Anda di halaman 1dari 12

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

3.1. PENGERTIAN TAMBANG TERBUKA Penambangan dengan metoda tambang terbuka adalah suatu kegiatan penggalian bahan galian seperti batubara, ore (bijih), batu dan sebagainya di mana para pekerja berhubungan langsung dengan udara luar. Tambang terbuka (open pit mining) juga disebut dengan open cut mining; adalah metoda penambangan yang dipakai untuk menggali mineral deposit yang ada pada suatu batuan yang berada atau dekat dengan permukaan. Metoda ini cocok dipakai untuk ore bodies yang berbentuk horizontal yang memungkinkan produksi tinggi dengan ongkos rendah. Walaupun stripping dan quarrying termasuk ke dalam open pit mining, namun strip mining biasanya dipakai untuk penambangan batubara dan quarry mining yang berhubungan dengan produksi non-metallic minerals seperti dimension stone, rock aggregates, dll. Kegiatan penambangan ini terkadang berada di bawah permukaan tanah, bahkan kedalamannya dapat mencapai ratusan meter seperti pada tambang terbuka tembaga (copper mine) di Bingham Canyon Utah (USA). Apabila diyakini keberadaan endapan mineral dekat dengan permukaan, hingga dapat dipastikan pemilihan metoda penambangannya adalah tambang terbuka (open pit); hanya perlu dipertanyakan tentang economic cut off limitnya, hingga dimungkinkan adanya perubahan metoda penambangan ke arah underground (tambang bawah tanah) bila penyebaran endapan mineral dapat menjamin. Kebanyakan tambang batubara di Indonesia menggunakan metoda tambang terbuka, oleh karena sebagian besar cadangan batubara terdapat pada dataran rendah atau pada daerah pegunungan dengan topografi yang landai

III.1

III.2

dengan kemiringan lapisan batubara yang kecil (<30). Untuk cebakan yang berada di bawah permukaan tetapi relatif masih dangkal, maka metoda penambangan terbuka umumnya akan lebih ekonomis dibandingkan dengan tambang dalam (bawah permukaan). Dan bila cebakan itu berada jauh di bawah permukaan dengan bentuk yang tidak beraturan, maka mungkin penambangan dengan cara tambang bawah tanah yang masih dianggap ekonomis. Ada kriteria yang dapat digunakan sebagai dasar untuk penentuan pemilihan apakah suatu cadangan (lapisan batubara) akan ditambang dengan metoda tambang terbuka atau tambang dalam yaitu dengan membandingkan besarnya nilai tanah penutup (waste) yang harus digali dengan volume atau tonase batubara yang dapat ditambang. Perbandingan ini dikenal dengan istilah stripping ratio. Apabila nilai perbandingan ini (stripping ratio) masih dalam batas-batas keuntungan, maka metoda tambang terbuka dianggap masih ekonomis. Sebaliknya apabila nilainya di luar batas keuntungan, maka metoda penambangan tambang dalam yang dipilih. Beberapa keuntungan tambang terbuka diantaranya yaitu: 1. Produksi tinggi 2. Konsentrasi operasi (kegiatan) tinggi 3. Ongkos operasi per ton bijih yang ditambang rendah 4. Kegiatan eksplorasi dan keadaan geologi lebih mudah 5. Leluasa dalam pemilihan alat gali/muat 6. Recovery tinggi 7. Perencanaan lebih sederhana 8. Kondisi kerja lebih baik /karena berhubungan dengan udara luar 9. Relatip lebih aman 10 Pemakaian bahan peledak leluasa dan effisien Untuk dapat menentukan metoda penambangan yang cocok untuk diterapkan perlu untuk membandingkan efisiensi ekonomi dari open mining dan underground mining , terkecuali keuntungan dari salah satu metode sudah terlihat jelas.

III.3

Karakteristik dasar yang digunakan dalam evaluasi ekonomi dari tambang terbuka adalah stripping ratio, yaitu besarnya volume dari over burden yang digali per unit batubara yang diperoleh. Dalam penambangan open pit, perlu dihitung ongkos untuk pembuangan waste over burden dan waste dari country rock.(gambar 3.1)

Gambar 3.1 Open Pit Section Keterangan : 1. overburden cover 2. waste (country rock) 3. ore body Perbandingan antara waste dan ore oleh karenanya merupakan faktor kontrol dalam membandingkan ongkos penambangan ore berdasar open pit dengan metode underground. 3.1.1. Konsep Dan Teknik Metoda Tambang Terbuka Agar diperoleh hasil yang diharapkan maka sebelum membuka suatu tambang perlu dipahami terlebih dahulu konsep penambangan beserta prosedur rencana penambangan yang benar.

