Anda di halaman 1dari 37

PETUNJUK TEKNIS

BANTUAN SISWA MISKIN (BSM)


SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)
TAHUN 2014

DIREKTORAT PEMBINAAN SMA


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TAHUN 2014

PENGANTAR
Pemerintah Indonesia sangat serius meningkatkan taraf pendidikan bangsa Indonesia dengan
terus mengupayakan agar pendidikan dapat diakses dengan mudah oleh seluruh masyarakat
Indonesia terutama dari masyarakat miskin dan rentan kemiskinan. Program Keluarga Harapan
(PKH) dan Bantuan Siswa Miskin (BSM) dimaksudkan untuk mengamankan upaya jangka
panjang guna memutus rantai kemiskinan dengan memastikan masyarakat miskin bisa
mengakses pendidikan dan mendapatkan pelayanan kesehatan, sehingga mutu sumber daya
manusia Indonesia terus meningkat dan mampu bersaing dalam era masyarakat global.
Upaya peningkatan kualitas pengelolaan program BSM menjadi prioritas Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan dengan tujuan meningkatkan ketepatan sasaran siswa penerima
bantuan, ketepatan jumlah bantuan yang diterima oleh siswa, dan ketepatan waktu penyaluran
bantuan. Salah satu upaya tersebut dilakukan melalui penjaringan data siswa dari rumah
tangga miskin dan peningkatan satuan biaya bantuan serta percepatan penyaluran dana
bantuan.
Berkolaborasi dengan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K),
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berusaha melakukan penjaringan data siswa calon
penerima berbasis rumah tangga melalui mekanisme Kartu Perlindungan Sosial (KPS) untuk
meningkatkan ketepatan penerima bantuan. Sementara itu, upaya ketepatan jumlah dilakukan
melalui tambahan manfaat penerima BSM. Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas, 2009) biaya personal per siswa idealnya mencapai Rp. 1,6 juta/siswa/tahun
sedangkan satuan biaya BSM baru sebesar Rp. 1 juta/siswa/tahun, sehingga satuan biaya
bantuan perlu ditingkatkan. Sedangkan ketepatan waktu penyaluran bantuan diupayakan
melalui percepatan penyaluran dana bantuan.
Melalui program BSM SMA APBN Tahun 2014, dialokasikan dana BSM untuk 425.033 siswa
dengan satuan biaya per siswa sebesar Rp. 1.000.000 dengan total alokasi dana sebesar Rp.
425.033.000.000. Bantuan akan disalurkan langsung oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan melalui Direktorat Pembinaan SMA ke siswa penerima bantuan.
Kebijakan keberpihakan Pemerintah terhadap masyarakat miskin ini akan dapat berjalan
dengan baik, apabila didukung komitmen yang kuat dari para pengelola yang mengatur
mekanisme program, pengelolaan anggaran, pembagian tugas masing-masing instansi terkait,
dan pengawasan pelaksanaan program BSM. Petunjuk Teknis BSM SMA APBN Tahun 2014 ini
akan memandu para pengelola BSM di provinsi, kabupaten/kota, dan Sekolah dalam
melaksanakan tugasnya.
Materi pada pedoman ini merupakan hasil evaluasi lapangan, diskusi yang intensif dengan
pemangku kebijakan pendidikan dalam berbagai kesempatan. Namun demikian, kami
menyadari bahwa buku ini masih memerlukan penyempurnaan secara terus menerus. Oleh
karena itu, saran dan kritik sangat kami perlukan.
Jakarta, Maret 2014
Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Atas

Harris Iskandar, Ph.D


NIP. 19620429 198601 1 001
i

ii

DISKRIPSI PROGRAM

1.

NAMA PROGRAM

Bantuan Siswa Miskin (BSM) SMA Tahun 2014

2.

TUJUAN

a. Menghilangkan
halangan
siswa
miskin
berpartisipasi untuk bersekolah dengan
membantu mereka memperoleh pendidikan
yang lebih baik;
b. Mencegah siswa miskin SMA dari kemungkinan
putus sekolah akibat kesulitan biaya pendidikan
dan menarik siswa miskin untuk bersekolah;
c. Memberi peluang bagi lulusan SMP/MTs atau
yang sederajat dari keluarga kurang mampu
secara ekonomi untuk mengikuti pendidikan di
Sekolah Menengah Atas (SMA);
d. Memberikan peluang dan kesempatan yang
lebih besar kepada siswa miskin SMA memenuhi
kebutuhan dalam kegiatan pembelajaran
sehingga dapat menyelesaikan pendidikan;
e. Mendukung ketercapaian tujuan program
Pendidikan Menengah Universal (PMU).

3.

SASARAN DAN NILAI


BANTUAN

Jumlah sasaran siswa BSM SMA APBN Tahun 2014


adalah 425.033 siswa dengan alokasi dana sebesar
Rp. 425.033.000.000,-. Alokasi pada Direktorat
Pembinaan SMA sesuai Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran (DIPA). Ketentuan distribusi bantuan
sebagai berikut:
1.

Siswa kelas X dan XI tahun pelajaran


2013/2014 diberikan selama 12 bulan;

2.

Siswa kelas XII tahun pelajaran 2013/2014


diberikan selama 6 bulan;

3.

Siswa kelas X tahun pelajaran 2014/2015


diberikan selama 6 bulan.

iii

4.

