Anda di halaman 1dari 25

OBAT-OBAT SISTEM

KARDIOVASKULER
Ns.SUPADI,M.Kep.,Sp.MB
POLTEKKES SEMARANG

PENDAHULUAN

Pembicaraan obat-obat sistem kardiovaskuler dapat dimulai dari


jenis penyakit jantungnya, dan obat-obatnya misalnya obat-obat
angina pectoris, obatnya apa saja, obat-obat untuk gagal jantung
seperti captopril, diuretika dll. Namun juga yang kedua bisa dibahas
mulai dari golongan obatnya misalnya golongan beta blocker
(atenolol), dan pemakaiannya untuk kondisi sakit jantung apa saja
misalnya untuk infark akut, calcium antagonist untuk kondisi sakit
jantung apa saja.
Perlu juga diingat, satu macam obat bisa dipakai untuk berbagai
macam sakit jantung misalnya Beta Blocker bisa sebagai anti
angina, anti hipertensi, anti aritmia, dan sebagai obat gagal jantung
kronis, sedangkan obat untuk gagal jantung bisa kombinasi dengan
beberapa macam obat mulai dari diuretika, nitrat, ACE Inhibitor, dll.
Pada kesempatan ini akan dibahas terutama kemungkinan yang
kedua tadi, dari golongan obat-obatnya dan penggunaannya untuk
sakit jantung apa saja.

I. Beta Blocker (BB)

Pada dasarnya jantung sangat erat hubungannya dengan susunan


saraf otonom. Susunan saraf otonom terbagi dua yaitu :
sistem simfatis (adrenergic system), dan
sistem parasimfatis (vagal system)
Dalam hidup sehari-hari terdapat keseimbangan dari sistem simfatis
dan para simfatis. Sistem simfatis bersifat memacu pada sistem
kardiovaskuler dan mengakibatkan :
daya kontraksi jantung akan meningkat
tekanan darah akan meningkat
frekuensi detak jantung akan meningkat, kerja jantung akan
meningkat, namun jantung jadi irritable kebutuhan O2 oleh
miokard akan meningkat.

Mekanisme ini pada tahap awal masih merupakan


mekanisme adaptive, namun bila berlangsung lama akan bersifat
mal-adaptive, akan mempercepat kematian sel miosit (apoptosis)
akibat kelelahan miokard yang berkepanjangan.
Pada sistem kardiovaskuler terdapat reseptor Beta (diparu
reseptor alpha) yang merupakan pintu masuk dari rangsangan
simfatis/ adrenergik, sebelum menstimulasi ke dalam jaringan
miokard. Sedangkan mediatornya adalah adrenalin, nor epinephrine
catecholamine, yang disebut juga sebagai mediator neurohumoral.
Dalam keadaan tertentu, yang pada awalnya ada
keseimbangan antara saraf simfatis dan parasimfatis, terjadi
ketidakseimbangan antara tonus simfatis jadi lebih hiperaktive,
maka timbulah keadaan yang disebut simfatis hipertoni, dengan
berbagai macam manifestasi klinisnya seperti berdebar, tekanan
darah jadi tinggi, nyeri dada, dll.
Dalam keadaan seperti ini diperlukan obat-obat yang dapat
menekan sistem simfatis, dan karena kerjanya menghambat atau
memblok sistem simfatis atau sistem adrenergik, dan tempatnya
memblokade pada reseptor Beta maka golongan obat ini disebut:
Beta Adrenergic Receptor Blockers yang pada umumnya disingkat
dengan beta blocker saja (BB) atau penyekat beta.

I.a. Efek Kardiovaskuler dari Beta Blockers

Mempunyai efek pada sistem konduksi jantung pada tingkat Sino


Atrial (SA) node dapat memperlambat laju SA node, disebut juga
efek chronotropic negative. Pada tingkat Atrio Ventrikuler (AV) node,
juga dapat memperlambat laju hantaran AV node, disebut efek
dromotropic negative.
Pada tingkat myocard, dapat mengurangi daya kontraksi
jantung disebut dengan inotropic negative. Efek chronotropic
negative dan dromotropic negative akan menyebabkan bradikardia.
Adanya bradikardia dan daya kontraksi yang kurang akan
mengakibatkan kebutuhan O2 akan berkurang, seterusnya keluhan
angina akan berkurang atau bahkan hilang.
Efek inhibisi pada AV node dipakai untuk mengatasi
supraventrikular tachicardia (SVT) atau dapat mengontrol
ventricular respons pada atrial fibrilasi.

I.b. Penggunaan BB
Sebagai anti angina seperti disebutkan diatas. Ada
beberapa BB yang tersedia di Indonesia
Nama generik
Nama dagang
Propanolol
10 + 40mg
Inderal
Bisoprolol
2,5 + 5 mg
Concor,Maintate, Hapsen,
Atenolol
50 + 100mg Tenormine
Metoprolol
50 + 100mg Lopressor,Seloken
Carvedilol
6.25 + 25 mg Dilbloc, Vi Bloc
( tabel 1-1)

Hampir semua mempunyai sifat anti angina, sedangkan Carvedilol,


metoprolol digunakan juga untuk gagal jantung kronis.
Sindroma Koroner Akut (SKA) BB merupakan obat 4 serangkai
untuk SKA, disamping aspirin, statin dan ACE Inhibitor yang dapat
menekan mortalitas kardiovaskuler pada SKA sebanyak 90%
dibandingkan dengan tidak diberikan satupun obat dari
keempatnya. Pada SKA BB harus diberikan secepatnya.
BB untuk anti aritmia paling luas dipakai adalah Propranolol
BB untuk gagal jantung kronis terutama carvedilol, metoprolol
Propranolol merupakan generasi pertama dari BB. Generasi
kedua adalah atenolol, metoprolol, acebutolol dan bisoprolol.
Generasi ketiga, yang juga mempunyai efek vacodilator langsung
adalah Nebivolol dan Carvedilol. Dan yang mempunyai efek
keduanya adalah Labetolol juga Carvedilol.

Ringkasan :
1. BB sangat luas pemakaiannya dalam bidang kardiovaskuler
termasuk untuk angina, hipertensi, infark akut, post infark, aritmia
dan yang terbaru untuk gagal jantung kronik.
2. Untuk gagal jantung baru 3 macam yang sudah diuji luas
pemakaiannya yaitu Carvedilol, metoprolol dan bisoprolol, namun di
USA hanya carvedilol dan metoprolol yang diterima untuk terapi
CHF.
3. BB sangat efektive mengatasi angina, sebagai obat tunggal atau
pun sebagai kombinasi. Pada SKA merupakan obat empat
serangkai, yaitu dengan aspirin, statin, ACE Inhibitor.
4. Untuk hipertensi BB dapat mengatasi hipertensi untuk sekitar 5070%. untuk pertama kali BB dikenal sebagai obat anti hipertensi.

Kontra indikasi / perhatian


Asma bronchiale
PPOK, penyakit parenchima paru yang
berat
Setiap penderita yang akan diberikan BB
harus ditanyakan, apakah ada asma atau
pernah menderita asma
Efek samping adalah bradikardia berat dan
heart block
Tidak boleh dihentikan secara tiba-tiba.

II. NITRAT

Nitrat merupakan vasodilator koroner langsung mulai dari a.koroner


besar sampai arteriole untuk :
Mendistribusikan darah dari epikard dan collateral sampai ke
endokard
Membuka a.koroner yang mengalami spasme dan pembuluh darah
yang mengalami stenosis koroner (aterosklerosis), juga membuka
pembuluh darah yang mengalami konstriksi pada saat exercise.
Secara umum nitrat merupakan venodilator, namun pada dosis
tinggi dapat bersifat vasodilator arterial.
Dengan sifat-sifat ini maka nitrat bersifat anti angina juga, namun
cara kerjanya beda dengan beta blocker.
Nitrat bersifat venodilator, terjadi penumpukan (pooling) darah di
perifer, akibatnya venous return akan kurang, beban preload
jantung berkurang, beban kerja jantung berkurang cardiac
demand jadi berkurang/ kebutuhan O2 akan menurun, bersifat anti
angina juga.

