Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH RESUME TEXTBOOK READING

FISIOLOGI MENSTRUASI

Oleh : Kelompok 1

BLOK REPRODUKSI 1 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG 2011

MAKALAH RESUME TEXTBOOK READING

FISIOLOGI MENSTRUASI
Oleh : Kelompok 1
y Nur Mazidah y M. Fathan Rasyid Al-Faruqi y Eka Fitria y Elza Prima Prayoga y M. Zubaid y Alfiani Rosyida Arisanti y Arif Prianggara y Citra Destia y Melissa Arinie Raharjo y M. Riza Irshad y Maria Ulfa (209.121.0001) (209.121.0003) (209.121.0007) (209.121.0009) (209.121.0011) (209.121.0013) (209.121.0015) (209.121.0019) (209.121.00 )

(208.121.0063) (208.121.00 )

BLOK REPRODUKSI 1 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG 2011


2

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Fisiologi Menstruasi Blok Reproduksi 1 dengan baik dan lancar dan dengan tujuan untuk memudahkan proses pembelajaran serta untuk memenuhi tugas di blok ini. Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada para dosen pembimbing Blok Reproduksi 1 ini yang telah memberikan dukungan moril dan pengetahuan kepada penulis serta tak lupa juga kepada teman-teman penulis yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini. Tiada gading yang tak retak, maka dari itu penulis faham betul apabila tugas makalah ini masih banyak sekali kekurangan yang perlu diperbaiki kembali. Dan yang terakhir, semoga tugas makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca umumnya.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Malang, Desember 2011

Penulis

DAFTAR ISI

Judul Anggota Kelompok Kata Pengantar Daftar Isi Bab I : Pendahuluan I.1 Latar Belakang I.2 Rumusan Masalah I.3 Tujuan I.4 Manfaat Bab II : Tinjauan Pustaka Bab III : Pembahasan III.1 Sistem Hormonal pada Siklus Menstruasi III.2 Menarke III.3 Siklus dan Tahapan Menstruasi III.4 Dismenorea III.5 Menopause Bab IV : Penutup IV.1 Simpulan IV.2 Saran Referensi

1 2 3 4

5 5 5 5 6

7 8 10 17 18

20 20 21

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Haid atau menstruasi adalah suatu proses perdarahan siklik dari uterus sebagai tanda bahwa fungsi alat reproduksi berjalan dengan baik dan normal. Panjang siklus haid adalah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid yang baru. Hari mulainya perdarahan dinamakan hari pertama siklus. Panjang siklus haid yang normal ialah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas, bukan hanya antara beberapa wanita tetapi juga pada wanita yang sama. Lebih dari 90% wanita mempunyai siklus menstruasi antara 24 sampai 35 hari. Pada siklus menstruasi normal, terdapat produksi hormon-hormon yang paralel dengan pertumbuhan lapisan rahim untuk mempersiapkan implantasi (perlekatan) dari janin (proses kehamilan). Lama haid biasanya antara 3-6 hari, ada yang 1-2 hari dan kemudian diikuti pengeluaran darah yang sedikit-sedikit, dan ada yang 7-8 hari. Kurang lebih 50% darah menstruasi dikeluarkan dalam 24 jam pertama. Cairan menstruasi terdiri dari autolisis fungsional, eksudat inflamasi, dan enzim proteolitik.

I.2 Rumusan Masalah 1. Apa saja yang mempengaruhi proses terjadinya menstruasi pertama kali? 2. Bagaimana proses terjadinya menstruasi pertama kali? 3. Bagaimana proses terjadinya menstruasi fase sempurna setelah menstruasi pertama? 4. Apa saja yang mempengaruhi proses berakhirnya menstruasi? 5. Bagaimana proses terjadinya menstruasi terakhir atau menopause?

I.3 Tujuan 1. Mengetahui dan memahami tentang fisiologi menarke atau menstruasi pertama 2. Mengetahui dan memahami tentang fisiologi menstruasi 3. Mengetahui dan memahami tentang fisiologi menopause

I.4 Manfaat 1. Sebagai tambahan literatur kepada Dosen maupun Mahasiswa sehingga dapat menambah khasanah ilmu menjadi lebih bermanfaat. 2. Sebagai tambahan informasi kepada Dosen maupun Mahasiswa tentang fisiologi menarke, menstruasi, dan menopause. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PEMBAHASAN

III.1 Sistem Hormonal pada Siklus Menstruasi Hormon yang berperan: 1. FSH-RH (follicle stimulating hormone releasing hormone) yang dikeluarkan hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan FSH 2. LH-RH (luteinizing hormone releasing hormone) yang dikeluarkan hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan LH 3. PIH (prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis untuk mengeluarkan prolaktin

