Kisi Kisi
Kisi Kisi
Slide 1
Oct - 2010
Slide 2
LERENG ALAMI
Lereng alami yang telah berada dalam kondisi yang stabil selama puluhan
atau bahkan ratusan tahun dapat tiba-tiba runtuh sebagai akibat dari
adanya perubahan kondisi lingkungan, antara lain seperti perubahan
bentuk topografi, kondisi air tanah, adanya gempa bumi maupun
pelapukan. Kadang-kadang keruntuhan tersebut juga dapat disebabkan
oleh adanya aktivitas konstruksi seperti pembuatan jalan raya, jalan kereta
Api, saluran air dan bendungan.
Terdapat beberapa kesulitan yang dihadapi dalam analisis kestabilan lereng
alami karena beberapa hal sebagai berikut:
1. kesulitan untuk mendapatkan data masukan, (seperti model geologi,
hubungan tegangan-regangan, distribusi tekanan air pori), yang
memadai.
2. tingginya tingkat ketidakpastian mengenai mekanisme longsoran yang
mungkin terjadi serta proses-proses penyebabnya.
Beberapa pertimbangan yang harus dilakukan dalam analisis kestabilan
lereng alami antara lain yaitu menentukan apakah longsoran yang mungkin
terjadi merupakan longsoran yang pertama kali atau longsoran yang terjadi
pada bidang geser yang sudah ada serta kemungkinan terjadinya
longsoran apabila dibuat suatu pekerjaan konstruksi atau penggalian pada
Oct - 2010
Slide 3
lereng.
LERENG BUATAN
Timbunan
Analisis kestabilan lereng timbunan biasanya lebih mudah dan mempunyai
ketidakpastian yang lebih rendah daripada lereng alami dan galian. Hal ini
disebabkan karena material yang digunakan untuk timbunan dapat dipilih dan
dikontrol dengan baik.
Untuk timbunan dari material yang tak berkohesi, seperti kerikil, pasir atau lanau,
parameter yang mempengaruhi kestabilan timbunan yaitu: sudut gesek, berat
satuan tanah, tekanan air pori dan sudut kemiringan lereng. Longsoran yang
terjadi pada timbunan tipe ini biasanya merupakan gelinciran translasional atau
gelinciran rotasional yang dangkal. Tekanan air pori yang diakibatkan oleh
rembesan akan mengurangi kestabilan timbunan, seringkali dalam analisis
diasumsikan muka air tanah berada pada permukaan lereng dan rembesan sejajar
dengan permukaan lereng. Kondisi ini biasanya terjadi pada hujan yang sangat
deras dan lama.
Kestabilan lereng timbunan dari material yang berkohesi seperti lempung, pasir
berlempung, tergantung pada beberapa faktor sebagai berikut: sudut gesek,
kohesi, berat jenis tanah, tekanan air pori dan geometri lereng. Longsoran yang
biasanya terjadi pada jenis timbunan ini biasanya merupakan gelinciran yang
dalam dengan permukaan yang menyentuh bagian atas dari lapisan keras yang
berada di bawah
timbunan.
Oct - 2010
Slide 4
Oct - 2010
Slide 6
Galian
Tujuan dari rancangan galian adalah untuk menentukan tinggi dan
sudut kemiringan lereng yang optimum sehingga lereng tetap stabil
dalam jangka waktu yang diinginkan. Lamanya kondisi kestabilan
lereng yang harus dipenuhi ditentukan oleh apakah galian bersifat
permanen atau sementara, pekerjaan perawatan yang dirancang
pada lereng serta pemantauan kondisi kestabilan yang dipasang
pada lereng.
Galian dapat dibuat dengan sudut kemiringan tunggal atau
menggunakan sudut kemiringan yang bervariasi sesuai dengan tipe
material yang digali. Misalnya untuk lereng yang terdiri dari material
tanah dan batuan, sudut kemiringan lereng batuan dapat dibuat
lebih terjal daripada lereng tanah. Penggalian lereng juga dapat
dilakukan
secara berjenjang dengan menggunakan berm untuk setiap interval
ketinggian. Apabila penggalian dilakukan secara berjenjang maka
harus dilakukan analisis untuk kestabilan lereng secara keseluruhan
maupun lereng tunggal pada setiap jenjang.
Oct - 2010
Slide 7
Oct - 2010
Slide 8
Oct - 2010
Slide 9
Oct - 2010
Slide 10
Tujuan Perhitungan
Tujuan dari analisis kestabilan lereng antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Membuat desain yang aman dan ekonomis untuk tambang,
timbunan, bendungan, tanggul.
2. Merupakan dasar bagi rancangan ulang lereng setelah mengalami
longsoran.
3. Memperkirakan kestabilan lereng selama konstruksi dilakukan
dan untuk jangka waktu yang panjang.
4. Mempelajari kemungkinan terjadinya longsoran, baik pada lereng
buatanmaupun lereng alamiah.
5. Menganalisis penyebab terjadinya longsoran dan cara
memperbaikinya.
6. Mempelajari pengaruh gaya-gaya luar pada kestabilan lereng.
Oct - 2010
Slide 11
Slide 12
Oct - 2010
Slide 13
Oct - 2010
Slide 14
Slide 15
= -
dimana: = tegangan normal efektif
= tegangan normal total
= tekanan air pori
Tegangan normal total dan tekanan air pori dapat dihitung atau
diperkirakan dari berat satuan dan tebal lapisan tanah/batuan dan
letak muka air tanah.
Tegangan normal efektif tidak dapat diukur, hanya bisa dihitung
apabila tegangan normal total dan tekanan air pori diketahui.
Oct - 2010
Slide 16
Persamaan Mohr-Coulomb
Pada umumnya dalam analisis kestabilan lereng digunakan
persamaan Mohr-Coulomb untuk menyatakan kekuatan geser
material. Menurut kriteria Mohr-Coulomb, kekuatan geser material
terdiri dari dua komponen yaitu kohesi dan sudut gesek.
Persamaan Mohr-Coulomb dalam bentuk tegangan efektif adalah
sebagai berikut;
Oct - 2010
Slide 17
Oct - 2010
Slide 18
Faktor keamanan
Faktor keamanan (F) didefinisikan sebagai perbandingan dari kekuatan
geser yang diperlukan agar setimbang terhadap kekuatan geser material
yang tersedia.
Oct - 2010
Slide 19
Kesetimbangan Batas
Misalkan suatu blok terletak di atas suatu bidang miring, maka satusatunya gaya yang bekerja pada blok yaitu gaya gravitasi atau berat
blok. Berat blok akan menyebabkan blok di atas bidang runtuh bergerak
ke bawah. Gaya berat bekerja pada arah vertikal ke bawah dan dapat
diuraikan ke dalam dua komponen yaitu gaya yang searah dengan
kemiringan bidang runtuh dan gaya yang tegak lurus terhadap bidang
runtuh.
Komponen gaya berat yang searah bidang runtuh akan menyebabkan
blok menggelincir ke arah bawah, besarnya gaya ini adalah
Oct - 2010
Slide 20
Oct - 2010
Slide 21
Oct - 2010
Slide 22
Oct - 2010
Slide 23
Oct - 2010
Slide 24
Topografi.
Supaya penyelidikan lapangan dapat dilakukan dengan baik harus
terdapat peta yang cukup akurat yang menunjukkan letak dari lubanglubang bor untuk penyelidikan, daerah pemetaan struktur geologi
serta lokasi dari penampang melintang yang dianalisis.
Geologi
Beberapa kondisi geologi yang diperlukan dalam analisis kestabilan
lereng, yaitu: tipe mineral pembentuk material lereng, bidang-bidang
diskontinuitas dan perlapisan, Tipe longsoran yang mungkin terjadi
sangat dipengaruhi oleh kondisi dari bidang-bidang tak menerus pada
daerah yang distudi. Berikut ini adalah sketsa dari beberapa bentuk
tipe longsoran dan kondisi bidang-bidang takmenerus yang
mempengaruhinya
Selama proses pekerjaan penggalian lereng kondisi geologi harus terus
dikaji dan desain lereng dapat dimodifikasi ulang apabila ternyata kondisi
geologi yang aktual berbeda dengan yang diasumsikan. Pada umumnya
data geologi yang tersedia biasanya sangat terbatas sehingga dapat
menghasilkan beragam interpretasi. Oleh sebab itu kondisi geologi harus
selalu diamati selama pekerjaan berlangsung serta mempertimbangkan
kemungkinan adanya perubahan rancangan lereng apabila kondisi aktual
di lapangan berbeda denganSlide
kondisi
geologi yang diasumsikan.
