Anda di halaman 1dari 18

MARKETING

PLAN Syariah
Marketing
DRG. ANANG DWI PARMANA
anang2abdulfattah@gmail.com

Adab Menuntut Ilmu






Wahai Rabbku! Lapangan dadaku. Mudahkan
urusanku. Dan hilangkan kesulitan ucap
pada lisanku, agar mereka memahami
ucapanku.

Ya
Allah
tambahilah
ilmuku
pertinggikanlah kecerdasanku

dan

Mana yang Anda Pilih?


Neraka
Kesengsaraan
Selamanya

2
deti
k

Selamany
Selamany
a
a
Tidak
Tidak
Habis
Habis

2
deti
k

Surga Kebahagiaa
Abadi
3

Iklan

Kata iklan, berasal dari bahasa Arab,


yaitu ilan, yang artinya pemberitahuan
[Lisanul-Arab, Ibnu Manzhur, Juz 13.].
Berdasarkan ilmu bisnis, yang dimaksud
dengan iklan ialah, suatu aktivitas yang
dilakukan oleh produsen, baik secara
langsung ataupun tidak, untuk
memperkenalkan produknya kepada
khalayak (konsumen) melalui beragam
media. Tujuannya, yaitu untuk
menambah atau meningkatkan
permintaan atas produknya. [Kamus

Istilah-istilah
Maysir, secara bahasa berarti permainan dengan media anak panah.
Adapun makna secara syariat, yaitu permainan, dan bagi
pemenangnya disediakan sejumlah hadiah yang dikumpulkan dari
orang-orang yang terlibat dalam permainan tersebut.[Lisanul-Arab,
Ibnu Manzhur (5/298). Taisir al-Karimur-Rahman, Abdurrahman asSadi (1/515)]
Qimar, secara bahasa berarti taruhan. Dalam hal ini terdapat unsur
ketidakpastian, yaitu antara akan mendapatkan keuntungan atau
kerugian, atau antara akan mendapatkan keuntungan atau impas,
atau antara mengalami kerugian atau impas [Lisanul-Arab, Ibnu
Manzhur (5/115), Qamus al-Muhith, Fairuz Abadi, halaman 598, alFurusiyah, Ibnul Qayyim, halaman 194].
Gharar, secara bahasa berarti penipuan. Dalam istilah syariat
diartikan sebagai sesuatu yang akibatnya majhul (tidak diketahui)
dan tidak dapat diprediksikan sebelumnya [Lisanul-Arab (5/11), atTarifat, al-Jurjani, halaman 208.].

Tinjauan Syariat
Memandang iklan yang amat beragam
bentuk, media, dan penampilannya, maka
Islam memiliki batasan-batasan berkaitan
dengan masalah tersebut. Yang pada
dasarnya berpijak pada kaidah
menciptakan manfaat dan mencegah
mudarat. Ini tidak lain agar iklan tetap
berada dalam koridor syariat, sejalan
dengan kaidah yang berlaku, dan terjaganya
maqashidusy syariah, yaitu melindungi
agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta.

Hukum Iklan Secara


Umum
Secara umum, iklan yang mendatangkan manfaat, diperbolehkan.
Bahkan secara khusus, iklan terdapat dalam materi syariat sendiri.
Misalnya mengiklankan pernikahan. Dan adzan sendiri, yang setiap
hari berkumandang merupakan iklan berkaitan dengan shalat yang
akan didirikan.
Sedangkan hukum iklan dari segi penampilannya, secara umum
adalah sebagai berikut:
1. Iklan Yang Mengandung Penipuan (Mengelabui Konsumen)
Atau Gharar.
Hukumnya adalah haram. Banyak dalil yang menegaskan keharaman
tipu muslihat ini. Satu di antaranya adalah hadits berikut:

Barangsiapa yang mengelabui (menipu) kami, maka ia bukan


golongan kami [HR Muslim, no. 164.].

Hukum Iklan Secara Umum


Apabila produsen mengiklankan suatu produk
secara berlebihan dan tidak sesuai dengan
hakikat produknya, maka konsumen yang sudah
terjebak membeli produknya tersebut, berhak
untuk mengembalikannya. Dan produknya
sendiri terhitung sebagai barang yang cacat.
Juga, bagi si pembeli ada dua alternatif. Yaitu
mengembalikan barang yang dibelinya, atau
tidak mengembalikannya, tetapi meminta ganti
rugi sesuai dengan nilai kekurangan barang
tersebut.

