Anda di halaman 1dari 41

Gangguan Mental dan Perilaku akibat Penggunaan Zat Psikoaktif

Disusun oleh : Adrianus Antonius Agnes Salotha Alfred A.J.Ritonga Regina Tiwery Yoana

Pendahuluan Menurut DSM IV-TR : Zat, menyatakan zat yang dapat mengubah otak ; gangguan yang terkait dengan penggunaan zat itu disebut gangguan terkait zat.

Pendahuluan (2)
Kata Zat secara umum lebih disukai dari pada kata obat, karena obat menyiratkan suatu zat kimia yang dibuat oleh pabrik, sementara banyak zat yang dikaitkan dengan pola penyalahgunaan, terdapat secara alami ( opium) atau tidak dimaksudkan untuk konsumsi manusia contoh : lem pesawat terbang.

Definisi
Konsep aspek ketergantungan perilaku dan fisik. Perilaku : menekankan pada aktivitas mencari zat dan bukti terkait tentang pola penggunaan patologis.

Fisik : Efek fisiologis ( fisik ) dari episode multipel penggunaan zat.

Adiksi, ketergantungan dan Penyalahgunaan NAPZA


NAPZA ( Zat Psikoaktif ) : Narkotik, Psikotropik, dan Zat Adiktif lain. Asal NAPZA : 1. Tumbuhan ( natural : Ganja ) 2. Sintetis ( shabu) 3. Semi-sintetis (putauw)

Adiksi, ketergantungan dan Penyalahgunaan NAPZA


Adiksi fisik maupun psikologi mengurangi kapasitasnya sebagai manusia untuk berfungsi sebagaimana mestinya perubahan perilaku obsesif kompulsif (dalam menggunakan zat) menggangu hubungannya dengan orang lain.

Gangguan Penyalahgunaan NAPZA


Menurut PPDGJ III gangguan pengguaan NAPZA terdiri atas 2 bentuk : 1. Penyalahgunaan, yaitu yang mempunyai harmful effects (membahayakan) terhadap kehidupan orang problem kerja, mengganggu hubungan orang lain.

Gangguan Penyalahgunaan NAPZA (2)


2. Adiksi atau ketergantungan, yaitu : yang mengalami toleransi, putus zat, tidak mampu menghentikan kebiasaan menggunakan dosis NAPZA lebih dari yang diinginkan.

Jenis-jenis NAPZA
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Alkohol Opioid Ganja Kokain Amfetamin Benzodiasepin Zat adiktif lain ( inhalansia berbagai bentuk)

ALKOHOL
Umumnya digunakan dalam minuman beralkohol. Di Indonesia terutama di daerah Indonesia Timur dan beberapa tempat di Sumatera. Laki-laki lebih banyak dari perempuan tetapi populasi peminum perempuan meningkat dan pengguna alkohol dewasa lebih stabil.

ALKOHOL
Jenis-jenis minuman beralkohol di Indonesia: 1. Green Sands 2. Bier 3. Brandy 4. Vodka 5. Mansion House 6. Kontru 7. Jack Daniels.

ALKOHOL
Gambaran Klinis : 1. Intoksikasi : euforia 2. Keadaan Putus Alkohol : halusinasi 3. Gangguan Fisik : gastritis 4. Gangguan Mental : depresi 5. Gangguan Lainnya : KLL

OPIOID
Merupakan suatu golongan NAPZA yang sangat kuat ketergantungannya horror drug. Golongan Opioid : Morfin, petidine, heroin, metadon, kodein. Golongan yang paling sering disalahgunakan : heroin (Indonesia : putauw / pete , hero, petewe)

OPIOID
3 bentuk penggunaan Heroin di Indonesia: Cara dragon (dregi, ngedreg) : uap heroin yang dipanaskan melalui aluminium foil dihirup dengan bibir ( menggunakan bong pipa dari uang kertas atau plastik). Cara injeksi (cucauw, pipek) dengan menggunakan suntikan ( insul, yaitu alat untuk penderita DM) iv atau im

OPIOID
Cara merokok : bubuk heroin dicampurkan dengan rokok atau tembakau.

Akibat penyalahgunaan Opioid


1. Problem Fisik. Abses pada kulit, infeksi karena emboli, endocarditis, Hepatitis B & C, HIV/AIDS 2. Problem Psikiatrik Prilaku agresif, suicide, depresi berat sampai skizofrenia.

Akibat penyalahgunaan Opioid


3. Problem Sosial Gangguan interaksi, KLL, perilaku kriminal, antisosial (mencuri, menodong).

GANJA
Asal : Tanaman perdu Cannabis sativa Bahan aktif : delta tetra hidrokannabinol (THK) bersifat adiktif dan hanya larut dalam lemak. Di Indonesia : cimenk, gelek, marihuana, hashish.

Akibat Penyalahgunaan Ganja


1. Problem Fisik : Gangguan sistem reproduksi, infeksi sistem pernapasan, gangguan kardiovaskuler, gangguan imunitas, gangguan saraf. 2. Problem Psikiatri : gangguan memori sampai kesulitan belajar, Anxietas, depresi berat. 3. Problem Sosial : kenakalan remaja, kehilangan pekerjaan, problem hukum.

KOKAIN
Asal : daun tumbuhan Erythroxylon coca. Bentuk yang diperjual-belikan di Indonesia : bentuk bubuk putih.

3 bentuk penggunaan kokain : 1. Bubuk kokain : inhalasi melalui hidung ( snorting) 2. Free-base cocain : dipanaskan uap diinhalasi melalui bibir ( seperti merokok ) 3. Garam kokain suntik iv

Akibat Penyalahgunaan Kokain


1. Problem Fisik : snorting pilek terus menerus, sinusitis, epistaksis; suntikan infeksi lokal sistemik; inhalasi faringitis pneumonia. 2. Problem Psikiati : toleransi dan ketergantungan, depresi, cemas, gangguan tidur, mimpi aneh, otot pegal, mudah tersinggung. 3. Problem sosial : Perceraian, hutang yang menumpuk, kehilangan pekerjaan, di hukum.

Amfetamin dan turunannya


Senyawa kimia yang bersifat stimulansia (Amphetamine Type Stimulant atau ATS). Dipasarkan di Indonesia dalam bentuk ecstasy (MDMA, 3,4 methilenedioxymetamphetamine) dan shabu (metamphetamine). Ecstasy pil, tablet, atau kapsul; Shabu bubuk kristal putih.

Amfetamin dan turunannya


Cara penggunaan : 1. Amfetamin : tablet atau suntikan. 2. Ecstasy : digigit sedikit demi sedikit kemudian ditelan. 3. Shabu : uap yang dipanaskan dihisap melalui bibir.

Akibat Penyalahgunaan Amfetamin


1. Problem Fisik : malnutrisi, hipertensi, gangguan ginjal, hepatitis, HIV/AIDS. 2. Problem Psikiati : perilaku agresif, skizofrenia,depresi berat, halusinasi (terutama ecstasy dan shabu). 3. Problem sosial : tindak kekerasan, KLL, aktivitas kriminal.

BENZODIAZEPIN
Derivat benzodiazepin dikenal dalam bentuk tablet dan suntikan. Dalam bentuk suntikan umumnya menggunakan injeksi Diazepam. Bentuk tablet, menggunakan : Nitrazepam, Flunitrazepam, Flurazepam, Bromazepam, dan Diazepam. Nama julukan : benzo, pil kebo, koplo, emji, steso, sedatin.

Akibat Penyalahgunaan Benzodiazepin


1. Problem Fisik : abses, infeksi sistemik, hepatitis, HIV/AIDS, gangguan GIT, gangguan neurologik, malnutrisi. 2. Problem Psikiatri : perilaku agresif terutama dalam keadaan intoksikasi, anxietas, panik, confusional state. 3. Problem sosial : problem marital, berkelahi, tindak pidana, boros.

Zat Adiktif Lain


Zat Adiktif lain : inhalansia berbagai bentuk LSD, GHB, Special K, volatile solvent. Khususnya lem (sejenis volatile solvent) : digunakan oleh anak-anak jalanan, derivat benzodiazepin oleh supir-supir bis umum dan truk, dan club drugs seperti ecstasy menunjukkan kecenderungan meningkat pada masa mendatang.

