Anda di halaman 1dari 66

Lereng adalah permukaan bumi yang membentuk sudut

kemiringan tertentu dengan bidang horisontal. Lereng dapat


terbentuk secara alamiah karena proses geologi atau karena
dibuat oleh manusia.
Suatu longsoran adalah keruntuhan dari massa tanah yang
terletak pada sebuah lereng sehingga terjadi pergerakan
massa tanah ke bawah dan ke luar. Longsoran dapat terjadi
dengan berbagai cara, secara perlahan-lahan atau
mendadak serta dengan ataupun tanpa tanda-tanda yang
terlihat.
Setelah gempa bumi, longsoran merupakan bencana alam
yang paling banyak mengakibatkan kerugian materi maupun
kematian. Kerugian dapat ditimbulkan oleh suatu longsoran
antara lain yaitu rusaknya lahan pertanian, rumah,
bangunan, jalur transportsi serta sarana komunikasi.
Oct - 2010

Slide 1

Analisis kestabilan lereng harus berdasarkan


model yang akurat mengenai kondisi material
bawah permukaan, kondisi air tanah dan
pembebanan yang mungkin bekerja pada lereng.
Tanpa sebuah model geologi yang memadai,
analisis hanya dapat dilakukan dengan
menggunakan pendekatan yang kasar sehingga
kegunaan dari hasil analisis dapat dipertanyakan

Oct - 2010

Slide 2

LERENG ALAMI
Lereng alami yang telah berada dalam kondisi yang stabil selama puluhan
atau bahkan ratusan tahun dapat tiba-tiba runtuh sebagai akibat dari
adanya perubahan kondisi lingkungan, antara lain seperti perubahan
bentuk topografi, kondisi air tanah, adanya gempa bumi maupun
pelapukan. Kadang-kadang keruntuhan tersebut juga dapat disebabkan
oleh adanya aktivitas konstruksi seperti pembuatan jalan raya, jalan kereta
Api, saluran air dan bendungan.
Terdapat beberapa kesulitan yang dihadapi dalam analisis kestabilan lereng
alami karena beberapa hal sebagai berikut:
1. kesulitan untuk mendapatkan data masukan, (seperti model geologi,
hubungan tegangan-regangan, distribusi tekanan air pori), yang
memadai.
2. tingginya tingkat ketidakpastian mengenai mekanisme longsoran yang
mungkin terjadi serta proses-proses penyebabnya.
Beberapa pertimbangan yang harus dilakukan dalam analisis kestabilan
lereng alami antara lain yaitu menentukan apakah longsoran yang mungkin
terjadi merupakan longsoran yang pertama kali atau longsoran yang terjadi
pada bidang geser yang sudah ada serta kemungkinan terjadinya
longsoran apabila dibuat suatu pekerjaan konstruksi atau penggalian pada
Oct - 2010
Slide 3
lereng.

LERENG BUATAN
Timbunan
Analisis kestabilan lereng timbunan biasanya lebih mudah dan mempunyai
ketidakpastian yang lebih rendah daripada lereng alami dan galian. Hal ini
disebabkan karena material yang digunakan untuk timbunan dapat dipilih dan
dikontrol dengan baik.
Untuk timbunan dari material yang tak berkohesi, seperti kerikil, pasir atau lanau,
parameter yang mempengaruhi kestabilan timbunan yaitu: sudut gesek, berat
satuan tanah, tekanan air pori dan sudut kemiringan lereng. Longsoran yang
terjadi pada timbunan tipe ini biasanya merupakan gelinciran translasional atau
gelinciran rotasional yang dangkal. Tekanan air pori yang diakibatkan oleh
rembesan akan mengurangi kestabilan timbunan, seringkali dalam analisis
diasumsikan muka air tanah berada pada permukaan lereng dan rembesan sejajar
dengan permukaan lereng. Kondisi ini biasanya terjadi pada hujan yang sangat
deras dan lama.
Kestabilan lereng timbunan dari material yang berkohesi seperti lempung, pasir
berlempung, tergantung pada beberapa faktor sebagai berikut: sudut gesek,
kohesi, berat jenis tanah, tekanan air pori dan geometri lereng. Longsoran yang
biasanya terjadi pada jenis timbunan ini biasanya merupakan gelinciran yang
dalam dengan permukaan yang menyentuh bagian atas dari lapisan keras yang
berada di bawah
timbunan.
Oct - 2010

Slide 4

Kestabilan timbunan harus ditentukan untuk beberapa kondisi


sebagai berikut:
1. Kestabilan jangka pendek atau akhir konstruksi
2. Kestabilan jangka panjang
3. Penurunan muka air tanah mendadak
Kestabilan timbunan akan berfluktuasi selama proses kontruksi
dilakukan dan juga setelah konstruksi selesai. Hal ini diakibatkan
karena perubahan kekuatan geser material pada timbunan yang
disebabkan oleh perubahan tekanan air pori dan perubahan beban
yang bekerja pada timbunan. Kondisi kestabilan timbunan di atas
tanah lempung.
Kestabilan lereng timbunan akan berkurang apabila tinggi timbunan
dinaikkan karena lereng akan semakin tinggi dan beban pada
pondasi juga bertambah. Sebagai akibatnya maka kestabilan jangka
pendek atau kestabilan pada akhir konstruksi timbunan biasanya
merupakan kondisi kestabilan yang paling kritis dan lebih
menentukan daripada kestabilan jangka panjang. Setelah timbunan
selesai dibuat maka faktor keamanan akan bertambah seiring
dengan bertambahnya umur timbunan karena adanya konsolidasi
pada timbunan dan berkurangnya tekanan air pori sehingga
kekuatan
geser timbunan akan bertambah
Oct
- 2010
Slide 5

Oct - 2010

Slide 6

Galian
Tujuan dari rancangan galian adalah untuk menentukan tinggi dan
sudut kemiringan lereng yang optimum sehingga lereng tetap stabil
dalam jangka waktu yang diinginkan. Lamanya kondisi kestabilan
lereng yang harus dipenuhi ditentukan oleh apakah galian bersifat
permanen atau sementara, pekerjaan perawatan yang dirancang
pada lereng serta pemantauan kondisi kestabilan yang dipasang
pada lereng.
Galian dapat dibuat dengan sudut kemiringan tunggal atau
menggunakan sudut kemiringan yang bervariasi sesuai dengan tipe
material yang digali. Misalnya untuk lereng yang terdiri dari material
tanah dan batuan, sudut kemiringan lereng batuan dapat dibuat
lebih terjal daripada lereng tanah. Penggalian lereng juga dapat
dilakukan
secara berjenjang dengan menggunakan berm untuk setiap interval
ketinggian. Apabila penggalian dilakukan secara berjenjang maka
harus dilakukan analisis untuk kestabilan lereng secara keseluruhan
maupun lereng tunggal pada setiap jenjang.

Oct - 2010

Slide 7

Parameter-parameter yang mempengaruhi kondisi kestabilan lereng


antara lain yaitu:
1. Geometri lereng
2. Kekuatan geser material
3. Berat satuan materil
4. Tekanan air pori.
Bentuk longsoran yang terjadi pada galian dengan material yang
homogen biasanya berupa sebuah busur lingkaran. Untuk galian pada
material yang tidak homogen bentuk longsorannya akan dipengaruhi
oleh distribusi kekuatan geser dalam lereng dan biasanya bidang
runtuhnya bukan berupa sebuah busur lingkaran.
Kestabilan lereng galian juga harus ditentukan untuk beberapa kondisi
sebagai berikut:
a) Kestabilan jangka pendek atau akhir konstruksi
b) Kestabilan jangka panjang
c) Penurunan muka air tanah mendadak

Oct - 2010

Slide 8

Kondisi kestabilan lereng galian akan bervariasi dari waktu ke waktu


baik pada saat proses konstruksi maupun setelah pekerjaan
konstruksi selesai. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan
tekanan air pori, tegangan geser dan pembebanan pada lereng yang
mengakibatkan perubahan kekuatan geser material.
Kestabilan jangka panjang dari lereng galian biasanya lebih
menentukan dari pada kestabilan jangka pendek atau pada saat
akhir konstruksi. Hal ini karena setelah galian selesai dibuat, tekanan
air pori akan meningkat, tanah akan mengembang dan menjadi lebih
lemah sehingga kekuatan geser tanah berkurang dan kondisi
kestabilan lereng juga berkurang. Apabila galian dibuat pada material
yang mempunyai permeabilitas
yang tinggi maka kondisi kestabilan lereng pada saat akhir konstruksi
dan kestabilan untuk jangka panjang dianggap sama

Oct - 2010

Slide 9

Oct - 2010

Slide 10

Tujuan Perhitungan
Tujuan dari analisis kestabilan lereng antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Membuat desain yang aman dan ekonomis untuk tambang,
timbunan, bendungan, tanggul.
2. Merupakan dasar bagi rancangan ulang lereng setelah mengalami
longsoran.
3. Memperkirakan kestabilan lereng selama konstruksi dilakukan
dan untuk jangka waktu yang panjang.
4. Mempelajari kemungkinan terjadinya longsoran, baik pada lereng
buatanmaupun lereng alamiah.
5. Menganalisis penyebab terjadinya longsoran dan cara
memperbaikinya.
6. Mempelajari pengaruh gaya-gaya luar pada kestabilan lereng.

Oct - 2010

Slide 11

Faktor-Faktor Yang Dapat Menyebabkan Terjadinya


Longsoran;
Gaya-gaya yang bekerja pada lereng secara umum dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu gaya-gaya yang cenderung untuk
menyebabkan material pada lereng untuk bergerak ke bawah dan
gaya-gaya yang menahan material pada lereng sehingga tidak terjadi
pergerakan atau longsoran.
Terdapatnya sejumlah tipe longsoran menunjukkan beragamnya
kondisi yang dapatmenyebabkan lereng menjadi tidak stabil dan
proses-proses yang memicu terjadinya longsoran, yang secara garis
besar dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu kondisi material
(tanah/batuan), proses geomorphologi, perubahan sifat fisik dari
lingkungan dan proses yang ditimbulkan oleh aktivitas manusia
Menurut Varnes (1978) terdapat sejumlah penyebab internal maupun
eksternal yang dapat menyebabkan naiknya gaya geser sepanjang
bidang runtuh maupun menyebabkan turunnya kekuatan geser
material, bahkan kedua hal tersebut juga dapat dipengaruhi secara
serentak
Oct - 2010

Slide 12

Berdasarkan hal tersebut, Terzaghi (1950) membagi penyebabpenyebab terjadinya


longsoran menjadi dua kelompok yaitu:
1. Penyebab-penyebab eksternal yang menyebabkan naiknya gaya
geser yang bekerja sepanjang bidang runtuh, antara lain yaitu:
a. Perubahan geometri lereng.
b. Penggalian pada kaki lereng
c. Pembebanan pada puncak atau permukaan lereng bagian atas.
d. Gaya vibrasi yang ditimbulkan oleh gempa bumi atau ledakan.
e. Penurunan muka air tanah secara mendadak
2. Penyebab-penyebab internal yang menyebabkan turunnya
kekuatan geser material, antara lain yaitu:
f. Pelapukan
g. Keruntuhan progressive
h. Hilangnya sementasi material,
i. Berubahnya struktur material

Oct - 2010

Slide 13

Oct - 2010

Slide 14

Kondisi material bukan merupakan penyebab terjadinya


longsoran melainkan kondisi yang diperlukan agar
longsoran dapat terjadi. Meskipun material pada lereng
mempunyai kekuatan geser yang cukup lemah, longsoran
tidak akan terjadi apabila tidak ada proses-proses pemicu
longsoran yang bekerja.
Proses-proses pemicu longsoran dapat terjadi secara
alami, seperti hujan lebat dengan intensitas yang cukup
tinggi, gempa bumi, erosi pada kaki lereng, maupun
pemicu yang ditimbulkan oleh kegiatan manusia, seperti
penggalian pada kaki lereng, pembebanan pada
permukaan lereng bagian atas, peledakan, penggundulan
hutan.
Untuk beberapa kasus tertentu, longsoran dapat terjadi
tanpa proses pemicu yang jelas karena merupakan
kombinasi dari beberapa proses, seperti keruntuhan
progressif atau pelapukan, yang menyebabkan terjadi
longsoran secara perlahan
Oct - 2010

Slide 15

Konsep Dasar Mekanika Untuk Analisis


Kestabilan Lereng
Tegangan Efektif
Tegangan efektif merupakan konsep yang sangat penting dalam
bidang rekayasa geoteknik. Konsep tegangan efektif ini ditemukan
oleh Karl Terzaghi pada tahun 1920. Tegangan efektif didefinisikan
sebagai berikut:

= -
dimana: = tegangan normal efektif
= tegangan normal total
= tekanan air pori
Tegangan normal total dan tekanan air pori dapat dihitung atau
diperkirakan dari berat satuan dan tebal lapisan tanah/batuan dan
letak muka air tanah.
Tegangan normal efektif tidak dapat diukur, hanya bisa dihitung
apabila tegangan normal total dan tekanan air pori diketahui.
Oct - 2010

Slide 16

Persamaan Mohr-Coulomb
Pada umumnya dalam analisis kestabilan lereng digunakan
persamaan Mohr-Coulomb untuk menyatakan kekuatan geser
material. Menurut kriteria Mohr-Coulomb, kekuatan geser material
terdiri dari dua komponen yaitu kohesi dan sudut gesek.
Persamaan Mohr-Coulomb dalam bentuk tegangan efektif adalah
sebagai berikut;

Oct - 2010

Slide 17

Oct - 2010

Slide 18

Faktor keamanan
Faktor keamanan (F) didefinisikan sebagai perbandingan dari kekuatan
geser yang diperlukan agar setimbang terhadap kekuatan geser material
yang tersedia.

Kekuatan geser material yang tersedia dihitung dengan menggunakan


Persamaan Mohr-Coulomb, sedangkan kekuatan geser yang diperlukan
agar tepat setimbang dihitung dengan menggunakan persamaan
kesetimbangan.

Oct - 2010

Slide 19

Kesetimbangan Batas
Misalkan suatu blok terletak di atas suatu bidang miring, maka satusatunya gaya yang bekerja pada blok yaitu gaya gravitasi atau berat
blok. Berat blok akan menyebabkan blok di atas bidang runtuh bergerak
ke bawah. Gaya berat bekerja pada arah vertikal ke bawah dan dapat
diuraikan ke dalam dua komponen yaitu gaya yang searah dengan
kemiringan bidang runtuh dan gaya yang tegak lurus terhadap bidang
runtuh.
Komponen gaya berat yang searah bidang runtuh akan menyebabkan
blok menggelincir ke arah bawah, besarnya gaya ini adalah

Oct - 2010

Slide 20

Sedangkan komponen gaya yang tegak lurus atau normal terhadap


bidang miring cenderung mempertahankan kondisi kesetimbangan
blok massa, besarnya gaya ini adalah.

Oct - 2010

Slide 21

Oct - 2010

Slide 22

Oct - 2010

Slide 23

Data-Data Untuk Analisis Kestabilan


Lereng
Secara umum data yang diperlukan untuk analisis kestabilan
lereng yaitu:
i. Topografi
ii. Geologi
iii. Sifat geoteknis material
iv. Kondisi air tanah
v. Pembebanan pada lereng

Oct - 2010

Slide 24

Topografi.
Supaya penyelidikan lapangan dapat dilakukan dengan baik harus
terdapat peta yang cukup akurat yang menunjukkan letak dari lubanglubang bor untuk penyelidikan, daerah pemetaan struktur geologi
serta lokasi dari penampang melintang yang dianalisis.