Nitrat terbagi dua : Short acting


Long acting
Short acting :Nitroglycerine (Nitrobat) pemberian
suplingual untuk mengatasi angina saat exercise ( 0.3
0.6 mg) suplingual setiap 5 menit sampai angina hilang,
maksimal 4 - 5 tablet. Ada juga bentuk Nitroglycerine
spray.
ISDN : Isosorbidedinitrat (5mg &10mg) (Cedocard,
isordil, vascardin, isoket, dll), boleh juga diberikan
sublingual, lama kerja 1 jam. Efek anti anginal 3-4
menit, lebih lambat dari nitroglycerine 1,9 menit.
Sesudah pemberian oral, anti anginal bertahan
beberapa jam.

ISDN peroral lama kerja 3-5 jam.


Bentuk Nitrat yang yang lain adalah bentuk Mononitrat
(isosorbide mononitrat), antara lain: Ismo 20, yang dapat diberikan
2 kali sehari dengan jarak minum berbeda/ tidak sama. Umumnya
dosis kedua hari itu diberikan 7 jam sesudah pemberian pertama,
untuk mencegah toleransi, karena ada periode kosong di dalam
darah. Ada juga bentuk slow release (Imdur) pemakaian cukup
sekali sehari dengan dosis antara 30 - 240 mg.
Ada juga bentuk Transdermal Nitroglycerine, ditempel di dada.
Perhatian :
Nitroglycerine harus disimpan di botol yang warna gelap.
Nitroglycerine spray bersifat gampang meledak (bisa TNT)
Efek samping sakit kepala 10% dari pemakai nitrat.
Sering timbul toleransi, yang dapat diatasi dengan pemberian obat
dengan jarak waktu yang beda.

Penggunaan : Pada semua AP (stabil atau tak


stabil)
Pemberian IV Nitrat sangat efektif untuk
mengatasi nyeri pada AP tak stabil
Pada Infark akut pemberian nitrat sangat
selektif.
Pada gagal jantung dengan causa CAD atau
PJK disertai keluhan angina.
Pada edema paru akut. Pemberian IV, sangat
cepat menurunkan pulmonary circulatory wedge
presure, keluhan sesak cepat hilang.

III. Calcium Channel Blockers (CCBs) Calcium


Antagonist
Merupakan vasodilator dan penurun tahanan vaskuler perifer (peripheral
vasculer resistance). Oleh sebab itu pemakaiannya terutama pada hipertensi
dan angina pestoris.
Ada dua golongan CCBs, yaitu :
Golongan Dihydropyridines (DHPs), dan
Golongan Non Dihydropyridines (Non DHPs)
DHPs lebih selektif terhadap vaskuler vasodilatasi.
Sedangkan non DHPs lebih cenderung meng-inhibisi SA node dan AV node,
jadi terutama untuk terapi supraventrikuler tachicardia (SVT) dan cenderung
memperlambat heart rate.
DHPs antara lain adalah Nifedipine (Adalat, Cordalat, Farmalat).
Sedang Non DHPs, adalah Diltiazem ( Herbesser Farmabes) dan Verapamil
(Isoptin). Kedua obat ini penggunaannya hampir sama dengan Beta Blockers
sebagai anti angina. Nifedipine, Diltiazem dan verapamil merupakan
generasi pertama dari Calcium Antagonist.
Juga didapatkan dalam bentuk Long acting / slow release seperti Herbesser
CD, Isoptin SR dan Adalat Oros, yang berfungsi lebih cenderung sebagai anti
hipertensi.

Generasi kedua dari Calcium Antagonis adalah Amlodipine


(Norvask, Tensivask, Amdixal) merupakan generasi kedua dari
DHPs Nifedipine. Generasi kedua ini memiliki sifat slower onset of
action namun masa aktif yang lebih lama, lebih banyak dipakai pada
hipertensi. Bentuk lain dari long acting DHPs adalah Felodipine
(Plendil, Farmadil) juga dipakai pada penderita hipertensi
Perlu Diperhatikan bahwa:
Semua calcium antagonist bersifat inotropik negatif, jadi merupakan
kontra indikasi pada gagal jantung.
Nifedipine merupakan vasodilator kuat, sering mengkibatkan efek
samping berupa sakit kepala (sekitar 5 % dari pemakai Nifedipine),
juga dipakai sebagai anti hipertensi.
Sedangkan Diltiazem dan Verapamil lebih bersifat anti angina dan
penurun laju denyut jantung.
Diltiazem ada yang dalam sediaan parenteral, dipakai untuk
penurun tekanan darah yang cepat. Juga ada bentuk sediaan baru
berupa Nicardipine parenteral yang dipakai untuk krisis hipertensi.

