Buletin Maret - Salman ITB
Buletin Maret - Salman ITB
Buletin
SALMAN
RAMADHAN
RAMADHAN
BUKAN ALASAN
MALAS-MALASAN
EDITORIAL
Pada tahun 1964, Presiden Tunisia Habib Bourguiba meminum jus jeruk pada siang bolong di
bulan Ramadhan dan disiarkan di televisi nasional Tunisia. Bourguiba mengajak rakyatnya untuk
tidak berpuasa sepertinya. Menurutnya, sebuah negara berkembang tidak dapat “membuang”
satu bulan setiap tahunnya. Sebab baginya, Ramadhan adalah waktu di mana tingkat produksi
menurun dan siswa-siswa mengantuk ketika jam pelajaran di sekolah.
Buletin
SALMAN
Oleh karena itu baginya, ketika ia tidak berpuasa, ia hanya menerapkan contoh dari Rasulullah
saw. bahwa puasa dapat dibatalkan ketika melawan musuh dalam peperangan. Tentu saja kita
tidak setuju dengan pendapat Bourguiba. Akan tetapi, pandangan Bourguiba perlu menjadi
bahan evaluasi bagi kita. Kenapa ketika Ramadhan, produktivitas kita justru menurun? Kenapa
kita menjadikan puasa sebagai dalih untuk bermalas-malasan?
Padahal, jika kita melihat perjalanan panjang sejarah Islam, ada banyak kemenangan gemilang
yang justru dicetak di bulan Ramadhan. Pada tahun pertama puasa Ramadhan disyariatkan (2
H), umat Islam langsung dihadapkan pada tantangan Perang Badar. Kala itu, 313 pasukan
Muslim berhasil memperoleh kemenangan atas 1.000 orang pasukan Quraisy. Enam tahun
setelahnya, umat Islam berhasil menaklukkan kota Makkah dalam peristiwa Fathu Makkah yang
juga terjadi di bulan Ramadhan.
Selain itu, kemenangan Thariq bin Ziyad terhadap Raja Roderick di Pertempuran Guadalete yang
mengawali pembebasan Andalusia, kejayaan Salahuddin al-Ayubi melawan Pasukan Salib di
Pertempuran Hittin, hingga kegemilangan Sayfuddin Qutuz memukul mundur Tentara Mongol di
Ayn Jalut, seluruhnya juga digapai pada bulan Ramadhan. Terakhir, para pahlawan bangsa kita
juga menjemput kemerdekaan Indonesia pada tanggal 9 Ramadhan.
Kisah-kisah di atas memberi kita pelajaran. Bagi orang-orang terbaik di sepanjang sejarah,
Ramadhan adalah sumber energi yang berlipat ganda. Lapar dan hausnya puasa tidak menjadi
sebab bermalas-malasan. Justru, hawa nafsu yang ditekan dapat melejitkan kuantitas dan
kualitas amal. Mari kita wujudkan Ramadhan tahun ini jadi bulan penuh produktivitas!
EDITORIAL
SEMANGAT
BERBAKTI
DI SALMAN
DAN P3RI
Muhamad Luthfi Aunillah atau yang akrab disapa Onell, adalah Ketua P3RI (Panitia Pelaksana
Program Ramadhan dan Idul Adha) Masjid Salman ITB tahun 1445 H. Mahasiswa semester 4
Jurusan Aktuaria, Institut Teknologi Bandung (ITB) ini juga aktif berkegiatan dan berprestasi di
tempat lain. Saat ini, Onell pun menjadi mentor di 5% Project, di mana ia menjadi mentor diskusi
bagi adik-adik kelas XII SMA/sederajat yang ingin masuk ke Perguruan Tinggi Negeri (PTN).
Alumni SMAN 1 Jampang Kulon ini diterima di ITB melalui jalur SBMPTN. Meski sekolahnya
bukan berasal dari 10.000 sekolah terbesar di Indonesia, Onell ternyata mampu menjadi
perwakilan dari sekolahnya untuk melanjutkan estafet pendidikan di ITB. Menjadi siswa
selanjutnya yang bisa masuk ITB sejak 7 tahun terakhir, menjadi kebanggaan awal yang
dirasakan Onell dan keluarganya.
“Melihat orang tua bangga dan terharu dengan pencapaian ini saja, sudah menjadi hal tertinggi
yang rasanya bisa saya capai. Ditambah bisa meraih IPK 4.0 di tahun pertama di ITB dan 3.89
saat ini, membuat saya semakin semangat untuk membuat kedua orang tua bangga. Saat
semester 3 kemarin, saya dan beberapa rekan dari asrama pun mengikuti lomba Business Case
yang diselenggarakan Universitas Indonesia dan alhamdulillah bisa meraih Juara III
se-Indonesia,” ujar Onell memaparkan hal-hal yang membuatnya bangga dan bersyukur.
PROFIL
Setelah lulus menjadi penerima Beasiswa Asrama Salman pada awal perkuliahan, Onell
kemudian mulai aktif menjadi aktivis Masjid Salman sejak mengikuti Salman Spiritual Camp 35
pada Oktober 2022. Pengalaman menjadi ketua OSIS saat SMA membuat Onell penasaran
dengan organisasi kampus. Dari sanalah Onell mulai mengenal tentang P3RI.
P3RI yang bersejarah membuat Onell dan kawan-kawan memiliki mimpi agar menjadikan P3RI
sebagai media untuk menjadi panitia yang merdeka melayani jamaah untuk maksimal
beribadah. Sejak terbentuk pada akhir Oktober 2023, Onell yakin mengambil amanah menjadi
Ketua P3RI 1445 H. Ia ingin bisa merealisasikan mimpi dan nilai-nilai baik yang sudah disusun
bersama rekan-rekannya.
Sebagai penghuni asrama yang terkadang juga memiliki tugas untuk menjadi imam dan muazin
di Masjid Salman, Onell dituntut untuk pandai mengelola waktu. Apalagi dengan tugas utama
sebagai pelajar dan kesibukan menakhodai gelaran P3RI, membuat Onell harus mampu
meningkatkan awareness akan kewajiban yang harus ditunaikan.
“Biasanya, saya membuat peta kewajiban yang harus dilaksanakan dan membuat pengelolaan
waktunya. Antara perkuliahan, P3RI, kegiatan asrama, dan kegiatan pribadi. Jadi saya bisa
membagi skala prioritas agar kewajiban yang satu tidak mengganggu kewajiban yang lain dan
biasanya menyediakan waktu fleksibel juga agar bisa menyesuaikan dengan kegiatan
tambahan lainnya,” ungkap Onell.
PROFIL
Masjid Salman ITB mendapatkan kunjungan dan studi banding dari Takmir Masjid Ulil Albab
Universitas Islam Indonesia (UII), pada Selasa (20/02). Kegiatan yang dilakukan berupa Focus
Group Discussion (FGD) yang dilakukan oleh 22 orang perwakilan dari UII bersama dengan
beberapa bidang di Masjid Salman ITB. FGD ini bertujuan untuk saling berbagi informasi
mengenai program yang ada di setiap bidang dan kegiatan-kegiatan di dalamnya. Kegiatan ini
ditutup dengan pesan-pesan yang disampaikan oleh Prof. H. Hermawan K. Dipojono, Ph.D
selaku Ketua Pembina YPM Salman ITB.
Kunjungan
BI Bangka Belitung
ke Pusat Halal Salman ITB
dalam Rangka Mandatory
Halal 2024
Pusat Halal Salman ITB mendapatkan kunjungan Bank Indonesia (BI) Bangka Belitung pada
Senin (19/02). Kunjungan yang dilaksanakan di GSG Masjid Salman ITB ini, membahas
Mandatory Produk Halal atau kewajiban setiap produk untuk disertifikasi halal mulai tahun
2024. Pemerintah telah mewajibkan sertifikasi halal untuk setiap produk makanan dan
minuman di Indonesia mulai 17 Oktober 2024. Sinergi yang dilakukan antara LP3H Salman ITB,
Pusat Halal Salman ITB, serta peran BI Bangka Belitung diharapkan mampu mendorong UMKM
untuk mendapatkan sertifikat halal dengan mudah dan cepat sesuai dengan kaidah kehalalan
yang telah ditetapkan.
KABAR SALMAN
Semarak Menyambut
Ramadhan
Bersama Adik Yatim
di Masjid Salman
Dalam rangka menyambut Ramadhan, Rumah
Amal Salman mengadakan acara akhir pekan
Adik Ceria bersama anak-anak yatim di
Lapangan Rumput Masjid Salman ITB pada
Minggu (25/02).
