Anda di halaman 1dari 6

UNDANG-UNDANG DAN ETIKA FARMASI

STUDI KASUS KELOMPOK 6

Dosen : Drs. Fakhren Kasim, M.Kes., Apt.

Disusun Oleh :
Lia Amura 20340029
Davit Muhamad Muslim 20340005
Gita Aprillia 20340025
Rezza Puspita Sari 20340016

PROGRAM STUDI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
OKTOBER 2020
STUDI KASUS PERUNDANG - UNDANGAN KEFARMASIAN DAN ETIKA PROFESI

Kata Kunci dan Judul dan isi Per UU-an/PDAI/KEAI


No Kasus Sanksi jika pelanggaran Langkah Penegahan
Peluang Pelanggaran yang dilanggar
6. Apoteker yang  Apoteker memiliki  PP 51/2009 Pembekuan dan Pencabutan Apoteker Seharusnya
telah memiliki STRA dan SIP untuk STRA atau SIP menjalankan tugas
STRA dan SIP RS bekerja Di Pasal 39 sesuai kompetensinya
untuk RS bekerja Industri manufaktur 1. Setiap Tenaga Kefarmasian yang  PMK 889/2011 tentang dan tunduk pada
di Industri obat. melakukan Pekerjaan Kefarmasian Registrasi, Izin Praktek, peraturan perundang
manufaktur obat di Indonesia wajib memiliki surat dan Izin Kerja Tenaga undangan yang
 Pelanggaran : Hukum, tanda registrasi. Kefarmasian berlaku.
Disiplin, Etika, 2. Surat tanda registrasi sebagaimana
menggunakan SIP RS dimaksud pada ayat (1) Pasal 23 Apoteker memilih
untuk bekerja di diperuntukkan bagi : Apoteker (1) Kepala Dinas salah satu tempat kerja
Industri berupa STRA; Kesehatan Kabupaten atau yang sesuai dengan
Kota dapat mencabut SIP yang
 PMK 31/2016 tentang Perubahan SIPA, SIKA atau SIKTTK bersangkutan.
Atas PMK 889/2011 karena :
a) Atas permintaan yang Mengikuti
Pasal 1 bersangkutan; perkembangan
1. Nomenklatur yang berbunyi Surat b) STRA atau STRTTK peraturan perundang-
Izin Kerja harus dibaca dan tidak berlaku lagi; undangan tentang
dimaknai sebagai Surat Izin c) yang bersangkutan kefarmasian.
Praktik. tidak bekerja pada
tempat yang tercantum
 PMK 889/2011 tentang Registrasi, dalam surat izin;
Izin Praktek, dan Izin Kerja d) yang bersangkutan
Tenaga Kefarmasian tidak lagi memenuhi
persyaratan fisik dan
Pasal 1 mental untuk
Surat Izin Kerja Apoteker, yang menjalankan pekerjaan
selanjutnya disebut SIKA adalah surat kefarmasian
izin praktik yang diberikan kepada berdasarkan pembinaan
Apoteker untuk dapat melaksanakan dan pengawasan dan
pekerjaan kefarmasian pada fasilitas ditetapkan dengan surat
produksi atau fasilitas distribusi atau keterangan dokter;
penyaluran. e) melakukan pelanggaran
disiplin tenaga
Pasal 17 kefarmasian
(1) Setiap tenaga kefarmasian yang berdasarkan
akan menjalankan pekerjaan rekomendasi KFN; atau
kefarmasian wajib memiliki surat izin f) melakukan pelanggaran
sesuai tempat tenaga kefarmasian hukum di bidang
bekerja. kefarmasian yang
(2) Surat izin sebagaimana dimaksud dibuktikan dengan
pada ayat (1) berupa: putusan pengadilan.
a) SIPA bagi Apoteker
penanggung jawab di fasilitas
pelayanan kefarmasian;  Sanksi Disiplin
b) SIPA bagi Apoteker Sanksi disiplin yang dapat
pendamping di fasilitas dikenakan oleh MEDAI
pelayanan kefarmasian; berdasarkan Peraturan
c) SIKA bagi Apoteker yang per-Undang-Undangan
melakukan pekerjaan yang berlaku adalah:
kefarmasian di fasilitas produksi 1. Pemberian peringatan
atau fasilitas tertulis;
distribusi/penyaluran; atau 2. Rekomendasi
d) SIKTTK bagi Tenaga Teknis pembekuan dan/atau
Kefarmasian yang melakukan pencabutan Surat
pekerjaan kefarmasian pada Tanda Registrasi
fasilitas kefarmasian. Apoteker, atau Surat
Izin Praktik Apoteker,
Pasal 18 atau Surat Izin Kerja
(1) SIPA bagi Apoteker penanggung Apoteker; dan/atau
jawab di fasilitas pelayanan 3. Kewajiban mengikuti
kefarmasian atau SIKA hanya pendidikan atau
pelatihan di institusi
diberikan untuk 1 (satu) tempat pendidikan apoteker.
fasilitas kefarmasian.

Pasal 20
SIPA, SIKA, atau SIKTTK masih
tetap berlaku sepanjang:
STRA atau STRTTK masih berlaku
;dan Tempat praktik/bekerja masih
sesuai dengan yang tercantum dalam
SIPA, SIKA, atau SIKTTK.

 Pedoman Disiplin IAI

Butir 19
Berpraktik dengan menggunakan
Surat Tanda Registrasi Apoteker
(STRA) atau Surat Izin Praktik
Apoteker/Surat Izin kerja Apoteker
(SIPA/SIKA) dan/atau sertifikat
kompetensi yang tidak sah.

 Kode Etik

Pasal 1
Sumpah/janji Apoteker, setiap
Apoteker harus menjujung tinggi,
meng-hayati dan mengamalkan
sumpah Apoteker

Pasal 3
Seorang Apoteker harus senantiasa
menjalankan profesinya sesuai
kompetensi apoteker Indonesia serta
selalu mengutamakan dan berpegang
teguh pada prinsip kemanusiaan
dalam melaksanakan kewajibannya.

Pasal 5
Di dalam menjalankan tugasnya
Seorang Apoteker harus menjauhkan
diri dari usaha mencari keuntungan
diri semata yang bertentangan dengan
martabat dan tradisi luhur jabatan
kefarmasian.

Pedoman Pelaksanaan:
Sumpah/janji Apoteker yang
diucapkan seorang Apoteker untuk
dapat diamalkan dalam
pengabdiannya, harus dihayati dengan
baik dan dijadikan landasan moral
dalam setiap tindakan dan prilaku

Dalam sumpah Apoteker ada


beberapa hal yang harus diperhatikan,
yaitu:
1. Melaksanakan asuhan kefarmasian
2. Merahasiakan kondisi pasien, resep
dan “medication record” untuk
pasien
3. Melaksanakan praktik profesi
sesuai landasan praktik profesi
yaitu ilmu, hukum dan etik

Identifikasi :
 apoteker memiliki STRA → bukan
pelanggaran
 pada peraturan telah jelas disebutkan
bahwa SIP bagi Apoteker hanya
diberikan untuk 1 buah tempat
fasilitas kefarmasian → Apoteker
pada kasus menggunakan SIP RS
untuk bekerja di industri →
pelanggaran
 Apoteker melanggar Kode Etik dan
Pedoman Disiplin IAI karena tidak
melaksanakan praktik profesi sesuai
landasan hukum.

Anda mungkin juga menyukai