Anda di halaman 1dari 35

Skizofrenia

paranoid
Maria mustika dewanti
112014242

Identitas pasien
Nama (inisial)
: Ny. WJ
Tempat & tanggal lahir : Bandung, 7 Maret 1956
(60 thn)
Jenis kelamin
: Perempuan
Suku bangsa
: Sunda
Agama
: Islam
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: Ibu rumah tangga
Status perkawinan : Janda
Alamat
: KP. Cikadu , Bandung

Riwayat psikiatrik
Data diperoleh dari :
Autoanamnesis dari Ny. WJ tanggal 31 agustus
2016 pukul 16.00 WIB di IGD
Alloanamnesis dari Ny. Y (anak pasien)

Keluhan utama
mengamuk

Riwayat gangguan
sekarang
Pasien mulai sakit sejak tahun 2012 dan mendapat
perawatan di RSJ Propinsi Jawa barat. Pasien dirawat karena
suka menangis tanpa sebab, suka menyendiri di kamar
(abulia), suka melamun, kurang tidur. Pasien mulai
mengalami gejala ini setelah suaminya meninggal dunia.
Sejak tahun 2015, pasien tidak kontrol karena keterbatasan
biaya. Pasien menunjukkan gejala bicara kacau, bicara
sendiri, mudah tersinggung, gelisah, susah
tidur(insomnia). Minum obat pun tidak teratur karena
menganggap dirinya sudah sembuh.
Pasien dibawa anaknya ke Poli Rawat jalan oleh karena
pasien kembali bicara sendiri, emosi labil, mudah
tersinggung dan mengamuk sejak 1 bulan yang lalu SMRS
(juli 2016). Pasien lebih suka menyendiri di kamar.

Riwayat gangguan
sebelumnya
Gangguan psikiatrik : Sebelum tahun 2012, Os
tidak punya riwayat gangguan psikiatrik.
Riwayat gangguan medik : Ada riwayat
hipertensi, riwayat kejang disangkal, trauma
disangkal.
Riwayat penggunaan zat psikoaktif :
disangkal.

Skema perkembangan
penyakit

Riwayat kehidupan
pribadi
Riwayat perkembangan fisik : Pasien lahir cukup bulan, proses
kelahiran normal dibantu bidan.
Riwayat perkembangan kepribadian :
o Masa kanak-kanak : Pasien bersekolah sampai SD dan tidak melanjutkan sekolah karena
keterbatasan biaya. Pada saat disekolah pasien memiliki banyak teman. Perilaku pasien
ceria.
o Masa remaja : pasien tidak melanjutkan pendidikan ke bangku SMP karena tidak ada biaya.
o Masa dewasa : Menikah dan menjadi ibu rumah tangga mempunyai 3 orang anak

Riwayat pendidikan :
Pasien mulai memasuki sekolah dasar usia 7 tahun dan dapat
mengikuti pelajaran dengan baik. Pasien lulus sekolah dasar
tidak melanjutkan ke tingkat berikutnya karenakan orangtua
nya tidak mampu membayar biaya sekolah, tidak pernah
tinggal kelas, tidak pernah mendapatkan peringkat/juara di
kelas. Hubungan pasien dengan para guru baik, pasien
memiliki banyak teman saat kecil dan suka bermain bersamasama.

Riwayat kehidupan
pribadi
Riwayat pekerjaan :
Tidak bekerja (ibu rumah tangga)
Kehidupan beragama :
Pasien mengaku jarang beribadah atau membaca
kitab suci.
Kehidupan sosial dan perkawinan :
Suami pasien sudah meninggal pada tahun 2012
dan mempunyai 4 orang anak.

Riwayat keluarga

Riwayat kehidupan sosial


sekarang
Pasien tinggal bersama anak bungsunya yang
suaminya sudah meninggal. Ketiga anaknya
sudah berkeluarga dan meiliki rumah sendiri.

Status mental
Penampilan
Berpakaian sesuai usia. Kuku terawat dan rambut tidak
disisir pandangan tajam dan kosong.
Kesadaran
Kesadaran sensorium / neurologik : compos mentis
Kesadaran Psikiatrik : tampak terganggu
Perilaku dan aktivitas psikomotor
Sebelum wawancara
: pasien berbaring dan kaki serta
tangannya diikat
Selama wawancara : pasien kooperatif dan mau menatap
mata pewawancara, selama wawancara pasien terlihat sedih
namun masih mau menjawab pertanyaan pewawancara.
Sesudah wawancara : pasien masih dirawat

Status mental
Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif.
Pembicaraan :
Cara berbicara : spontan, intonasi baik, volume
bicara keras dan monoton, dan artikulasi jelas.
Gangguan berbicara : tidak ada.

Alam perasaan

Suasana perasaan (mood) : hypotim.


Afek
Arus : lambat
Stabilisasi : labil
Kedalaman : dangkal
Skala diferensisasi : sempit
Keserasian : tidak serasi
Pengendalian impuls : lemah
Ekspresi : hostail
Dramatisasi : tidak ada akting emosional
Empati : belum dapat ditentukan

Gangguan persepsi
Halusinasi : halusinasi audiotorik (sering
mendengar bisikan orang berisik padahal
suasana sepi), halusinasi visual (melihat
bayangan menantu yang sudah meninggal)
Ilusi : tidak ada
Depersonalisasi : tidak ada
Derealisasi : tidak ada

Sensorium dan kognitif


Taraf pendidikan : Tamat SD
Pengetahuan umum : cukup (mengetahui nama
presiden Indonesia sekarang)
Kecerdasan
: cukup (dapat menjawab
pertanyaan hitungan)
Konsentrasi
: distractibilitas
Orientasi
Waktu : tidak baik,
Tempat : tidak baik,
Orang : tidak baik,
Situasi : tidak baik,

Sensorium dan kognitif

Daya ingat
Tingkat
Jangka panjang : baik (dapat mengingat nama anak-anaknya)
Jangka pendek
: tidak baik, pasien tidak ingat sebbelum dibawa
kesini
Segera : tidak baik (tidak dapat mengingat kapan terakhir makan
dan makan apa)

Gangguan :
Pikiran abstraktif : buruk (tidak mengetahui arti tong kosong nyaring
bunyinya)
Visuospatial : belum dinilai
Bakat kreatif : bisa menyanyi
Kemampuan menolong diri sendiri : Baik (makan teratur dan mau
mandi)

Proses pikir

Arus pikir
Produktivitas
: Autistik (ada waham dan halusinasi)
Kontinuitas
: koheren
Hendaya Bahasa : Tidak ada
Isi pikir
Preokupasi dalam pikiran : tidak ada.
Waham : waham curiga (pasien sering mengganggap orang
sedang membicarakan dirinya)
Obsesi
: Tidak ada
Fobia
: Tidak ada
Gagasan rujukan : Tidak ada
Gagasan pengaruh :Tidak ada

Pengendalian impuls:
Baik
Daya nilai:
Daya nilai sosial : baik, pasien mengatakan tidak
boleh memukul orang walaupun saat marah.
Uji daya nilai : baik, pasien mengatakan akan
memberikan makanan jika bertemu dengan orang
yg sedang lapar.
Daya realibitas : terganggu, pasien tidak
mengatakan alasan pasien dibawa ke rumah sakit
jiwa.

Tilikan:
Derajat 1
Reliabilitas:
Tidak realistik

Pemeriksaan status internus dan neurologis


dalam batas normal

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Belum dilakukan

Ikhtisar penemuan
bermakna
Pasien perempuan 60 tahun, beragama Islam, beralamat di KP. Cikadu ,
Bandung. Pendidikan terakhir SD. Pasien tidak bekerja dan menjadi ibu
rumah tangga,datang dibawa anaknya ke Poli rawat jalan RSJ Propinsi Jawa
Barat dengan keluhan bicara sendiri sejak 1 bulan yang lalu. Pasien juga
mudah tersinggung dan menganggap orang sekitarnya sedang
membicarakannya(waham curiga). Pasien sering mendengar orang berisik
dalam keadaan suasana rumah sepi (halusinasi auditorik). Pasien tidak
tidak tahu asalnya dari mana. Pasien juga melihat bayangan menantu dari
anak bungsunya yang sudah meninggal awal tahun ini. (halusinasi visual).
Pasien memiliki 4 anak dan suaminya sudah meninggal sejak tahun 2012.
Pasien tinggal bersama anak bungsunya yang sudah tinggal suaminya
meninggal. Ketiga anaknya sudah berkeluarga dan tinggal sendiri. Anak
bungsunya mengatakan saudaranya jarang menjenguk oleh karena
rumahnya di luar kota. (stresor)
Pasien sudah mengalami gangguan sejak tahun 2012. Pasien jarang kontrol
dan minum obat tidak teratur. Pasien menyangkal dirinya sakit dan tidak
mengetahui alasan anaknya membawanya ke RSJ. (tilikan I)

Formulasi diagnostik
Susunan formulasi diagnostik ini berdasarkan dengan
penemuan bermakna dengan urutan untuk evaluasi
multiaksial, seperti berikut :
Aksis 1 : F20.0 skizofrenia paranoid
Berdasarkan hasil autoanamnesis didapatkan keluhan
utama : Bicara sendiri
Status mental : berdasarkan hasil anamnesis didapatkan ;
halusinasi auditorik, halusinasi visual, waham curiga.
Gangguan ini sebagai Gangguan Mental Non Organik
(GMNO) karena tidak adanya:
o
o
o
o
o

Gangguan kesadaran (pasien kompos mentis)


Gangguan kognitif (orientasi dan memori)
Gangguan fungsi intelektual
Gangguan daya ingat
Kelainan faktor organik spesifik

Diagnosis banding
F25.1 Gangguan Skizoafektif Tipe Depresif
o Ada depresi yang menonjol, disertai oleh sedikitnya dua gejala depresif
yang khas (kesulitan dalam aktivitas sosial,bicara sendiri)
o Namun gejala skizofrenia lebih menonjol dibandingkan gangguan
afektifnya.

Aksis II.
Berdasarkan riwayat pribadi tidak ditemukan diagnosis,
untuk gangguan kepribadian atau retardasi mental ,
sehingga aksis dua tidak ada diagnosis.
Aksis III.
Berdasarkan pemeriksaan fisik ditemukan adanya hipertensi.
Aksis IV.
Berdasarkan anamnesis terdapat stresor; yaitu masalah
dengan primary support group (keluarga), masalah keluarga
(pasien jarang bertemu dengan ketiga anaknya).
Aksis V.
Ada masalah dalam menjalin hubungan sosial dengan
keluarga dan tetangga. Pasien lebih suka menyendiri di
kamar.

Evaluasi multiaksial
Aksis 1
Aksis II :
mental
Aksis III:
Aksis IV:
Aksis V :

: F20.0 skizofenia paranoid


tidak ada ciri kepribadian dan retardasi
Hipertensi
stresor masalah keluarga
GAF 51-60

Prognosis
Quo ad vitam: ad bonam
Quo ad functionam: dubia ad malam
Quo ad sanationam: dubia ad malam

Datar problem
Organobiologik : adanya riwayat hipertensi
Psikologi/psikiatrik : halusinasi auditorik,
halusinasi visuual, waham curiga
Sosial/keluarga : Suami pasien sudah meninggal
dan pasien tinggal dengan anak bungsunya.
Pasien juga tidak dapat menjalankan fungsi dan
kerja sehari-hari dengan baik

Terapi

Psikofarmaka
R/ Haloperidol 5 mg tab No. VI
S 1-0-1 tab
-------------------------------------------------(sign)
R/ Merlopam 2 mg tab No. III
S 0-0-1
-------------------------------------------------(sign)
R/ amlodipin 5mg No.III
S 1-0-0
-------------------------------------------------(sign)

psikoterapi
Menanamkan kepercayaan pada pasien bahwa
gejala-gejala gangguannya tidak nyata dan dapat
diatasi
Edukasi kepada pasien mengenai pentingnya
minum obat dan kontrol secara teratur.
Bersifat supportif kepada pasien, memotivasi
potensi dan kemampuan yang ada pada pasien.
Sebagai contoh, mendorong pasien untuk bekerja

Psikoterapi
Terapi individual :
Memberikan informasi dan edukasi pada pasien mengenai
penyakitnya.
Memberikan informasi pada pasien mengenai pentingnya
minum obat dan kontrol secara teratur.
Memotivasi pasien untuk menjalin hubungan yang harmonis
dengan anggota keluarga.

Terapi kelompok
Menyarankan pasien untuk mengikuti setiap kegiatan di
lingkungan sekitar bersama dengan tetangga untuk menjalin
sosialisasi yang baik.
Memotivasi pasien untuk berani bersosialisasi dengan orang di
sekitar.

Psikoterapi
Terhadap Keluarganya
Memberi penjelasan yang bersifat komunikatif,
informatif dan edukatif tentang keadaan penyakit
pasien sehingga keluarga bisa menerima dan
memahami keadaan pasien, serta mendukung
proses penyembuhannya dan mencegah
kekambuhan.
Memberi informasi dan edukasi kepada keluarga
mengenai terapi yang diberikan pada pasien dan
pentingnya pasienuntuk dipantau kontrol dan
minum obat secara teratur.

Thank you

Anda mungkin juga menyukai