Anda di halaman 1dari 63

SKRIPSI

HUBUNGAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN DENGAN


KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI PROVINSI SULAWESI UTARA
BERDASARKAN DATA RISKESDAS TAHUN 2010 DITINJAU DARI
KEDOKTERAN DAN ISLAM

Disusun oleh :
FAISAL MUHAMMAD
NPM 1102013104

Pembimbing Klinis

: Dr. Kholis Ernawati,S.Si,M.Kes

Pembimbing Agama

: Dr. Zuhroni,M.Ag.

Penguji

: dr. Yusnita,Mkes.

OUTLINE

Latar Belakang

Rumusan Masalah

Pertanyaan penelitian

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Kerangka Teori

Tinjauan Agama Islam

Kerangka Konsep

Kesimpulan dan Saran

Definisi Operasional

Metodologi Penelitian

Analisis Data

Alur Penelitian

Jadwal Penelitian

Hasil

Pembahasan

Anggaran Penelitian

Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang
disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
tuberculosis. Tuberkulosis paru merupakan
penyakit infeksius, yang terutama menyerang
penyakit parenkim paru
World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa pada tahun 2012,
mencatat peringkat Indonesia menurun dari posisi tiga ke posisi empat
dengan jumlah penderita TBC sebesar 321.000 orang. Lima negara
dengan jumlah terbesar kasus insiden pada tahun 2012 adalah India, Cina,
Afrika Selatan, Indonesia dan Pakistan
Data Riskesdas 2010 menunjukan 5 provinsi
dengan Periode Prevalence TB (D) tertinggi
adalah : Papua 1.441 per 100.000 penduduk,
Banten 1.282 per 100.000 penduduk, Sulawesi
Utara 1.221 per 100.000 penduduk, Gorontalo
1.200 per 100.000 penduduk, dan DKI Jakarta
1.032 per 100.000 penduduk.

Tabel 1 . Prevalensi TB berdasarkan pemeriksaan petugas kesehatan (D) dan Gejala Klinis (G) Riskesdas 2010

Di Indonesia penyakit ini merupakan


masalah utama kesehatan masyarakat
karena perilaku pencarian pengobatan
yang menjadi tersangka penderita
penyakit ini tidak datang ke fasilitas
kesehatan.

Suatu penelitian kualitatif


lain yang dilakukan di
Indonesia tentang Perilaku
Pencarian Pengobatan
Tersangka penderita TB Paru
di Wilayah Puskesmas
Tanjung Paku Kota Solok,
Sumatera Barat, ternyata
masih ada tersangka/suspek
TB yang yang berobat ke
dukun, mengobati sendiri,
membeli obat di warung dan
tidak melakukan tindakan
pengobatan terhadap gejala
TB yang dialaminya (Kadri,
2005).

Sejauh ini pandangan Islam


tentang perilaku pencarian
pengobatan mendapatkan
banyak pendapat dari berbagai
ulama, ada yang mengatakan
wajib, sunah, bahkan haram.
Berobat sebagai bentuk ikhtiar
dalam menyembuhkan
penyakit .Pendapat lain
berpendapat haram jika melihat
dari zat/ bahan yang terkandung
di dalamnya dan bisa
memperburuk kesehatan

Pandangan Islam tentang hubungan


perilaku pencarian pengobatan dengan
kejadian TB Paru tidak dibahas secara
rinci. Islam mengenai kehidupan sesuai
dengan syariat Islam dengan tidak
menggunakan zat/bahan yang
diharamkan kecuali dalam keadaan
darurat.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dimana perilaku pencarian pengobatan


menjadi salah satu faktor yang meningkat pada negara berkembang dan
Sulawesi Utara menjadi salah satu provinsi dengan Periode Prevalensi TB
tertinggi menurut data Riskesdas tahun 2010, maka pertanyaan pada penelitian
ini adalah Apakah ada hubungan antara perilaku pencarian pengobatan dengan
kejadian Tuberkulosis Paru di Provinsi Sulawesi Utara berdasarkan data
Riskesdas tahun 2010 ditinjau dari Kedokteran dan Islam?

Pertanyaan Penelitian

Berapa prevalensi Tuberkulosis Paru di Provinsi Sulawesi Utara berdasarkan


data Riskesdas tahun 2010 ?