IV. ANGIOTENSIN CONVERTING ENZYM


INHIBITOR (ACE-I)

Di dalam sirkulasi ataupun dalam jaringan ada satu sistem di dalam


tubuh yang mengatur tonus pembuluh darah dan sistem
kardiovaskuler lainnya, dan juga mengatur reabsorbsi air dan garam
oleh ginjal. Disebut dengan Renin Angiotensin Aldosteron System
yang disingkat RAAS.
Renin diproduksi oleh juxtaglomerulus ginjal, yang berfungsi untuk
mengaktifkan Angiotensinogen menjadi angiotensin I. Kemudian
Angiotensin I diubah menjadi Angiotensin II oleh enzim yang disebut
Angiotensin Converting Enzym (ACE). Angiotensin II ini merupakan
pressor agent yang poten atau vasokonstriktor yang kuat yang
bekerja langsung pada otot polos arteriol. Angitensin II juga
menstimulasi produksi Aldosteron oleh Cortex anak ginjal (adrenal),
yang bersifat anti diuretik, yang mengakibatkan retensi air dan
garam.
Sedangkan renin sendiri, produksinya sendiri dipengaruhi oleh
aktivasi sistem simfatis.

Dalam keadaan klinis tertentu misalnya gagal


jantung kronis atau hipertensi terjadi
peningkatan aktivitas dari RAAS ini, dengan
akibatnya terjadi peningkatan Angiotensin II oleh
Angiotensin Converting Enzym.
Maka disinilah diperlukan obat yang
menghambat (inhibisi enzim ini, yang disebut
dengan Angiotensin Converting Enzym Inhibitor,
yang disingkat dengan ACE-I. Generasi pertama
dari ACE-I ini adalah Captopril (Capoten) yang
diproduksi oleh Squibb pada tahun 1977 yang
lalu.

Penggunaan obat ini dalam bidang kardiovaskuler sangat luas dan


terbukti manfaatnya dari hasil clinical trial. (evidence base
medicine). Meliputi penderita dengan infark akut, atau post infark.
Gagal jantung mulai dari akut sampai kronis, karena dapat
mencegah perburukan dari daya pompa jantung (remodeling). Pada
penderita dengan risiko koroner tinggi (HOPE Study) seperti
Diabetes mellitus. Pada gagal jantung yang asimptomatik (disfungsi
ventrikel kiri)dapat mencegahnya supaya tidak timbul gagal jantung
yang simptomatik. Sayangnya ACE-I ini ada efek samping yang
mengganggu yaitu timbul batuk-batuk, yang hanya bisa diatasi
dengan penghentian ACE-I ini. Batuk pada pemberian ACE-I adalah
akibat adanya pembentukan Bradykinin yang sebenarnya
bermanfaat karena bersifat vasodilator. Untuk ini ada obat yang
cara kerjanya hampir sama dengan ACE-I, yang hanya menghibisi
Angiotensin II tanpa mempengaruhi pembentukan Bradykinin, yang
disebut Angiotensin Receptor Blockers (ARBs) karena bekerja
pada reseptor Angiotensin II, dengan demikian efek samping sangat
kurang.