Acara ini diikuti oleh sekitar 98 anak dari jenjang SD, SMP dan SMA di Bandung. Para peserta
didampingi fasilitator melakukan berbagai kegiatan menarik untuk meningkatkan kepekaan
peserta terutama persiapan akan Ramadhan. Viya Fatwa Nurmalasari selaku Ketua Pelaksana
acara Adik Ceria, yang juga merupakan bagian dari program Bahagia Yatim dari Rumah Amal
Salman, berharap acara ini bisa menambah antusias dan kecintaan
anak-anak terhadap Ramadhan.
KABAR SALMAN
AGENDA SALMAN
AGENDA SALMAN
Pada bulan Ramadhan, kita semua umat Islam berpuasa. Bisa dikatakan yang biasanya
sarapan, makan siang, makan cemilan, dan makan malam, pada bulan Ramadhan kita hanya
makan pada waktu sahur (subuh) dan berbuka (malam). Kalau kita simpulkan, intensitas makan
kita lebih sedikit dari hari-hari biasa. Tapi, faktanya sisa makanan malah meningkat di bulan
Ramadhan. Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, pada bulan
Ramadhan terjadi peningkatan timbulan sampah sekitar 20%. Bukan hanya terjadi di Indonesia,
di negara Asia Barat pun, berdasarkan laporan United Nations Environment Programme Food
Waste Index 2021 sekitar 25-50% makanan yang disiapkan terbuang sia-sia selama bulan
Ramadhan.
Mengapa bisa terjadi? Jika menggunakan logika sederhana, seharusnya sampah di bulan
Ramadhan menurun karena kita hanya makan pada waktu sahur dan berbuka. Pada
kenyataannya malah sebaliknya. Peningkatan timbulan sampah bisa terjadi karena beberapa
hal, di antaranya:
EKOLITERASI
Apakah kita akan membiarkan hal ini terus terjadi? Bukankah bulan Ramadhan adalah ladang
berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya? Lantas, jika ini masih terjadi, kita telah menodai bulan
Ramadhan dengan perilaku mubazir. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman, ”Dan janganlah kamu
menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah
saudara-saudara setan.” (Q.S. Al-Isra, 17:26-27).
Yang bisa kita lakukan di bulan Ramadhan adalah bijak dalam mengonsumsi. Baik
mengonsumsi (membeli) makanan ataupun wadahnya. Karena yang bisa menjadi sampah atau
sia-sia bukan hanya makanannya, tapi wadahnya seperti plastik sekali pakai juga menjadi
sampah dan akan menumpuk. Hal yang bisa dilakukan antara lain:
1. Habiskan makanan
2. Gunakan tempat makan/minum sendiri ketika membeli makanan
3. Kurangi pemakaian kresek dan gunakan tas belanja sendiri
4. Tidak menggunakan sendok atau garpu sekali pakai (membawa alat makan sendiri)
5. Berikan catatan ketika belanja secara online untuk tidak menggunakan alat makan
sekali pakai
6. Jika mendapat makanan dari orang lain, pisahkan makanan yang tidak akan dimakan
dan berikan pada orang lain
Hal sederhana di atas cukup mudah kita lakukan untuk dapat mengurangi timbulan sampah dan
terhindar dari hal yang mubazir. Semoga Allah mencatat kebaikan kecil yang sudah kita lakukan
dan menginspirasi lebih banyak orang untuk berbuat kebaikan yang sama.
EKOLITERASI
Apakah Berpuasa
Membunuh Produktivitas?
Firyal Nur Fadilah
Spesifikasi Buku
Ramadhan merupakan waktu yang paling menantang bagi setiap muslim untuk tetap
produktif. Bagaimana bisa kita fokus dan produktif dalam kondisi lapar selama berjam-jam?
Sebagai muslim, kita beruntung dan patut bersyukur. Allah Swt. telah menyediakan
pedoman hidup untuk kita jalani. Salah satunya mengenai produktivitas. Mohammed Faris
dalam buku “Muslim Produktif” menjelaskan secara rinci bagaimana Allah mengatur manusia
agar tetap produktif selama berpuasa.
“Berpuasa memberi kita perasaan mempunyai tujuan dan bertanggungjawab; puasa
memaksa Anda untuk membuat pilihan-pilihan cerdas dengan waktu dan energi Anda dan
menghindari efek terkurasnya energi hanya untuk melakukan hal-hal sepele dan membuang
waktu.“ (hal. 273)
Selama Ramadhan, kita menahan diri dari kebutuhan dasar seperti makan dan minum.
Kita menyadari bahwa kita mampu menghentikan kebiasaan-kebiasaan yang menjadi
“kebutuhan”. Dalam menjalankan Ramadhan, kita berkewajiban untuk lebih banyak berbuat baik
dan mengurangi perilaku buruk.
Mohammed Faris juga menjelaskan manfaat berpuasa yang dapat meningkatkan
produktivitas. Hal ini dibuktikan oleh salah satu non-muslim dari thinkproductive.co.uk, Graham
Allcott, yang berpuasa selama tiga hari.
RESENSI BUKU
RESENSI BUKU
RAMADHAN SEJUK
WALAU DALAM PERBEDAAN
Khazanah Fadhilah Nurrahmah (Sarjana Astronomi ITB)
Ramadhan tahun ini akan kita rasakan dalam nuansa sejuk musim hujan bulan Maret. Jadi,
kemungkinan besar kita takkan terganggu oleh atmosfer panas selama menjalankan ibadah
puasa. Namun bagi para astronom, terutama pengamat hilal, bulan suci yang bertepatan
dengan bulan Maret ini justru menimbulkan kesulitan tersendiri. Sebelumnya, dapat
didefinisikan secara astronomis bahwa hilal adalah penampakan fase sabit muda pertama dari
Bulan setelah terjadinya konjungsi (ijtimak).
Menurut Kepala Pusat Observatorium Astronomi ITERA Lampung (OAIL), Moedji Raharto, pada
bulan Maret 2024, kecerlangan langit senja lebih kuat dibanding bulan-bulan berikutnya. Hal ini
dikarenakan Bumi belum terlalu jauh bergeser dari titik terdekatnya dengan Matahari
(perihelion) pada 2-4 Januari lalu. Semakin dekat Matahari dengan Bumi tentu cahayanya
semakin menyilaukan.
KATA PAKAR
Dapat disimpulkan kedudukan bulan pasca-ijtimak belum memenuhi kriteria visibilitas hilal yang
diadopsi pemerintah: kriteria Neo-MABIMS* 3-6,4 (tinggi Bulan > 3 derajat, elongasi 6,4 derajat),
tetapi memenuhi kriteria wujudul hilal Muhammadiyah (tinggi Bulan > 0 derajat). Telah
disebutkan bahwa dengan metode rukyat, sangat sulit untuk mengamati hilal dengan mata
telanjang. Bahkan dengan bantuan teleskop dan pengolahan citra sekalipun, rekor hilal dengan
elongasi terkecil saja sebesar 3,73 derajat oleh Observatorium Bosscha, 2016 silam.
Alhasil, mengacu kepada dua kriteria tersebut, 1 Ramadhan atau mulai berpuasa bisa pada 11
Maret atau 12 Maret 2024. Dalam astronomi/ilmu falak, data hisab merupakan informasi awal
dan rukyat menjadi tahap konfirmasinya. Jika kita cermati, masalah perbedaan ini ada di ranah
definisi, inilah tugas para ulama ahli fiqih untuk menganalisis data hisab rukyat hilal dari para
astronom. Apakah sesuai dengan dalil syariat perintah puasa Ramadhan atau tidak.
Moedji Raharto (dalam foto paling kiri) yang baru saja mengikuti Pertemuan Ahli Hisab-Rukyat
seluruh Indonesia pada 29 Februari lalu memberikan kabar menenangkan di tengah perbedaan
itu. Walaupun malam pertama shalat tarawih berbeda, malam gema takbir hari raya diprediksi
akan sama. Masyarakat yang melaksanakan puasa 29 maupun 30 hari akan lebaran serempak
10 April 2024. Posisi Bulan saat Matahari terbenam 9 April 2024 diperhitungkan memenuhi
kriteria 3-6,4 dan dapat disaksikan lebih mudah dari Indonesia.
[Foto Para Ahli Hisab-Rukyat Indonesia dalam pertemuan yang diselenggarakan Kementerian Agama (29/02/24)]
KATA PAKAR