lain yang tidak mengganggu
operasional penerbangan dan fungsi
-204-

MATERI YANG DIATUR

NO STRUKTUR RUANG KETENTUAN UMUM


DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETERANGAN
INTENSITAS BANGUNAN

kawasan peruntukkan bandara.


c. kegiatan yang tidak diperbolehkan
meliputi :

1. kegiatan yang berada di daerah


tertentu di lingkungan bandara
yang membuat halangan dan/atau
kegiatan lain yang mengganggu
fungsi kawasan peruntukkan
bandara.
2. kawasan zona KKOP tidak
diperbolehkan untuk kegiatan yang
menimbulkan asap, menghasilkan
cahaya, memelihara burung yang
dapat mengganggu kelancaran
operasional dan keselamatan
penerbangan.

Sistem Jaringan Bagan saluran pembawa a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi : a. garis sempadan jaringan tenaga listrik
1. pengembangan tenaga listrik 64 meter yang ditetapkan dari tengah
kelistrikan atau transmisi tenaga/arus dilaksanakan dengan memperhatikan jaringan tenaga listrik
listrik, berpangkal dari pusat karakter masing-masing pembangkit b. jarak bebas minimum SUTT dan SUTET :
tenaga listrik yang meliputi PLTD, 1. Bangunan beton 20 meter
tenaga listrik, didistribusikan dan PLTU sesuai dengan peraturan 2. pompa bensin 20 meter
oleh jaringan transmisi perundang-undangan. 3. penimbunan bahan bakar 50 meter
2. penempatan tiang-tiang untuk 4. pagar 3 meter
melalui bangunan instalasi
SUTT dan SUTET. 5. lapangan terbuka 15 meter
ke berbagai bangunan 3. pembangunan prasarana dan sarana 6. jalan raya 15 meter
(industri, perkantoran, jaringan transmisi tenaga listrik, 7. pepohonan 8,5 meter
kegiatan penunjang sistem jaringan 8. bangunan tahan api 8,5 meter
perumahan dan lain-lain) transmisi tenaga listrik dan 9. jembatan besi / kereta listrik
yang menggunakannya. penghijauan. 8,5 meter
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat 10. lapangan olah raga 14 meter
meliputi :
1. kegiatan pemakaman.
-205-

MATERI YANG DIATUR

NO STRUKTUR RUANG KETENTUAN UMUM


DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETERANGAN
INTENSITAS BANGUNAN

2. pertanian.
3. perparkiran dan taman.
4. kegiatan lain yang tidak bersifat
permanen serta tidak mengganggu
fungsi sistem jaringan listrik.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan
meliputi :

1. kegiatan lain yang mengganggu


fungsi jaringan sitem kelistrikan.
2. pendirian bangunan selain
bangunan pendukung jaringan
3. pembuangan sampah pada garis
sempadan SUTT dan SUTET.

Sistem Jaringan a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi : Diameter pipa 2 - 48 inci :


1. pembamgunan prasarana dan sarana
Gas jaringan transmisi gas. a. tekanan 4 - 16 bar : 2 meter
2. kegiatan penunjang sistem jaringan b. tekanan 16 - 50 bar : 3 - 7 meter
transmisi gas.
3. kegiatan penghijauan. c. tekanan 50 - 100 bar : 3 - 7,5 meter
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat
meliputi :
1. kegiatan penelitian.
2. kegiatan pemakaman
3. kegiatan pertanain lahan kering.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan
meliputi :
1. pendirian bangunan di dalam
garis sempadan pipa gas selain
bangunan pendukung.
2. kegiatan lain yang dapat
mengganggu fungsi utama jaringan
3. pembuangan sampah pada garis
sempadan gas.
-206-

MATERI YANG DIATUR

NO STRUKTUR RUANG KETENTUAN UMUM


DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETERANGAN
INTENSITAS BANGUNAN

Sistem Jaringan Sistem penyelenggaraan a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi :


1. pembangunan prasarana dan sarana
Telekomunikasi sarana komunikasi yang jaringan telekomunikasi dan fasilitas
terkoneksi dengan semua penunjangnya.
2. pembangunan jaringan
wilayah, terdiri atas jaringan telekomunikasi.
terestrial dan jaringan satelit.
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan
syarat meliputi :
1. kegiatan yang tidak membahayakan
keamanan dan keselamatan manusia
dan lingkungan sekitar serta tidak
mengganggu fungsi utama sistem
jaringan telekomunikasi.
2. penempatan menara telekomunikasi
wajib memperhatikan keamanan,
keselamatan umum, dan estetika
lingkungan serta diarahkan untuk
memanfaatkan menara bersama pada
lokasi yang telah ditentukan
3. pengembangan jaringan baru atau
penggantian jaringan lama pada
sistem jaringan bawah tanah atau
jaringan nir kabel.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan
meliputi :
1. kegiatan yang dilaksanakan dalam
garis sempadan jaringan
telekomunikasi kecuali sebagai
sarana pendukung.
2. kegiatan yang dapat membahayakan
keamanan dan keselamatan manusia
lingkungan sekitar dan yang dapat
menggangu fungsi utama sistem
-207-

MATERI YANG DIATUR

NO STRUKTUR RUANG KETENTUAN UMUM


DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETERANGAN
INTENSITAS BANGUNAN

Sistem Jaringan Sistem sumber daya air pada a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi :
1. rehabilitasi hutan dan lahan kritis
Sumber daya Air setiap wilayah sungai, dalam rangka menjamin ketersediaan
cekungan air tanah, dan air tanah, air permukaan dan unsur
hara tanah.
daerah hulu bendungan atau 2. pengelolaan kualitas air dan
waduk dari daerah aliran pengendalian pencemaran air untuk
mempertahankan dan memulihkan
sungai. kualitas air yang masuk dan yang
berada pada sumber-sumber air.
3. memelihara kelangsungan fungsi
resapan air dan daerah tangkapan
air.
4. pengembangan zona konservasi air
tanah yang meliputi zona
perlindungan air tanah dan zona
pemanfaatan air tanah.
5. normalisasi sungai-sungai.
6. pembangunan prasarana dan sarana
lalu lintas air, bangunan
pengambilan dan pembuang air, dan
bangunan pengaman sungai.

b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat


meliputi :
1. kegiatan rekreasi dan pariwisata air
terbatas.
2. pemanfaatan ruang pada kawasan
sekitar wilayah sungai dengan tetap
menjaga fungsi kelestarian
lingkungan dan fungsi lindung
kawasan.
3. kegiatan penelitian
-208-

MATERI YANG DIATUR

NO STRUKTUR RUANG KETENTUAN UMUM


DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETERANGAN
INTENSITAS BANGUNAN

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan


meliputi kegiatan yang dapat merusak
fungsi jaringan sumber saya air dan
air baku.
SISTEM PRASARANA WILAYAH LAINNYA
Sistem Jaringan Rangkaian perangkat a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi : Untuk bangunan TPST berlaku :
1. kegiatan pengoperasian TPST dengan
Persampahan persampahan yang mengelola metoda pemilahan, pengumpulan, a. KDB 20%
sisa kegiatan sehari-hari pengolahan; b. KLB 2 lantai
2. Pemrosesan akhir sampah dengan
manusia dan/atau proses dengan metoda pengurugan berlapis c. KDH 30%
alam yang berbentuk padat. bersih (sanitary land fill). d. RTH minimal 20%
3. pemeliharaan TPST.
e. dilengkapi fasilitas tempat cuci truk
4. kegiatan industri pengolahan
sampah. sampah

b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat


meliputi :
1. pertanian non pangan.
2. kegiatan penghijauan.
3. permukiman dengan jarak aman
dari dampak pengolahan samapah
4. kegiatan lain yang tidak mengganggu
fungsi kawasan persampahan.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan
meliputi kegiatan pembakaran sampah,
serta kegiatan lain yang akan merusak
kelestarian lingkungan.

Sitem Penyediaan Satu kesatuan sistem fisik a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi : Bangunan resoarvoar :
1. bangunan pengambilan air minum. a. KDB 40 - 60%
Air Minum (teknik) dan nonfisik dari 2. bangunan kantor. b. KLB 2 lantai
prasarana dan sarana air 3. pemasanagan pipa distribusi c. KDH 30%
4. kolam penampungan dan d. RTH minimal 10%
minum. pengolahan air minum. e. area parkir 10% dari luas kawasan
-209-

MATERI YANG DIATUR

NO STRUKTUR RUANG KETENTUAN UMUM


DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETERANGAN
INTENSITAS BANGUNAN

5. bangunan kontrol air minum


6. penghijauan.
7. areal parkir

b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat


meliputi :
1. bangunan penunjang sistem
penyediaan air minum.
2. kegiatan yang tidak mengganggu
keberlanjutan penyediaan air minum.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan
meliputi :
1. kegiatan yang mengganggu
keberlanjutan penyediaan air minum.
2. kegiatan yang menyebabkan
pencemaran air minum.
3. kegiatan yang menyebabkan
kerusakan prasarana dan sarana
penyediaan air minum.

Sistem Jalur dan Sistem Pengadaan jalur a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi :
1. pembangunan prasarana dan sarana
Ruang Evakuasi dan ruang evakuasi bila jalur dan ruang evakuasi bencana.
Bencana terjadi bencana alam. 2. penghijauan.
3. kegiatan penelitian.
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat
meliputi :
1. pembangunan fasilitas pendukung.
2. kegiatan lain yang tidak mengganggu
jalur dan ruang evakuasi bencana.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan
meliputi kegiatan yang mengganggu
sistem jalur dan ruang evakuasi
bencana.
-210-

MATERI YANG DIATUR

NO STRUKTUR RUANG KETENTUAN UMUM


DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETERANGAN
INTENSITAS BANGUNAN

Sistem Sistem pembuangan air a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi : Bangunan IPLT :
1. pembangunan prasarana dan sarana
Pembuangan Air limbah melalui pengolahan sistem pembuangan air limbah. a. KDB 40 - 60%
Limbah dan pembuangan air limbah. dalam rangka mengurangi, b. KLB 2 lantai
memanfaatkan kembali dan
mengelola air limbah domestik. c. KDH 30%
2. penyediaan prasarana dan sarana d. RTH minimal 10%
jaringan pembuangan air limbah.
3. penghijauan. e. dilengkapi dengan area parkir 10%
b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat dari luas kawasan
meliputi kegiatan yang tidak
mengganggu fungsi sistem jaringan
pembuangan air limbah.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan
meliputi :
1. pembuangan sampah
2. pembuangn limbah berbau,
berbahaya dan beracun.
3. kegiatan lain yang mengganggu
dan merusak fungsi sistem
pembuangan air limbah.
Sistem Jaringan Sistem prasarana dan sarana a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi : Garis sempadan mengikuti aturan garis
1. pembangunan prasarana dan sarana
drainase yang berfungsi mengalirkan sistem jaringan drainase dalam sempadan sungai
limpasan air permukaan ke rangka mengurangi genangan air
dan mendukung pengendalian
badan air penerima atau ke banjir.
bangunan resapan batuan. 2. normalisasi sungai dan saluran
pembuang.
3. kegiatan penelitian.
4. perbaikan dan rehabilitasi saluran
pembuang.
5. penghijauan.
-211-

MATERI YANG DIATUR

NO STRUKTUR RUANG KETENTUAN UMUM


DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETERANGAN
INTENSITAS BANGUNAN

b. kegiatan yang diperbolehkan bersyarat


meliputi :
1. fasilitas penunjang sistem drainase.
2. kegiatan yang tidak mengganggu
fungsi sistem drainase.

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan


meliputi :
1. pembuangan sampah ke saluran
drainase.
2. pembuangan limbah berbau,
berbahaya dan beracun ke saluaran
drainase.
3. kegiatan lain yang dapat
mengganggu fungsi sistem drainase.

Sistem Pemadam Sistem yang berfungsi untuk a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi :
1. bangunan pos pemadam kebakaran
Kebakaran mencegah dan menanggulangi beserta sarana dan prasarana yang
bencana kebakaran menunjangnya.

b. Kegiatan yang diperbolehkan bersyarat


meliputi :
1. Menara radio dan komunikasi
2. tanki cadangan air.
3. gudang peralatan dan bengkel
4. kegiatan selain sebagaiman dimaksud
dalam a

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan


meliputi :
1. kegiatan selain sebagaimana dimaksud
pada huruf a dan b
-212-

MATERI YANG DIATUR

NO STRUKTUR RUANG KETENTUAN UMUM


DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETERANGAN
INTENSITAS BANGUNAN

A. KAWASAN LINDUNG
1. Kawasan hutan lindung
a Hutan Lindung Merupakan kawasan hutan a. Diperbolehkan Pemanfaatan ruang KDB rendah dengan ketinggian bangunan
untuk penghijauan, reboisasi, 1. ditetapkan sebagai kawasan lindung
bakau di wilayah pantai utara konservasi hutan bakau, kegiatan maksiml 1 lantai kecuali untuk
berupa hutan bakau dengan tegakan
Kabupaten Tangerang yang pertahanan dan keamanan negara, menara suar. tanaman yang mempunyai perakaran
pembangunan ketenagalistrikan, dan mampu menahan arus gelombang
fungsinya untuk kepentingan pembangunan jaringan telekomuni- laut.
konservasi kasi, menara suar, pemancar radio,
dan kegiatan penelitian; 2. Kawasan hutan lindung berada di
b. Diperbolehkan bersyarat meliputi pantai Kecamatan Mauk, Kecamatan
kegiatan yang tidak mengganggu Pakuhaji dan Kecamatan Teluknaga.
fungsi hutan bakau sebagai
kawasan hutan lindung dan kualitas
lingkungan di sempadan pantai.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan
meliputi kegiatan selain sebagaimana
yang dimaksud pda huruf a dan b.