Berapa distribusi frekuensi perilaku pencarian pengobatan Tuberkulosis Paru


di Sulawesi Utara berdasarkan data Riskesdas tahun 2010

Apakah ada hubungan perilaku pencarian pengobatan dengan kejadian


Tuberkulosis Paru di Provinsi Sulawesi Utara berdasarkan data Riskesdas tahun
2010 ?

Bagaimana Pandangan Islam tentang hubungan perilaku pencarian pengobatan


dengan kejadian Tuberkulosis Paru di Provinsi Sulawesi Utara berdasarkan
data Riskesdas tahun 2010 ?

Tujuan
Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan perilaku


pencarian pengobatan dengan kejadian
Tuberkulosis Paru di Provinsi Sulawesi
Utara berdasarkan data Riskesdas tahun
2010

Tujuan
Khusus
Untuk mengetahui prevalensi Tuberkulosis Paru di
Provinsi Sulawesi Utara berdasarkan data Riskesdas
tahun 2010

Untuk mengetahui distribusi frekuensi perilaku


pencarian pengobatan Tuberkulosis Paru di Sulawesi
Utara berdasarkan data Riskesdas tahun 2010

Untuk mengetahui hubungan pola perilaku pencarian


pengobatan dengan Tuberkulosis Paru di Sulawesi Utara
berdasarkan data Riskesdas tahun 2010

Untuk mengetahui Pandangan Islam tentang hubungan


perilaku pencarian pengobatan dengan kejadian
Tuberkulosis Paru di Provinsi Sulawesi Utara
berdasarkan data Riskesdas tahun 2010.

MANFAAT
Ilmu Pengetahuan
Mengembangkan pengetahuan mengenai TB paru.
Mengembangkan pengetahuan mengenai faktor resiko perilaku
pencarian pengobatan yang berhubungan dengan TB paru.
Profesi
Mendapat pengalaman belajar dan pengetahuan dalam melakukan
penelitian
Meningkatkan kemampuan komunikasi peneliti dengan masyarakat
Masyarakat
Memberi gambaran pengetahuan bagi masyarakat tentang faktor yang
mempengaruhi kejadian Tuberculosis

Kerangka Teori

Teori Gordon dan Le Richt

Teori HL Blum

Faktor Resiko TB

Kerangka Teori
Agent:
Mycobacterium tuberculosis
Environment:
Lingkungan

Host :
Usia,Jenis Kelamin

Tuberkulosis Paru

Genetik/ Keturunan

Pelayanan Kesehatan

Perilaku: Perilaku Pencarian


Pengobatan

Kerangka Konsep

Perilaku Pencarian
Pengobatan

Tuberkulosis Paru

Variabel Independen : Perilaku Pencarian Pengobatan


Variabel Dependen

: Tuberkulosis Paru

Definisi Operasional
Variabel

Definisi Operasional

Alat

a). Prevalensi

Jumlah prevalensi

Tabel data

TB Paru

Tuberkulosis Paru dari hasil sekunder


pemeriksaan laboratorium

Riskesdas tahun

BTA

2010 Kode RKD

Hasil ukur
1.Ya

Skala
Nominal

2.Tidak

10.IND B11
b). Perilaku

Tabel data

a. Pengobatan

Pencarian

Pernyataan tentang

sekunder

program TB

Pengobaan

tindakan responden dalam

Riskesdas tahun

b kembali ke tenaga

mengatasi gejala TB paru

2010 Kode RKD

kesehatan

10.IND B18

c. Beli obat di
apotek/ toko
d. minum obat herbal
e. tidak diobati

Ordinal

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah Deskriptif


korelatif, yang akan
menghubungkan faktor resiko suatu penyakit dengan
efek dari faktor resiko tersebut.

Rancangan Penelitian

Survey cross sectional . Penelitian ini untuk menilai hubungan variabel


dependen( Tuberkulosis Paru) maupun independent (perilaku pencarian
pengobatan) diukur secara
bersama diwaktu bersamaan tanpa adanya follow
up

Metodologi Penelitian

Populasi

Populasi yang akan di gunakan pada penelitian ini adalah provinsi Sulawesi
Utara dengan kriteria usia diatas 15 tahun dan jumlah penderita Tuberkulosis Paru
sebanyak 2.319 orang
Sampel

Sampel pada penelitian ini menggunakan total sampling dimana keseluruhan


penderita Tuberkulosis berjumlah 2.319 orang dan sampel ini diambil dari Lab
Mandat Litbangkes Kemenkes RI.

