Anda di halaman 1dari 33

Pemeriksaan fisik neurologi

sistem motorik,sistem sensorik, refleks


fisiologik dan patologik
Pembimbing :
dr. Susanto, Sp.S
dr. Djati Sulastono, Sp.S
Leni Yuliani
2009730138
KEPANITERAAN KLINIK ILMU NEUROLOGI
RSUD CIANJUR
Juli Agustus 2013

SISTEM MOTORIK

PEMERIKSAAN
Memeriksa sistem motorik pasien fokuskan perhatian
pada posisi tubuhnya, gerakan involunter,
karakteristik otot (massa, tonus, serta kekuatan otot).

POSISI TUBUH
Gaya berjalan
Simetri
Kelumpuhan
tubuhbadan
dan
dan ektremitas
tingkah
dan anggota
laku gerak,

GAYA BERJALAN
Waddling
Steppage
Spastik
Hemiplegik
Tabetic
Parkinsonian
gait
gait

GERAKAN INVOLUNTER
TREMOR

CHOREA

DISKINESIA ORAL
FACIAL

ATETOSIS

DISTONIA

TICS

KARAKTERISTIK OTOT
MASSA OTOT
Bandingkan ukuran dan
kontur-kontur ototnya.

Atrofi ? (penyusutan
otot)
Hipertrofi ?
(peningkatan massa otot
yang sebanding dengan
peningkatan kekuatan
otot)
Pseudohipertrofi ?
(peningkatan massa otot
dan penurunan kekuatan
otot)

Kekuatan Otot

0
1
2
3
4
5

: Tidak didapatkan sedikitpun kontraksi otot, lumpuh totaL


: Terdapat sedikit kontraksi otot, namun tidak didapatkan gerakan
pada persendian yang harus digerakkan oleh otot tersebut.
: Didapatkan gerakan,tetapi gerakan ini tidak mampu melawan
gaya berat (gravitasi)
: Dapat mengadakan gerakan melawan gaya berat.
: Disamping dapat melawan gaya berat ia dapat pula mengatasi
sedikit tahanan yang diberikan.
: Tidak ada kelumpuhan (normal)

Kekuatan otot

Pemeriksaan Motorik
1.

Tes Fleksi (C5, C5


m. biseps) dan
Ekstensi (C6, C7,C8
m. triseps) pada
Sendi Siku

2.

Tes Genggaman
Tangan (C7, C8, T1)

3.

Tes Abduksi Jari


Tangan (C8,T1,
nervus ulnaris)

4. Tes Oposisi Ibu Jari


Tangan (C8, T1, n.
medianus)
5. Tes Fleksi pada
Sendi Pangkal Paha
(L2, L3, L4, - m.
iliopsoas)
6. Tes adduksi pada
sendi Pangkal paha
(L2,L3, L4, - mm.
adduktor)

7. Tes Abduksi pada sendi


pangkal paha (L4, L5,
S1 mm. gluteus
medius & minimus)
8. Tes Ekstensi pada sendi
pangkal paha (S1 m.
gluteus maksimus)
9. Tes adduksi pada sendi
Pangkal paha (L2,L3,
L4, - mm. adduktor)

10. Tes Ekstensi pada


sendi lutut (L2, L3,
L4 m. kuadriseps)
11. Tes Fleksi pada
sendi lutut (L4, L5,
S1, S2 mm.
Hamstrings)
12. Tes Dorsofleksi (L4,
L5) & Tes Plantaris
(S1) pada Sendi
Pergelangan kaki

SISTEM SENSORIK

Keluhan-keluhan
Lesi
Mencari

Getar
Raba
Panas
Tajam
Modalitas

Pemeriksaan Raba halus

Alat
Kapas.

Cara
Permukaan kulit ditotol dengan ujung kapas

pada sesuai dermatom kulit.


Dibandingkan kanan dan kiri.
Bila ada keluhan sensorik tertentu, lakukan
pemeriksaan pemeriksaan lebih teliti di daerah
yang mengalami gangguan. Periksa mulai dari
daerah yang mengalami gangguan ke arah luar
atau sebaliknya dan tentukan batasnya.

Catatan:
Daerah lateral kurang peka dari medial.
Ada daerah-daerah erotogenik : leher, sekitar

payudara, genitalia.

Pemeriksaan Nyeri
Alat : jarum pentul steril.
Cara
: jarum ditotol seperti pada pemeriksaan raba
halus.

Pemeriksaan Suhu

Alat :
Botol/tabung berisi air panas : suhu 40-45 derajat celcius.
Botol/tabung berisi air dingin : suhu 10-15 derajat celcius.
Cara pemeriksaan :
Botol ditempatkan bergantian di permukaan kulit seperti pada
pemeriksaan raba halus.
Botol botol tersebut harus kering betul.
Bagian tubuh yang tertutup pakaian lebih sensitif dari bagian
tubuh yang terbuka.
Pada orang tua sering dijumpai hipestesia yang fisiologik.

Pemeriksaan rasa gerak/posisi sendi


Alat
:Cara pemeriksaan : Pegang ujung jari jempol kaki pasien dengan jari
telunjuk dan jempol jari tangan pemeriksa dan gerakkan keatas
kebawah maupun kesamping kanan dan kiri, kemudian pasien
diminta untuk menjawab posisi ibu jari jempol nya berada di atas
atau di bawah atau di samping kanan/kiri.

Pemeriksaan rasa getar


Alat
: Garpu tala
Cara pemeriksaan : Garpu tala digetarkan dulu/diketuk pada meja
atau benda keras lalu letakkan diatas ujung ibu jari kaki pasien
dan mintalah pasien menjawab untuk merasakan ada getaran
atau tidak dari garputala tersebut.

Pemeriksaan rasa gerak/posisi sendi


Alat
:Cara pemeriksaan : Pegang ujung jari jempol kaki pasien dengan jari
telunjuk dan jempol jari tangan pemeriksa dan gerakkan keatas
kebawah maupun kesamping kanan dan kiri, kemudian pasien
diminta untuk menjawab posisi ibu jari jempol nya berada di atas
atau di bawah atau di samping kanan/kiri.

Pemeriksaan rasa getar


Alat
: Garpu tala
Cara pemeriksaan : Garpu tala digetarkan dulu/diketuk pada meja
atau benda keras lalu letakkan diatas ujung ibu jari kaki pasien
dan mintalah pasien menjawab untuk merasakan ada getaran
atau tidak dari garputala tersebut.

Nomenklatur untuk pemeriksaan


sensorik
Rasa EKSTEROSEPTIF

Test untuk Diskriminatif

Alat pemeriksa : kunci, mata uang logam,


kancing , jarum bundel.
Cara pemeriksaan :
Rasa Stereognosis
Dengan mata tertutup pasien diminta untuk
mengenal benda benda yang disodorkan
kepadanya.

Test untuk Diskriminatif

Rasa Grafestesia
Untuk mengenal angka, aksara, bentuk yang
digoreskan diatas kulit pasien, misalnya
ditelapak tangan pasien.
Diskriminasi dua titik
Dengan menggunakan dua buah jarum
sentuh permukaan ventral jari tangan pasien
pada sekaligus dua tempat.

PEMERIKSAAN REFLEKS

PERINGKAT REFLEKS
4+

: Hiperaktif (dengan klonus)


3+
: Lebih cepat dari rata-rata,
tidak
perlu dianggap abnormal
2+
: Rata-rata normal
1+
: Berkurang, normal rendah
0
: Tidak ada respon

REFLEKS FISIOLOGIS
Biseps
Stimulus : ketokan pada jari pemeriksa
yang ditempatkan pada tendon m.
Biseps
brachii, posisi lengan
setengah ditekuk
pada sendi siku
Respons
: fleksi lengan pada sendi siku.
Afferent
: n. musculucutaneus (C5-6)
Efferenst
: n. musculucutaneus (C5-6)
Triseps
Stimulus

: ketukan pada tendon otot triseps


brachii, posisi lengan fleksi pada
sendi siku dan sedikit pronasi.
Respons
: extensi lengan bawah disendi
siku
Afferent
: n. radialis (C 6-7)
Efferenst
: n. radialis (C 6-7)

Refleks Supinator / Brakioradialis


Stimulus
: ketukan pada periosteum ujung distal os
radii, posisi lengan setengah fleksi
dan sedikit pronasi
Respons: fleksi lengan bawah di sendi siku dan
supinasi karena kontraksi m. Brachioradialis

Refleks Patella
Stimulus : ketukan pada tendon patella
Respons
: ekstensi tungkai bawah karena kontraksi
m. quadriceps femoris.
Efferent : n. femoralis (L 2-3-4)
Afferent : n. femoralis (L 2-3-4)

Refleks Achilles
Stimulus : ketukan pada tendon Achilles
Respons: plantar fleksi kaki karena kontraksi m.
Gastrocnemius
Efferent : n. tibialis ( L. 5-S, 1-2 )
Afferent : n. tibialis ( L. 5-S, 1-2 )

REFLEKS PATOLOGIS

Refleks Patologis
Tanda Babinsky dorsofleksi ibu jari kaki dan pengembangan
(fanning) keempat jari kaki yang lain.
Tanda Babinsky dapat dibangkitkan dengan beberapa cara :

Cara Babinsky
Cara Chaddock
Stimulus :
Stimulus :
penggoresan
penggoresan kulit
telapak kaki bagian
dorsum pedis bagian
lateral dari posterior
lateral, sekitar
ke anterior.
malleolus lateralis
Respons : tanda
dari posterior ke
Babinsky.
anterior.
Cara Schaffer
Cara Gordon

Stimulus :
Respons
Stimulus :: tanda
Babinsky betis
memencet tendon
penekanan
Achilles secara keras
Respons : seperti
Babinsky

secara keras
Respons : tanda
Babinsky.

Cara Oppenheim
Stimulus :
pengurutan margo
anterior tibia dari
proksimal ke distal
Respons : tanda
Babinsky.
Cara Gonda
Stimulus :
memencet 1jari kaki
kemudian dilepaskan
Respons : tanda
Babinsky.

1.
2.

Babinski

Oppenheim
3. Gordon
4. Schaefer
5. Gonda
6. Chaddock

Klonus lutut :
Stimulus : pegang dan dorong
os patela ke arah distal
Respons : kontraksi reflektorik
m. quadriceps femoris selama
stimulus berlangsung (klonus
>2 kali, 2 = pseudoklonus)
Klonus kaki :
Stimulus : dorsofleksikan kaki
secara maksimal, posisi tungkai
fleksi di sendi lutut.
Respons : kontraksi reflektorik
otot betis selama stimulus
berlangsung.

REFLEKS PATOLOGIS
Stimulus :: fleksi
Respons
pengetukan
jari-jaripada
kaki pada
telapak
sendi
kakiinterfalangealnya
Stimulus :: fleksi
Respons
pengetukan
jari-jaripada
kaki pada
telapak
sendi
kakiinterfalangealnya

DAFTAR PUSTAKA
Baehr,

M. dan M. Frotscher. Diagnosis Topik dan


Neurologi DUUS, Anatomi Fisiologi Tanda Gejala.
Jakarta: EGC. 2010.
Bickley, Lynn; Szilagui, Peter (2007). Bates' Guide
to Physical Examination and History Taking (9th
ed.). Lippincott Williams & Wilkins. ISBN
0-7818-6718-0.
Lumbantobing, S.M. Neurologi Klinik, Pemeriksaan
Fisik dan Mental. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2011.
Mulia, Nico Paundra. 2011. Pemeriksaan Neurologi.
www.scribd.com [akses september 2012].

Anda mungkin juga menyukai