Anda di halaman 1dari 41

Asuhan keperawatan pasien

muskuloskeletal: kontusio, strain,


sprain dan dislokasi
Kelompok 4
1. Anna Waruwu
2. Iman Gulo
3. Josephine Lombu
4. Mawarta Tarigan
5.
6.
7.
8.
9.

Natalia Sitepu
Nia Sitanggang
Oneversima Lombu
Pevatriani Waruwu
Stefani Sipayung

Kontusio

Definisi

Kontusio adalah cedera pada


jaringan lunak, diakibatkan oleh
kekerasan tumpul (mis. Pukulan,
tendangan, atau jatuh).
Terputusnya banyakpembuluh
darah kecil yang terjadi
mengakibatkan perdarahan ke
jaringan lunak (ekimosis,memar).
Hematoma terjadi bila perdarahan

E
T
I
O
L
O
G
I

1.benturan

benda keras
2. Pukulan
3.

Tendangan/jat
uh

Patofisiologi
Kontusio terjadi akibat perdarahan di dalam
jaringan kulit, tanpa ada kerusakan kulit.
Kontusio dapat juga terjadi di mana
pembuluh darah lebih rentan rusak
dibanding orang lain. Saat pembuluh
darah pecah maka darah akan keluar dari
pembuluhnya ke jaringan, kemudian
menggumpal, menjadi Kontusio atau biru.
Kontusio memang dapat terjadi jika
sedang stres, atau terlalu lelah. Faktor
usia juga bisa membuat darah mudah

Endapan sel darah pada jaringan


kemudian mengalami fagositosis
dan didaurulang oleh makrofaga.
Warna biru atau unguyang terdapat
pada kontusio merupakan hasil
reaksi konversi dari hemoglobin
menjadi bilirubin. Lebih lanjut
bilirubin akan dikonversi menjadi
hemosiderin yang berwarna
kecoklatan. Tubuh harus
mempertahankan agar darah tetap
berbentuk cairan dan tetap

Manifestasi
klinis
a.Perdarahan pada daerah injury
(echymosis) karena rupture
pembuluhdarah kecil, juga berhubungan
dengan /raktur
b.nyeri, bengkak dan perubahan warna
c.Hiperkalemia mungkin terjadi
padakerusakan
jaringan yang luas dan kehilangan darah
yang banyak (Smeltzer & bare, 2001, hal.
2355)

Komplikasi
a.Syok
b.Hipertemi
c.osteomielitis

Penatalaksanaan
a.Tinggikan daerah injury
b.berikan kompres dingin selama 24 jam
pertama (20-30 menit setiappemberian)
untuk vasokontriksi, menurunkan edema,
dan menurunkan rasa tidak nyaman.
c.berikan kompres hangat disekitar area
injury setelah 24 jam pertama(20-30 menit)
4x sehari untuk melancarkan sirkulasi dan
absorpsi
d.lakukan pembalutan untuk mengontrol
perdarahan dan bengkak
e.Kaji status neurovaskuler pada daerah

Strain

Defenisi

Strain

adalah luka pada beberapa ligamen


yang saling berhubungan dan tetap pada
tempatnya, sedangkan terkilir adalah ligamen
yang tertarik (Griffith Winter, 1994 dalam
Suratun, 2008)

Strain

adalah trauma yang mengenai otot


atau tendon yang disebabkan oleh kelebihan
pemanasan atau kelebihan ekstensi (Black
Joyce, 1993 dalam Suratun, 2008)

Etiologi
Pergerakan yang terlalu cepat atau tidak
disengaja serta meliputi pukulan, tendangan,
trauma, gerakan menjepit, dan gerakan
memutar (Suratun, 2008)

Patofisiologi
Strain dapat mencakup robekan atau rupture
jaringan. Inflamasi terjadi pada cidera otot atau
tendon yang menyebabkan nyeri dan pembengkakan
jaringan. Strain adalah kerusakan jaringan otot
karena teroma langsung (infact) atau tidak langsung
(overloading). Cedera ini terjadi akibat otot tertarik
pada area yang salah, kontraksi otot yang berlebihan
atau ketika terjadi kontraksi,otot belum siap, terjadi
pada bagian groin muscles (otot pada kunci paha),
hamstring (otot pada bagian bawah), dan otot
guadriceps. Fleksibilitas otot yang baik bisa
menghindarkan daerah sekitar cedera memar dan
membengkak. (smeltzer,2001)

Manifestasi klinik
Nyeri mendadak,
Nyeri tekan lokal,
Kontraksi isometrik,
Bengkak pada persendian yang terkena,
Memar atau kemerahan lokal.
(Suratun, 2008)

Klasifikasi

Derajat 1 :
Diidentifikasi oleh otot spasme yang tidak nyaman,
kehilangan Range of Motion, (ROM), tidak terjadi
edema atau ekimosis, dan dipengaruhi oleh unit
muskulus tendonius.
Derajat 2 :
Diidentifikasi oleh otot spasme yang ekstrem, terasa
sakit, ada edema yang dapat langsung terjadi
setelah kecelakaan, yang kemudian menjadi gejala
akut. Ekimosis dapat terjadi hanya beberapa jam
saja. Tipe ini dipengaruhi oleh unit muskulus
tendonius.