Jenis Data

Jenis data yang di pakai pada penelitian ini adalah Data Sekunder, yang
merupakan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 di provinsi
Sulawesi Utara.

Analisa Data

Pada penelitian ini menggunakan Analisis Bivariate yang dilakukan terhadap dua
variabel yang di duga berhubungan atau berkorelasi.

Alur Penelitian
RISKESDAS
2010

ANALISA
DATA

Jadwal Penelitian
Kegiatan

Waktu

Bimbingan Proposal November 2015-Maret 2016


Ujian Proposal

Maret 2016

Pelaksanaan

April 2016

Penelitian
Pengolahan Data

April 2016- September 2016

Ujian Skripsi

September 2016- Oktober 2016

HASIL PENELITIAN

Deskripsi Jumlah Responden di Provinsi Sulawesi Utara berdasarkan data


Riskesdas Tahun 2010
Jumlah Responden pada Riskesdas Tahun 2010 dari provinsi Sulawesi Utara
adalah 3.151 orang. Berdasarkan jumlah tersebut, responden yang memenuhi
kriteria usia diatas 15 tahun hanya sebesar 2.319 orang dengan jumlah missing
data sebesar 833 orang. Akan tetapi, setelah dilakukan pembersihan data untuk
tiap variabel independen dan dependen didapatkan hasil dengan jumlah
responden akhir sebesar 78 orang.

Karakteristik Responden di Provinsi Sulawesi Utara berdasarkan data Riskesdas


Tahun 2010
Tabel 4.1 menunjukan bahwa proporsi jenis kelamin terbanyak responden
adalah perempuan sebesar 36 orang (46,2%). Sedangkan proporsi umur terbanyak
adalah 36-45 tahun yaitu 17 orang (21,8%).Begitu pula untuk pendidikan,
persentase terbesar adalah tamatan SD/MI sejumlah 33 orang (42,3%). Selain itu,
status pekerjaan dari kebanyakan responden adalah petani sebesar 31 orang
(39,7%).

Karakteristik
Jenis Kelamin

Umur

Pendidikan

Frekuensi

Presentase

Laki laki

42

53,8

Perempuan

36

46,2

Total

78

100,0

12-16 tahun

3,8

17-25 tahun

6,4

26-35 tahun

12

15,4

36-45 tahun

17

21,8

46-55 tahun

13

16,7

56-65 tahun

15

19,2

diatas65 tahun

13

16,7

Total

78

100,0

1,3

Tidak tamat SD/MI

17

21,8

Tamat SD/MI

33

42,3

Tamat SLTP/MTS

13

16,7

Tamat SLTA/MA

10

12,8

Tamat D1/D2/D3

2,6

Tamat PT

2,6

78

100,0

Tidak pernah sekolah

Total

Kaakteristik
Status Kerja

Frekuensi

Presentas

20

e
25,6

Sekolah

6,4

PNS/Pegawai

5,1

Wiraswasta/layan

2,6

Petani

31

39,7

Buruh

5,1

Lainnya

12

15,4

Total

78

100,0

Tidak Kerja

jasa/dagang

Proporsi

penderita TB Paru di Provinsi Sulawesi Utara berdasarkan data

Riskesdas tahun 2010


Tabel 4.2 menunjukkan angka kejadian TB Paru di provinsi Sulawesi Utara
berdasarkan data Riskesdas tahun 2010 hanya sebanyak 11 orang (14,1%) dari jumlah
responden sebanyak 78 orang
Karakteristik
TB Paru

Frekuensi

Presentase

Ya

11

14,1

Tidak

67

85,9

Total

78

100,0

Proporsi perilaku pencarian pengobatan di Provinsi Sulawesi Utara


berdasarkan data Riskesdas tahun 2010

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa perilaku pencarian obat responden yang


meneruskan pengobatan program TB sebanyak 8 orang (10,3%), sedangkan
yang tidak diobati sebanyak 7 orang (9,0%).
Karakteristik
Perilaku Pencarian
Pengobatan

Meneruskan

Frekuensi

Presentase

10,3

29

37,2

27

34,6

9,0

9,0

78

100,0

Pengobatan program
TB
Kembali ke tenaga
kesehatan
Beli obat di apotek
/Toko Obat
Minum obat herbal/
Tradisional
Tidak diobati
Total

