Anda di halaman 1dari 58

INDUSTRI PENETASAN

PETERNAKAN UNGGAS LOKAL


ITIK

Ternak Itik

Potensi Itik:
1. Produksi telur 15,43%
2. Produksi daging 2,297%
3. Hasil ikutan: bulu, pupuk
4. Pendapatan
5. Ekspor

Kelebihan Itik:
1. Lebih tahan penyakit
2. Sudah beradaptasi
3. Pertumbuhan cepat
4. Dipelihara secara sederhana
5. Memanfaatkan bahan pakan limbah
6. Protein dan lemak telur lebih tinggi
7. Harga lebih stabil

Kendala utama dalam pengembangan dan produksi itik:


Faktor internal: Mutu genetik

Faktor eksternal: Peternak

pertumbuhan lambat

modal dan lahan terbatas

produksi telur rendah/bervariasi

tenaga kerja kurang berkualitas dan

mortalitas tinggi
reproduksi rendah

adopsi inovasi teknologi rendah


Kebijakan pemerintah:
tidak disediakan duck breeding
center
penyedian modal dengan bunga

Produksi telur dapat mencapai


250 butir/ekor/tahun

rendah sulit diperoleh karena resiko


kematian tinggi
kurangnya informasi innvasi
teknologi tepat guna

Upaya peningkatan produktivitas itik dapat dilakukan:

1. Secara genetik: seleksi dan persilangan beberapa jenis itik


2. Pemeliharan secara intensif maupun semi intensif
3. Pemberian pakan seimbang sesuai kebutuhan
4. Pencegahan terhadap penyakit

Usaha ternak itik masih berpeluang menguntungkan:


1. Permintaan daging dan telur semakin meningkat
2. Arus pemasaran telur dan daging itik terbuka luas (sentra itik hanya
terdapat dibeberapa daerah)
3. Aspek sosial ekonomi: permintaan yang tinggi dan didukung sumber
daya alam lokal.

Bangsa Itik lokal


Tabel 1. Karakteristik morfologi tubuh itik Tegal, Magelang dan Mojosari
Variabel yang diamati

Itik Tegal

Itik Magelang

Itik Mojosari

Bobot badan (g)

1482124

1734136

1476120 (coklat)
1462112 (putih)

Warna bulu

Branjangan (warna
coklat pada seluruh
tubuh), itik jantan
warnanya lebih gelap,
putih, kalung

Jarakan kalung (coklat,


pada leher terdapat
kalung putih), coklat,
gambiran (coklat
campur putih), wiroko
(hitam campur putih),
putih mendominasi
coklat (kapasan), putih
jambul, bambangan
(seperti itik
Tegal),putih, hitam .

Coklat gelap, putih


polos, coklat
kombinasi putih

Warna paruh

Hitam, kuning

Hitam, kuning

Hitam, kuning

Warna shank

Hitam, kuning

Hitam, kuning

Hitam, kuning

Bentuk badan

Seperti botol, ramping,


leher panjang (rotan)

Tubuh besar, dada


tegap, bagian perut
bulat

Badan kecil, lebih


pendek dibanding itik
Tegal

Ismoyowati dan Purwantini, 2009

Itik Tegal

Itik Magelang gambiran dan wiroko

Itik Magelang kalung dan


putih

Itik Magelang jarakan kalung

Tabel 2. Data Bobot badan, warna bulu, shank, paruh dan bentuk badan itik Bali
dan Alabio
Variabel yang diamati

Itik Bali

Itik Alabio

Bobot badan (g)

1480120

1670150

Produksi telur (butir/tahun)


Warna kerabang telur

200-260
Putih pada itik Bali putih dan hijau
kebiruan pada itik Bali coklat, hitam dan
variasi putih

250-300
Hijau kebiruan

\Warna bulu

(1)Warna bulu putih mulus tanpa variasi


baik jantan maupun betin. Itik jantan
memiliki jambul dibagian atas kepala.
(2) Variasi coklat, hitam dan putih.

Warna bulu didominasi warna coklat


keabuan dengan tutul agak kuning
pada betina dan tutul hitam pada jantan
disekitar punggung. Ujung sayap
berwarna biru kehijauan pada betina,
sedangkan pada jantan biru jingga.
Pada jantan bulu ekor berwarna hitam,
sebagian helai mencuat ke atas. Bagian
atas kepala berwarna hitam.

Warna paruh

Kuning pada itik yang berbulu putih.


Kuning atau hitam pada yang berbulu
coklat, hitam dan kombinasi coklat-hitam
atau hitam putih.

