Natalia Sitepu
Nia Sitanggang
Oneversima Lombu
Pevatriani Waruwu
Stefani Sipayung
Kontusio
Definisi
E
T
I
O
L
O
G
I
1.benturan
benda keras
2. Pukulan
3.
Tendangan/jat
uh
Patofisiologi
Kontusio terjadi akibat perdarahan di dalam
jaringan kulit, tanpa ada kerusakan kulit.
Kontusio dapat juga terjadi di mana
pembuluh darah lebih rentan rusak
dibanding orang lain. Saat pembuluh
darah pecah maka darah akan keluar dari
pembuluhnya ke jaringan, kemudian
menggumpal, menjadi Kontusio atau biru.
Kontusio memang dapat terjadi jika
sedang stres, atau terlalu lelah. Faktor
usia juga bisa membuat darah mudah
Manifestasi
klinis
a.Perdarahan pada daerah injury
(echymosis) karena rupture
pembuluhdarah kecil, juga berhubungan
dengan /raktur
b.nyeri, bengkak dan perubahan warna
c.Hiperkalemia mungkin terjadi
padakerusakan
jaringan yang luas dan kehilangan darah
yang banyak (Smeltzer & bare, 2001, hal.
2355)
Komplikasi
a.Syok
b.Hipertemi
c.osteomielitis
Penatalaksanaan
a.Tinggikan daerah injury
b.berikan kompres dingin selama 24 jam
pertama (20-30 menit setiappemberian)
untuk vasokontriksi, menurunkan edema,
dan menurunkan rasa tidak nyaman.
c.berikan kompres hangat disekitar area
injury setelah 24 jam pertama(20-30 menit)
4x sehari untuk melancarkan sirkulasi dan
absorpsi
d.lakukan pembalutan untuk mengontrol
perdarahan dan bengkak
e.Kaji status neurovaskuler pada daerah
Strain
Defenisi
Strain
Strain
Etiologi
Pergerakan yang terlalu cepat atau tidak
disengaja serta meliputi pukulan, tendangan,
trauma, gerakan menjepit, dan gerakan
memutar (Suratun, 2008)
Patofisiologi
Strain dapat mencakup robekan atau rupture
jaringan. Inflamasi terjadi pada cidera otot atau
tendon yang menyebabkan nyeri dan pembengkakan
jaringan. Strain adalah kerusakan jaringan otot
karena teroma langsung (infact) atau tidak langsung
(overloading). Cedera ini terjadi akibat otot tertarik
pada area yang salah, kontraksi otot yang berlebihan
atau ketika terjadi kontraksi,otot belum siap, terjadi
pada bagian groin muscles (otot pada kunci paha),
hamstring (otot pada bagian bawah), dan otot
guadriceps. Fleksibilitas otot yang baik bisa
menghindarkan daerah sekitar cedera memar dan
membengkak. (smeltzer,2001)
Manifestasi klinik
Nyeri mendadak,
Nyeri tekan lokal,
Kontraksi isometrik,
Bengkak pada persendian yang terkena,
Memar atau kemerahan lokal.
(Suratun, 2008)
Klasifikasi
Derajat 1 :
Diidentifikasi oleh otot spasme yang tidak nyaman,
kehilangan Range of Motion, (ROM), tidak terjadi
edema atau ekimosis, dan dipengaruhi oleh unit
muskulus tendonius.
Derajat 2 :
Diidentifikasi oleh otot spasme yang ekstrem, terasa
sakit, ada edema yang dapat langsung terjadi
setelah kecelakaan, yang kemudian menjadi gejala
akut. Ekimosis dapat terjadi hanya beberapa jam
saja. Tipe ini dipengaruhi oleh unit muskulus
tendonius.
Cont ..
Derajat 3 :
Diidentifikasi oleh otot spasme, edema
langsung dapat terjadi setelah kecelakaan.
Dapat tiba-tiba terjadi yang dapat disebabkan
oleh kebakaran dan dapat langsung
dirasakan, hasilnya sangat dibatasi ROM dari
spasme tersebut. Derajat ini biasanya ruptur
sempurna oleh unit muskulus tendonius.
(Suratun, 2008)
Penatalaksanaan
Meninggikan bagian yang sakit untuk mengontrol
pembengkakan.
2. Istirahat, mencegah cedera tambahan, dan
mempercepat penyembuhan.
3. Pemberian kompres dingin selama 20-30 menit.
Selama 24-48 jam pertama setelah cedera dapat
menyebabkan vasokontriksi yang akan mengurangi
perdarahan, edema, dan ketidaknyamanan.
4. Pemasangan balut tekan elastis dapat mengontrol
perdarahan, mengurangi edema, dan menyokong
jaringan yang cedera.
(Suratun, 2008)
1.
Cont ..
Status neuromuskular ektremitas yang
cedera dipantau sesering mungkin.
6. Pembedahan jika ada sobekan serabut otot
dan terputusnya ligamen.
7. Imobilisasi dengan gips.
8. Latihan aktif dan pasif progresif boleh
dimulai dalam 3-5 hari.
(Suratun, 2008)
5.
Sprain
Defenisi
Klasifikasi
Manifestasi klinis
Nyeri tekan
Edema
Derajat nyeri meningkat selama 2-3 jam
akibat pembengkakandan pendarahan yang
terjadi
(Suratun, 2008)
Penatalaksanaan
Pengobatan memar, strain, dan keseleo terdiri
dari beristirahat dan mengangkat bagian yang
sakit, menerapkan dingin, dan menggunakan
perban kompresi. (Singkatan RICE-istirahat, es,
kompresi, elevasi-sangat membantu untuk
mengingat intervensi pengobatan.) Istirahat
mencegah cedera tambahan dan meningkatkan
penyembuhan. aplikasi intermiten kemasan
dingin lembab atau kering selama 20 sampai 30
menit selama 24 sampai 48 jam setelah cedera
menghasilkan vasokonstriksi, yang menurunkan
perdarahan, edema, dan ketidaknyamanan.
(Smeltzer, 2010)
Biodata.
Keluhan utama : keterbatasan aktivitas, gangguan
sirkulasi, rasa nyeri, dan gangguan neurosensori.
Riwayat perkembangan.
Riwayat kesehatan masa lalu.
Riwayat kesehatan sekarang.
Pemeriksaan fisik : keadaan umum dan kesadaran,
keadaan integumen (kulit, kuku), keadaan
muskuloskeletal (bentuk tubuh, tingkat kekuatan atau
ketahanan, pergerakan, keseimbangan), kardiovaskular
(hipertensi, takikardia), neurologis (spasme otot,
kebas/kesemutan), keadaan ekstremitas, dan
hematologi.
Cont ..
Riwayat psikososial.
8. Pemeriksaan diagnostik : rontgen untuk
mendeteksi lokasi/luas, CT scan, MRI,
arteriogram, darah lengkap, dan kreatinin.
9. Pola kebiasaan sehari-hari atau hobi.
(Suratun, 2008)
7.
Diagnosa
NIC: Pain
Management
Keseimbangan (5)
Koordinasi (5)
Berjalan (5)
Dislokasi
Defenisi
Dislokasi adalah pindahnya permukaan sentuh tulang
yang menyusun sendi. Cedera ini dihasilkan oleh gaya
yang menyebabkan sendi melampui batas normal
anatomisnya. (Helmi,2012).
Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala utama pada dislokasi
secara umum, meliputi hal-hal sebagai
berikut
Etiologi
1. Biasanya
disebabkan oleh
trauma atau tenaga
fisik (Mutaqin,2008).
2. Genetik
3. Hormonal
4. Malposisi
intrauterine
5. Faktor pasca
kelahiran dari
pertolongan persalinan
Patofisiologi
Diantara sendi-sendi adalah salah satu yang paling
sering berdislokasi. Hal ini akibat beberapa faktor,
yaitu dangkalnya mangkuk sendi, besarnya rentang
gerakan, keadaan yang mendasari, misalnya
ligamentosa yang longgar atau diplasia glenoid, dan
mudahnya sendi itu terserang selama aktivitas yang
penuh tekanan pada tungkai atas maupun tungkai
bawah. (Helmi,2012).
Klasifikasi Dislokasi :
Dislokasi Hip
Dislokasi lutut
Dislokasi patela
Dislokasi
pergelangan kaki
Dislokasi bahu
Dislokasi siku
(Helmi,2012)
Pemeriksaan Diagnostik
Ct-Scan
Penatalaksanaan
h.
1. Pengkajian Dislokasi
a.
c.
deformitas
e. Rasa nyaman (nyeri) : Pasien dengan dislokasi
biasanya mengeluhkan nyeri pada bagian
dislokasi
Diagnosa Keperawatan
1.
2.
Intervensi Keperawatan
No.
DP
1.
NOC
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selamax24
jam klien tidak penurunan
respon nyeri ekstremitas.
dengan kriteria hasil:
secara subjektif klien
mengatakan penurunan rasa
nyeri
secara objektif didapatkan
TTV dalam batas normal dan
wajah rileks
NIC
1. Atur posisi fisiologis.
2. istirahat klien.
3. Ajarakan teknik teknik
relaksasi
pernafasan dalam.
4. Ajarkan teknik distraksi
pada saat
nyeri.
5. Lakukan manajemen
sentuhan.
6. Lingkungan tenang dan
batasi
pengunjung.
No.
DP
2
NOC
NIC
1. Memfokuskan perhatian,
meningkatkan rasa kontrol
diri/harga diri, membantu
menurunkan isolasi sosial.
2. Meningkatkan sirkulasi
darah muskuloskeletal,
mempertahankan tonus
otot, mempertahakan gerak sendi, mencegah kontraktur/atrofi dan mencegah reabsorbsi kalsium
karena imobilisasi.
3. Meningkatkan kemandiri-an
klien dalam perawatan diri
sesuai kondisi keterbatasan
klien.
4.Menurunkan insiden
komplikasi kulit dan
pernapasan (dekubitus,
atelektasis, penumonia)
5. Mempertahankan hidrasi
adekuat, men-cegah
Daftar Pustaka