Anda di halaman 1dari 22

ugas Seorang Wellsite Geologist Juni 30, 2011

Posted by ahmad in home, warta geologi.


trackback

Meneruskan tulisan sebelumnya, tulisan kali ini yaitu


apa saja tugas dan tanggung jawab seorang WSG (wellsite geologist). Sekali lagi dan sekedar
mengingatkan lagi, hal yang saya coba sharing ini bukanlah suatu patokan, melainkan hanya
garis besar saja.

1. DESKRIPSI SAMPLE (CUTTING & CORE), tugas ini sifatnya mendasar – jadi tugas
mendeskripsi cutting adalah skill dasar yang harus dipunyai oleh seorang WSG. Sebenarnya,
skill ini seperti yg kita lakukan dan gabungan pada praktikum geologi dasar, paleontologi dan
petrografi dibangku kuliah. Cutting sample setelah dicuci oleh sample catcher, lalu
dideskripsikan lengkap mulai dari warna, kekerasan, tekstur, struktur, unsur tambahan
(accessories, spt mineral tambahan, fosil, dll) serta perkiraan porositas secara kualitatif. Tidak
lupa juga memeriksa adanya ‘oil show’ dibawah UV box. Banyak tip & trik dalam melakukan
tugas ini, semakin berpengalaman WSG semakin banyak tip & trik nya melakukan tugas ini.

2. MEMBUAT LITHOLOGY LOG, sebelum mengenal komputer dulu, katanya para senior
membuat log ini diatas kalkir dan menggunakan pena gambar (rotring, etc). Tapi saat ini banyak
software yg relatif mudah utk digunakan. Lithology log adalah penggambaran data2 pemboran
secara vertikal dalam bentuk garis, simbol dan tulisan. Jadi log ini bentuknya seperti kita
membuat MS (measured section) di perkuliahan, untuk menggambarkan posisi stratigrafi lubang
bor. Jadi data2 ROP, pengukuran gas, gambar lithology dan deskripsi lithology dituangkan
dalam log ini.

3. LAPORAN PAGI (morning report) ini mencakup laporan tertulis dan lisan, untuk tulisan
biasanya dikirimkan melalui email dan ditujukan pada operation geologist di kantor pusat, setiap
hari / pagi (jam tertentu mis: setiap hari jam 5 pagi atau 6 pagi). Bentuk laporan tertulis
mencantumkan segala kegiatan geologi dalam 24 jam terakhir, misalnya kedalaman lubang bor,
aktifitas, ringkasan formasi batuan, gas data, laju pemboran, rencana2 yg akan dilakukan.
Sedangkan laporan lisan, WSG akan menelpon Operation Geologist dan mendiskusikan hal2 yg
penting.

4. Mengetahui dan memperkirakan POSISI / LETAK GEOLOGI dari sumur bor baik vertikal
maupun horizontal (ini yg agak susah dan membutuhkan kesabaran dan ketelitian), maksudnya
secara ‘vertikal’ adalah, seorang WSG harus mengerti formasi batuan apa yg sudah dibor dan
perkiraan yg akan dibor. Secara horizontal, yaitu mengetahui hubungan korelasi dg sumur2
sekitarnya.

5. Meng ‘SUPERVISI GEOLOGI’ para crew service company. Yaitu, memberi arahan dan
pengawasan kepada crew yg berhubungan dengan operasi geologi dalam pemboran. Misalnya,
mud logging, wireline logging, directional drilling. Bahkan sampai dengan mengatur mobilisasi
peralatan, pertukaran crew dari dan ke rig site.

Dalam tugasnya sehari-hari seorang wellsite geologist adalah representatif dari perusahaan
minyak yg bertanggung jawab terhadap pemboran sumur, dialah satu-satunya orang yg mengerti
tentang bawah permukaan sumur di lokasi rig; jadi betapa pentingnya dan besar tanggung jawab
seorang WSG. Biasanya WSG ada yg bekerja dengan status ’24 hours on call’ artinya kapanpun
dibutuhkan dia harus siap, atau bisa juga dalam satu pemboran ada 2 orang WSG dan ini
tergantung dari perusahaan minyak itu sendiri.

sumber: http://www.sadagus.com/

TUGAS WELLSITE/GEOLOGIST PEMBORAN BATUBARA CV. DINAR


GEOLOG

1. TUJUAN

Prosedur Operasional Standar (SOP) ini bertujuan untuk:


1.1. mencegah dan atau menghilangkan kecelakaan kerja selama kegiatan pengeboran;
1.2. serta mengatur tahapan dan mengendalikan proses kegiatan pengisian buku lapangan sesuai standar.

2. RUANG LINGKUP
SOP ini menerangkan proses teknis pengisian buku lapangan, SOP ini berlaku untuk setiap wellsite.
3. TANGGUNG JAWAB
3.1. Geologist bertanggung jawab untuk:
a. memastikan kegiatan pengisian buku lapangan berjalan sesuai SOP.
3.2. Wellsite bertanggung jawab untuk:
a. Mengisi buku lapangan sesuai prosedur kerja standar yang telah ditetapkan.