PEMANFAATAN

Membantu kebutuhan pribadi siswa antara lain


untuk:
a. Pembelian buku dan alat tulis sekolah;
b. Pembelian pakaian dan perlengkapan sekolah
(sepatu, tas, dll);
c. Biaya transportasi siswa ke sekolah;
d. Uang saku siswa ke sekolah;
e. Biaya kursus/les tambahan.

5.

PERSYARATAN/
KRITERIA

Kriteria Sekolah :
a. SMA Negeri dan Swasta yang mempunyai izin
operasional;
b. Diprioritaskan bagi SMA yang mengampu siswa
miskin yang dibuktikan dengan kepemilikan
Kartu Perlindungan Sosial (KPS);
c. Melengkapi isian format identitas siswa calon
penerima secara lengkap untuk keperluan
penyaluran dana langsung ke siswa penerima,
serta identitas dan alamat sekolah secara
lengkap.
Kriteria Siswa Penerima sesuai dengan urutan
prioritas sebagai berikut:
1. Siswa SMA yang berasal dari rumah tangga
pemegang Kartu Perlindungan Sosial (KPS);
2. Siswa SMA yang berasal dari rumah tangga
terdaftar sebagai peserta Program Keluarga
Harapan (PKH);
3. Siswa SMA yang berasal dari Panti Sosial/Panti
Asuhan;
4. Siswa SMA yatim piatu atau yatim atau piatu;
5. Siswa SMA yang terancam putus sekolah
karena kesulitan biaya;
6. Siswa SMA yang berasal dari korban musibah,
kelainan fisik, korban PHK dari Rumah Tangga
Sangat Miskin;

iv

6.

JADWAL :
KEGIATAN

WAKTU PELAKSANAAN

Identifikasi dan Sosialisasi KPS


untuk Siswa Calon Penerima BSM
Penyusunan Petunjuk Teknis BSM
APBN 2014
Penetapan siswa penerima dana
BSM APBN 2014
Pengiriman daftar penerima BSM
APBN 2014 ke Dinas dan Lembaga
keuangan
Penyaluran dana BSM APBN 2014
Pemantauan pelaksanaan Program
Laporan penyaluran BSM APBN
2014 oleh Lembaga Penyalur

Februari Maret 2014


Maret 2014
Maret - April 2014
Juli Agustus 2014
Maret - April 2014
Juli Agustus 2014
Maret - April 2014
Juli September 2014
Oktober - November 2014
Desember 2014

Catatan :
Jadwal sewaktu-waktu dapat berubah sesuai kondisi yang ada.

7.

LAYANAN
INFORMASI

Direktorat Pembinaan SMA


Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah
Jl. RS Fatmawati, Cipete, Jakarta Selatan

vi

DAFTAR ISI

Pengantar
Deskripsi Program
Daftar isi
Daftar Lampiran

BAB I.

PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.

BAB II.

1
2
3
4
5

Penetapan Kuota BSM SMA APBN Tahun 2014


Penetapan Siswa Penerima BSM SMA APBN Tahun 2014
Penyaluran Dana BSM SMA APBN Tahun 2014
Pengambilan Dana BSM SMA APBN Tahun 2014
Pemanfaatan, Pembatalan, dan Larangan
Kewajiban Siswa Penerima BSM SMA APBN Tahun 2014

5
5
7
9
10
10

PEMBAGIAN TUGAS DAN PERAN


A.
B.
C.
D.
E.

BAB IV.

Latar Belakang
Tujuan
Landasan Hukum
Sasaran dan Besaran Dana
Persyaratan Penerima BSM SMA APBN Tahun 2014

MEKANISME PELAKSANAAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.

BAB III.

i
iii
vii
ix

Tingkat Pusat
Tingkat Provinsi
Tingkat Kabupaten/Kota
Tingkat Sekolah
Lembaga Penyalur

11
12
12
12
13

PELAPORAN
A. Pelaporan
B. Penyampaian dan Pengaduan Masalah

vii

15
15

BAB VI.

BAB VII.

PENGAWASAN DAN SANKSI


A. Pengawasan
B. Sanksi

17
17

PENUTUP

19

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Formulir 1

: Daftar Usulan Siswa Calon Penerima BSM SMA APBN 2014 Pemilik
Kartu Perlindungan Sosial (Formulir Rekap Kartu Sekolah)

Formulir 2

: Daftar Usulan Siswa Calon Penerima BSM SMA APBN 2014 (Formulir
Rekap Usulan Sekolah)

Formulir 3

: Rekapitulasi Usulan Siswa Calon Penerima BSM SMA APBN 2014 Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota (Formulir Rekap Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota)

