Anda di halaman 1dari 45

Persentasi Kasus

TB-HIV

Kasus

Identitas pasien : nama : NY. V


Usia: 27 tahun,
Jenis kelamin : perempuan
Pekerjaan: LSM.
Alamat: yogyakarta
status: menikah.
agama : Islam

Kasus

Pasien post pengobatn tb selama 9 bulan. 2 thn yll pasien mengeluh batuk
yang hilang timbul kurang lebih 1 bulan Dan membaik dgn
pengobatan.pasien batuk lagi kurang lebih 1 bulan Dan membaik dgn
pengobatan, lalu pasien batuk kurang lebih 2 bulan Dan tidak membaik
dengan pengobatan.

Batuk berdahak, warna kekuningan, namu Susah keluar, lendir darah (-),
batuk memberat jika dingin, srg demam, berkeringat malam hari, nafsu
makan berkurang, bb turun krg lbh 15 kg.

Pasien pernah di opname kurang lebih 3 minggu dan dilakukan PX sputum


BTA, rontgen namun hasilnya negatif TB Dan kemudian dilakukan kultur
darah, namun krna hasil PX kultur yg lama dokter langsung memberikan tx
inh, pyrazinamid, rifampicin Dan ethambutol. Dan terdapat perbaikan
klinis setelah pasien mengkonsusmsi obat tersebut, namun TDK brp lama
mnrt keterangan pasien obat rifampicin diganti dgn levofloxacin krn
pasien mengalami pembesaran hepar, tes fungsi hati meningkat dan
peningkatan kadar bilirubin.

Pasien adalah seorang penderita B20 krg lbh selama 6 th. Pasien mengaku
di DX.b20 sjk thn 2009,dan diperoleh Dari almarhum suami pertama yang
dahulunya seorang pecandu narkoba suntik. Dengan suami pertamanya,
pasien dikaruniai satu orang anak dan anaknya baru saja meninggal 7
bulan yang lalu karena B20 dan meningitis. Pasien saat ini sdh menikah

Riwayat personal sosial


Pasien berbenti mengkonsumsi alkohol sejak 5
tahun yang lalu. Pasien berhenti merokok
sejak 2 tahun yang lalu

Pasien tinggal serumah dengan nenek yang


menderita batuk lama

Sejarah
an

k
a
n

d
ia
n
ia
n
0
e
i
n
u
2
u
d
B as
l
d
su
p
n
a g,
n
ga
al
d
a
g
g
er
0
n
g
i
n
B
g
b
i
n
T
TB en B2
in
n
m
e
i
e
x
n
e
x
s
d
e
r
i
t
l
e
r s
D
i
D
m
a
p
h
c
i
8
e am
n
d br u n m
0 ika 9 i di n s no
3
S
e
0
i
1 en
e sie
s
5 nh
2 en 00 m ka iag
0
F
i
a
1
2
s
M 2 ua ku erd
5 pa
2 ip
a
20 sie
1
1
P
S ila t
Pa
20 nak
20 uam
D ga
a
S
ju
a
n
gu k
g
ah
it
n
k
i ni
n
pe s u n
Ju me
n
ie m
15 en HA
s
u
0
a ar
2 si OD
p
j
i a
Pa gn
m
b
a o
d
u
S ark
N
iI
am

DIAGNOSIS

Diagnosis
Diagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan
berdasarkan gejala klinik, pemeriksaan
fisik/jasmani, pemeriksaan bakteriologik,
radiologik dan pemeriksaan penunjang
lainnya.

Gejala klinik
Gejala klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadi
2 golongan, yaitu gejala respiratorik (atau
gejala organ yang terlibat) dan gejala
sistemik.

Gejala respiratorik

batuk 3 minggu
batuk darah
sesak napas
nyeri dada

Gejala sistemik

Demam
malaise,
keringat malam,
anoreksia,
berat badan menurun

Gejala tuberkulosis ekstra paru


tergantung dari organ yang terlibat,
Ex:
limfadenitis tuberkulosa pembesaran yang lambat dan tidak nyeri
dari kelenjar getah bening,
meningitis tuberkulosa gejala meningitis,
pleuritis tuberkulosa sesak napas & kadang nyeri dada pada sisi
yang rongga pleuranya terdapat cairan.

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik kelainan yang akan


dijumpai tergantung dari organ yang terlibat

Pada tuberkulosis paru, tergantung luas kelainan


struktur paru. suara napas bronkial, amforik,
suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda
penarikan paru, diafragma & mediastinum.

Pada pleuritis tuberkulosa cairan di rongga pleura


perkusi ditemukan pekak, pada auskultasi suara
napas yang melemah sampai tidak terdengar

Pada limfadenitis tuberkulosa pembesaran


kelenjar getah bening, tersering di daerah leher
(pikirkan kemungkinan metastasis tumor), kadangkadang di daerah ketiak

Pemeriksaan Bakteriologik
a. Bahan pemeriksaan
Dahak, cairan pleura, liquor cerebrospinal, bilasan
bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar
(bronchoalveolar lavage/BAL), urin, faeces dan
jaringan biopsi.
b. Cara pengumpulan dan pengiriman bahan
Cara pengambilan dahak 3 kali, setiap pagi 3 hari
berturut-turut atau dengan cara:
Sewaktu/spot (dahak sewaktu saat kunjungan)
Pagi ( dahak keesokan harinya )
Sewaktu/spot ( pada saat mengantarkan dahak pagi)

Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA dengan atau tanpa foto
lateral.
Pemeriksaan lain atas indikasi : foto apiko-lordotik, oblik, CTScan.
tuberkulosis dapat memberi gambaran bermacam-macam
bentuk (multiform).
Gambaran radiologik yang dicurigai sebagai lesi TB aktif :
Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior
lobus atas paru dan segmen superior lobus bawah
Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak
berawan atau nodular
Bayangan bercak milier
Efusi pleura unilateral atau bilateral

Pemeriksaan Penunjang
1. Polymerase chain reaction (PCR):
Pemeriksaan PCR adalah teknologi yang dapat
mendeteksi DNA, termasuk DNA
M.tuberculosis.

2. Pemeriksaan serologi, dengan metoda


a. Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)
mendeteksi respon humoral berupa proses
antigen-antibodi yang terjadi.
b. Mycodot
Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial
di dalam tubuh manusia.
c. Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)
d. ICT

Uji Immunochromatographic tuberculosis


adalah uji serologik untuk mendeteksi
antibodi M.tuberculosis dalam serum.

3. Pemeriksaan histopatologi jaringan


Pemeriksaan
biopsi
dilakukan
untuk
membantu menegakkan diagnosis, terutama
pada tuberkulosis ekstra paru

Alternatif 1

Alternatif 2

Tuberculosis dengan HIV

Tuberkulosis pada HIV gejala dan


gambaran klinis berbeda rendahnya reaksi
imunologik penderita AIDS.
manifestasi
klinis
TB
sebenarnya
merupakan
reaksi
imunologik
terhadap
Mycobacterium tuberculosis.
gejala TB pada pasien HIV tidaklah spesifik.

Diagnosis pasien TB dengan HIV

TB pada pasien HIV/AIDS batuk bukan merupakan


gejala umum.

Pada TB dengan HIV demam dan penurunan berat


badan merupakan gejala yang penting.

Sputum BTA lebih sering ditemuakan BTA negatif,


diperlukan pemeriksaan kultur BTA.

pemeriksaan biakan dan resistensi dilakukan untuk


mengetahui adanya MDR-TB.
HIV faktor risiko MDR-TB.

Foto thoraks, bervariasi

pada TB-HIV gambaran foto thoraks tidak spesifik.

Pada pasien TB-HIV tidak jarang ditemukan


gambaran TB milier.

Pemeriksaan Tes Mantoux.


TB pada umumnya, tes mantoux dinyatakan positif
apabila diameter >= 10mm, namun pada pasien
dengan HIV positif diameter > 5 mm positif.

Gambaran klinis TB ekstraparu.


TB ekstraparu lebih sering dibandingkan
pada TB dengan HIV negatif.

Berdasarkan ISTC, diagnosis TB ekstraparu


pemeriksaan histopatologi menemukan BTA
dari jaringa.

Namun, apabila lesi sulit didapat, diagnosis TB


ekstraparu dapat ditegakkan dengan dugaan
klinis yang menunjang.

Keterangan:
a. Tanda-tanda bahaya yaitu bila dijumpai salah satu dari tanda- tanda berikut:
frekuensi pernapasan 30 kali/menit, demam > 390 C, denyut nadi > 120
kali/menit, tidak dapat berjalan bila tdk dibantu.
b. Untuk daerah dengan angka prevalensi HIV pada orang dewasa > 1% atau
prevalensi HIV diantara pasien TB > 5%, pasien suspek TB yang belum diketahui
status HIV-nya maka perlu ditawarkan untuk tes HIV. Untuk pasien suspek TB yang
telah diketahui status HIV-nya maka tidak lagi dilakukan tes HIV.
c. Untuk daerah yang tidak tersedia test HIV atau status HIV tidak diketahui
(misalnya pasien menolak utk diperiksa) tetapi gejala klinis mendukung
kecurigaan HIV positif.
d. BTA Positif = sekurang-kurangnya 1 sediaan hasilnya positif; BTA Negatif = bila 3
sediaan hasilnya negatif.
e. PPK = Pengobatan Pencegahan dengan Kotrimoksazol.
f. Termasuk penentuan stadium klinis (clinical staging), perhitungan CD4 (bila
tersedia fasilitas) dan rujukan untuk layanan HIV.
g. Pemeriksaan-pemeriksaan dalam kotak tersebut harus dikerjakan secara
bersamaan (bila memungkinkan) supaya jumlah kunjungan dapat dikurangkan
sehingga mempercepat penegakkan diagnosis.
h. Pemberian antibiotik (jangan golongan fluoroquionolones) untuk mengatasi typical
& atypical bacteria.
i. PCP = Pneumocystis carinii pneumonia atau dikenal juga Pneumonia Pneumocystis
jiroveci
j. Anjurkan untuk kembali diperiksa bila gejala-gejala timbul lagi.