4. DEFINISI
Buku lapangan adalah buku tulis tempat sementara menuliskan seluruh kegiatan pengeboran di
lapangan :

 Kode lokasi bor adalah kode urutan nomor bor dalam setiap lokasi pengeboran.
 Elevasi bor adalah ketinggian permukaan titik bor dari permukaan laut.
 Titik bor adalah titik/lubang (berupa koordinat dan elevasi) dilakukannya kegiatan pengeboran.
 Seam adalah lapisan batubara.
 Coring adalah kegiatan pemotongan dan pengangkatan batuan dengan menggunakan core
barrel.
 Core barrel adalah alat pengambil sample dari dalam tubuh batuan.
 Sample adalah contoh batubara yang diperoleh dari hasil cutting atau hasil coring yang
diperlakukan khusus sesuai standar dan akan diteliti kualitasnya di laboratorium.
 Water loss adalah hilangnya air sirkulasi pengeboran akibat adanya retakan atau rongga/pori-
pori di tubuh batuan sehingga air tidak dapat naik ke permukaan.
 Core loss adalah hilangnya seluruh atau sebagian core sample dari dalam core barrel entah
karena terjatuh atau tergerus/tertekan core barrel.
 Chips adalah potongan-potongan batuan hasil kegiatan pengeboran.
 Core adalah sample batubara yang diambil dengan menggunakan core barrel.
 Litologi adalah pemerian batuan didasarkan pada sifat-sifat fisiknya yang terlihat atau dengan
bantuan kaca pembesar.
 Interval adalah ketebalan batuan yang diukur.

Doc.1
Karatan/Cutting Pemboran Metode Open Hole
Doc. 2
Inti Core Pemboran Metode Bor Inti

5. REFERENSI
 JORC Code.
 SNI 7568:2010 tentang Glosarium Eksplorasi Mineral dan Batubara.
 SNI 13-6978.3-2003 tentang Kompetensi Kerja Tenaga Teknis Khusus Geologi – Bagian 3: Teknisi
Pengeboran Eksplorasi.
 SNI 2436:2008 tentang Tata Cara Pencatatan dan Identifikasi Hasil Pengeboran Inti.

6. URAIAN
6.1. Tulis lokasi pengeboran berada (Location: …......................)
6.2. Tulis keadaan cuaca pada saat pengeboran (Wether: ….......................)
6.3. Tulis kode lokasi bor (Hole no.: …......................)
6.4. Tulis koordinat bor setelah disurvey (Coordinate: …………………)
6.5. Tulis elevasi bor setelah disurvey (Elevation: …………………..)
6.6. Tulis media pengeboran: memakai air, polimer, atau memakai bahan lain yang sejenis.
(Drilling Medium:………….)
6.7. Tulis mesin bor yang digunakan (Drill Equipment: …………..)
6.8. Tulis mesin pompa yang dipakai (Pump machine: ……………)
6.9. Tulis mata bor yang dipakai, dicatat kondisinya (Bit Type: …………………….)
6.10. Tulis tanggal dilakukan deskripsi (Date: …………………………)
6.11. Tulis tanggal dimulai pengeboran (Date Started: ……………...)
6.12. Tulis tanggal selesai pengeboran (Date Finished: ……………..)
6.13. Tulis waktu dimulai pengeboran (Time Started: ………………)
6.14. Tulis waktu diselesaikannya pengeboran (Time Finished: ……………..)
6.15. Tulis total kedalaman setelah selesai pengeboran (To: …………………………….)
6.16. Tulis nama operator mesin bor (Driller: ……………………….)
6.17. Tulis nama yang melakukan deskripsi (Described by: ………………)
6.18. Tulis keterangan yang berhubungan dengan keadaan berlangsungnya kegiatan
pengeboran.
(Note: ………………………….)
misal:
a. target seam yang dicari;
b. waktu dimulainya pengeboran;
c. waktu diselesaikannya pengeboran;
d. interval non coring;
e. interval coring;
f. pada kedalaman tertentu terjadi water loss atau terjadi ambrukan/runtuhan;
g. dll.

6.19. Tulis interval kedalaman litologi yaitu kemajuan pengeboran, dicatat untuk setiap panjang pengeboran
yang dilakukan
6.20. Tulis deskripsi/pemerian litologi dari chips maupun core Berikut ini adalah penjelasan cara-cara
mendeskripsikan batuan berdasarkan JORC Code dan SNI. :
6.21 Documentasi semua kegiatan pemboran (moving rig, set up rig, start drill, trouble in rig, cutting
sampel, core sample, finish drill, dll), serta kegiatan logging.

Tabel 1.
Deskripsi litologi batuan berdasarkan standar JORC dalam kegiatan pengeboran

Pemerian batuan dan batubara yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut.
 Warna (color) adalah warna yang terlihat dipermukaan dengan mata telanjang.

 Gores (streak) adalah warna dari batubara yang telah digores menjadi serbuk.

 Tingkat pelapukan (weathering) :


 Segar (fresh)
Batuan tidak menunjukkan adanya pelapukan, perubahan warna di permukaan rekahan tampak sedikit
sekali.
 Agak lapuk
Terjadi perubahan warna yang menunjukkan pelapukan, warna segar dan tekstur masih tampak tapi
belum diperlunak secara nyata.
 Lapuk sedang
Warna asli sudah tidak dapat dikenali dan batuan tampak lunak.
 Lapuk
Beberapa material batuan terkomposisi dan atau terdisintegrasi menjadi tanah. Batuan yang berubah
warna atau lunak terdapat sebagai inti batu dalam tanah.
 Sangat lapuk
Seluruh material menjadi tanah, tetapi tekstur asali masih tampak.

