Anda di halaman 1dari 7

Di indonesia angka kemiskinan masih dibilang cukup tinggi, dan hal itu akan berdampak kepada anak

usia sekolah dalam pendidikannya. Masih banyak generasi yang terkena dampak dari kemiskinan yang
melanda masyarakat kita, terutama di daerah yang terbelakang atau terpencil. Oleh karena itu,
pemerintah berinisiatif untuk menanggulangi hal tersebut dengan diadakannya Program Bantuan Siswa
Miskin (BSM). Namun saat ini pemerintah menamainya dengan Program Beasiswa Indonesia Pintar
melalui Kartu Indonesia Pintar (KIP). Program Indonesia Pintar melalui KIP merupakan bagian
penyempurnaan dari Program Bantuan Siswa Miskin (BSM) sejak akhir 2014.

Pada tahun 2014, presiden Joko Widodo mengeluarkan intruksi presiden Nomor 7 tahun 2014 tentang
Pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS), Program indonesia Pintar (PIP) serta
Program Indonesia Sehat (PIS) dalam membangun keluarga yang produktif sebagai program
pengentasan kemiskinan. Instruksi presiden tersebut mengamantkan kepada Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan untuk menyiapkan Program Indonesia Pintar (PIP) melalu pemberian Kartu Indonesia
Pintar (KIP) untuk membantu siswa miskin, sehingga dapat memperoleh pendidikan yang layak.
(Djoyosuroto: 2018)

Kebijakan Kartu Indonesia Pintar merupakan program pemerintah yang diluncurkan untuk mengatasi
masalah yang terjadi karena masih banyak ditemukan kasus siswa yang masih usia sekolah namun putus
sekolah karena kesulitan biaya. Kartu Indonesia Pintar sangat dibutuhkan oleh siswa-siswa yang berasal
dari keluarga kurang mampu/miskin, karena siswa-siswa yang berasal dari keluarga miskin sangat rentan
akan terjadinya masalah putus sekolah. Hal ini disebabkan karena keadaan perekonomian keluarga
siswa yang kurang mendukung, sehingga siswa tersebut memutuskan untuk berhenti sekolah dan
memilih bekerja. (Oky Herwanto, 20

(Eric & Lukman, 2018) Program Indonesia Pintar (PIP) atau yang bisa sebut program Kartu Indonesia
Pintar ini merupakan program yang dibuat khusus untuk anak usia 6-21 tahun yang berasal dari keluarga
yang tidak mampu (miskin) untuk mendapatkan layanan pendidikan. Bantuan biaya yang diberikan
berbeda-beda, dilihat dari tingkatan pendidikannya. Anak SD mendapatkan bantuan sebesar
Rp.450.000, anak SMP sebesar Rp.750.000, dan anak SMA sebesar Rp.1.000.000.

Tujuan dari adanya program KIP ini yaitu (Kominfo, 2016):


1. Meningkatkan akses bagi anak usia 6-21 tahun untuk mendapatkan layanan pendidikan sampai tamat
satuan pendidikan menengah untuk mendukung pelaksanaan pendidikan menengah Universal/Rintisan
Wajib Belajar 12 Tahun.
2. Meringankan biaya personal pendidikan.

3. Mencegah peserta didik dari kemungkinan putus sekolah (drop out) atau tidak melanjutkan
pendidikan akibat kesulitan ekonomi.
4. Menarik siswa putus sekolah agar kembali mendapatkan layanan pendidikan disekolah/Sanggaran
Kegiatan Belajar (SKB)atau Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) atau Lembaga Kursus dan
Pelatihan (LKP) atau Balai Latihan Kerja (BLK) atau satuan pedidikan nonformal lainnya.

Sasaran Kebijakan Program Indonesia pintar (PIP) menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 12 Tahun 2015 sasaran PIP adalah anak berusia 6 (enam) sampai dengan 21 (dua
puluh satu) tahun dengan kriteria sebagai berikut:
a. Siswa/anak dari keluarga pemegang Kartu Perlindungan Sosial/Kartu Keluarga Sejahtera (KPS/KKS);
b. Ssiswa/anak dari keluarga peserta Program Keluarga Harapan (PKH);
c. Siswa/anak yang berstatus yatim piatu/yatim/piatu dari panti sosial/panti asuhan;
d. Siswa/anak yang tidak bersekolah (drop out) yang diharapkan kembali bersekolah;
e. Siswa/anak yang terkena dampak ekonomi akibat bencana alam; atau

f. Siswa dari keluarga miskin/rentan miskin yang terancam putus sekolah.

Tujuan dari program ini adalah untuk membantu biaya personal pendidikan bagi peserta didik miskin
atau rentan miskin yang masih terdaftar sebagai peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah. Biaya personal pendidikan dimaksud meliputi:
1. Membeli buku dan alat tulis;
2. Membeli pakaian seragam sekolah/praktik dan perlengkapan sekolah (sepatu, tas, atau sejenisnya);
3. Membiayai transportasi peserta didik ke sekolah;
4. Uang saku peserta didik;
5. Biaya kursus/les tambahan bagi peserta didik pendidikan formal; atau
6. Biaya praktik tambahan dan biaya magang/penempatan kerja.

PIP bertujuan:
a.bagi pendidikan dasar dan pendidikan menengah:
1.meningkatkan akses bagi anak usia 6 (enam) tahun sampai dengan 21 (dua puluh satu) tahun untuk
mendapatkan layanan pendidikan sampai tamat satuan pendidikan menengah untuk mendukung
pelaksanaan pendidikan menengah universal/rintisan wajib belajar 12 (dua belas) tahun;

2. mencegah peserta didik dari kemungkinan putus sekolah (drop out) atau tidak melanjutkan
pendidikan akibat kesulitan ekonomi; dan/atau
3. menarik siswa putus sekolah (drop out) atau tidak melanjutkan agar kembali mendapatkan layanan
pendidikan di sekolah, sanggar kegiatan belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, lembaga kursus dan
pelatihan, satuan pendidikan nonformal lainnya, atau balai latihan kerja;
PIP dilaksanakan dengan berdasarkan prinsip:
a.efisien, yaitu menggunakan dana dan daya yang ada untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam
waktusingkat, cepat, dan dapat dipertanggungjawabkan;
b.efektif, yaitu sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang
sebesarbesarnya sesuai dengan sasaran yang ditetapkan;
c.transparan, yaitu menjamin adanya keterbukaan yang memungkinkan masyarakat dapat mengetahui
dan mendapatkan informasi mengenai PIP;
d. akuntabel,yaitu pelaksanaan kegiatan dapat dipertanggungjawabkan;
e. kepatutan, yaitu penjabaran program/kegiatan dilaksanakan secara realistis dan proporsional; dan
f. manfaat, yaitu pelaksanaan program/kegiatan yang sejalan dengan prioritas nasional.
PIP yang diperuntukkan bagi anak berusia 6 (enam) tahun sampai dengan 21 (dua puluh satu) tahun
untuk mendapatkan layanan pendidikan sampai dengan tamat satuan pendidikan dasar dan menengah,
dengan prioritassasaran:
a. Peserta Didik pemegang KIP;
b. Peserta Didik dari keluarga miskin/rentan miskin dan/atau dengan pertimbangan khusus seperti:
1. Peserta Didik dari keluarga peserta Program Keluarga Harapan;

2. Peserta Didik dari keluarga pemegang Kartu Keluarga Sejahtera;


3. Peserta Didik yang berstatus yatim piatu/yatim/piatu dari sekolah/panti sosial/panti asuhan;
4. Peserta Didik yang terkena dampak bencana alam;
5. Peserta Didik yang tidak bersekolah (drop out) yang diharapkan kembali bersekolah;
6. Peserta Didik yang mengalami kelainan fisik, korban musibah, dari orang tua yang mengalami
pemutusan hubungan kerja, di daerah konflik, dari keluarga terpidana, berada di Lembaga
Pemasyarakatan, memiliki lebih dari 3 (tiga) saudara yang tinggal serumah; atau

7.Peserta pada lembaga kursus atau satuan pendidikan nonformal lainnya

Nilai Dana
Peserta didik menerima dana bantuan PIP sebanyak 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun anggaran, dengan
rincian sebagai berikut:

1. Sekolah Dasar (SD)/SDLB/Paket A:

a. Peserta didik Kelas I, II, III, IV dan V semester genap diberikan dana untuk dua semester sebesar
Rp450.000,00;
b. Peserta didik Kelas VI semester genap diberikan dana untuk satu semester sebesar Rp225.000,00;
c. Peserta didik Kelas I semester ganjil diberikan dana untuk satu semester sebesar Rp225.000,00;
d. Peserta didik Kelas II, III, IV, V, dan VI semester ganjil diberikan dana untuk dua semester sebesar
Rp450.000,00;
e. Peserta didik Paket A diberikan dana untuk dua semester sebesar Rp450.000,00.
2. Sekolah Menengah Pertama (SMP)/SMPLB/Paket B:
a. Peserta didik Kelas VII dan VIII semester genap diberikan dana untuk dua semester sebesar
Rp750.000,00;
b. Peserta didik Kelas IX semester genap diberikan dana untuk satu semester sebesar Rp375.000,00;
c. Peserta didik Kelas VII semester ganjil diberikan dana untuk satu semester sebesar Rp375.000,00;
d. Peserta didik Kelas VIII dan IX semester ganjil diberikan dana untuk dua semester sebesar
Rp750.000,00;
e. Peserta didik Paket B diberikan dana untuk dua semester sebesar Rp750.000,00.

3. Sekolah Menengah Atas (SMA)/SMALB/Paket C:


a. Peserta didik Kelas X dan XI semester genap diberikan dana untuk dua semester sebesar
Rp1.000.000,00;
b. Peserta didik Kelas XII semester genap diberikan dana untuk satu semester sebesar Rp500.000,00;

c. Peserta didik Kelas X semester ganjil diberikan dana untuk satu semester sebesar Rp500.000,00;
d. Peserta didik Kelas XI dan XII semester ganjil diberikan dana untuk dua semester sebesar
Rp1.000.000,00;
e. Peserta didik Paket C diberikan dana untuk dua semester sebesar Rp1.000.000,00.
4. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/SMKLB:
a. Program 3 Tahun
1) Peserta didik SMK Kelas X dan XI semester genap diberikan dana untuk dua semester sebesar
Rp1.000.000,00;
2) Peserta didik SMK Kelas XII semester genap diberikan dana untuk satu semester sebesar
Rp500.000,00;
3) Peserta didik SMK Kelas X semester ganjil diberikan dana untuk satu semester sebesar Rp500.000,00;
4) Peserta didik SMK Kelas XI dan XII semester ganjil diberikan dana untuk dua semester sebesar
Rp1.000.000,00.
b. Program 4 tahun
1) Peserta didik SMK Kelas X, XI, dan XII semester genapdiberikan dana untuk dua semester sebesar
Rp1.000.000,00;
2) Peserta didik SMK Kelas XIII semester genap diberikan dana untuk satu semester sebesar
Rp500.000,00;
3) Peserta didik SMK Kelas X semester ganjil diberikan dana untuk satu semester sebesar Rp500.000,00;
4) Peserta didik SMK Kelas XI, XII, dan XIII semester ganjil diberikan dana untuk dua semester sebesar
Rp1.000.000,00.

Program Keluarga Harapan yang selanjutnya disingkat PKH adalah program pemberian bantuan sosial
bersyarat kepada keluarga dan/atau seseorang miskin dan rentan yang terdaftar dalam data terpadu
program penanganan fakir miskin, diolah oleh Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial dan
ditetapkan sebagai keluarga penerima manfaat PKH.
Program Keluarga Harapan yang selanjutnya disebut PKH adalah program pemberian bantuan sosial
bersyarat kepada Keluarga Miskin (KM) yang ditetapkan sebagai keluarga penerima manfaat PKH.

Sebagai upaya percepatan penanggulangan kemiskinan, sejak tahun 2007 Pemerintah Indonesia telah
melaksanakan PKH.

PKH bertujuan:
a.untuk meningkatkan taraf hidup Keluarga Penerima Manfaat melalui akses layanan pendidikan,
kesehatan, dan kesejahteraan sosial;
b. mengurangi beban pengeluaran dan meningkatkan pendapatan keluarga miskin dan rentan;
c. menciptakan perubahan perilaku dan kemandirian Keluarga Penerima Manfaat dalam mengakses
layanan kesehatan dan pendidikan serta kesejahteraan sosial;
Sasaran PKH merupakan keluarga dan/atau seseorang yang miskin dan rentan serta terdaftar dalam data
terpadu program penanganan fakir miskin, memiliki komponen kesehatan, pendidikan, dan/atau
kesejahteran sosial.