Terapi Farmakologis TB

1.

2.

Tujuan : menyembuhkan pasien, memutuskan


rantai penularan dan mencegah resistensi
kuman
Prinsip pengobatan TB:
OAT diberikan dalam bentuk kombinasi
beberapa obat, dalam jumlah cukup dan
dosis yang tepat sesuai kategori pengobatan.
Untuk menjamin kepatuhan pasien minum
obat dilakukan pengawasan langsung
(DOT=Directly Observed Treatment) oleh
seorang PMO.

Terapi Farmakologis TB
1.
2.
3.
4.
5.

Isoniazid ( H )
Rifampicin ( R )
Bakteriosi
Pyrazinamide ( P )
Streptomycin ( S )
Ethambutol ( E )
Bakteriostatik

OAT disediakan dalam bentuk paket :


a.
OAT-KDT ( Kombinasi Dosis Tetap )
b. OAT-Kombipak

PMO (Pengawas Minum Obat)


A. Persyaratan PMO
1.Dikenal,dipercaya dan disetujui oleh pasien dan petugas
kesehatan , dan disegani serta dihormati pasien
2.Tinggal dekat dengan pasien
3.Bersedia membantu pasien dengan sukarela
4.Bersedia dilatih dan mendapat penyuluhan bersama
pasien
B. Tugas Seorang PMO
1.Mengawasi pasien TB agar menelan obat sec. teratur sp
selesai pengobatan
2.Mengingatkan pasien utk periksa dahak pd saat yg
ditentukan
3.Tugas PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien
mengambil obat di unit pelayanan kesehatan

Asuhan Keperawatan pada Pasien


TB

Pengkajian (tambahan)

Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d
penumpukkan sekret pada jalan nafas d/d
istirahat yang kurang, sulit berkomunikasi
karena batuk terus menerus, dan tidak bisa
mengeluarkan dahak.

Rencana Keperawatan
Outcome:
Setelah dilakukan tindakkan keperawatan
selama 1x24 jam diharapkan pasien dapat
menunjukkan keefektifan jalan nafas dengan
kriteria hasil:
TTV dalam batas normal
Komunikasi menjadi lancar
Bisa mengeluarkan dahak
Istirahat tidak terganggu

Intervensi:
Kaji fungsi pernafasan seperti bunyi nafas,
kecepatan irama dan penggunaan otot
tambahan.
Kaji kemampuan pasien dalam mengeluarkan
dahak serta batuk efektif.
Berikan pasien posisi semi fowler dan lakukan
fisioterapi dada jika perlu.
Ajarkan pasien untuk melakukan batuk efektif
dan latihan nafas dalam.
Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam
pemberian terapi farmakologi

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh b/d batuk, anoreksia d/d
penurunan berat badan 15 kg, nafsu makan
berkurang dan mual muntah.

Outcome:
Setelah dilakukan tindakkan keperawatan
selama 2x24 jam diharapkan nutrisi pasien
dapat terpenuhi dengan kriteria hasil:
Berat badan meningkat
Nafsu makan meningkat
Mual muntah berkurang

Intervensi:
Kaji status nutrisi pasien seperti intake dan
output, berat badan, kemampuan menelan.
Pastikan pola diet yang disukai atau yang
tidak disukai pasien
Anjurkan pasien untuk makan sedikit tetapi
sering dan dalam keadaan hangat.
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
komposisi diet.

Aspek Kolaborasi antar Profesi

Elemen kunci kolaborasi dalam kerja sama


team multidisipliner :

Memberikan pelayanan kesehatan yang


berkualitas dengan menggabungkan keahlian
unik profesional.
Produktivitas maksimal serta efektifitas dan
efesiensi sumber daya
Peningkatnya profesionalisme dan kepuasan
kerja, dan loyalitas
Meningkatnya kohesifitas antar profesional
Kejelasan peran dalam berinteraksi antar
profesional,
Menumbuhkan komunikasi, kolegalitas, dan
menghargai dan memahami orang lain.

Model Kolaboratif

DOKTER

Registered
Nurse

PASIEN

Pemberi
Pelayanan
Lain

Lebih berpusat pada


Pasien
Semua Pemberi
Pelayanan harus
bekerja sama
Ada kerja sama
dengan Pasien
Tidak ada pemberi
pelayanan yang
mendominasi secara
terus-menerus

Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai