Anda di halaman 1dari 35

BUPATI SINTANG

PERATURAN BUPATI SINTANG

NOMOR 33 TAHUN 2012

TENTANG

PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI


KABUPATEN SINTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SINTANG,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan Pasal 74


Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun
2005 tentang Desa, menyatakan pedoman
penyusunan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa, Perubahan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa, Perhitungan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
dan Pertanggungjawaban Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
ditetapkan dengan Peraturan
Bupati/Walikota;

b. bahwa dalam rangka memberikan pedoman


kepada pemerintahan desa dalam
menyusun, melaksanakan dan
mempertanggungjawabkan pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa di
Kabupaten Sintang, perlu dibentuk
Peraturan Bupati tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Desa di Kabupaten
Sintang;

c. bahwa untuk melaksanakan maksud


tersebut pada huruf a dan huruf b di atas,
perlu ditetapkan dengan Peraturan Bupati
Sintang;

Mengingat …
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959
tentang Penetapan Undang-Undang Darurat
Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan
Daerah Tingkat II Di Kalimantan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1953
Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 352) Sebagai
Undang-Undang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
1820);

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999


tentang Penyelenggaraan Negara Yang
Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi, Dan
Nepotisme (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3851);

3. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999


tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3874) sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2001 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2001 Nomor 134,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4150);

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003


tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4286);

5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004


tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4355);

6. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004


tentang Pemeriksaan Pengelolaan Dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4400);

7. Undang-Undang …
7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2008 (Lemabaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4844);

8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004


tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4438);

9. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009


tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5049);

10. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011


tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5234);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun


2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4578);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun


2005 tentang Desa (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4587);

13. Peraturan …
13. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun
2005 tentang Pembinaan Dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4593);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun


2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4737);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun


2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4741);

16. Keputusan Presiden Republik Indonesia


Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman
Pelaksanaan Anggaran Dan Belanja Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2002 Nomor 73 , Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4212) sebagaimana telah diubah dengan
Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun 2004
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 93, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4418);

17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13


Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 59 Tahun 2007;

18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37


Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Desa;

19. Peraturan …
19. Peraturan Daerah Kabupaten Sintang Nomor
11 Tahun 2006 tentang Pembentukan,
Penghapusan Dan Atau Penggabungan Desa
(Lembaran Daerah Kabupaten Sintang
Tahun 2006 Nomor 12, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Sintang
Nomor 11);

20. Peraturan Daerah Kabupaten Sintang Nomor


16 Tahun 2006 tentang Kedudukan
Keuangan Kepala Desa Dan Perangkat Desa
(Lembaran Daerah Kabupaten Sintang
Tahun 2006 Nomor 17, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Sintang
Nomor 16);

21. Peraturan Daerah Kabupaten Sintang Nomor


25 Tahun 2006 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Daerah
Kabupaten Sintang Tahun 2006 Nomor 26,
Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten
Sintang Nomor 25);

22. Peraturan Daerah Kabupaten Sintang Nomor


1 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintah
Kabupaten Sintang (Lembaran Daerah
Kabupaten Sintang Tahun 2008 Nomor 1,
Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten
Sintang Nomor 1);

23. Peraturan Daerah Kabupaten Sintang Nomor


2 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi
Perangkat Daerah Kabupaten Sintang
(Lembaran Daerah Kabupaten Sintang
Tahun 2008 Nomor 2, Tambahan Lembaran
Daerah Kabupaten Sintang Nomor 2);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN BUPATI SINTANG TENTANG


PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI
KABUPATEN SINTANG

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan


:

1. Daerah …
1. Daerah adalah Daerah Kabupaten Sintang.

2. Pemerintahan Daerah adalah


penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
pemerintah daerah dan DPRD menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan dengan
prinsip otonomi seluas luasnya dalam
sistem dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

3. Pemerintah Daerah adalah bupati dan


perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah.

4. Peraturan Kepala Daerah adalah Peraturan


Bupati Sintang.

5. Berita Daerah adalah Berita Daerah


Kabupaten Sintang.

6. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang


selanjutnya disingkat PPKD adalah kepala
satuan kerja pengelola keuangan daerah
Kabupaten Sintang yang mempunyai tugas
melaksanakan fungsi pengelolaan APBD dan
bertindak sebagai Bendahara Umum
Daerah.

7. Pejabat yang berwenang adalah Bupati


Sintang dan Sekretaris Daerah Kabupaten
Sintang.

8. Kecamatan adalah wilayah kerja camat


sebagai perangkat daerah Kabupaten
Sintang.

9. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum


yang memiliki batas-batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat,
berdasarkan asal-usul dan adat istiadat
setempat yang diakui dan dihormati dalam
sistem pemerintahan Negara Republik
Indonesia.

10. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan


urusan pemerintahan oleh pemerintah desa
dan Badan Permusyawaratan Desa dalam
mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan asal-usul
dan adat istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

11. Pemerintah ...


11. Pemerintah Desa adalah kepala desa dan
perangkat desa sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan desa.

12. Badan Permusyawaratan Desa yang


selanjutnya disingkat BPD adalah lembaga
yang merupakan perwujudan demokrasi
dalam penyelenggaraan pemerintahan desa
sebagai unsur penyelenggara pemerintah
desa.

13. Peraturan Desa adalah peraturan


perundang-undangan yang dibuat oleh BPD
bersama Kepala Desa.

14. Peraturan Kepala Desa dan atau Keputusan


Kepala Desa adalah peraturan perundang-
undangan yang dibuat oleh Kepala Desa.

15. Lembaga Kemasyarakatan adalah lembaga


yang dibentuk oleh masyarakat sesuai
dengan kebutuhan dan merupakan mitra
pemerintah desa dalam memberdayakan
masyarakat.

16. Keuangan Desa adalah semua hak dan


kewajiban dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan desa yang dapat dinilai
dengan uang termasuk didalamnya segala
bentuk kekayaan yang berhubungan dengan
hak dan kewajiban desa tersebut.

17. Alokasi Dana Desa adalah dana yang


dialokasikan oleh Pemerintah Kabupaten
Sintang untuk desa yang bersumber dari
bagian dana perimbangan keuangan pusat
dan daerah yang diterima oleh Kabupaten
Sintang.

18. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa


yang selanjutnya disingkat APB Desa adalah
rencana keuangan tahunan pemerintah desa
yang dibahas dan disetujui bersama oleh
Pemerintah Desa dan BPD, yang ditetapkan
dengan Peraturan Desa.

19. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang


menjadi kewenangan pemerintahan desa
didanai dari dan atas beban APB Desa.

20. Penyelenggaraan urusan pemerintah yang


menjadi kewenangan pemerintah di desa
didanai dari dan atas beban APBN.

