Anda di halaman 1dari 37

CSS : Trauma

kapitis
Preseptor : dr. Arief
Disusun Oleh
Ravanno Fanizza
Badruddin Yusuf
Reisya Gina
SMF ILMU BEDAH P3D UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG- RS AL-IHSAN
BALEENDAH
2014

Anatomi

Kulit Kepala (Scalp)

Kulit kepala terdiri dari 5 lapisanyang disebut


SCALP yaitu:

a. Skin atau kulit

b. Connective Tissue atau jaringan penyambung

c. Aponeurosis atau galea aponeurotika yaitu jaringan


ikat yang berhubungan langsung dengan tengkorak

d. Loose areolar tissue atau jaringan penunjang


longgar

e. Perikarnium

Tulang Tengkorak

Otak

Cerebrospinal

Fisiologi
Tekanan Intrakranial
Berbagai proses patologis yang mengenai

otak
dapat
mengakibatkan
kenaikan
tekanan intrakranial
TIK normal pada saat istirahat kira-kira 10
mmHg (136 mmH2O)
TIK > 20 mmHg tidak normal
TIK > 40 mmHg TIK berat.
Semakin tinggi TIK setelah cedera kepala,
semakin buruk prognosisnya.

Doktrin Monro-Kellie

GCS
Respon Mata

1 tahun

0-1 tahun

Membuka mata spontan

Membuka mata spontan

Membuka mata oleh perintah

Membuka mata oleh teriakan

Membuka mata oleh nyeri

Membuka mata oleh nyeri

Tidak membuka mata

Tidak membuka mata

Respon Motorik

1 tahun

0-1 tahun

Mengikut perintah

Belum dapat dinilai

Melokalisasi nyeri

Melokalisasi nyeri

Menghindari nyeri

Menghindari nyeri

Fleksi abnormal (decortisasi)

Fleksi abnormal (decortisasi)

Ektensi abnormal (deserebrasi)

Ektensi abnormal (deserebrasi

Tidak ada respon

Tidak ada respon

Respon Verbal

>5tahun

2-5 tahun

0-2 tahun

Orientasi baik dan mampu


berkomunikasi

Menyebutkan kata-kata yang sesuai

Menangis kuat

Disorientasi tapi mampu


berkomunikasi

Menyebutkan kata-kata yang tidak


sesuai

Menangis lemah

Menyebutkan kata-kata yang tidak


sesuai (kasar, jorok)

Menangis dan menjerit

Kadang-kadang menangis/ menjerit


lemah

Mengeluarkan suara

Mengeluarkan suara lemah

Mengeluarkan suara lemah

Tidak ada respon

Tidak ada respon

Tidak ada respon

Berdasarkan nilai GCS trauma kapitis dapat dibagi atas :


Kategori

GCS

Gambaran klinik

Skening Otak

Trauma kapitis ringan

13-15

Pingsan 10 menit, defisit


neurologis (-)

Normal

Trauma kapitis sedang

9-12

Pingsan > 10 menit s/d 6 jam,


defisit neurologis (+)

Abnormal

Trauma kapitis berat

3-8

Pingsan > 6 jam, defisit neurologis


(+)

Abnormal

Klasifikasi

Commutio Cerebri (gegar otak)

Gangguan fungsi otak traumatik yang mendadak, bersifat


sementara tanpa kelainan patologis yang nyata pada jaringan
otak

Diagnosa
Riwayat trauma kepala
Hilang kesadaran < 30 menit (rata-rata 10-15 menit)
Disertai keluhan subjektif berupa rasa mual, muntah, pusing
Disertai atau tanpa amnesia retrograd/anterograd tidak lebih
dari 1 jam
Refleks patologis (-)
Tidak ada lesi struktural pada otak observasi dan
konservasi saja, karena tidak ada defisit neurologis

Mekanisme Trauma

Penderita
tertabrak
mobil,
terpelanting,
kepala
bagian
depan
terbentur
aspal

langsung pingsan.
Penderita dipukul dari belakang.
Kepala dalam keadaan diam
dipukul kerusakan besar.
Lesi bentur lebih hebat dari lesi
kontra. Bila terbentur di dahi tapi
occipital lbh parah kemungkinan
jatuh terpelanting

Tidak ada lucide interval

Setelah sadar penderita merasa


pusing, mual, muntah, ada darah
keluar dari hidung, mata, telinga.

Pemeriksaan Fisik

Periksa :

Tanda vital

Luka-luka di tempat lain

Periksa nn. Craniales n.


VII & VIII yg sering

Refleks Babinsky &


Chaddock

Lumpuh jarang

Rontgen & EEG

Tatalaksana

Perawatan
Bed rest hingga semua
keluhan hilang
Mobilisasi
berangsurangsur
observasi paling sedikit 2 x
24
jam
terhadap
kesadaran, tekanan darah,
nadi, pernafasan, gejala
tekanan
intrakranial
meningkat,
defisit
neurologis yang timbul
progresif, pupil mata
Pasien
pingsan
harus
dirawat, EEG & rontgen

Medikamentosa

Pengobatan
terhadap
luka
perdarahan dengan antibiotik
pencegahan :

Antikoagulan

Ampisilin/amoksisilin

Tetrasiklin

ATS profilaksis

dan
untuk

Hemostatistika :

Karbasokrom Na-sulfonat (adona AC


17)

Asam treneksamat

Vit. B1, B6 dan B12 untuk neurologis

Obat encephalotropik

Pengobatan
simptomatik,
diperlukan
pada
terpaksa/sangat diperlukan :

Analgetika .

Antimuntah

Tranquilizer : diazepam

hanya
keadaan

Prognosa
Sembuh sempurna
Sembuh dengan gejala sisa berupa Sindroma

Cerebral Post Traumatika, meliputi :

Neurosis post traumatika

Gangguan emosi, intelektual dan kecerdasan

Cephalgia/pusing/vertigo

Epilepsi

Gejala tersebut timbul segera setelah trauma

kapitisnya sembuh atau dapat juga jauh


sesudahnya.

Contusio Cerebri (memar


otak)

Gangguan fungsi otak traumatik yang disertai kelainan patologis


yang nyata pada jaringan otak

Patofisiologi

Kompresi yang mengakibarkan perubahan tekanan di dalam ruang


tengkorak

Tension yang menimbulkan pergeseran (proses akselerasi dan


deselerasi) isi tengkorak dg akibat :
Cedera aksonal difus
Cedera polaris yang menyebabkan laserasi otak
Putusnya bridging veins

Shear, menyebabkan distorsi mendadak sehingga banyak pembuluh


darah dan saraf yang rusak.

Bentuk Klinik
Secara klinis dapat dijumpai 3
bentuk :

Contusio ringan

Contusio sedang

Contusio berat, bahkan pada


keadaan yg sangat berat dapat
segera
diakhiri
dengan
kematian.

Pemeriksaan Penunjang

LCS
mengandung
darah/xanthochrom

EEG abnormal

Rontgen kepala sering dijumpai


fraktur kranii

CT-scan otak dapat dilihat


adanya edema otak/perdarahan

Diagnosa

Riwayat trauma kepala

Hilang kesadaran > 30


menit,
dapat
beberapa
jam,
hari,
minggu,
tergantung derajat berat
trauma

Keluhan subjektif (+)

Disertai amnesia, biasanya


> 1 hari dan pada keadaan
yang sangat hebat dapat >
7 hari.

Dijumpai defisit neurologis,


berupa refleks patologis
(+)

Tatalaksana

Perawatan

Bed rest total, dan lamanya


tergantung keadaan klinis. Bila
keadaan membaik, mobilisasi
berangsur.
Perawatan
juga
dilakukan terhadap luka/fraktur
yang ada. Selama perawatan
perhatian ditujukan pada :

Sistem kardiovaskuler

Sistem respirasi

Menjaga
keseimbangan
cairan elektrolit.

Nutrisi

Infeksi

Medikamentosa

Terapi steroid

Pemberian transquilizer (bila perlu) &


analgetik harus hati-hati beri yg
ringan saja. Jangan lebih kuat dari
parasetamol

Terapi osmotik

Untuk efek dehidrasi serebral, dapat


diberikan

Manitol 20%, dapat diulang sesuai


kebutuhan

Gliserol 10% dalam larutan NaCl


0,9%

Terapi diuretika

Terapi homeostatistika

Terapi simptomatik

Terapi profilaksis thdp infeksi

Neurotropik
vitamin
dan
encephalotropics drugs

Terapi Suportif

Komplikasi
edema serebri bertambah hebat
herniasi
Prognosa
Tergantung berat-ringan trauma
Sembuh sempurna
Meninggal dunia akibat kerusakan otak difus dan
permanen
Memberikan gejala sisa, baik gejala neurofisik atau
neuropsikologik
Jarang menimbulkan sindroma serebral post
traumatik

Hematome Epidural

Hematom yang terbentuk karena perdarahan yg

terjadi antara tulang tengkorak (tabula interna)


dan
duramater
(duramater
meningealis),
waktunya lebih singkat ( 3 jam) dibanding
hematom subdural.

Patofisiologi
Perdarahan

di sini paling sering disebabkan


pecahnya a.meningea media akibat trauma
kepala area temporoparietal yg biasanya disertai
fraktur linier horizontal.

Diagnosa

Riwayat trauma kepala

lucid interval, beberapa jam/hari


(tidak lebih dari 3 hari)

Lalu disusul dg penurunan


kesadaran

gejala fokal serebral


progresif/gejala lateralisasi spt
papil anisokor (midriasis
homolateral), kejang, defisit
neurologis spt hemipharese
kontralateral dan refleks patologis
(+)

Dilanjutkan dg peninggian
tekanan intrakranial dg tandatanda : cephalgia, mual, muntah,
pharese n.VI dupleks, papil
edema.

Pemeriksaan Penunjang

LCS jernih dg tekanan


meninggi

EEG normal

Rontgen kepala sering


ditemui fraktur linier pada
sisi hematom

hematom berupa area


avaskuler berbentuk
konveks/semilunair/bulan
sabit

Tata Laksana
Begitu diagnosa ditegakkan segera kirim ke bagian
bedah syaraf untuk tindakan operatif segera.
Komplikasi
herniasi
Prognosa
Mortalitas hampir 100%

Hematome Subdural

Hematom yang terbentuk karena perdarahan yg


terjadi antara duramater dan arakhnoid (di dalam
ruang sub arakhnoid), waktunya lebih panjang jd
msh ada wkt untuk pengobatan/operasi.

Patofisiologi

Hematom terbentuk secara perlahan-lahan bahkan


dapat lama disebabkan robeknya bridging veins (vena)
akibat trauma kepala terutama daerah frontoparietal,
yg bisa meluas ke daerah temporal atau oksipital.

Gejala klinik timbul bila hematom cukup besar dan


telah mengadakan pendesakan thdp otak.

Bentuk Klinik
Hematom subdural akut
(lucid interval 1-3 hari)
Hematom subdural subakut
(lucid interval 1-2 minggu)
Hematom subdural kronis
(lucid interval > 2 minggu)

Diagnosa
Mirip dengan epidural.
Bedanya perjalanan
penyakitnya lebih lama,
dapat beberapa hari,
minggu, bulan atau lebih
lama lagi.

Pemeriksaan Penunjang
LCS jernih dg tekanan
meninggi mengandung
darah/xantochrom
EEG abnormal, tampak
perlambatan fokal
sampai difus
Rontgen kepala adanya
pergeseran dari
glandula Pincalis
Arteriografi karotis
terlihat hematom
berupa area avaskuler
berbentuk bikonveks
antara jaringan otak
dan tulang kranium

Subdural CT-Scan

Komplikasi

Jika diagnosa dapat segera ditegakkan dan tindakan


operatif cepat dilakukan maka komplikasi tidak akan
terjadi.

Prognosa

Hematom subdural akut : mortalitas 90%

Hematom subdural subakut : mortalitas 20% dan


kasus post operatif 75% sembuh dengan baik

Hematom subdural kronis : biasanya post operatif


bisa sembuh dengan baik

Perdarahan Subarakhnoid

Perdarahan ruang subarakhnoid yg terjadi karena :

Pecahnya pembuluh darah di daerah subarakhnoid


Pecahnya pembuluh darah di luar subarakhnoid yg kemudian mengisi
ruang subarakhnoid, mis : contusio cerebri, perdarahan intraserebral.

Etiologi

Non traumatik

Traumatik

Spontan, akibat pecahnya aneurisma. Disebut perdarahan subarakhnoid


primer.
Akibat trauma kepala. Disebut perdarahan subarakhnoid sekunder.

Patofisiologi

Perdarahan yg mengisi ruang subarakhnoid akan mengiritasi selaput


otak. Sedangkan pembuluh darah yang pecah akan menimbulkan
daerah bagian distalnya mengalami iskemik atau infark sehingga
dijumpai defisit neurologis.

Diagnosa
Gejala dijumpai dari tingkat yg paling ringan sampai yang
paling berat, tergantung beratnya perdarahan yang terjadi.
Dimulai dengan keluhan sakit kepala ringan yang makin
lama makin hebat
Kemudian disertai Tanda Rangsang Meningeal (TRM) : kaku
kuduk, kernig sign (+)
Selanjutnya pada keadaan berat akan dijumpai :

Gangguan kesadaran sampai koma


Defisit neurologis : hemipharese, refleks patologis
Kejang : rigiditas deserebrasi, gangguan pernapasan dan
dilatasi pupil

Pemeriksaan Penunjang
LCS mengandung darah/xanthochrom

Subarachnoid CT-Scan

Tata Laksana
Perawatan
Bed rest total
Medikamentosa

Hemostatistika : karbosokrom Na-sulfonat (adona AC), asam treksamat


Metabolic activator : citicholine (nicholin), pyritinol mesylate (hidrogin)
Neurotonika : vit. B1, B6, B12, E tab/injeksi

Fisioterapi
Bila ada gejala sisa neurofisik spt hemipharese dpt dilakukan
fisioterapi

Prognosa
Pada bentuk ringan, prognosa lebih baik daripada bentuk yang berat.
Bahkan pada bentuk yg berat sekali dapat menyebabkan kematian.

Fraktur Cranii

Pembagian klinik

Fraktur cranii tertutup

Fraktur linier
Fraktur multiple
Fraktur impresi
Tanpa defisit neurologis
Dengan defisit neurologis
Tindakan operatif hanya pada fraktur impresi yg
disertai defisit neurologis, selebihnya hanya
konservatif.

Fraktur Cranii terbuka

Segera kirim ke bagian bedah syaraf untuk tindakan


operatif, kecuali fraktur basis cranii sebagian besar
dilakukan tindakan konservatif.

Fraktur Basis Cranii

Diagnosa

Khas :

Perdarahan/likwore dari hidung, mulut


dan telinga. Pada telinga kadang disertai
cairan. Tulis serinci-rincinya telinga
berdarah, lihat apa daun telinganya
robek, bila iya bukan fraktur basis. Bila
mulut berdarah krn ada gigi yg lepas, juga
bukan fraktur basis.

Hematom tgt letak kerusakan di fossa


mana.

Gejala penyerta : comosio


cerebri, contusio cerebri,
hematome epidural atau
subdural

Kebiruan
di
sekitar
kelopak
mata
(monocele hematome : untuk satu mata ;
Brill hematome : untuk dua mata)

Gejala lesi nn.craniales (lesi


hampir tdk pernah dijumpai)

Hilang kesadaran +/-


bila (+) fraktur basis
bersama-sama
combusio
atau contusio, tergantung
kesadaran, bila (-) fraktur
basis murni tapi jarang

Refleks Babinski (+)

Defisit neurologis (-)

Kelainan neurologis tergantung tempat


fraktur, bisa terjadi gangguan penciuman
atau pendengaran periksa nn. craniales

Kebiruan di belakang telinga Battle


sign

Riwayat trauma kepala

Keluhan subjektif (+)

Gejala
akibat
fraktur
tergantung lokalisasi, bisa
di fossa cranii anterior atau
media.

n.IX-XII

Pemeriksaan Penunjang

LCS bercampur darah


EEG sesuai dg jenis trauma kapitis penyertanya
Rontgen 60% tdk terlihat karena daerah basis

yang kompleks

Tata Laksana

Perawatan

Bed rest total, kepala ditahan dg bantal pasir dg posisi


perdarahan/likwore di sebelah atas
Perawatan thdp perdarahan/likwore, jika perlu konsul ke
THT

Medikamentosa

Hemostatistika : karbosokrom Na-sulfonat (adona AC),


asam treksamat
Antibiotik adekuat diberikan guna menghadapi ancaman
komplikasi meningitis : ampisilin, amoksisilin. Harus
diberikan antibiotik dosis tinggi karena pada fraktur basis
terdapat celah yang memungkinkan terjadi infeksi.
Jika dengan contusio beri KIR
Obat-obat yg ditujukan untuk gejala penyerta

Komplikasi

Karena fraktur terbuka komplikasi yg srg terjadi


meningitis.

Prognosa

Tergantung berat-ringannya fraktur yg terjadi dan


jenis trauma kapitis penyerta.

Sembuh sempurna

Meninggalkan gejala sisa berupa lesi nn.Craniales


dan sindroma cerebral post traumatika.

Cedera Maxillofacial
Faktur maxilaris
Fraktur maxilla merupakan cedera wajah yang

paling berat, dan dicirikan oleh:

Mobilitas palatum

Mobilitas hidung yang menyertai palatum

Epistaksis

Mobilitas 1/3 wajah bag tengah.

Lefort
Lefort 1

Fraktur melintang rendah pada


maxila yang hanya melibatkan
palatum,
dicirikan
oleh
pergeseran
arcus
dentalis
maxila dan palatum, maloklusi
gigi biasanya bisa terjadi

Lefort 2

Fraktur
ini
dicirikan
mobilitas
palatum dan hidung end-block, juga
epistaksis yang jelas. Biasanya
maloklusi gigi dan pergeseran
pllatum kebelakang. Fraktur endblock pada palatum dan sepertiga
tengah wajah tremasuk hidung

Lefort 3

Merupakan cedera paling berat,


dimana perlekatan seluruh rangka
wajah terputus.seluruh komplek
zigomatikus menjadi mobile dan
tergeser

Fraktur mandibula
Fraktur gigi
Fraktur os nasal
Fraktur orbita
Fraktur os zygoma

Algoritma trauma kepala

TERIMAKASIH

08/22/16

Anda mungkin juga menyukai