Cont ..
Derajat 3 :
Diidentifikasi oleh otot spasme, edema
langsung dapat terjadi setelah kecelakaan.
Dapat tiba-tiba terjadi yang dapat disebabkan
oleh kebakaran dan dapat langsung
dirasakan, hasilnya sangat dibatasi ROM dari
spasme tersebut. Derajat ini biasanya ruptur
sempurna oleh unit muskulus tendonius.
(Suratun, 2008)

Penatalaksanaan
Meninggikan bagian yang sakit untuk mengontrol
pembengkakan.
2. Istirahat, mencegah cedera tambahan, dan
mempercepat penyembuhan.
3. Pemberian kompres dingin selama 20-30 menit.
Selama 24-48 jam pertama setelah cedera dapat
menyebabkan vasokontriksi yang akan mengurangi
perdarahan, edema, dan ketidaknyamanan.
4. Pemasangan balut tekan elastis dapat mengontrol
perdarahan, mengurangi edema, dan menyokong
jaringan yang cedera.
(Suratun, 2008)
1.

Cont ..
Status neuromuskular ektremitas yang
cedera dipantau sesering mungkin.
6. Pembedahan jika ada sobekan serabut otot
dan terputusnya ligamen.
7. Imobilisasi dengan gips.
8. Latihan aktif dan pasif progresif boleh
dimulai dalam 3-5 hari.
(Suratun, 2008)
5.

Sprain

Defenisi

Sprain adalah cedera struktur ligamen di


sekitar sendi akibat gerakan menjepit atau
memutar (Suratun, 2008)

Klasifikasi

Terkilir tingkat pertama disebabkan oleh peregangan


ligamen yang serat , mengakibatkan kerusakan
minimum . Hal ini diwujudkan dengan edema ringan ,
nyeri lokal , dan rasa sakit yang ditimbulkan saat sendi
digerakkan .
Terkilir tingkat dua melibatkan merobek sebagian
ligamen . Yang menghasilkan peningkatan edema ,
nyeri , nyeri dengan gerakan , ketidakstabilan sendi ,
dan hilangnya sebagian fungsi sendi yang normal .
Derajat tiga keseleo terjadi ketika ligamen benar-benar
robek atau pecah . Terkilir tingkat ketiga juga dapat
menyebabkan avulsion tulang . Gejala termasuk sakit
parah , nyeri , peningkatan edema , dan abnormal
gerak sendi . (smeltzer, 2010)

Manifestasi klinis
Nyeri tekan
Edema
Derajat nyeri meningkat selama 2-3 jam
akibat pembengkakandan pendarahan yang
terjadi
(Suratun, 2008)

Penatalaksanaan
Pengobatan memar, strain, dan keseleo terdiri
dari beristirahat dan mengangkat bagian yang
sakit, menerapkan dingin, dan menggunakan
perban kompresi. (Singkatan RICE-istirahat, es,
kompresi, elevasi-sangat membantu untuk
mengingat intervensi pengobatan.) Istirahat
mencegah cedera tambahan dan meningkatkan
penyembuhan. aplikasi intermiten kemasan
dingin lembab atau kering selama 20 sampai 30
menit selama 24 sampai 48 jam setelah cedera
menghasilkan vasokonstriksi, yang menurunkan
perdarahan, edema, dan ketidaknyamanan.
(Smeltzer, 2010)

Pengkajian Kontusio, Strain dan Sprain


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Biodata.
Keluhan utama : keterbatasan aktivitas, gangguan
sirkulasi, rasa nyeri, dan gangguan neurosensori.
Riwayat perkembangan.
Riwayat kesehatan masa lalu.
Riwayat kesehatan sekarang.
Pemeriksaan fisik : keadaan umum dan kesadaran,
keadaan integumen (kulit, kuku), keadaan
muskuloskeletal (bentuk tubuh, tingkat kekuatan atau
ketahanan, pergerakan, keseimbangan), kardiovaskular
(hipertensi, takikardia), neurologis (spasme otot,
kebas/kesemutan), keadaan ekstremitas, dan
hematologi.

