Anda di halaman 1dari 18

CLINICAL SCIENCE

SESSION
GANGGUAN ANXIETAS
A-I

Irga Dirgahayu
Citra Aulia Dini
Oky Frizky P
Faradina Nabila I

DEFINISI
Kecemasan adalah respon terhadap situasi
tertentu yang mengancam, dan merupakan hal
yang normal terjadi menyertai perkembangan,
perubahan, pengalaman baru, atau yang belum
pernah dilakukan, serta dalam menemukan
identitas diri dan arti hidup.

EPIDEMIOLOGI
onset

pada masa dewasa awal


atau pertengahan
Perempuan > laki-laki

ETIOLOGI...
Lingkungan dan kondisi stress
Penyakit2 lain yang berhubungan dengan tanda
& gejala anxietas

CHF,

IHD, asthma, lupus, dll

Obat-obatan yang dapat menimbulkan tanda


anxietas
carbamazepin,

quinolon, teofilin, alcohol, sedative

PATOFISIOLOGI

Berhubungan dengan beberapa neurotransmitter


yaitu Norepinefrin (NE) , -aminobutyric
acid/GABA, dan serotonin (5-HT).
Ada beberapa Teori :

Model

Noradrenergik
Model Reseptor Benzodiazepin
Model Serotonin

PATOFISIOLOGI
1. Model Noradrenergik
sistem saraf autonom penderita ansietas bersifat
hipersensitif dan mempunyai reaksi yang berlebihan
terhadap berbagai jenis stimulus/rangsangan.
LC (locus ceruleus) sebagai pusat alarm, akan
mengaktivasi pelepasan NE dan menstimulasi
sistem saraf simpatik dan parasimpatik.

PATOFISIOLOGI
2.

Model Reseptor GABA

GABA = major inhibitory neurotransmitter di CNS

Benzodiazepin = meningkatkan efek inhibisi dari


GABA

Secara fungsional dan structural, reseptor


benzodiazepin berhubungan dengan reseptor GABA
tipe A (GABAA) dan chanel ion yang dikenal sebagai
GABA-BZ reseptor complex.

Pada pasien dengan GAD, ikatan BZ pada lobus


temporal bagian kiri itu menurun

PATOFISIOLOGI
3. Model Serotonin

Ansietas berhubungan dengan transmisi 5HT yang


berlebihan atau overaktivitas dari simulasi jalur 5HT
Mekanisme kerja 5HT terhadap anxietas belum jelas.

PEMBAGIAN ANXIETAS
MENURUT PPDGJ-III
F 40
Gangguan Anxietas Fobik
F 40.0 Agorafobia
00 Tanpa Gangguan Panik
01 Dengan Gangguan Panik
F 40.1 Fobia Sosial
F 40.2 Fobia Khas (Terisolasi)
F 40.8 Gangguan Anxietas Fobik Lainnya
F 40.9 Gangguan Anxietas Fobik YTT

F 41
Gangguan Anxietas Lainnya
F 41.0 Gangguan Panik (Anxietas Paroksismal Episodik)
F 41.1 Gangguan Anxietas Menyeluruh
F 41.2 Gangguan Campuran Anxietas dan Depresif
F 41.3 Gangguan Anxietas Campuran Lainnya
F 41.8 Gangguan Anxietas Lainnya YDT
F 41.9 Gangguan Anxietas YTT

PPDGJ-III
F40.0 Agorafobia
Semua kriteria di bawah ini harus dipenuhi untuk diagnosis
pasti:
Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus
merupakan manifestasi primer dari anxietasnya dan bukan
sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya waham atau
pikiran obsesif;
Anxietas yang timbul harus terbatas pada (terutama terjadi
dalam hubungan dengan) setidaknya dua dari situasi berikut:
banyak orang/ keramaian, tempat umum, berpergian ke luar
rumah dan berpergian sendiri; dan
Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan
gejala yang menonjol (penderita menjadi house bound).
Karakter kelima: F40.00 = tanpa gangguan panik
F40.01 = dengan gangguan panik

PPDGJ-III
F40.1 Fobia Sosial
Semua kriteria di bawah ini harus dipenuhi untuk
diagnosis pasti:
Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul
harus merupakan manifestasi primer dari anxietasnya
dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti
misalnya waham atau pikiran obsesif;
Anxietas harus mendominasi atau terbatas pada situasi
sosial tertentu (outside the family circle); dan
Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan
gejala yang menonjol.
Bila terlalu sulit membedakan antara fobia sosial dengan
agorafobia, hendaknya digunakan diagnosis agorafobia.

PPDGJ-III
F40.2 Fobia Khas (Terisolasi)
Semua kriteria di bawah ini harus dipenuhi untuk
diagnosis pasti:
Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul
harus merupakan manifestasi primer dari
anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala
lain seperti misalnya waham atau pikiran obsesif;
Anxietas harus terbatas pada adanya objek atau
situasi fobik tertentu (highly specific situations); dan
Situasi fobik tersebut sedapat mungkin dihindarinya.
Pada fobia khas ini umumnya tidak ada gejala
psikiatrik lain, tidak seperti halnya agorafobia dan
fobia sosial.

PPDGJ-III
F41.0 Gangguan Panik (Anxietas Paroksismal
Episodik)
Gangguan panik baru ditegakkan sebagai doagnosis utama
bila tidak ditemukan adanya gangguan anxietas fobik.
Untuk diagnosis pasti, harus ditentukan adanya beberapa
kali serangan anxietas berat dalam masa kira-kira satu
bulan:
Pada keadaan-keadaan di mana sebenarnya secara objektif
tidak ada bahaya;
Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang
dapat diduga sebelumnya;
Dengan keadaan yang relatif bebas dari gejala-gejala
anxietas pada periode di antara serangan-serangan panik
(meskipun demikian, umumnya dapat terjadi juga anxietas
antisipatorik).

PPDGJ-III
F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh
Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer
yang berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu
sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya
menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya
free floating atau mengambang).
Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:
Pada anak-anak seing terlihat adanya kebutuhan berlebihan
untuk ditenangkan (reassurance) serta keluhan-keuahn
somatik berulang yang menonjol.
Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk
beberapa hari), khususnya depresi, tidak membatalkan
diagnosis utama gangguan anxietas menyeluruh, selama hal
tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode depresif,
gangguan anxietas fobik, gangguan panik, atau gangguan
obsesif-kompulsif.

PPDGJ-III
F41.2 Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi
Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, di mana masingmasing tidak menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk
menegakkan diagnosis tersendiri. Untuk anxietas, beberapa gejala
otonomik harus ditemukan walaupun tidak terus-menerus disamping
rasa cemas atau kekhawatiran berlebihan.
Bila ditemukan anxietas berat disertai depresi yang lebih ringan,
maka harus dipertimbangkan kategori gangguan anxietas lainnya
atau gangguan anxietas fobik.
Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat untuk
menegakkan masing-masing diagnosis, maka kedua diagnosis tersebut
harus dikemukakan, dan diagnosis gangguan campuran tidak dapat
digunakan. Jika karena sesuatu hal hanya dapat dikemukakan satu
diagnosis maka gangguan depresif harus diutamakan.
Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stres kehidupan yang
jelas, maka harus digunakan kategori F43.2 gangguan penyesuaian.

PPDGJ-III
F41.3 Gangguan Anxietas Campuran Lainnya
Memenuhi kriteria gangguan anxietas
menyeluruh dan juga menunjukkan (meskipun
hanya dalam jangka pendek) ciri-ciri yang
menonjol dari kategori gangguan F40-F49, akan
tetapi tidak memenuhi kriterianya secara lengkap.
Bila gejala-gejala yang memenuhi kriteria dari
kelompok gangguan ini terjadi dalam kaitan
dengan perubahan atau stres kehidupan yang
bermakna, maka dimasukkan dalam kategori
F43.2 gangguan penyesuaian.

FARMAKOTERAPI
Penggolongan Antianxietas
Benzodiazepine:
Diazepam
Chlordiazepoxide
Lorazepam
Clobazam
Bromazepam
Alprazolam
Non-benzodiazepine
Sulpiride
Buspirone
Hydroxyzine

FARMAKOTERAPI (2)
Efek samping yang dapat terjadi yaitu:
sedasi serasa mengantuk, kewaspadaan
berkurang karena psikomotor menurun,
kemampuan kognitif melemah
relaksasi otot, rasa lemas, cepat lelah
potensi menimbulkan ketergantungan lebih
rendah daripada narkotika
penghentian obat secara mendadak akan
menimbulkan gejala putus obat mengakibatkan
pasien menjadi irritable, bingung, gelisah,
insomnia, tremor, palpitasi, keringat dingin,
konvulsi, dll.

Anda mungkin juga menyukai