Anda di halaman 1dari 24

DISAMPAIKAN PADA ACARA :

KEGIATAN PENINGKATAN
KEMAMPUAN TENAGA KESEHATAN DI
PUSKESMAS DAN RUMAH SAKIT
DALAM PENANGANAN AUS REMAJA
DAN KEKERASAN TERHADAP ANAK .

BP3AKB PROVINSI JAWA TENGAH

ANAK
INDONESIA
Jumlah anak = 1/3 jumlah penduduk
Harus berkualitas
Agar tidak menjadi beban
pembangunan
TERDAPAT 31 HAK ANAK
Amanat UU No. 23/2002 tentang
Perlindungan Anak

ANAK MEMPUNYAI HAK (31)


UNTUK:
1.Bermain
2.Berkreasi
3.Berpartisipasi
4.Berhubungan dengan orang tua bila terpisahkan
5.Bebas beragama
6.Bebas berkumpul
7.Bebas berserikat
8.Hidup dengan orang tua
9.Kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang
UNTUK MENDAPATKAN
10. Nama
11. Identitas
12. Kewarganegaraan
13. Pendidikan
14. Informasi
15. Standar kesehatan paling tinggi
16. Standar hidup yang layak

ANAK MEMPUNYAI HAK (31)


UNTUK MENDAPATKAN PERLINDUNGAN
17.Pribadi
18.Dari tindakan penangkapan sewenang-wenang
19.Dari perampasan kebebasan
20.Dari perlakuan kejam, hukuman dan perlakuan tidak manusiawi
21.Dari siksaan fisik dan non fisik
22.Dari penculikan, penjualan dan perdagangan atau trafiking
23.Dari eksploitasi seksual dan kegunaan seksual
24.Dari eksploitasi /penyalahgunaan obat-obatan
25.Dari eksploitasi sebagai pekerja anak
26.Dari eksploitasi sebagai kelompok minoritas/kelompok adat terpencil
27.Dari pemandangan atau keadaan yg menurut sifatnya belum layak untuk
dilihat anak
28.Khusus, dalam situasi genting/darurat
29.Khusus, sebagai pengungsi/orang yg terusir/tergusur
30.Khusus, jika mengalami konflik hukum
31.Khusus, dalam konflik bersenjata atau konflik sosial
(disarikan dari UU nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak)

Definisi
Kekerasan
terhadap Anak
(KtA)
Setiap bentuk pembatasan, pembedaan,
pengucilan dan seluruh bentuk perlakuan
yang dilakukan terhadap anak, yang akibatnya
berupa dan tidak terbatas pada kekerasan
fisik, seksual, psikologis dan ekonomi (bisa
dalam bentuk diskriminasi, perlakuan salah,
penelantaran, dll).
Sumber : Pasal 1 Peraturan Daerah Provinsi

BENTUK-BENTUK KEKERASAN THD ANAK


MENURUT UU NO 23 TAHUN 2002:
Kekerasan Seksual, adalah
keterlibatan anak dalam kegiatan
seksual yang tidak dipahaminya.
Kekerasan Seksual dapat juga
berupa:
Perlakuan tidak senonoh dari
orang lain
Kegiatan yang menjurus pada
pornografi
Perkataan-perkataan porno dan
tindakan pelecehan organ
seksual anak
Perbuatan cabul dan
persetubuhan pada anak-anak
yang dilakukan oleh orang lain
dengan tanpa tanggung jawab
Tindakan mendorong atau
memaksa anak terlibat dalam
kegiatan seksual yang melanggar
hukum seperti dilibatkannya
pada kegiatan prostitusi

Kekerasan Fisik, tindakan


yang menyebabkan rasa
sakit atau potensi
menyebabkan sakit yang
dilakukan oleh orang lain,
dapat terjadi sekali atau
berulang kali, berupa :
Di pukul / tempeleng
Di tendang
Dijewer, dicubit
Di lempar dengan bendabenda keras
Dijemur di bawah terik
sinar matahari

Kekerasan Emosional,
adalah segala sesuatu
yang dapat menyebabkan
terhambatnya
perkembangan emosional
anak.
Kata-kata yang
mengancam
Menakut-nakuti
Berkata-kata kasar
Mengolok-olok anak
Perlakuan diskriminatif
dari orang tua, keluarga,
pendidik dan masyarakat
Membatasi kegiatan sosial
dan kreasi anak dan
lingkungannya

Kekerasan Ekonomi
(Ekploitasi Komersial),
penggunaan tenaga anak
untuk bekerja dan kegiatan
lain demi keuntungan
orangtua atau orang lain, spt:
menyuruh anak bekerja
secara berlebihan
menjerumuskan anak pada
dunia prostitusi untuk
kepentingan ekonomi

Tindak Pengabaian dan


Penelantaran, adalah
ketidakpedulian orangtua, atau orang
yang bertanggung jawab atas anak
pada kebutuhan mereka, seperti:
Pengabaian pada kesehatan anak
Pengabaian dan penelantaran
pada pendidikan anak
Pengabaian pada pengembangan
emosi (terlalu dikekang)
Penelantaran pada pemenuhan gizi
Penelantaran dan pengabaian
pada penyediaan perumahan
Pengabaian pada kondisi
keamanan dan kenyamanan

Dampak, jika tidak melindungi


anak (korban)
Kematian
Menghambat pertumbuhan dan
perkembangan anak
Mempengaruhi kesehatan anak
Mempengaruhi kemampuan
untuk belajar dan kemauannya
untuk bersekolah.
Mengakibatkan anak lari dari
rumah. Hal tersebut
menjadikan anak lebih rentan
terhadap pada resiko-resiko
lain a.l. trafiking
Menghancurkan rasa percaya
diri anak
Dapat mengganggu
kemampuannya untuk menjadi
orang tua yang baik di
11
kemudian hari, dll

Pedoman Pelatihan SPA


Modul 1.2

Dampak Kekerasan bagi


Masyarakat
Dilanggengkannya rantai lingkaran setan
kekerasan
korban menjadi korban lagi di rumah dan masyarakat
korban menjadi pelaku (sebagai orangtua, sebagai
pasangan)
Korban menjadi pelaku kekerasan di masyarakat (kadang
antisosial)

Dari mengalami atau mengamati, Anak belajar:


Kekerasan adalah solusi bila menemui kesulitan
dalam mempengaruhi orang lain

KEKERASAN sbg FENOMENA GUNUNG ES


MEMPEROLEH KEADILAN (HUKUM)
-----------------------------------PROSES PENGADILAN YG LAPOR DIPROSES POLISI
--------------------------------------------------------------------------PROSES DI KEPOLISIAN
-----------------------------------------------------------------------LAPOR OTORITAS NEGARA
-----------------------------------------------------------------MEMINTA PERTOLONGAN PST KRISIS
------------------------------------------------------------------------------TIDAK TERUNGKAP

Penyebab Kekerasan Fisik :


Dari 1286 kasus yang terungkap terdapat 313
variasi penyebab terjadinya kekerasan fisik
dirumah menurut jawaban anak:
29,4% anak tidak menuruti perintah (misalnya:
disuruh sembahyang, mandi, makan, belajar,
tidur dll).
21,7% anak merasa dirinya nakal/bandel.
10,87% anak membantah/ngeyel.
5,4% anak merasa mendapat kekerasan fisik yang
disebabkan
karena
pelaku
sedang
marah/tertekan/emosi/ jengkel/sebel tetapi mereka
tidak tahu harus melampiaskan kepada siapa
sehingga cenderung melampiaskan pada orang
terdekat dirumah.

