KESADARAN
Pendahuluan
Pengertian
Kesadaran:
Kemampuan mengenal dirinya dan
sekitarnya. Dapat bereaksi sepenuhnya dan adekwat
terhadap rangsang visual, auditoar (bunyi) dan sensibel
(nyeri).
Arousal (Waspada):
Termasuk kesadaran normal/ sadar sepenuhnya dari
berbagai stimuli dari pancaindra (aware) dan bereaksi
secara optimal terhadap seluruh rangsangan baik dari luar
maupun dalam (wakefulness = alertness)
Koma ringan:
Penderita dapat dibangunkan dengan rangsang nyeri yang
sedang antara lain: jarum, cubitan, tekan dasar kuku,
tulang diatas mata dll.
Koma dalam:
Penderita tak memberi respons motorik apapun terhadap
rangsang nyeri yang kuat, visual dan auditoar. Refleksrefleks batuk, fisiologis dan patologis hilang.
Patofisiologi 1
Patofisiologi 2
Posner (1922) : batang otak atau ARAS mengatur tinggirendah kesadaran (on-off quality) sedang korteks serebri
mengatur isi (content) dari kesadaran. Secara fisiologik,
keadaan bagian dari otak ini saling isi mengisi dan saling
mengaktivasi (reciprocal activation and stimulation) yang
mengatur secara optimal fungsi masing-masing.
Jadi kesadaran ditentukan oleh kondisi pusat kesadaran yang
berada di kedua hemisfer serebri dan ARAS pada batang
otak. Dimana terdapat neurotransmiter yang berperan pada
ARAS antara lain kolinergik, monoaminergik dan GABA.
Mekanisme terjadinya koma (Satyanegara); Pusat
pengontrolan terletak pada ARAS dan Hipotalamus serta juga
diatur secara langsung atau tak langsung oleh seluruh korteks
serebri (pusat kesadaran sekunder).
Pengontrolan tersebut diatur melalui 2 sistem yaitu:
Ascending reticular
Hypothalamic activating.
Apalic Syndrome
Pertama kali dilaporkan Kretschmer (1940): Penderita hanya diam
dengan anggota badan dalam keadaan fleksi dan spastik serta timbul
refleks-refleks primitif seperti refleks memegang, refleks isap dll.
Keadaan ini terjadi akibat kerusakan korteks serebri yang luas
sehingga walaupun kesadaran penderita ada tetapi tidak mampu
untuk bergerak, merasa maupun kontak dengan sekelilingnya.
Akinetik Mutism
Pertama kali dilaporkan Cairns (1941). Keadaan ini disebabkan akibat
kerusakan di talamus, hipotalamus, batang otak bagian atas, girus
singuli, dan korpus kalosum. Sehingga menyebabkan gangguan
fungsi korteks. Biasanya tidak merusak n. Okulomotoris sehingga
bola mata masih dapat bergerak tetapi penderita tidak dapat
bergerak ataupun berbicara. Penderita biasanya hanya tidur,
berkeringat dan kencing banyak, serta adanya gangguan suhu tubuh.
Defini
si
ETIOLOGI
1
1. Lesi Intrakranial :
1.1. Strok :
1.1.1. Hemorrhagik :
Epidural hematom
Subdural hematom
Subaraknoid
Intraserebral
Intraventrikuler.
1.1.2. Infark
1.2. Trauma kepala.
1.3. Infeksi.
1.4. Epilepsi :
1.4.1. Pasca serangan grand mal
3. Anoksia/ Hipoksia
3.1. Penyakit Paru berat.
3.2. CO
3.3. Anemia berat
4. Iskemik
4.1. Perdarahan
4.2. Gagal jantung.
4.3. Syok anapilaktik atau hipovolemi.
5. Gangguan Mental.
5.1. Malenggering
5.2. Histeria
5.3. Psikosis.
Klasifik
asi
2.
Gambaran klinik.
Klasifik
asi
Klasifik
asi
Lesi supratentorial
Contoh: Koma terjadi oleh adanya herniasi yang timbul karena proses
desak ruang intrakranial sehingga mendesak hemisfer kearah bawah
dan menekan batang otak.
Lesi dalam batang otak akibat oklusi arteri serebeli superior, yang
merusak formasio retikularis.
Klasifik
asi
Gambaran klinik
1. Koma dengan defisit neurologi fokal (lateralisasi).
Ciri khas: Lumbal puksi: tidak dapat dilakukan karena bahaya
herniasi
Fungsi batang otak: terganggu.
CT Scan: abnormal
Klasifik
asi
3. Koma tanpa defisit neurologi fokal/
rangsangan meningeal.
Ciri khas:
Lumbal punksi: liquor normal
Fungsi batang otak normal
CT scan : normal
Diagno
sa
Anamnesis.
Pemeriksaan fisis umum.
Pemeriksaan fisis khusus neurologis.
Pemeriksaan penunjang
Anamne
sis
PERIKSAAN FISIK
UMUM.
Tanda-tanda vital:
Tensi:
Nadi:
Hipertensi:
(Cushing
Hipotensi:
Suhu tubuh:
PERIKSAAN FISIK
UMUM.
Respirasi:
Pola pernapasan dapat membantu mengetahui letak lesi.
Cheyne-Stokes: Pola: apneu napas dangkal napas
cepat apneu.
Lesi: pada hemisfer bilateral, bagian atas batang otak.
Hiperventilasi neurogen sentral (Central Neurogenic
Hyperventilation) = Kusmaul:
Pola: napas cepat dan dalam.
Lesi: tegmentum batang otak (mesensefalon pons).
Apnestik (apneustic breathing) / klaster (cluster
breathing):
Pola: Inspirasi dalam ekspirasi apneu (2-3 detik)
Lesi: pons.
Ataksik = ataxic = Biot (ireguler):
Pola: Pernapasan dangkal, cepat dan tidak teratur.
Lesi: formasio retikularis dorso medial medula oblongata
PERIKSAAN FISIK
UMUM.
PERIKSAAN FISIK
UMUM.
Bau nafas:
foetor breath hepatic, fruity smell
(ketoasidosis), aseton, urino smell (amoniak),
alkohol, dll.
Kulit:
ikterus, sianosis, pucat (anemis), bekas
suntik, luka
tusuk, sayat, tembus peluru,
hematom, penonjolan,
hematom dll.
PEMERIKSAAN KHUSUS
NEUROLOGIS
1. Observasi umum.
2. Pemeriksaan tingkat kesadaran.
3. Periksaan pupil dan bola mata.
4. Refleks batang otak (sefalik)
5. Pemeriksaan motorik (fungsi traktus
piramidalis).
1. Observasi
umum.
2. Pemeriksaan tingkat
kesadaran.
Vinken & Bruyn 1969:
Subkoma:
Dengan menusuk jarum, penderita berteriak (memanggil
nama) dapat membuka mata dan mengeluarkan suara-suara
yang tak dapat dimengerti.
Koma:
Dengan rangsangan apapun, reaksi motorik (-), namun refleks
tendon, kulit dan kornea (+)
Koma dalam:
Reaksi motorik, semua refleks (-) dan terdapat insufisiensi
fungsi vital.
Mati otak:
Pernafasan dipertahankan secara artifisial dan obat-obatan.
2. Pemeriksaan tingkat
kesadaran.
Plum & Posner 1966:
Lethargy/ letargi:
Ngantuk, kurang aktif dan indiferen terhadap reaksi,
rangsang lambat dan tak sempurna. Diperlukan rangsangan
lebih kuat untuk mendapat respons.
Obtundasi:
Lebih berat dari letargi. Dengan rangsang kuat masih dapat
dibangunkan.
Koma:
Dengan rangsang sangat kuat, tidak ada reaksi fisiologik dan
motorik.
2. Pemeriksaan tingkat
kesadaran.
Kedua pembagian penurunan tingkat kesadaran
tersebut diatas sangat subyektif dan kwalitatif.
Untuk memonitor/ follow up penderita dengan
gangguan kesadaran harus obyektif dan
kwantitatif sehingga dipakai Glasgow Coma
Scale (GCS) yang direkomendasi oleh Jennet
1974 dan Teasdale 1977 berdasarkan 3 penilaian
atas respon/ tanggapan dari RS di Glasgow serta
univ. Erasmus di Rotterdam dan Groningen.
Bila merangsang penderita dengan nyeri maka ada
3 cara yaitu: menekan pada jaringan dibawah
kuku, menekan suprorbita dan menekan
sternum.
2. Pemeriksaan tingkat
kesadaran.
1.
2.
Spontan.......................4
Perintah.......................3
Rangsang nyeri...........2
Tidak ada reaksi.........1
3.
Orientasi baik.............5
Kebingungan..............4
Ucapan kata salah......3
Kata tak dimengerti....2
Tak ada suara..............1
Perintah.......................6
Menunjuk lokasi.........5
Abduksi.......................4
Fleksi...........................3
Ekstensi.......................2
Tak ada gerakan..........1
Penilaian
E+M+V = 15
Normal
E+M+V = 3
koma dalam
E+M+V = 7 koma
(+)
E+M+V = 9
koma (-)
GCS.
Mudah digunakan.
Dapat dilakukan oleh:
dokter & perawat.
Dapat dipercaya.
3. Pemeriksaan
pupil
Bila ref. Kornea dan gerakan bola mata ekstraokuler (-) tapi
ref. Pupil normal gangguan metabolik (hipoglikemia) atau
intoksikasi (barbiturat).
3. Pemeriksaan
pupil
Sindroma Horner:
pupil miosis, enoftalmus, ptosis dan anhidrosis.
Tanda lesi pada sistem simpatis.
3. Pemeriksaan
pupil
INTERPRETASI PEMERIKSAAN PUPIL
Ukuran Pupil
Refleks Cahaya
Interpretasi
Dilatasi unilateral
Lambat atau
negatif
Dilatasi bilateral
Lambat atau
negatif
Konstriksi
bilateral
Sulit dinilai
Konstriksi
unilateral
Positif
3. Pemeriksaan gerakan
bola mata
Lesi di putamen:
besar dan bentuk pupil normal, ref. Cahaya (+).
3. Pemeriksaan gerakan
bola mata
Lesi di talamus:
Kedua BM melihat hidung, tak dapat melihat keatas,
pupil miosis, ref. Cahaya (-) sering disertai distonia
postur dan hemianastesia.
Lesi dipons:
Kedua BM di tengah.
Bila kepala digerakkan kesamping tidak diikuti oleh
gerakan BM kesamping.
Keadaan ini disebut Dolls eye manuver abnormal. Pupil
pin point dan ref.cahaya (+).
Lesi diserebelum:
BM sulit melihat kesamping (paresis kearah lateral),
kearah fokus.
Sering disebabkan oleh perdarahan gangguan N.VI;
TIK ; pupil normal dan ref. Cahaya (+)
4. Refleks batang
otak
4. Refleks batang
otak
SKORING BATANG OTAK PITTSBURG
Sebagai skor tambahan pada GCS.
1. Refleks bulu mata
Ya
=
2
Tidak
=
1
2. Refleks kornea
Ya
=
2
Tidak
=
1
3. Refleks mata boneka/ tes kalori.
Ya
=
5
Tidak
=
1
4. Pupil kanan: reaksi terhadap cahaya
Ya
=
2
Tidak
=
1
5. Pupil kiri: reaksi terhadap cahaya
Ya
=
2
Tidak
=
1
6. Refleks muntah atau batuk
Ya
=
2
Tidak
=
1
Total PBSS:
Baik: 15.
Buruk: 6.
5. Pemeriksaan
Motorik
5. Pemeriksaan
Motorik
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Laboratorium:
Funduscopi
Lumbal puksi: bila tak ada papil edema
EKG
EEG.
Radiologik:
Foto Kepala.
Foto Thorak.
CT. Scan kepala.
MRI
Angiografi
Koma Diensefik
Koma bihemisferik
Tekanan darah
Meningkat
Menurun
Respirasi
Ataksik
Suhu badan
Meningkat
Pupil
Asimetris
Ref.okulosefalik/
okulovestibuler
Biasanya normal
Postur tubuh
Asimetris
Simetris
Fundus kopi
Papiledema
Biasanya normal
Refleks
Asimetris
Simetris
Rangsang menings
Normal
Myoklonus
Jarang
Sering
PENATALAKSANAA
N
UMUM.
Breathing.
Brain.
Pastikankan perfusi otak baik dengan cara:
Perhatikan tekanan darah , jangan rendah sebaiknya
moderat hyper- tension
untuk menjamin cerbral
bood flow yang mengandung cukup O2 dan glukosa untuk
metabolime sel otak yang baik.
Nadi bradikardia tanda TIK pada trauma kepala.
PENATALAKSANAA
N
Bladder
Pemasangan foley kateter intermiten.
Tampung volume urine 24 jam (hitung keseimbangan cairan)
Bowel (Gastro-intestinal)
Pemasangan NGT (nasogastrik-tube) untuk menjamin
intake cairan/
kalori dan vitamin.
Defikasi harus teratur, Lavamen/klisma bila ada obstipasi.
KHUSUS.