Jumlah penerima PKH tahun 2018 sebanyak 10.000.232 KPM dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 17,5
Triliun

Target penerima PKH tahun 2019 sebanyak 10 juta KPM dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 32,65
Triliun

Bantuan sosial PKH pada tahun 2019 terbagi menjadi dua jenis yaitu Bantuan Tetap dan Bantuan
Komponen yang diberikan dengan ketentuan sebagai berikut:

A. Bantuan Tetap untuk Setiap Keluarga

Reguler : Rp. 550.000,- / keluarga / tahun

PKH AKSES : Rp. 1.000.000,- / keluarga / tahun

B. Bantuan Komponen untuk Setiap Jiwa dalam Keluarga PKH

Ibu hamil : Rp. 2.400.000,-

Anak usia dini : Rp. 2.400.000,-

SD : Rp. 900.000,-

SMP : Rp. 1.500.000,-

SMA : Rp. 2.000.000,-

Disabilitas berat : Rp. 2.400.000,-

Lanjut usia : Rp. 2.400.000,-

Bantuan komponen diberikan maksimal untuk 4 jiwa dalam satu keluarga.

Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia No. 1 Tahun 2018 tentang Program Keluarga Harapan
ditetapkan untuk mendukung pelaksanaan penyaluran program perlindungan sosial yang terencana,
terarah, dan berkelanjutan dalam bentuk Program Keluarga Harapan (PKH) sebagai bantuan sosial
bersyarat yang bertujuan untuk mengurangi beban pengeluaran dan meningkatkan pendapatan
keluarga miskin dan rentan. Penyaluran bantuan sosial PKH sebagai salah satu upaya mengurangi
kemiskinan dan kesenjangan dengan mendukung perbaikan aksesibilitas terhadap layanan kesehatan,
pendidikan, dan kesejahteraan sosial guna meningkatkan kualitas hidup keluarga miskin dan rentan.
Bantuan sosial PKH berupa uang kepada seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat miskin, tidak
mampu, dan/atau rentan terhadap risiko sosial.
3. Tujuan Program Keluarga Harapan
Program Keluarga Harapan atau PKH memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Menciptakan perubahan perilaku dan kemandirian Keluarga Penerima Manfaat dalam mengakses
layanan kesehatan dan pendidikan serta kesejahteraan sosial yang akan meningkatkan taraf hidup
Keluarga Penerima Manfaat.;
b. Mengurangi beban pengeluaran dan meningkatkan pendapatan keluarga miskin dan rentan sehingga
akan mengurangi kemiskinan dan kesenjangan

4. Sasaran Penerima Program Keluarga Harapan dan Wilayahnya

Sasaran PKH merupakan keluarga miskin dan rentan yang terdaftar dalam Data Terpadu Program
Penanganan Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu (DTPFM dan OTM) yang memiliki komponen
kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan sosial.Sasaran PKH Akses merupakan keluarga miskin dan
rentan yang terdaftar dalam DTPFM dan OTM yang memiliki komponen kesehatan, pendidikan, dan
kesejahteraan sosial yang ditetapkan oleh Pemberi Bantuan Sosial dan berada di wilayah-wilayah:

a. Pesisir dan pulau-pulau kecil;


b. Daerah tertinggal/terpencil; dan atau
c. Perbatasan antarnegara.

5. Kriteria Penerima Bantuan Sosial Program Keluarga Harapan


Kriteria komponen penerima Bantuan Sosial PKH adalah
sebagai berikut:
a. Kriteria komponen kesehatan meliputi:
1) Ibu hamil/menyusui; dan
2) Anak berusia 0 sampai dengan 6 tahun.
b. Kriteria komponen pendidikan meliputi:
1)Anak sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah atau sederajat;

2)Anak sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah atau sederajat;


3) Anak sekolah menengah atas/madrasah aliyah atau sederajat; dan

4) Anak usia 6 (enam) sampai dengan 21 (dua puluh satu) tahun yang belum menyelesaikan wajib
belajar 12 (dua belas) tahun.
c. Kriteria komponen kesejahteraan sosial meliputi:
1) Lanjut usia mulai dari 70 (tujuh puluh) tahun; dan
2) Penyandang disabilitas berat.

Mekanisme penyaluran bantuan sosial PKH secara non tunai meliputi:


1. Pembukaan Rekening Penerima Bantuan Sosial;
2. Sosialisasi dan edukasi;
3. Distribusi Kartu Keluarga Sejahtera (KKS);
4. Proses Penyaluran Bantuan Sosial PKH;
5. Penarikan Dana Bantuan Sosial PKH;
6. Rekonsiliasi hasil penyaluran Bantuan Sosial PKH;
7. Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Penyaluran Bantuan sosial;

Anda mungkin juga menyukai