ix

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Relokasi anggaran pengurangan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) akan
dialokasikan untuk Program Percepatan dan Perluasan Perlindungan Sosial (P4S)
yang dalam jangka pendek bertujuan untuk mempertahankan daya beli
kelompok Rumah Tangga miskin dan rentan.
Salah satu dampak dari kenaikan harga BBM adalah menurunnya daya beli
terutama masyarakat miskin dan rentan terhadap harga kebutuhan dasar,
termasuk pendidikan. Apabila tidak dilakukan kebijakan keberpihakan terhadap
kelompok masyarakat miskin dikhawatirkan akan meningkatkan angka putus
sekolah.
Masih tingginya angka putus sekolah merupakan salah satu persoalan
pendidikan yang dihadapi oleh Bangsa Indonesia. Pusat Data dan Statistik
Pendidikan (PDSP, Kemdikbud) 2010 menunjukkan bahwa sebanyak 83.917
siswa SMP/MTs putus sekolah, sementara itu pada jenjang SMA/SMK/MA
sebanyak 90.263 ribu siswa putus sekolah. Pada tahun yang sama, dari total
lulusan SMP/MTs sebanyak 4,2 juta siswa, dan 1,2 juta siswa tidak dapat
melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA/SMK/MA.
Data tersebut di atas, menunjukkan bahwa pada tahun 2010, Angka Partisipasi
Kasar (APK) pendidikan menengah baru mencapai 70,53% atau lebih rendah dari
APK pendidikan menengah pertama yang sudah mencapai angka 98,2%.
Rendahnya APK pendidikan menengah disebabkan terjadinya disparitas
partisipasi pendidikan yang sangat lebar antara kelompok penduduk kaya dan
miskin. Sebagai gambaran, hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2006
Badan Pusat Statistik (BPS) APK penduduk kelompok umur 16-18 tahun untuk
perlimaan termiskin, baru mencapai 37,9%, sedang untuk perlimaan terkaya
telah mencapai 68,6%.
Fakta di atas menunjukkan fenomena sosial bahwa semakin miskin masyarakat
akan semakin sulit untuk mengakses pendidikan. Hal tersebut diperkuat dengan
fakta bahwa disparitas angka partisipasi pendidikan antar daerah masih cukup
tinggi. Pencapaian APK suatu provinsi sangat berkorelasi dengan tingkat
1

kemiskinan provinsi. Semakin miskin suatu provinsi cenderung semakin rendah


APK-nya.
Salah satu alasan rendahnya partisipasi pendidikan, khususnya pada kelompok
masyarakat miskin adalah tingginya biaya pendidikan, baik biaya langsung
maupun tidak langsung. Biaya langsung meliputi antara lain, iuran sekolah, buku,
pakaian/seragam, dan alat tulis, sementara biaya tidak langsung meliputi antara
lain biaya transportasi, uang saku, dan biaya lain-lain. Sebagai perbandingan,
besarnya biaya pendidikan SMP/MTs dan SMA/SMK/MA sekitar 2,4 kali lipat dan
4,4 kali lipat dari biaya jenjang pendidikan SD/MI. Keadaan tersebut tentu sangat
berpengaruh pada rendahnya angka partisipasi pendidikan penduduk miskin,
terutama disebabkan oleh banyak siswa putus sekolah dan angka tidak
melanjutkan hingga ke jenjang pendidikan menengah. Berdasarkan data Survey
SUSENAS BPS mengungkapkan bahwa 75,7% angka putus sekolah disebabkan
oleh alasan ekonomi, baik karena tidak memiliki biaya (67%), maupun karena
anak harus bekerja (8,7%).
Hal tersebut jelas mengungkapkan bahwa penduduk miskin tidak akan mampu
menjangkau pendidikan jika tidak dibantu oleh Pemerintah. Pemerintah tidak
tinggal diam dalam menghadapi masalah ini. Beberapa kebijakan yang berpihak
pada siswa miskin (pro poor policy) telah dijalankan. Kebijakan tersebut pada
intinya bertujuan untuk meningkatkan akses siswa miskin terhadap layanan
pendidikan.

B. TUJUAN
Tujuan dari program ini antara lain:
1. Menghilangkan halangan siswa miskin berpartisipasi untuk bersekolah
dengan membantu mereka memperoleh pendidikan yang lebih baik;
2. Mencegah siswa miskin SMA dari kemungkinan putus sekolah akibat
kesulitan biaya pendidikan dan menarik siswa miskin untuk bersekolah;
3. Memberi peluang bagi lulusan SMP/MTs atau yang sederajat dari keluarga
kurang mampu secara ekonomi untuk mengikuti pendidikan di Sekolah
Menengah Atas (SMA);
4. Memberikan peluang dan kesempatan yang lebih besar kepada siswa miskin
SMA memenuhi kebutuhan dalam kegiatan pembelajaran sehingga dapat
menyelesaikan pendidikan;
5. Mendukung ketercapaian tujuan program Pendidikan Menengah Universal
(PMU).

C. LANDASAN HUKUM
Landasan hukum dalam pelaksanaan Program BSM APBN Tahun 2014
berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, antara lain:
1.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

2.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;

3.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah;

4.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan


antara Pemerintah Pusat dan Daerah;

5.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan;

6.

Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan


Pendidikan;

7.

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan


Penyelenggaraan Pendidikan;

8.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 69 Tahun 2009 tentang


Standar Biaya Operasi Non Personalia Tahun 2009 untuk SD/MI, SMP/MTs,
SMA/MA, SMK, dan SDLB;

9.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 2 Tahun 2010 tentang


Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional 2010-2014 dan
perubahannya;

10. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 81/PMK.05/2012


tentang Belanja Bantuan Sosial pada Kementerian/Lembaga;
11. Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor Per-16/PB/2012 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pencairan dan Penyaluran Dana Bantuan Siswa Miskin dan
Beasiswa Bakat dan Prestasi;
12. Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Tahun 2014;
13. Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Tahun 20102014;
14. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Satuan Kerja Direktorat
Pembinaan SMA Tahun 2014 Nomor DIPA-023.12.1.666049-2014 tanggal 5
Desember 2013 beserta revisinya.

D. SASARAN DAN ALOKASI ANGGARAN


Jumlah sasaran siswa BSM APBN Tahun 2014 adalah 425.033 siswa dengan
alokasi dana sebesar Rp. 425.033.000.000,-. Alokasi pada Direktorat Pembinaan
SMA sesuai Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA). Ketentuan distribusi
bantuan sebagai berikut:

E.

1.

Siswa kelas X dan XI tahun pelajaran 2013/2014 diberikan selama 12 bulan;

2.

Siswa kelas XII tahun pelajaran 2013/2014 diberikan selama 6 bulan;

3.

Siswa kelas X tahun pelajaran 2014/2015 diberikan selama 6 bulan.

PERSYARATAN PENERIMA BSM APBN TAHUN 2014


Kriteria Siswa Penerima BSM APBN Tahun 2014 sesuai dengan urutan prioritas
sebagai berikut:
1. Siswa SMA yang berasal dari rumah tangga pemegang Kartu Perlindungan
Sosial (KPS);
2. Siswa SMA yang berasal dari rumah tangga terdaftar sebagai peserta
Program Keluarga Harapan (PKH);
3. Siswa SMA yang berasal dari Panti Sosial/Panti Asuhan;
4. Siswa SMA yatim piatu atau yatim atau piatu;
5. Siswa SMA yang terancam putus sekolah karena kesulitan biaya;
6. Siswa SMA yang berasal dari korban musibah, kelainan fisik, korban PHK
dari Rumah Tangga Sangat Miskin;

BAB II
MEKANISME PELAKSANAAN

A. PENETAPAN KUOTA BSM SMA APBN TAHUN 2014


Direktorat Pembinaan SMA menentukan kuota BSM SMA APBN Tahun 2014
per Kabupaten/Kota dengan mempertimbangkan beberapa indikator, antara
lain:
1.

Jumlah Rumah Tangga Miskin penerima Kartu Perlindungan Sosial (KPS) per
Kabupaten/Kota (sumber data dari: TNP2K);

2.

Jumlah siswa SMA penerima BSM APBNP tahun 2013 baik yang mempunyai
Kartu Perlindungan Sosial (KPS) maupun Formulir Usulan Sekolah (FUS);

B. PENETAPAN SISWA PENERIMA BSM SMA APBN TAHUN


2014
1. Sekolah
a.

Kepala Sekolah bersama Komite Sekolah melakukan seleksi dan


memutuskan siswa calon penerima BSM SMA APBN Tahun 2014 dengan
prioritas utama siswa pemegang Kartu Pelindungan Sosial (KPS) yang
telah menerima BSM APBNP Tahun 2013 dan siswa pemegang Kartu
Pelindungan Sosial (KPS) yang belum menerima BSM APBNP Tahun
2013. Selanjutnya memasukan nama-nama siswa calon penerima BSM
SMA APBN Tahun 2014 tersebut ke dalam Formulir Rekap Kartu
Sekolah (Formulir 1);

b. Kepala Sekolah bersama Komite Sekolah dapat mengusulkan nama


siswa lain (selain siswa pemegang KPS) yang memenuhi kriteria sebagai
menerima BSM dan belum pernah menerima dana BSM APBN Tahun
2014. Kriteria siswa tersebut sesuai dengan urutan prioritas sebagai
berikut:
1) Siswa SMA yang berasal dari rumah tangga yang terdaftar sebagai
peserta Program Keluarga Harapan (PKH);
2) Siswa SMA yang berasal dari Panti Sosial/Panti Asuhan;
3) Siswa SMA yatim piatu atau yatim atau piatu;
4) Siswa SMA yang terancam putus sekolah karena kesulitan biaya;
5

5) Siswa SMA yang berasal dari korban musibah, kelainan fisik, korban
PHK dari Rumah Tangga Sangat Miskin;
Selanjutnya, memasukkan nama-nama usulan siswa penerima BSM
APBN Tahun 2014 ke Formulir Rekap Usulan Siswa/FUS (Formulir 2).
c.

Kepala Sekolah dan Komite Sekolah menyerahkan Rekap Sekolah


(Formulir 1, dan Formulir 2) kepada Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota.

2. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota


a.

Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota menggabungkan seluruh Rekap


Usulan Sekolah (Formulir 1 dan Formulir 2) yang ada di wilayahnya
dan memasukannya ke dalam Rekap Kabupaten/kota (Formulir 3).

b. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota menyesuaikan jumlah nama siswa


calon penerima BSM SMA APBN Tahun 2014 dengan kuota yang telah
ditetapkan, mengacu pada kriteria:
1) Jika jumlah usulan siswa calon penerima (Formulir 1, Formulir 2)
melebihi kuota yang ditetapkan, maka Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota mengurangi nama siswa calon penerima yang
berasal dari Formulir 2 agar sesuai dengan kouta yang telah
ditetapkan;
2) Jika jumlah usulan siswa calon penerima (Formulir 1) telah melebihi
kuota yang ditetapkan, maka Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
mengusulkan semua nama calon penerima yang berasal dari
(Formulir 1) ke tingkat pusat dan tidak mengusulkan nama yang
berasal dari Formulir 2.

