DEFINISI
Diare akut : peningkatan frekuensi BAB atau
EPIDEMIOLOGI
Studi di beberapa RS : peringkat 1- 4
PATOFISIOLOGI
Cairan masuk sal. Cerna 9-10 liter/ hari (dari
Patofisiologo
1. Diare Osmotik
Patofisiologi
2. Diare Sekretorik
Gangguan transpor elektrolit (absorbsi turun atau
sekresi meningkat). Bisa karena toksin bakteri.
Biasanya dengan volume banyak, cair, tanpa
pus/darah.
Kausa : kolera (toksin), garam empedu, asam
lemak rantai pendek, laksansia non-osmotik,
hormo intestinal (gastrin, vasoactive intestinal
polypeptide/VIP)
Diare tetap berlangsung walaupun pasien
dipuasakan
Patofisiologi
3. Diare Eksudatif
Akibat inflamasi, baik di usus halus maupun
besar, bisa terjadi akibat infeksi maupun non
infeksi (spt. gluten sensitive nteropathy,
inflammatory bowel disease, atau akibat radiasi)
Feses dapat mengandung pus, darah atau
mukus.
Juga terjadi peningkatan beban osmotik,
hipersekresi cairan akibat peningkatan
prostaglandin dan terjadi hiperperistaltik
Paofisiologi
4. Diare Hiperperistaltik/Hipermotilitas
Akibat gangguan motilitas yang menyebabkan
waktu transit usus menjadi lebih singkat
Pada usus halus menyebabkan waktu paparan
untuk absorbsi berkurang
Tipe ini terjadi pada keadaan tirotoksikosis,
penyakit usus iritabel (IBS), DM, paska
gastrektomi (dumping syndrome)
Diare dapat terjadi melalui lebih dari satu
mekanisme patofisiologi
Patogenesis
1. Inflammatory diarrhea
2. Noninflammatory diarrhea
3. Penetrating diarrhea
Inflammatory Diarrhea
Proses invasi dan multiplikasi dlm enterosit + sel
Penetrating diarrhea
Penetrating diarrhea terjadi akibat gangguan di
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah
Darah perifer lengkap
Ureum, kreatinin
Elektrolit serum : Na, K, Cl.
Analisis gas darah
Immunoassay
Feses
Feses lengkap
Biakan dan resistensi
Diagnosis
Evaluasi penderita diare akut:
tinggal dll.
menilai adakah tanda-tanda defisit cairan ekstraselular.
Demam
Tanda peritoneal
PENATALAKSANAAN
1. Rehidrasi
2. Terapi simptomatis
3. Terapi definitif
Rehidrasi
1. Jenis cairan
Pilihan : RL
NaCl isotonik + Na bicarbonat
Oralit
2.Jumlah
diberikan sesuai defisit cairan
bisa dengan mengukur B D plasma
atau skor Daldiyono
Terapi simptomatik
Diberikan secara hati-hati
Anti motilitas (mis: loperamid) merugikan
Terapi definitif
A. Infeksi Bakteri
(Contagious acute gastrointestinal infection NEJM 2004)
4. Shigella Sp
Kuinolon (siprofloksasin 500mg bid, norfloksasin
400mg bid, levofloksasin 500mg od)
Kotrimoksasol (forte tab/160mg+800mg bid)
5. Campylobacter jejunii
Kuinolon (siprofloksasin 500mg bid, norfloksasin,
levofloksasin 500mg od)
Makrolid (eritromisin 500mg bid 5 hari)
6. Vibrio cholerae
Tetrasiklin (500mg qid 3 hari)
Doksisiklin (300mg qd, single dose)
Fluorokuinolon (siprofloksasin 500mg bid,
norfloksasin, levofloksasin 500mg od)
7.
8.
Clostridium difficile
Oral metronidazole (250-500mg qid 7-14 hari)
Oral vankomisin (125 mg qid 7-14 hari)
Probiotik
Yersinia enterolytica
Aminoglikosida (streptomisin IM
30mg/kgBB/24jam bid 10 hari)
Kotrimoksasol (forte tab 160mg/800mg bid)
Fluorokuinolon (siprofloksasin 500mg bid,
norfloksasin 400mg bid, levofloksasin 500mg od)
B. Infeksi Virus
Tidak diberikan antivirus, hanya terapi
C. Infeksi Parasit
D. Infeksi Jamur
Pada pasien dengan penyakit penyerta HIV/AIDS.
Biasanya antifungal diberikan secara intravena
terlebih dahulu, dilanjutkan oral tergantung
keadaan umum.
Terapi:
Candida sp. (flukonazol 50mg bid), (itrakonazol
200mg bid), (vorikonazol 200mg bid), (amfoterisin
B 1mg/kgBB per 24jam), (nistatin 4dd 1cc/I tab)
Cryptococcus (flukonazol 50mg bid), (itrakonazol
200mg bid), (amfoterisin B 1mg/kgBB/per24jam)
Coccidiomycosis
(flukonazol
50mg
bid),
(itrakonazol 200mg bid), (amfoterisin B 1
mg/kgBB/per24jam)