HYPERPLASIA (BPH )
VERA ABRIYANTI.
AMK
Pengertian
Secara umum dikenal dengan hypertrophy prostat
Lebih tepat disebut hyperplasia atau adenoma
prostat.
Adalah suatu pembesaran dari kelenjar prostat
yang disebabkan oleh bertambahnya sel-sel
glanduler interstisial , kondisi dimana kelenjar
prostat mengalami pembesaran, memanjang keatas
dalam kandung kemih dan menyumbat aliran urine
dengan menutupi orificium urethra.
Etiologi
Penyebab tumor jinak ini belum diketahui secara pasti,
namun sangat berhubungan dengan proses penuaan pada
pria
Terjadi peningkatan hormon estrogen
Terjadi penurunan hormon testosteron sel epitel dan
stroma kelenjar mengalami hyperplasia
Berkurangnya sel yang mati peningkatan lama hidup
stroma dan epitel.
Teori Sel Steam sel stem yang meningkat
mengakibatkan proliferasi sel transit
Patofisiologi
Hyperplasia prostat penyempitan uretra pars
prostatika. penderita harus berkemih melawan
tekanan uretra yang lebih tinggi hiperplasia otototot kandung kemih dengan trabekulasi /penebalan
kandung kemih (kandung kemih berjalur-jalur)
Jika obstruksi meningkat sisa urin infeksi
saluran kemih.
Atau dapat terjadi peningkatan tekanan kandung
kemih dan penebalan otot kandung kemih ujung
distal ureter terdesak keatas bendungan ureter
uremia.
Gambaran Klinik
Empat macam derajat pembesaran kel. Prostat :
Derajat rectal, digunakan sebagai ukuran dari pada pembesaran kel. Prostat
ke arah rectum.
Derajat 0 pembesaran 0 1 cm
Derajat I pembesaran 1 2 cm
Derajat II pembesaran 2 3 cm
Derajat III pembesaran 3 4 cm
Derajat IV pembesaran 4 5 cm
Rectal taucher normal : batas atas teraba, konsistensi elastis, dapat digerakan ,
tidak nyeri tekan dan permukaan rata
Pada hypertropy batas atas teraba menonjol > 1 cm , berat > 35 gr.
Derajat klinik
berdasarkan residual urin : klien disuruh miksi sampai puas, setelah selesai
selanjutnya dikateterisasi untuk mengetahui sisa urin:
Normal
:
0
Derajat I
:
0 50 ml
Derajat II
:
50 100 ml
Derajat III :
100 150 ml
Derajat IV :
Retensio urin total, merasa kesakitan akibat k. kemih
penuh dan overflow inkontinetia
Pemeriksaan
1. Fisik
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Rectaltoucher
:
:
:
:
2. Pemeriksaan Lab.
DL, ureum, kreatinin, elektrolit, albumin
Urinalisis : adanya leukosit dan bakteri menunjukan disertai infeksi
3. Radiologi
BNO dapat ditemukan adanya komplikasi : vesikolithiasis
IVP : dinjumpai lekukan pada dasar blast akibat desakan kelenjar Prostat.
USG : menentukan volume urine, menilai pembesaran prostat
Cystoscopy atau panendoscopy : untuk mengetahu derajat pembesaran dan adanya
perubahan dinding blas.(tbekulasi, divertikulasi, batu atau tumor)
Penatalaksanaan
Tergantung pada penyebab, keparahan obstruksi dan kondisi pasien.
1. Kateterisasi, jika kondisi darurat dan tidak bisa berkemih. Jika sulit
memakai kateter biasa dapat menggunakan stylet yang dimasukan
kedalam kateter (dilakukan oleh ahli urology). Atau menggunakan
kateter logam. Kadang- kadang perlu sistotomy suprapubik untuk
drainage.
2. Prostatektomi
3. Watch full waiting, adalah pengobatan yang sesuai bagi banyak
pasien karena kecenderungan progresif penyakit atau terjadinya
komplikasi yang tidak diketahui. Pasien dipantau secara periodic
terhadap keparahan gejala, temuan fisik, pemeriksaan
laboratorium dan uji urology diagnostik.
4. Transuretral Reseksi Prostat (TURP).
Diagnosa Keperawatan
Pre Op
Gangguan pola eliminasi urine: obstruksi,
inkontinensia b/d pembesaran kelanjar
prostate, iritasi KK, kelemahan otot detrusor
Nyeri b/d iritasi KK, obstruksi aliran urine
Resiko tinggi infeksi b/d penggunaan kateter
lama, statis urine, penurunan sistem kekebalan
Cemas b/d prosedur dx, pelaksanaan TURP,
prognosa penyakit
Kurang pengetahuan b/d keterbatasan
informasi, kemampuan proses belajar.
Prinsip penatalaksanaan
Pantau tanda vital, tingkat kesadaran, tanda
uremia
Pantau jumlah urine, warna dan kekeruhan, dan
status hidrasi.
Hindari minuman banyak sekitika juga yang
bersifat diuretik:cofee, tea, cola
Cek fungsi ginjal, fungsi hati, fungsi paru dan
nutrisi untuk persiapan tindakan Op
Pasang kateter, perhatikan instruksi dokter, jika
ada riwayat perdarahan, tahanan dalam
memasukan kateter, jangan dipaksakan.
Diagnosa Post Op
Resiko tinggi perdarahan b/d reseksi bladder,
kelainan profil darah
Resiko obstruksi aliran urine b/d penimbunan
kloting darah dalam KK
Nyeri b/d inflamasi KK, pemasangan
kateter,obstruksi urine.
Resiko infeksi b/d kerusakan barier primer,
irigasi, kateter, penurunan tingkat imunitas tubuh