Iklan Mempergunakan Gambar.

Hukumnya tergantung kepada gambarnya.


Berkaitan dengan pemakaian gambar ini, terdapat
penjelasan sebagai berikut:
a)Gambar benda mati, hukumnya diperbolehkan
karena tidak memiliki nyawa.
b)Gambar makhluk hidup. Berkaitan dengan gambar
ini ada beberapa bentuk.
b.1. Berupa potongan dari makhluk hidup yang tidak
memungkinkannya untuk hidup, misal gambar
tangan, kaki, mata, dan lain-lain, maka hukumnya
tidak haram.[Al-Mughni, Ibnu Qudamah (8/112),
Fathul-Bari, Ibnu Hajar (10/401)]
b.2. Gambar sebagian atau utuh dari makhluk hidup
yang memungkinkannya untuk hidup.

sabda Nabi berikut ini:








.





.








:



Setiap pelukis (tukang menggambar)


tempatnya adalah neraka. Akan dijadikan
pada setiap gambar yang dilukisnya
memiliki nyawa dan mengadzabnya di
dalam neraka Jahannam.
Ibnu Abbas berkata,Apabila Anda harus
menggambar, maka gambarlah
pepohonan dan yang tidak memiliki
nyawa. [HR Bukhari, no. 2225.]

Syaikh Utsaimin berkata dalam [Majmu Fatawa


wa Rasail, Syaikh Muhammad Shalih al Utsaimi]
Gambar ada dua jenis. Yaitu gambar yang dihasilkan oleh
tangan (lukisan tangan secara manual) dan gambar
dengan alat (fotografi). Gambar dengan tangan hukumnya
haram. Bahkan termasuk dosa besar. Sedangkan gambar
fotografi yang dihasilkan oleh kamera, dengan tanpa
campur tangan manusia dalam perancangannya, maka ini
menjadi perdebatan para ulama mutaakhirin. Ada yang
memperbolehkannya, dan ada juga yang melarangnya.
Yang lebih hati-hati dalam masalah ini ialah
menghindarinya, sebab termasuk perkara syubhat.

Adapun iklan yang mempergunakan gambar-gambar


makhluk bernyawa (berdasarkan pendapat yang
memperbolehkannya), maka patut memperhatikan
batasan-batasan berikut.
a)Perempuan tidak dibolehkan tampil dalam iklan. Iklan
yang tidak mengindahkannya, berarti haram.
b)Anak kecil diperbolehkan untuk tampil dalam iklan
sepanjang aman dari fitnah.
c)Hewan dibolehkan ditampilkan, terkecuali yang haram,
seperti anjing dan babi. Apabila konteksnya memuliakan.
d)Laki-laki dibolehkan tampil dalam iklan, dengan syarat
tidak menampakkan aurat, berpakaian sopan dan tidak
tergambarkan aurat, berpakaian sopan dan tidak
tergambarkan auratnya, tidak ada unsur menyerupai
wanita atau orang kafir, tidak berkaitan dengan hal-hal
yang diharamkan, dan tidak mengundang perhatian
perempuan.

Promosi Mempergunakan Media Suara.


Secara umum, dalam masalah ini terdapat empat jenis suara.
Yaitu: suara manusia, suara hewan, suara alat, dan suara alam.
a. Suara manusia. Pembagiannya meliputi:
a.1. Suara anak kecil.
Sebelum mencapai usia baligh, suara anak kecil tidak mengapa
dipergunakan dalam iklan, sepanjang aman dari fitnah. Apabila
menimbulkan fitnah, maka hukumnya haram. Selain itu, isi
pembicaraannya pun hanya yang baik-baik, tidak bertentangan
dengan ajaran Islam.
a.2. Suara lelaki dewasa.
Promosi dengan suara lelaki dewasa dibolehkan, dengan batasanbatasan: tidak disertai dengan hal-hal yang bertentangan dengan
syariat, suara atau intonasinya tidak dibuat-buat (tamayyu),
apalagi sampai menyerupai wanita, isi pembicaraannya pun baik
dan beradab, serta tidak menimbulkan fitnah, baik dari sisi
suaranya itu sendiri atau pemilik suaranya, atau keduanya
sekaligus.

a.3. Suara wanita.


Suara wanita tidak dibolehkan untuk dilibatkan dalam
iklan. Bukan sebuah kedaruratan jika suatu produk mesti
diiklankan oleh wanita, karena yang lain bisa
menggantikannya
untuk
mengiklankannya.
Wanita
diperintahkan untuk merendahkan suaranya. Wanita
dilarang berbicara secara menggoda atau lembut di
hadapan para lelaki. Larangan ini, karena dalam suara
wanita dapat menimbulkan fitnah. Allah Taala berfirman:








Wahai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti
wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka, janganlah
kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah
orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah
perkataan yang baik. [al-Ahzab/33:32]

b. Suara hewan. Tidak mengapa berpromosi


mempergunakan suara hewan. Tidak mengandung
masalah apapun di dalamnya, sepanjang tidak untuk
menakut-nakuti. Dan bisa saja hukumnya makruh, apabila
suara yang dipergunakan adalah suara hewan yang kita
disuruh berlindung darinya. Misalnya suara anjing dan
keledai. Wallahu alam.
c. Suara alat. yang melalaikan manusia dari Al Quran

Kaidah - kaidah
KAIDAH SEPUTAR IKLAN
1. Tidak bertentangan dengan tujuan
penciptaan manusia itu sendiri, yaitu untuk
beribadah hanya kepada Allah Taala.
Di sisi lainnya, iklan tersebut juga harus bisa
memberikan nilai, bahwa yang memberi nikmat adalah
Allah. Sehingga, selain konsumen tertarik untuk
membeli produk, juga tidak melupakan syukur kepada
Allah. Begitu pula iklan tersebut jangan sampai
bertentangan dengan fitrah yang baik, yaitu fitrah yang
sejalan dengan norma-norma agama yang lurus.
2. Produk (barang ataupun jasa) yang diiklankan adalah
produk yang mubh. Tidak diperbolehkan mengiklankan
yang diharamkan agama. Misalnya minuman keras, dan

Kaidah - kaidah

3. Produk yang diiklankan benar-benar bisa dimiliki.


Dalam arti, selain terjangkau dari segi harga, juga
terjangkau dari segi kepemilikan atau bisa dipindah
tangankan. Dalam hal ini, tidak diperbolehkan
mengiklankan sesuatu yang tidak terjangkau harganya
dan tidak bisa dimiliki. Sebab, dalam suatu jual beli
disyaratkan barangnya ada dan bisa dipindah tangankan
atau dimiliki.
4. Suatu iklan tidak boleh mengandung kedustaan atau
penipuan. Misalnya, mendeskripsikan produk tidak sesuai
kenyataanya, baik secara fisik, dari segi manfaat maupun
dari sisi khasiat, dan sebagainya.
5. Dalam beriklan mempergunakan media yang mubh
atau diperbolehkan. Tidak diperbolehkan berpromosi
dengan mempergunakan suatu sarana yang dilarang
syariat, baik dalam bentuk orang, suara, alat, dan

Kaidah - kaidah
6. Dalam promosi tidak mengandung unsur memerangi
adat atau norma-norma yang dipandang baik oleh syariat
ataupun yang bertentangan dengannya.
7. Bersih dari unsur tasyabbuh yang dilarang. Misalnya,
lelaki menyerupai wanita atau sebaliknya.
8. Tidak menyebarkan adat-adat orang-orang kafir atau
tasyabbuh kepada mereka. Kaum Muslimin memiliki adat
dan norma tersendiri yang bersumber dari ajaran Islam.
9. Iklan terbebas dari unsur menakut-nakuti. Tidak
diperbolehkan menakut-nakuti seorang muslim, apapun
tujuan dari iklan tersebut. Sebab, menyebarkan ketakutan
ke khalayak adalah diharamkan.
10. Iklan harus sesuai dengan akhlak dan adab yang baik.
Misalnya jujur, tidak mengelabui, tidak melecehkan yang
lain, bersifat menasihati, tidak mendorong perilaku yang

Anda mungkin juga menyukai