ACE-I yang beredar di Indonesia cukup banyak. Generasi pertama :


Captopril (nama generik) dengan nama dagang Capoten, Farmoten,
Acepress, Captensin, Tensicap, dll. Pemakaiannya 2-3 kali perhari,
menyebabkan kepatuhan minum obat jadi kurang. Generasi kedua Enalapril
(Meipril) dengan pemakaian dua kali sehari, tidak banyak dipakai. Generasi
ketiga, merupakan ACE-I yang paling luas dipakai dan banyak jenisnya.
Misalnya:Lisinopril (Zestril, Noperten, Interpril, dll)
Perindopril (Prexum)
Quinapril (Accupril)
Trandopril (Gopten)
Ramipril (Triatecm dan Hyperil)
Sedangkan golongan ARB
Losartan (Acetensa, Angioten, Insaar, Cozaar)
Ibesartan (Aprovel, Isetensa)
Cardesartan (Blopress)
Valsartan (Diovan)
Telmisartan (Micardis)
Olmesartan (Olmetec)

Ada yang bentuk kombinasi dengan HCT


(Hydrochlorotyazid). Sedangkan Aldosteron
antagonis dikenal dengan Spironolactone
(Aldacton, dll).
Aldacton disamping mempunyai efek diuretik
(ringan) juga mempunyai efek menahan kalium
dan ternyata dapat juga mencegah fibrosis pada
sistem kardiovaskuler atau dapat mencegah
remodelling dari miokard.

V. Obat Obat Anti Aritmia


Aritmia, adalah gangguan irama jantung dan
yang terbanyak adalah atrial fibrilasi (AF). AF
mengakibatkan risiko tinggi kemungkinan
komplikasi trombo emboli. Obat yang sering
digunakan adalah Amiodarone (Cordarone),
yang bermanfaat untuk mengontrol Heart Rate
dan juga dapat mengkonversi AF jadi irama
sinus. Obat lain untuk AF adalah Digoxin yang
belakangan ini jarang dipakai karena dosis
terapeutik dan dosis toksis sangat dekat.
Ventrikular rate bisa juga dikontrol dengan BB.

VI. DIURETIKA
Adalah obat yang mengubah fisiologi ginjal, dimana
diharapkan timbul pengeluaran urine yang berlebih,
terutama pengeluaran Natrium (kadang disebut
Natriuresis). Diuretika diberikan kepada penderita
dengan adanya retensi air yang ditandai antara lain
adanya edema. Diuretika merupakan obat pilihan awal
untuk mengobati gagal jantung kongestif, dimana
dengan bertambahnya pengeluaran urine akan diikuti
dengan perbaikan klinis, sesak berkurang, dll. Diuretika
pada gagal jantung sering dikombinasi dengan ACE-I,
sedangkan diuretika merupakan terapi awal pada
penderita dengan hipertensi, yang bisa dikombinasi
dengan BB

Diuretik terdiri dari beberapa golongan antara lain:


Loop diuretic
Bekerja pada bagian ascending dari Loop Henle
Furosemide adalah golongan loop diuretika klasik yang
lazim dipakai.
Furosamide merupakan terapi standard/ awal pada
gagal jantung kongestif berat. Merupakan terapi initial
pada edema paru akut/ kongestif paru akut, gagal
jantung kiri akut karena infark akut.
Furosamide dengan cepat dapat mengurangi/
menghilangkan sesak nafas, bahkan walau belum
terlihat diurese yang banyak.
Efek sampng adalah pengeluaran Natrium dan Kalium
yang berlebih. Oleh sebab itu setiap pemberian
Furosamide harus disertai dengan pemberian Kalium.
Furosamide yang tersedia di Indonesia antara lain
Lasix, dalam bentuk tablet dan injeksi, uresix, farsix, dll

THIAZIDE Diuretics
Direkomendasikan untuk terapi awal dari hipertensi, dan berfungsi
untuk mencegah reabsorpsi Na+ dan K+ dibagian distal nepron.
Efek diuretika kurang, namun lebih bersifat efek anti hipertensi.
Indikasi : terapi awal pada hipertensi, terutama pada usia lanjut.
Thiazide diuretika lain :
Metolazone
Mykrox
Indapamide (Natrilix)
Potassium Sparing Agent
Amiloride dan Triamterene
Bersifat menahan K+ dan Mg+
Efek diuretika yang lemah
Kadang dikombinasi dengan Thiazide
Kerjanya beda dengan Aldosteron antagonis
Spironolactone dan Eplerenom
Merupakan aldosteron antagonis sekaligus pottasium spares.

THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai