Teori Malthus: Pertumbuhan penduduk seperti deret ukur (pelipatgandaan: 1, 2, 4,8, 16, 32 dst) sedangkan produksi pangan meningkat seperti deret hitung (1, 2, 3,4, 5, dst)
krisis pangan kelemahan: tidak memperhitungkan perkembangan teknologi (meningkatkan kualitas dan kuantitas)
Tahun Indonesia
Negara RRC
Vietnam
Filipina Thailand Myanmar Malaysia Kamboja Laos Singapura Brunai Darusalam
79.5
74.7 61.8 48.1 22.7 11.9 5.0 4.0 0.3
India
Amerika Serikat Indonesia Brazil Pakistan Rusia Jepang Bangladesh Nigeria
986.6
272.5 209.6 168.0 146.5 146.5 126.7 125.7 113.8
Jumlah penduduk Indonesia selama dua puluh lima tahun mendatang terus meningkat dari 205,1 juta (2000) menjadi 273,2 juta (2025). Walaupun demikian, pertumbuhan rata-rata per tahun selama periode 2000-2025 menunjukkan kecenderungan terus menurun. Periode 1990-2000, bertambah 1,49 %/thn, periode 2000-2005 dan 2020-2025 turun menjadi 1,34 % dan 0,92%/thn.
Crude Birth Rate (CBR) turun dari sekitar 21 per 1000 penduduk pada awal proyeksi menjadi 15 per 1000 penduduk pada akhir periode proyeksi, sedangkan Crude Death Rate (CDR) tetap sebesar 7 per 1000 penduduk dalam kurun waktu yang sama.
Proyeksi Penduduk 2000-2025 http://www.datastatistik-indonesia.com/proyeksi
NATALITAS (angka kelahiran) jumlah kelahiran hidup untuk setiap 1000 penduduk dalam waktu 1 tahun. a. Natalitas > 30 (tinggi) b. Natalitas 20-30 (sedang) c. Natalitas <20 (rendah) MORTALITAS (angka kematian) jumlah kematian untuk setiap 1000 penduduk dalam waktu 1 tahun. a. Mortalitas > 20 (tinggi) b. Mortalitas 10-20 (sedang) c. Mortalitas <10 (rendah)
natalitas
1. 2. 3. 4. 5. 6.
biologis, sosio budaya & ekonomi, pendidikan, kebijakan pemerintah, pengetahuan & teknologi, struktur kependudukan
mortalitas
mengurangi jumlah penduduk
1. Faktor Biologis
Usia produktif: 15-49 tahun bagi wanita dan 15 s/d akhir hayat bagi pria menikah pada usia dini dapat meningkatkan natalitas karena masa subur lebih panjang, namun kehamilan usia muda dapat menimbulkan masalah pada ibu dan janin. Penyakit pada alat reproduksi: mempengaruhi kesuburan, mengurangi natalitas
Status gizi: status gizi baik, lebih resisten terhadap penyakit, bayi yang dilahirkan lebih sehat, menekan mortalitas
3. Pendidikan
Wanita yang tidak berpendidikan/berpendidikan rendah biasanya mempunyai anak lebih banyak daripada wanita yang berpendidikan: kurang memahami dampak negatif dari banyak anak dan frekuansi hamil serta melahirkan
4. Kebijakan pemerintah
Gerakan keluarga berencana: pengendalian pertambahan penduduk. Pelayanan kesehatan terpadu: mengurangi angka kematian ibu & anak. Penyebaran penduduk: meningkatkan kesejahteraan. Peningkatan kualitas penduduk (fisik & non fisik): pengembangan potensi penduduk Kesempatan kerja bagi usia lanjut. Meningkatkan upaya penerangan, pendidikan dan penyuluhan: tentang keluarga berencana dan sejahtera Penyempurnaan admistrasi, pencatatan dan statistika kependudukan.
Kemajuan ilmu kedokteran dan pelayanan kesehatan dapat menekan angka kematian dan meningkatkan usia harapan hidup: pemberian imunisasi bagi balita, perkembangan teknik kontrasepsi
6. Struktur kependudukan
Pembangunan bidang kependudukan dan keluarga sejahtera menghasilkan perubahan ciri kependudukan: piramida yang melebar ditengah menuju keatas, yang menggambarkan proporsi usia muda (>15 thn) lebih tinggi dan masa tua yang lebih panjang.
1. Ketersedian SD & kelestarian lingkungan 2. Ketersediaan pangan 3. Kesehatan masyarakat. 4. Kesempatan memperoleh pendidikan dan lapangan kerja
mengancam ketersediaan lahan pertanian yang subur, memperburuk neraca pemanfaatan air, ketersediaan pangan tidak memadai (kuantitas & kualitas), rendahnya pendapatan dan pendidikan.