Gambar 1: siklus hormonal

Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis merangsang perkembangan folikel-folikel di dalam ovarium (indung telur). Pada umumnya hanya 1 folikel yang terangsang namun dapat perkembangan dapat menjadi lebih dari 1, dan folikel tersebut berkembang menjadi folikel de graaf yang membuat estrogen. Estrogen ini menekan produksi FSH, sehingga hipofisis mengeluarkan hormon yang kedua yaitu LH. Produksi hormon LH maupun FSH berada di bawah pengaruh releasing hormones yang disalurkan hipotalamus ke hipofisis. Penyaluran RH dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap hipotalamus. Produksi hormon gonadotropin (FSH dan LH) yang baik akan menyebabkan pematangan dari folikel de graaf yang mengandung estrogen. Estrogen mempengaruhi pertumbuhan dari endometrium. Di bawah pengaruh LH, folikel de graaf menjadi matang sampai terjadi ovulasi. Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum yang akan menjadi 7

korpus luteum, di bawah pengaruh hormon LH dan LTH (luteotrophic hormones, suatu hormon gonadotropik). Korpus luteum menghasilkan progesteron yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kelenjar endometrium. Bila tidak ada pembuahan maka korpus luteum berdegenerasi dan mengakibatkan penurunan kadar estrogen dan progesteron. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan degenerasi, perdarahan, dan pelepasan dari endometrium. Proses ini disebut haid atau menstruasi.

III.2 Menarke Menarke adalah menstruasi yang pertama terjadi, yang merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita yang sehat dan tidak hamil. Menstruasi pertama pada perempuan yang umumnya terjadi pada usia sekitar 10-11 tahun. Rangsangan pancaindra dengan diubah di dalam korteks serebri dan melalui nucleus amigdala disalurkan menuju ke hipotalamus. Rangsangan pada hipotalamus, merangsang pembentukan dalam bentuk gonadothropic releasing factor (hormone) yang merangsang hipofisis anterior dengan sistem portal sehingga hipofisis mengeluarkan follicle stimulating hormone (FSH) yang akan merangsang ovarium (folikel de graaf) untuk mengeluarkan hormone estrogen. Keadaan ini terjadi pada perempuan berusia 8-9 tahun. Estrogen dengan konsentrasi rendah ini sudah mampu merangsang pertumbuhan payudara karena organ ini mempunyai reseptor untuk estrogen, khususnya pada glandulanya. Estrogen juga menimbulkan perubahan organ-organ seks sekunder, diantaranya: distribusi rambut, deposit jaringan lemak, pertumbuhan vulva, dan akhirnya perkembangan endometrium di dalam uterus. Pada penelitian dijumpai bahwa pengeluaran FSH bersifat plateu atau mendatar sedangkan pengeluaran luteinizing hormone (LH) jauh lebih rendah sehingga tidak dapat menimbulkan rangsangan sehingga terjadi ovulasi. Rangsangan estrogen yang cukup lama terhadap endometrium akhirnya menimbulkan perdarahan lucut pertama yang disebut menarke. Sebagian besar menarke berlangsung tanpa diikuti ovulasi pada tahun pertama. Mekanisme ini sangat penting untuk memberikan kesempatan yang cukup agar tanda-tanda seks sekunder perempuan berkembang dengan baik. Kini usia menarke pada anak perempuan makin rendah seiring dengan derasnya arus informasi melalui media massa, TV dan lainnya yang meningkatkan rangsangan pancaindra. Menstruasi sesungguhnya yang disertai dengan ovulasi sebagian besar dicapai pada umur sekitar 17-18 tahun. Istilah Menarke ini digunakan untuk menggambarkan onset siklus menstruasi. Ini merupakan puncak dari rangkaian peristiwa yang kompleks yang meliputi pematangan aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium (H-H-O) untuk memproduksi ovum ataupun endometrium 8

matang sehingga dapat menunjang zigot jika terjadi pembuahan. Tiga tahap pematangan aksis H-H-O meliputi: a. b. Peningkatan pelepasan FSH dan LH dari kelenjar hipofisis. Pengenalan dan respons ovarium terhadap gonadotropin sehingga memungkinkan terjadinya produksi steroid ovarium (estrogen dan progesterone) c. Terbentuknya pengaturan umpan balik positif pada kelenjar hipotalamus dan hipofisis oleh estrogen. Kombinasi dari peristiwa-peristiwa pematangan ini akan menyebabkan terjadinya ovulasi. Selama masa kanak-kanak, konsentrasi FSH dan LH dalam kelenjar hipofisis dan plasma pada anak laki-laki dan perempuan adalah rendah. Amplitudo dan frekuensi denyut pelepasan FSH dan LH juga rendah, yang menunjukkan bahwa generator denyut GnRH juga berlangsung lambat. Pola khas ini dikenal sebagai juvenile pause. Manifestasi endokrinologis pertama pada pubertas adalah peningkatan amplitudo denyut FSH dan LH. Pada awalnya, peningkatan ini paling jelas selama tidur, walaupun perbedaan diurnal tidur-bangun pada sekresi FSH dan LH hampir menghilang pada akhir pubertas. Permulaan terjadinya pubertas tetap belum dipahami dengan sempurna. Namun, hampir semua setuju bahwa hal ini berkaitan dengan lepasnya generator denyut GnRH di hipotalamus dari inhibisi SSP. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa usia menarke menurun sebanyak 2-3 bulan per dekade selama 150 tahun sebelum perang dunia II dan kemudian stabil selama 50 tahun kemudian. Penurunan usia menarke ini kembali terjadi pada penelitian akhir-akhir ini, akibat adanya pengaruh nutrisi yang optimal. Onset usia menarke sangat berhubungan dengan jumlah persentase lemak tubuh. Akhir-akhir ini telah diketahui bahwa terdapat dua tanda metabolik yang bekerja secara sentral dan merupakan penyebab peristiwaperistiwa dalam pubertas, yaitu IGF-I dan leptin. Kadar IGF-I dalam serum meningkat selama masa kanak-kanak dan memuncak saat pubertas: peningkatan ini terjadi bersamaan dengan DHEA-S yang merupakan penanda adrenarke. Leptin, sebuah hormone yang merupakan tanda dari rasa kenyang, bekerja menghambat neuropeptida-Y (NPY). NPY merupakan mediator pada asupan makanan dan juga mengontrol aktivitas neuronal GnRH di hipotalamus. Kadar leptin dalam serum meningkat pada anak laki-laki dan perempuan sesaat sebelum pubertas. Peningkatan kadar leptin akan menghambat NPY. Hal ini selanjutnya akan melepaskan GnRH dari keadaan inhibisi pada masa pubertas. Kadar leptin terus meningkat selama pubertas pada wanita yang sehat, namun pada pria, kadarnya menurun dengan cepat setelah pubertas. Pematangan ovarium saat pubertas menyebabkan dimulainya produksi estrogen oleh sel-sel granulose yang mengelilingi ovum. Siklus dari sel granulose menyebabkan 9

perkembangan dan atresia saat pubertas. Ovum mulai matang di bawah pengaruh estrogen ovarium yang diproduksi oleh sel granulose tersebut. Selain untuk pematangan oosit, estrogen dari sel granulose akan mengatur produksi gonadotropin oleh kelenjar hipofisis. Dengan aksis H-H-O yang telah mengalami pematangan sempurna, estrogen akan menyebabkan pematangan folikel ovarium yang dominan, yang selanjutnya menyebabkan ovulasi. Setelah ovum pertama berovulasi, folikel ovarium yang kolaps mengubah dirinya menjadi korpus luteum dan mulai memproduksi progesterone. Respon endometrium terhadap estrogen adalah proliferasi dan terhadap progesterone adalah dengan berubah menjadi jaringan sekretorik yang mampu menunjang implantasi embrio. Pada tahun-tahun pertama setelah menarke, banyak terjadi siklus menstruasi yang anovulatoir. Ini menggambarkan kurang matangnya respons umpan balik positif hipotalamus terhadap estrogen ovarium. Pola perdarahan saat menstruasi seringkali terjadi lebih awal setelah menarke yang menggambarkan paparan estrogen yang terus-menerus pada ovarium dan peluruhan endometrium yang berproliferasi atau hiperplastik. Karena tidak terbentuknya korpus luteum pada keadaan anovulasi, endometrium tidak dapat memperlihatkan efek progesterone yang membuat menstruasi menjadi fenomena berhenti sendiri (self-limited). Perdarahan anovulatoir ini dapat tidak terduga dan sangat parah. Setelah 5 tahun sejak onset menarke, 90% anak perempuan akan mengalami siklus menstruasi yang teratur dan ovulatoir.