Adiksi Sebagai Gangguan Otak


NAPZA memiliki neurotransmitter penggunaan berbagai jenis NAPZA kekacauan di dalam celah sinaptik. Beberapa jenis transmitter : Dopamin (Amfetamin, Kokain, Alkohol) Serotonin (LSD, Alkohol) Endorfin (Opiat, Alkohol) GABA (Benzodiazepin, Alkohol) Glutamat (Alkohol) Asetilkolin (Nikotin, Alkohol)

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Adiksi Sebagai Gangguan Otak (2)


Penyalahgunaan NAPZA dapat mengintervensi fungsi otak sehingga terjadi gangguan mental emosional dan perilaku. Adiksi NAPZA penderitaan menahun dan sering kambuh, namun dapat diobati dan dikendalikan.

Penetapan Diagnosis
Gambaran klinis utama dari fenomena ketergantungan Sindrom Ketergantungan (PPDGJ III, 1993). Diagnosis ketergantungan NAPZA ditegakkan jika ditemukan 3 atau lebih dari gejala selama masa setahun sebelumnya.

1. Adanya keinginan yang kuat atau dorongan yang memaksa (kompulsi) untuk menggunakan NAPZA. 2. Kesulitan dalam mengendalikan perilaku mengguanakan NAPZA sejak awal, usaha penghentian atau tingkat penggunaannya. 3. Keadaan putus NAPZA secara fisiologis (penggunaannya bertujuan untuk menghilangkan atau menghindari terjadinya gejala putus zat).

4. Adanya bukti toleransi berupa peningkatan dosis NAPZA. 5. Secara progresif mengabaikan alternatif menikmati kesenangan karena penggunaan NAPZA. 6. Meneruskan penggunaan NAPZA meskipun sudah menyadari dan memahami akibat yang merugikan kesehatan.

Terapi
1. Fase Penilaian, yang perlu dinilai : - Penilaian sistematis terhadap level intoksikasi, keparahan gejala putus zat, dosis zat terbesar yang digunakan terakhir, lama waktu penggunaan terakhir, awitan gejala, frekuensi dan lamanya penggunaan, efek subjekstif dari zat yang digunakan.

- Riwayat medis dan psikiatri umum yang komprehensif, seperti adanya tanda-tanda dan gejala intoksikasi atau withdrawal. - Riwayat terapi gangguan penggunaan zat sebelumnya. - Riwayat penggunaan zat sebelumnya, riwayat keluarga dan riwayat sosioekonomi lengkap.

- Skrining urin dan darah kualitatif dan kuantitatif untuk jenis NAPZA yang disalahgunakan. - Skrining penyakit-penyakit infeksi dan penyakit lainnya (HIV, TBC, hepatitis).

2. Fase terapi detoksifikasi (fase terapi withdrawal atau fase terapi intoksikasi) : - Rawat inap dan rawat jalan - Intensive out patient treatment, terapi residensi, home based detoxification program. - Terapi simptomatik - Rapid detoxification, Ultra rapid detoxification

a. b. c. d.

Detoksifikasi menggunakan : Kodein dan ibuprofen Klontrex (Klonidin dan Naltrekson) Buprenorfin Metadon

3. Fase terapi lanjutan the individuals need agar tetap drug free atau menggunakan terapi substitusi atau terapi rumatan.

Relaps
Relaps : proses saat pengguna zat kembali menggunakan zat dengan frekuensi dan jumlah (dosis) yang sekurang-kurangnya sama seperti ketika dia menggunakan zat sebelum masa abstinentia. Gejala dini : Relapse Warning Signs.

Relapse Warning Signs


Ditandai : Berbohong Mempersalahkan orang lain Perasaan malu Euforia

Cara mengatasinya relapse prevention training atau therapy.

Peran Tenaga Medis Dalam Program Pemulihan


1. Dokter ahli adiksi 2. Psikiater (yang telah mendapat pelatihan mengenai adiksi) 3. Dokter umum / dokter keluarga (yang telah dilatih). 4. Perawat spesialis adiksi atau perawat umum yang telah mendapat pelatihan. 5. Konselor adiksi.

Anda mungkin juga menyukai