Hubungan perikaku pencaran pengobatan dengan kejadian TB Paru


berdasarkan data Riskesdas tahun 2010

Tabel 4.4 menunjukan hasil analisa bivariat yaitu perilaku pengobatan responden
yang meneruskan pengobatan program TB dan menderita TB sebanyak 4 dan yang tidak
sebanyak 4 orang. Sedangkan yang tidak diobati dan menderita TB Paru berjumlah 1
orang dan yang tidak menderita TB Paru berjumlah 6 orang
Karakteristik

TB Paru
Ya

Perilaku Pencarian
Pengobatan

Meneruskan

Total

Nilai p

Tidak
4

26

29

24

27

11

67

78

pengobatan
program TB
Kembali ke tenaga
kesehatan
Beli obat di
apotek/ toko obat
Minum obat
herbal/tradisional
Tidak diobati
Total

0,037

PEMBAHASAN

Hubungan perilaku pencarian pengobatan dengan kejadian TB Paru dengan


analisa bivariat pada penelitian ini mendapat nilai signifikansi p = 0,037
(0,037 < 0,05) atau dengan nilai analisa hitung lebih besadaripada nilai
analisa tabel (10.197> 9,49) (Lampiran) yang menunjukkan H0 ditolak atau
terdapat hubungan antara perilaku pencarian pengobatan dengan kejadian TB
Paru,

hal ini sejalan dengan penelitian Thawaf (2000) tentang Perilaku Pencarian
Pengobatan Suspek TB di Puskesmas DTP Jayagiri, Lembang, Bandung, diperoleh
proporsi tersangka TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Jayagiri, Bandung adalah
0,79 %. Perilaku pencarian pengobatan pertama kali ke Puskesmas 30,7%, ke non
puskesmas 69,3%.Sedangkan penelitian Mardjono (2001) pada suspek TB di
Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu, di dapatkan 26,1% tersangka TB Paru tidak
menggunakan pelayanan kesehatan, dan 73,9% menggunakan pelayanan kesehatan

Menurut Azwar (2013) Pembentukan sikap tidak dapat dilepaskan dari


adanya faktor faktor yang mempengaruhi seperti pengalaman pribadi,
kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, serta faktor
emosional dari individu. Ini membuktikan bahwa sikap yang kurang
baik merupakan faktor resiko untuk terjadinya penularan
Tuberkulosis paru

Jika sikap masyarakat sudah baik maka masyarakat akan mudah untuk melakukan
suatu perbuatan yang baik, tetapi jika sikap inimasih kurang maka akan memberikan
dampak yang negatif bagi kesehatan masyarakat. Perubahan sikap harus didahului
oleh peningkatan tingkat pengetahuan

Keterbatasan penelitian ini antara lain banyaknya data missing


yang tidak berkorelasi antara variabel perilaku pencarian
pengobatan dengan kejadian TB Paru pada data Riskesdas 2010.
Serta banyak faktor yang mempengaruhi kejadian TB paru
tersebut

HUBUNGAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN


DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI PROVINSI
SULAWESI UTARA
BERDASARKAN DATA RISKSESDAS TAHUN 2010 DALAM
PANDANGAN ISLAM

Pandangan Islam tentang Manusia sebagai Subjek Penelitian

Dasar penelitian dalam pandangan Islam terdapat pada


perintah Allah yaitu :
Bashar (memperhatikan),
Unzhur (melihat),
Tadabbur (merenungkan),
Tabayyun (mencari kejelasan) dan Iqra (membaca)

Riset dengan Media Manusia


Kepemilikan jasad manusia adalah milik Allah, milik manusia seperti harta, atau milik
bersama. Maka, apakah seseorang itu memiliki tubuhnya sendiri sehingga ia dapat
mempergunakanya sekehendak hatinya, misalnya dengan mendonorkanya atau lainya.
Namun demikian, perlu diperhatikan di sini bahwa meskipun tubuh merupakan
pemberian dari Allah, tetapi manusia diberi kebebasan untuk memanfaatkan dan
mempergunakanya sebagaimana harta (Kurniadin,2012).
Pemilik sejati jasad manusia adalah Allah, sebagaimana disebutkan dalam AlQuran:

Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan


kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang
Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau
hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan.
Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.(QS.Ali Imran(3):26).

Pandangan Islam Tentang Perilaku


Pencarian Pengobatan

Perilaku pencarian pengobatan dalam Islam sebagai bentuk ikhtiar dalam


kesembuhan. Ibnu Sina mengemukakan bahwa pengobatan dibagi menjadi dua
jenis, yaitu teori dan praktik. Pengobatan secara teoritis adalah bagian
pengobatan yang hanya memberikan penjelasan dari segi ilmu-ilmu tentang
pendapat berbagai ilmuwan tanpa langsung memberikan pengaruh dalam
bidang praktis. Misalnya, ilmu yang menjelaskan tentang hal-hal yang
berhubungan dengan mizaj, humor, tenaga, pembagian jenis penyakit, gejala
penyakit, dan penyebab sakit.

Sedangkan pengobatan secara praktik adalah pengobatan yang berhubungan


dengan ilmu cara melakukan suatu tindakan pengobatan dan perawatan.
Misalnya, ilmu yang menjelaskan cara menjaga kesehatan tubuh atau cara
merawat tubuh yang sakit.

Hukum Perilaku Pencarian Pengobatan

WAJIB
Adapun dalil wajibnya berobat adalah sebagai berikut
Dari sahabat Jabir bin Abdillah ra, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda :

Setiap penyakit itu ada obatnya. Apabila obat tersebut tepat mengenai
penyakit, maka akan sembuh atas izin Allah (H.R Muslim)

Sunah

Imam Nawawi memberikan fatwa ia adalah seorang imam kalangan syafiiyah


Bahwa bagi yang kuat tawakalnya, maka tidak brobat itu lebih utama.
Namun, bagi yang lemah keyakinannya dan sulit bersabar, maka berobat itu
lebih utama

Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu".


Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah
itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang
dicukupkan pahala mereka tanpa batas (QS Az.Zumar (39) : 10)

Haram
Islam melarang kita untuk berobat degan cara yag haram atau tidak sesuai
syariat Islam. Berdasarkan sabda Rasulullah SAW:












Sesungguhnya Allah menurunkan penyakit beserta obatnya, dan Dia telah
menetapkan bagi setiap penyakit obatnya, maka janganlah berobat dengan
perkara yang haram." (HR Abu Dawud)

Mubah/ boleh secara mutlak

karena terdapat keterangan dalil- dalil yang sebagiannya menunjukkan


perintah dan sebagian lagi boleh memilih, (ini adalah madzhab Hanafiyah dan
salah satu pendapat madzhab Malikiyah) Jika sakitnya tergolong ringan,
tidak
melemahkan badan dan tidak berakibat seperti kondisi hukum wajib dan
sunnah untuk berobat, maka boleh baginya berobat atau tidak berobat

Makruh

Imam Qurtubi rahimahullah mengatakan bahwa ini adalah pendapat Ibnu


Masud, Abu Darda radhiyallahu anhum, dan sebagian para Tabiin

Pandangan Islam tentang Tuberkulosis Paru


Penularan tuberkulosis pada manusia bisa terjadi lewat udara. Dalam hal ini, Islam
menganjurkan untuk mencegah penyakit menular agar orang sehat menghindari orang sakit.
Al- Bukhari meriwayatkan dalam Shahih-nya dari hadis Abu Hurairah bahwa Rasulullah
bersabda :


Jauhilah orang yang terkena lepra. Seperti kamu menjauhi singa (HR.al-Bukhari).
Hadis di atas mencontohkan lepra menjadi salah satu penyakit yang menyebabkan
penularan kepada manusia seperti halnya juga tuberculosis. Rasulullah yang penuh kasih
sayang kepada umatnya melarang umatnya mendekati sesuatu yang dapat membahayakan
tubuh dan hati (Al-Jauziyah,2013).

Pandangan Islam tentang Penanggulangan TB

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menyatakan bahwa kunci keberhasilan


program penanggulangan tuberkulosis adalah dengan menerapkan strategi DOTS,
Oleh karena itu temahaman tentang DOTS merupakan hal yang sangat penting
agar TB dapat ditanggulangi dengan baik. DOTS mengandung lima komponen,
yaitu :
Komitmen pemerintah untuk menjalankan program TB nasional
Penemuan kasus TB dengan pemeriksaan BTA mikroskopik
Pemberian obat jangka pendek yang diawasi secara langsung, dikenal
dengan istilah DOT (Directly Observed Therapy)
Pengadaan OAT secara berkesinambungan
Monitoring serta pencatatan dan pelaporan yang baik

Tujuan dari ajaran Islam ialah menghilangkan kemadharatan/bahaya yang menimpa manusia
baik bahaya yang mengancam fisik maupun psikis. Tujuannya adalah agar manusia dapat
menjalankan tugasnya sebagai makhluk Allah SWT

Berobat merupakan salah satu yang dianjurkan dalam Islam. Ini bertujuan untuk menyelamatkan
hamba-hamba-Nya dari bahaya.