III. 3 Siklus dan Tahapan Menstruasi Siklus menstruasi normal dapat dibagi menjadi dua segmen, yaitu : 1. Siklus Ovarium 2. Siklus Uterus atau Endometrium Pada siklus ovarium terdapat dua fase, diantaranya: 1. fase folikuler: pada fase ini hormone reproduksi bekerja mematangkan sel telur yang berasal dari 1 folikel kemudian matang pada pertengahan siklus dan untuk proses ovulasi(pengeluaran sel telur dari indung telur).waktu matang rata-rata fase folikuler pada manusia berkisar 10-14 hari,dan variabilitasnya mempengaruhi panjang siklus menstruasi keseluruhan. 2. fase luteal: fase luteal adalah fase dari ovulasi hingga menstruasi dengan jangka waktu rata-rata 14 hari. Sedangkan pada siklus endometrium terdapat tiga fase, diantaranya: 1. Fase proliferasi (11 hari) : terjadi sebelum ovulasi. Di bawah pengaruh estrogen, yang disekresi dalam jumlah lebih banyak oleh ovarium selama bagian pertama siklus ovarium, sel-sel stroma dan dan epitel berproliferasi dengan cepat. 10

2. sekretorik (12 hari) : terjadi setelah ovulasi. Pada puncak fase sekretorik, sekitar satu minggu setelah ovulasi, ketebalan endometrium sudah menjadi lima sampai enam milimeter. Hal ini terjadi untuk menghasilkan endometrium yang sangat sekretorik, yang mengandung sejumlah besar cadangan nutrien yang dapat membentuk kondisi yang cocok untuk implantasi ovum selama separuh akhir siklus bulanan. 3. menstruasi (5 hari) : 40 mililiter darah dan tambahan 35 ml cairan serus dikeluarkan. Kadang-kadang leukore juga muncul selama menstruasi. Untuk menghentikan semua proses ini diperlukan suatu regulator. Dalam jumlah yang kecil estrogen mempunyai efek yang kuat dalam menghambat produksi LH dan FSH. Efek ini akan berlipat ganda jika ada progesteron. Selain itu masih ada satu hormon lain yaitu hormon inhibin, yang disekresikan bersama dengan hormon seks steroid oleh sel granulosa korpus luteum. 11

a. Pertumbuhan Folikel Fase Folikular Siklus Ovarium Tahap pertama pertumbuhan folikel berupa pembesaran sedang dari ovum itu sendiri, yang meningkatkan diameternya menjadi dua sampai tiga kali lipat. Kemudian diikuti dengan pertumbuhan lapisan sel-sel granulose tambahan di dalam beberapa folikel; folikel ini dikenal sebagai folikel primer. Perkembangan Folikel Antral dan Vesikuler. Selama beberapa hari pertama setiap siklus seksual bulanan wanita, konsentrasi FSH dan LH yang disekresi dari kelenjar hipofisis anterior meningkat dari sedikit menjadi sedang, dengan peningkatan FSH yang sedikit lebih besar daripada LH dan lebih awal beberapa hari dari LH. Hormon-hormon ini, khususnya FSH dapat mempercepat 6 sampai 12 foliker primer setiap bulan. Efek awalnya adalah proliferasi sel-sel granulose yang berlangsung cepat menyebabkan lebih banyak lapisan pada sel-sel tersebut. Selain itu, sel-sel berbentuk kumparan yang dihasilkan dari interstisium ovarium berkumpul dalam beberapa lapisan di luar sel granulose, membentuk massa sel kedua yang disebut teka. Pertumbuhan awal folikel primer menjadi tahap antral dirangsang oleh FSH sendiri. Kemudian peningkatan pertumbuhan secara besar-besaran terjadi, menuju ke arah pembentukan folikel yang lebih besar lagi yang disebut folikel vesicular. Penigkatan pertumbuhan ini terjadi sebagai berikut: 1) Estrogen disekresikan ke dalam folikel dan menyebabkan sel-sel granulose membentuk jumlah reseptor FSH yang semakin banyak; keadaan ini menyebabkan suatu efek umpan balik positif karena estrogen membuat sel-sel granulose jauh lebih sensitive terhadap FSH. 12

