kasus
Disentri
Enki Hendrawan
PENDAHULUAN
LAPORAN KASUS
Identitas
Nama : An. AM
Usia : 4,5 tahun
Jenis Kelamin
: laki laki
Suku Bangsa
: Aceh
Agama : Islam
Pekerjaan
: tidak bekerja
Pendidikan
: belum sekolah
Alamat
: Desa Blang Crueng
Tanggal Masuk
: 04-09-2016
Tanggal Periksa
: 06-09-2016
No.Register
: 07.99.xx
ANAMNESIS
Keluhan utama
: demam
Riwayat makanan
Pasien mendapatkan ASI sampai usia 2 tahun
tanpa disertai pemberian susu formula.
Pasien diberikan makanan pendamping ASI
berupa bubur saring sejak usia 6 hari sampai
usia 6 bulan. Makanan padat mulai diberikan
sejak usia 6 bulan. Nasi kasar diberikan sejak
usia 3 tahun sampai sekarang dengan porsi
setengah sampai satu mangkok kecil
sebanyak 3 kali sehari.
Riwayat imunisasi
Tidak ada
Riwayat tumbuh kembang
Telungkup usia 3 bulan
Merangkak usia 7 bulan
Jalan 11 bulan
Pemeriksaan fisik
1. Penampilan / keadaan umum : lemah
2. Tingkat kesadaran : compos metis
3. Tanda tanda vital
Suhu : 38,3o C
Respirasi rate : 36 x /menit
Nadi : 110 x/menit
Pengukuran Antropometri
Berat Badan : 10 kg
Tinggi Badan : 110 cm
Status gizi (menurut kurva WHO)
BB/U : <-3SD severely underweight
TB/U : > -2SD normal
BB/TB
: < -3SD severely wasted
Kepala :
Bentuk
: Normosefali
Rambut
Warna : Hitam
Telinga :
Bentuk: Simetris, Sekret: Tidak ada, Serumen: Minimal, Nyeri: Tidak ada
Hidung :
Bentuk: Simetris, Pernapasan cuping hidung : Tidak ada, Sekret: Tidak ada
Mulut :
Bentuk: Simetris, Sianosis (-), Pursed lips-breathing (-) lidah kotor (-)
Toraks :
a.
Inspeksi :
Bentuk: Simetris
Leher :
Pembesaran kelenjar leher :
Tidak ada
Kaku kuduk
: Tidak
ada
Massa
: Tidak ada
Retraksi
: Tidak ada
Dispnea
: Tidak ada
Pernapasan
: Gerakan simetris
Palpasi :
Fremitus fokal
Perkusi
: Sonor / sonor
Jantung :
Inspeksi :
Iktus
: Tidak terlihat
Palpasi :
Apeks
: Tidak teraba
Thrill
: Tidak ada
Auskultasi
Frekuensi : 96 X / menit,
Irama : Reguler, Suara dasar
: S1 dan S2 tunggal,
Bising : Tidak ada
Abdomen :
Inspeksi :
Bentuk: Simetris, supel
Lain-lain
: distensi
Palpasi :
Hati
: Tidak teraba
Lien
: Tidak teraba
: hipertimpani
Asites
: Tidak ada
Auskultasi
: (+)
Pemeriksaan Penunjang
5-09-2016
HEMATOLOGI KLINIK
Hb
LED
Eritrosit
11.3 g%
4.4
12-16
<20
3,8-5,8 x 103/mm3
Leukosit
Hematokrit
MCV
MCH
MCHC
RDW
Trombosit
KGDS
Parameter
3.3
38.7
78
22.5
29.9
14
194
68
Hasil
4-11
37-47
76-96
27-32
30-35
11-15
150-450
120-200
Normal Limit
Pemeriksaan serologi
ICT anti dengue : IgM
(-) IgG (-)
Tubex : (-)
Urin rutin
Makroskopis
Kekeruhan
Warna
Berat Jenis
Ph
Protein
Glukosa (reduksi)
Bilirubin
Urobilinogen
Keton
Nitrit
Blood dan Hb
Leukosit
Sediment (Mikroskopis)
Eritrosit
Leukosit
Epitel
Jernih
Kuning muda
1,015
6
(+1)
-
Jernih
Kuning-muda
1,010-1,035
4,6-8,0
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
0-2
0-2
5-10
0-3/LBP
0-5/LBP
0-5/LBP
Diagnosa
Diagnosa
: Disentri basiler
Diagnose banding : disentri amoeba
gastroenteritis
Tatalaksana
1. Non medikamentosa
Tirah baring
Diet lunak
Rehidrasi oral
2. Medikamentosa
IVFD RL 15 gtt/i
Cefotaxime 250mg /12j
Ranitidin 12.5 mg /12j
Parasetamol 3 x 120mg
Curcuma syr 1x1Cth
Prognosa
Qou ad vitam
: Bonam
Qou ad funtionam
: bonam
Qou ad sanationam : bonam
Follow up pasien
Tanggal
Follow up
Tatalaksana
5 -9 2016
Parasetamol 3 x 120mg
P : Darah rutin, urin rutin, tubex, IgM IgG anti Curcuma syr 1x1Cth
6-9-2016
dengue
S : demam(-), mual(-), Muntah (-), mencret (+), Os PBJ
nafsu makan ada,
O : HR : 104 x/I RR :28x/I T : 36.60 C
A : Disentri + hipoglikemia
P : lab 5-9-2016
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
dys (gangguan) dan enteron (usus), yang berarti radang
usus yang menimbulkan gejala meluas dengan gejala
buang air besar dengan tinja berdarah, diare encer dengan
volume sedikit, buang air besar dengan tinja bercampur
lender (mucus) dan nyeri saat buang air besar (tenesmus)
ETIOLOGI
1. Infeksi menyebar melalui tinja orang yang terinfeksi.
2. Infeksi juga bisa ditularkan melalui kontak mulut-kedubur atau dari makanan,
3. Air
4. benda-benda atau
5. lalat yang terkontaminasi.
6. Wabah sering terjadi di pemukiman yang padat dengan
tingkat kebersihan yang kurang.
7. Anak-anak biasanya memiliki gejala-gejala yang lebih
berat
Pada keadaan
akut dan fatal
ditemukan
mukosa usus
hiperemik,
lebam dan
tebal, nekrosis
superfisial,
tapi biasanya
tanpa ulkus
Pada keadaan
subakut
terbentuk
ulkus pada
daerah folikel
limfoid
Klinis
Diare mendadak yang disertai darah dan lendir dalam tinja.
Pada disentri shigellosis, pada permulaan sakit, bisa terdapat
diare encer tanpa darah dalam
6-24 jam pertama, dan
setelah 12-72 jam sesudah permulaan sakit, didapatkan darah
dan lendir dalam tinja.
Panas tinggi (39,5 - 40,0 C), kelihatan toksik.
Muntah-muntah.
Anoreksia.
Sakit kram di perut dan sakit di anus saat BAB.
Kadang-kadang disertai dengan gejala menyerupai ensefalitis
dan sepsis (kejang, sakit kepala, letargi, kaku kuduk,
halusinasi).
Patofisiologi
Trofozoit yang mula-mula hidup sebagai komensal di
lumen usus besar dapat berubah menjadi patogen
faktor kerentanan tubuh pasien, sifat keganasan
(virulensi) amoeba, maupun lingkungannya mempunyai
peran
Klinis
Diare disertai darah dan lendir dalam tinja.
Frekuensi BAB umumnya lebih sedikit daripada disentri
basiler (10x/hari)
Sakit perut hebat (kolik)
Gejala konstitusional biasanya tidak ada (panas hanya
ditemukan pada 1/3 kasus).
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan atas gejala-gejala
pada seseorang yang tinggal di daerah dimana Shigella
sering ditemukan.
Untuk memperkuat diagnosis, dibuat pembiakan bakteri
pada contoh tinja segar.
Pulasan cairan feses menunjukkan polimorfonuldear dan
sel darah merah.
Kultur feses dapat digunakan untuk isolasi dan
identifikasi dan sensitivitas antibiotik
Pemeriksaan Penunjang
Disentri basiler
Pemeriksaan tinja. Pemeriksaan tinja secara
langsung terhadap kuman penyebab serta biakan
hapusan (rectal swab
Polymerase Chain Reaction (PCR). Pemeriksaan
ini spesifik dan sensitif, tetapi belum dipakai
secara luas.
Enzim immunoassay. Hal ini dapat mendeteksi
toksin di tinja pada sebagian besar penderita
yang terinfeksi S.dysentriae tipe 1 atau toksin
yang dihasilkan E.coli.
Disentri amoeba
Pemeriksaan tinja
Biasanya tinja berbau busuk, bercampur darah dan
lendir.
Untuk pemeriksaan mikroskopik diperlukan tinja yang
segar. Kadang diperlukan pemeriksaan berulang-ulang,
minimal 3 kali seminggu dan sebaiknya dilakukan
sebelum pasien mendapat pengobatan
Dengan sediaan langsung tampak kista berbentuk bulat
dan berkilau seperti mutiara
terdapat badan-badan kromatoid yang berbentuk batang
dengan ujung tumpul
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan komprehensif dapat dilakukan
dengan cara:
1. Mencegah terjadinya dehidrasi
2. Tirah baring
3. Dehidrasi ringan sampai sedang dapat dikoreksi
dengan cairan rehidrasi oral
4. Bila rehidrasi oral tidak mencukupi dapat
diberikan cairan melalui infus
5. Diet, diberikan makanan lunak sampai frekuensi
BAB kurang dari 5kali/hari, kemudian diberikan
makanan ringan biasa bila ada kemajuan
FARMAKOLOGIS:
Menurut pedoman WHO, bila telah terdiagnosis
shigelosis pasien diobati dengan antibiotik. Jika setelah
2 hari pengobatan menunjukkan perbaikan, terapi
diteruskan selama 5 hari
Setiap diare berdarah diobati sebagai shigelosis dan
diberikan kotrimoksazol (Trimetoprim 4mg/KgBB
dan sulfametoksazol 20mg/KgBB PO dua kali
sehari)
Jika tidak membaik ganti dengan sefiksim 8mg/KgBB
PO selama 5 hari
Jika terdapat amuba vegetative pada pemeriksaan
tinja berikan metronidazole dengan dosis
50mg/KgBB dibagi 3 dosis selama 5 hari
PROGNOSIS
Pencegahan
menjaga higiene pribadi yang
baik
mencuci tangan
air yang digunakan untuk
memasak harus disaring dan
diklorinasi
Ketika berenang di danau atau
sungai, harus diperingatkan
untuk tidak menelan air
Semua buah dan sayuran harus
dibersihkan
Terima kasih