20. Penyelenggaraan …
21. Penyelenggaraan urusan pemerintah yang
menjadi kewenangan pemerintah provinsi
yang pelaksanaannya dilimpahkan kepada
desa didanai dari dan atas beban APBD
Provinsi.

22. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang


menjadi kewenangan pemerintahan
kabupaten yang penugasannya dilimpahkan
kepada desa didanai dari dan atas beban
APBD Kabupaten.

23. Pendapatan Desa adalah hak hak


pemerintah desa yang diakui sebagai
penambah kekayaan bersih desa.

24. Belanja Desa adalah kewajiban pemerintah


desa yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan desa.

25. Belanja Tidak Langsung adalah belanja yang


dianggarkan tidak terkait secara langsung
dengan pelaksanaan program dan kegiatan.

26. Belanja Langsung adalah belanja yang


dianggarkan terkait secara langsung dengan
pelaksanaan program dan kegiatan.

27. Pembiayaan adalah semua penerimaan yang


perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali
baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun pada tahun-tahun
anggaran berikutnya.

28. Hibah adalah pemberian uang/barang atau


jasa dari pemerintah, pemerintah provinsi,
pemerintah kabupaten, pemerintah desa
lainnya, perusahaan, masyarakat dan
organisasi kemasyarakatan yang secara
spesifik telah ditetapkan peruntukannya,
bersifat tidak wajib dan tidak mengikat,
serta tidak secara terus menerus yang
bertujuan untuk menunjang
penyelenggaraan urusan pemerintah desa.

29. Kas Desa adalah tempat penyimpanan uang


desa yang ditentukan oleh Kepala Desa
untuk menampung peneriamaan desa dan
digunakan untuk membayar seluruh
pengeluaran.

30. Pengelolaan …
30. Pengelolaan Keuangan Desa adalah
keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, penganggaran,
penatausahaan, pelaporan, pertanggung
jawaban dan pengawasan keuangan desa.

31. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan


Desa adalah Kepala Desa yang karena
jabatannya mempunyai kewenangan
menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan
keuangan desa.

32. Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan


Desa yang selanjutnya disingkat PTPKD
adalah perangkat desa yang ditunjuk oleh
kepala desa untuk melaksanakan
pengelolaan keuangan desa.

33. Bendahara Desa adalah perangkat desa


yang ditunjuk oleh kepala desa untuk
menerima, menyimpan, menyetorkan,
menatausahakan, membayarkan dan
mempertanggung jawabkan keuangan desa
dalam rangka pelaksanaan APB Desa.

34. Pegawai Honor/Pegawai Non Perangkat Desa


adalah Pegawai Desa yang diangkat dengan
Surat Keputusan Kepala Desa dan
dibebankan dalam APB Desa serta berlaku
pada waktu tertentu yaitu untuk satu
tahun.

35. Honor/Honorarium adalah upah sebagai


imbalan jasa (kehormatan) atas pelaksanaan
tugas tertentu dan atau jabatan yang bukan
penghasilan tetap.

36. Surat Permintaan Pembayaran yang


selanjutnya disingkat SPP adalah dokumen
yang diterbitkan oleh bendara desa/pejabat
yang bertanggungjawab atas pelaksanaan
kegiatan untuk mengajukan permintaan
pembayaran.

37. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya


disingkat SPM adalah dokumen yang
digunakan/diterbitkan oleh pengguna
anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk
penerbitan SP2D atas beban pengeluaran
DPA-SKPD.

38. Surat …
38. Surat Perintah Pencairan Dana yang
selanjutnya disingkat SP2D adalah dokumen
yang digunakan sebagai dasar pencairan
dana yang diterbitkan oleh Bendahara
Umum Daerah (BUD) berdasarkan SPM.

39. Perjalanan Dinas adalah perjalanan keluar


dari tempat kedudukan ke tempat tujuan
dalam rangka melaksanakan tugas-tugas
dan kegiatan baik kedalam maupun keluar
desa dalam wilayah NKRI atas perintah
pejabat yang berwenang.

40. Barang Milik Desa adalah semua barang


yang dibeli atau diperoleh atas beban APB
Desa atau berasal dari perolehan lainnya
yang sah.

41. Pengelola Barang Milik Desa selanjutnya


disebut pengelola adalah perangkat desa
yang yang berwenang dan bertanggungjawab
melakukan koordinasi pengelolaan barang
milik desa.

42. Pengelola Barang Milik Desa adalah


perangkat desa yang ditugaskan untuk
menerima, menyimpan dan mengeluarakan
milik desa yang ditunjuk oleh Kepala Desa
untuk masa 1 (satu) tahun anggaran dan
bertanggungjawab kepala Kepala Desa.

43. Rencana Pembangunan Jangka Menengah


Desa yang selanjutnya disingkat RPJMDesa
adalah dokumen perencanaan desa untuk
periode 6 (enam) tahun.

44. Rencana Pembangunan Jangka Pendek yang


selanjutnya disebut Rencana Kerja
Pembangunan Desa (RKPDesa) adalah hasil
musyawarah masyarakat desa tentang
program dan kegiatan yang akan
dilaksanakan untuk periode 1 (satu) tahun.

45. Tim Pelaksana Desa adalah tim kerja yang


dibentuk oleh kepala desa terdiri dari
perangkat desa dan masyarakat yang
bertugas melaksanakan dan melaporkan
hasil kegiatan yang bersumber dari ADD
dalam APB Desa.

46. Tim ...


46. Tim Pendamping Tingkat Kecamatan adalah
tim kerja yang dibentuk oleh Camat yang
bertugas melakukan verifikasi dari proses
penyusunan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa, permohonan penyaluran
Alokasi Dana Desa, melakukan evaluasi
pelaksanaan Alokasi Dana Desa serta
melaksanakan pembinaan pelaksanaan
pengelolaan keuangan desa.

47. Tim Fasilitasi Tingkat Kabupaten adalah Tim


Fasilitasi Tingkat Kabupaten Sintang yang
dibentuk oleh Bupati Sintang serta bertugas
melaksanakan fasilitasi, pembinaan dan
pengawasan pelaksanaan pengelolaan
keuangan desa.

48. Pembinaan adalah pemberian pedoman,


standar pelaksanaan perencanaan,
penelitian, konsultasi, supervisi, monitoring,
pengawasan umum dan evaluasi
pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan
desa.

BAB II
AZAS UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

Pasal 2

(1) Keuangan desa dikelola berdasarkan azas


transparan, akuntabel, partisipatif, serta
dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran.

