Anda di halaman 1dari 5

Pentingnya Akurasi Data pada Implementasi Program Indonesia Pintar

Pendidikan merupakan proses yang sangat penting untuk kehidupan manusia. Pendidikan
tidak hanya bertujuan agar manusia dapat bertahan hidup, tapi pendidikan juga membantu
kehidupan manusia menuju pada peradaban yang maju dan sejahtera. Pendidikan berperan
penting dalam mengembangkan kompetensi dan membentuk karakter serta kemajuan
peradaban masyarakat (Ekosusilo, 1990). Karena pentingnya pendidikan, maka menurut
Plato seharusnya negara menjadikan hal tersebut sebagai urusan penting untuk memajukan
sektor pendidikan bagi masyarakatnya (Rapar, 1989). Seperti yang tercantum dalam
pembukaan UUD 1945 pada alinea keempat, salah satu tujuan negara Indonesia adalah
“mencerdaskan kehidupan bangsa”. Tujuan negara tersebut didukung pada pasal 31 ayat 1
UUD 1945 bahwa setiap warga negara memiliki hak dalam mendapatkan pendidikan. Hal
tersebut dapat dimaknai bahwa untuk mencapai tujuan tersebut, idealnya negara
memberikan akses pendidikan yang sama, mudah, merata, dan adil kepada semua
masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, untuk dapat mendukung implementasi pemerintah
dalam menyediakan pendidikan wajib belajar 12 tahun dan perluasan akses belajar di
perguruan tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia membuat
program yang dinamakan Program Indonesia Pintar

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2020
tentang Program Indonesia Pintar pasal 1 ayat 1 menjelaskan definisi dari Program
Indonesia Pintar (PIP). PIP merupakan dukungan yang diberikan oleh pemerintah kepada
peserta didik dan mahasiswa dari latar belakang ekonomi miskin atau rentan miskin
mencakup pemberian dana tunai, peningkatan akses, dan peluang belajar guna mendukung
pembiayaan pendidikan. PIP dibagi menjadi dua, PIP Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah (PIP Dikdasmen) dan PIP Pendidikan Tinggi. PIP Dikdasmen bertujuan untuk
dapat meningkatkan ketersediaan akses bagi anak berusia 6 hingga 21 tahun agar
mendapatkan layanan pendidikan hingga menyelesaikan pendidikan menengah, dengan
tujuan mendukung implementasi wajib belajar 12 tahun secara universal atau rintisan.
Prioritas sasaran dari PIP Dikdasmen ini adalah kepada peserta didik pemilik Kartu
Indonesia Pintar (KIP), peserta didik dari keluarga miskin/rentan miskin dan/atau dengan
pertimbangan khusus seperti salah satu contohnya adalah peserta didik dari keluarga
peserta Program Keluarga Harapan. Dalam penulisan ini, penulis berfokus pada sistem
Bantuan Dana PIP Dikdasmen.

Bantuan PIP Dikdasmen diberikan kepada penerima sebanyak satu kali dalam satu tahun
anggaran pada tingkat pendidikan yang sama. Bantuan dana tersebut digunakan untuk
membantu memenuhi kebutuhan biaya personal pendidikan Peserta Didik. Sehingga perlu
penulis tekankan bahwa bantuan dana ini bukan sebagai dana untuk membayar uang
bulanan sekolah, melainkan sebagai penunjang dalam memenuhi perlengkapan sekolah.
Rincian besaran bantuan dana sebagai berikut:

Sasaran Penerima PIP Besaran Dana Dalam Satu Besaran Dana Dalam Satu
Tahun Anggaran Tahun Anggaran
Sekolah Dasar 1. Sebesar Rp225.000,00 1. Sebesar Rp225.000,00
(SD)/Sekolah Dasar Luar (dua ratus dua puluh (dua ratus dua puluh
Biasa (SDLB)/ Program lima ribu rupiah) untuk lima ribu rupiah) untuk
Paket A Kelas VI Semester Kelas I Semester
Genap. Gasal.
2. Sebesar Rp450.000,00 2. Sebesar Rp450.000,00
(empat ratus lima puluh (empat ratus lima puluh
ribu rupiah) untuk Kelas ribu rupiah) untuk
I, II, III, IV, dan V Kelas II, III, IV, V, dan
Semester Genap. VI Semester Gasal.
Sekolah Menengah 1. Sebesar Rp375.000,00 1. Sebesar Rp375.000,00
Pertama (SMP)/ Sekolah (tiga ratus tujuh puluh (tiga ratus tujuh puluh
Menengah Pertama Luar lima ribu rupiah) untuk lima ribu rupiah) untuk
Biasa (SMPLB)/ Program Kelas IX Semester Kelas VII Semester
Paket B Genap. Gasal.
2. Sebesar Rp750.000,00 2. Sebesar Rp750.000,00
(tujuh ratus lima puluh (tujuh ratus lima puluh
ribu rupiah) untuk Kelas ribu rupiah) untuk
VII dan VIII Semester Kelas VIII dan IX
Genap. Semester Gasal
Sekolah Menengah Atas 1. Sebesar Rp500.000,00 1. Sebesar Rp500.000,00
(SMA)/ Sekolah Menengah (lima ratus ribu rupiah) (lima ratus ribu rupiah)
Atas Luar Biasa (SMALB)/ untuk Kelas XII untuk Kelas X
Program Paket C/ Sekolah Semester Genap. Semester Gasal.
Menengah Kejuruan (SMK) 2. Sebesar 2. Sebesar
Rp1.000.000,00 (satu Rp1.000.000,00 (satu
juta rupiah) untuk Kelas juta rupiah) untuk
X dan XI Semester Kelas XI dan XII
Genap. Semester Gasal.
Sekolah Menengah 1. Sebesar Rp500.000,00 1. Sebesar Rp500.000,00
Kejuruan (SMK) Program 4 (lima ratus ribu rupiah) (lima ratus ribu rupiah)
tahun untuk Kelas XIII untuk Kelas X
Semester Genap. Semester Gasal.
2. Sebesar 2. Sebesar
Rp1.000.000,00 (satu Rp1.000.000,00 (satu
juta rupiah) untuk Kelas juta rupiah) Kelas XI,
X, XI, dan XII Semester XII, dan XIII Semester
Genap. Gasal.

Menurut penulis, dengan adanya bantuan dana tersebut sebetulnya sudah sangat
mendukung dalam pemerataan pendidikan. Karena nominal tersebut di luar dari biaya
bulanan sekolah, sehingga peserta didik dapat memanfaatkan dana tersebut untuk membeli
perlengkapan sekolah, seperti tas, alat tulis, sepatu, dan perlengkapan lainnya. Bantuan
dana ini diberikan kepada peserta didik pemegang Kartu Indonesia Pintar yang bersumber
dari hasil pemadanan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) Kementerian Sosial dan
usulan dari Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota atau pemangku kepentingan.

Menurut Sofiana, Koordinator Pokja PIP di Puslapdik, yang dilansir dari situs PUSLAPDIK
Kemendikbudristek menjelaskan bahwa ketepatan sasaran penerima dana bantuan tersebut
dipengaruhi oleh keakuratan data dari DTKS dan usulan dinas pendidikan dan pemangku
kepentingan. Hal ini juga didukung dengan argumen tidak setujunya voucher pendidikan
berdasarkan buku Public Finance and Public Policy, bahwa masalah dari voucher
pendidikan adalah salahnya sasaran yang dibantu, karena informasi kebutuhan masyarakat
atau pendapatan masyarakat sulit untuk didapatkan secara lengkap. Sehingga masalah
dalam implementasi penyaluran bantuan dana PIP ini adalah terletak pada keakuratan data
terkait informasi ekonomi dari masyarakat.

Menurut pengalaman penulis, banyak informasi yang didengar di tengah-tengah masyarakat


bahwa mereka cenderung tidak menyajikan nilai penghasilan sebenarnya yang didapatkan
dalam setahun di Laporan Surat Pemberitahuan Pajak Tahunan. Hal ini bertujuan agar
mereka terhindar dari pengenaan pajak atau mengurangi pengenaan pajak atas
penghasilannya. Banyaknya fenomena tersebut, penulis berpendapat bahwa hal ini bisa
saja dilakukan oleh masyarakat untuk dapat mempertahankan manipulasi informasi
penghasilannya demi mendapatkan fasilitas bantuan dana PIP tersebut. Jika hal seperti ini
dilakukan oleh banyak masyarakat, maka niat baik pemerintah dalam memeratakan
pendidikan di segala jenjang ekonomi menjadi tidak tercapai. Sehingga sistem voucher
pendidikan berupa bantuan dana PIP dapat efektif jika pemerintah dapat mengidentifikasi
dengan akurat berapa pendapatan dalam sebulan dari suatu keluarga (Gruber, 2013).
Penulis berpendapat bahwa perlu adanya upaya yang dilakukan pemerintah dalam
meningkatkan akurasi data. Salah satunya adalah terintegrasinya data yang dimiliki oleh
setiap kementerian atau badan pemerintah. Hal ini sangat membantu untuk kepentingan di
setiap pihak. Misalnya, database Direktorat Jenderal Pajak terintegrasi dengan database
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Masing-masing pihak saling melengkapi data
yang dimiliki oleh suatu keluarga, misalnya Direktorat Jenderal Pajak memiliki data
penghasilan dari suatu keluarga berdasarkan laporan SPTnya. Mungkin saja data tersebut
kurang akurat, sehingga Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menambahkan
kelengkapan informasi seperti hasil survei aset yang dimiliki oleh suatu keluarga dalam
rangka pemberian bantuan dana atau beasiswa. Terintegrasinya data ini memberikan
dampak kemajuan yang berguna bagi masing-masing pihak, Direktorat Jenderal Pajak
(DJP) dapat mengenakan pajak dengan akurat atas penghasilan suatu keluarga sehingga
dapat memperlakukan secara adil dan bijaksana dalam membuat surat keputusan pajak.
Akurasi data yang tinggi memberikan manfaat bagi DJP untuk dapat meningkatkan
pendapatan negara. Di satu sisi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga dapat
memberikan bantuan dananya kepada keluarga yang tepat sasaran, sehingga pemerataan
pendidikan dapat tercapai.

Data yang terintegrasi menurut penulis adalah setiap kementerian atau badan pemerintah
memiliki sumber database yang sama, sehingga setiap pihak dapat mengakses data
tersebut kapanpun saat data tersebut dibutuhkan. Berdasarkan pengalaman penulis saat
bekerja menjadi pelaksana di KPP Pratama Jakarta Sawah Besar Satu, untuk mendapatkan
informasi penghasilan wajib pajak di suatu kelurahan, Account Representative harus
mengajukan permohonan data kepada Kelurahan setempat. Permohonan tersebut tidak
dapat langsung diberikan karena adanya beberapa syarat administratif yang harus dipenuhi
terlebih dahulu. Sehingga untuk mendapatkan data tersebut dibutuhkan berkisar antara
satu atau dua minggu setelah syarat administratif telah dipenuhi. Menurut penulis, hal
seperti ini tidak perlu dilakukan. Karena pada dasarnya, setiap instansi pemerintah memiliki
tujuan yang sama, yaitu mencapai tujuan negara, atau jika disederhanakan, sama-sama
mengejar kesejahteraan masyarakat. Jika tujuannya adalah sama dan setiap instansi
pemerintah adalah satu kesatuan, maka tidak perlu untuk mempersulit birokrasi dalam
mendapatkan data yang dimiliki oleh setiap instansi. Dengan adanya integrasi data, setiap
instansi akan diuntungkan dalam mencapai kepentingannya masing-masing.
Daftar Pustaka

Ekosusilo, M. (1990). Basics of Education. Semarang: Effhar Offset Semarang.

Gruber, Jonathan. 2013. Publik Finance and Public Policy Fourth Edition. United States of
America: Worth Publishers

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2020). Peraturan Menteri


Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2010 tentang
Program Indonesia Pintar. Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 158.
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Jakarta.

Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan


Teknologi Republik Indonesia. (2019). Inilah Peserta Didik yang Layak Menerima Dana
Bantuan PIP. Diakses pada 21 Januari 2024 dari
https://puslapdik.kemdikbud.go.id/inilah-peserta-didik-yang-layak-menerima-
danabantuan-pip/.

Rapar, J. H. (1989). Falsafah Politik Plato (Edisi Bahasa Malaysia). Malaysia: Dewan
Bahasa dan Pustaka, Selangor

Anda mungkin juga menyukai