Anda di halaman 1dari 22

HUKUM DAN ETIKA DALAM PELAYANAN GERIATRI

PENDAHULUAN
Dalam bidang geriatri, mslh etika (tms hukum) sangat penting artinya, bahkan diantara berbagai cabang kedokteran mungkin pada cabang inilah etika dan hukum paling berperan

Berbagai hal yg sangat perlu diperhatikan


antara lain:
Keputusan tentang mati hidup penderita Apakah pengobatan diteruskan atau dihentikan Apakah perlu tindakan resusitasi Apakah makanan tambahan per infus tetap diberikan pada kondisi penderita yg sudah jelas akan meninggal, dll

Lanjut . . . .

Dalam Geriatri aspek etika ini erat dengan


aspek hukum, sehingga pembicaraan mengenai kedua aspek ini sering disatukan dalam satu pembicaraan. Beberapa hal tersebut perlu mendapatkan perhatian di Indonesia , di mana geriatri merupakan bidang ilmu yang baru saja mulai berkembang.

PERMASALAHAN
Permasalahan yg masih tdp pd lanjut usia, bisa ditinjau dari aspek hukum dan etika, dapat disebabkan oleh berbagai faktor:

1. Produk hukum - Walaupun telah diterbitkan dlm jumlah banyak, belum semua produk hukum dan perundangundangan mempunyai peraturan pelaksana. - UU No. 13 th 1998 tentang : kesejahteraan sosial lanjut usia === shg perlu dipertimbangkan diterbitkannya UU lainnya yg dpt mengatasi permasalahan lanjut usia scr lebih spesifik.

Lanjut . . . .

2. Keterbatasan Prasarana

Prasarana pelayanan thd lanjut usia yg terbatas di masyarakat, dll . Hal ini mengakibatkan para lanjut usia tak dpt diberi pelayanan sedini mungkin, sehingga persoalannya menjadi berat pd saat diberikan pelayanan.

Lanjut . . . .

3. Keterbatasan sumber daya manusia terbatasnya kuantitas & kualitas tenaga yg dpt memberi pelayanan serta perawatan kpd lanjut usia scr bmutu & bkelanjutan mengakibatkan keterlambatan & mengetahui tanda-tanda dini adanya suatu permasalahan hukum & etika yg sedang terjadi.

Lanjut . . . .

4. Hubungan lanjut usia & keluarga


Berbagai isu hukum & etika yg sering terjadi pd hubungan lanjut usia dg keluarga a.l : 1. Pelecehan & ditelantarkan 2. Tindak kejahatan 3. Pelayanan perlindung 4. Perlindungan hukum 5. Persetujuan tertulis 6. Kualitas kehidupan & isu etika.

PRINSIP ETIKA PELAYANAN KESEHATAN PADA LANSIA


1. 2. 3. 4. 5. Empati Yang harus dan yang jangan Otonomi Keadilan Kesungguhan hati.

Aspek etika pd pelayanan geriatri berdsrkn prinsip otonomi dititik beratkan pada :
1.
2. 3.
Px hrs ikut b partisipasi dlm proses pengambilan keputusan & pembuatan keputusan Px hrs telah mendptkn penjelasan cukup tentang tindakan atau keputusan yg akan diambil scr lengkap & jelas Keputusan yg diambil hanya dianggap syah bila px scr mental dianggap kapabel

Kapasitas untuk mengambil keputusan


1. alasan Apakah px bisa buat / tunjukkan keinginan scr benar? 2. Dptkah px mberi tentang pilihan yg dibuat? 3. Apakah alasan px tsb rasional (artinya stlh px mdpt penjelasan yg lengkap & benar) 4. Apakah px mengerti implikasi bagi dirinya?

Arahan keinginan px
(advance directives)
Dlm hal mhargai hak otonomi, dikenal apa yg disebut sebagai arahan keinginan px, yaitu ucapan atau keinginan px yg diucapkan pd saat px msh dlm keadaan kapasitas fungsional yg baik Arahan keinginan yg diucapkan sebaiknya dicatat / direkam u/ kemudian digunakan sebagai pedoman bilamana diperlukan u/ pengambilan keputusan pd saat kapasitas px menurun atau terganggu.

Apabila arahan tsb tdk dicatat/ direkam, tetap mempunyai kekuatan hukum, asalkan tdp saksi yg cukup pd saat arahan tsb diucapkan.

Yg lebih kuat dr arahan keinginan px adalah apa yg disebut TESTAMEN KEMATIAN (LIVING WILL ) : Suatu pernyataan dr px saat masih kapabel scr fungsional di depan seorang petugas hukum (pengacara/notaris). Testamen kematian bisa mberi kekuatan hukum atas tindakan dokter u/ mberikan, mhentikan atau melepas segala tindakan pemberian alat bantu perpanjangan hidup.

Pemberian peralatan perpanjangan hidup ( life sustaining device )


Salah satu aspek etika yg penting & tetap kontroversial dlm pelayanan geriatri adalah penggunaan peralatan perpanjangan hidup. Pd px dewasa muda hal ini sering kali tdk menjadi mslh, krn sering diharapkan hidup px msh akan berlangsung lama bila jiwanya bisa ditolong.

Pd usia lanjut apalagi kalau penyakitnya sudah meluas, pemberian peralatan tsb seringkali diperdebatkan justru merupakan tindakan yg kejam ( futile treatment). Dikatakan sebagai kekejaman fisiologik, bila terapi / tindakan yg diberikan tdk akan mberikan perbaikan (plausible effect) sama sekali pada kesehatan px.

Kekejaman kuantitatif : bila tindakan atau terapi tampaknya tidak ada gunanya

Kekejaman kualitatif : bila terapi atau tindakan perpanjangan hidup tidak menunjukkan perbaikan justru mengurangi kualitas hidup px. Walaupun sering menimbulkan tanggapan emosional dari keluarga, penghentian peralatan perpanjangan hidup harus diberi pertimbangan yg sama dengan pertimbangan apakah alat tsb perlu dipasang atau tdk. Pemasangan alat ini tdk dg sendirinya mhalangi untuk suatu saat mhentikannya bila dianggap tdk ada gunanya lagi.

Dokter hrs m.jelaskan hal ini kpd keluarga px & mberi pengertian bhw evaluasi menunjukkan pemberian peralatan tsb perlu dihentikan.

Perumatan penderita terminal dan hospis


Perawatan hospis atau perawatan bagi px terminal atau menuju kematian merupakan bagian yang penting dari pelayanan geriatri.

Eutanasia
Eutanasia atau tindakan mbantu seseorang agar dpt meninggal, baik scr pasif maupun secara aktif, jelas-jelas tidak dibenarkan dalam etika dan hukum di Indonesia.

Perintah tidak me-resusitasi (PTR)


Di Indonesia hal ini belum banyak dikenal, akan tetapi di negara-negara maju perintah DO NOT RESUSCITATE atau yg disingkat DNR merupakan keadaan yg bisa dikerjakan terutama pd px terminal. Walaupun demikian hrs diperhatikan bahwa perintah tdk meresusitasi (PTR) ini tdk & bukan merupakan perintah untuk tdk mengerjakan apa-apa, artinya upaya untuk mberikan rasa nyaman, mengurangi rasa nyeri & rasa sangat sesak masih tetap dilakukan walaupun pada saat terakhir kehidupannya.

Aspek religi dan etika


Jelaslah bahwa dlm pelayanan geriatri, aspek etika sangat memegang peranan penting . Di banyak negara barat dalam tim geriatri dimasukkan anggota yg merupakan perwakilan dari suatu badan keagamaan. Dalam praktik pelayanan geriatri di negara kita, hal ini bisa dan harus dipikirkan sebagai suatu keharusan, karena beberapa pertimbangan keagamaan bisa membantu seseorang px (yg fungsional masih kapabel) untuk menentukan keputusan dalam hidup atau kesehatannya.

Pada px yg sudah tidak kapabel, pertimbangan keagamaan dpt mbantu bukan saja keluarga, akan tetapi juga pihak dokter untuk melihat aspek kehidupan dari sisi pandang spiritualreligius.

Anda mungkin juga menyukai