Anda di halaman 1dari 39

ADHYATMA PRIHATMOJO G1A211022 Pembimbing : dr. M. Mukhson Sp.

DEMAM REUMATIK AKUT

1. Diagnosis dari demam reumatik akut menurut kriteria jones (updated 1992) yang paling tepat yaitu : a. 2 kriteria mayor dan 2 kriteria minor b. 1 kriteria mayor atau 2 kriteria minor c. 2 kriteria mayor atau 1 kriteria mayor dan 2 minor.. d. 1 kriteria mayor atau 2 kriteria mayor dan 1 minor ditambah dengan bukti adanya infeksi streptokokus sebelumnya

Kriteria mayor dari Demam reumatik akut dibawah ini kecuali a. Poliartritis b. Atralgia c. Korea d. Nodul subkutan e. karditis

LATAR BELAKANG

Demam reumatik akut (DRA) merupakan penyakit peradangan akut yang dapat menyertai faringitis Streptococcus beta-hemolyticus grup A gejala mayor yaitu poliartritis migrans akut, karditis, korea, nodul subkutan, dan eritema marginatum Puncak insiden demam reumatik akut terdapat pada kelompok usia 5-15 tahun Prevalensi demam reumatik akut di Indonesia belum diketahui secara pasti

TUJUAN

Tujuan penulisan referat yang berjudul Demam Reumatik Akut ini adalah untuk memberikan informasi ilmiah mengenai definisi, etiologi, epidemiologi, pathogenesis, patologi, gejala klinis dan diagnosis, penanganan, serta prognosis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A.

B.

STREPTOKOKUS DEMAM REUMATIK AKUT


1. 2.

3.
4. 5. 6. 7.

ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI PATOGENESIS PATOLOGI MK DAN DIAGNOSIS PENATALAKSANAAN PROGNOSIS

STREPTOKOKUS
Streptokokus adalah penyebab infeksi bakteri yang paling lazim pada masa bayi dan anak. Streptokokus grup A, penyebab faringitis akut bakterial yang paling sering, juga menghasilkan variasi yang luas infeksi lain dan sekuele nonsupuratif seperti demam reumatik

Sel ini terdiri dari sitoplasma yang dikelilingi oleh tiga lapisan membrane, Komponen bagian dalam adalah peptodoglikan Komponen kedua adalah polisakarida dinding sel atau karbohidrat spesifik Komponen ketiga yaitu Protein M

B. DEMAM REUMATIK AKUT (DRA)


1.

ETIOLOGI Streptokokus beta-hemolitikus grup A merupakan agen penyebab terjadinya demam reumatik akut (DRA) Streptokokus hemolitik grup A, terutama serotipe M1,3,5,6,14,18,19 dan 24.

2. EPIDEMIOLOGI
Demam reumatik akut (DRA) masih sering didapati pada anak di negara sedang berkembang dan sering mengenai anak usia antara 5 15 tahun. Prevalensinya dinegara sedang berkembang berkisar antara 7,9 sampai 12,6 per 1000 anak sekolah dan relatif stabil Data terakhir mengenai prevalensi demam reumatik di Indonesia untuk tahun 1981 1990 didapati 0,3-0,8 diantara 1000 anak sekolah

3. PATOGENESIS
Faringitis strept haemo A Membentuk antibodi dalam serum AB bereaksi dgn komponen protein otot jantung/valvula Radang miokard (miokarditis) Valvulitis perikarditis

5/7/2013

PATOLOGIS

Kelainan histopatologis : sel Aschoff (Aschoff bodies) yang menetap Edema interstitial Komponen sel Aschoff: monosit dan makrofag yang berfungsi sbg antigen presenting cells berperan dalam karditis Respon imunologi yang abnormal terhadap infeksi streptokokus (auto imun) Defisiensi sistim imun host faktor predisposisi berkembangnya aktifitas rematik
14

5/7/2013

CONT

Konsep keserupaan antigenik, antibodi yang dihasilkan oleh infeksi streptokokus bereaksi silang dengan jaringan hospes (otot jantung). Hipotesis terakhir : kerusakan jaringan adalah mekanisme imunologik humoral dan selular
15

5/7/2013

MYOCARDIAL ASCHOFF BODY THE CELLS ARE LARGE, ELONGATED, WITH LARGE NUCLEI; SOME ARE MULTINUCLEATE

16

MANIFESTASI KLINIS

KARDITIS
Karditis merupakan manifestasi klinik demam reumatik yang paling berat Tanda klinis : (a) bising baru atau perubahan sifat bising organik, (b) kardiomegali, (c) perikarditis, dan gagal jantung kongestif

KARDIOMEGALI

POLIARTRITIS
Artritis paling sering mengenai sendi-sendi besar anggota gerak bawah (lutut, pergelangan kaki, siku, pergelangan tangan) berlangsung beberapa hari sampai seminggu pada satu sendi dan kemudian berpindah Ditandai oleh adanya nyeri, pembengkakan, kemerahan, teraba panas, dan keterbatasan gerak aktif pada dua sendi atau lebih

KOREA SYDENHAM (ST. VITUS DANCE)


gerakan disadari dan bertujuan berlangsung cepat dan bersifat bilateral, ataupun unilateral disertai kelemahan otot dan ketidak-stabilan emosi. Korea jarang dijumpai pada penderita di bawah usia 3 tahun atau setelah masa pubertas dan lazim terjadi pada perempuan

ERITEMA MARGINATUM

Makula yang berwarna merah, pucat di bagian tengah, tidak terasa gatal, berbentuk bulat atau dengan tepi yang bergelombang dan meluas secara sentrifugal.