3. Dinas Pendidikan Provinsi


Setelah menerima Rekapitulasi Usulan Siswa Calon Penerima BSM SMA
APBN Tahun 2014 (Formulir 3) dari Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Dinas
Pendidikan Provinsi melakukan kompilasi data usulan tersebut dan
menyerahkan hasil Rekapitulasi Provinsi ke pelaksana BSM SMA APBN di
Direktorat Pembinaan SMA.

4. Direktorat Pembinaan SMA


a. Direktorat Pembinaan SMA menetapkan siswa calon penerima BSM
SMA APBN Tahun 2014 setelah dilakukan validasi data usulan Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota. Penetapan Siswa Penerima BSM SMA
APBN Tahun 2014 tersebut dituangkan dalam Surat Keputusan Direktur
Pembinaan SMA.

b. Apabila jumlah siswa calon penerima BSM SMA APBN Tahun 2014 yang
diusulkan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota melebihi/kurang dari kuota
yang ditetapkan, Direktorat Pembinaan SMA dapat menambahkan atau
mengurangi jumlah siswa calon penerima namun tetap
memprioritaskan siswa pemegang kartu KPS sebagai calon penerima
bantuan.

C. PENYALURAN DANA BSM SMA APBN TAHUN 2014


Dana BSM APBN Tahun 2014 disalurkan langsung ke siswa penerima. Besar dana
yang disalurkan sesuai dengan biaya satuan yang sudah ditetapkan. Proses
penyaluran dana BSM APBN Tahun 2014 dilakukan melalui mekanisme sebagai
berikut:
1.

Penyaluran dana BSM SMA APBN Tahun 2014 dilakukan oleh Direktorat
Pembinaan SMA dengan cara mengajukan Surat Permintaan Pembayaran
(SPP) dan Surat Perintah Membayar (SPM) ke KPPN Jakarta III untuk
diterbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) dengan melampirkan:
a.

SK Direktur Pembinaan SMA tentang Penetapan Siswa Penerima BSM


SMA APBN Tahun 2014 yang dilampiri dengan data nominatif per
Kabupaten/Kota;

b. Surat perjanjian kerjasama antara Direktorat pembinaan SMA dengan


Lembaga Penyalur.
2.

Dana disalurkan oleh KPPN ke Lembaga Penyalur. Selanjutnya, Lembaga


Penyalur menyalurkan dana BSM SMA APBN Tahun 2014 langsung ke
rekening siswa. Teknis penyaluran dana BSM SMA APBN Tahun 2014
tersebut diatur dalam Perjanjian Kerjasama antara Direktorat Pembinaan
SMA dengan Lembaga Penyalur;

3.

Penyaluran dana BSM SMA APBN Tahun 2014 dilakukan mengacu pada
Peraturan Menteri Keuangan No 81 tentang Belanja Bantuan Sosial pada
Kementerian Negara/ Lembaga;

4.

Dana BSM SMA APBN Tahun 2014 diterima oleh siswa tanpa potongan atau
pengenaan biaya apapun.

Waktu penyaluran dana program ini harus tepat waktu, tepat


jumlah, dan tepat sasaran sesuai dengan kesepakatan-kesepakatan
yang telah ditetapkan.

JADWAL PENYALURAN BANTUAN SISWA MISKIN (BSM) SMA APBN Tahun 2014
FEBRUARI
2014

MARET 2014

Identifikasi dan
Sosialisasi KPS untuk
Siswa Calon Penerima
BSM

Penyusunan
Petunjuk
Teknis BSM
APBN 2014

APRIL 2014

JULI 2014

Pengiriman dan penyalur


dana BSM

Penetapan siswa
penerima dana BSM APBN
2014

AGUSTUS
2014

SEPTEMBER
2013

OKTOBER
2014

Penetapan siswa
penerima dana BSM APBN
2014

DESEMBER
2014

Pelaporan oleh Lembaga


Penyalur

Pengiriman dan penyalur


dana BSM

NOVEMBER
2014

Pemantauan dan Evaluasi

D. PENGAMBILAN DANA BSM SMA APBN TAHUN 2014


Pengambilan dana BSM SMA APBN Tahun 2014 dilakukan dengan ketentuan
sebagai berikut:
1.

Dana BSM SMA APBN Tahun 2014 dapat diambil oleh siswa setelah
menerima pemberitahuan dari Direktorat Pembinaan SMA dan/atau
Lembaga Penyalur.

2.

Dana BSM SMA APBN Tahun 2014 diambil langsung oleh siswa penerima
bantuan dengan syarat:
a.

Menunjukkan tanda pengenal siswa (kartu pelajar, foto copy raport,


surat keterangan kepala sekolah yang bersangkutan);

b. Siswa yang bersangkutan termasuk dalam Surat Keputusan Siswa


Penerima Dana BSM SMA APBN Tahun 2014 yang diinformasikan oleh
Direktorat Pembinaan SMA dan/atau Lembaga Penyalur setempat;
c.

3.

Menandatangani bukti penerimaan dana BSM SMA APBN Tahun 2014


yang disediakan oleh Lembaga Penyalur setempat.

Bagi siswa yang berada di daerah yang sulit untuk mengakses ke Lembaga
Penyalur (tidak ada Kantor Lembaga Penyalur di kecamatan sekolah berada
atau biaya transport pengambilan lebih besar dari bantuan yang akan
diterima), maka pengambilan dana bantuan dapat dikuasakan kepada
Kepala Sekolah/Bendahara Sekolah dengan syarat:
a.

Surat kuasa kolektif dari siswa penerima BSM SMA APBN Tahun 2014
telah ditandatangani oleh siswa bersangkutan;

b. Penerima kuasa kolektif adalah Kepala Sekolah/Bendahara Sekolah


dengan diketahui oleh Komite Sekolah;
c.

Kepala Sekolah/Bendahara Sekolah selaku penerima kuasa harus segera


menyerahkan dana BSM SMA APBN Tahun 2014 kepada siswa yang
bersangkutan selambat-lambatnya 5 hari kerja setelah dana diterima.
Siswa menandatangani daftar penerimaan BSM SMA APBN Tahun 2014
sebagai bukti penerimaan dari Kepala Sekolah.

E.

PEMANFAATAN, PEMBATALAN, DAN LARANGAN


1.

Dana BSM SMA APBN Tahun 2014 dapat dimanfaatkan siswa untuk:
a. Pembelian buku dan alat tulis sekolah;
b. Pembelian pakaian dan perlengkapan sekolah (sepatu, tas, dll);
c. Transportasi siswa ke sekolah;
d. Uang saku siswa ke sekolah;
e. Biaya kursus/les tambahan.

2.

BSM SMA APBN Tahun 2014 dapat dibatalkan jika siswa yang
bersangkutan:
a. Berhenti/pindah sekolah;
b. Meninggal dunia;
c. Terbukti melakukan pelanggaran tata tertib sekolah atau terbukti
melakukan tindakan kriminal/kejahatan dan mengkonsumsi minuman
keras dan narkoba.

3.

F.

Penerima BSM SMA APBN 2014 tidak diperkenankan menggunakan dana


BSM untuk tujuan yang tidak berhubungan dengan kegiatan sekolah,
seperti tindak kejahatan, judi, narkoba, miras dan tindak konsumtif
lainnya.

KEWAJIBAN SISWA PENERIMA BSM SMA APBN TAHUN


2014
Siswa penerima BSM SMA APBN Tahun 2014 mempunyai kewajiban sebagai
berikut:
1.

Belajar yang rajin dan fokus;

2.

Menunjukkan kedisiplinan dalam melaksanakan tugas-tugas sekolah;

3.

Menunjukkan kepribadian terpuji dan tidak melakukan perbuatan yang


tercela;

4.

Menggunakan dana BSM SMA APBN 2014 sesuai dengan ketentuan


pemanfaatan dana.

10

BAB III
PEMBAGIAN TUGAS DAN PERAN

A. TINGKAT PUSAT
Pengelola BSM SMA APBN Tahun 2014 tingkat pusat adalah Direktorat Jenderal
Pendidikan Menengah dalam hal ini dilaksanakan oleh Direktorat Pembinaan
SMA.
Tugas-tugas yang dilaksanakan adalah:
1.

Menetapkan kuota/alokasi BSM SMA APBN Tahun 2014 Kabupaten/Kota


berdasarkan antara lain : (a) Jumlah Rumah Tangga Miskin penerima Kartu
Perlindungan Sosial (KPS) per Kabupaten/Kota (sumber data dari: TNP2K),
(b) jumlah siswa SMA penerima BSM APBNP tahun 2013 baik yang
mempunyai Kartu Perlindungan Sosial (KPS) maupun Formulir Usulan
Sekolah (FUS);

2.

Mengembangkan dan menetapkan mekanisme pelaksanaan program yang


dituangkan dalam bentuk Petunjuk Teknis berdasarkan pengalaman dan
masukan dari pemangku kepentingan pendidikan;

3.

Melakukan sosialisasi dan koordinasi pelaksanaan Program BSM SMA APBN


Tahun 2014;

4.

Melakukan pendataan dan verifikasi siswa penerima dana BSM SMA APBN
Tahun 2014;

5.

Menetapkan siswa penerima bantuan berdasarkan data hasil verifikasi yang


disetujui oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dalam bentuk Keputusan
Direktur Pembinaan SMA;

6.

Menyalurkan dana BSM SMA APBN Tahun 2014 kepada siswa penerima
bantuan melalui lembaga penyalur;

7.

Memberitahukan kepada sekolah/Kab/kota bahwa dana BSM telah siap di


lembaga penyalur untuk dicairkan.

8.

Melakukan pemantauan dan supervisi pelaksanaan Program BSM SMA APBN


Tahun 2014;

9.

Menyusun laporan pelaksanaan BSM SMA APBN Tahun 2014.

11

B. TINGKAT PROVINSI
Tugas-tugas yang dilaksanakan Dinas Pendidikan Provinsi adalah:
1.

Mengikuti kegiatan koordinasi dan sinkronisasi program dan kegiatan


pembinaan tingkat pusat;

2.

Menginformasikan Petunjuk Teknis Program BSM APBN Tahun 2014 kepada


Kabupaten/ Kota;

3.

Menyusun rekapitulasi data siswa calon penerima BSM SMA Tahun 2014
hasil validasi yang telah disetujui Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota untuk
disampaikan ke Direktorat Pembinaan SMA.

C. TINGKAT KABUPATEN/KOTA
Pengelola BSM SMA APBN Tahun 2014 tingkat Kabupaten/Kota adalah Dinas
Pendidikan Kabupaten/ Kota. Tugas-tugas yang dilaksanakan adalah:
1. Mengadakan sosialisasi dan koordinasi dengan sekolah mengenai program
BSM SMA APBN Tahun 2014;
2.

Melakukan validasi, verifikasi dan rekapitulasi data usulan dari sekolah;

3.

Mengesahkan/menyetujui data usulan siswa calon penerima BSM SMA


APBN Tahun 2014;

4.

Menyampaikan data usulan siswa calon penerima BSM SMA APBN Tahun
2014 ke Direktorat Pembinaan SMA;

5.

Membantu pemantauan pelaksanaan penyaluran dana BSM SMA APBN


Tahun 2014.

D. TINGKAT SEKOLAH
Pengelola BSM SMA APBN Tahun 2014 tingkat sekolah adalah Kepala Sekolah,
Wakil Kepala Sekolah, Guru yang ditunjuk dan Komite Sekolah.
Tugas-tugas yang dilaksanakan adalah:
1.

Melaksanakan sosialisasi Program BSM SMA APBN Tahun 2014 kepada Guru,
Komite Sekolah, Siswa Dan Orang Tua Siswa;

2.

Melakukan seleksi siswa calon penerima bantuan sesuai urutan prioritas


yang telah ditetapkan;

3.

Melengkapi data-data untuk memenuhi persyaratan siswa penerima


bantuan;

12

E.

4.

Mengajukan daftar usulan nama siswa calon penerima BSM SMA APBN
Tahun 2014 ke Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota;

5.

Khusus bagi sekolah yang siswanya sulit untuk mengakses ke lembaga


penyalur (tidak ada lembaga penyalur di kecamatan sekolah berada),
sekolah memfasilitasi pengambilan dana bantuan secara kolektif.

LEMBAGA PENYALUR
1.

Menandatangani Surat Perjanjian Penyaluran Dana BSM SMA APBN Tahun


2014 dengan Direktorat Pembinaan SMA;

2.

Menerima daftar nama siswa penerima bantuan dari Direktorat


Pembinaan SMA;

3.

Menyalurkan dana bantuan kepada setiap siswa penerima BSM APBN


Tahun 2014 sesuai dengan ketentuan;

4.

Memberitahukan kepada sekolah/Dinas Kabupaten/Kota bahwa dana BSM


telah siap untuk dicairkan.

5.

Membuat laporan berkala tentang penyaluran dana BSM APBN Tahun


2014 berdasarkan bukti penyaluran setiap siswa penerima sesuai dengan
ketentuan kepada Direktorat Pembinaan SMA.

13

14

BAB IV
PELAPORAN

A. PELAPORAN
Laporan yang dimaksud dalam Petunjuk Teknis ini berupa bukti transfer
penyaluran dana yang diterbitkan oleh Lembaga Penyalur ke nomor rekening
atas nama siswa penerima bantuan yang sesuai dengan Surat Keputusan
Direktur Pembinaan SMA.
Laporan pelaksanaan program BSM SMA APBN Tahun 2014 disusun oleh (1)
sekolah; (2) dinas pendidikan kabupaten/kota/propinsi; dan (3) Direktorat
Pembinaan SMA. Laporan berisi antara lain: (1) data siswa penerima (2) data
siswa yang penerima yang tidak mengaktifasi rekening serta (3) kendala dalam
pelaksanaan BSM SMA APBN Tahun 2014.

B. PENYAMPAIAN DAN PENGADUAN MASALAH


Pengaduan ke Direktorat Pembinaan SMA dapat disampaikan melalui:
e-mail

Telepon :

bsm.sma@kemdikbud.go.id
bsm.ditpsma@gmail.com
(021) 75911532 atau (021) 75912221

Pengaduan tertulis disampaikan ke alamat:


Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Atas
Up. Kasubdit Program dan Evaluasi
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas
Kompleks Ditjen Pendidikan Menengah, Gedung A Lantai 2
Jl. R.S. Fatmawati, Cipete
Jakarta Selatan 12410

15

16

BAB V
PENGAWASAN DAN SANKSI
A. PENGAWASAN
Pengawasan terhadap pelaksanan Program BSM SMA APBN Tahun 2014
dilakukan oleh:
1.

Tim monitoring yang terdiri dari unsur Direktorat Pembinaan SMA;

2.

Instansi terkait : Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Inspektorat Jenderal


(Itjen) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Badan Pengawasan
Daerah (Bawasda) Provinsi dan Kabupaten/Kota;

B. SANKSI
Penyalahgunaan wewenang (seperti manipulasi data, pemotongan dana, dll)
yang dapat merugikan negara dan/atau sekolah dan/atau siswa akan dikenakan
sanksi sebagai berikut:
1.

Penerapan sanksi kepegawaian sesuai dengan peraturan dan perundangundangan yang berlaku, seperti penurunan pangkat, mutasi kerja dan
pemberhentian;

2.

Pemblokiran dana dan penghentian sementara seluruh bantuan pada tahun


berikutnya kepada Kabupaten/Kota, atau sekolah, bilamana terbukti
melakukan pelanggaran yang dilakukan secara sengaja dan sistematik untuk
memperoleh keuntungan pribadi, kelompok, atau golongan;

3.

Sekolah yang melakukan penyalahgunaan dana BSM SMA APBN Tahun 2014
akan dilaporkan ke Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota setempat
untuk mendapat perhatian.

17

18

BAB VII
PENUTUP

Program Bantuan Siswa Miskin (BSM) SMA APBN Tahun 2014 ini merupakan bukti
komitmen dan keberpihakan pemerintah untuk memberikan kesempatan kepada
masyarakat terutama siswa dari keluarga yang kurang mampu untuk mengikuti
pendidikan dan terhindar dari putus sekolah. Sasaran Kabupaten/Kota penerima BSM
SMA APBN 2014 didasarkan atas data Rumah Tangga pemegang Kartu Pelindungan
Sosial (KPS) per Kabupaten/Kota.
Upaya untuk memberikan layanan pendidikan bagi siswa miskin dan mempersempit
kesenjangan partisipasi pendidikan ini hanya akan berhasil apabila ada komitmen
yang kuat baik dari Pemerintah Kabupaten/Kota dan Sekolah. Komitmen dari
Pemerintah Kabupaten/Kota dan Sekolah bisa diwujudkan melalui pelaksanaan
Program BSM SMA APBN Tahun 2014 secara transparan dan akuntabel. Hal ini bisa
terlihat dari pelaksanaan Program BSM SMA APBN Tahun 2014 yang mengacu pada
Petunjuk Teknis yang telah ditetapkan, tepatnya sasaran program, tepatnya jadwal
penyaluran, dan tidak adanya pemotongan (pemberian komisi) terhadap dana BSM
SMA APBN Tahun 2014 oleh siapapun dan dengan alasan apapun.

19

20

LAMPIRAN

21

22

Formulir 1
diisi oleh Sekolah untuk diserahkan ke
Dinas Pendidikan Kab/Kota
Formulir 1
Formulir Rekap Kartu - Sekolah

Daftar Siswa Miskin Yang Diusulkan Sekolah Untuk Mendapat BSM


Periode ____________________________
Nama Sekolah/Madrasah
NPSN
Alamat
Kecamatan
Kabupaten/Kota
Provinsi
No HP Kepala Sekolah

No.

NISN

:
:
:
:
:
:
:
Nomor Kartu
Perlindungan
Sosial (KPS)

Nomor
Kartu
Keluarga
(jika ada)

Nama Siswa

Jenis Kelamin
(L/P)

Kelas
(X-XII)

Nama Ibu

Nama Ayah

, 2014
Kepala Sekolah
( __________________ )

23

Nama Wali

Formulir 2
diisi oleh Sekolah untuk diserahkan ke
Dinas Pendidikan Kab/Kota

Formulir 2
Formulir Rekap Usulan Sekolah
Daftar Siswa Miskin Yang Diusulkan Sekolah Untuk Mendapat BSM
Periode ____________________________
Nama Sekolah/Madrasah
NPSN
Alamat
Kecamatan
Kabupaten/Kota
Provinsi
No HP Kepala Sekolah
No.

NISN

:
:
:
:
:
:
:
Nama Siswa

Jenis
Kelamin
(L/P)

Kelas (XXII)

Nama Ibu

Nama Ayah

Nama Wali

Kriteria Siswa
(Sesuai Juknis)*

KETERANGAN:
Tanda * = disikan sesuai dengan kriteria siswa sebagai berikut: .
(2) siswa berasal dari keluarga Program Keluarga Harapan (PKH);
(3) Siswa SMA yang berasal dari Panti Sosial/Panti Asuhan yang dikelola Kementerian Sosial; atau
(4) Siswa yang dianggap pantas untuk diusulkan melalui Format Usulan Sekolah (FUS)
, 2014
Kepala Sekolah
( __________________ )
24

Rekap Siswa Miskin Yang Diusulkan Untuk Mendapat BSM


Dinas Pendidikan Kab/Kota_________________________
Periode ____________________________

Formulir 3
Disusun Oleh Dinas Pendidikan Kab/Kota
Rekapitulasi Usulan Siswa Calon Penerima
BSM APBN 2014 dari Sekolah
untuk Diverifikasi dan Disetujui sebagai Siswa
Calon Penerima Bantuan dan disampaikan ke
Direktorat Pembinaan SMA

Formulir 3:
Format Rekap Dinas Pendidikan Kab/Kota
Provinsi
NO

KAB/ KOTA

: ....................................
NAMA
SMA

NPSN

ALAMAT
SMA

NAMA
SISWA

NISN

NO KARTU
KPS

KELAS
(X-XII)

JENIS
KELAMIN
(L/P)

NAMA IBU
KANDUNG

NAMA
AYAH

NAMA
WALI

KETERANGAN:
Tanda * = disikan sesuai dengan kriteria siswa sebagai berikut: .
(1) siswa berasal dari Rumah Tangga pemegang Kartu Perlindungan Sosial (KPS) (Formulir 1)
(2) siswa berasal dari keluarga Program Keluarga Harapan (PKH); - (Formulir 2)
(3) Siswa SMA yang berasal dari Panti Sosial/Panti Asuhan yang dikelola Kementerian Sosial; atau - (Formulir 2)
(4) Siswa yang dianggap pantas untuk diusulkan melalui Format Usulan Sekolah (FUS); atau - (Formulir 2)
., 2014
Kepala Dinas Pendidikan

(___________________________)

25

KRITERIA
SISWA
(SESUAI
JUKNIS)*

Anda mungkin juga menyukai