2) FSH dari hipofisis dan estrogen bergabung untuk memacu reseptor LH sel-sel granulose yang sebenarnya, sehingga terjadi rangsangan LH sebagai tambahan terhadap rangsangan oleh FSH dan membentuk peningkatan sekresi folikular yang lebih cepat. 3) Peningkatan jumlah estrogen dari folikel ditamnbah dengan peningkatan Lh dari kelenjar hipofisis anterior bersama-sama bekerja untuk menyebabkan proliferasi sel-sel teka folikular dan juga meningkatan sekresi folikular. Sekali folikel antral mulai tumbuh, pertumbuhan folikel-folikel tersebut menjadi sangat cepat. Diameter ovum sendiri juga membesar tiga sampai empat kali lipat lagi, menghasilkan peningkatan diameter ovum total dari awal sampai menjadi 10 kali lipat, atau peningkatan massa sebesar 100 kali lipat. Ketika folikel membesar, ovum sendiri tetap tertanam di dalam massa sel granulose yang terletak pada sebuah kutub folikel. Hanya Satu Folikel yang Mengalami Pematangan Penuh Setiap Bulan, dan Sisanya Mengalami Atresia. Setelah pertumbuhan selama satu minggu atau lebih tetapi sebelum terjadi ovulasi, salah satu dari folikel mulai tumbuh melebihi semua folikel yang lain; sisa 5 sampai 11 folikel yang tumbuh berinvolusi (suatu proses yang disebut atresia), dan sisa folikel ini dikatakan atreritik. Proses atresia tersebut penting, karena biasanya peristiwa tersebut normalnya hanya membuat satu folikel tumbuh sampai cukup besar untuk berovulasi setiap bulan. Ovulasi. Ovulasi pada wanita yang mempunyai siklus seksual 28 hari terjadi pada 14 hari sesudah menstruasi dimulai. Lonjakan LH Penting dalam Ovulasi. Sekitar 2 hari sebelum ovulasi, laju kecepatan sekresi LH oleh kelenjar hipofisis anterior meningkat dengan pesat, menjadi 6 sampai 10 kali lipat dan mencapai puncaknya 16 jam sebelum ovulasi. FSH juga meningkat kira-kira 3 kali lipat pada saat yang bersamaan, FSH dan LH akan bekerja secara sinergistik untuk mengakibatkan pembengkakan folikel yang berlangsung cepat selama beberapa hari sebelum ovulasi. Pada lingkungan tempat tersebut, terjadi : 1) Pertumbuhan folikel yang berlangsung cepat. 2) Berkurangnya sekresi estrogen sesudah fase sekresi estrogen yang berlangsung lama. 3) Dimulainya sekresi progesterone, terjadi ovulasi. Tanpa adanya lonjakan hormone LH praovulasi, ovulasi tidak akan berlangsung. Permulaan Ovulasi. Dalam waktu beberapa jam akan berlangsung dua peristiwa: (1) Teka eksterna (kapsul folikel) mulai melepaskan enzim proteolitik dari lisosom, dan enzim tersebut mengakibatkan pelarutan dinding kapsul folikular dan mengakibatkan melemahnya dinding serta menyebabkan makin membengkaknya folikel dan degenerasi stigma. (2) Secara bersamaan juga akan terjadi pertumbuhan pembuluh darah baru yang berlangsung cepat ke 13

dalam dinding folikel, dan pada saat yang sama prostaglandin (hormone setempat yang menyebabkan vasodilatasi) akan disekresikan ke dalam jaringan folikuler. Kedua efek ini akan menyebabkan transudasi plasma ke dalam folikel. Akhirnya, kombinasi dari pembengkakan folikel dan degenerasi stigma ini mengakibatkan pecahnya folikel disertai pengeluaran ovum.

b. Korpus Luteum Fase Luteal Siklus Ovarium Selama beberapa jam pertama sesudah ovum dikeluarkan dari folikel, sel-sel grnulosa dan teka eksterna yang tersisa berubah dengan cepat menjadi sel lutein. Diameter sel ini membesar dua kali atau lebih dan terisi dengan inklusi lipid yang member tampilan kekuningan. Proses ini disebut luteinisasi, dan seluruh massa dari sel bersama-sama disebut sebagai korpus luteum. Suplai vascular yang berkembang dengan baik juga tumbuh ke dalam korpus luteum. Pada wanita normal, diameter korpus luteum tumbuh menjadi kira-kira 1,5 cm. Tahap perkembangan ini dicapai dalam waktu 7 sampai 8 hari setelah ovulasi. Kemudian korpus luteum mulai berinvolusi dan akhirnya kehilangan fungsi sekresi juga warna kekuningannya, dan sifat lipidnya dalam waktu kira-kira 12 hari setelah ovulasi, menjadi korpus albikans; selama beberapa minggu, korpus albikans akan digantikan oleh jaringan ikat dan dalam hitungan bulan akan diserap.

c. Siklus Bulanan Endometrium dan Menstruasi Produksi berulang dari estrogen dan progesterone oleh ovarium mempunyai kaitan dengan siklus endometrium pada lapisan uterus yang bekerja melalui tahapan berikut ini : 1) Proliferasi endometrium uterus 2) Perubahan sekretoris pada endometrium 3) Deskuamasi endometrium yand dikenal sebagai menstruasi - Fase Proliferasi (Fase Estrogen) Siklus Endometrium, yang Terjadi Sebelum Ovulasi. Pada permulaan setiap siklus seksual bulanan, sebagian besar endometrium telah berdeskuamasi akibat menstruasi. Sesudah menstruasi, hanya selapis tipis stroma endometrium yang tertinggal, dan sel-sel epitel yang tertinggal adalah yang terletak di bagian lebih dalam dari kelenjar yang tersisa serta pada kripta endometrium. Dibawah pengaruh estrogen, yang disekresi dalam jumlah lebih banyak oleh ovarium selama bagian pertama siklus ovarium, sel-sel stroma dan sel-sel epitel berproliferasi dengan cepat. Premukaan endometrium akan mengalami epitelisasi kembali dalam waktu 4 sampai 7 hari sesudah terjadinya menstruasi. 14

Kemudian, selama satu setengah minggu berikutnya, yaitu sebelum terjadi ovulasi ketebalan endometrium sangat meningkat karena jumlah sel stroma bertambah banyak dank arena pertumbuhan kelenjar endometrium serta pembuluh darah baru yang progresif ke dalam endometrium. Pada saat ovulasi, endometrium mempunyai ketebalan 3 sampai 5 mm. Kelenjar endometrium, khususnya dari daerah serviks, akan menyekresi mucus yang encer mirip benang. Benang mucus akan tersusun di sepanjang kanalis servikalis, membentuk saluran yang membantu mengarahkan sperma ke arah yang tepat dari vagina menuju ke dalam uterus. - Fase Sekretorik (Fase Progestasional) Siklus Endometrium, yang Terjadi Setelah Ovulasi. Setelah ovulasi terjadi, progesterone dan estrogen bersama-sama disekresi dalam jumlah yang besar oleh korpus luteum. Pada puncak fase sekretorik, sekitar 1 minggu setelah ovulasi, ketebalan endometrium sudah menjadi 5 sampai 6 mm. Maksud keseluruhan dari semua perubahan endometrium ini adalah untuk menghasilkan endometrium yang sangat sekretorik, yang mengandung sejumlah cadangan nutrient yang membentuk kondisi yang cocok untuk implantasi ovum yang sudah dibuahi selama separuh akhir siklus bulanan. Dari ssat sebuah ovum yang sudah dibuahi memasuki kavum uteri dari tuba fallopi (yang terjadi 3 sampai 4 hari setelah ovulasi) sampai waktu ovum berimplantasi (7 sampai 9 hari setelah ovulasi), secret uterus yang disebut susu uterus, menyediakan makanan bagi pembelahan awal ovum. Kemudian, sekali ovum berimplantasi di dalam endometrium, sel-sel trofoblas pada permukaan blastokis yang berimplantasi mulai mencerna endometrium dan mengabsorbsi substansi yang disimpan endometrium, jadi menyediakan jumlah persediaan nutrisi yang semakin besar untuk embrio yang berimplantasi.

- Menstruasi. Jika ovum tidak dibuahi, kira-kira 2 hari sebelum akhir siklus bulanan, korpus luteum di ovarium tiba-tiba berinvolusi, dan hormone-hormon ovarium (estrogen dan progesterone) menurun dengan tajam sampai kadar sekresi yang rendah. Terjadilah 15

menstruasi. Menstruasi disebabkan oleh berkurangnya estrogen dan progesterone, terutama progesterone pada akhir siklus bulanan. Efek pertama adalah penurunan rangsangan terhadap sel-sel endometrium oleh kedua hormone ini, yang diikuti dengan cepat oleh involusi endometrium sendiri kira-kira menjadi 65% dari ketebalan semula. Kemudian, 24 jam sebelum menstruasi, pembuluh darah yang berkelok-kelok, yang mengarah ke lapisan mukosa endometrium akan menjadi vasospastik, mungkin hal ini disebabkan oleh efek involusi seperti pelepasan bahan vasokonstriktor mungkin salah satu tipe vasokonstriktor prostaglandin yang terdapat dalam jumlah sangat banyak pada saat ini.

Vasospasme, penurunan zat nutrisi endometrium dan hilangnya rangsangan hormonal menyebabkan dimulainya proses nekrosis pada endometrium, khususnya dari pembuluh darah. Sebagai akibatnya, darah akan merembes ke lapisan vascular endometrium dan daerah perdarahan akan bertambah besar dengan cepat dalam waktu 24 jam sampai 36 jam. Perlahanlahan lapisan nekrotik bagian luar dari endometrium terlepas dari uterus pada daerah perdarahan tersebut, sampai kira-kira 48 jam setelah terjadinya menstruasi, semua lapisan superficial endometrium sudah berdekuamasi. Massa jaringan deskuamasi dan darah di dalam kavum uteri, ditambah efek kontraksi dari prostaglandin atau zat-zat lain di dalam lapisan yang terdeskuamasi, seluruhnya bersama-sama akan merangsang kontraksi uterus yang menyebabkan dikeluarkannya isi uterus. 16

Selama menstruasi normal, kira-kira 40 ml darah dan ditambah 35 ml cairan serosa dikeluarkan. Cairan menstruasi ini normalnya tidak membentuk bekuan, karena fibrinolisin dilepaskan bersama dengan bahan nekrotik endometrium. Bila terjadi perdarahan yang berlebihan dari permukaan uterus, jumlah fibrinolisin mungkin tidak cukup untuk mencegah pembekuan. Adanya bekuan darah selama menstruasi sering merupakan bukti klinis adanya kelainan patologi dari uterus. Dalam waktu 4 sampai 7 hari sesudah dimulainya menstruasi, pengeluaran darah akan berhenti, karena pada saat ini endometrium sudah mengalami epitelisasi kembali. Leukore Selama Menstruasi. Selama mentruasi, sangat banyak leukosit dikeluarkan bersama dengan bahan nekrotik dan darah. Ada kemungkinan bahwa beberapa substansi yang dilepaskan karena nekrosis endometrium merupakan penyebab pengeluaran leukosit. Sebagai akibat dari pengeluaran leukosit ini dan kemungkinan factor yang lain juga, uterus menjadi sangat resisten terhadap infeksi selama menstruasi, walaupun permukaan endometrium telanjang. Tentu saja, ini merupakan perlindungan yang sangat bernilai.

III.4 Dismenorea Dismenorea atau nyeri saat haid mungkin merupakan suatu gejala yang paling sering dialami wanita saat haid dan gangguan ini sifatnya subyektif, berat atau tidaknya sukar di nilai. Sebelum dan sesudah haid para wanita sering kali merasa sakit dan mual, dan tidak enak pada perut bawah,sehinga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan aktifitas keseharianya untuk beberapa jam atau beberapa hari. y Dismenorea primer (essensial,intrinsik,idiopatik) Secara umum, nyeri haid timbul akibat kontraksi disritmik miometrium yang menampilkan satu gejala atau lebih, mulai dari nyeri yang ringan sampai berat di perut bagian bawah, bokong, dan nyeri spasmodik di sisi medial paha. Penyebab Dismenorea Primer: 1. Faktor endokrin : rendahnya kadar progesteron pada akhir fase korpus luteum. Menurut Novak dan Reynolds, hormon progesteron menghambat atau mencegah kontraktilitas uterus sedangkan hormon estrogen merangsang kontraktilitas uterus. 2. Kelainan organik : retrofleksia uterus, hipoplasia uterus, obstruksi kanalis servikalis, mioma submukosum bertangkai, polip endometrium. 3. Faktor kejiwaan atau gangguan psikis: rasa bersalah, ketakutan seksual, takut hamil, hilangnya tempat berteduh, konflik dengan kewanitaannya, dan imaturitas. 4. Faktor konstitusi : anemia, penyakit menahun, dsb memengaruhi timbulnya dismenorea. 5. Faktor alergi : menurut Smith, penyebab alergi adalah toksin haid. Menurut riset, ada asosiasi antara dismenorea dengan urtikaria, migren, dan asma bronkiale. 17

Penatalaksanaan

a. Kompres bagian bawah abdomen dengan botol berisi air panas atau bantal pemanas khusus untuk meredakan nyeri b. Minum banyak air, hindari konsumsi garam dan minuman yang berkafein untuk mencegah pembengkakan dan retensi air c. Olahraga teratur bermanfaat untuk membantu mengurasi dismenore karena akan memicu keluarnya hormon endorfin yang dinilai sebagai pembunuh alamiah rasa nyeri d. Makan makanan yang bergizi, kaya akan zat besi, kalsium, dan vitamin B kompleks. Jangan mengurangi jadwal makan e. Istirahat dan relaksasi dapat membantu meredakan nyeri f. Lakukan aktivitas yang dapat meredakan stres, misalnya pijat,yoga, atau meditasi, untuk membantu meminimalkan rasa nyeri. g. Pada saat berbaring terlentang, tinggikan posisi pinggul melebihi posisi bahu untuk membantu meredakan gejala dismenore h. Medikamentosa: y Analgesik Anti-inflamasi Non-Steroid: kombinasi aspirin, fenasetin, dan kafein Terapi hormonal (pemberian Estrogen dan Progesteron untuk menekan ovulasi) Pemberian Suplemen. Dismenorea sekunder (ekstrinsik,yang diperoleh,acquired)

disebabkan oleh kelainan ginekologi(salpingitis kronika,endometrosis,stenosis servisis uteri,dll). Pembagian ini tidak seberapa tajam batasanya oleh karena dismenorea yang awal mulanya disangka primer setelah diteliti lebih lanjut memperlihatkan kelainan organik jadi termasuk dismenorea sekunder.

III.5 Menopause Menopause ialah haid terakhir, atau saat terjadinya haid terakhir. Diagnosis menopause dibuat setelah terdapat amenore sekurang-kurangnya satu tahun. Berhentinya haid dapat didahului oleh siklus haid yang lebih panjang, dengan perdarahan yang berkurang. Umur waktu terjadinya menopause dipengaruhi oleh keturunan, kesehatan umum dan pola kehidupan. Ada kecenderungan sekarang ini umur untuk terjadinya menopause pada umur yang lebih tua. Misalnya, pada tahun 1915 menopause dikatakan terjadi sekitar umur 44 tahun, sedangkan pada tahun 1950 pada umur yang mendekati 50 tahun. Penelitian Agoestina dalam tahun 1982 di Bandung menunjukkan bahwa pada umur 48 tahun, 50% dari wanita di Indonesia telah mengalami menopause. (Sarwono,1994) 18

Adapun penyebab menopause yang lainnya adalah matinya (burning out) ovarium. Sepanjang kehidupan seksual seorang wanita, kira-kira 400 folikel primodial tumbuh menjadi folikel matang dan berovulasi, dan beratus-ratus dari ribuan ovum berdegenerasi. Pada usian sekitar 45 tahun, hanya tinggal beberapa folikel primordial yang akan dirangsang oleh FSH dan LH, produksi esterogen dari ovarium berkurang sewaktu jumlah folikel primordial mencapai nol. Ketika produksi esterogen turun dibawah nilai kritis, esterogen tidak dapat lagi menghambat produksi gonadotropin FSH dan LH. Sebaliknya, gonadotropin FSH dan LH (terutama FSH) diproduksi sesudah menopause dalam jumlah besar dan continue, tetapi ketika folikel primordial yang tersisa menjadi atretik, produksi esterogen oleh ovarium turun secara nyata menjadi nol. (Guyton,2008) Pada saat menopause, seorang wanita harus menyesuaikan kembali kehidupannya dari kehidupan yang secara fisiologis dirangsang oleh produksi esterogen dan progesterone menjadi kehidupan yang kosong tanpa hormone-hormon tersebut. Hilangnya esterogen sering kali menyebabkan terjadinya perubahan fisiologis yang bermakna pada fungsi tubuh, yaitu: 1. Rasa panas hot flushes dengan kemerahan kulit yang extreme. 2. Sensasi psikis dispnea. 3. Gelisah, letih, ansietas, dan kadang-kadang keadaan psikotis yang bermacam-macam. 4. Penurunan kekuatan dan kalsifikasi tulang di seluruh tubuh. Kira-kira pada 15% wanita, gejal-gejala ini cukup berat sehingga membutuhkan perawatan. Jika psikoterapi gagal, pemberian esterogen harian dalam jumlah kecil biasanya dapat meredakan gejala, dan bila secara perlahan-perlahan dosisnya diturunkan, wanita pascamenopause tersebut cenderung terhindar dari gejala yang berat. (Guyton,2008)

19

BAB IV PENUTUP

IV.1 Simpulan Menarke adalah menstruasi yang pertama terjadi, yang merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita yang sehat dan tidak hamil. Umumnya menarke terjadi pada usia sekitar 10-11 tahun. Terdapat beberapa mekanisme berbeda antara menarke dan menstruasi. Siklus menstruasi normal dapat dibagi menjadi dua segmen, yaitu : 1. Siklus Ovarium 2. Siklus Uterus atau Endometrium Pada siklus ovarium terdapat dua fase, diantaranya: fase folikuler fase luteal

Sedangkan pada siklus endometrium terdapat tiga fase, diantaranya: Fase proliferasi (11 hari) Fase sekretorik (12 hari) Fase menstruasi (5 hari)

Menopause ialah haid terakhir, atau saat terjadinya haid terakhir. Diagnosis menopause dibuat setelah terdapat amenore sekurang-kurangnya satu tahun. Berhentinya haid dapat didahului oleh siklus haid yang lebih panjang, dengan perdarahan yang berkurang.

IV.2 Saran 1. Agar pembaca dan penulis selalu menggali tentang berbagai siklus mentruasi yang masih banyak belum diketahui secara mendalam khususnya secara biomolekuler dan biokimiawi. 2. Masih banyaknya mekanisme yang mempengaruhi terjadinya efek menstruasi khususnya dismenorea harus terus dipelajari dan dicari. 3. Berbagai faktor etiologi dan predisposisi yang mempengaruhi semakin cepatnya menarke dan semakin cepat pula menopause harus segera dicari dan dipelajari.

20

REFERENSI
1. Guyton AC, Hall JE. Textbook of Medical Physiology 10th edition. Philadelphia; WB Saunders, 2000. 2. Cunningham FG, ed. Williams Obstetrics 22nd Professional, 2001. edition. USA ; McGraw-Hill

3. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachmidhani T. Ilmu Kandungan edisi kedua. Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2009. 4. Price, Sylvia A., Lorraine M.W. Patofisiologi. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Penerbit Buku Kedokteran :EGC, 1995.

21

Anda mungkin juga menyukai