NODUL SUBKUTAN
Nodul ini berupa massa yang padat, tidak terasa nyeri, mudah digerakkan dari kulit di atasnya, dengan diameter dan beberapa milimeter sampai sekitar 2 cm di daerah ekstensor persendian, pada kulit kepala serta kolumna vertebralis Pada umumnya pada penderita dgn karditis

5/7/2013

NODUL SUBKUTAN

24

ATRALGIA

DEMAM

rasa nyeri pada satu sendi atau lebih tanpa disertai peradangan atau keterbatasan gerak sendi

Tidak spesifik Jarang melebihi 39C Sering menyertai poliartritis dan karditis

KRITERIA MINOR

LABORATORIUM
CRP LED LEUKOSITOSIS

EKG
Interval P-R yang memanjang , adanya keterlambatan abnormal sistem konduksi pada nodus atrioventrikel

BUKTI YANG MENDUKUNG Titer antistreptolisin O (ASTO)

DIAGNOSIS

KRITERIA JONES (UPDATED1992) 2 kriteria mayor, atau 1 kriteria mayor dan 2 kriteria minor, ditambah dengan bukti adanya infeksi streptokokus sebelumnya

PENATALAKSANAAN
1). Pencegahan primer pada saat serangan DR, 2). Pencegahan sekunder DR, 3). Menghilangkan gejala yang menyertainya

PENCEGAHAN PRIMER DAN SEKUNDER DRA

3. Menghilangkan gejala yang menyertainya, seperti tirah baring, penggunaan anti inflamasi, penatalaksanaan gagal jantung dan korea

TIRAH BARING
DRA dgn gejala yang menyertainya seperti gagal jantung atau korea memerlukan tirah baring Sebagai pedoman, tirah baring sebaiknya tetap diberlakukan sampai semua tanda demam reumatik akut telah mereda

ANTI INFLAMASI
.Natrium salisilat diberikan dengan dosis 100-120 mg/kg/hari dalam 4-6 dosis terbagi selama 2-4 minggu, kemudian diturunkan menjadi 75 mg/kg/hari selama 4-6 minggu Aspirin 15-25 mg/kg/hari dalam 4-6 dosis terbagi selama seminggu, diturunkan separuhnya.

Kortikosteroid dianjurkan pada demam reumatik dengan gagal jantung Prednison diberikan dengan dosis 2 mg/kg/hari dalam 3-4 dosis terbagi selama 2 minggu, kemudian diturunkan menjadi 1 mg/kg/hari selama minggu ke 3 dan selanjutnya dikurangi lagi sampai habis selama 1-2 minggu berikutnya

PENGOBATAN KOREA
Korea pada umumnya akan sembuh sendiri, meskipun dapat berlangsung selama beberapa minggu sampai 3 bulan Pada kasus yang berat diberikan Obat sedatif, seperti klorpromazin, diazepam, fenobarbital atau haloperidol

PROGNOSIS
Mortalitas sebagian besar juga akibat karditis berat Profilaksis sekunder yang efektif mencegah kumatnya demam reumatik akut hingga mencegah perburukan kerusakan jantung

KESIMPULAN
Streptococcus beta-hemolitikus grup A merupakan agen penyebab terjadinya demam reumatik akut Diagnosis demam reumatik akut menggunakan kriteria Jones yaitu apabila ditemukan 2 kriteria mayor, atau 1 kriteria mayor dan 2 kriteria minor, ditambah dengan bukti adanya infeksi streptokokus sebelumnya

Penatalaksanaan DRA ditujukan pada 3 hal yaitu pencegahan primer pada saat serangan DRA, Pencegahan sekunder DRA, dan Menghilangkan gejala yang menyertainya

REFERENSI

Huon H. Gray, Keith D.Dawkins, John M.Morgan and Iain A.Simpson. Penyakit Katup Jantung dalam : Lecture Notes Kardiologi, edisi keempat, Erlangga, Jakarta,2005. C. Olivier. Rheumatic feveris it still a problem?. Journal of Antimicrobial Chemotherapy (2000) 45, Topic T1, 1321. available from: http://jac.oxfordjournals.org/content/45/suppl_1/13.full.pdf+html Abdullah AS. Demam Reumatik dan Penyakit Jantung Reumatik Permasalahan Indonesia. Available from: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18716/1/mkn-sep2007-40%20%281%29.pdf . Donald C. Fyler. Demam Reumatik dalam : Kardiologi Anak Nadas. Gajah Mada University Press, 1996. World Health Organization. Rheumatic fever and rheumatic heart disease WHO Technical report series 923. Report of a WHO Expert Consultation Geneva, 29 October1 November 2001. A Samik Wahab. Dalam : Sudigdo S, Bambang M (penyunting). Buku Ajar Kardiologi Anak, Jakarta: Binarupa Aksara:1994. Marijon E, Ou P, Celermajer DS, Ferreira B, Mocumbi A O, Jani D, et al. Prevalence of Rheumatic Heart Disease Detected by Echocardiographic Screening. N Engl J Med 2007 357:470-6. Available form: http://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/NEJMoa065085 Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W, editor. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Kedua. Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2000. Halstead S, Arbovirus. Dalam : Berhrman RE, Kliegman R, Arvin AM (editor). Nelson, Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 15, Vol 2. Wahab AS (penyunting) Jakarta : EGC : 2000 Crawford, Michael H, Aortic Stenosis dalam Lange Current Diagnosis and Treatment in Cardiology, 2nd edition, Mc Graw Hill Company, New York, 2003. Latania K. Logan, James B. McAuley and Stanford T. Shulman. Macrolide Treatment Failure in Streptococcal Pharyngitis Resulting in Acute Rheumatic Fever. Pediatrics 2012;129;e798; originally published online February 6, 2012; DOI: 10.1542/peds.2011-1198. http://pediatrics.aappublications.org/content/129/3/e798.full.html

Anda mungkin juga menyukai