Cont ..
Riwayat psikososial.
8. Pemeriksaan diagnostik : rontgen untuk
mendeteksi lokasi/luas, CT scan, MRI,
arteriogram, darah lengkap, dan kreatinin.
9. Pola kebiasaan sehari-hari atau hobi.
(Suratun, 2008)
7.

Diagnosa

Nyeri akut b.d. Spasme, edema otot,


kerusakan jaringan
Hambatan Mobilitas Fisik b.d. Kerusakan
jaringan

Intervensi Dx 1 Nyeri Akut


NOC : Pain Control
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24jam,
makadiharapkan nyeri dapat teratasi
dengan kriteria hasil:

Menyatakan nyeri terkontrol (5)

Dapat mendeskripsikan faktor


penyebab (5)

Menggunakan teknik nonanalgesik (5)

Melaporkan perubahan nyeri kepada


tenaga kesehatan (5)

NIC: Pain
Management

Kaji nyeri secara komperehensif termasuk


lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas atau keparahan nyeri dan faktor
pemicu

Kaji faktor yang memperberat nyeri

Kaji pengetahuan pasien tentang nyeri

Gunakan terapi komunikasi terapeutik untuk


mengetahui pengalaman nyeri pasien

Kontrol faktor lingkungan yang dapat


mempengaruhi respon ketidaknyamanan pada
pasien

Ajarkan pasien menggunakan tehnik


nonfarmakologikal (seperti hypnosis, relaksasi,
terapi musik,terapi aktifitas)

Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan


menyediakan dukungan

Sediakan informasi tentang nyeri termasuk


penyebab nyeri, berapa lama nyeri
berlangsung dan antisipasi ketidaknyamanan

Kolaborasi dengan pasien dan tenaga


kesehatan untuk mengimplementasikan teknik
nonfarmakologikal

Kolaborasi dalam pemberian analgetik

Intervensi Dx 2 Hambatan Mobilitas Fisik


NOC : mobility
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24jam, maka
diharapkan hambatan mobilitas fisik
dapat teratasi dengan kriteria hasil:

Keseimbangan (5)

Koordinasi (5)

Kemampuan berpindah (5)

Berjalan (5)

NIC: body mechanics


promotion

Tentukan pengetahuan pasien tentang


abnormalitas muskuloskeletal dan efek
potensial dari postur dan jaringan otot

Tentukan pengetahuan pasien dari mekanik


tubuh dan latihan

Bantu pasien untuk melakukan pemanasan


sebelum melakukan aktivitas atau pekerjaan

Instruksikan pasien tentang kebutuhan


postur tubuh yang benar untuk mencegah
kelelahan atau injury

Instruksikan pasien bagaimana postur dan


mekanik tubuh untuk mencegah injury ketika
melakukan aktifitas fisik

Demonstrasikan bagaiman cara berjalan


dengan menggunakan kaki secara bergantian
ketika berdiri

Instruksikan pasien untuk memindahkan kaki


terlebih dahulu, lalu tubuh ketika berjalan
membelok dari posisi berdiri

Kolaborasi dengan fisioterapi untuk


mengembangkan rencana promosi mekanik
tubuh

Dislokasi

Defenisi
Dislokasi adalah pindahnya permukaan sentuh tulang
yang menyusun sendi. Cedera ini dihasilkan oleh gaya
yang menyebabkan sendi melampui batas normal
anatomisnya. (Helmi,2012).

Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala utama pada dislokasi
secara umum, meliputi hal-hal sebagai
berikut

Nyeri pada sendi


Deformitas pada persendian
Gangguan gerakan sendi
Pembengkakan sendi (Helmi,2012)

Etiologi
1. Biasanya
disebabkan oleh
trauma atau tenaga
fisik (Mutaqin,2008).
2. Genetik
3. Hormonal
4. Malposisi
intrauterine
5. Faktor pasca
kelahiran dari
pertolongan persalinan

Patofisiologi
Diantara sendi-sendi adalah salah satu yang paling
sering berdislokasi. Hal ini akibat beberapa faktor,
yaitu dangkalnya mangkuk sendi, besarnya rentang
gerakan, keadaan yang mendasari, misalnya
ligamentosa yang longgar atau diplasia glenoid, dan
mudahnya sendi itu terserang selama aktivitas yang
penuh tekanan pada tungkai atas maupun tungkai
bawah. (Helmi,2012).

Klasifikasi Dislokasi :
Dislokasi Hip
Dislokasi lutut
Dislokasi patela
Dislokasi
pergelangan kaki
Dislokasi bahu
Dislokasi siku
(Helmi,2012)

Pemeriksaan Diagnostik

Ct-Scan

USG dupleks (Helmi,2012)

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan dislokasi secara umum adalah sebagai


berikut :
Lakukan reposisi segera ; dislokasi sendi kecil dapat
direposisi dengan atau tanpa anastesi, misalnya : dislokasi
siku, dislokasi bahu,dan dislokasi jari. Sementara itu, pada
dislokasi sendi besar, misalnya panggul memerlukn anestesi
umum.
Imobilasasi pasca-reposisi
Latihan fisik ; fisioterapi harus segera dimulai untuk
mempertahankan fungsi otot dan latcher (exercise) yang aktif
dapat diawali secara dini untuk mendorong gerakan sendi
yang penuh, khususnya pada sendi bahu (Helmi,2012)

f. Gerak dan aktivitas :


Pasien dengan dislokasi
dimana sendi tidak berada
ditempatnya semula harus
dimobilisasi.
g. Makan dan minum :
pasien yang mengalami
dislokasi terutama pada
rahang sehingga klien
mengalami kesulitan
mengunyah dan menelan.

h.

Rasa aman (ansietas) : klien dengan


dislokasi tentunya mengalami
gangguan rasa aman atau cemas
dengan kondisinya.

1. Pengkajian Dislokasi
a.

Identitas klien meliputi nama,

d. Pemeriksaan fisik : pada penderita dislokasi


pemeriksaan fisik yang diutamakan nyeri,

jenis kelamin, umur, alamat,


agama, bahasa yang dipakai,
status perkawinan, pendidikan,
pekerjaan, asuransi, gol.darah,
no.register, tanggla MROS,
diagnosa medis
b.

Riwayat penyakit sekarang

c.

Riwayat penyakit dahulu

deformitas
e. Rasa nyaman (nyeri) : Pasien dengan dislokasi
biasanya mengeluhkan nyeri pada bagian
dislokasi

Diagnosa Keperawatan
1.

Nyeri akut b.d Agen cedera

2.

Hambatan mobilitas fisik b.d deformitas

Intervensi Keperawatan
No.
DP
1.

NOC
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selamax24
jam klien tidak penurunan
respon nyeri ekstremitas.
dengan kriteria hasil:
secara subjektif klien
mengatakan penurunan rasa
nyeri
secara objektif didapatkan
TTV dalam batas normal dan
wajah rileks

NIC
1. Atur posisi fisiologis.
2. istirahat klien.
3. Ajarakan teknik teknik
relaksasi
pernafasan dalam.
4. Ajarkan teknik distraksi
pada saat
nyeri.
5. Lakukan manajemen
sentuhan.
6. Lingkungan tenang dan
batasi
pengunjung.

No.
DP
2

NOC

NIC

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan selamax24
jam diharapkan:
1. Pertahankan pelaksanaan
akti- vitas rekreasi
terapeutik (radio, koran,
kunjungan teman/
keluarga) sesuai keadaan
klien.
2. Bantu latihan rentang
gerak pasif aktif pada
ekstremitas yang sakit
maupun yang sehat sesuai
keadaan klien.
3.Bantu dan dorong
perawatan diri
(kebersihan/makan/elimina
si) se- suai keadaan klien.
4.Ubah posisi secara
periodik sesuai keadaan
klien.
7. Kolaborasi pelaksanaan

1. Memfokuskan perhatian,
meningkatkan rasa kontrol
diri/harga diri, membantu
menurunkan isolasi sosial.
2. Meningkatkan sirkulasi
darah muskuloskeletal,
mempertahankan tonus
otot, mempertahakan gerak sendi, mencegah kontraktur/atrofi dan mencegah reabsorbsi kalsium
karena imobilisasi.
3. Meningkatkan kemandiri-an
klien dalam perawatan diri
sesuai kondisi keterbatasan
klien.
4.Menurunkan insiden
komplikasi kulit dan
pernapasan (dekubitus,
atelektasis, penumonia)
5. Mempertahankan hidrasi
adekuat, men-cegah

Daftar Pustaka

Suratun. 2008. Seri Asuhan Keperawatan Klien


Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2010. Brunner & Suddarths
Textbook of Medical Surgical Nursing. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta: EGC
Bulechek, Gloria M. 2013. Nursing Intervention
Classification (NIC). United States of America: Elsevier
Herdman, T. Heather. 2012. Nursing Diagnoses:
Definitions & Classification 2012-2014. Jakarta: EGC
Moorhead, Sue. 2013. Nursing Outcomes Classification
(NOC). United States of America: Elsevier

Anda mungkin juga menyukai