Anda di halaman 1dari 5

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Prinsip Percobaan Suspensi (Farmakope Indonesia Edisi III) adalah sediaan cair yang mengandung bahan obat padat dalam halus dan tidak larut dan terdispersi dalam cairan pembawa.

1.2. Tujuan Percobaan Untuk mengetahui bentuk sediaan suspense Untuk mengetahui bahan-bahan pembantu untuk sediaan suspense Mengetahui dan memahami cara pembuatan sediaan suspense Mengetahui evaluasi suspense a. Menentukan sifat alir (reologi) Alat : viskosimeter bola jatuh b. Pengamatan sedimentasi ratio, sebelum disimpan dan setelah 1 minggu disimpan.

BAB I PENDAHULUAN \1.1. Prinsip Percobaan Emulsi adalah system dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan lainnya dalam bentuk tetesan kecil. Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan bahan pengemulsi (emulgator) yang mencegah coalesensi yaitu penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan besar yang akhirnya menjadi satu fase tunggal yang memisah.

1.2 Tujuan Percobaan Untuk mengetahui bentuk sediaan emulsi Untuk mengetahui bahan-bahan pembantu untuk sediaan emulsi Untuk mengetahui dan memahami cara pembuatan sediaan emulsi Mengetahui evaluasi emulsi

Suspense Suspensi dapat didefinisikan sebagai preparat yang mengandung partikel obat yang terbagi secara halus (dikenal sebagai suspensoid) disebarkan secara merata dalam pembawa di mana obat menunjukkan kelarutan yang sangat minimum. Ada beberapa alas an pembuatan suspense oral. Salah satunya adalah karena obatobatan tertentu tidak stabil secara kimia bila ada dalam larutan tapi stabil bila disuspensi. Dalam hal seperti ini suspense oral menjamin stabilitas kimia dan memungkinkan terapi dengan cairan. Untuk banyak pasien, bentuk cair lebih disukai ketimbang bentuk padat (tablet atau kapsul dari obat yang sama), karena mudahnya menelan cairan dan keluwesan dalam pemberian dosis, pemberian lebih mudah serta lebih mudah untuk memberikan dosis yang relative sangat besar, aman, mudah diberikan untuk anak-anak, juga mudah diatur penyesuaian dosisnya untuk anak. Dengan membuat bentuk-bentuk sediaan yang tidak larut untuk digunakan dalam suspense mengurangi kesulitan ahli farmasi untuk menutupi rasa obat yang tidak enak dan pemilihan zat pemberi rasa dapat lebih disesuaikan dengan rasa yang diinginkan, bukan untuk menutupi rasa yang tidak enak dari suatu obat. Kebanyakan suspense oral berupa sediaan air dengan pembawa yang diharumkan dan dimaniskan untuk memenuhi selera pasien. Laju endapan (Laju sedimentasi) dari partikel suspense Berbagai factor yang terlibat dalam laju dari kecepatan mengendap partikel-partikel suspense tercakup dalam persamaan hukum Stoke : ( )

Dimana V = kecepatan jatuhnya suatu partikel bular g = konstanta gravitasi r = jari-jari partikel P1 = kerapatan partikel bulat P2 = kerapatan cairan = viskositas medium disperse

Dari persamaan tersebut jelas bahwa kecepatan jatuhnya suatu partikel yang terdispersi lebih besar bila ukuran partikel lebih besar, jika semua factor lain dibuat konstan. Dengan mengurangi ukuran partikel dari fase terdispers, seseorang dapat mengharapkan laju turun lebih lambat dari partikel tersebut. Juga makin besar kerapatan partikel makin besar laju turunnya, asalkan kerapatan pembawa tidak diubah. Karena umunya digunakan pembawa air dalam suspense farmasi untuk pemberian oral, kerapatan partikel umumnya lebih besar daripada kerapatan pembawa, suatu sifat yang diinginkan karena bila partikel-partikel lebih ringan dari pembawa, partikel-partikel cenderung untuk mengambang dan partikel-partikel ini sangat sukar didistribusikan secara seragam dalam pembawa. Laju endap dapat berkurang cukup besar dengan menaikkan viskositas medium disperse dan dalam batas-batas tertentu secara praktis ini bias dilakukan. Tetapi suatu produk yang mempunyai viskositas tinggi umumnya tidak diinginkan karena sukar dituang dan juga sukar untuk diratakan kembali. Karena itu bila viskositas suspense dinaikkan biasanya dilakukan sedemikian rupa sampai viskositas sedang saja untuk menghindari kesulitan-kesulitan seperti disebutkan tadi. Kebanyakan stabilitas fisik dari suatu suspense sediaan farmasi kelihatannya paling cocok untuk disesuaikan mengadakan perubahan pada fase terdispersi dan bukan pada medium disperse. Dalam banyak hal medium disperse menyokong fase terdispersi yang disesuaikan tersebut. Penyesuaian ini terutama menganai ukuran partikel, keseragaman ukuran partikel dan pemisahan partikel-partikel tersebut sehingga tidak mungkin untuk menjadi lebih besar atau membentuk padatan pada pendiaman. (Ansel, 2005)

Emulsi Emulsi adalah suatu disperse di mana fase terdispers terdiri dari bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak bercampur. Dalam batasan emulsi, fase terdispers dianggap sebagai fase dalam dan medium disperse sebagai fase luar atau fase kontinu. Emulsi yang mempunyai fase dalam minyak dan fase luar air disebut emulsi minyak dalam air dan biasanya diberi tanda sebagai sebagai emulsi m/a. Sebalikya emulsi yang mempunyai fase dalam air dan fase luar minyak disebut emulsi air dalam minyak dan dikenal sebagai emulsi a/m.

Umumnya suatu emulsi dianggap tidak stabil secara fisik jika : (a) fase dalam atau fase terdispersi pada pendiaman cenderung untuk membentuk agregat dari bulatan-bulatan, (b) jika bulatan-bulatan atau agregat dari bulatan naik ke permukaan atau turun ke dasar emulsi tersebut akan membentuk suatu lapisan pekat dari fase dalam, dan (c) jika semua atau sebagian dari cairan fase dalam tidak teremulsikan dan membentuk suatu lapisan yang berbeda pada permukaan atau pada dasar emulsi, yang merupakan hasil dari bergabungnya bulatan-bulatan fase dalam. Disamping itu suatu emulsi mungkin sangat dipengaruhi oleh kontaminasi dan pertumbuhan mikroba serta perubahan fisika dan kimia lainnya. Agregat dari bulatan fase dalam mempunyai kecenderungan yang lebih besar untuk naik ke permukaan emulsi atau jatuh ke dasar emulsi tersebut daripada partikel-partikelnya sendiri. Terjadinya bulatan-bulatan seperti ini disebut creaming dari emulsi tersebut dan apabila tidak terjadi penggabungan maka akan merupakan proses yang bolak-balik. Batasan ini diambil dari industry hasil ternak dan analog dengan creaming atau menaiknya cream dalam susu yang didiamkan. Bagian yang membentuk krim dari suatu emulsi dapat didistribusikan kembali secara merata dengan jalan mengocoknya, tetapi jika agregat tersebut sukar untuk dipecahkan atau pengocokan tidak mencukupi sebelum digunakan, maka akan diperoleh pemberian dosis dari zat sebagai fase terdispersi yang todak tepat. Selanjutnya, creaming dari suatu emulsi dalam farmasi tidak dapat diterima secara estetis baik oleh ahli farmasi maupun oleh konsumen. Lebih penting lagi karena akan meningkatkan kemungkinan terjadinya penggabungan bulatan-bulatan tersebut. (Ansel, Howard C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi keempat. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).

Anda mungkin juga menyukai