2. Kawasan Perlindungan Setempat


a Kawasan sempadan Merupakan kawasan a. Kegiatan yang diperbolehkan meliputi 1. Garis sempadan pantai
rekreasi pantai, pengamanan pesisir, ditetapkan selebar 100 meter
pantai sepanjang pantai yang kegiatan nelayan, penambatan perahu yang diukur dari muka air
mempunyai manfaat penting nelayan, kegiatan pelabuhan, landing tertinggi ke arah darat.
untuk point cable atau pipa bawah laut, 2. KDB ditetapkan dengan KDB
untuk mempertahankan pertahanan dan keamanan negara, sangat rendah yaitu kurang dari
menara suar, kegiatan penendalian 5% dengan ketinggian bangunan
fungsi pantai. kualitas perairan, konservasi maksimal 1 lantai atau bangunan
lingkungan pesisir, penembangan panggung, kecuali menara suar
struktur alami dan struktur buatan dan menara telekomunikasi
pencegah abrasi pada sempadan KDH minimal 50%
pantai, pengamanan sempadan pantai 3. kerapatan massa bangunan
sebagai ruang publk, dan kegiatan tidak boleh menghalangi
pengamatan cuaca dan iklim. pemandangan obyek wisata
-213-

MATERI YANG DIATUR

NO STRUKTUR RUANG KETENTUAN UMUM


DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETERANGAN
INTENSITAS BANGUNAN

b. Kegiatan yang diperbolehkan bersyarat atau ke arah laut.


meliputi kegiatan selain sebagaimana
dimaksud dalam huruf a yang tidak
mengganggu fungsi sempadan pantai
sebagai kawasan perlindungan
setempat dan kualitas lingkungan
sepanjang sempadan pantai.
c. Kegiatan yang tidak diperbolehkan
meliputi semua jenis kegiatan yang
dapat mengganggu fungsi utama
perlindungan setempat dan kualitas
lingkungan sempadan pantai.

b Kawasan Sempadan Kawasan sepanjang kiri dan a. Kegiatan yang diperbolehkan meliputi - Sungai bertanggul: Untuk bantaran sungai yang
kegiatan pemanfaatan sungai untuk pemanfaatannya diluar wisata dan
Sungai kanan sungai termasuk RTH, rekreasi terbatas, budi daya 1. Garis sempadan sungai kecil bangunan inspeksi (misalnya : untuk
sungai buatan, kanal/saluran pertanian dengan jenis tanaman yang di dalam kawasan perkotaan agro industri dan permukiman wisata)
tidak mengurangi kekuatan struktur ditetapkan sekurang-kurangnya dilakukan pembatasan dan diarahkan
irigasi yang mempunyai bantaran sungai, pemasanagan reklame 3 m di sisi luar kaki tanggul. relokasi secara bertahap.
manfaat penting untuk dan papan pengumuman/papan 2. Garis sempadan sungai besar
peringatan, pemasangan bentangan di dalam kawasan perkotaan Kawasan sempadan sungai meliputi :
kelestarian fungsi sungai. jaringan transmisi tenaga listrik, kabel ditetapkan sekurang-kurangnya 1. Sungai Cisadane.
telepon, pipa air minum, pipa gas, 5 m di sisi luar kaki tanggul. 2. Sungai Cidurian
pembangunan prasarana dan sarana 1. Garis sempadan sungai kecil 3. Sungai Cimanceuri
lalu lintas air, bangunan pengambilan di luar kawasan perkotaan 4. Sungai Ciapus
dan pembuangan air, dan bangunan ditetapkan sekurang-kurangnya 5. Sungai Ciasin
penunjang prasarana perkotaan. 3 m di sisi luar kaki tanggul. 6. Sungai Cibarebeg
b. Kegiatan yang diperbolehkan bersyarat 2. Garis sempadan sungai besar 7. Sungai Cibiuk/Cilaku
meliputi kegiatan selain sebagaimana di luar kawasan perkotaan 8. Sungai Cibolang.
dimaksud dalam huruf a yang tidak ditetapkan sekurang-kurangnya 9. Sungai Cibugel
mengganggu fungsi sempadan sungai 10 m di sisi luar kaki tanggul. 10. Sungai Cicalengka.
sebagai kawasan perlindungan - Sungai Tidak Bertanggul 11. Sungai Cicayur
setempat dan kualitas lingkungan 12. Sungai Ciconteng.
sepanjang sempadan sungai 1. Garis sempadan sungai tidak 13. Sungai Cigarukgak.
bertanggul di dalam kawasan
perkotaan ditetapkan sebagai berikut:
-214-

MATERI YANG DIATUR

NO STRUKTUR RUANG KETENTUAN UMUM


DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETERANGAN
INTENSITAS BANGUNAN

c. Kegiatan yang tidak diperbolehkan a) Sungai besar yaitu sungai yang 14. Sungai Cimauk.
mempunyai daerah pengaliran 15. Sungai Cijantra.
meliputi semua jenis kegiatan yang sungai seluas 500 km2 atau 16. Sungai Cikakalen.
dapat mengganggu fungsi utama lebih, ditetapkan sekurang- 17. Sungai Cikolear.
kurangnya 100 meter dihitung 18. Sungai Cileuleus.
perlindungan setempat dan kualitas dari tepi sungai pada waktu 19. Sungai Cilongo.
lingkungan sempadan sungai. ditetapkan. 20. Sungai Cilongok.
b) Sungai kecil yaitu sungai yang 21. Sungai Cilowong.
mempunyai daerah pengaliran 22. Sungai Cimaneuh.
sungai kurang dari 500 km2 23. Sungai Cimatuk.
ditetapkan sekurang-kurangnya 24. Sungai Cipasilian.
50 m dihitung dari tepi sungai 25. Sungai Cipayaeun.
pada waktu ditetapkan. 26. Sungai Cirajeun.
27. Sungai Cirangon
- Untuk sungai di kawasan 28. Sungai Cirarab.
permukiman berupa sempadan 29. Sungai Cirumpak.
sungai yang diperkirakan cukup 30. Sungai Cisauk.
untuk dibangun jalan inspeksi 31. Sungai Cisabi.
antara 10 - 15 meter. 32. Sungai Ciselatip
- Garis Sempadan Saluran Irigasi 33. Sungai Cisoge.
1. Saluran bertanggul 34. Sungai Cituis
a) kapasitas > 4 m3/detik 35. Kali Ketapang.
ditetapkan 5 m dihitung dari 36. Kali Perancis.
kaki tanggul terluar 37. Kali Kramat.
b) Kapasitas 1 - 4 m3/detik 38. Kali Apung.
ditetapkan 3 m dihitung dari 39. Kali Asin.
kaki tanggul terluar 40. Sungai Tahang.
c) kapasitas <1 m3/detik
ditetapkan 2 m dihitung dari
kaki tanggul terluar
1. Saluran tak bertanggul
a) kapasitas > 4 m3/detik
ditetapkan 5 m dihitung dari
tepi saluran
-215-

MATERI YANG DIATUR

NO STRUKTUR RUANG KETENTUAN UMUM


DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETERANGAN
INTENSITAS BANGUNAN

b) Kapasitas 1 - 4 m3/detik
ditetapkan 3 m dihitung dari
tepi saluran
c) kapasitas <1 m3/detik
ditetapkan 2 m dihitung dari
tepi saluran

- KDB ditetapkan sangat rendah


yaitu kurang dari 5% dengan
ketinggian bangunan maksimal 1
lantai atau bangunan panggung
kecuali menara suar dan menara
telekomunikasi.
- Kerapatan massa bangunan tidak
boleh menghalangi pemandangan
obyek wisata yang dinilai indah.
- Fasilitas Parkir berada di luar
kawasan sempadan sungai.

Kawasan Sekitar Kawasan sekitar danau atau a. Kegiatan yang diperbolehkan meliputi 1. Garis sempadan danau atau situ Danau atau situ yang ada di Kabupaten
kegiatan pemanfaatan ruang untuk ditetapkan selebar 50 - 100 meter Tangerang meliputi :
Danau atau Situ situ yang mempunyai RTH, pariwisata, pertanian tanaman yang diukur dari muka air tertinggi. 1. Situ Pondok di Kecamatan Sindang
manfaat penting untuk keras, kegiatan yang menunjang ke arah darat. Jaya.
kelestarian kawasan, kegiatan yang 2. Situ Cilongok di Kecamatan
mempertahankan kelestarian karena sifat dan tuntutannya harus 2. KDB ditetapkan sangat rendah Pasar Kemis
fungsi resapan air. dilakukan pada kawasan ini berupa yaitu kurang dari 5% dengan 3. Situ Pasirgadung di Kecamatan di
kegiatan pemantauan, pengawasan, ketinggian bangunan maksimal 1 Kecamatan Cikupa.
pengelolaan, pembangkit energi, lantai atau bangunan panggung 4. Situ Kelapa Dua di Kecamatan
dan kegiatan penelitian. kecuali menara suar dan menara Kelapa Dua.
telekomunikasi. 5. Situ Cihuni di Kecamatan Pagedangan.
b. Kegiatan yang diperbolehkan bersyarat Pagedangan.
meliputi kegiatan selain sebagaimana 3. Kerapatan massa bangunan tidak 6. Situ Jengkol di Kecamatan Solear.
dimaksud dalam huruf a yang tidak boleh menghalangi pemandangan 7.Rawa Ranca Ilat di Kecamatan Kronjo.
mengganggu fungsi kawasan sekitar obyek wisata yang dinilai indah. 8. Rawa Waluh di Kecamatan Kronjo.
danau atau situ sebagai kawasan 4. KDH minimal 50% 9. Rawa Garukgak di Kecamatan
perlindungan setempat dan kualitas Kresek.
lingkungan sekitar danau atau situ
-216-

MATERI YANG DIATUR

NO STRUKTUR RUANG KETENTUAN UMUM


DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETERANGAN
INTENSITAS BANGUNAN

c. Kegiatan yang tidak diperbolehkan 10.Rawa Patrasana di Kecamatan Kresek


12. Rawa Genggong di Kecamatan Kresek
meliputi semua jenis kegiatan yang 14. Rawa Gede di Kecamatan Sukadiri.
dapat mengganggu fungsi utama 15. Rawa Kepuh di Kecamatan Pakuhaji.
16. Rawa Gelam di Kecamatan
perlindungan setempat dan kualitas Pasar Kemis
lingkungan sempadan danau atau situ. 17. Rawa Warung Rebo di Kecamatan
Sindang Jaya
18. Rawa Jambu di Kecamatan Rajeg.

Ruang Terbuka Bagian dari ruang terbuka a. Kegiatan yang diperbolehkan meliputi Penetapan Ruang Terbuka Hijau
kegiatan pemanfaatan ruang untuk
Hijau Kawasan suatu kawasan perkotaan kegiatan rekreasi. sekurang-kurangnya 30 % dari luas
Perkotaan (RTHKP) yang diisi oleh tumbuhan b. Kegiatan yang diperbolehkan bersyarat kawaan perkotan yang terdiri dari
meliputi kegiatan selain sebagaimana
dan tanaman untuk dimaksud dalam huruf a yang tidak 20% RTH publik dan 10% RTH privat.
mendukung manfaat ekologi, mengganggu fungsi dan peruntukkan
RTH sebagai kawasan perlindungan
sosial, budaya, ekonomi dan
setempat.
estetika. c. Kegiatan yang tidak diperbolehkan
meliputi semua jenis kegiatan yang
dapat mengganggu fungsi utama
perlindungan setempat dan kualitas
lingkungan RTH.

Kawasan Cagar Merupakan lokasi bangunan a. Kegiatan yang diperbolehkan meliputi Pada kawasan cagar budaya, KDB Tanpa izin dari pemerintah setiap orang
kegiatan pemanfaatan ruang untuk 1. dilarang membawa
Budaya hasil budaya manusia yang kegiatan rekreasi terbatas, penelitian, ditetapkan sangat rendah (kurang dari benda cagar budaya ke luar wilayah
bernilai tinggi ataupun pendidikan, kegiatan sosial budaya, 5%) dengan Ketinggian bangunan Republik Indonesia.
bangunan untuk kepentingan 2. Dilarang memindahkan benda cagar
bentukan geologi alami yang pertahanan dan keamanan negara, paling tinggi 1 lantai., KDH minimal 50% budaya dari daerah satu ke daerah
khas dan bermanfaat untuk pos penjagaan dan pengawasan, lainnya.
penghijauan dan pos telekomunikasi. 3. Mengambil atau memindahkan
pengembangan ilmu
b. Kegiatan yang diperbolehkan bersyarat benda cagar budaya baik sebagian
pengetahuan. meliputi kegiatan selain sebagaimana maupun seluruhnya kecuali dalam
-217-

MATERI YANG DIATUR

NO STRUKTUR RUANG KETENTUAN UMUM


DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETERANGAN
INTENSITAS BANGUNAN

dimaksud dalam huruf a yang tidak keadaan darurat.


mengganggu fungsi cagar budaya
sebagai fungsi kawasan lindung.
c. Kegiatan yang tidak diperbolehkan
meliputi kegiatan yang dapat merusak
kekayaan budaya bangsa berupa
peninggalan sejarah dan bangunan
arkeologi, pendirian bangunan yang
tidak sesuai dengan fungsi kawasan
pemanfaatan ruang dan kegiatan yang
dapat merubah bentukan geologi
tertentu yang mempunyai manfaat
tinggi untuk pengembangan ilmu
pengetahuan, pemanfaatan ruang
untuk yang dapat mengganggu
kelestarian lingkungan sekitar
peninggalan sejarah, bangunan
arkeologi dan wilayah dengan
bentukan geologi tertentu, dan / atau
pemanfaatan ruang yang dapat
mengganggu upaya pelestarian budaya
masyarakat tertentu.