(2) Transparan sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) Pasal ini, merupakan prinsip keterbukaan
yang memungkinkan masyarakat untuk
mengetahui dan mendapatkan akses informasi
seluas-luasnya tentang keuangan desa.

(3) Akuntabel sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) Pasal ini, merupakan perwujudan
kewajiban untuk mempertanggungjawabkan
pengelolaan keuangan dan pengendalian
sumber daya dalam pelaksanaan kebijakan
yang laksanakan dalam rangka pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan.

(4) Partisipatif ...


(4) Partisipatif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) Pasal ini, merupakan prinsip keikutsertaan
dan kepedulian seluruh penyelenggara
pemerintahan desa dan masyarakat dalam
melaksanakan pengelolaan keuangan desa.

(5) Tertib sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


Pasal ini, merupakan prinsip bahwa keuangan
desa dikelola secara tepat waktu dan tepat
guna yang didukung dengan bukti-bukti
administrasi yang dapat
dipertanggungjawabkan.

(6) Disiplin anggaran sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) Pasal ini, merupakan prinsip
pengelolaan keuangan desa yang dalam
pelaksanaannya harus sesuai dengan
perencanaan yang terdapat pada APB Desa
serta berpedoman pada peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

(7) Pengelolaan keuangan desa sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, dikelola
dalam masa 1 (satu) tahun anggaran yakni
mulai tanggal 1 Januari sampai dengan
tanggal 31 Desember.

BAB III
KEKUASAAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

Pasal 3

(1) Kepala Desa sebagai Kepala Pemerintah Desa


adalah pemegang kekuasaan pengelolaan
keuangan desa dan mewakili pemerintah desa
dalam kepemilikan kekayaan desa yang
dipisahkan.

(2) Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) Pasal ini, mempunyai kewenangan :
a. menetapkan kebijakan tentang
pelaksanaan APB Desa dengan
Peraturan Kepala Desa;
b. menetapkan kebijakan tentang
pengelolaan barang desa dengan
Peraturan Kepala Desa;
c. menetapkan bendahara desa setiap
tahun pada tahun anggaran baru;
d. menetapkan petugas yang melaksanakan
pemungutan penerimaan desa setiap
tahun pada tahun anggaran baru;

e. menetapkan ...
e. menetapkan petugas yang melaksanakan
pengelolaan barang milik desa setiap
tahun pada tahun anggaran baru.

(3) Kepala Desa dalam melaksanakan pengelolaan


keuangan desa dibantu oleh Pelaksana Teknis
Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD).

(4) PTPKD adalah Sekretaris Desa.

(5) PTPKD sebagai pelaksana teknis pengelolaan


keuangan desa dalam pelaksanaannya
bertanggungjawab kepada Kepala Desa.

(6) Sekretaris Desa sebagaimana dimaksud pada


ayat (4) Pasal ini mempunyai tugas :
a. menyusun dan melaksanakan kebijakan
pengelolaan APB Desa;
b. menyusun dan melaksanakan kebijakan
pengelolaan barang milik desa;
c. menyusun rancangan peraturan desa
tentang APB Desa, perubahan APB Desa,
dan pertanggungjawaban pelaksanaan
APB Desa;
d. menyusun rancangan peraturan kepala
desa tentang penjabaran APB Desa,
penjabaran perubahan APB Desa dan
penjabaran pertanggungjawaban APB
Desa serta peraturan pelaksana lainnya.

(7) Kepala Desa menetapkan bendahara desa dari


perangkat desa dengan Keputusan Kepala
Desa.

BAB IV
KEDUDUKAN KEUANGAN KEPALA DESA,
PERANGKAT DESA DAN BADAN
PERMUSYAWARATAN DESA

Pasal 4

(1) Kepala Desa dan Perangkat Desa diberikan


penghasilan tetap setiap dan/atau tunjangan
lainnya sesuai dengan kemampuan keuangan
desa.

(2) Penghasilan tetap dan/atau tunjangan lainnya


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini
dianggarkan setiap tahun dalam APB Desa.

(3) Penghasilan ...


(3) Penghasilan tetap sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) Pasal ini, ditetapkan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 5

(1) Setiap urusan pemerintah desa dan organisasi


yang dicantumkan dalam APB Desa
menggunakan kode dan klasifikasi urusan
pemerintah desa dan organisasi.
(2) Kode dan klasifikasi urusan pemerintah desa
dan organisasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) sebagaimana tercantum pada
Lampiran I Peraturan ini, yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
ini.

Pasal 6

(1) Pimpinan dan Anggota Badan


Permusyawaratan Desa diberikan penghasilan
tetap setiap bulannya dan/atau tunjangan
lainnya sesuai dengan kemampuan keuangan
desa.

(2) Penghasilan tetap dan/atau tunjangan lainnya


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini
dianggarkan setiap tahun dalam APB Desa.

(3) Penghasilan tetap sebagaimana dimaksud


pada ayat (2) Pasal ini, ditetapkan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB V
AZAS UMUM DAN STRUKTUR APB DESA

Bagian Pertama
Azaz Umum APB Desa

Pasal 7

(1) APB Desa disusun sesuai dengan kebutuhan


penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan desa sesuai dengan
kemampuan keuangan desa.

(2) Penyusunan ...


(2) Penyusunan APB Desa berpedoman pada
Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPDesa)
hasil musyawarah masyarakat desa dalam
rangka mewujudkan pelayanan kepada
masyarakat dan tercapainya pembangunan
desa.

(3) APB Desa mempunyai fungsi otorisasi,


perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi
dan stabilisasi.

(4) APB Desa, perubahan APB Desa dan


pertanggungjawaban APB Desa setiap tahun
ditetapkan dengan Peraturan Desa dan
Peraturan Kepala Desa dimuat dalam Berita
Daerah dilakukan oleh Sekretaris Daerah.

Pasal 8

(1) Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa APB


Desa menjadi dasar melaksanakan
pendapatan, belanja pada program dan
kegiatan pada tahun anggaran yang
bersangkutan.

(2) Fungsi perencanaan mengandung arti bahwa


APB Desa menjadi pedoman bagi manajemen
dalam merencanakan kegiatan pada tahun
yang bersangkutan dan yang akan datang.

(3) Fungsi pengawasan mengandung arti bahwa


APB Desa menjadi pedoman untuk menilai
apakah kegaiatan penyelenggaraan
pemerintahan desa sesuai dengan rencana dan
ketentuan yang telah ditetapkan.

(4) Fungsi alokasi mengandung arti bahwa APB


Desa harus diarahkan untuk menciptakan
lapangan kerja, mengurangi pengangguran,
mengurangi pemborosan sumber daya serta
meningkatkan tingkat perekonomian
masyarakat desa.

(5) Fungsi distribusi mengandung arti bahwa APB


Desa harus memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan pada wilayah kerja desa.

(6) Fungsi stabilisasi mengandung arti bahwa APB


Desa menjadi alat untuk memelihara dan
mengupayakan keseimbangan perekonomian
desa.
Pasal 9 ...
Pasal 9

(1) Penerimaan desa terdiri dari pendapatan desa


dan penerimaan pembiayaan desa.

(2) Pendapatan desa sebagaimana dimaksud ayat


(1), merupakan perkiraan terukur secara
rasional yang dapat dicapai untuk setiap
sumber pendapatan.

(3) Penerimaan pembiayaan sebagaimana


dimaksud ayat (1) adalah semua penerimaan
yang perlu dibayar kembali baik pada tahun
anggaran bersangkutan maupun pada tahun
anggaran berikutnya.

Pasal 10

(1) Pengeluaran desa terdiri dari belanja desa dan


pengeluaran pembiayaan desa.

(2) Belanja desa sebagaimana dimaksud ayat (1)


merupakan perkiraan beban pengeluaran desa
yang dialokasikan secara adil dan merata agar
relatif dapat dinikmati oleh seluruh kelompok
masyarakat tanpa diskriminasi, khususnya
dalam rangka pelayanan umum.

(3) Pengeluaran pembiayaan desa sebagaimana


dimaksud ayat (1) adalah pengeluaran yang
akan diterima kembali baik pada tahun
anggaran bersangkutan maupun pada tahun
anggaran berikutnya.

Pasal 11

APB Desa merupakan dasar pengelolaan keuangan


desa dalam masa 1 (satu) tahun anggaran terhitung
mulai tanggal 1 Januari sampai dengan 31
Desember.

Bagian Kedua
Struktur APB Desa

Pasal 12

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa)


terdiri dari :
a. pendapatan desa;
b. belanja desa; dan
c. pembiayaan desa.
Pasal 13 …
Pasal 13

(1) Pendapatan desa sebagaimana dimaksud


pada pasal 12 huruf a, terdiri dari :
a. pendapatan asli desa;
b. bagi hasil pajak kabupaten;
c. bagian dari retribusi kabupaten;
d. dana perimbangan keuangan pusat dan
daerah;
e. bantuan keuangan dari pemerintah,
pemerintah propinsi, pemerintah
kabupaten dan pemerintah desa
lainnya;
f. hibah; dan
g. sumbangan dari pihak ketiga.

(2) Bagian dana perimbangan sebagaimana


dimaksud ayat (1) huruf d, adalah terdiri
dari dana bagi hasil pajak dan sumber daya
alam ditambah dana alokasi umum (DAU)
setelah dikurangi belanja pegawai
pemerintah daerah.

(3) Bantuan keuangan dari pemerintah,


pemerintah propinsi, pemerintah kabupaten
sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf
e,disalurkan melalui kas desa.

(4) Bantuan dari Pemerintah sebagaimana


dimaksud 13 ayat (2) diutamakan untuk
tunjangan penghasilan Kepala Desa dan
Perangkat Desa serta tunjangan anggota
BPD, bantuan pemerintah provinsi dan
kabupaten digunakan untuk percepatan
atau akselerasi pembangunan desa.

(5) Sumber pendapatan desa yang telah dimiliki


dan dikelola oleh desa tidak dibenarkan
diambil alih oleh pemerintah atau
pemerintah daerah.

(6) Sumber pendapatan daerah yang berada di


desa baik pajak maupun retribusi yang
sudah dipungut oleh pemerintah daerah
Provinsi/Kabupaten, tidak dibenarkan
adanya pungutan tambahan oleh
pemerintah desa.

(7) Pungutan retribusi dan pajak lainnya yang


telah dipungut oleh desa tidak dibenarkan
dipungut atau diambil alih oleh pemerintah
daerah Provinsi/Kabupaten.
(8) Bagian ...
(8) Bagian desa dari perolehan bagian pajak
dan retribusi daerah ditetapkan dengan
peraturan daerah dan pengalokasiannya
ditetapkan dengan peraturan bupati.

(9) Hibah dan Sumbangan dari pihak ketiga


yang tidak mengikat dapat berbentuk
hadiah, donasi, wakaf, dan atau lain-lain
bentuk sumbangan.

(10) Kode Rekening Pendapatan Desa


sebagaimana tercantum pada Lampiran II
Peraturan ini, yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

Pasal 14

(1) Belanja desa sebagaimana dimaksud pada


pasal 12 huruf b, terdiri dari :
a. belanja langsung
b. belanja tidak langsung

(2) Belanja langsung sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf b Pasal ini, terdiri dari :
a. belanja pegawai;
b. belanja barang dan jasa;
c. belanja modal.

(3) Belanja tidak langsung sebagaimana dimaksud


pada ayat (2) huruf a Pasal ini, terdiri dari :
a. belanja pegawai/penghasilan tetap;
b. belanja subsidi;
c. belanja hibah;
d. belanja bantuan sosial;
e. belanja bantuan keuangan;
f. belanja tak terduga.

(4) Kode Rekening Belanja Desa sebagaimana


tercantum pada Lampiran III Peraturan ini,
yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan ini.

Pasal 15

(1) Pembiayaan desa sebagaimana dimaksud


pasal 12 huruf c, terdiri dari :
a. penerimaan pembiayaan;
b. pengeluaran pembiayaan.

(2) Penerimaan ...


(2) Penerimaan pembiayaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri dari :
a. sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA)
tahun sebelumnya;
b. pencairan dana cadangan;
c. hasil penjualan kekayaan desa yang
dipisahkan;
d. penerimaan pinjaman.

(3) Pengeluaran pembiayaan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri dari :
a. pembentukan dana cadangan;
b. penyertaan modal desa;
c. pembayaran utang.

(4) Kode Rekening Pembiayaan Desa sebagaimana


tercantum pada Lampiran IV Peraturan ini,
yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan ini.

BAB VI
PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RANCANGAN APB
DESA

Bagian Pertama
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
(RPJMD) dan Rencana Kerja Pembangunan
Desa (RKP Desa)

Pasal 16

(1) RPJMD untuk jangka waktu 5 (lima) tahun


merupakan penjabaran dari visi dan misi dari
Kepala Desa terpilih.

(2) Setelah berakhir jangka waktu RPJM Desa,


Kepala Desa terpilih menyusun kembali untuk
jangka waktu 5 (lima) tahun.

(3) RPJMD sebagaimana tersebut pada ayat (1)


ditetapkan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah
Kepala Desa dilantik.

(4) Kepala Desa bersama BPD menyusun


RKPDesa, yang merupakan penjabaran dari
RPJM Desa berdasarkan hasil Musrenbang
Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun
dalam bentuk program dan kegiatan.

(5) Penyusunan RKPDesa diselesaikan paling


lambat akhir bulan Januari tahun anggaran
sebelumnya.
(6) Contoh …
(6) Contoh Program dan Kegiatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4), sebagaimana
tercantum pada Lampiran V Peraturan ini,
yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan ini.

Bagian Kedua
Penyusunan Rancangan APB Desa

Pasal 17

(1) Sekretaris Desa menyusun Rancangan


Peraturan Desa tentang APB Desa
berdasarkan RKPDesa.

(2) Sekretaris Desa menyampaikan Rancangan


Peraturan Desa tentang APB Desa kepada
Kepala Desa untuk memperoleh
persetujuan.

(3) Kepala Desa menyampaikan Rancangan


Peraturan Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) kepada BPD untuk dibahas
bersama dalam rangka memperoleh
persetujuan bersama.

(4) Kepala Desa menyampaikan Rancangan


Peraturan Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) disertai dengan Surat
Pengantar Kepala Desa.

(5) Ketua BPD dalam rangka pembahasan


bersama Kepala Desa membuat Surat
Undangan tentang pembahasan Rancangan
Peraturan Desa kepada Anggota BPD,
Kepala Desa dan tokoh masyarakat, tokoh
agama, tokoh adat bila diperlukan.

(6) Pembahasan sebagaimana dimaksud pada


ayat (3) di atas, menitikberatkan pada
kesesuaian dengan RKP Desa.

(7) Sekretaris BPD mencatat seluruh proses


pembahasan Peraturan Desa dan ditanda
tangani oleh Ketua BPD.

(8) Rancangan Peraturan Desa tentang APB


Desa yang telah disetujui bersama sebelum
ditetapkan oleh Kepala Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), paling lambat 3
(tiga) hari kerja disampaikan kepada Bupati
Sintang untuk dievaluasi.
(9) Rancangan …
(9) Rancangan Peraturan Desa tentang APB
Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
di atas, ditetapkan paling lambat 1 (satu)
bulan setelah APBD Kabupaten ditetapkan.

(10) Format persetujuan BPD sebagaimana


dimaksud pada ayat (3) Pasal ini
tercantum dalam Lampiran VI Peraturan ini,
yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan ini.

Pasal 18

(1) Rancangan Peraturan Desa tentang APB


Desa dilengkapi dengan :
a. ringkasan APB Desa;
b. rincian APB Desa;
c. daftar jumlah perangkat desa dan
anggota BPD;
d. daftar penyertaan modal desa;
e. daftar perkiraan penambahan dan
pengurangan aset desa;
f. daftar dana cadangan desa.

(2) Format rancangan peraturan desa tentang


APB Desa sebagaimana tercantum dalam
Lampiran VII, VIII, IX, X, XI, XII dan XIII
Peraturan ini, yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

Pasal 19

(1) Rancangan Peraturan Kepala Desa tentang


APB Desa dilengkapi dengan :
a. ringkasan penjabaran APB Desa;
b. rincian penjabaran APB Desa.

(2) Format Rancangan Peraturan Kepala Desa


tentang Penjabaran APB Desa tercantum
dalam Lampiran XIV, XV dan XVI Peraturan
ini, yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan ini.

Bagian …
Bagian Ketiga
Evaluasi Rancangan APB Desa

Pasal 20

(1) Rancangan Peraturan Desa Tentang APB


Desa yang telah disetujui bersama antara
Pemerintah Desa dan BPD sebelum
ditetapkan oleh Kepala Desa menjadi
Peraturan Desa, paling lambat 3 (tiga) hari
kerja disampaikan kepada Bupati Sintang
untuk dievaluasi.

(2) Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat


(1), harus menetapkan hasil evaluasi
terhadap Rancangan Peraturan Desa
tentang APB Desa paling lambat 20 (dua
puluh) hari kerja sejak diterimanya
Rancangan Peraturan Desa dimaksud.

(3) Apabila batas waktu evaluasi sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) terlampaui, Kepala
Desa menetapkan Rancangan Peraturan
Desa tentang APB Desa menjadi Peraturan
Desa.

(4) Apabila Bupati menyatakan hasil evaluasi


Rancangan Peraturan Desa tentang APB
Desa tidak sesuai dengan kepentingan
umum dan peraturan perundang-undangan
yang lebih tinggi, Kepala Desa bersama BPD
melakukan penyempurnaan paling lama 7
(tujuh) hari kerja sejak diterimanya hasil
evaluasi.

(5) Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti


oleh Kepala Desa dan BPD, dan Kepala Desa
tetap menetapkan Rancangan Peraturan
Desa tentang APB Desa menjadi Peraturan
Desa, Bupati Sintang dapat membatalkan
Peraturan Desa dimaksud dengan Peraturan
Bupati dan berlaku pagu anggaran tahun
anggaran sebelumnya.

(6) Pembatalan Peraturan Desa sebagaimana


dimaksud pada ayat (5), dilakukan paling
lama 7 (tujuh) hari kerja oleh Kepala Desa
dan BPD dengan Peraturan Desa tentang
pencabutan Peraturan Desa tentang APB
Desa.

(7) Pelaksanaan ...


(7) Pelaksanaan pengeluaran atas pagu APB
Desa tahun anggaran sebelumnya
ditetapkan dengan keputusan kepala desa.

Bagian Keempat
Penetapan Rancangan APB Desa

Pasal 21

(1) Penetapan Rancangan Peraturan Desa


tentang APB Desa dilakukan oleh kepala
desa setelah dievaluasi oleh Bupati Sintang
serta diundangkan ke dalam Berita Daerah
oleh pejabat yang berwenang.

(2) Kepala Desa menyampaikan Peraturan Desa


tentang APB Desa dan Peraturan Kepala
Desa tentang Penjabaran APB Desa yang
telah ditetapkan kepada Bupati Sintang,
paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah
ditetapkan.

Bagian Kelima
Pelaksanaan APB Desa

Pasal 22

(1) Semua penerimaan desa dilaksanakan


melalui kas desa dan didukung dengan
bukti penerimaan yang lengkap dan sah.

(2) Bukti penerimaan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1), harus mendapat verifikasi
oleh Sekretaris Desa dengan membubuhkan
tanda paraf dan disahkan oleh Kepala Desa.

(3) Kepala desa wajib mengintensifkan


pemungutan pendapatan desa yang menjadi
wewenang dan tanggungjawabnya.

(4) Pemerintah desa dilarang melakukan


pungutan selain yang telah ditetapkan
dalam Peraturan Desa.

(5) Penganggaran Penerimaan Desa harus


memiliki dasar hukum dan sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 23 …
Pasal 23

(1) Pelaksanaan pengeluaran belanja desa


harus sesuai dengan APB Desa yang telah
ditetapkan.

(2) Pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang


dibiayai dari ADD dalam APB Desa
dilaksanakan oleh Tim Pelaksana Desa dan
atau masyarakat desa.

(3) Setiap pengeluaran belanja atas beban APB


Desa harus didukung dengan bukti
pengeluaran yang lengkap dan sah.

(4) Bukti pengeluaran sebagaimana dimaksud


pada ayat (1), harus mendapat verifikasi
oleh Sekretaris Desa dengan membubuhkan
tanda paraf pada tempat tanda tangan
Kepala Desa.

(5) Bukti pengeluaran sebagaimana dimaksud


pada ayat (1), harus mendapat pengesahan
oleh kepala desa atas kebenaran material
yang timbul dari penggunaan bukti
dimaksud.

(6) Pengeluaran kas desa yang mengakibatkan


beban APB Desa tidak dapat dilakukan
sebelum Rancangan Peraturan Desa tentang
APB Desa ditetapkan menjadi Peraturan
Desa.

(7) Pengeluaran kas sebagaimana dimaksud


pada ayat (5) tidak termasuk belanja desa
yang bersifat mengikat dan belanja desa
yang bersifat wajib.

(8) Bendahara desa sebagai wajib pungut pajak


negara dan pajak daerah wajib menyetorkan
seluruh penerimaan potongan dan pajak
yang dipungutnya ke rekening kas negara
dan kas daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 24

(1) Sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA)


tahun anggaran sebelumnya merupakan
penerimaan pembiayaan yang dipergunakan
untuk :
a. menutup ...
a. menutup defisit anggaran apabila
realisasi pendapatan lebih kecil dari
realisasi belanja;
b. mendanai pelaksanaan kegiatan
lanjutan atas beban belanja langsung;
c. mendanai kewajiban lainnya sampai
akhir tahun anggaran yang belum
diselesaikan.

(2) Pengalokasian dana cadangan desa dapat


dilakukan dengan ketentuan :
a. pengalokasian dana cadangan
diperuntukan bagi kegiatan tertentu
yang memerlukan dana tidak dapat
dianggarkan pada satu tahun anggaran
dan ditetapkan dengan Peraturan Desa
tentang pembentukan dana cadangan;
b. dana cadangan dibukukan dan
disimpan pada kas desa tersendiri atas
nama dana cadangan pemerintah desa;
c. dana cadangan tidak dapat digunakan
untuk membiayai kegiatan diluar yang
telah ditetapkan dalam Peraturan Desa
tentang pembentukan dana cadangan;

d. kegiatan yang ditetapkan dalam


Peraturan Desa tentang dana
cadangan, dilaksanakan apabila dana
cadangan tersebut telah mencukupi
untuk dilaksanakan.

BAB VII
PERUBAHAN APB DESA

Pasal 25

(1) Perubahan APB Desa dapat dilakukan


apabila terjadi :
a. keadaan yang mengakibatkan harus
dilakukan pergeseran antar jenis
belanja;
b. keadaan yang mengakibatkan SiLPA
tahun anggaran sebelumnya harus
digunakan pada tahun anggaran
berjalan;
c. keadaan yang mengakibatkan
terjadinya perbedaan jumlah
penerimaan dan atau belanja, setelah
Peraturan Desa dan Peraturan Kepala
Desa disahkan;
d. keadaan darurat;
e. keadaan luar biasa.
(2) Perubahan ...
(2) Perubahan APB Desa hanya dapat
dilakukan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun
anggaran, kecuali dalam keadaan luar biasa.

(3) Tata cara penyusunan dan penetapan


perubahan APB Desa berlaku secara mutatis
dan muntadis dengan ketentuan Pasal 17,
Pasal 18, Pasal 19 dan Pasal 20 Peraturan
ini.

(4) Format Persetujuan BPD tentang perubahan


APB Desa dan Rancangan Peraturan Desa
tentang Perubahan APB Desa dan Peraturan
Kepala Desa tentang Penjabaran Perubahan
APB Desa sebagaimana tercantum pada
Lampiran XVII, XVIII, XIX, XX, XXI, XXII
XXIII, XXIV, XXV, XXVI dan XXVII
Peraturan ini, yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

BAB VIII
PENATAUSAHAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN
KEUANGAN DESA

Bagian Pertama
Penatausahaan Penerimaan

Pasal 26

(1) Penatausahaan penerimaan wajib


dilaksanakan oleh bendahara desa.

(2) Penatausahaan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1), menggunakan :
a. buku kas umum;
b. buku kas pembantu perincian objek
penerimaan;
c. buku kas harian pembantu.

(3) Bendahara wajib menyampaikan laporan


pertanggungjawaban penerimaan kepada
Kepala Desa setiap bulan, paling lambat
tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya.

(4) Laporan pertanggungjawaban penerimaan


dilampiri dengan :
a. buku kas umum;
b. buku kas pembantu perincian objek
penerimaan;
c. bukti penerimaan lainnya yang sah.

(5) Format ...


(5) Format Buku Kas Umum, Buku Kas
Pembantu perincian objek penerimaan dan
Buku kas harian pembantu sebagaimana
terlampir dalam Lampiran XXVIII, XXIX, XXX
Peraturan ini, yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

Bagian Kedua
Penatausahaan Pengeluaran

Pasal 27

(1) Penatausahaan pengeluaran wajib


dilaksanakan oleh bendahara desa.

(2) Dokumen Penatausahaan pengeluaran harus


disesuaikan dengan Peraturan Desa tentang
APB Desa atau perubahan APB Desa melalui
pengajuan Surat Permintaan Pembayaran
(SPP) Belanja Langsung (per kegiatan) atau
Belanja Tidak Langsung.

(3) Pengajuan surat permintaan sebagaimana


dimaksud pada ayat (2), harus disetujui oleh
Kepala Desa melalui Sekretaris Desa selaku
Pelaksana Teknis Pengelola Keuangan Desa
(PTPKD).

(4) Bendahara desa wajib mempertanggung


jawabkan penggunaan uang yang menjadi
tanggung jawabnya melalui laporan
pertanggung jawaban pengeluaran kepada
Kepala Desa setiap bulan paling lambat
tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya.

(5) Pengeluaran yang dilakukan oleh Bendahara


Desa harus dilakukan dengan bukti
pengeluaran yang sah.

(6) Dokumen yang digunakan bendahara desa


dalam melaksanakan penatausahaan
pengeluaran meliputi :
a. buku kas umum;
b. buku kas pembantu perincian objek
pengeluaran;
c. buku kas harian pembantu.

(7) Laporan pertanggungjawaban pengeluaran


dilampiri dengan :
a. buku kas umum;

b. buku …
b. buku kas pembantu perincian objek
pengeluaran disertai dengan bukti-bukti
pengeluaran yang sah;
c. bukti atas penyetoran pajak
negara/daerah ke kas negara/kas
daerah.

(8) Format tanda bukti pembayaran, SPP, Buku


Kas Umum, Buku Kas Pembantu perincian
objek pengeluaran dan Buku kas harian
pembantu, Register Penutupan Kas, Buku
Pajak PPN/PPh, Laporan Realisasi Penerimaan
dan Penyetoran Pajak, Pengesahan
Pertanggungjawaban Penerimaan dan
Pengeluaran, Berita Acara Pemeriksaan Kas,
Bukti Setoran UUDP, Buku Simpanan Bank,
Blanko Pembayaran Penghasilan Perangkat
Desa, Blanko Pembayaran Tunjangan Anggota
BPD, sebagaimana tercantum pada Lampiran
XXXI, XXXII, XXXIII, XXXIV, XXXV, XXXVI,
XXXVII, XXXVIII, XXXIX, XL, XLI, XLII, XLIII,
dan XLIV Peraturan ini, yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
ini.

BAB IX
PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN
APB DESA

Bagian Pertama
Penetapan Pertanggungjawaban Pelaksanaan
APB Desa

Pasal 28

(1) Sekretaris Desa menyusun Rancangan


Peraturan Desa tentang Pertanggungjawaban
Pelaksanaan APBDesa dan Rancangan
Peraturan Kepala Desa tentang Penjabaran
Pertanggungjawaban Pelaksanaan APB Desa.

(2) Sekretaris Desa sebagaimana dimaksud pada


ayat (1), menyampaikan kepada Kepala Desa
untuk dibahas bersama BPD.

(3) Berdasarkan persetujuan bersama Kepala


Desa dengan BPD sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), maka Rancangan Peraturan
Desa tentang Pertanggungjawaban
Pelaksanaan APB Desa dapat ditetapkan
menjadi Peraturan Desa.

(4) Jangka …
(4) Jangka waktu penyampaian sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), dilakukan paling
lambat 1 (satu) bulan setelah tahun anggaran
berakhir.

(5) Format persetujuan BPD terhadap


pertanggungjawaban pelaksanaan APBDesa,
peraturan desa tentang pertanggung jawaban
pelaksanaan APB Desa dan peraturan kepala
desa tentang penjabaran pertanggung
jawaban pelaksanaan APB Desa sebagaimana
tercantum pada Lampiran XLV, XLVI, XLVII,
XLVIII, XLIX, L, LI, LII, LIII, LIV, LV, LVII dan
LVIII Peraturan ini, yang merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

Bagian Kedua
Penyampaian Laporan Pertanggungjawaban
Pelaksanaan APB Desa

Pasal 29

(1) Peraturan Desa tentang Pertanggungjawaban


Pelaksanaan APB Desa dan Peraturan Kepala
Desa tentang Penjabaran Pertanggungjawaban
Pelaksanaan APB Desa sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 28 ayat (3), disampaikan kepada
Bupati Sintang melalui Camat.

(2) Waktu penyampaian sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) Pasal ini, paling lambat 7 (tujuh)
hari kerja setelah Peraturan Desa ditetapkan.

BAB X
ALOKASI DANA DESA

Bagian Pertama
Tujuan Alokasi Dana

Pasal 30

Tujuan Alokasi Dana Desa adalah :


a. menanggulangi kemiskinan dan mengurangi
kesenjangan;
b. meningkatkan perencanaan dan penganggaran
pembangunan di tingkat desa dan
pemberdayaan masyarakat;
c. meningkatkan pembangunan infrastruktur
perdesaan;
d. meningkatkan ...
d. meningkatkan pengamalan nilai-nilai
keagamaan, sosial budaya dalam rangka
mewujudkan peningkatan sosial;
e. meningkatkan ketentraman dan ketertiban
masyarakat;
f. meningkatkan pelayanan pada masyarakat
desa dalam rangka pengembangan kegiatan
sosial dan ekonomi masyarakat;
g. mendorong peningkatan swadaya dan gotong-
royong masyarakat;
h. meningkatkan pendapatan desa dan
masyarakat desa melalui Badan Usaha Milik
Desa (BUMDesa).

Bagian Kedua
Pengelolaan Alokasi Dana Desa

Pasal 31

(1) Pengelolaan Alokasi Dana Desa merupakan


satu kesatuan dengan pengelolaan keuangan
desa.

(2) Rumus yang dipergunakan dalam Alokasi


Dana Desa menganut azas, yaitu :
a. azas merata adalah besarnya bagian
Alokasi Dana Desa yang sama untuk
setiap desa, yang selanjutnya disebut
Alokasi Dana Desa Minimal (ADDM).
b. azas adil adalah besarnya bagian Alokasi
Dana Desa berdasarkan Nilai Bobot Desa
(BDx) yang dihitung dengan rumus dan
variabel tertentu,selanjutnya disebut
Alokasi Dana Desa Proporsional (ADDP).

(3) Besarnya prosentase perbandingan antara


azas merata dan adil sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), adalah besarnya ADDM adalah
60% ( enam puluh persen) dari jumlah ADD
dan besarnya ADDP adalah 40% (empat puluh
persen) dari jumlah ADD.

Bagian Ketiga
Pencairan Alokasi Dana Desa

Pasal 32

(1) Pemerintah Desa membuka rekening kas desa


pada Bank yang ditunjuk berdasarkan
Keputusan Kepala Desa.

(2) Kepala …
(2) Kepala Desa mengajukan permohonan
penyaluran Alokasi Dana Desa kepada Pejabat
Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) melalui
SKPD yang menangani Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa setelah dilakukan
verifikasi oleh Tim Pendamping Kecamatan
setelah Peraturan Desa tentang APB Desa
ditetapkan oleh Pejabat yang berwenang.

(3) Verifikasi sebagaimana ayat (2), dilakukan


terhadap kelengkapan dan kesesuaian berkas
pengajuan anggaran dengan APB Desa.

(4) Pejabat Pengelola Keuangan Daerah selaku


Bendahara Umum Daerah akan menyalurkan
Alokasi Dana Desa langsung dari Kas
Daerah Kabupaten Sintang ke Rekening Kas
Desa.

(5) Pencairan Alokasi Dana Desa dalam APB Desa


dilakukan melalui II Tahap atau disesuaikan
dengan kemampuan keuangan daerah.

(6) Syarat-syarat pencairan ADD sebagaimana


dimaksud ayat (5) khusus untuk Tahap I
harus melampirkan :
a. laporan penyelenggaraan pemerintahan
desa (LPPD);
b. foto copy rekening kas desa;
c. peraturan desa tentang APB Desa; dan
d. peraturan kepala desa tentang
penjabaran APB Desa tahun
bersangkutan.

(7) Syarat-syarat pencairan ADD sebagaimana


dimaksud ayat (5), khusus untuk Tahap II
harus melampirkan laporan perkembangan
penggunaan ADD tahap sebelumnya.

(8) Pengelolaan Rekening Desa pada Bank yang


telah ditetapkan oleh Kepala Desa agar
mempedomani ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.

Bagian …
Bagian Keempat
Pelaksanaan Kegiatan

Pasal 33

(1) Pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang


pembiayaannya bersumber dari ADD dalam
APB Desa, sepenuhnya dilaksanakan oleh Tim
Pelaksana Desa.

(2) Penggunaan Anggaran Alokasi Dana Desa


adalah sebesar 30% (tiga puluh persen) untuk
belanja aparatur dan operasional pemerintah
desa, sebesar 70% (tujuh puluh persen) untuk
biaya pemberdayaan masyarakat.

(3) Bagi Belanja Pemberdayaan Masyarakat


sebagaimana dimaksud Ayat (2), digunakan
untuk:
a. biaya perbaikan sarana publik dalam
skala kecil;
b. penyertaan modal usaha masyarakat
melalui BUMDesa;
c. biaya untuk pengadaan ketahanan
pangan;
d. perbaikan lingkungan dan pemukiman;
e. teknologi tepat guna;
f. perbaikan kesehatan dan pendidikan;
g. pengembangan sosial budaya;
h. dan sebagainya yang dianggap penting.

Bagian Kelima
Pertanggungjawaban dan Pelaporan

Pasal 34

(1) Pertanggungjawaban ADD terintegrasi dengan


pertanggungjawaban APB Desa, sehingga
bentuk pertanggungjawabannya adalah
pertanggungjawaban APB Desa.

(2) Bentuk pelaporan atas Kegiatan-kegiatan


dalam APB Desa yang dibiayai dari ADD,
adalah sebagai berikut:
a. laporan berkala, yaitu laporan mengenai
pelaksanaan penggunaan dana ADD
dibuat secara rutin setiap bulannya,
yang dimuat dalam laporan ini adalah
realisasi penerimaan ADD, dan realisasi
belanja ADD;

b. laporan …
b. laporan akhir dari penggunaan alokasi
dana desa mencakup perkembangan
pelaksanaan dan penyerapan dana,
masalah yang dihadapi dan rekomendasi
penyelesaian hasil akhir penggunaan
ADD.

(3) Penyampaian Laporan sebagaimana


dimaksud pada ayat (2), dilaksanakan melalui
jalur struktural yaitu dari Tim Pelaksana Desa
dan diketahui Kepala Desa ke Tim Pendamping
Tingkat Kecamatan secara bertahap.

(4) Tim Pendamping Tingkat Kecamatan


sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
membuat laporan/rekapitulasi dari seluruh
laporan tingkat desa di wilayahnya secara
bertahap melaporkan kepada Bupati Sintang
cq. Tim Fasilitasi Tingkat Kabupaten.

(5) Pembiayaan dalam rangka pelaksanaan tugas


pendampingan oleh Tim Pendamping
sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
dibebankan pada APBD Kabupaten Sintang
diluar dana Alokasi Dana Desa (ADD).

(6) Format Laporan Berkala dan Laporan Akhir


sebagaimana dalam Lampiran LVI, LVII dan
LVIII, Peraturan ini, yang merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

BAB XI
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 35

Pemerintah Kabupaten Sintang dan Camat wajib


melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
pelaksanaan pengelolaan keuangan desa.

Pasal 36

Pembinaan dan Pengawasan Pemerintah Kabupaten


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35,
dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang
meliputi:
a. memberikan pedoman dan bimbingan
pelaksanaan ADD;

b. memberikan ...
b. memberikan bimbingan dan pelatihan dan
penyelenggaraan keuangan desa yang
mencakup perencanaan dan penyusunan APB
Desa, pelaksanaan penatausahaan APB Desa
dan pertanggungjawaban pelaksanaan APB
Desa;
c. membina dan mengawasi pengelolaan
keuangan desa dan pendayagunaan aset desa;
d. memberikan pedoman dan bimbingan
pelaksanaan administrasi keuangan desa.

Pasal 37

Pengawasan pengelolaan keuangan desa


dilaksanakan oleh Badan Pengawas Keuangan,
Badan Pengawas Daerah dan/atau lembaga
pengawas pemerintah lainnya.

Pasal 38

Pembinaan Camat sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 35, dilaksanakan oleh Tim Pendamping
Kecamatan yang meliputi:
a. memfasilitasi administrasi keuangan desa;
b. memfasilitasi pengelolaan keuangan desa dan
pendayagunaan aset desa;
c. memfasilitasi pelaksanaan ADD;
d. memfasilitasi penyelenggaraan keuangan desa
yang mencakup perencanaan, dan
penyusunan APB Desa, pelaksanaan dan
pertanggung-jawaban APB Desa;
e. verifikasi pengajuan pencairan ADD, Surat
Pertanggungjawaban (SPJ).

BAB XII
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 39

(1) Hal-hal yang secara teknis belum diatur dan


atau belum cukup diatur dalam Peraturan ini
akan diatur lebih lanjut sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Dengan berlakunya peraturan ini, maka segala


ketentuan yang mengatur mengenai materi
muatan yang sama dengan yang diatur dalam
Peraturan ini, sepanjang tidak bertentangan
dengan Peraturan ini masih tetap berlaku.

BAB XIII ...


BAB XIII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 40

(1) Dengan berlakunya peraturan ini, maka


bendahara desa tidak dapat diangkat bukan
dari perangkat desa.
(2) Bagi desa pemekaran, dalam APBDesa pada
tahun pertama memprioritaskan penyediaan
sarana dan prasarana pelayanan dasar
masyarakat.

BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 41

Peraturan ini berlaku sejak tanggal diundangkan.


Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan ini dengan
penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten
Sintang.

Ditetapkan di Sintang
pada tanggal 4 Juni 2012

BUPATI SINTANG,

MILTON CROSBY

Diundangkan di Sintang
pada tanggal 4 Juni 2012

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SINTANG,

ZULKIFLI HAJI AHMAD

BERITA DAERAH KABUPATEN SINTANG TAHUN 2012 NOMOR 784

Anda mungkin juga menyukai