Geologi
Beberapa kondisi geologi yang diperlukan dalam analisis kestabilan
lereng, yaitu: tipe mineral pembentuk material lereng, bidang-bidang
diskontinuitas dan perlapisan, Tipe longsoran yang mungkin terjadi
sangat dipengaruhi oleh kondisi dari bidang-bidang tak menerus pada
daerah yang distudi. Berikut ini adalah sketsa dari beberapa bentuk
tipe longsoran dan kondisi bidang-bidang takmenerus yang
mempengaruhinya
Selama proses pekerjaan penggalian lereng kondisi geologi harus terus
dikaji dan desain lereng dapat dimodifikasi ulang apabila ternyata kondisi
geologi yang aktual berbeda dengan yang diasumsikan. Pada umumnya
data geologi yang tersedia biasanya sangat terbatas sehingga dapat
menghasilkan beragam interpretasi. Oleh sebab itu kondisi geologi harus
selalu diamati selama pekerjaan berlangsung serta mempertimbangkan
kemungkinan adanya perubahan rancangan lereng apabila kondisi aktual
di lapangan berbeda denganSlide
kondisi
geologi yang diasumsikan.
Oct - 2010
25

Oct - 2010

Slide 26

Sifat material
Sifat material yang diperlukan dalam analisis kestabilan lereng yaitu
parameter kekuatan geser dan berat satuan material. Parameter
kekuatan geser merupakan sifat material terpenting karena faktor
keamanan dinyatakan dalam bentuk perbandingan kekuatan geser
yang tersedia dan kekuatan geser yang diperlukan, sehingga
penentuan parameter kekuatan geser harus seakurat mungkin.
Parameter kekuatan geser terdiri dari komponen yaitu kohesi dan sudut
geser. Untuk analisis lereng yang telah
mengalami longsoran harus diperhatikan tentang kekuatan geser sisa.
Berdasarkan kondisi pengujian di laboratorium atau pengujian di
lapangan terdapat dua tipe kekuatan geser material yaitu: kekuatan
geser tak terdrainase dan kekuatan geser terdrainase. Kekuatan geser
tak terdrainase digunakan apabila analisis kestabilan lereng dilakukan
dengan pendekatan tegangan total, sedangkan kekuatan geser
terdrainase digunakan apabila analisis kestabilan lereng dilakukan
dengan pendekatan tegangan efektif

Oct - 2010

Slide 27

Air tanah
Kondisi air tanah merupakan salah satu parameter terpenting dalam
analisis kestabilan lereng, karena seringkali terjadi longsoran yang
diakibatkan oleh kenaikan tegangan air pori yang berlebih. Tekanan air
pori tidak diperlukan apabila dilakukan analisis kestabilan dengan
tegangan total. Gaya hidrostatik pada permukaan lereng yang
diakibatkan oleh air yang menggenangi permukaan lereng juga harus
dimasukkan dalam perhitungan kestabilan lereng, karena gaya ini
mempunyai efek perkuatan pada lereng.
Pada umumnya keberadaan air akan mengurangi kondisi kestabilan
lereng yang antara lain karena menurunkan kekuatan geser material
sebagai akibat naiknya tekanan air pori, bertambahnya berat satuan
material, timbulnya gaya-gaya rembesan yang ditimbulkan oleh
pergerakan air.

Oct - 2010

Slide 28

Pembebanan pada lereng


Data lain yang diperlukan dalam analisis kestabilan lereng yaitu gayagaya luar yang bekerja pada permukaan lereng, seperti beban dinamik
dari lalu-lintas, beban statik dari bangunan atau timbuna di atas lereng,
peledakan. Gaya-gaya luar ini harus dimasukkan dalam perhitungan
karena dapat mempunyai efek mengurangi kondisi kestabilan lereng.

Geometri Lereng
Data geometri lereng yang diperlukan yaitu data mengenai sudut
kemiringan dan tinggi lereng. Geometri lereng alami dapat ditentukan
dengan membuat penampang vertikal berdasarkan peta topografi.
Sedangkan untuk lereng buatan, geometri lereng ditentukan dari desain
lereng yang akan dibuat.

Oct - 2010

Slide 29

Dari semua data yang dibutuhkan dalam analisis kestabilan lereng,


data mengenai kekuatan geser dan kondisi air tanah merupakan
data yang terpenting dan mempunyai pengaruh yang sangat besar
terhadap keakuratan dan keterpercayaan hasil perhitungan analisis
kestabilan lereng. Sayangnya penentuan kedua data tersebut
secara akurat dan
dapat mewakili kondisi yang sebenarnya di lapangan merupakan hal
yang sulit untuk dilakukan oleh sebab itu untuk kedua macam data
tersebut digunakan pendekatan yang konservatif.

Oct - 2010

Slide 30

Efek Tiga Dimensi


Pada umumnya kestabilan lereng dianggap sebagai persoalan dua
dimensi dengan mengasumsikan bahwa lereng berada dalam kondisi
regangan bidang, sehingga bidang gelinciran dianggap mempunyai lebar
yang takterhingga. Analisis dua dimensi pada umumnya akan
menghasilkan faktor keamanan yang relatif lebih kecil dibanding apabila
analisis dilakukan dengan metode tiga dimensi. Hal ini disebabkan
karena
pada analisis dua dimensi, pengaruh dari sisi-sisi pinggir bidang runtuh
tidak dimasukkan dalam perhitungan faktor keamanan.
Secara umum analisis kestabilan lereng menggunakan pendekatan dua
dimensi cukup memadai untuk perancangan lereng karena memberikan
faktor keamanan yang konservatif. Analisis kestabilan lereng dengan
menggunakan pendekatan tiga dimensi disarankan dipergunakan dalam
analisis balik dari lereng yang mengalami longsoran.
Kekuatan geser yang diperoleh dari perhitungan analisis balik
selanjutnya dapat dipergunakan dalam perancangan perbaikan lereng
yang runtuh maupun untuk perancangan lereng baru pada daerah yang
memiliki kondisi yang hampir sama.
Apabila efek tiga dimensi tidak dimasukkan dalam analisis balik maka
dapat mengakibatkan nilai kekuatan geser yang dihasilkan terlalu tinggi
Oct -nilai
2010 yang
Slide 31
dari