4. Kawasan Rawan Bencana Alam


a. Kawasan Rawan Kawasan yang mendapat a. Kegiatan yang diperbolehkan meliputi KDB ditetapkan sangat rendah (kurang Kawasan rawan banjir meliputi :
pelestarian kawasan hulu sungai,
Bencana Banjir aliran air relatif tinggi dan kegiatan penghijauan, pemasangan dari 5%), Ketinggian bangunan 1 lantai 1. Kecamatan Gunungkaler
tidak tertampung lagi oleh papan pengumuman dan / atau papan dan KDH minimal50% 2. Kecamatan Kemiri
peringatan, pemasanagan rambu- 3. Kecamatan Mauk
sungai dan saluran air. rambu peringatan, pembuatan sumur 4. Kecamatan Pakuhaji
resapan, pembuatan tandon air, 5. Kecamatan Sepatan
pembuatan saluran pembuangan yang 6. Kecamatan Rajeg
terkoneksi dengan jaringan primer, 7. Kecamatan Kresek
sekunder maupun tersier, penentuan 8. Kecamatan Kelapa dua
lokasi maupun jalur evakuasi dari 9. Kecamatan Cikupa
permukiman, pembatasan pendirian 10. Kecamatan Curug
11. Kecamatan Jayanti
-218-

MATERI YANG DIATUR

NO STRUKTUR RUANG KETENTUAN UMUM


DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETERANGAN
INTENSITAS BANGUNAN

bangunan kecuali untuk kepentingan 12. Kecamatan Tigaraksa


pemantauan ancaman bencana dan
kepentingan umum, penetapan batas 13. Kecamatan Mekarbaru
dataran banjir, pemanfaatan dataran 14. Kecamatan Kronjo
banjir untuk ruang terbuka hijau,
dan pembangunan fasilitas umum 15. Kecamatan Sukadiri
penunjang pencegahan banjir. 16. Kecamatan Balaraja
b. Kegiatan yang diperbolehkan bersyarat
meliputi kegiatan pembangunan secara
terbatas untuk kepentingan
pemantauan ancaman bencana banjir
dan perlindungan kepentingan umum,
c. Kegiatan yang tidak diperbolehkan
meliputi kegiatan selain sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan b.

b. Kawasan Rawan Kawasan pantai dengan a. Kegiatan yang diperbolehkan meliputi KDB ditetapka sangat rendah (kurang Kawasan rawan bencana tsunami
pengendalian pemanfaatan ruang
Gempa dan elevasi rendah dan / atau kawasan rawan tsunami dilakukan dari 5%), Ketingian bangunan maksimal berada di Kecamatan Kronjo,
Tsunami berpotensi atau pernah dengan mencermati konsistensi 2 lantai, Garis sempadan pantai Kecamatan Mauk, dan Kecamatan
kesesuaian antara pemanfaatan ruang
mengalami tsunami. denan rencana detail tata ruang, ditetapkan 200 meter diukur dari titik Kemiri serta pada pulau-pulau rencana
penyediaan jalur dan ruang evakuasi, pasang tertinggi ke arah darat. reklamasi yang letaknya berseberangan
penerapan garis sempadan pantai yang
lebih lebar, pemasangan rambu-rambu KDH minimal 50% dengan ketiga pantai kecamatan
peringatan, kegiatan rekreasi terbatas, tersebut.
penyediaan bangunan pemantauan
dan pengawasan, pembangunan
menara suar, dan kegiatan penelitian.
b. Kegiatan yang diperbolehkan bersyarat
meliputi kegiatan pembangunan secara
terbatas untuk kepentingan
pemantauan ancaman bencana dan
perlindungan kepentingan umum.
c. Kegiatan yang tidak diperbolehkan
meliputi kegiatan selain sebagaimana
-219-

MATERI YANG DIATUR

NO STRUKTUR RUANG KETENTUAN UMUM


DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETERANGAN
INTENSITAS BANGUNAN

B. Kawasan Budi daya


1. Kawasan peruntukkan Pertanian
a. Kegiatan yang diperbolehkan meliputi 1. Zonasi kawasan pertanian
a. Kawasan Pertanian Kawasan yang diperuntukkan pemanfaatan ruang berupa kegiatan penetepan KDB paling tinggi 20%, diarahkan
lahan basah bagi kegiatan pertanian yang pertanian, pembangunan prasarana ketinggian bangunan maksimal 2 lantai, untuk pertanian pangan
dan sarana penunjang pertanian seperti
meliputi kawasan pertanian saluran irigasi, pintu air, gudang KDH minimal 50% berkelanjutan.
lahan basah, kawasan pengolah hasil pertanian, menara 2. Pertanian pangan berkelanjutan
telekomunikasi, jaringan energi
pertanian lahan kering, kelistrikan beserta bangunan merupakan pertanian lahan basah
kawasan peternakan, dan penunjangnya, penghijauan, pariwisata yang membutuhkan pengairan
dan kegiatan penelitian.
kawasan agropolitan. irigasi teknis dan penghasil tanaman
b. Kegiatan yang diperbolehkan bersyarat
meliputi kegiatan selain sebagaimana padi.
yang dimaksud pada huruf a dengan 3. Kawasan pertanian lahan basah
syarat tidak mengubah fungsi lahan
pertanian tanaman pangan berada di bagian utara wilayah
berkelanjutan dan tidak mengganggu Kabupaten Tangerang
fungsi utama kawasan bersangkutan.
c. Kegiatan yang tidak diperbolehkan
meliputi kegiatan selain sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan b yang
dapat mengganggu fungsi kegiatan
pertanian.

b. Kawasan Kawasan yang diperuntukkan a. Kegiatan yang diperbolehkan meliputi penetepan KDB paling tinggi 40% Kawasan pertanian lahan kering berada
pemanfaatan ruang berupa kegiatan
pertanian lahan bagi kegiatan pertanian tadah penanaman padi tadah hujan, tanaman ketinggian bangunan maksimal 2 lantai, di bantaran sungai Cidurian Kecamatan
kering hujan palawija, kebun, dan tanaman lahan KDH minimal 30% Solear, Kecamatan Cisoka dan Kecamatan
kering lainnya,
b. Kegiatan yang diperbolehkan bersyarat Jayanti serta di bantaran sungai
meliputi kegiatan pembangunan Cimanceuri Kecamatan Jambe,
prasarana dan sarana penunjang,
Kecamatan Panongan dan Kecamatan
jaringan tegangan listrik, drainase,
menara telekomunikasi, tandon air, Legok.
papan peringatan, gudang pengumpul
-220-

MATERI YANG DIATUR

NO STRUKTUR RUANG KETENTUAN UMUM


DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETERANGAN
INTENSITAS BANGUNAN

hasil pertanian dan kegiatan selain


sebagaiman dimaksud pada huruf a.
c. Kegiatan yang tidak diperbolehkan
meliputi kegiatan selain sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan b yang
dapat mengganggu fungsi kegiatan
pertanian.

c Kawasan Peternakan Merupakan kawasan a. Kegiatan yang diperbolehkan meliputi 1. Untuk kawasan perdesaan : Kawasan Peternakan tersebar di
pemanfaatan ruang berupa kegiatan
yang diperuntukkan sebagai pengembangan ternak, dan karantina KDB mkimal 20%, Ketinggian lantai sebagian besar wilayah kecamatan
pengembangan peternakan hewan ternak. bangunan maksimal 2 lantai, dan KDH
b. Kegiatan yang diperbolehkan bersyarat
baik skala kecil maupun meliputi kegiatan pembangunan minimal 50%
skala besar prasarana dan sarana penunjang 2. Untuk kawasan perkotaan :
dengan memperhatikan KDB, KLB
KDB maksimal 60%, ketingian lantai
dan KDH yang berlaku.
c. Kegiatan yang tidak diperbolehkan mksimal 3 lantai dan KDH minimal
meliputi kegiatan selain sebagaimana 30%.
dimaksud dalam huruf a dan b yang
dapat mengganggu fungsi kegiatan
peternakan.

d Kawasan Agropolitan kawasan yang meliputi satu a. Kegiatan yang diperbolehkan meliputi penetepan KDB paling tinggi 20%, Kawasan Agropolitan berada di
atau lebih pusat kegiatan pemanfaatan ruang berupa kegiatan
pada wilayah perdesaan pertanian, pembangunan prasarana ketinggian bangunan maksimal 2 lantai, Kecamatan Sepatan dan Kecamatan
sebagai sistem produksi dan sarana pertanian, pariwisata agro, KDH minimal 50% Sepatan Timur.
pertanian dan pengelolaan penelitian dan penghijauan.
sumber daya alam tertentu b. Kegiatan yang diperbolehkan bersyarat
yang ditunjukkan dengan meliputi kegiatan selain yang
adanya keterkaitan dimaksud pada huruf a dengan syarat
fungsional dan hirarki tidak mengubah fungsi lahan pertanian
keruangan satuan sistem c. Kegiatan yang tidak diperbolehkan
permukiman dan sistem meliputi kegiatan selain sebagaimana
agrobisnis. dimaksud dalam huruf a dan b.
-221-

MATERI YANG DIATUR

NO STRUKTUR RUANG KETENTUAN UMUM


DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETERANGAN
INTENSITAS BANGUNAN

Kawasan Wilayah yang dapat a. Kegiatan yang diperbolehkan meliputi penetapan KDB maksimal 20%, ketingian Kawasan perikanan berada di bagian
pemanfaatan ruang berupa kegiatan
Peruntukkan dimanfaatkan untuk perikanan tangkap, budi daya ikan, lantai bangunan 2 lantai dan KDH pantai utara Kabupaten Tangerang
Perikanan kegiatan penangkapan, dermaga, tempat pelelangan ikan, KDH minimal 50% dan rencana pengembangan kawasan
pangkalan pendaratan ikan,
budi daya dan industri penghijauan, menara suar, drainase, Minapolitan di Kecamatan Kronjo.
perikanan pertahanan keamanan, jaringan
energi listrik, telekomunikasi, balai
benih ikan, laboratorium, pusat
informasi, pengembangan minapolitan,
dan penelitian.
b. Kegiatan yang diperbolehkan bersyarat
meliputi kegiatan permukiman nelayan
dengan kepadatan rendah, rekreasi
terbatas dan prasarana dan sarana
penunjang dengan memperhatikan
KDB, KLB dan KDH yang berlaku.
c. Kegiatan yang tidak diperbolehkan
meliputi kegiatan selain sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan b.

Kawasan Wilayah yang diperuntukkan a. Kegiatan yang diperbolehkan meliputi 1. Komosisi pengunaan lahan, 70% untuk Kawasan industri berada di bagian
pemanfaatan ruang berupa kegiatan
Peruntukkan bagi kegiatan industri pembangunan industri dengan fasilitas industri, 10% untuk jaringan jalan, 10% tengah, selatan dan bagian timur
Industri berdasarkan rencana tata penunjang yang memperhatikan untu fasilitas dan utilitas, 10% untuk Kabupaten Tangerang
konsep eco industrial park meliputi
ruang wilayah. perkantoran industri, terminal barang, ruang terbuka hijau.
pergudangan, tempat ibadah, fasilitas 2. KDB maksimal 60%
olahraga, telekomunikasi, pariwisata,
3. KDH minimal 30%
penghijauan, jasa-jasa penunjang
industri seperti jasa promosi dan
informasi hasil industri, jasa
ketenagakerjaan, jasa ekspedisi, dan
sarana penunjang lainnya yang meliputi
instalasi pengolahan air limbah industri
secara terpadu.
-222-

MATERI YANG DIATUR

NO STRUKTUR RUANG KETENTUAN UMUM


DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETERANGAN
INTENSITAS BANGUNAN

b. Kegiatan yang diperbolehkan bersyarat


meliputi kegiatan permukiman terbatas
untuk para pekerja industri dengan
penetapan KDB, KLB dan KDH yang
ketat, serta kegiatan selain yang
dimaksud pada huruf a dengan
penerapan KDB, KLB dan KDH yang
berlaku.
c. Kegiatan yang tidak diperbolehkan
meliputi kegiatan selain sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan b.

Kawasan kawasan yang dibangun atau a. Kegiatan yang diperbolehkan meliputi 1. Untuk kawasan perdesaan Kawasan pariwisata tersebar di seluruh
pemanfaatan ruang berupa kegiatan
Peruntukkan disediakan untuk memenuhi pembangunan pariwisata dan fasilitas KDB maksimal 20%, ketinggian wilayah Kabupaten Tangerang
Pariwisata kebutuhan pariwisata atau penunjang pariwisata meliputi rumah bangunan 2 lantai dan KDH
makan, hotel, ruang terbuka hijau, minimal 50%
segala sesuatu yang kegiatan pemanfaatan potensi alam dan
berhubungan dengan wisata, budaya masyarakat sesuai dengan daya 2. Untuk kawasan perkotaan
dukung dan daya tampung lingkungan
termasuk pengusahaan obyek penelitian sejarah dan arkeologi, dan KDB antara 70% - 80%, ketinggian
wisata dan usaha terkait di kegiatan perlindungan terhadap situs bangunan 3 lantai dan KDH
bidang kepariwisataan. peninggalan kebudayaan masa lampau minimal 30%
(heritage).
b. Kegiatan yang diperbolehkan bersyarat
meliputi kegiatan pemanfaatan ruang
secara terbatas untuk menunjang
kegiatan pariwisata sesuai dengan
penetapan KDB, KLB dan KDH yang
berlaku.
c. Kegiatan yang tidak diperbolehkan
meliputi kegiatan selain sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan b.
Kawasan Merupakan kelompok rumah a. Kegiatan yang diperbolehkan meliputi 1. untuk kawasan perdesaan Dominasi kawasan permukiman
Peruntukkan yang berfungsi sebagai pemanfaatan ruang berupa kegiatan KDB maksimal 40%, ketinggian lantai perdesaan berada di wilayah Kabupaten
Permukiman lingkungan tempat tinggal pembangunan perumahan, penetapan bangunan maksimal 2 lantai, KDH Tangerang bagian utara, dan dominasi
-223-

MATERI YANG DIATUR

NO STRUKTUR RUANG KETENTUAN UMUM


DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETERANGAN
INTENSITAS BANGUNAN

atau lingkungan hunian yang amplop bangunan, penetapan tema minimal 50%. kawasan permukiman perkotaan berada
arsitektur bangunan, penetapan
dilengkapi dengan prasarana kelengkapan bangunan, kegiatan 2. Untuk kawasan perkotaan di wilayah Kabupaten Tangerang
dan sarana lingkungan. pembanugunan prsarana dan sarana KDB minimal 50% dan maksimal 60%, bagian tengah dan selatan.
perumahan beserta utilitasnya dan
penetapan jenis dan syarat penggunaan ketinggian bangunan minimal 1 lantai
yang diijinkan. dan maksimal 20 lantai, dan KDH

b. Kegiatan yang diperbolehkan bersyarat minimal 10 %-30%.


meliputi kegiatan selain yang dimaksud
pada huruf a meliputi pemanfaatan
ruang secara terbatas untuk
mendukung kegiatan permukiman
beserta prasarana, sarana dan utilitas
lingkungan.
c. Kegiatan yang tidak diperbolehkan
meliputi kegiatan selain sebagaimana
dimaksud pada huruf a dan b.

Kawasan Reklamasi Kawasan yang diperoleh a. Kegiatan yang diperbolehkan meliputi KDB, KLB, dan KDH akan diatur setelah Kawasan reklamasi berjarak lebih
pemanfaatan ruang berupa kegiatan
dengan pengeringan daerah pembangunan perumahan, industri, selesai peneyelenggaraan reklamasi. kurang 200 meter dari garis pantai
basah yang dalam hal ini dan pelabuhan sesuai dengan rencana utara Kabupaten Tangerang dan
pola ruang dengan memperhatikan
membuat daratan di atas kelestarian lingkungan, penyusunan dibangun dengan sistem polder.
permukaan laut. AMDAL kawasan reklamasi,
pembangunan prasarana, sarana dan
utilitas perkotaan, pariwisata terpadu,
telekomunikasi, menara suar, pos
penjaga pantai, jalur hijau dan
kawasan lindung, jalur evakuasi
bencana tsunami, pertahanan dan
keamanan negara, dan pelestarian
pantai dan perairan sekitarnya dengan
penetapan koefisien zona terbangun
antara 40% sampai dengan 45%.
-224-

MATERI YANG DIATUR

NO STRUKTUR RUANG KETENTUAN UMUM


DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETERANGAN
INTENSITAS BANGUNAN

b. Kegiatan yang diperbolehkan bersyarat


meliputi kegiatan pariwisata air,
pembangunan perumahan lepas pantai
reklamasi dengan KDB, KLB dan KDH
yang berlaku, pembangunan ruang
publik sepanjang garis sempadan
pantai reklamasi, dan kegiatan selain
yang dimaksud pada huruf a.
c. Kegiatan yang tidak diperbolehkan
meliputi kegiatan selain sebagaimana
dimaksud pada huruf a dan b.

Kawasan kawasan yan ditetapkan a. Kegiatan yang diperbolehkan meliputi KDB, KLB dan KDH disesuaikan dengan Kawasan pertahanan dan keamanan
pemanfaatan ruang berupa kegiatan
pertahanan dan dengan fungsi utama untuk pembangunan prasarana, sarana dan peraturan perundang-undangan yang negara meliputi :
keamanan negara kepentingan pertahanan dan utilitas untuk pertahanan dan berlaku. 1. Komplek Detasemen Arhanud Rudal
keamanan negara sesuai dengan
keamananan negara. peraturan perundang-undangan dan 003 Faletehan di Kecamatan Cikupa
penghijauan kawasan. 2. Makorem 052 Jayakarta di Kecamatan
b. Kegiatan yang diperbolehkan bersyarat
Kelapa Dua
meliputi pemanfaatan ruang secara
terbatas dan selektif sesuai dengan 3. Satuan RADAR TNI-AU di Kecamatan
ketentuan perundang-undangan Mauk
c. Kegiatan yang tidak diperbolehkan
meliputi kegiatan ruang kawasan 4. Koramil tersebar di seluruh wilayah
budi daya tidak terbangun di sekitar kecamatan.
kawasan pertahanan dan keamanan
negara yang ditetapkan sebagai zona
penyangga yang memisahkan kawasan
tersebut dengan kawasan budi daya
terbangun, dan kegiatan selain yang
dimaksud pada huruf a dan b.
Kawasan pusat Tempat rehabilitasi dari a. Kegiatan yang diperbolehkan meliputi KDB maksimal 60%, ketinggian Rencana pembangunan pusat
rehabilitasi/lembaga pemanfaatan ruang berupa kegiatan
pemasyarakatan orang-orang terpidana pembangunan gedung pusat bangunan 4 lantai, dan KDH rehabilkitasi/lembaga pemasyarakatan
rehabilitasi, pos penjagaan, pos radio minimal 20% berad di Kecamatan Jambe.
-225-

MATERI YANG DIATUR

NO STRUKTUR RUANG KETENTUAN UMUM


DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETERANGAN
INTENSITAS BANGUNAN

telekomuniksi, kantor, tempat


peribadatan, lapangan terbuka, dan
penghijauan.
b. Kegiatan yang diperbolehkan bersyarat
meliputi pembangunan prasarana dan
sarana penunjang dengan penetapan
KDB, KLB dan KDH yang berlaku.
c. Kegiatan yang tidak diperbolehkan
meliputi kegiatan selain yang dimaksud
pada huruf a dan b.

Komplek sekolah kawasan pendidikan bagi a. Kegiatan yang diperbolehkan meliputi KDB maksimal 30%, ketinggian Komplek sekolah pelayaran berada
pemanfaatan ruang untuk bangunan
pelayaran calon-calon pelaut. sekolah, pos penjagaan dan bangunan 3 lantai, dan KDH di Kecamatan Sukadiri
pemantauan, laboratorium kelautan, minimal 50%
gedung serba guna, kantin, asrama
pelajar, dermaga latih, pos kesehatan,
pos radio dan telekomunikasi, kantor,
bangunan peribadatan, ruang terbuka
hijau, dan lapangan olah raga
b. Kegiatan yang diperbolehkan bersyarat
meliputi pembangunan prasarana dan
sarana penunjang dengan penetapan
KDB, KLB dan KDH yang berlaku.
c. Kegiatan yang tidak diperbolehkan
meliputi kegiatan selain yang dimaksud
pada huruf a dan b.

Kawasan Tempat Ruang terbuka hijau yang a. Kegiatan yang diperbolehkan meliputi 1. Untuk kawasan perdesaan : 1. TPU zona besar di Kecamatan Cisauk,
pemanfaatan ruang untuk pemakaman, KDB maksimal 30%, Ketinggian Kecamatan Sukamulya, Kecamatan
Pemakaman Umum mempunyai fungsi utama ruang tunggu, ruang istirahat, bangunan maksimal 2 lantai, dan KDH Legok, Kecamatan Pagedangan,
sebagai tempat pelayanan tempat peribadatan, kantor, prasarana minimal 70% termasuk pemakaman Kecamatan Rajeg dan Kecamatan
dan sarana parkir dan penghijauan. tanpa perkerasan dengan tingkat Teluknaga.
publik untuk penguburan b. Kegiatan yang diperbolehkan bersyarat liputan vegetasi 80% dari luas ruang 2. TPU zona swasta berada di Kecamatan
jenazah. meliputi pembangunan prasarana dan hijaunya Tigaraksa, Kecamatan Teluknaga,
sarana penunjang dengan penetapan 2. Untuk kawasan perkotaan Kecamatan Jambe, dan Kecamatan
KDB, KLB dan KDH yang berlaku. KDB maksimal 60%, Ketinggian Kosambi
-226-

MATERI YANG DIATUR

NO STRUKTUR RUANG KETENTUAN UMUM


DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETERANGAN
INTENSITAS BANGUNAN

c. Kegiatan yang tidak diperbolehkan bangunan maksimal 2 lantai, dan KDH 3. TPU zona kecamatan berada di setiap
minimal 70% termasuk pemakaman
meliputi kegiatan selain yang dimaksud tanpa perkerasan dengan tingkat wilayah kecamatan.
liputan vegetasi 80% dari luas ruang
hijaunya

Kawasan stadion Tempat pembibitan calon a. Kegiatan yang diperbolehkan meliputi Penetapan KDB maksimal 60%, ketinggian Lokasi stadion olah raga di Kecamatan
pemanfaatan ruang untuk bangunan
olahraga olahragawan dan stadion utama sepakbola, bangunan lantai bangunan maksimal 10 lantai, dan Pagedangan dan Kecamatan Kelapa Dua
pelaksanaan pembinaan untuk cabang olahraga lainnya, pos KDH minimal 50%
penjagaan dan pemantauan, bangunan
olahraga. peribadatan, gedung serbaguna,
kantin, asrama atlit, pos kesehatan,
pos dan menara radio dan
telekomunikasi, kantor, sarana parkir,
dan ruang terbuka hijau,
b. Kegiatan yang diperbolehkan bersyarat
meliputi pembangunan prasarana dan
sarana penunjang dengan penetapan
KDB, KLB dan KDH yang berlaku.
c. Kegiatan yang tidak diperbolehkan
meliputi kegiatan selain yang dimaksud
pada huruf a dan b.

Rumah Sakit kawasan yang diperuntukkan a. Kegiatan yang diperbolehkan meliputi Penetapan KDB maksimal 60%, ketinggian Lokasi rumah sakit tipe B berada di
pemanfaatan ruang untuk bangunan
tipe B bagi orang yang sakit dan utama rumah sakit, pos penjagaan lantai bangunan maksimal 6 lantai, dan Kecamatan Balaraja dan direncanakan
berobat. dan pemantauan, laboratorium, KDH minimal 50% di Kecamatan Teluknaga.
gedung serbaguna, asrama perawat,
bangunan IPAL, pos dan menara radio
dan telekomunikasi, kantor, gudang
farmasi, apotik, bangunan pemulasaran
jenazah, kantin, bangunan peribadatan
ruang terbuka hijau dan sarana parkir.
b. Kegiatan yang diperbolehkan bersyarat
meliputi pembangunan prasarana dan
sarana penunjang dengan penetapan
-227-

MATERI YANG DIATUR

NO STRUKTUR RUANG KETENTUAN UMUM


DESKRIPSI KETENTUAN UMUM KEGIATAN KETERANGAN
INTENSITAS BANGUNAN

c.Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi


kegiatan selain yang dimaksud pada huruf a
dan b
Kawasan Maritim Berfungsi sebagai lokasi a. Kegiatan yang diperbolehkan meliputi
1. Pembangunan bengkel dan tempat
perbaikan dan docking docking kapal nelayan.
kapal nelayan 2. bangunan kantor administrasi
3. pos jaga.
4. tempat tambat kapal
5. taman dan jalur hijau.
6. kegiatan lain yang menunjang dengan
memperhatikan ketentuan KDB, GSB,
KLB dan KDH yang berlaku.
b. Kegiatan yang diperbolehkan bersyarat
meliputi :
1. menara radio dan telekomunikasi.
2. gudang
3. area parkir.
4. pengerukan sungai dalam kawasan
5. kegiatan selain yang dimaksud pada
huruf a dengan memperhatikan
ketentuan yang berlaku
c. Kegiatan yang tidak diperbolehkan
meliputi :
1. pembuangan sampah
2. penambangan
3. pembuangan bahan berbahaya dan
beracun.
4. kegiatan selain dimaksud pada huruf
a dan b.

BUPATI TANGERANG,

ttd.

ISMET ISKANDAR

Anda mungkin juga menyukai