Anda di halaman 1dari 13

Konflik dalam Relasi dan

Negosiasi
MK Pengembangan Relasi & Negosiasi
Dien Anshari, S.Sos., M.Si.
dienanshari@gmail.com

tentang topik ini


MATERI YANG DIBERIKAN:
Isu dalam negosiasi.
Definisi dan identifikasi konflik.
Ragam gaya pengelolaan konflik.
Suasana dalam konflik
TUJUAN:
Memiliki pengetahuan dasar untuk mengenali konflik;
Mampu menjabarkan ragam pengelolaan konflik;
Memiliki pengetahuan dasar untuk mengelola konflik.

Kebanyakan orang menganggap mengenali

karakter kepribadian seseorang dapat


membantu dalam memprediksi hasil akhir
negosiasi.
Riset membuktikan bahwa kepribadian tidak

mempunyai efek langsung yang


signifikan, baik dalam proses maupun pada
hasil akhir negosiasi.
Karena itu, fokuslah hanya pada isu utama

dan faktor situasi dalam setiap episode


negosiasi saja.

Apakah pria dan wanita bernegosiasi dengan

cara yang berbeda? Tidak.


Banyak yang menganggap bahwa wanita lebih

koperatif dan menyenangkan dalam


bernegosiasi, namun nyatanya tidak.
Apakah hasilnya berbeda? Ya.
Wanita lebih peduli untuk membentuk dan

membina hubungan interpersonal.

Apakah latar belakang budaya berpengaruh

dalam proses negosiasi? Sepertinya begitu,


misal:
Orang Batak lebih bergaya konfrontatif, keras,

dan langsung ke pokok masalah.


Orang Jawa bergaya pelan-pelan, halus, dan

penuh basa-basi.
Apakah hasilnya berbeda? Sepertinya tidak,

kecuali masalah waktu.

Peran pihak
ketiga

Deskripsi

Mediator

Pihak ketiga netral yang memfasilitasi solusi


bersama dengan menggunakan alasan logis,
persuasif, dan saran-saran sebagai alternatif.

Arbitrator

Pihak ketiga yang memiliki otoritas untuk


mendikte terjadinya kesepakatan (perjanjian).

Konsiliator

Pihak ketiga yang dipercaya yang


menyediakan jalur komunikasi informal antara
negosiator dan lawannya.

Konsultan

Pihak ketiga yang imparsial dan memiliki


keterampilan yang bertugas memfasilitasi
pemecahan masalah melalui komunikasi dan
analisis, biasanya didukung oleh kemampuan

Definisi konflik
KONFLIK ADALAH...
Sebuah pergulatan yang tampak

antara sedikitnya dua pihak yang saling bergantung


dimana keduanya memiliki tujuan yang berbeda,
kekurangan sumber daya dan dukungan dalam
mencapai tujuan tersebut
an expressed struggle between at least two interdependent parties who

perceive incompatible goals, scarce resources, and interference from


the other party in achieving their goals
(Hocker, J.L. and Wilmot, W.W. (1991). Interpersonal conflict. Dubuque, IA: William C. Brown.)

identifikasi konflik
Konflik bisa berarti bahaya, tapi bisa juga berarti

peluang, tergantung bagaimana kita mengelolanya.


Langkah awal untuk dapat mengelola konflik adalah
dengan mengidentifikasinya:
Apakah para pihak mengetahui adanya konflik?
2. Apakah para pihak banyak berdebat dalam mencapai
tujuan bersama?
3. Apakah sumber daya semakin langka?
4. Apakah para pihak saling bergantung untuk
menyelesaikan konflik?
1.

kebiasaan buruk
Dalam menghadapi konflik, ada tiga kebiasaan buruk

yang umum dilakukan:


1.

MENGHINDAR
Penyelesaian sesaat, tapi malah menimbulkan masalah yang lebih
besar di kemudian hari.

2.

MENYALAHKAN PIHAK LAIN


Bahkan seringkali yang dituding adalah karakter pihak lain.

3.

MENANG vs KALAH
Mau menang sendiri adalah sama buruknya dengan memilih untuk
mengalah saja.

pengelolaan konflik
Ruble & Thomas* mengidentifikasi 5 gaya dalam

mengelola konflik. Kelimanya memiliki sifat tegas dan


lentur yang berbeda.
1.
2.
3.
4.
5.

Kompetitif
Akomodatif
Menghindar
Kolaboratif
Kompromistis

: tegas , lentur
: tegas , lentur
: tegas , lentur
: tegas , lentur
: tegas , lentur

Ruble, T.L. & Thomas, K.W. (1976). Support for a two-dimensional model of conflict
behavior. Organizational Behavior and Human Performance, 16, 143-155.)

suasana konflik: defensif


Suasana berperan besar dalam pengelolaan konflik.

Hindari suasana defensif yang penuh dengan hal-hal


sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

EVALUATIF: penuh tuduhan dan kritikan.


KONTROL: banyak memaksa keinginan.
STRATEGIS: rawan agenda terselubung.
NETRALITAS: berlagak tidak ada apa-apa.
SUPERIORITAS: mengumbar dominasi.
DINGIN: kurang mau mendengar.

suasana konflik: supportif


Suasana berperan besar dalam pengelolaan konflik.

Bangunlah suasana supportif yang bercirikan sebagai


berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

DESKRIPTIF: bertaburan ide dan opini.


ORIENTASI PROBLEM: masalah cepat selesai.
SPONTAN: komunikasi jujur dan terbuka.
EMPATI: saling memahami.
KESETARAAN: menanyakan pendapat yang lain.
PERHATIAN: mau mendengar.

final tips
Berikut beberapa tips dari Zueschner* agar dapat mengelola

konflik dengan baik:


1.

Konflik dapat bersifat konstruktif atau memperkuat hubungan.

2.

Persiapan yang matang. Komunikasikan konflik secara


terencana agar terbangun suasana yang supportif.

3.

Terlibat aktif. Selalu siap menghadapi & mengelola konflik .

4.

Berhati-hati dengan ucapan dan cara mengatakannya.

5.

Simpulkan apa yang telah didiskusikan dan buatlah rencana


untuk mendiskusikannya lagi.

Zueschner, Raymond. (1997). Communicating Today. Boston: Allyn and Bacon.

Anda mungkin juga menyukai