Adapun hadis mengenai anjuran berobat ini terdapat dalam hadis riwayat Ibn Hibban :



:
:

: : .

Aku pernah berada di samping Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Lalu datanglah serombongan Arab dusun. Mereka
bertanya, Wahai Rasulullah, bolehkah kami berobat? Beliau menjawab: Iya, wahai para hamba Allah, berobatlah.
Sebab Allah Subhanahu wa Taala tidaklah meletakkan sebuah penyakit melainkan meletakkan pula obatnya, kecuali satu
penyakit. Mereka bertanya: Penyakit apa itu? Beliau menjawab: Penyakit tua. (HR. Ahmad, Al-Bukhari

Terapi yang digunakan untuk mengobati Tuberkulosis Paru adalah dengan Obat
Anti Tuberkulosis (OAT) yang harus rutin diminum dalam jangka waktu
beberapa bulan untuk mencegah terjadinya resistensi bakteri terhadap obat

Pengobatan Obat TB dalam Pandangan


Islam

Obat adalah bahan yang digunakan untuk mengurangi, menghilangkan penyakit, atau
menyembuhkan seseorang dari penyakit. Selain menyuruh berobat Rasulullah SAW juga
menyuruh menggunakan obat yang halal dan melarang menggunakn obat yang haram.
Hadis yang melarang berobat dengan yang haram dari Ummu Darda, Rasulullah
bersabda:











"Sesungguhnya Allah menurunkan penyakit beserta obatnya, dan Dia telah menetapkan bagi
setiap penyakit obatnya, maka janganlah berobat dengan perkara yang haram." (HR Abu Dawud)

Terapi utuk mengobati pasien Tuberkulosis adalah OAT (obat anti Tuberkulosis)
.Obat yang dipakai merupakan produk farmasi yang terdiri dari bahan aktif
dan bahan farmaseutik (bahan pembantu eksipien). Jadi dalam satu obat bisa
terbuat lebih dari 2 sampai 3 bahan. Sumber bahan aktif obat dan bahan
farmaseutik bermacam-macam. bisa berasal dari tumbuhan, hewan, mikroba,
bahan sintetik kimia, bahkan dari virus yang dilemahkan atau bahan yang
berasal dari manusia. Baik bahan aktif maupun bahan farmaseutik memiliki
titik kritis kehalalan.

Islam melarang menggunakan tumbuh-tumbuhan yang merusak akal untuk


dijadikan obat-obatan, karena menghambat zikir kepada Allah SWT. Ada tiga
jenis tumbuha-tumbuhan terlarang yang disebut-sebut dalam buku-buku fiqh,
yaitu :Hasyisy, opiumdankat.

Tetapi, penggunaannya diperbolehkan dalam kondisi darurat bila tak lagi


ditemukan obat alternatif yang halal dan dapat mengancam jiwa apabila
tidak menggunakannya Allah berfirman :

Artinya Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang
(ketika disembelih) disebut nama selain Allah. Tetapi barang siapa dalam keadaan terpaksa (memakannya)
sedang ia tidak menginginkannya dan tidak pula melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Baqarah (2) : 173).

Analisis Pandangan Islam tentang Hubungan Perilaku Pencarian Pengobatan dengan


Kejadian Tuberkulosis Paru di Provinsi Sulawesi Utara Berdasarkan Data Riskesdas
Tahun 2010

Berdasarkan uraian di atas, maka kaitanya dengan judul skripsi dapat


disimpulkan:

Tuberkulosis Paru adalah setiap penyakit menular pada manusia dan hewan lain
yang disebabkan oleh spesies Mycobacterium dan ditandai dengan
pembentukan tuberkel dan nekrosis berkeju pada jaringan setiap organ pada
manusia melalui udara yang tercemar oleh Mikobakterium tuberkulosa yang
dilepaskan/dikeluarkan oleh si penderita TBC saat batuk

Sebagian besar masyarakat menyatakan bahwa ketika penderita merasakan


gejala, keluhan penyakit , masyarakat biasanya akan mencari pengobatan
dengan membeli obat di warung, dengan alasan karena masih penyakit ringan.
Selanjutnya jika kondisi penyakitnya makin parah atau tidak ada perubahan
maka biasanya mereka akan mencari pengobatan ke puskesmas atau ke tenaga
pengobatan tradisional (Media,Y. 2011).

Kejadian TB Paru bisa ditanggulangi dengan mengurangi berbagai faktor resiko


penyakitnya. Dengan berperilaku bersih dan sehat serta menjaga pola hidup
yang baik tentunya akan bisa terhindar dari penyakit ini

Dari sudut pandang Islam bahwa Islam tidak melarang untuk berobat kepada
ahlinya sesuai dengan pengetahuannya. Menurut Islam,setiap penyakit ada
obatnya jadi tergantung sikap dan perilaku manusia untuk mencari
pengobatan dan tidak putus asa dalam menghadapi setiap penyakit

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah di paparkan, maka dapat disimpulkan dari penelitian
ini bahwa :

Prevalensi kejadian TB Paru berdasarkan data Riskesdas tahun 2010 terbanyak adalah yang
tidak pernah didiagnosa TB Paru sebesar 67 dari 78 orang (85,9%).

Distribusi perilaku pencarian pengobatan di Provinsi Sulawesi Utara yang terbanyak


kembali ke tenaga kesehatan sebesar 27 orang (37,2%), berdasarkan data Riskesdas tahun
2010

Hasil analisa bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara perilaku pencarian
pengobatan dengan kejadian TB Paru di Provinsi Sulawesi Utara berdasarkan data
Riskesdas tahun 2010 dengan nilai p = 0,037 (p<0,05).

Pandangan Islam mengenai perilaku pencarian pengobatan mendapat banyak pendapat dari
berbagai ulama, diantaranya menyebutkan bahwa pencarian pengobatan dianjurkan untuk
berobat sebagaimana Rasulullah bersabda Allah tidak menciptakan sebuah penyakit, kecuali
Dia menciptakan obat untuk penyakit tersebut. Berobat kepada orang yang ahli dalam
pengetahuannya dan haram hukumnya berobat dengan praktek perdukunan, hal gaib karena
akan menjerumuskan Syirik. Kemudian, Islam juga memandang TB Paru merupakan salah
satu penyakit menular yang harus di cegah sebaik mungkin agar dapat terhindar dari orang
yang sehat. Hal tersebut juga di bahas dalam beberapa hadis.

Saran

Instansi Kesehatan

Instansi Kesehatan saling bekerja sama dengan pihak - pihak yang terkait dengan
pelayanan kesehatan baik di desa maupun kota untuk mencari masyarakat yang
suspek terkena penyakit TB paru dan melakukan pelayanan kesehatan secara
maksimal serta lebih aktif memberikan edukasi, wawasan mengenai penyakit TB paru
hingga dampak penyakit TB paru

Peneliti

Penelitian mengenai faktor faktor yang berhubngan dengan kejadian TB paru


yang masih belum diteliti perlu ditingkatkan kembali. Selain itu, data-data
responden yang masih missing dalam penelitian semoga bisa diminimalkan
dikemudian hari sehingga hasil penelitian yang diperoleh akan memiliki nilai valid
yang lebih baik dan dapat sebagai acuan untuk penelitian berikutnya yang
berhubungan dengan Tuberkulosis Paru

Masyarakat

Masyarakat mau berperan aktif untuk mencari wawasan mengenai penyakit


Tuberkulosis Paru dan ikut berpartisipasi memberantas penyakit ini dengan
meminum obat secara teratur apabila didiagnosa TB paru , serta mau melapor
kepada layanan kesehatan apabila ada keluarga yang terjangkit penyakit ini
sehingga program pemerintah untuk meningkatkan kesehatan bisa tercapai.

Ulama

Ulama diharapkan memberikan pengetahuan hukum perilaku pencarian


pengobatan dan bahaya tidak berobat menurut Islam dan pencegahan terjadinya
suatu penyakit menurut Islam kepada masyarakat luas.