Oct - 2010
25
Oct - 2010
Slide 26
Sifat material
Sifat material yang diperlukan dalam analisis kestabilan lereng yaitu
parameter kekuatan geser dan berat satuan material. Parameter
kekuatan geser merupakan sifat material terpenting karena faktor
keamanan dinyatakan dalam bentuk perbandingan kekuatan geser
yang tersedia dan kekuatan geser yang diperlukan, sehingga
penentuan parameter kekuatan geser harus seakurat mungkin.
Parameter kekuatan geser terdiri dari komponen yaitu kohesi dan sudut
geser. Untuk analisis lereng yang telah
mengalami longsoran harus diperhatikan tentang kekuatan geser sisa.
Berdasarkan kondisi pengujian di laboratorium atau pengujian di
lapangan terdapat dua tipe kekuatan geser material yaitu: kekuatan
geser tak terdrainase dan kekuatan geser terdrainase. Kekuatan geser
tak terdrainase digunakan apabila analisis kestabilan lereng dilakukan
dengan pendekatan tegangan total, sedangkan kekuatan geser
terdrainase digunakan apabila analisis kestabilan lereng dilakukan
dengan pendekatan tegangan efektif
Oct - 2010
Slide 27
Air tanah
Kondisi air tanah merupakan salah satu parameter terpenting dalam
analisis kestabilan lereng, karena seringkali terjadi longsoran yang
diakibatkan oleh kenaikan tegangan air pori yang berlebih. Tekanan air
pori tidak diperlukan apabila dilakukan analisis kestabilan dengan
tegangan total. Gaya hidrostatik pada permukaan lereng yang
diakibatkan oleh air yang menggenangi permukaan lereng juga harus
dimasukkan dalam perhitungan kestabilan lereng, karena gaya ini
mempunyai efek perkuatan pada lereng.
Pada umumnya keberadaan air akan mengurangi kondisi kestabilan
lereng yang antara lain karena menurunkan kekuatan geser material
sebagai akibat naiknya tekanan air pori, bertambahnya berat satuan
material, timbulnya gaya-gaya rembesan yang ditimbulkan oleh
pergerakan air.
Oct - 2010
Slide 28
Geometri Lereng
Data geometri lereng yang diperlukan yaitu data mengenai sudut
kemiringan dan tinggi lereng. Geometri lereng alami dapat ditentukan
dengan membuat penampang vertikal berdasarkan peta topografi.
Sedangkan untuk lereng buatan, geometri lereng ditentukan dari desain
lereng yang akan dibuat.
Oct - 2010
Slide 29
Oct - 2010
Slide 30
Oct - 2010
Slide 32
Analisis Balik
Longsoran merupakan hal yang sering terjadi dalam kegiatan operasional
penambangan maupun konstruksi sipil. Apabila hal tersebut terjadi maka
seringkali dilakukan analisis balik untuk memperkirakan kekuatan geser
material pada saat terjadinya longsoran. Hasil yang diperoleh kemudian
dibandingkan dengan hasil pengujian kekuatan geser di laboratorium
untuk mendapatkan parameter kekuatan geser yang dapat dipercaya
dapat perhitungan analisis kestabilan lereng selanjutnya.
Analisis balik dapat menjadi suatu alat yang sangat efektif dalam
mengivestigasi parameter kekuatan geser tanah atau batuan. Akan tetapi
bagaimanapun juga harus berhati-hati terhadap beberapa kesulitan
tersembunyi dalam analisis balik yang meliputi asumsi dasar yang
menganggap massa tanah atau batuan adalah homogen, perkiraan
mengenai geometri lereng dan bidang gelinciran serta kondisi tekanan air
pori pada saat terjadinya longsoran. Pada umumnya semua hal tersebut
jarang dapat dicapai atau dipenuhi
Oct - 2010
Slide 33
Oct - 2010
Slide 34
Kestabilan
lereng
16-July 2009
Slide 36
Slide 37
16-July 2009
Slide 38
16-July 2009
Slide 39
METODE STABILISASI
1. Mengubah Geometri Lereng
Mengubah geometri lereng dapat dilakukan dengan
cara pemotongan (resloping) dan penimbunan pada
ujung kaki (buttresing). Metoda penanggulangan ini
mempunyai prinsip mengurangi gaya dorong dari
massa tanah yang longsor dan menambah gaya
penahan dengan cara penimbunan pada ujung kaki
lereng sehingga faktor keamanan lereng dapat
bertambah.
2. Pengelolaan Air
Air tanah memegang peranan penting dalam kestabilan
lereng. Tekan pori air tanah akan mengurangi kekuatan
geser butiran yang akhirnya akan mempengaruhi
kekuatan geser suatu material.
16-July 2009
Slide 40
METODE STABILISASI
3. Perkuatan lereng
Perkuatan lereng dilakukan dengan menggunakan
peralatan dari luar bagian lereng. Dengan memasang
suatau peralatan atau bahan maka di harapkan akan
meningkatkan kekuatan geser batuan/tanah
4. Proteksi lereng
Proteksi lereng adalah suatu metode untuk
menghindari / mengurangi dampak akibat adanya
suatu ketidakstabilan. Dengan cara ini lereng yang
sudah tidak stabil kritiss dibiarkan mencar
kestabilannya sendiri namun kita menyiapkan tempat
baru untuk bidang yang akan longsor.
16-July 2009
Slide 41
Slide 42
Slide 43
16-July 2009
Slide 44
METODE STABILISASI
2. Pengelolaan Air
Beberapa hal yang harus menjadi perhatian dalam
pengelolaan air :
a. Tidak membiarkan air masuk ke dalam retakan.
b. Tidak mengalirkan air secara bebas pada material yang
mudah bereaksi dengan air (clay fines material)
c. Mengurangi ketinggian air bawah permukaan dengan
penirisan jika diketahui kondisi air tanah
a. Horisontal drilling
b. Vertikal drilling
16-July 2009
Slide 45
METODE STABILISASI
3. Perkuatan lereng
Perkuatan lereng bisa dilakukan dengan beberapa;
a. Pemasangan alat
- anchor, brojong, rockbolt, geotektil / gemembran.
b. Mengubah sifat fisik / mekanis batuan
- grounting, shortcrete, bentonit
c. Stabilisasi dengan melakukan penanaman tumbuhtumbuhan dipermukaan untuk mengurangi erosi
permukaan.
16-July 2009
Slide 46
METODE STABILISASI
3. Proteksi lereng
a. Rock trap / rock containment
b. Berm / Windraw
c. Ditch / saluran
d. Retaining wall
16-July 2009
Slide 47
istila
Oct - 2010
Slide 50
Final Wall Blasting: One of the final pit wall excavation methods that
utilizes a special or modified blasting techniques with primarily targeting
to minimize the damage to the pit walls. Common final wall blasting used
for final pit wall excavation comprises of modified production blast, buffer
row blast, trim blast, pre-splitting, etc.
Final Blast Rows: one or two rows closest to the designed wall.
Production Blast Rows: Blast rows that are laid out in front of final blast rows
and usually facing out of the wall and has a free face.
Stand-off Distance: A certain distance from blast rows closest to the designed
toe of
the wall. This distance will be varying depending on the rock type forming the
slope. In
this steepening trial, the distance will be determined based on the quality
result of final
wall blasting.
Slide 51
Oct - 2010
Slide 52
Oct - 2010
Slide 53
UMUM
d o lla r s ( m illio n s )
60
50
benefits
40
slope instability c
30
net benefit
20
10
0
35
40
45
50
55
Slide 55
Oct - 2010
Oct - 2010
Slide 56
LATAR BELAKANG
PROSES PENGGALIAN MENYEBABKAN TERJADINYA
DISTRIBUSI TEGANGAN BARU
MUNCULNYA REKAHASN AKIBAT BERKURANGNYA
TEGANGAN DI SEKITAR PENGGALIAN
REKAHAN YANG TERBUKA MENYEBABKAN
BERKURANGNYA KUAT GESER UNTUK
MEMPERTAHANKAN DIRINYA
AIRTANAH YANG LEWAT MELALUI REKAHAN
MENURUNKAN TEGANGAN NORMAL EFEKTIF PADA
BIDANG YANG BERPOTENSI RUNTUH
Oct - 2010
Slide 57
Slide 58
Slide 59
LATAR BELAKANG
GEOMEKANIK
PROSES PENGGALIAN MENYEBABKAN TERJADINYA
DISTRIBUSI TEGANGAN BARU
MUNCULNYA REKAHASN AKIBAT BERKURANGNYA
TEGANGAN DI SEKITAR PENGGALIAN
REKAHAN YANG TERBUKA MENYEBABKAN
BERKURANGNYA KUAT GESER UNTUK
MEMPERTAHANKAN DIRINYA
AIRTANAH YANG LEWAT MELALUI REKAHAN
MENURUNKAN TEGANGAN NORMAL EFEKTIF PADA
BIDANG YANG BERPOTENSI RUNTUH
Oct - 2010
Slide 60
GEOTEKNIK TAMBANG
Didalam industri pertambangan, terutama tambang dengan
produksi skala besar, perencanaan tambang memegang peran
utama dari keseluruhan proses penambangan dan kajian
geoteknik memegang peranan yang sangat besar dalam segala
lini kegiatan perencanaan penambangan.
Eksplorasi
Perencanaan
Tambang
Operasional
Tambang
Pemetaan
geologi
Model
cadangan dan
model
geteknik
Sequence
penambangan mulai
dari harian, mingguan,
bulanan, tahunan
sampai akhir umur
tambang
Oct - 2010
Slide 61
Pengolahan
Bijih
Reklamasi
Oct - 2010
Perencanaan
Jangka Panjang
Perencanaan
Jangka Pendek
Menterjemahkan arah
Perencanaan
strategi penambangan
harian,
menjadi target
mingguan dan
tahunan,sekaligus
bulanan.
menjaga sumberdaya
Pengawasan
sampai akhir umur
terhadap
tambang
operasi harian
Membuat perencanaan
dan
tambang tahunan
perencanaan
sampai akhir umur
harian.
tambang, kwartalan,
Penirisan
dan bulanan,
tambang,
Membuat disain pushdisain jalan,
back, melakukan
optimisasi dan
dan kontrol
menyusun biaya
terhadap
Slide
62
operasi
penimbunan
batuan
Produksi
Peledakan,
pemuatan dan
pengangkutan
material.
Dispatching
system.
Oct - 2010
Slide 63
1. Metode Fellenius
Metode ini banyak digunakan untuk menganalisis
kestabilan lereng yang tersusun oleh tanah, dan
bidang gelincirnya berbentuk busur (arc-failure).
Metode Fellenius dapat digunakan pada lerenglereng dengan kondisi isotropis, non isotropis
dan berlapis-lapis. Massa tanah yang bergerak
diandaikan terdiri dari atas beberapa elemen
vertikal. Lebar elemen dapat diambil tidak sama
dan sedemikian sehingga lengkung busur di
dasar elemen dapat dianggap garis lurus.
Metode Bishop
a. Metode ini pada dasarnya sama dengan metode swedia,
tetapi dengan memperhitungkan gaya-gaya antar irisan
yang ada. Metode Bishop mengasumsikan bidang
longsor berbentuk busur lingkaran
b. Pertama yang harus diketahui adalah geometri dari
lereng dan juga titik pusat busur lingkaran bidang
luncur, serta letak rekahan
c. Untuk menentukan titik pusat busur lingkaran bidang
luncur dan letak rekahan pada longsoran busur
dipergunakan grafik Metode Bishop yang
disederhanakan merupakan metode
Metode Janbu
a. Metode ini digunakan untuk menganalisis lereng yang
bidang longsornya tidak berbentuk busur lingkaran.
b. Bidang longsor pada analisa metode janbu ditentukan
berdasarkan zona lemah yang terdapat pada massa
batuan atau tanah. Cara lain yaitu dengan
mengasumsikan suatu faktor keamanan tertentu
yang tidak terlalu rendah. Kemudian melakukan
perhitungan beberapa kali untuk mendapatkan
bidang longsor yang memiliki faktor keamanan
terendah.