Kuning

Warna shank

Kuning pada itik yang berbulu putih.


Kuning atau hitam pada yang berbulu
coklat, hitam dan kombinasi coklat-hitam
atau hitam putih.

Kuning

Bentuk badan

Seperti botol, ramping, leher panjang.

Tubuh relatif besar, dada tegap, bagian


perut bulat

Sumber: Ismoyowati dan Purwantini, 2010

Itik Bali putih

Itik Bali coklat, hitam dan kombinasi coklat-hitam-putih

Itik Alabio

Daerah sentra peternakan itik di Indonesia


No

Propinsi

2005

2006

2007

2008

2009

Jabar

5305485

5296757

6534753

7962095

8200958

Jateng

4917777

4614468

4541807

4530868

5430199

Jatim

2402113

2430767

2464623

4344838

4410010

Kalsel

3041695

3487002

3771176

4137949

4194535

NAD

2910449

2909182

2330837

2596927

2674206

Sulsel

2485042

2423162

1036367

2468432

2497646

Sumut

1994803

1840447

3360591

2165366

2184854

Sulbar

209694

240873

1799266

1871992

2066268

Sumsel

2029000

1843000

1851000

1282030

1323400

10

Banten

723576

953217

1279230

1617181

1666031

11

Sumbar

985443

1040966

1006445

1054957

1196146

12

Indonesia

32405428

32480718

35866833

39839520

42090110

Macam usaha peternakan itik:


1.Budidaya itik petelur
2.Pembibitan itik
3.Budidaya itik pedaging
4.Usaha peternakan itik terintegrasi
5.Usaha pegolahan produk itik
Sistem budidaya/pemeliharaan:
1.Ekstensif
2.semi intensif
3.Intensif
Status usaha:
1.Usaha pokok
2.Usaha sambilan

Skala usaha:
1.< 100
2.100-500
3.500-1000
4.1000-3000
5.3000-5000
6.5000-10000
Permasalahan yang ada pada budidaya itik adalah:
1.Tingginya harga pakan
2.belum tersedianya bibit itik yang terjamin mutu genetiknya
3.Terbatasnya modal
4.Penyakit dan perubahan iklim

1. Teknologi pakan, dengan tujuan untuk menurunkan harga


pakan tanpa mempengaruhi produksinya, pemanfaatan pakan
lokal yang belum optimal seperti sumber protein
yaitu keong mas, ikan rucah, hijauan misalnya eceng gondok
2. Pembentukkan vilage breeding center di daerah sentra
peternakan itik
3. Pengendalian dan pencegahan penyakit terutama penyakit
berbahaya dan menular dengan cara penyuluhan yang intensif
dan pengadaan vaksin
4. Pemantapan kelembagaan akan pentingnya kelembagaan
dalam hal pengendalian harga baik produk itik maupun saprodi
itik (pakan, bibit)
5. Penguatan modal usaha, dengan cara meningkatkan jalinan
kerjasama baik dengan pemerintah dan swasta dengan
kesepakatan dan perjanjian agar tidak ada yang
dirugikan

KETERSEDIAAN BIBIT ITIK


Tabel. Analisis pemenuhan kebutuhan bibit itik 2008-2010
No.

1
2

Uraian

Populasi (juta ekor)


Daging itik lokal (ribu ton)
Kebutuhan
Pemenuhan
Telur itik local (ribu ton)
Kebutuhan
Pemenuhan
DOD itik local (juta ekor)
Kekurangan/kelebihan utk daging
Kekurangan untuk telur
Jumlah kekurangan
Jumlah penduduk (juta jiwa)

Pemenuhan daging, telur itik dan


DOD
2008
2009
2010
49
53
65
13,5
13,5

13,9
13,9

14,3
14,3

174
174

184
184

193
193

7
17
24
226,8

0,3
7,0
7,3
229,4

3,1
4,0
0,9
232

Strategi dan langkah operasional penyediaan bibit itik


Populasi Itik lokal
49 juta ekor
(2008), 53 juta
ekor (20009)
dan 65 juta ekor
(2010)

Kekurangan bibit
itik Lokal (ekor)
2008 = 24 juta
2009 = 7,3 juta
2010 = 0,9 juta

Strategi perbibitan itik lokal


1. Peningkatan penyediaan bibit itik l
a. Mengintensifkan pemeliharaan itik
b. Pengembangan sentra pembibitan
itik
2. Peningkatan mutu bibit :
a. Penjaringan calon pembibit itik ,
melalui penilaian sistem produksi di
daerah sumber bibit;
b. Pembentukan struktur populasi
pembibitan;
c. Peningkatan mutu itik lokal melalui
seleksi intensif.
3. Optimalisasi kelembagaan dan SDM
perbibitan
a. Pembentukan kelompok pembibit
itik ldan penguatan modal;
b. Optimalisasi peran dan fungsi UPT,
UPTD dan pembibitan itik lokal.
c. Pembentukan unit kerja
perlindungan galur ternak

Terpenuhinya
permintaan
Daging Itik (ribu ton)
2008 : 13,5
2009 : 13,9
2010 : 14,3

Permintaan telur
itik lokal (ribu ton)
2008 : 174
2009 :184
2010 :193

Analisis Usaha Ternak Itik

Analisis kelayakan usaha: R/C (revenue cost ratio)


Merupakan perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya yang
dikeluarkan.
Usaha dinilai menguntungkan bila: R/C >1
Contoh: pemeliharaan itik semi intensif
1. Pembuatan kandang ren 7 x 35 m untuk itik 1000 ekor = Rp7.000.000
2. Sewa lahan 500 m2/tahun = Rp 500.000
3. Penyusutan kandang 3%/tahun
4. Harga itik siap bertelur Rp 28.000/ekor
5. Produktivitas 60% selama 10 bulan produksi
6. Mortalitas 5%
7. Harga jual telur Rp 750

1. Biaya operasional
a. Bibit itik 1000 ekor x Rp 28.000

Rp 28.000.000

b. Sewa lahan

Rp

c. Upah tenaga kerja 365 hari x Rp 12.000

Rp 4.380.000

d. Pakan 365 hari x 1.000 e x 0,15 kg x 1400

Rp 76.650.000

e. Obat dan vitamin

Rp

150.000

f. Penyusutan kandang(3%)

Rp

210.000

g. Pengemasan dan transportasi

Rp 1.500.000

Total

500.000

Rp 111.390.000

2. Penerimaan
a. Penjualan telur 950 (mortalitas 5%) x 60% x 300 hari
x Rp 750
b. Penjualan pupuk 840 sak x Rp 2500
Total

Rp 128.250.000
Rp

2.100.000

Rp 130.350.000

3. Pendapatan = total penerimaan total biaya


130.350.000 - 111.390.000
= Rp 18.960.000
4. R/C = penerimaan/ biaya
= 130.350.000/111.390.000
= 1,170
Usaha dianggap layak: setiap penambahan biaya Rp 1000 akan diperoleh
penerimaan tambahan sebesar Rp 1170

PR
1.Mengapa industri perunggasan lebih mampu bertahan dibandingkan
dengan industri yang lain?
2.Berapakan kontribusi daging dan telur asal unggas terhadap produksi
daging dan telur nasional? Jelaskan juga berapa kontribusi masingmasing komoditas unggas!
3.Apa yang dimaksud dengan industri perunggasan terintegrasi?
4.Jelaskan sistem dan pola kemitraan pada peternakan ayam broiler?
5.Apa yang dimaksud dengan biosecurity pada industri penetasan
ayam dan mengapa perlu dilakukan biosecurity?
6.Jelaskan kegiatan yang dilakukan di holding room!
7.Jelaskan proses setting HE ke dalam setter!
8.Jelaskan proses transfer HE ke hatcher!
9.Jelaskan proses grading pada DOC ayam broiler dan petelur!
10.Sebutkan dan jelaskan potensi peternakan itik!
11.Mengapa usah peternakan itik masih berpeluang menguntungkan?

12. Sebutkan permasalahan yang ada pada peternakan budidaya


itik dan bagaimana solusinya?
13. Sebutkan strategi untuk penyediaan bibit itik lokal!
14. Hitunglan analisis kelayakan usaha pada ternak itik dengan
asumsi:
a. Pemeliharaan itik dilakukan secara semi intensif
b. Populasi itik 500 ekor
c. Harga bibit itik siap bertelur Rp 45.000 per ekor
d. Biaya pembuatan kandang dan peralatan per ekor Rp 13.000
e. Penyusutan kandang 3%/tahun
f. Produktivitas 70% selama 10 bulan
g. Mortalitas 5%
h. Harga jual telur Rp 1100 per butir
i. Sewa laha Rp 500.000/tahun
j. Biaya obat, vitamin dan sanitasi kandang Rp 30.000/bulan

Anda mungkin juga menyukai