Anggaran Penelitian
Pemasukan

Biaya kas perorangan

= Rp.2.000.000,-

Pengeluaran

Print,fotocopy, dan Penjilidan Proposal dan Skripsi

= Rp.500.000,-

Biaya Permohonan Etik

= Rp. 50.000,-

Biaya tak terduga

= Rp.500.000,-

Jumlah

= Rp.1050.000,-

Lampiran

Lampiran Hasil Analisa SPSS


Jenis Kelamin
Frequenc
y
Laki laki
Valid

Perempuan
Total

Percent

42

53.8

53.8

53.8

36

46.2

46.2

100.0

78

100.0

100.0

Umurbaru
Frequency
Percent

Valid

15-16tah
17-25tah
26-35tah
36-45tah
46-55tah
56-65tah
65atas
Total

Valid Percent Cumulative


Percent

3
5
12
17
13
15
13
78

3.8
6.4
15.4
21.8
16.7
19.2
16.7
100.0

Valid Percent
3.8
6.4
15.4
21.8
16.7
19.2
16.7
100.0

Cumulative
Percent
3.8
10.3
25.6
47.4
64.1
83.3
100.0

Status pendidikan tertinggi tamat


Frequenc Percent
y
1
1.3
Tidak pernah
sekolah
17
21.8
Tidak tamat
SD/MI
33
42.3
Tamat SD/MI
Valid

Valid
Cumulative
Percent
Percent
1.3
1.3
23.1

42.3

65.4

Tamat
SLTP/MTS
Tamat SLTA/MA

13

16.7

16.7

82.1

10

12.8

12.8

94.9

Tamat D1/D2/D3

2.6

2.6

97.4

Tamat PT
Total

2.6

2.6

100.0

78

100.0

100.0

Status pekerjaan utama


Freque Percent
ncy

Valid

21.8

Tidak kerja
Sekolah
PNS/Pegawai
Wiraswasta/layan
jasa/dagang
Petani
Buruh
Lainnya
Total

Valid
Percent

Cumulati
ve Percent

20
5
4
2

25.6
6.4
5.1
2.6

25.6
6.4
5.1
2.6

25.6
32.1
37.2
39.7

31
4
12
78

39.7
5.1
15.4
100.0

39.7
5.1
15.4
100.0

79.5
84.6
100.0

Valid

Valid

Apakah [NAMA] pernah didiagnosis menderita TB Paru oleh tena


Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Ya
11
14.1
14.1
14.1
67
85.9
85.9
100.0
Tidak
Tabel 2 Crosstabs
78
100.0
100.0
Total
Apa yang dilakukan oleh [NAMA] untuk mengatasi gejala di ata
Frequ Percent Valid Cumulat
ency
Percent
ive
Percent
Masih meneruskan
8
10.3
10.3
10.3
pengobatan program TB
Kembali ke tenaga
29
37.2
37.2
47.4
kesehatan
Beli obat di apotek/ Toko
27
34.6
34.6
82.1
obat
Minum obat herbal/
7
9.0
9.0
91.0
tradisional
Tidak diobati
7
9.0
9.0
100.0
Total
78
100.0
100.0
Case Processing Summary

Apa yang dilakukan oleh [NAMA]


untuk mengatasi gejala di ata *
Apakah [NAMA] pernah didiagnosis
menderita TB Paru oleh tena

Valid
N
Percent
78 100.0%

Cases
Missing
N
Percent
0
0.0%

Total
N
Percent
78 100.0%

Apa yang dilakukan oleh [NAMA] untuk mengatasi gejala di ata * Apakah
[NAMA] pernah didiagnosis menderita TB Paru oleh tena Crosstabulation
Count

Masih meneruskan
pengobatan program TB
Apa yang dilakukan oleh
[NAMA] untuk mengatasi
gejala di ata

Kembali ke tenaga
kesehatan
Beli obat di apotek/ Toko
obat
Minum obat herbal/
tradisional
Tidak diobati

Total

Chi-Square Tests
Value

df

Apakah [NAMA] Total


pernah
didiagnosis
menderita TB
Paru oleh tena
Ya
Tidak
4
4
8

26

29

24

27

1
11

6
67

7
78

Asymp. Sig. (2sided)


4
.037
4
.075
1
.089

Pearson Chi-Square
10.197a
8.505
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear Association
2.900
N of Valid Cases
78
a. 5 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .99.

Symmetric Measures
Value Asymp. Appro Approx.
Std.
x. Tb
Sig.
a
Error
.194
.125 1.725
.089c
Pearson's R

Interval by
Interval
Ordinal by Spearman
.206
.123 1.831
Ordinal
Correlation
N of Valid Cases
78
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null
hypothesis.
c. Based on normal approximation.

.071c

Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai