Anda di halaman 1dari 27

LONGCASE

SKIZOFRENIA PARANOID

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat


Mengikuti Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
Di RSUD Panembahan Senopati Bantul

Diajukan Kepada Yth:


dr. Vista Nurasti P, Sp.KJ, M. Kes
Diajukan Oleh :
Woro Nugroho
20100310103

SMF ILMU KEDOKTERAN JIWA


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
2016

LEMBAR PENGESAHAN

LONGCASE
SKIZOFRENIA PARANOID
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Mengikuti Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
Di RSUD Panembahan Senopati Bantul

Disusun oleh:
Woro Nugroho
20100310103

Mengetahui
Dosen Penguji Klinik

dr. Vista Nurasti P, Sp.KJ, M.Kes

STATUS PSIKIATRI
1. IDENTITAS PASIEN
Nama

: Tn.S

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Umur

: 35 tahun

Agama

: Islam

Pendidikan Terakhir

: SMP

Pekerjaan

: Tukang Becak

Bangsa/suku

: Indonesia/Jawa

Alamat

: Pandak, Bantul

Nomor RM

: 371***

2. ALLOANAMNESIS
Nama

: Ny. R

Jenis Kelamin

: Perempuan

Umur

: 65 tahun

Agama

: Islam

Pendidikan

:-

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Bangsa/suku

: Indonesia/Jawa

Alamat

: Pandak, Bantul

Hubungan

: Ibu

Lama kenal

: Sejak lahir (35 tahun)

Sifat perkenalan

: Dekat

Tempat wawancara

: Rumah Keluarga

2.1. Keluhan Utama


Pasien datang ke rumah sakit karena obat habis dan ingin meminta obat.
2.2. Riwayat Perjalanan Penyakit (Riwayat Penyakit Sekarang)
Autoanamnesis
Pada tahun 2008, yaitu setelah meninggalnya bapak pasien,
disebabkan patah tulang belakang. Sebelum bapaknya meninggal, pasien
sudah berusaha mencari pengobatan untuk bapaknya namun pengobatan
tersebut tidak berhasil dan akhirnya bapak pasien meninggal dunia.
Semenjak meninggal bapaknya, pasien sering duduk termenung dengan
pandangan kosong, apabila diajak bicara pasien tidak menghiraukan.
Sebelum acara 40 hari setelah meninggal bapaknya, pasien menari-nari
tidak jelas dan memberi uang maupun sembako pada setiap orang yang
lewat rumahnya. Pasien mengatakan sering mendengar suara-suara yang
berasal dari telinganya, suara itu tidak dikenali pasien, yang mengatakan
daerah-daerah angker, disepanjang jalan kerumahnya ada hantunya.
Disaat pasien sedang berada didekat orang lain, selalu mendengar
bisikan bahwa orang itu adalah musuhnya, sehingga pasien berlari dan
mencari perlindungan menyebur ke dalam kali dan bersembunyi
menenggelamkan diri di dalam kali tersebut. Pasien bertanya-tanya
kenapa tidak mati-mati juga meskipun sudah sering menenggelamkan
diri di dalam kali yang dalam. Pasien juga pernah merasakan takut jika
bertemu orang lain termasuk keluarga sendiri, ketakutannya tersebut
tidak beralasan, rasa takut tersebut kadang-kadang hilang namun kadang
muncul lagi.
Pasien permah mondok di rumah sakit sebanyak 8 kali karena sakit
jiwanya tersebut. Pertama masuk pada tahun 2008 di RSUP Dr. Sardjito
karena sikapnya yang menari-nari dan hanya diam saja, sempat sekitar 2
minggu dirawat dan dipulangkan dengan obat rutin. Setelah beberapa
lama mengonsumsi obat rutinnya, ada teman yang mengatakan kalau
minum obat kelamaan nanti rusak ginjalnya, karena takut hal tersebut
pasien berhenti meminum obatnya. Namun setelah berhenti minum obat