 Pecahan (fracture), istilah yang dipakai even, uneven, conchoidal, sub conchoidal, flat.

 Kilap (luster/bright), istilah ini dinyatakan dalam persentase, misal : bright 60%

Pemerian batuan lainnya yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut.


 Jenis batuan (rock type).

 Warna (color). Misalnya merah, kekuningan, coklat – abu-abu muda dll.


Demikian pula tanah dan batuan yang berlapis-lapis atau melensa harus dilakukan deskripsi warna
tersendiri di setiap lapisannya.

 Besar butir (grain size) adalah ukuran (diameter dari fragmen batuan). Skala pembatasan yang dipakai
adalah “Skala Wentworth”.
Tabel. 2
Skala Wentworth

 Kebulatan (roundness) adalah tingkat kelengkungan/kebundaran dari setiap fragmen butiran. Istilah-
istilah yang dipakai adalah sebagai berikut.
- wellrounded (membundar baik)
- rounded (membundar)
- sub rounded (membundar tanggung)
- angular (menyudut)
- sub angular (menyudut tanggung)
 Pemilahan (sorting) adalah tingkat keseragaman besar butir. Istilah-istilah yang dipakai adalah terpilah
baik (butir-butir sama besar), terpilah sedang dan terpilah buruk.

 Struktur Sedimen (sediment structure).


Struktur sedimen termasuk ke dalam struktur primer, yaitu struktur yang terbentuk pada saat
pembentukan batuan (pada saat sedimentasi). Beberapa struktur sedimen hanya dapat diamati pada
satu atau beberapa satuan perlapisan. Perlapisan dapat ditunjukkan oleh perbedaan besar butir atau
warna dari bahan penyusunannya. Perlapisan beragam dari yang tipis (laminasi) sampai tebal. Istilah-
istilah yang dipakai adalah sebagai berikut.

 Masif (Masiv)
Apabila diantara batas suatu bidang perlapisan tidak menunjukkan kelainan, dan batuan tersebut
berupa suatu massa yang kompak.
 Perlapisan sejajar (parallel lamination)
Perlapisan dimana hubungan antara lapisan satu dengan lapisan di atas maupun dibawahnya
menunjukkan kedudukan yang sejajar.
 Perlapisan bersusun (graded bedding)
Merupakan susunan perlapisan dari butir yang kasar berangsur menjadi halus pada satuan perlapisan.
Struktur ini dapat dipakai sebagai petunjuk, umumnya butir yang kasar merupakan bagian yang bawah
(bottom/floor) dari lapisan yang halus bagian atas (top/roof).
 Perlapisan berselang (cross bedding)
Merupakan bentuk lapisan yang terpotong pada bagian atasnya oleh lapisan berikutnya yang berlainan
sudutnya. Terutama terdapat di batupasir.
 Gelembur gelombang (current ripple)
Bentuk perlapisan bergelombang, seperti berkerut dalam satu lapisan.

 Fossil dan mineral jika ditemui pada saat coring.

 Kemas (fabric) adalah sifat hubungan antar butir, kesatuannya di dalam satu massa dasar atau di antara
semennya. Istilah kemas terbuka digunakan untuk butiran yang tidak saling bersentuhan, dan kemas
tertutup untuk butiran yang saling bersentuhan.

 Porositas (porosity) adalah perbandingan antara jumlah volume rongga dan volume keseluruhan dari
satu batuan. Dalam hal ini dapat dipakai istilah-istilah yang kualitatif yang merupakan fungsi daya
serap batuan terhadap cairan, yaitu porositas sangat baik (very good), baik (good), sedang (fair), buruk
(poor). Cara menentukannya yaitu diuji dengan meneteskan cairan.

 Semen dan Massa Dasar (matrix).


Semen adalah bahan yang mengikat butiran. Semen terbentuk pada saat pembentukan batuan, dapat
berupa silika, karbonat, oksida besi atau mineral lempung. Massa dasar (matrix) adalah massa dimana
butiran/fragmen berada dalam satu kesatuan. Massa dasar terbentuk bersama fragmen pada saat
sedimentasi, dapat berupa bahan semen atau butiran yang lebih halus.

 Sementasi (sementation)
Pada batuan yang bersifat besementasi akibat kandungan kalsium karbonat dan mengandung butiran
kasar memiliki sementasi yang bervariasi seperti tabel berikut.
Tabel 3
Kriteria sementasi batuan berdasarkan SNI.
 Kekerasan (hardness)
Tingkat kekerasan batuan dapat dilakukan dengan uji penggoresan dengan menggunakan pisau saku
atau palu geologi terhadap batuan tersebut. Tingkat kekerasan batuan dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 4
Tingkat kekerasan batuan berdasarkan SNI.

6.21. Gambar simbol litologi dan simbol core loss (apabila ada yang loss).
6.22. Tulis tiap kemajuan coring, meliputi hal-hal sebagai berikut.
a. Interval coring.
b. Panjang coring yang dilakukan.
c. Panjang core yang didapat.
d. Deskripsi hasil coring per setiap lapisan yang diperoleh.
e. CR (Core Recovery)

CR % = (Panjang Core Sample yang di peroleh /Panjang Coring yang dilakukan) X 100 %

6.23. Dokumentasikan seluruh kegiatan dengan mengambil beberapa foto. Sebaiknya menggunakan kamera
digital yang memiliki resolusi tinggi terutama pada saat pengambilan foto sample batuan.

Cara Pengukuran Kedalaman


Pada Aktivitas Pemboran
Diposkan oleh khalid azhari di 04.12
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: SOP PEMBORAN
Reaksi:
Lokasi: Medan Medan Area, Sumatera Utara, Indonesia

SOP PEMETAAN GEOLOGI

1. Menetapkan dan merencanakan daerah yang akan dipetakan (Data Skunder)

 Koordinat IUP

 Peta Geologi Regional

 Laporan Terdahulu pada lokasi yang akan diselidiki, jika ada

2. Menetapkan target dan jangka waktu penyelesaiannya

3. Menyiapkan peralatan dan personil pelaksana serta sarana penunjangnya

4. Merencanakan traverse berdasarkan peta Geologi yang ada

Melaksanakan Pemetaan Geologi terdiri dari :

1. Plotting lokasi singkapan setiap traverse pada peta Topografi


2. Diskripsi Singkapan

3. Pengukuran Struktur Geologi ( seperti Strike/Dip dsb )

4. Pembuatan sketsa singkapan, pengambilan contoh seberat kurang lebih 5 kg dan dilakukan pemotretan.

5. Pengambilan sampel batubara dapat dilakukan dengan metode Channel atau Trenching

a. Membuat pit yang disesuaikan dengan kondisi dan posisi singkapan.

b. Sampel dikirim ke laboratorium untuk dianalisa.

6. Lokasi singkapan diberi kode

7. Pengukuran koordinat dan elevasi singkapan Batubara dengan mengikat

terhadap titik traverse yang telah didapat dari pemetaan Topografi.

8. Documentasi vegetasi dan morfologi di dalam daerah IUP penyelidikan

9. Documentasi Acses jalan dan sungai, desa yang di lalui menuju daerah penyelidikan.

Evaluasi Dan Analisa Data Geologi :

1. Plotting data hasil Analisis Singkapan Batubara pada lokasi pengambilan

Sampel Sesuai dengan kode lokasi.

2. Plotiting data Geologi lapangan.

3. Penginterpretasikan :

a. Struktur Geologi

b. Kemenerusan Singkapan Batubara.

c. Pemilahan blok – blok tertentu Batubara yang mempunyai kwalitas tertentu.

d. Jumlah lapisan dari Batubara.

e. Cadangan Geologi dengan batas kedalaman tertentu.

f. Pola dan Arah aliran Sungai.

g. Penampang Geologi.

4. Memberikan saran lokasi yang perlu diteliti lebih lanjut (seperti Pola Distribusi lubang bor)
5. Penggambaran peta Geologi dan hasil interprestasi.

Pemerian Batubara yang perlu diperhatikan sebagai berikut :

1. Warna ( Colour ) adalah Warna dari Batubara tersebut

2. Kilap ( Bright / Luster ) , yang dinyatakan dalam derajat Prosentase Batubara tersebut.

3. Cerat ( Streak ) adalah warna dari batubara yang telah digores.

4. Pecahan ( Fracture )

5. Cleat ( rekahan ), rekahan yang terdapat pada Batubara

Pemerian untuk Batuan lain yang perlu diperhatikan :

1. Warna ( colour ) , warna dari lithologi baik dalam keadaan lapuk maupun segar

2. Besar butir ( Grain Size )

3. Derajat Pemilahan ( Sorting )

4. Kemas

5. Kandungan Mineral

6. Porositas

7. Semen dan massa dasar ( sementasi dan Matrix )

8. Struktur Sedimen

Cara pengambilan Sample :

1. Menentukan Strike / Dip dari Batubara tersebut.

2. Menentukan bagian dari Roof dan Floor dari Batubara yang akan disample.

3. Menentukan ketebalan dari Batubara tersebut (True Thickness)

4. Setelah mengetahui ketebalan dari Batubara kemudian menentukan batas dari sample (Ply by Ply)
dan jumlah yang akan diambil. Serta merecord interval sample , kode nomor sample, Lokasi
pengambilan sample dan keterangan lain pada buku diskripsi.

a. Ambil sample dan masukan kedalam kantong plastik yang telah disediakan ,serta diikat dengan kuat
dan benar.
b. Sample yang telah diambil dan di prepare segera dikirim ke laboratorium.

Format Lapangan Geology Map

Diposkan oleh khalid azhari di 05.33

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Label: SOP PEMETAAN GEOLOGI

Reaksi:

SOP PEMETAAN GEOLOGI

A. TUJUAN
1. Standarisasi pemetaan geologi dan tahapan kerjanya
2. Inventarisasi data geologi yang baik dan sistematis yang disimpan dalam bentuk database
geologi
3. Mengumpulkan data aktual sumberdaya batubara

B. SASARAN
1. Perhitungan estimasi sumber daya dan kualitas
2. Hasil dari pemetaan geologi ini selanjutnya akan digunakan untuk acuan dalam penentuan
lokasi titik pengeboran dangkal maupun pengeboran dalam/stratigrafi.
3. Perekaman data geologi yang baik, sistematis dan berkualitas sangat diperlukan untuk basis
data geologi yang merupakan data awal dalam pertimbangan penentuan daerah prospek.
4. Interpretasi kondisi geologi yang benar dari data geologi yang baik juga diperlukan agar
hasil interpretasi yang ditampilkan dalam bentuk peta geologi dapat dipertanggung-
jawabkan dan digunakan untuk tahap kegiatan eksplorasi selanjutnya.

C. PENANGGUNGJAWAB
Yang berwenang untuk mempertanggung jawabkan kegiatan pemetaan geologi adalah level
manager, minimal level superintendent

D. MASUKAN YANG DIBUTUHKAN DALAM PROSES


1. Desk Study (Pra Lapangan)
2. Penyelidikan Lapangan untuk pengambilan data
3. Database Geologi
4. Evaluasi Data dan Pemrosesannya

E. KELUARAN YANG DIHASILKAN


1. Laporan Akhir Pemetaan Geologi
2. Peta Sebaran Singkapan Batubara dan Pendukung
3. Peta Geologi

F. CYCLE TIME

1. Waktu yang diperlukan untuk desk study (Pra Lapangan) adalah maksimal 1 minggu
2. Waktu yang diperlukan untuk penyelidikan lapangan dalam rangka pengambilan data
adalah tergantung luas area
3. Waktu yang diperlukan untuk menuangkan data dari lapangan ke dalam database
geologi adalah maksimal 1 bulan
4. Waktu yang dilakukan untuk melakukan evaluasi data dan pemrosesannya adalah
maksimal 1 bulan

G. Bagan Eksplorasi Geologi


H. URUTAN KERJA (PROSES)
A. INSTRUKSI KERJA
1. Desk Study (Pra Lapangan)
Desk study adalah kegiatan pengumpulan informasi geologi awal sebelum penyelidikan
lapangan yang bertujuan untuk mempersempit wilayah penelitian. Informasi awal ini di
dapat dari peta geologi regional, peta rupa bumi (Bakosurtanal) dan peta-peta lain beserta
infomasi-informasi tentang suatu daerah yang kemudian digunakan untuk menghasilkan
peta rencana lintasan pemetaan.

1.1 Peta Geologi Regional


Peta geologi regional memuat informasi formasi batuan, struktur geologi regional dan arah
jurus umum dan kemiringan lapisan batuan. Dari peta ini, dapat didelineasi batas formasi
pembawa batubara (coal bearing formation) sehingga area pemetaan dapat diciutkan.
Struktur geologi regional dan arah jurus umum dan kemiringan lapisan dapat digunakan
dalam perencanaan lintasan.

Peta Rupa Bumi


Peta rupa bumi memuat informasi topografi, jalan, aliran sungai, penggunaan lahan serta
demografi. Topografi dapat digunakan sebagai informasi morfologi regional dan dapat
diinterpretasi keadaan geologi suatu wilayah (kedudukan lapisan batuan dan struktur
geologi regional) sebagai gambaran awal kondisi geologi. Dari hasil interpretasi ini, area
pemetaan dapat diciutkan lagi. Aliran sungai dan jalan perlu di perhatikan karena lintasan
pemetaan hanya melewati sungai dan jalan yang memotong arah strike saja. Sedangkan
informasi mengenai jalan, penggunaan lahan dan demografi dapat digunakan dalam
perencanaan pencapaian lokasi pemetaan.

Peta Rencana
Peta Rencana Lintasan Pemetaan
Peta rencana lintasan pemetaan adalah peta acuan dalam pemetaan geologi.
Dalam membuat rencana lintasan, yang harus diperhatikan adalah:
a. Lintasan harus memotong strike lapisan batuan agar stratigrafi batuan dapat diketahui.
b. Lintasan berupa lintasan sungai atau dinding urukan jalan.
Dari peta rencana lintasan, dibuat rencana lintasan day to day untuk pemetaan, agar
kegiatan pemetaan benar-benar terencana dan sistematis

Peneliti Terdahulu
Hasil penelitian sebelumnya oleh orang/instansi pada daerah rencana penelitian maupun
bersinggungan dengan daerah penelitian dapat dijadikan bantuan untuk acuan pembuatan
rencana kerja pemetaan.

2. Penyelidikan Lapangan

Setelah peta rencana lintasan dan rencana lintasan day to day dibuat dilanjutkan pada
tahap selanjutnya adalah penyelidikan lapangan untuk mengambil data. Tahap penyelidikan
lapangan ini terdiri dari beberapa kegiatan.

2.1 Persiapan Alat


Alat-alat yang harus disiapkan untuk pemetaan geologi adalah:

- Meteran (5 m & 30 m/50 m) - Stapler besar


- Buku catatan - Linggis
lapangan
- Kamera - Clipboard
- Kompas - Cangkul
geologi
- Kantong sample - Parang
- Lup - Ganco
- Palu geologi - Penggaris segitiga, busur
(sedimen) derajat

- GPS (Global Positoning - Pensil, spidol


System) marker
- Peta - Label sample
lintasan
2.2 Pengambilan Data
2.2.1. Traversing
Dalam melakukan pelintasan (traversing), yang perlu diperhatikan adalah posisi. Setelah
berada dalam lintasan, tentukan dulu posisi dengan GPS atau membaca peta. Setiap
pergerakan harus selalu terpantau dengan menyalakan ”track log GPS” (GPS harus selalu
dalam keadaan on) atau mencatat pergerakan di buku catatan lapangan apabila melakukan
”Passing and Compass”. Perekaman traversing ini berfungsi untuk membuat peta lintasan
pemetaan.

Jika menggunakan GPS, yang perlu diperhatikan adalah sinyal GPS tidak hilang dan
pastikan akurasi posisi GPS cukup baik. Alat bantu parang dapat digunakan jika jalan
rintisan belum ada.Lintasan dapat saja diganti di lapangan sesuai dengan kondisi di
lapangan.

2.2.2. Observasi Singkapan


Observasi singkapan merupakan kegiatan utama dalam pengambilan data geologi.
Kemampuan analisa geologi dalam mengobservasi singkapan menentukan benar/tidaknya
data (kualitas data). Urutan Langkah kerja dalam observasi singkapan (outcrop) adalah s.b:

A. Penentuan Posisi Singkapan


Ketika menemukan singkapan (batubara dan atau struktur geologi), pertama kali yang
dilakukan adalah penentuan posisi singkapan. Catat posisi singkapan dengan marking di
GPS dan catat koordinat dan elevasi singkapan dalam buku catatan lapangan. Jika sinyal
GPS hilang pada posisi singkapan, lakukan passing and compass dari titik terdekat yang
mendapat sinyal GPS ke titik singkapan.

B. Pembersihan Singkapan (Outcop Cleaning)


Sebelum melakukan analisa geologi untuk singkapan, pembersihan singkapan perlu
dilakukan agar batuan yang segar (fresh) dari setiap interval singkapan, terlihat dari roof
sampai floor sehingga observasi dapat berlangsung maksimal. Pembersihan singkapan ini
menggunakan alat bantu cangkul, parang , linggis dan ganco.

C. Kode Singkapan, Waktu Pemetaan, Keadaan Cuaca dan Geologist


Semua point diatas dicatat dalam buku catatan lapangan.
Pemberian kode singkapan harus teratur dan sistematis. Nama singkapan merupakan
urutan inisial nama daerah -geologist-urutan nomor singkapan.
Contoh: nama daerah Kananai (inisial KN), nama geologist Abdullah (inisial AB),
singkapan ke-1, Maka kode singkapan adalah KNAC 001 , dan KNACP 001,
Catatan : Inisial nama daerah dan geologist dibuat dalam 2 digit huruf
Nomor urut dibuat sebanyak 3 digit angka

D. Pengukuran Kedudukan (Strike/Dip) Bidang Lapisan

E. Penentuan Roof dan Floor


Catat roof dan floor. Penentuan roof dan floor diperhatikan dari struktur sedimen yang ada.
Ini berguna untuk menentukan Top dan Bottom dari seam batubara. Roof dan floor disini
adalah lapisan batuan non-batubara yang paling atas dan paling bawah dari satu atau lebih
seam batubara.

F. Pembuatan Channel (Paritan) Pada Singkapan


Pembuatan channel bertujuan untuk kegiatan deskripsi batuan. Dengan pembuatan
channel, diharapkan bagian segar dari batuan dapat tersingkap dan seluruh bagian lapisan
batuan dari top ke bottom terlihat sehingga deskripsi batuan dapat dilakukan lengkap dari
top ke bottom batuan (batubara atau non-batubara).

G. Deskripsi Singkapan
Dalam deskripsi singkapan yang perlu diperhatikan adalah Interval batuan yang di deskripsi
dan deskripsi batuan dan jenis Litologi. Langkah deskripsi singkapan, yaitu:
a. Buat sketsa singkapan.
b. Ukur ketebalan batuan (batubara dan non batubara).
c. Catat interval batuan yang akan dideskripsi (khususnya untuk batubara)
d. Catat deskripsi batuan (batubara dan non-batubara).
Deskripsi batubara dilakukan secara ”ply by ply”. Skenario Pembagian ply by ply dalam
batubara mengikuti SOP ”Pengambilan Sample grab/Channel & Inti Bor Untuk Analisa
Kualitas Batubara
Selanjutnya pengambilan sample akan mengikuti pembagian ply dalam deskripsi ini. Apabila
terdapat satu ply yang cukup tebal (>0.5 m), hendaknya deskripsi dibagi-bagi lagi sesuai
kebutuhan.

Deskripsi batuan termasuk deskripsi batubara dan batuan non-batubara.


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Pemerian batubara adalah s.b:
a. Warna (color), adalah warna yang terlihat dipermukaan dengan mata telanjang.
b. Gores (streak), adalah warna dari batubara yang telah digores menjadi serbuk.
c. Tingkat kelapukan
d. Pecahan (fracture), istilah yang dipakai even, uneven, conchoidal, sub conchoidal, flat.
e. Kilap (luster/bright), diklasifikasikan mengikuti Standard Coal Categories (Australian
standard). Penjabaran s.b:
Standard Symbol Coal Description
B Bright (greater than 90%)
Bd Bright with dull bands (60% to 90% bright)
DB Interbanded dull and bright (40% to 60% briht
Db Mainly dull with frequent bright bands (10% to
40% bright
Dmb Dull with minor bright bands (1% to 10%
bright)
D Dull (less than 1% bright)
Pemerian litologi selain batubara yang perlu diperhatikan adalah :
a. Warna (color) lithologi
b. Besar butir (grain size), adalah ukuran (diameter dari fragmen batuan). Skala
pembatasan yang dipakai adalah “Skala Wentworth”.
c. Pemilahan (sorting), adalah tingkat keseragaman besar butir. Istilah – istilah yang
dipakai adalah terpilah baik (butir – butir sama besar), terpilah sedang dan terpilah buruk.
d. Kebulatan (roundness), adalah tingkat kelengkungan dari setiap fragmen butiran.
Istilah – istilah yang dipakai adalah :
- wellrounded (membundar baik)
- rounded (membundar)
- sub rounded (membundar tanggung)
- angular (menyudut)
- sub angular (menyudut tanggung)
e. Kemas (fabric), adalah sifat hubungan antar butir, kesatuannya di dalam satu massa
dasar atau di antara semennya. Istilah kemas terbuka digunakan untuk butiran yang tidak
saling bersentuhan, dan kemas tertutup untuk butiran yang saling bersentuhan.
f. Porositas, adalah perbandingan antara jumlah volume rongga dan volume keseluruhan
dari satu batuan. Dalam hal ini dapat dipakai istilah – istilah yang kualitatif yang merupakan
fungsi daya serap batuan terhadap cairan, yaitu porositas sangat baik (very good), baik
(good), sedang (fair), buruk (poor) diuji dengan meneteskan cairan.
g. Semen dan Massa Dasar (matrix)
Semen adalah bahan yang mengikat butiran. Semen terbentuk pada saat pembentukan
batuan, dapat berupa silika, karbonat, oksida besi atau mineral lempung. Massa dasar
(matrix) adalah massa dimana butiran/fragmen berada dalam satu kesatuan. Massa dasar
terbentuk bersama fragmen pada saat sedimentasi, dapat berupa bahan semen atau butiran
yang lebih halus.
h. Struktur Sedimen
Struktur sedimen termasuk ke dalam struktur primer, yaitu struktur yang terbentuk pada
saat pembentukan batuan (pada saat sedimentasi). Beberapa struktur sedimen hanya dapat
diamati pada satu atau beberapa satuan perlapisan. Perlapisan dapat ditunjukkan oleh
perbedaan besar butir atau warna dari bahan penyusunannya. Perlapisan beragam dari
yang tipis (laminasi) sampai tebal.

h.1. Perlapisan bersusun (graded bedding)


Merupakan susunan perlapisan dari butir yang kasar berangsur menjadi halus pada satuan
perlapisan. Struktur ini dapat dipakai sebagai petunjuk, umumnya butir yang kasar
merupakan bagian yang bawah (bottom/floor) dari lapisan yang halus bagian atas
(top/roof).
h.2. Perlapisan berselang (cross bedding)
Merupakan bentuk lapisan yang terpotong pada bagian atasnya oleh lapisan berikutnya
yang berlainan sudutnya. Terutama terdapat pada batupasir.
h.3. Gelembur gelombang (current ripple)
Bentuk perlapisan bergelombang, seperti berkerut dalam satu lapisan.

H. Sampling batubara
Tata cara sampling batubara mengikuti SOP ”Pengambilan Sample grab/Channel & Inti Bor
Untuk Analisa Kualitas Batubara (No. SOP 001/SOP/P&D/I/05)”.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan selain yang di atas, yaitu:
1. Sample di masukkan ke dalam kantong sample berlapis 2. kemudian label sample
dimasukkan diantara lapisan kantong sample luar dan lapisan kantong sample bagian luar,
ini mencegah agar label tidak kontak langsung dengan sample.
2. Catat list sample dalam buku catatan lapangan.
3. Masing – masing plastik sampel (bag) dijadikan satu sesuai dengan kode singkapan dan
diikat/distapler dengan kuat dan benar, supaya tidak berhamburan atau tercecer dan
memudahkan untuk pengecekan ulang sample.
4. Sampel langsung dibawa ke camp atau tempat yang sudah disediakan sebelum dibawa ke
laboratorium. Jika lokasi dekat dengan laboratorium sampel dapat langsung dibawa ke lab.
5. Dari tempat lokasi pengambilan sampel sampai ke laboratorium, sampel tidak boleh
kehujanan atau rusak karena dapat mengurangi keakurasian hasil analisa.

I. Penandaan Singkapan
Tandai singkapan dengan pita plastik yang bertuliskan kode singkapan dan tanggal
observasi. Tulisan dibuat dengan memakai spidol marker (water proof). kemudian Ikat pita
pada pohon dekat singkapan.

J. Dokumentasi
Setelah semua kegiatan selesai. Dokumentasikan singkapan menggunakan kamera. Foto
yang dihasilkan harus jelas, menggunakan komparator (misal: orang) dan usahakan
mencakup semua komponen singkapan. Apabila ada bagian yang ingin ditunjukkan lebih
detil, dalam satu singkapan bisa saja lebih dari satu foto.

