Anda di halaman 1dari 19

ASPEK HUKUM PELAYANAN

KESEHATAN
OLEH : ASTUTIK,S.H.,M.H.

Hubungan antara pemberi


pelayanan kesehatan dan penerima
pelayanan kesehatan
Pola hubungan vertikal dengan
prinsip father know best.
Hubungan paternalistik
Hubungan tidak sederajat
Hulpverlenenen
Inspanningsverbintenis bukan
risikoverbintenis

Perubahan pola hubungan


pelayanan medik :
1. Meningkatnya jumlah permintaan
pelayanan kesehatan
2. Berubahnya pola penyakit
3. Tehnologi medik

Pola hubungan Horizontal :


Si sakit mendatangi sang pengobat ,
karena ia sudah tahu dirinya sakit.
Hubungan antara si sakit dan pengobat
adalah sejajar, namun peran pengobat
lebih penting dari dirinya.
Konsekuensi material/financial yang
tidak sama
Pengobat harus bertindak hati-hati dan
cermat agar tidak terjadi kerugian

Aspek hukum dari pelayanan


Kesehatan
Aspek Hukum Perdata
Aspek Hukum Administrasi
Aspek Hukum Pidana

Aspek Hukum Perdata :


Wanprestasi Pasal 1234 BW
Pasal 1365 BW ( perbuatan
melanggar hukum)
Mengakibatkan mati/cacat tubuh
karena kurang hati-hati dan cermat

Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk


dapat diterapkan pasal 1365 BW :

Ada perbuatan
Perbuatan tersebut melanggar
hukum
Ada kerugian
Ada hubungan kausal antara
perbuatan dan akibat
Adanya kesalahan

Katagori perbuatan Melawan


Hukum :
Bertentangan dengan hak orang lain
Bertentangan dengan kewajiban
hukumnya sendiri
Bertentangan dengan nilanilai/norma kesusilaan
Bertentangan dengan keharusan
yang harus diindahkan dalam
pergaulan masyarakat

Bentuk-bentuk wan
prestasi :
Tidak memberikan prestasi sama sekali
sebagaimana yang dijanjikan
Memberikan prestasi tidak sebagaimana
mestinya, tidak sesuai dengan kualitas dan
kuantitas yang diperjanjikan
Memberikan prestasi, tetapi sudah
terlambat tidak tepat waktu sebagaimana
yang diperjanjikan
Memberikan prestasi yang lain dari yang
diperjanjikan

Zaakwarnerming :
Adalah suatu perbuatan dimana seseorang dengan
sukarela dan tanpa mendapat perintah, mengurus
kepentingan (urusan) orang lain, dengan atau tanpa
sepengetahuan orang ini.
Pasal 1354 BW : Zaakwarnerming atau perwakilan
sukarela yaitu jika seseorang dengan sukarela,
dengan tidak mendapat perintah untuk itu, mewakili
urusan orang lain dengan atau tanpa sepengetahuan
orang ini, maka ia secara diam-diam mengikat
dirinya untuk meneruskan serta menyelsaikan urusan
tersebut, hingga orang yang diwakili kepentingannya
dapat mengerjakan urusannya sendiri.

Dalam hukum kesehatan,


Zaakwarneming digunakan pada
keadaan darurat, dimana pasien
tidak mempunyai daya upaya untuk
melakukan informed consent
Zaakwaarnemer (perawat/dokter)
adalah yang mengurus kepentingan
pasien.

Syarat-syarat
Zaakwarneming :
Yang diurus (diwakili) oleh
Zaakwaarnemer adalah kepentingan
orang lain, bukan kepentingan
dirinya sendiri
Perbuatan tersebut a dilakukan
dengan sukarela, artinya karena
kesadaran tanpa imbalan jasa/upah,
dan bukan karena kewajiban yg
diberikan oleh UU atau perjanjian

Lanjutan :
Perbuatan pengurusan kepentingan
orang lain itu harus dilakukan tanpa
adanya perintah (kuasa) melainkan
atas inisiatif sendiri
Harus terdapat suatu keadaan yang
membenarkan inisiatif seseorang
untuk bertindak sebagai
zaakwarnemer.

Aspek Hukum
Administrasi :
Tenaga kesehatan yang akan
melakukan praktek baik di institusi
kesehatan maupun mandiri wajib
memiliki izin yang dikeluarkan oleh
Pemerintah.
Izin menjalankan praktek memiliki
dua makna:
1. Izin dalam arti formil
2. Izin dalam arti materil

Perangkat izin formal atau materil


menurut hukum administrasi adalah :

1. Mengarahkan aktivitas
2. Mencegah bahaya yg mungkin
timbul dan mencegah
penyelenggaraan praktek tenaga
kesehatan oleh orang yang tidak
berhak
3. Melakukan proses seleksi
4. Memberikan perlindungan pada
masyarakat terhadap praktek yang
tidak dilakukan oleh orang yang

Sanksi Administrasi :
Pasal 188 ayat (1) UU Kesehatan
2009 :
Mentri dapat mengambil tindakan
administratif terhadap tenaga
kesehatan dan fasilitas pelayanan
kesehatan yang melanggar
ketentuan sebagaimana diatur dalam
undang-undang ini. Tindakan
administratif dapat berupa :
Peringatan tertulis dan pencabutan

Sanksi Pidana yang dapat diterapkan


pada dokter atau tenaga kesehatan
Pasal 77 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokter-an (UU Praktik Kedokteran)
yang berbunyi :
Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan
identitas berupa gelar atau bentuk lain yang
menimbulkan kesan bagi masyarakat seolah-olah yang
bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang telah
memiliki surat tanda registrasi dokter atau surat tanda
registrasi dokter gigi dan/atau surat izin praktik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (1)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun atau denda paling banyak Rp150.000.000,00
(seratus lima puluh juta rupiah

Undang Nomor 34 Tahun 2014 tentang


Tenaga Kesehatan Pasal 84 :
(1) Setiap Tenaga Kesehatan yang
melakukan kelalaian berat yang
mengakibatkan Penerima Pelayanan
Kesehatan luka berat dipidana dengan
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun.
(2) Jika kelalaian berat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan
kematian, setiap Tenaga Kesehatan
dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun.

Pasal 66 ayat (1) UU Praktik


Kedokteran yan
setiap orang yang mengetahui atau
kepentingannya dirugikan atas
tindakan dokter atau dokter gigi
dalam menjalankan praktik
kedokteran dapat mengadukan
secara tertulis kepada ketua Majelis
Kehormatan Disiplin Kedokteran
Indonesia ( MKDKI )

Anda mungkin juga menyukai