Anda di halaman 1dari 40

CASE REPORT

SESSION

TUBERKULOSIS PARU
DENGAN DESTROYED LUNG

Pembimbing: dr. Makrup


E., Sp.P.

Pendahuluan
Istilah tuberculous-destroyed lung
(TDL) biasanya digunakan untuk
mendeskripsikan kerusakan pada
parenkim paru yang diakibatkan oleh
gejala sisa tuberkulosis paru yang
terjadi
selama
bertahun-tahun,
disebabkan obstruksi jalan nafas
kronik.

Laporan Kasus
Nama

Tn. S.

Usia

41 tahun.

Jenis

Laki-laki.

kelamin
Pendidikan

Sekolah (SD).

Pekerjaan

Petani.

Agama

Islam.

Alamat

RT 04, Tunas Mudo, Kab. Muaro Jambi.

MRS

Minggu, 14/08/2016, via IGD RSUD Raden

Waktu

Mattaher.
Senin, 15/08/2016, di Bangsal Paru RSUD

pemeriksaa

Raden Mattaher.

Keluhan utama

Anamnesis

Sesak nafas yang semakin memberat


sejak 4 bulan SMRS.

Keluhan

Batuk berdahak sejak 4 bulan SMRS.

tambahan
Sejak 4 bulan SMRS pasien mengeluh sesak nafas yang
semakin memberat dari sebelumnya. Pada awalnya sesak nafas
hilang timbul, muncul setelah melakukan aktivitas berjalan
mendaki, membaik jika duduk istirahat. Saat ini rasa sesak
dirasakan sepanjang hari baik siang ataupun malam. Rasa
sesak dirasakan lebih berat pada dada kanan dan dirasakan
seperti kesulitan menghirup udara yang cukup. Rasa sesak
bertambah jika berbicara terlalu lama atau makan terlalu
banyak, dan berkurang jika berada pada posisi setengah

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien juga mengeluhkan batuk berdahak sejak
4
bulan
SMRS.
Ketika
batuk
pasien
mengeluhkan nyeri di kedua dinding dada. Batuk
berdahak lebih sering dan banyak pada pagi hari
setelah bangun tidur. Dahak yang dikeluarkan
kurang lebih sepertiga gelas air mineral kemasan,
agak kental, dan berwarna keruh kekuningan.
Terkadang pasien juga mengeluhkan batuk yang
mengeluarkan darah.
Keluhan lain yang dirasakan seperti mudah lelah
(+), pusing (+), sakit kepala (-), kaku kuduk (-),
mual (+), muntah (-), penurunan nafsu makan
(+), penurunan berat badan (+), demam hilang
timbul (+), berkeringat malam (+), nyeri sendi

Riwayat Penyakit Dahulu


Tuberkulosis paru pada tahun 1996, 2008,
dan 2013.
Riwayat masuk rumah sakit sebanyak 2
kali pada tahun 2013 dengan keluhan
batuk berdarah.
Tidak ada riwayat penyakit diabetes
mellitus, hipertensi, stroke, jantung, dan
asma.

Riwayat Pengobatan
OAT KDT Lini-I Kategori-I 1996
putus obat setelah bulan ke-4.
OAT KDT Lini-I Kategori-I 2008
putus obat setelah bulan ke-5.
OAT KDT Lini-I Kategori-I 2013
putus obat setelah bulan ke-4.

Riwayat Keluarga
Riwayat TB paru pada orang tua
(ibu).
Tidak ada riwayat penyakit diabetes
mellitus, hipertensi, stroke, jantung,
asma, dan keganasan pada keluarga.

Riwayat Sosial
Sehari-hari bekerja sebagai buruh
tani serabutan.
Tinggal bersama istri dan 4 anak di
rumah ukuran 4x6 m2.
Riwayat merokok 20 batang/ hari
pada tahun 1980-1996 (16 bungkus
tahun).

Pemeriksaan Fisik
STATUS GENERALIS
Keadaan umum : Tampak sakit sedang.
Kesadaran : Compos mentis.
Tekanan darah : 110/70 mmHg.
Nadi : 104 kali/ menit.
RR : 40 kali/ menit.
Suhu : 36,9 0C.
Berat badan : 45 kg.
Tinggi badan : 1,64 m.
IMT : 16,7 kg/m2.