K. Orientasi Morfologi
Selain orientasi singkapan, hal yang penting untuk dicatat adalah morfologi umum pada
daerah penelitian seperti bentuk perbukitan, stadium erosi sungai, derajat umum
kemiringan tabing, dan sebagainya

2.2.3. Indikasi Struktur Geologi


Struktur geologi merupakan hal yang penting dalam pemetaan geologi. Struktur geologi
sangat mempengaruhi model geologi nantinya.
Langkah kerja dalam observasi singkapan struktur geologi, sebagian besar sama dengan
observasi singkapan di batubara, hanya perbedaannya yaitu pada deskripsi singkapan.
Deskripsi singkapan struktur geologi memerlukan interpretasi yang baik dan memahami
unsur struktur geologi.
Urutan deskripsi singkapan struktur geologi yaitu:
1. Interpretasi jenis struktur atau indikasi struktur seperti sesar (normal, naik atau
mendatar), off set sesar, breksiasi, fracture, lipatan dan lipatan mikro (mikrofold), slicken
side dan lain-lain.
2. Sketsa Singkapan
3. Pengukuran unsur-unsur struktur yaitu kedudukan bidang sesar, fracture (shear, gash
fracture, tension release), arah breksiasi, slicken side (trend, pitch), kedudukan mikrofold.
4. Penandaan singkapan
5. Dokumentasi singkapan
6. Data hasil pengukuran struktur geologi ini kemudian dianalisa selanjutnya dalam analisa
struktur geologi.

3. Database Geologi
Data yang didapat dari lapangan (dalam buku catatan lapangan) kemudian dituangkan
dalam database geologi. Database tersebut diantaranya:
- Database singkapan (dituangkan dalam bentuk tabel, lihat lampiran contoh database
singkapan)
- Database struktur geologi (posisi singkapan, jenis/indikasi struktur geologi dan hasil
pengukuran unsur-unsur struktur)
- Database sample dan kualitas batubara (dituangkan dalam bentuk tabel, lihat lampiran
contoh database sample dan kualitas batubara)
- Database peta singkapan batubara (strike/dip batubara) dan struktur geologi
- Lembar deskripsi singkapan (lihat lampiran contoh lembar deskripsi singkapan)

4. Evaluasi Data dan Pemrosesannya


4.1. Evaluasi data
Evaluasi dilakukan selama proses dan setelah pengambilan data selesai.Adapun dalam
mengevaluasi data yang harus dilakukan adalah s.b:
Setiap data yang didapat dari lapangan, setelah sampai di camp, data harus selalu
dimasukkan ke dalam database geologi dan diplot dalam peta lintasan, terutama singkapan
batubara (kode, posisi, strike/dip, tebal) dan struktur geologi. Hal ini bertujuan untuk
memperkirakan penyebaran batubara dan lokasi struktur geologi.
Setelah tahap pengambilan data selesai, maka dapat dilakukan interpretasi korelasi seam
sementara secara menyeluruh tanpa memperhitungkan kualitas batubara, juga dengan
masukan dari hasil dari analisa struktur geologi. Hasil dari kegiatan ini adalah peta geologi
sementara.
Apabila pada saat evaluasi terdapat penilaian atas kekurangan data atau kualitas data yang
kurang baik, geologist harus kembali mengambil data dilapangan misal: kekurangan sample
atau terdapat area pemetaan yang belum tercover.

4.2. Proses Pembuatan Peta Geologi


Tahap pengerjaan peta geologi adalah s.b:
a. Plot data singkapan batubara dan singkapan batuan non-batubara yang ditemukan di
lapangan dalam peta lintasan. Data singkapan dalam peta mencakup kode singkapan, posisi
singkapan, kedudukan lapisan batuan (strike/dip), ketebalan batubara.
b. Plot data singkapan struktur geologi.
c. Interpretasikan kemenerusan struktur geologi dengan mempertimbangkan hasil dari analisa
struktur geologi.
d. Interpretasikan korelasi seam batubara dengan menggunakan hukum ”V”
e. Masukkan data kualitas batubara ke singkapan sebagai bahan pertimbangan dalam korelasi
batubara
f. Delineasi batas coal bearing formation (formasi pembawa batubara) untuk menentukan coal
limit (batas penyebaran batubara
g. Buat penampang geologi

5. Pelaporan dan Dokumentasi


5.1. Laporan Akhir Pemetaan Geologi
Laporan akhir dibuat dalam bentuk buku dengan lampiran yaitu peta geologi dan peta
lintasan/singkapan. Perhitungan sumberdaya batubara dilakukan dengan menggunakan
Australian metode (mengacu pada buku ”Guideline to the Australasian Code For Reporting
of Identified Mineral Resources and Reserves,4 1990”).
Contoh outline laporan akhir dapat dilihat pada lampiran.

5.2. Peta Sebaran Singkapan dan Pendukung


Komponen utama dari peta sebaran singkapan dan pendukung adalah plot jurus dan
kemiringan singkapan batubara yang disertai dengan peta hasil analisa kualitas setiap
singkapan, jika dilakukan dengan metoda ply by ply, maka cantumkan hasil composite dari
ply tersebut. Data pendukung sepeti jalan, posisi kampung, sungai, bekas jalan logging, dan
sebagainya.

5.2. Peta Geologi


Komponen utama peta geologi adalah korelasi seam batubara (cropline) dan kedudukan
lapisan batuan (strike/dip) yang mencakup juga kode singkapan dan ketebalan batubara.
Perlu diperhatikan, penampilan garis cropline untuk seam dengan ketebalan < 1m harus
dibedakan dengan seam yang memiliki rata-rata ketebalan > 1m.

LAMPIRAN 1

Format Database Singkapan Batubara


Format Database untuk pengamatan lapangan

Diposkan oleh khalid azhari di 14.48


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Anda mungkin juga menyukai