Penyebab Kekerasan
Emosional/Verbal/ Psikis:
Dari 795 kasus yang terungkap terdapat 371
variasi
penyebab
terjadinya
kekerasan
verbal/emosional dirumah menurut jawaban anak:
25,61% tidak menuruti perintah (misalnya: tidak
mau belajar, tidak mau membelikan mie
instan/rokok, mencuci piring, dll).
18,33% merasa dirinya bandel/nakal.
14,29%
anak
merasa
dirinya
suka
membantah/mengeyel.
Penyebab lain menurut anak antara lain: karena
pelaku membenci dirinya, ingin melihat dirinya
terhina, karena kalah lomba, anak mendapatkan
nilai jelek, merasa iri dengan diri si anak tersebut,
bahkan juga ada yang tertekan oleh keadaan.

Penyebab Kekerasan
Seksual:
Dari 244 kasus yang terungkap terdapat 115 variasi
penyebab terjadinya kekerasan seksual dirumah
menurut jawaban anak:
26,96% iseng/mainan/jail/becanda.
9,57% diajak teman/orang lain.
6,96% ingin tau/agar tidak galau/penasaran/cobacoba.
3,48% karena nafsu.
Selain hal ini ada juga beberapa penyebab lain yang
dituliskan oleh anak-anak misalnya: karena pelaku
genit, karena anak akrab dengan orang tersebut,
ingin berbagi, kurang kasih sayang, agar merasa
senang, gangguan jiwa, untuk lucu-lucuan, pengaruh
globalisasi/lingkungan, dan diajak oleh teman.

Masalah Tingginya Angka Kekerasan Pada


Anak
Tingginya Angka
Kekerasan pada Anak

Kuatnya
budaya
patriarki
Anak dianggap
sebagai komoditas
oleh orang tua
Ada diskriminasi
antara anak lakilaki dan
perempuan
Anak dianggap
menjadi beban
keluarga/Ortu
Masih dipahami,
kekerasan untuk
kepatuhan/
kedisiplinan

Tidak
Berkembangnya
Budaya Assertive
pada Anak

Kebijakan
Perlindungan
Anak yang
masih sektoral

Pengaruh Media
Hiburan yang
tidak mendidik

Pola asuh keluarga


tidak memberikan
ruang partisipasi
pada anak

Kebijakan
perlindungan anak
yang belum
mengakomodasi 5
kluster hak anak

Kebijakan sensor
tayangan TV yang
masih longgar

Metode pendidik-an
yang masih
konvensional

Penegakan hukum
perlindungan anak
belum berjalan baik
Isu/program
perlindungan anak
belum dianggap
penting

Kurangnya
kontrol
/pengawasan dari
ortu/keluarga
Maraknya toko
VCD/warnet/game
online yang bisa
diakses anak-anak

Kurangnya promosi, kebijakan dan kepedulian para pengambil


kebijakan terhadap kerentanan anak

Masalah Anak Berhadapan dengan Hukum dengan Upayaupaya Pengadilan Restorasi Masih Rendah
ABH dengan Upaya-upaya Pengadilan
Restorasi Masih Rendah

Peran Keluarga dan


Lingkungan Terdekat
Anak Rendah

Orangtua cuek
terhadap Anak pelaku
Orang tua/keluarga
merasa tidak mampu
mengendali-kan anak
Orang tua/keluarga
khawatir akan
keselamatan anak

Goodwill APH dalam


Penanganan Pengadilan
Restorasi Rendah

Kurang memahami
hak-hak anak

Tuntutan Pihak
Keluarga Korban

Untuk memberikan
efek jera pada anak
pelaku

Belum mendapat-kan
pelatihan KHA

Tuntutan rasa keadilan

belum adanya
perangkat/fasilitas
pembinaan yang
sesuai untuk anak

Pengetahuan keluarga
korban tentang KHA
Rendah

cap negatif dari


lingkungan sosial anak

Kebijakan Perlindungan Anak yang Belum Berpihak

PERATURAN DAERAH PROVINSI


JAWA TENGAH
NOMOR 3 TAHUN 2009
TENTANG
PENYELENGGARAAN
PERLINDUNGAN
KORBAN KEKERASAN BERBASIS
GENDER DAN ANAK

PRINSIP LAYANAN
TERPADU

Non diskriminasi;
Kepentingan terbaik bagi korban;
Keadilan dan kesetaraan gender;
Perlindungan korban;
Kelangsungan hidup ibu;
Kelangsungan hidup, tumbuh, dan
berkembang anak;
Penghargaan terhadap pendapat anak;
Keterbukaan;
Keterpaduan;
Tidak menyalahkan korban;
Memberdayakan;
Kerahasiaan korban;
Pengambilan keputusan di tangan
korban.

HAK / Kebutuhan KORBAN


Setiap korban berhak mendapatkan pelayanan:
Pendampingan
Visum et Repertum dan Visum et Psikiatrikum
Pengobatan juga harus dipikirkan masalah
kehamilan, kelahiran dan pemeliharaan anak hasil
perkosaan / unwanted pregnancy lainnya
Layanan psikologis
Bantuan Hukum
Rehabilitasi (psikologis, ekonomi, sosial
termasuk melanjutkan sekolah); hak kompensasi
bagi korban
Informasi; tentang segala hal yang terkait dengan
masalah maupun akibat KTA yang dialami
Perlindungan (sementara / agak permanen)

ALUR PENANGANAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK


DI PROVINSI JAWA TENGAH
REHABILITASI MEDIS
KORBAN

DATANG
SENDIRI

RUJUKAN
DARI
KAB/KOTA
ATAU
PROV
LAIN

PENGADUAN/
IDENTIFIKASI
-SCREENING
-ASSESSMENT
-RENCANA
INTERVENSI

-PENYEMBUHAN
FISIK
-MEDICOLEGAL
-TEST DNA
-PENYEMBUHAN
PSIKIS
PEMULANGAN
REHABILITASI SOSIAL
-KONSELING
-TERAPI PSIKOSOSIAL
-BIMBINGAN MENTAL
SPIRITUAL
-HOME VISIT
-PEMBERDAYAAN
EKONOMI

BANTUAN HUKUM
-PERLINDUNGAN
SAKSI/KORBAN
-PENYELIDIKAN &
PENYIDIKAN
-PENUNTUTAN
-PUTUSAN
-RESTITUSI

-FASILITASI
PENJEMPUTAN
KORBAN ANTAR
KAB/KOTA ANTAR
PROV
-PEMULANGAN TKI
BERMASALAH

REINTEGRASI
SOSIAL
-PENYIAPAN
KELUARGA
-PENYATUAN
KELUARGA
-PEMBERDAYAA
N EKONOMI
-REINTEGRASI
PENDIDIKAN
-HOME VISIT
-MONITORING

ALUR REHAB MEDIS


KORBAN

IGD/POLIKLINIK

RS NON
PKT/PPT

TDK DARURAT

DARURAT

ICU/HCU/
RUANG RAWAT
INAP

PKT/PPT
-Pemeriksaan fisik dan
psikis, medikolegal
-Konseling psikososial
-Pemeriksaan penunjang

Dirujuk ke
RS lain

Meninggal
(Ruang
Otopsi)

PKT/PPT RS LAIN
Rumah
aman/
shelter

LBH/
POLISI

Kembali ke
keluarhga

Di
Dlm
RS

ALUR REHABILITASI SOSIAL


PENERIMAAN
KORBAN

KONSELING
AWAL

RUMAH AMAN
-Konseling lanjutan
-Perlindungan

TIDAK
BERSEDIA

KONSELING LANJUTAN
TAPI TIDAK TINGGAL
DALAM RUMAH AMAN

BIMBINGAN ROHANI

RUJUKAN/LAYANAN
LANJUTAN

PENGADMINISTRASIAN DAN TERMINASI

PENCATATAN DAN
PELAPORAN

PEMULANGAN
DAN
REINTEGRASI
SOSIAL

Anda mungkin juga menyukai