Kulit
Ruam (-)
Turgor <2 detik

KGB
Leher: tidak membesar
Ketiak: tidak membesar

Kepala
Normosepal

Hidung
NCH (+)
Sekret (-)

Mulut
Sianosis (-)
Kering (-)
Lidah kotor (-)

Telinga

Thoraks
Jantung
- Inspeksi

Ictus cordis tidak terlihat

- Palpasi

Ictus cordis tidak teraba

- Perkusi Batas

Atas: ICS II LPSD

Jantung

Pinggang: ICS II LPSS


Kanan: sulit dinilai

- Auskultasi

Kiri: sulit dinilai


S1 S2 reguler, murmur (-), gallop
(-)

Paru
- Inspeksi

Bentuk diameter anteroposterior: transversal 1:2


Kesimetrisan dinding dada kanan
lebih rendah
Pergerakan nafas dinding dada
kanan tertinggal
Ritme takipneu
Retraksi suprasternal (+),
supraklavikula (+), interkostalis
(+/-), epigastrium (+)

- Palpasi

Nyeri tekan (-), krepitasi (-)


Pergerakan nafas dinding dada
kanan tertinggal
Fremitus taktil dinding dada kanan

- Perkusi

meningkat
Kanan redup
Kiri sonor

- Auskultasi

Vesikuler (-/+)
Bronkial (+/-)
Ronkhi basah halus (+/+)
Wheezing (-/-)

Abdomen
- Inspeksi

datar, supel

- Palpasi

bising usus (+) normal

- Perkusi

nyeri tekan (-), nyeri lepas (-),


hepar dan lien tidak teraba

- Auskultasi

timpani

Penunjang
PARAMETER

HASIL

SATUAN

NILAI NORMAL

WBC

8,8

109/L

3,5-10,0

RBC

3,62

1012/L

3,50-5,50

HCT

25,0

36,0-48,0

HGB

7,7

g/dL

11,0-16,0

MCV

69,1

fL

80,0-99,0

MCH

21,2

pg

26,0-32,0

MCHC

30,8

g/dL

32,0-36,0

PLT

394

109/L

150-400

LED

13

mm/ Jam I

0-15

Darah Rutin

KED(Westergen)

Trachea

deviasi ke

Cor

kanan
terdorong ke

Pulmo

kanan
volume paru
kanan
menurun,
terdapat
fibrosis dan

Diafragma
Tulang dan

giant cavity.
Baik
Baik

jaringan lunak
dada
Kesan

destroyed lung

Diagnosis
Susp. tuberkulosis paru resisten obat
dengan destroyed lung dextra
disertai anemia mikrositik hipokrom.
DD/ PPOK, Pneumothoraks

Tatalaksana
Diagnostik
Pemeriksaan dahak mikroskopis
Gene-Xpert
Kultur dahak
Uji Kepekaan OAT
USG thoraks
CT-scan thoraks

Terapi
O2 Nasal kanul 4 L/menit
IVFD RL 20 gtt/menit
Inj. Ranitidine 3x 50 mg (1 ampul)
Ambroxol syr 30mg/5ml 3x 1 cth.
Aminofilin 240 mg/12 jam dalam RL 500 ml
Nebulisasi Ipratropium bromida 1 amp + Salbutamol 1amp 3x sehari
Azitromisin tab 1x500 mg selama 4 hari
Inj. Metilprednisolon 2x 125 mg (1 ampul)
Tranfusi darah PRC 3 kolf
Vit. B12 tab 3x 1

Tinjauan Pustaka
Tuberkulosis paru disebabkan
infeksi
basil
Mycobacterium
tuberculosis (M. tuberculosis).
Mempunyai sifat tahan asam, dapat
hidup selama berminggu-minggu
dalam keadaan kering, serta lambat
bermultiplikasi (setiap 15 sampai 20
jam).

Klasifikasi
BTA

TB Paru BTA (+)


TB Paru BTA (-)

TIPE PASIEN

Kasus
Kasus
Kasus
Kasus
Kasus
Kasus

Baru
Relaps
Gagal
Putus Obat
Kronik
Bekas TB

Gejala
Respiratorik
Batuk produktif >2 minggu
Batuk darah
Nyeri dada
Sesak nafas

Sistemik
Demam
Malaise

Diagnosis
Anamnesis

Pemeriksaan Fisik

Gejala
respiratorik
Gejala sistemik
Anemis
Demam subfebris
Pergerakan dada
asimetris
Taktil fremitus
meningkat pada
fibrosis
Auskultasi:
bronkial, ronki

Diagnosis
Penunjang

Penunjang
tambahan

BTA mikroskopik
Darah (LED, Leu,
Hb)
Radiologis
(thorax PA)
GeneXpert
Biakan
Uji Tuberkulin
CT-scan
MRI

Penatalaksanaan
OAT Lini I & Lini II.
Lini I Kategori 1 & Kategori 2.
Fase Intensif selama 2-3 bulan.
Fase Lanjutan selama 4-5 bulan.

Lini II TB Resistan obat.

OAT Lini I Kategori 1


2(RHZE)/ 4(RH)3 KDT

2HRZE/ 4H3R3 Kombipak

OAT Lini I Kategori 2


2(RHZE)S/ (RHZE)/ 5(RH)3E3 KDT

OAT Lini I Kategori 2


2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3
Kombipak

OAT Lini II

Komplikasi
Komplikasi
dini:
pleuritis,
efusi
pleura, empiema, dan laringitis.
Komplikasi lanjut: obstruksi jalan
nafas (SOPT: Sindroma Obstruksi
Paska
Tuberkulosis),
kerusakan
parenkim berat, fibrosis paru, kor
pulmonal, sindrom gagal nafas, yang
sering terjadi pada TB milier dan
kavitas TB.

Analisis Kasus
Selama tiga kali menderita penyakit TB
paru, pasien tidak pernah menuntaskan
pengobatannya dan hanya mendapatkan
pengobatan OAT KDT lini-I kategori-I.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik & penunjang pasien didiagnosa
Susp. tuberkulosis paru resisten obat
dengan destroyed lung dextra disertai
anemia mikrositik hipokrom.

Analisis Kasus
Pada pasien yang mengalami Destroyed
lung
unilateral
ditemukan
adanya
pulmonal tuberkulosis pada 83,3% pasien.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya
retraksi pada dada kanan, taktil fremitus
meningkat pada dada kanan, perkusi
ditemukan suara redup pada dada kanan,
dan auskultasi terdapat suara nafas
bronkial di dada kanan.

Analisis Kasus
Pada pemeriksaan radiologi foto
thorax ditemukan adanya penurunan
volume paru kanan yang signifikan,
deviasi trakea kearah kanan, jantung
tertarik kearah kanan, terdapat
kalsifikasi, jaringan fibrosis, dan
hiperplasia jaringan paru yang masih
cukup
baik
dalam
rangka
kompensasi.

Analisis Kasus
Hasil pemeriksaan radiologi foto thorax
yang dapat ditemukan pada pasien
destroyed
lung
diantaranya
adalah
penurunan volume paru, terdapatnya
bronkiektasis, dan fibrosis. Fibrosis dapat
menyebabkan penarikan dari hilum dan
mediastinum kearah paru yang rusak,
menyebabkan bagian paru lain yang
masih baik akan mengalami pembesaran
sebagai bentuk kompensasi.

Daftar Pustaka
1. Isa M, Soefyani A, Juwono O, Budiarti L. Tuberkulosis Tinjauan Multidisipliner. Banjarmasin:
Pusat Studi FK Universitas Lambung Mangkurat. 2001:21-27.
2. Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI. 2014.
3. World Health Organization. Global Tuberculosis Report 2014. Jenewa: WHO. 2014.
4. Repository UGM. Koordinasi terhadap penemuan penderita baru TB paru BTA positif. Jogjakarta:
Universitas Gadjah Mada: 2015.
5. Palilingan JF, Maranatha D, Winariani. Simposium Nasional TB Update. Surabaya. 2002:102-7.
6. Rasad S, Kartoleksono S, Ekayuda I. Radiologi Diagnostik. Jakarta: FKUI. 2000.126-39.
7. World Health Organization. Global tuberculosis control surveillance, planning, financing.
Jenewa: WHO. 2008
8. Rajasekaran S, Vallinayagi V, Jayaganesh D. Unilateral lung destruction: a computed
tomographic evaluation. Ind J Tub. 1999; 46:183.
9. Devi HJG. Complications of pulmonary tuberculosis. Bangalore: Ramaiah Medical College. 2013.
10.Longo DL, Fauci AS, Kasper DL, Hauser SL, Jameson JL, Loscalzo J. Harrisons principles of
internal medicine. United States: McGraw-Hill eBooks. 2012.
11.Amin Z, Bahar A. Tuberkulosis Paru dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC. 2007.
12.Aditama TY, et al. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Tuberkulosis di Indonesia. Jakarta:
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2006.
13.Patricio JP. Chronic airways obstruction in patients with tuberculosis sequelae: a comparison
with EPOC. Rev chil enferm respir. 2006; 22(2):98-104.
14.Pasipanodya JG, Vecino M, Munguia G, Garmon R, Bae S, Drewyer G. Pulmonary impairment
after tuberculosis. CHEST June. 2007; 131(6):1817-24.

Anda mungkin juga menyukai