III.4

Sejumlah kriteria untuk mendesain tambang harus ditentukan melalui data (informasi) yang diperoleh dari penyelidikan eksplorasi (drill core specimens). Untuk dapat menganalisa apakah suatu endapan mineral akan ditambang dengan metoda tambang terbuka atau tambang bawah tanah, maka beberapa faktor berikut yang dapat mempengaruhinya seperti: 1. 2. 3. 4. 5. Ketebalan dan sifat fisik dari overburden dan country rock. Ketebalan, bentuk, konfigurasi, serta struktur dari mineral Posisi terhadap ground surface, sudut kemiringan Kondisi hidrologi Kemudahan mendapatkan fasilitas teknik untuk pelbagai

deposit.

pekerjaan tambang (macam energi dan peralatan) misal drilling, alat muat dan alat transport. 6. Keadaan iklim yang lazim pada daerah penambangan harus Pada waktu ini isu tentang lingkungan perlu diterapkan dipelbagai bentuk usaha termasuk usaha pertambangan yang cukup dikenal sangat merusak lingkungan. Upaya untuk menerapkan teknologi penambangan yang berwawasan lingkungan harus diperhitungkan pada tahap kegiatan feasibility study (studi kelayakan) untuk pembukaan suatu tambang. Reklamasi tambang (pendayagunaan kembali lahan yang rusak akibat penambangan) haruslah direncanakan pada awal sebelum kegiatan tambang dimulai. 3.1.2. Endapan mineral yang cocok untuk Tambang Terbuka Beberapa endapan berikut cocok ditambang dengan menggunakan metoda tambang terbuka: dikaji secara cermat.

III.5

1.

Endapan-endapan eluvial , yang diendapkan dekat tempat

asalnya (< 10 km) Umumnya diketemukan dekat permukaan bumi (cadangan sedikit) 2. Alluvial deposit (lanjutan eluvial). Endapan eluvial yang mengalami pelapukan dan ditransport jauh dan diendapkan dekat permukaan bumi bersifat lepas (loose) contoh pasir (cadangan banyak). 3. Endapan yang letaknya horizontal (sedikit miring dengan kemiringan (1-5%) disebut horizontal deposit (bedded/ tabular) contoh endapan batubara, KCl, NaCl, KNO3. terbentuk secara sedimenter, luas letaknya kedalamannya tidak tentu. 4. Endapan yang berrbentuk vein yang tebal dan tersingkap Keadaan daerah penambangan, terutama kondisi endapan dan batuan sekitarnya sangat perlu diketahui secara rinci dan cermat (dengan melalui kajian geologi dan geoteknik) sebelum membuka suatu tambang. Desain penambangan yang cermat dan brsifat menyeluruh (yang menyangkut segi teknik, ekonomi, dan lingkungan) merupakan syarat utama yang harus dipahami dengan baik dalam merencanakan pembukaan suatu tambang. Ultimate pit slope design (desain bukaan tambang akhir) yang baik (ekonomis , memiliki recovery tinggi, aman) sangat dipengaruhi oleh kondisi geologi dan geoteknik daeerah penambangan. Kemiringan bukaan tambang (pit slope) hendaklah berdasarkan analisis kemantapan lerreng yang ceermat (slope stability analysis). Data yang perlu diketahui dalam prencanaan (desain) suatu tambang terbuka diantaranya: 1. 2. 3. 4. Dalamnya dan ukuran tambang pada akhir operasi. Lamanya tambang akan berapa lama Laba yang diinginkan Kemiringan tambang (pit slope) yang dibolehkan dengan overburden yang tipis (1-2m).

III.6

5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.

Cut off grade berapa yang boleh diambil Harus diteentukan economic stripping ratio Mengetahui sifat-sifat batuan (ore, country rock) Peta topografi yang tepat (terakhir) Keadaan endapan bijih, bentuk, ukuran,kadar, cadangan Keadaan lapisan tanah penutup / over burden (sfat fisik, Harga pasaran produk yang akan ditambang Macam-macam alat yang diperlukan.

jumlah)

Semua data tersebut di atas hendaknya dimiliki secara lengkap untuk dapat memulai pekerjaan pembukaan tambang agar diperroleh maximum recovery. Juga beberapa hal berikut perlu dicermati dalam perencanaan pembukaan suatu tambang terbuka: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Ultimate and operational pit slope (tata letak dan rencana Penentuan target produksi awal dan pekerjaan development Jadwal produksi batubara dan jadwal stripping over burden Rencana penggalian dan pembuangan waste Rincian peralatan dan kebutuhan tenaga kerja Perhitungan ongkos Rencana dan jadwal penggantian alat-alat utama sepanjang bukaan tambang)

umur tambang. 3.2. TEKNIK EKPLORASI Seluruh kegiatan eksplorasi pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan potensi sumberdaya mineral (resources) yang terdapat di bumi menjadi cadangan terukur yang siap untuk ditambang (mineable reserve). Tahapan eksplorasi ini mencakup kegiatan untuk mencari di mana keterdapatan suatu endapan mineral, menghitung berapa banyak dan bagaimana kondisinya, serta ikut memikirkan bagaimana sistem pendayagunaanya (Gambar 1).

III.7

Kajian ekonomi pada kegiatan eksplorasi ini perlu dilakukan terutama pada: 1. 2. tahap menuju eksplorasi rinci (analisis ekonomi eksplorasi), tahap sebelum penambangan (analisis ekonomi endapan

mineral/studi kelayakan, ekonomi makro). Beberapa ilmu penunjang yang mendukung kegiatan eksplorasi ini antara lain : 1. 2. 3. 4. 5. geologi, mineralogi, genesa bahan galian teknik eksplorasi, geofisika, geokimia analisis cadangan, geostatistik hidrogeologi, geoteknik ekonomi endapan mineral. Secara umum aliran kegiatan pencarian/eksplorasi endapan bahan galian dimulai dengan kegiatan prospeksi atau eksplorasi pendahuluan yang meliputi kegiatan persiapan di kantor (kompilasi foto udara, citra landsat, SLAR, peta-peta yang sudah ada, atau laporan yang tersedia) sampai kepada survei geologi awal pengambilan conto (scout sampling) serta memetakan mineralisasi endapan untuk mengetahui apakah kegiatan eksplorasi bisa dilanjutkan atau tidak (Gambar 3.2 dan Gambar 3.3). Kegiatan selanjutnya adalah melakukan eksplorasi detail (rinci) yang meliputi pemetaan geologi rinci serta pengambilan conto dengan jarak yang relatif rapat sesuai dengan sifat endapan bahan galian termaksud. Conto-conto yang diperoleh kemudian dianalisis di laboratorium untuk ditentukan kadar, sifat fisik lain yang menunjang kegiatan penambangan. Perhitungan cadangan dilakukan dengan berbagai metoda perhitungan yang sesuai untuk jenis endapan tertentu, antara lain dengan cara area of influence, triagular grouping, cara penampang, cara block system dlsb. secara konvensional sampai kepada cara geostatistik (kriging).

III.8

PROSPEKSI atau SURVEI GEOLOGI Analisis foto udara/citra landsat/SLAR Analisis peta dan laporan yang sudah ada Peninjauan lapangan(quick survey) Pemetaan geologi regional scout sampling

ada Eksplorasi

tidak STO P

ANALISA dan PERHITUNGAN CADANGAN

tidak favorable

favorable

STOP

Desain

Data sifat fisik batuan/ Bijih,letak,bentuk Hidrogeologi dll

Evaluasi Studi Kelayakan AMDAL

GAMBAR 3.2 PENINGKATAN POTENSI SUMBERDAYA BUMI SESUAI DENGAN TAHAPANNYA.

III.9

PROSPEKSI SURVEI GEOLOGI

EKSPLORASI PENDAHULUAN EKSPLORASI DETAIL EKSPLORASI EKSPLOITASI

EKSPLORASI

EVALUASI STUDI KELAYAKAN PERENCANAAN TAMBANG PENAMBANGAN

PENGOLAHAN BAHAN GALIAN EKSTRAKSI PEMASARAN

GAMBAR 3.3. ALIRAN KEGIATAN EKSPLORASI SECARA UMUM 3.2.1. Genesa Bahan Galian Terminologi bahan galian selalu dihubungkan dengan material di alam yang dapat ditambang secara ekonomis. Bahan galian tersebut bisa berupa bijih (mengandung logam) ataupun mineral industri (mineral berharga), baik yang terdapat di bawah permukaan maupun yang tersingkap di permukaan. Selanjutnya akan diuraikan secara singkat bagaimana terbentuknya (genesa) bahan galian tersebut baik yang primer (terjadinya berhubungan

III.10

langsung dengan aktivitas pembekuan magma) ataupun yang sekunder (terbentuk akibat proses-proses selanjutnya yang umumnya terjadi di permukaan). Endapan primer dapat diklasifikasikan dalam bermacam-macam jenis menurut urutan-urutan pembekuan magma, yang secara umum dapat disederhanakan sebagai berikut : 1. endapan magmatik cair 2. endapan pegmatitik 3. endapan pneumatolitik 4. endapan hidrothermal. Endapan magmatik cair terbentuk pada awal pembekuan magma yang umumya diendapkan mineral-mineral dengan titik beku/leleh yang tinggi (>600 misalnya endapan bijih kromit, magnetit nikel dll. Pada C), tahap ini memungkinkan suatu endapan bahan galian terbentuk secara homogen dan relatif mempunyai penyebaran yang luas serta berdimensi besar. Hal ini bisa terjadi akibat adanya pemisahan/segregasi suatu mineral tertentu terhadap mineral lainnya yang mungkin belum stabil pada lingkungan ini. Pada endapan pegmatitik yang mempunyai temperatur pembekuan sekitar 400-500 oC, memungkinkan terbentuknya mineral-mineral dengan kristal yang besar akibat pembekuan magma yang relatif lambat. Ciri utama dari endapan pneumatolitik adalah adanya pengaruh gas yang dominan sehingga memungkinkan terbentuknya mineral-mineral bijih berharga. Endapan hidrotermal terbentuk relatif di dekat permukaan yang umumnya berbentuk urat (vein) atau veinlet yang banyak mengadung mineral berharga. Endapan hidrotermal ini dapat dibagi lagi dalam : 1. katatermal (300 - 400 0C) 2. mesotermal (200 - 300 0C) 3. epitermal (100 - 200 0C) 4. teletermal (<100 0C)

III.11

Setiap batuan atau endapan bahan galian/endapan bijih mempunyai lingkungan pengendapan tertentu yang selanjutnya jika terjadi perubahan lingkungan, maka endapan tersebut akan membentuk mineral/endapan baru yang sesuai dengan lingkungan tersebut dan akan membentuk endapan sekunder. Proses-proses penting dalam pembentukan endapan sekunder tersebut antara lain adalah proses pelapukan (mekanis, kimia) yang akan memberikan endapan-endapan seperti : 1. endapan aluvial (eluvial, koluvial, aluvial, placer) 2. endapan sedimen 3. endapan akibat proses evaporasi 4. endapan lateritik 5. dll. Klasifikasi suatu endapan bahan galian yang telah dibuat oleh para pakar terdahulu umumnya identik dengan apa yang telah dibahas di atas, perbedaannya terutama hanya pada penekanannya. Ada yang cenderung membagi atas dasar keterdapatannya dan ada yang dihubungkan dengan komoditi yang dibahasnya. Beberapa pakar tersebut antara lain : Lindgren (sebagai contoh lihat Gambar 3) Schneiderhrn Niggli

3.2.2. Pemetaan (Mapping) Pemetaan adalah suatu pekerjaan pemindahan atau pencatatan gejala/fakta geologi di lapangan ke suatu peta, dengan skala tertentu. Pekerjaan pemetaan ini biasanya dilakukan pada tahap awal dari kegiatan eksplorasi yang sangat bermanfaat untuk orientasi pada daerah penyelidikan (mis, dari foto udara, Gambar 3.5), disamping juga untuk peta dasar, peta untuk desain eksplorasi dll. (Gambar 3.4).

III.12

Foto setelit PEMETAAN Foto udara Peta topografi GEJALA GEOLOGI Peta geologi

PROSPEKSI/EKSPLORASI PENDAHULUAN

ENDAPAN MINERAL CADANGAN MINERAL

Skala 1:10.000 1:5.000

EKSPLORASI DETAIL Skala 1:2.000

PENAMBANGAN..dst

1:5000

GAMBAR 3.4 PERANAN PEMETAAN DI DALAM KEGIATAN PENAMBANGAN

GAMBAR 3.5 FOTO UDARA MENUNJUKKAN STRUKTUR GEOLOGI ANTIKLIN TEKNIK

Anda mungkin juga menyukai