Analisis tiga dimensi juga sangat berguna dalam analisis


kestabilan lereng yang mempunyai topografi yang komplek,
lereng dengan kondisi air tanah yang cukup komplek, lereng
dengan material yang memiliki kekuatan geser yang berbeda
cukup significant antara material pada bidang runtuh dan
material diatasnya. Hal ini dikarenakan analisis tiga dimensi
dapat memasukkan adanya variasi spasial tersebut ke dalam
perhitungan faktor keamanan.

Oct - 2010

Slide 32

Analisis Balik
Longsoran merupakan hal yang sering terjadi dalam kegiatan operasional
penambangan maupun konstruksi sipil. Apabila hal tersebut terjadi maka
seringkali dilakukan analisis balik untuk memperkirakan kekuatan geser
material pada saat terjadinya longsoran. Hasil yang diperoleh kemudian
dibandingkan dengan hasil pengujian kekuatan geser di laboratorium
untuk mendapatkan parameter kekuatan geser yang dapat dipercaya
dapat perhitungan analisis kestabilan lereng selanjutnya.
Analisis balik dapat menjadi suatu alat yang sangat efektif dalam
mengivestigasi parameter kekuatan geser tanah atau batuan. Akan tetapi
bagaimanapun juga harus berhati-hati terhadap beberapa kesulitan
tersembunyi dalam analisis balik yang meliputi asumsi dasar yang
menganggap massa tanah atau batuan adalah homogen, perkiraan
mengenai geometri lereng dan bidang gelinciran serta kondisi tekanan air
pori pada saat terjadinya longsoran. Pada umumnya semua hal tersebut
jarang dapat dicapai atau dipenuhi

Oct - 2010

Slide 33

Oct - 2010

Slide 34

Kestabilan
lereng

Suatu lereng akan longsor bila keseimbangan gaya-gaya


yang bekerja terganggu, yaitu gaya pendorong
melampaui gaya penahan. Oleh karena itu prinsip
penanggulangan longsoran adalah mengurangi gaya
pendorong atau menambah gaya penahan.
Gaya pendorong adalah gaya tangensial dari berat massa
tanah, sedangkan gaya penahan berupa tahanan geser
tanah

16-July 2009

Slide 36

Penanggulangan yang baik adalah penanggulangan yang


dapat mengatasi masalah secara tuntas dengan biaya
yang relatif murah dan mudah pelaksanaannya.
Penanggulangan sangat tergantung pada tipe dan sifat
gerakan tanah, kondisi lapangan dan geologi

Cara-cara penanggulangan longsoran dengan


mengurangi gaya pendorong dapat dilakukan antara lain
dengan pemotongan dan pengendalian air permukaan,
sedangkan penanggulangan yang menambah gaya
penahan antara lain dengan pengendalian air rembesan
dan penambatan
16-July 2009

Slide 37

Sedangkan faktor-faktor yang menyebabkan


keruntuhan tersebut antara lain:
Kesalahan dimensi lereng (tinggi dan sudut lereng)
Hadirnya struktur geologi
Hadirnya air tanah dan air permukaan
Adanya pengikisan oleh angin
Adanya proses pelapukan
Adanya beban dinamis

Langkah yang harus ditempuh dalam upaya menstabilkan


lereng adalah melakukan perkuatan (reinforcement) dan
proteksi (protection) pada lereng-lereng tersebut.

16-July 2009

Slide 38

Perkuatan lereng merupakan suatu tindakan yang


bertujuan untuk memperbesar kekuatan (strength)
tanah/batuan, sehingga lereng lebih mantap.
Adapun maksud dari perkuatan lereng adalah :
1. Membantu massa batuan untuk menyangga dirinya
sendiri.
2. Memasang struktur luar (lain) yang nantinya tidak
merupakan bagian lain dari massa batuan, tetapi akan
menyangga dari sisi luar.

16-July 2009

Slide 39

METODE STABILISASI
1. Mengubah Geometri Lereng
Mengubah geometri lereng dapat dilakukan dengan
cara pemotongan (resloping) dan penimbunan pada
ujung kaki (buttresing). Metoda penanggulangan ini
mempunyai prinsip mengurangi gaya dorong dari
massa tanah yang longsor dan menambah gaya
penahan dengan cara penimbunan pada ujung kaki
lereng sehingga faktor keamanan lereng dapat
bertambah.
2. Pengelolaan Air
Air tanah memegang peranan penting dalam kestabilan
lereng. Tekan pori air tanah akan mengurangi kekuatan
geser butiran yang akhirnya akan mempengaruhi
kekuatan geser suatu material.
16-July 2009

Slide 40

METODE STABILISASI
3. Perkuatan lereng
Perkuatan lereng dilakukan dengan menggunakan
peralatan dari luar bagian lereng. Dengan memasang
suatau peralatan atau bahan maka di harapkan akan
meningkatkan kekuatan geser batuan/tanah
4. Proteksi lereng
Proteksi lereng adalah suatu metode untuk
menghindari / mengurangi dampak akibat adanya
suatu ketidakstabilan. Dengan cara ini lereng yang
sudah tidak stabil kritiss dibiarkan mencar
kestabilannya sendiri namun kita menyiapkan tempat
baru untuk bidang yang akan longsor.

16-July 2009

Slide 41

Mengubah Geometri Lereng


1. Unloading & Resloping
Dalam pemilihan metoda ini harus diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
Tidak mengganggu kemantapan lereng dibawahnya.
Tidak mengganggu drainase permukaan
(pembentukan
cekungan / tangga).
Letaknya diantara bidang netral dan ujung kaki
longsoran
Pada
metode ini prinsipnya adalah mengurangi beban
area yang tidak stabil. Beberapa cara yang dilakukan
adalah dengan memindahkan material di area yang
tidak stabil sehingga di harapkan akan mengurangi
beban dan akan menjadi lebih stabil.
16-July 2009

Slide 42

Mengubah Geometri Lereng


1. Unloading & Resloping
a. Trimming Re-slope
Memotong permukaan lereng menjadi lebih landai
mengikuti sifat mekanis material. Biasanya dengan
trimming lereng akan menjadi lebih landai.
b. Scaling
Menjatuhkan material yang tidak stabil / hancuran di
permukaan lereng sehingga permukaan lereng
menjadi lebih bersih. Scaling terjadi pada batuan
yang keras dimana bisanya aktifitas penambangan
meninggalkan pecahan batuan di permukaan lereng.
16-July 2009

Slide 43

Mengubah Geometri Lereng


1. Unloading & Resloping
c. Buttresing
Mengubah geometri dengan cara penimbunan
dilakukan dengan memberikan beban berupa
timbunan pada daerah kaki yang berfungsi untuk
menambah momen perlawanan. Penanggulangan ini
hanya tepat untuk longsoran rotasi tunggal yang
massa tanahnya relatif utuh dimana bidang
putarnya terletak di dalam daerah longsoran

16-July 2009

Slide 44

METODE STABILISASI
2. Pengelolaan Air
Beberapa hal yang harus menjadi perhatian dalam
pengelolaan air :
a. Tidak membiarkan air masuk ke dalam retakan.
b. Tidak mengalirkan air secara bebas pada material yang
mudah bereaksi dengan air (clay fines material)
c. Mengurangi ketinggian air bawah permukaan dengan
penirisan jika diketahui kondisi air tanah
a. Horisontal drilling
b. Vertikal drilling

16-July 2009

Slide 45

METODE STABILISASI
3. Perkuatan lereng
Perkuatan lereng bisa dilakukan dengan beberapa;
a. Pemasangan alat
- anchor, brojong, rockbolt, geotektil / gemembran.
b. Mengubah sifat fisik / mekanis batuan
- grounting, shortcrete, bentonit
c. Stabilisasi dengan melakukan penanaman tumbuhtumbuhan dipermukaan untuk mengurangi erosi
permukaan.

16-July 2009

Slide 46

METODE STABILISASI
3. Proteksi lereng
a. Rock trap / rock containment
b. Berm / Windraw
c. Ditch / saluran
d. Retaining wall

16-July 2009

Slide 47

istila

Bench - Benches: Level-level kegiatan penambangan dengan


ketinggian tertentu Semua kegiatan peledakan dan pertambangan
akan mengikuti level-level yang telah ditentukan. Kegiatan-kegiatan
pertambangan berdasarkan pada level yang telah dipilih
dimaksudkan untuk mempertahankan kestabilan lereng tambang
permukaan.
Bench Face Angle (BFA): Sudut kemiringan lereng yang diukur dari
daerah horisontal di antara catch bench yang berurutan; lebih
dikenal dengan istilah sudut kemiringan batter. c. Catch Bench: Cut
bench pada buatan atau kemiringan tanah. Tujuan kemiringan
adalah untuk menangkap material lepas yang jatuh sehingga
material tersebut tidak terus jatuh ke kaki lerengan tanpa terhalang.
Lebar catch bench yang dianjurkan didasarkan pada simulasisimulasi kehilangan lebar catch bench sebagian akibat backbreak di
sepanjang joint set yang merembes. d. Crest: Bagian pinggir atas
suatu lereng; bagian dimana lereng bagian atas yang bertemu
dengan bench.
Interramp Slope Angle (ISA): Sudut kemiringan, yang diukur dari
daerah horisontal, di antara ramp yang berurutan atau jalan
pengangkutan (haul road). Interramp slope terdiri dari serangkaian
permukaan jenjang dan catch bench dan diukur dari crest-ke-crest
atau toe-ke-toe.
Toe: Bagian paling bawah dari lerengan; tempat dimana lereng
bawah bertemu dengan bench
OctCrest
- 2010 : Bagian paling atas dari Slide
sebuah
49
lereng; ujung dari catch

Geotechnical Rock (GTRCK) Type: Klasifikasi massa batuan


geomekanik yang dimaksudkan untuk mencerminkan perilaku yang
diharapkan dari suatu massa batuan yang terdapat pada lereng
yang dipotong (cut slope). Penentuan klasifikasi GTRCK didasarkan
terutama sekali pada persentase RQD, kekuatan batuan yang masih
utuh, dan persentase partikel-partikel berukuran clay.
Overall Slope Angle: Sudut kemiringan, yang diukur dari daerah
horisontal, di antara slope crest paling atas dan kaki lereng paling
bawah. Kemiringan secara keseluruhan terdiri dari serangkaian
catch benches, bench faces, dan ramp dan dapat memiliki segmen
interramp slope dalam jumlah banyak.
Steepening Pit Slope:Penambanhan besar sudut interamp & overall
slope dari kondisi saat ini (design sebelumnya yang
direkomendasikan).
Bench Face Angle (BFA): Sudut yang dibentuk oleh toe crest.
Bench Height: Tinggi vertikal dari atas sampai bottom bench (laintai).
Catch Bench: Suatu bidang mendatar antara crest toe.

Oct - 2010

Slide 50

Final Wall Blasting: One of the final pit wall excavation methods that
utilizes a special or modified blasting techniques with primarily targeting
to minimize the damage to the pit walls. Common final wall blasting used
for final pit wall excavation comprises of modified production blast, buffer
row blast, trim blast, pre-splitting, etc.
Final Blast Rows: one or two rows closest to the designed wall.
Production Blast Rows: Blast rows that are laid out in front of final blast rows
and usually facing out of the wall and has a free face.
Stand-off Distance: A certain distance from blast rows closest to the designed
toe of
the wall. This distance will be varying depending on the rock type forming the
slope. In
this steepening trial, the distance will be determined based on the quality
result of final
wall blasting.

Sub-Drill: Drilling depth below the designed blasting bottom.


Broken Muck: Rock or material fragmented by blasting with
explosives as a
preparatory step for loading and removal.
Back-Break: Rock broken beyond the limits of the last row of holes
marking the outer
boundary in a blast.
Cracking: Small-scale displacement in the rock caused by tension
stress, mechanical forces, vibration of blast, etc.
Oct - 2010

Slide 51

Slope Failure: Gradual or rapid downslope movement of rock forming


the slope under gravitational stress; often as a result of man-caused
factors; e.g., removal of material from the base of a slope.
Failure Material/Debris: Any surficial accumulation of loose material
detached from rock masses by alteration and mechanical means.
Over Digging: Machine (Shovel/loader) that excavates over the slope
design limit.
Under Cutting Slope: The process of cutting under the slope face/toe
with a shovel or other machines, so the slope can be shot down
readily or causing to fall.
Loose Rocks/Ground: Broken, fragmented, or loosely cemented bedrock
material that tends to slough downslope.
Scaling Face: The plucking down or Removal of loose overhanging rocks
from the bench face.
Bench Drainage: A drainage system constructed along the benches to
divert the
surface run-off out of mining area.
Back Slope: Gentle slope surfaces that tip to the wall. In bench
drainage, the back slope is commonly tipping of 1-2%.
Berm/bund: For this SOP, berm/bund is an artificial ridge of earth that is
built at the outer edge of the bench.

Oct - 2010

Slide 52

Slope Failure: Gradual or rapid downslope movement of rock forming the


slope under
gravitational stress; often as a result of man-caused factors; e.g.,
removal of material
from the base of a slope.
Slope Support: Materials placed in slope face to reinforce or to counteract
or to protect
the slope from potential rock fall and loose ground. The common
reinforcement
materials utilized are rock bolting, rock fences, wire mash.
Trenching Slope: For this SOP, trenching is a cut immediately below crest
line (2m
deep) constructed along the bench and narrow is made for utility line
Major Structure Model: Defined as resulting from geological interpretation
of major
structures based on geological bench mapping of major structures (those
individual
structures of greater than 15m continuity). The model carries no
attributes of structural thickness or mechanical character and the
position of any structure is indicative.

Oct - 2010

Slide 53

UMUM

Cost benefit curves

d o lla r s ( m illio n s )

60
50
benefits

40

slope instability c

30

net benefit

20
10
0
35

40

45

50

55

slope angle (deg)

Slide 55
Oct - 2010

Geoteknik adalah suatu ilmu kajian rekayasa


kebumian yang berkonsentrasi pada aplikasi
teknologi teknik sipil untuk konstruksi yang
melibatkan aplikasi dari material alam dan terdapat
pada atau dekat permukaan. Kajian meliputi
kondisi geologi, sifat fisik dan mekanis batuan.
Geoteknik tambang adalah aplikasi rekayasa
geoteknik pada kegiatan penambangan baik
tambang terbuka dan tambang bawah tanah.
Aplikasi geoteknik melibatkan disiplin ilmu
mekanika tanah, mekanika batuan, geologi dan
hidrologi.

Oct - 2010

Slide 56

LATAR BELAKANG
PROSES PENGGALIAN MENYEBABKAN TERJADINYA
DISTRIBUSI TEGANGAN BARU
MUNCULNYA REKAHASN AKIBAT BERKURANGNYA
TEGANGAN DI SEKITAR PENGGALIAN
REKAHAN YANG TERBUKA MENYEBABKAN
BERKURANGNYA KUAT GESER UNTUK
MEMPERTAHANKAN DIRINYA
AIRTANAH YANG LEWAT MELALUI REKAHAN
MENURUNKAN TEGANGAN NORMAL EFEKTIF PADA
BIDANG YANG BERPOTENSI RUNTUH

Oct - 2010

Slide 57

Why is Geotechnical Engineering


Important?
Mining occurs in, what can be, a hazardous
environment.
We are required to design and manage mines according
to sound design principles to minimise the risk
associated with these hazards.
Failure to do so heightens the risk of:
1. Serious injury or fatality
2. Damage to, or destruction of, plant
3. Loss of Ore
4. Diversion of equipment and resources from
production
5. Loss of corporate reputation
Oct - 2010

Slide 58

Lereng yang tidak aman


Dapat
menimbulkan
kerugian
hilangnya nyawa
manusia
Kerugian
hilangnya harta
benda
Terganggunya
kegiatan
produksi
Oct - 2010

Slide 59

LATAR BELAKANG
GEOMEKANIK
PROSES PENGGALIAN MENYEBABKAN TERJADINYA
DISTRIBUSI TEGANGAN BARU
MUNCULNYA REKAHASN AKIBAT BERKURANGNYA
TEGANGAN DI SEKITAR PENGGALIAN
REKAHAN YANG TERBUKA MENYEBABKAN
BERKURANGNYA KUAT GESER UNTUK
MEMPERTAHANKAN DIRINYA
AIRTANAH YANG LEWAT MELALUI REKAHAN
MENURUNKAN TEGANGAN NORMAL EFEKTIF PADA
BIDANG YANG BERPOTENSI RUNTUH

Oct - 2010

Slide 60

GEOTEKNIK TAMBANG
Didalam industri pertambangan, terutama tambang dengan
produksi skala besar, perencanaan tambang memegang peran
utama dari keseluruhan proses penambangan dan kajian
geoteknik memegang peranan yang sangat besar dalam segala
lini kegiatan perencanaan penambangan.

Eksplorasi

Perencanaan
Tambang

Operasional
Tambang

Pemetaan
geologi

Desain pit dan daerah


penimbunan

Model
cadangan dan
model
geteknik

Sequence
penambangan mulai
dari harian, mingguan,
bulanan, tahunan
sampai akhir umur
tambang

Oct - 2010

Slide 61

Pengolahan
Bijih

Reklamasi

Sistematika Perencanaan Tambang terdiri dari beberapa tahap


dan dilakukan proses umpan balik untuk memastikan keakuratan
perencanaan. Proses operasi terus berjalan selama umur
tambang. Selama berlangsung kegiatan penambangan, geoteknik
memegang peranan penting.
Perencanaan
Strategis
Menentukan
strategi
penambangan
berdasarkan
kepentingan
perusahaan
dan arahan
manajemen

Oct - 2010

Perencanaan
Jangka Panjang

Perencanaan
Jangka Pendek

Menterjemahkan arah
Perencanaan
strategi penambangan
harian,
menjadi target
mingguan dan
tahunan,sekaligus
bulanan.
menjaga sumberdaya
Pengawasan
sampai akhir umur
terhadap
tambang
operasi harian
Membuat perencanaan
dan
tambang tahunan
perencanaan
sampai akhir umur
harian.
tambang, kwartalan,
Penirisan
dan bulanan,
tambang,
Membuat disain pushdisain jalan,
back, melakukan
optimisasi dan
dan kontrol
menyusun biaya
terhadap
Slide
62
operasi
penimbunan

batuan

Produksi
Peledakan,
pemuatan dan
pengangkutan
material.
Dispatching
system.

Peranan geoteknik sangat penting dalam kegiatan penambangan


untuk memastikan semua kondisi kestabilan lereng, sebelum,
pada saat dan pasca kegiatan penambangan.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan:
Perencanaan Jangka Panjang (Perkiraan target untuk setiap
Pushback, disain akhir tambang, dan kapasitas alat jangka
panjang)
Situasi tambang dan produksi aktual
Kapasitas alat aktual
Jalan tambang & sistem penirisan
Jalur distribusi listrik
Kapasitas pengeboran dan peledakan
Data terbaru dari Geologi, Geotek, and Hidrologi

Oct - 2010

Slide 63

1. Metode Fellenius
Metode ini banyak digunakan untuk menganalisis
kestabilan lereng yang tersusun oleh tanah, dan
bidang gelincirnya berbentuk busur (arc-failure).
Metode Fellenius dapat digunakan pada lerenglereng dengan kondisi isotropis, non isotropis
dan berlapis-lapis. Massa tanah yang bergerak
diandaikan terdiri dari atas beberapa elemen
vertikal. Lebar elemen dapat diambil tidak sama
dan sedemikian sehingga lengkung busur di
dasar elemen dapat dianggap garis lurus.

Metode Bishop
a. Metode ini pada dasarnya sama dengan metode swedia,
tetapi dengan memperhitungkan gaya-gaya antar irisan
yang ada. Metode Bishop mengasumsikan bidang
longsor berbentuk busur lingkaran
b. Pertama yang harus diketahui adalah geometri dari
lereng dan juga titik pusat busur lingkaran bidang
luncur, serta letak rekahan
c. Untuk menentukan titik pusat busur lingkaran bidang
luncur dan letak rekahan pada longsoran busur
dipergunakan grafik Metode Bishop yang
disederhanakan merupakan metode

Metode Janbu
a. Metode ini digunakan untuk menganalisis lereng yang
bidang longsornya tidak berbentuk busur lingkaran.
b. Bidang longsor pada analisa metode janbu ditentukan
berdasarkan zona lemah yang terdapat pada massa
batuan atau tanah. Cara lain yaitu dengan
mengasumsikan suatu faktor keamanan tertentu
yang tidak terlalu rendah. Kemudian melakukan
perhitungan beberapa kali untuk mendapatkan
bidang longsor yang memiliki faktor keamanan
terendah.

Anda mungkin juga menyukai