rutinnya, 3 bulan kemudian pasien masuk RSUP Dr.Sardjito lagi karena


kambuh lagi seperti orang bingung dan mengamuk.
Setiap tahunnya pasien pasti mondok rumah sakit karena kambuh
lagi sebab pasien tidak minum obat. Pasien pernah mondok di RSUP Dr.
Sardjito sebanyak 5 kali, RSJ Grhasia 2 kali dan terakhir 1 kali di RSUP
Dr. Sardjito. Terakhir mondok sekitar 1 tahun yang lalu dengan gejala
serupa akibat obat tidak diminum rutin. Pasien beralasan bosan jika tiap
hari harus minum obat.
Sekarang pasien menyadari akan pentingnya rutin minum obat,
pasien tidak ingin mondok di RS lagi karena penyakitnya kambuh akibat
ia tidak patuh meminum obat rutinnya. Pasien merasa sekarang sudah
jauh lebih baik dari sebelumnya. Ia tidak pernah lagi melamun ataupun
seperti orang bingung, tidak pernah lagi mendengar bisikan-bisikan yang
mengatakan daerah-daerah angker, saat di dekat orang lain tidak pernah
lagi mendengar bisikan bahwa orang itu adalah musuhnya, pasien tidak
pernah lagi melakukan hal-hal seperti menari-nari dan berlari
menenggelamkan diri di kali.
Rutinitas pasien sudah kembali seperti sebelum sakitnya, ia sudah
bisa bekerja kembali mencari nafkah sebagai tulang punggung
keluarganya.
Alloanamnesis
Pada tahun 2008 ibu pasien melihat perilaku yang aneh dari pasien,
sering murung dan diam saja, setiap ditanya tidak menghiraukan dan
tidak nyambung diajak ngobrol. Perilaku tersebut terjadi setelah
meninggalnya bapak pasien yang sebelumnya didahului dengan
meninggalnya kakek pasien berselang tidak sampai 100 hari. Sebelum
acara 40 hari meinggal bapak pasien, ia menari-nari seperti orang gila
sewaktu hujan dan membagi-bagikan sembako serta uang ke setiap
orang yang lewat. Pada saat tersebut pasien pernah mengamuk-ngamuk
tanpa sebab.

Namun ibu pasien tidak tau bahwa pasien mendengar bisikanbisikan, pasien tidak pernah bercerita kepada ibunya. Ibu pasien
mengetahui bahwa pasien sering berlari menenggelamkan diri di kali
namun ibu pasien tidak mengetahui bahwa tingkah laku anaknya karena
ada bisikkan yang menyuruhnya berlari. Ibu pasien mengatakan pasien 8
kali mondok di rumah sakit karena perilakunya seperti orang gila
kambuh. Semenjak minum obat teratur, ibu pasien mengatakan pasien
tidak pernah kambuh lagi kira-kira setahun terakhir ini dan tidak pernah
mondok di rumah sakit lagi. Ibu pasien merasa perilaku anaknya
sekarang sudah kembali normal seperti dulu sebelum sakit.
2.3. Anamnesis Sistem (Keluhan Fisik dan Dampak terhadap Fungsi
Sosial dan Kemandirian) autoanamnesis
Sistem Saraf

: demam (-)

Sistem Kardiovaskular : edem kaki (-)


Sistem Respirasi

: terlihat sesak nafas (-), batuk (-), pilek (-)

Sistem Digestiva

: BAB normal, muntah (-), diare (-), sulit makan


(-)

Sistem Urogenital

: BAK normal

Sistem Integumentum : warna biru pada kuku (-)


Sistem Muskuloskeletal : edema (-), bengkak sendi (-), kelemahan otot
(-).
Secara organik dari autoanamnesis dan alloanamnesis dengan ibu
pasien, pasien tidak terdapat kelainan pada sistem-sistem organ.

2.4. Grafik Perjalanan Penyakit


Gejala Klinis

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014 2015

Fungsi peran
2.5. Hal-Hal yang Mendahului Penyakit dan Riwayat Penyakit Dahulu
2.5.1. Hal-Hal yang Mendahului Penyakit

Faktor Organik
Panas, kejang, dan trauma fisik satu tahun sebelum mengalami
gangguan disangkal oleh pasien maupun ibu pasien.
Faktor Psikososial (Stressor Psikososial)

Tidak ada

Faktor Predisposisi
Penyakit herediter disangkal oleh narasumber.

Faktor Presipitasi
Dari penuturan autoanamnesis dan alloanamnesis pada pasien,
setelah bapaknya meninggal, pasien sering murung seperti
ngelamun. Sejak saat itu pasien mulai mendengar bisikanbisikan.

Mental
Health
Line

2.5.2. Riwayat Penyakit Dahulu alloanamnesis

Riwayat Penyakit Serupa Sebelumnya


Pasien tidak pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya.

Riwayat Sakit Berat/Opname


Pernah dirawat di RSUP Dr. Sardjito dan RSJ Grhasia.

2.6. Riwayat Keluarga


2.6.1.

Pola Asuh Keluarga


Alloanamnesis
Pasien merupakan anak kedua dari lima bersaudara. Keluarga
memiliki pola asuh yang baik. Orangtuanya memberikan
kebebasan kepada anak-anaknya namun tetap mengawasinya.

2.6.2.

Riwayat Penyakit Keluarga


Dari hasil alloanamnesis dengan ibu pasien, tidak ada keluarga
pasien yang memiliki riwayat penyakit yang berhubungan dengan
gangguan kejiwaan (seperti percaya indera keenam, bisa melihat
sesuatu hal yang gaib, atau bisa membaca pikiran orang lain)

2.6.3.

Silsilah Keluarga

Keterangan:
: Perempuan
: laki-laki
: Pasien
: tinggal serumah

2.7. Riwayat Pribadi


2.7.1.

Riwayat Kelahiran
Pasien lahir normal di rumah dibantu oleh dukun bayi, dengan
berat lahir 3,6 kg, lahir sesuai hari perkiraan lahir. Selama hamil
tidak ada penyakit tertentu selama kehamilan.

2.7.2.

Latar Belakang Perkembangan Mental


Menurut pengakuan dari ibu pasien, perkembangan mental pasien
sejak kecil sama dengan teman-teman sebayanya yang berada di
sekitar tempat tinggal mereka. Sifat pasien sejak kecil adalah
orang yang agak tertutup, jarang mau bercerita tentang masalah
pribadinya.

2.7.3.

Perkembangan Awal
Ibu pasien mengatakan perkembangan pasien sesuai dengan
teman-teman usia sebanyanya.

2.7.4.

Riwayat Pendidikan

SD

: lulus dengan baik.

SMP

: lulus dengan baik

SMA

: tidak melanjutkan ke jenjang SMA karena tidak

punya biaya.
2.7.5.

Riwayat Pekerjaan
Pasien pernah bekerja sebagai buruh.

2.7.6.

Riwayat Perkembangan Psikoseksual


Tidak terkaji
2.7.7.

2.7.8.

Sikap dan Kegiatan Moral Spiritual

Agama Islam

Shalat 5 waktu bolong-bolong

Riwayat Perkawinan
Pasien belum pernah menikah.

2.7.9.

Riwayat

Kehidupan

Emosional

(Riwayat

Kepribadian

Premorbid)

Pendiam

Cenderung tertutup

2.7.10. Hubungan Sosial


Hubungan dengan tetangga di dekat tempat tinggal pasien baik.
Pasien sering ikut kegiatan-kegiatan perkumpulan.
2.7.11. Kebiasaan
Pasien mengatakan tidak memiliki kebiasaan yang spesifik seperti
merokok, mengkonsumsi alkohol maupun obat-obatan.
2.7.12. Status Sosial Ekonomi
Keluarga pasien bisa dikatakan merupakan keluarga yang kurang
mampu. Sumber penghidupannya didapat dari uang hasil kerja
pasien. Penghasilan pasien diperkirakan kurang dari Upah
Minimum Kabupaten (UMK) Bantul. Pasien mengatakan
penghasilannya tidak pasti. Rumah pasien terdiri dari 3 kamar
tidur, satu kamar mandi, satu ruang tamu, dan satu dapur serta
ruang makan. Dinding terbuat dari tembok, lantai dari semen, atap
rumah dari genteng. Rumah tampak bersih tetapi kurang rapi.
2.7.13. Riwayat Khusus
Pengalaman militer (-)
Urusan dengan polisi (-)
2.8. Tingkat Kepercayaan Alloanamnesis
Alloanamnesis : dapat dipercaya
2.9. Kesimpulan Autoanamnesis Alloanamnesis

Laki-laki 34 tahun, pada tahun 2008 mulai memperlihatkan gejalagejala seperti pasien sering murung dan melamun dan jarang mau
bersosialisasi

dengan

orang-orang

sekitarnya.

Pasien

mulai

mendengar suara bisikan-bisikan yang mengatakan daerah-daerah


angker, setiap berada di dekat orang mendengar bisikan bahwa orang
itu musuhnya, sehingga pasien berlari ke kali menenggelamkan diri

sebagai perlindungan diri. Pasien pernah mengamuk tanpa alasan


yang jelas.

Pada tahun 2008 pasien 2 kali rawat inap di RSUP Dr. Sardjito
karena masalah kejiwaannya.

Setiap tahun pasien pasti rawat inap di rumah sakit dengan masalah
yang serupa.

Tahun 2008-2014, 8 kali rawat inap dengan gejala serupa. 5 kali di


RSUP Dr. Sardjito, 2 kali di RSJ Grhasia, 1 kali di RSUP Dr.
Sardjito.

Pasien mulai berobat rutin sejak pertama rawat inap tahun 2008,
namun tingkat kepatuhan minum obat masih kurang.

Pasien tidak terdapat kelainan pada sistem-sistem organ.

Pasien saat ini tinggal bersama ibu dan adiknya.

Pasien bisa dikatakan memiliki ekonomi yang kurang.

Pasien memiliki pola asuh keluarga yang demokratis.

Pasien mempunyai pekerjaan.

Pasien belum menikah.

Pasien menjalankan kegiatan moral spiritual namun masih sering


bolong.

3. PEMERIKSAAN FISIK
3.1. Status Pemeriksaan Fisik
3.1.1. Status Internus
Tanggal Pemeriksaan: 13 Januari 2015

Keadaan Umum : Compos Mentis

Bentuk Badan

: tidak ditemukan kelainan

Berat Badan

: tidak dilakukan pengukuran

Tinggi Badan

: tidak dilakukan pengukuran

Tanda Vital

- Tekanan Darah

: tidak dilakukan pengukuran

- Nadi

: tidak dilakukan pengukuran

- Respirasi

: tidak dilakukan pengukuran

- Suhu

: tidak dilakukan pengukuran

Kepala

- Inspeksi wajah : tidak ditemukan adanya kelainan


- Mata : conjunctiva anemis (-), sklera ikterik (-)
Leher

- Inspeksi : leher tampak bersih


- JVP

: tidak dilakukan pemeriksaan

Thorax

- Sistem Kardiovaskuler : tidak dilakukan pemeriksaan


- Sistem Respirasi : tidak dilakukan pemeriksaan

Abdomen
Sistem Gastrointestinal : tidak dilakukan pemeriksaan
Sistem Urogenital

: tidak dilakukan pemeriksaan

Ekstremitas

Sistem Muskuloskeletal : tidak ditemukan kelainan

Sistem Integumentum : tidak ditemukan kelainan

Kesan Status Internus

: Dalam batas normal, meskipun


ada beberapa pemeriksaan tidak
dilakukan karena tidak tersedianya
tempat dan alat untuk pemeriksaan.

3.1.2. Status Neurologis

Kepala dan Leher : Dalam batas


normal

Tanda Meningeal :
dilakukan

tidak

Kekuatan Motorik : Dalam batas


normal

Sensibilitas

tidak

Refleks Fisiologis :

tidak

dilakukan

dilakukan

Refleks Patologis :

tidak

dilakukan

Gerakan Abnormal

: tidak

ada

Gangguan

Keseimbangan

dan

Koordinasi Gerakan: tidak ada


Kesan Status Neurologis

: pemeriksaan yang dilakukan dalam

batas normal.
3.1.3.

Hasil Pemeriksaan Penunjang

EKG

: tidak dilakukan pemeriksaan.

EEG

: tidak dilakukan pemeriksaan.

CT Scan

: tidak dilakukan pemeriksaan.

Foto Rontgen : tidak dilakukan pemeriksaan.

LAB darah

: tidak dilakukan pemeriksaan.

3.2. Status Psikiatri


Tanggal Pemeriksaan: 13 Januari 2015
3.2.1.

Kesan Umum

Laki-laki 34 tahun sesuai umur,

kooperatif, rawat diri baik,

berbicara baik dan tak tampak gangguan jiwa.


No

Status Psikiatri

Hasil

Keterangan

1.

Mood

Eutimik

Kisaran

mood

normal,

menyiratkan tidak ada depresi


2.

Afek

Appropriate

atau elevasi mood.


Ekspresi wajah pasien sesuai
dengan

3.

Pembicaraan

5.

Persepsi

Pikiran

yang

Kuantitas : cukup

diungkapkannya.
Pasien berbicara cukup, dapat

Kualitas : koheren dan

dimengerti dan menjawab sesuai

relevan
4.

apa

dengan yang ditanyakan saat

Halusinasi auditorik (+)

wawancara
Pasien membenarkan

Halusinasi visual (-)

suara-suara asing yang terdengar

Ilusi (-)
Bentuk pikir: Realistik

tanpa ada sumber yang jelas.


Apa

yang

adanya

disampaikan

oleh

pasien sesuai dengan kenyataan.


Proses pikir: normal

Pembicaraan

pasien

langsung

dapat ditangkap pewawancara.


Isi pikir: Waham (-)
Ide bunuh diri (-)

6.

Orientasi

Orang: baik

Pasien dapat mengenali yang


mewawancarainya.

Waktu: baik

Pasien dapat mengetahui waktu


pemeriksaan (bada ashar).

Tempat: baik

Pasien tahu dirinya ada di rumah.

Situasi : baik

Pasien

mengerti

situasi

saat

pemeriksaan sedang hujan.


Memori segera (immediate) Pasien dapat mengingat nama

Memori

pemeriksa yg baru dikenalnya.


Memori

jangka

(recent)

pendek Pasien

dapat

menceritakan

aktivitas apa yang tadi pagi


dilakukan.

Memori jangka menengah Pasien ingat kejadian beberapa


(recent past)
Memori

jangka

(remote)
4.

Sikap/tingkah laku
Perilaku

7.

aktivitas
Penampilan/rawat

Baik

8.

diri
Perhatian

Mudah

9.

Insight

dicantum
Derajat 6

panjang Pasien ingat berapa kali dia


dirawat di RS.

Kooperatif

5.

bulan yang lalu.

Pasien dapat diajak berbicara

dan Normoaktif

ketika diwawancarai
Perilaku dan aktivitas normal
Pasien terlihat rapi dan cukup

ditarik,

bersih.
mudah Pasien memperhatikan pemeriksa
saat ditanya dan tetap fokus
Pasien sadar sepenuhnya tentang
situasi dirinya disertai motivasi
untuk mencapai perbaikan.

3.2.2.

Gangguan Intelegensi Sesuai Umur / Pendidikan

Tidak ada
3.3. Hasil Pemeriksaan Psikologis
3.3.1.

Kepribadian

Ekstrovert
3.3.2.

IQ

Tidak dilakukan tes


3.3.3.

Lain-Lain

Tidak ada

4. RANGKUMAN DATA YANG DIDAPATKAN PADA PENDERITA


4.1.

Tanda-Tanda (Sign)

a. Penampilan
Sikap baik, rawat diri baik, tak tampak gangguan jiwa.
b. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Cara berjalan biasa, gerakan tubuh biasa, semua dalam batas normal
c. Pembicaraan (kuantitas, kecepatan produksi bicara, kualitas)
Dalam batas normal.
4.2.

Gejala
a. Halusinasi Auditorik (-), halusinasi visual (-)
b. Bentuk pikir realistis, isi pikir waham (-) ide (-)
c. Perhatian mudah ditarik, dapat dicantum.
d. Orientasi orang, waktu, tempat dan situasi baik
e. Mood eutimik.
f. Afek appropriate.

4.3.

Kumpulan Gejala (Sindrom)

Pada saat anamnesis, pasien terlihat tenang dan bercerita tentang


dirinya, berikut ini kumpulan gejala yang diperoleh dari autoanamnesis
dan alloanamnesis :
a. Arus

pikiran

yang

terputus

yang

berakibat

inkoherensi

(pembicaraan kacau) atau pembicaraan yang tidak relevan.


b. Riwayat adanya gejala-gejala negative seperti sikap sangat
apatis, bicara yang jarang bahkan tidak mau berbicara, respon
emosional yang menumpul yang mengakibatkan penarikan diri dari
pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial.

c. Riwayat suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam


mutu

keseluruhan

dari

berbagai

aspek

perilaku

pribadi,

bermanifestasi sebagai hilangnya minat, tak bertujuan, sikap malas,


sikap berdiam diri dan penarikan diri dari sosial.
Kumpulan gejala ini merupakan syarat seseorang menderita skizofrenia
menurut PPDGJ III.

5. DIAGNOSIS BANDING
-

F20.0.5 Skizofrenia paranoid remisi sempurna

F20.0.4 Skizofrenia paranoid remisi tak sempurna

6. PEMBAHASAN
Pedoman menurut DSM IV
DSM-IV mempunyai kriteria diagnosis resmi dari American Psychiatric
Association untuk skizofrenia. Kriteria diagnosis skizofrenia menurut DSMIV adalah:
a) Gejala karakteristik: dua (atau lebih) berikut, masing-masing ditemukan
untuk bagian waktu yang bermakna selama periode 1 bulan (atau kurang
jika diobati dengan berhasil):
1. Waham
2. Halusinasi
3. Bicara terdisorganisasi (misalnya, sering menyimpang atau inkoheren)
4. Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas
5. Gejala negatif, yaitu, pendataran afektif, alogia, atau tidak ada
kemauan (avolition)
Catatan: hanya satu gejala kriteria A yang diperlukan jika waham adalah
kacau atau halusinasi terdiri dari suara yang terus-menerus mengkomentari
perilaku atau pikiran pasien, atau dua atau lebih suara yang saling
bercakap satu sama lainnya.
b) Disfungsi sosial atau pekerjaan: untuk bagian waktu yang bermakna sejak
onset gangguan, satu atau lebih fungsi utama, seperti pekerjaan, hubungan
interpersonal, atau perawatan diri, adalah jelas di bawah tingkat yang

dicapai sebelum onset (atau jika onset pada masa anak-anak atau remaja,
kegagalan untuk mencapai tingkat pencapaian interpersonal, akademik,
atau pekerjaan yang diharapkan).
c) Durasi: tanda gangguan menetap terus-menerus menetap selama
sekurangnya 6 bulan. Periode 6 bulan ini harus termasuk sekurangnya 1
bulan gejala (atau kurang jika diobati dengan berhasil) yang memenuhi
kriteria A (yaitu, gejala fase aktif) dan mungkin termasuk periode gejala
prodormal atau residual. Selama periode prodormal atau residual, tanda
gangguan mungkin dimanifestasikan hanya oleh gejala negatif atau dua
atau lebih gejala yang dituliskan dalam kriteria A dalam bentuk yang
diperlemah (misalnya, keyakinan yang aneh, pengalaman persepsi yang
tidak lazim).
d) Penyingkiran gangguan skizoafektif dan gangguan mood: Gangguan
skizoafektif dan gangguan mood dengan ciri psikotik telah disingkirkan
karena:
1. Tidak ada episode depresif berat, manik, atau campuran yang telah
terjadi bersama-sama dengan gejala fase aktif; atau
2. Jika episode mood telah terjadi selama gejala fase aktif, durasi totalnya
adalah relatif singkat dibanhdingkan durasi periode aktif dan residual.
e) Penyingkiran zat/kondisi medis umum: Gangguan tidak disebabkan oleh
efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya obat yang salah
digunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum.
f) Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasif: jika terdapat riwayat
adanya gangguan autistik atau gangguan perkembangan pervasif lainnya,
diagnosis tambahan skizofrenia dibuat hanya jika waham atau halusinasi
yang menonjol juga ditemukan untuk sekurangnya 1 bulan (atau kurang
jika diobati secara berhasil).

Pedoman menurut PPDGJ III

Dalam PPDGJ III dijelaskan bahwa untuk menegakkan diagnosis skizofrenia


harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau jelas).
-

1. Salah satu dari:


thought echo : isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya

sama, namun kualitasnya berbeda; atau


thought insertion or withdrawal : isi pikiran yang asing dari luar
masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil

keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan


thought broadcasting : isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang

lain atau umum mengetahuinya;


2. Salah satu dari:
- delusion of control : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
-

kekuatan tertentu dari luar; atau


delusion of influence : waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu

kekuatan tertentu dari luar; atau


delusion of passivity : waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya : secara
jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau ke pikiran,

tindakan, atau penginderaan khusus);


delusional perception : pengalaman inderawi yang tak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau
mukjizat;

3. Halusinasi auditorik:
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
-

perilaku pasien, atau


Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara

berbagai suara yang berbicara), atau


Jenis suara halusinasi lain yang berasala dari salah satu bagian tubuh
4. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
-

dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal


keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di

atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau


berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).

Atau paling sedikit dua gejala ini yang harus selalu ada secara jelas:
5. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan
(over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus-menerus;
6. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme;
7. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi
tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme,
dan stupor;
8. Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respon

emosional

yang

menumpul

atau

tidak

wajar,

biasanya

mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya


kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;

Adanya gejala-gejala khas tersebut di atas telah berlangsung selama kurun


waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik

prodormal);
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak
berbuat sesuatau, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan
penarikan diri secara sosial.
Pedoman menurut PPDGJ III
Dalam PPDGJ III dijelaskan bahwa untuk menegakkan diagnosis skizofrenia
paranoid :

Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.


Sebagai tambahan :
Halusinasi dan/atau waham harus menonjol ;
a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau member perintah
atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit
(whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing).
b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual atau
lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang
menonjol;
c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan
(delusion of control), (delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-

kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas.


Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan , serta gejala
katatonik secara relative tidak nyata tidak menonjol.
Menurut saya pasien ini menderita skizofrenia paranoid remisi sempurna

(F20.0.5), karena :
- Pasien pernah mengalami gejala psikotik pada masa lampau yang
-

memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia.


Pasien memiliki gejala negatif dari skizofrenia yang menonjol pada masa
lampau seperti aktivitas pasien yang menurun, afek yang menumpul, sikap
pasif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi nonverbal yang buruk (ekspresi muka), dan kinerja sosial yang buruk. Namun

sudah mengalami perbaikan dan tidak ada lagi gejala negative.


Bersifat paranoid di masa lampau.
Arus pikiran yang terputus yang berakibat inkoherensi (pembicaraan

kacau) atau pembicaraan yang tidak relevan pada masa lampau.


Riwayat suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan dari berbagai aspek perilaku pribadi, bermanifestasi sebagai
hilangnya minat, tak bertujuan, sikap malas, sikap berdiam diri dan

penarikan diri dari sosial.


Tidak terdapat penyakit atau gangguan organic lain.

Diagnosa skizofrenia paranoid remisi sempurna (F20.0.5) digunakan pada


pasien yang pernah mengalami gejala-gejala skizofrenia paranoid di masa
lampau namun sudah sembuh dari gejala-gejala tersebut.
Skizofrenia paranoid remisi tak sempurna (F20.0.4)
Diagnosa skizofrenia paranoid remisi tak sempurna (F20.0.4) digunakan
pada pasien yang pernah mengalami gejala-gejala skizofrenia paranoid di
masa lampau namun sudah mengalami perbaikan dari perjalanan penyakitnya
tetapi gejala negatif dari skizofrenia seperti aktivitas pasien yang menurun,
afek yang menumpul, sikap pasif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi
pembicaraan, komunikasi non-verbal yang buruk (ekspresi muka), dan kinerja
sosial yang buruk masih ada.
Pada pasien ini memenuhi kriteria skizofrenia paranoid remisi sempurna,
adanya gejala-gejala skizofrenia paranoid di masa lampau, pasien telah
mengalami perbaikan, tidak ditemukan gejala-gejala skizofrenia paranoid
sehingga lebih memenuhi kriteria skizofrenia paranoid remisi sempurna.

7. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG (Laboratorium, EKG, EEG,


CT Scan)
Tidak perlu dilakukan karena pasien tidak menunjukkan gejala-gejala
patologik pada organ.
8. DIAGNOSIS
AKSIS I (Gangguan jiwa, kondisi yang menjadi fokus perhatian)
F20.0.5 Skizofrenia paranoid remisi sempurna
AKSIS II (Gangguan kepribadian, retardasi mental)

Tidak ada diagnosis untuk aksis ini


AKSIS III (Kondisi Medik Umum)
Tidak ada diagnosis untuk aksis ini

AKSIS IV (Stressor Psikososial)


Masalah meninggalnya bapak.

AKSIS V (Fungsi Sosial)


GAF 100-91 gejala tidak ada, berfungsi maksimal, tidak ada masalah
yang tak tertanggulangi.
9. RENCANA TERAPI/PENATALAKSANAAN
Farmakoterapi

Risperidone 2 x 2 mg

Clozapine 1 x 12,5 mg

Psikoterapi
o Terapi Interpersonal
Peran terapi ini untuk menekankan pada apa penyebab gangguan
depresifnya kemudian dijadikan sebagai metode penyembuhannya. Pasien
diajari untuk menilai secara realistik interaksi mereka dengan orang lain
dan menjadi menyadari bagaimana mereka mengisolasi diri mereka
sendiri, yang menyebabkan atau memperberat depresi yang mereka
keluhkan sehingga dengan ini pasien dapat menemukan penyebab dari
depresinya dan dapat mencari solusi dari permasalahannya tersebut.
o Terapi keluarga
Peran keluarga dalam perawatan pasien skizoafektif, memberikan
pendidikan dan informasi tentang skizoafektif pada keluarga pasien

(misalkan tanda-tanda awal dari kekambuhan, peran pengobatan, dan efek


samping obat yang diberikan).

o Terapi kelompok
Terapi kelompok biasanya memusatkan pada rencana, masalah, dan
hubungan dalam kehidupan nyata. Terapi kelompok efektif dalam
menurunkan isolasi sosial dan meningkatkan rasa persatuan. Pasien
dengan gejala negative, meskipun mereka tampak tidak berpartisipasi aktif
tapi biasanya mereka tetap mendengarkan.

10. PROGNOSIS
Indikator

Pada Pasien

Prognosis

FAKTOR PREMORBID

1.

Introvert

Jelek

Faktor kepribadian

Tidak ada

Baik

2.

Demokratis

Baik

Faktor genetik

Tidak ada

Baik

3.

Ada

Baik

Pola asuh

Ekonomi kurang

Jelek

4.

Ada

Baik

Faktor organik

Belum menikah

Jelek

5.

Buruk

Jelek

10.

Dewasa

Baik

Onset usia

Kronik

Jelek

Dukungan keluarga
6.
Sosioekonomi
7.
Faktor pencetus
8.
Status perkawinan
9.
Kegiatan spiritual

FAKTOR

11.
Skizofrenia
Kesimpulan prognosis: Dubia ad bonam

Jelek

11. RENCANA FOLLOW UP


Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya serta
efektivitas obat, dan kemungkinan munculnya efek samping dari terapi yang
diberikan.
Memastikan pasien mendapat psikoterapi interpersonal, keluarga dan
kelompok.

Anda mungkin juga menyukai