Anda di halaman 1dari 41

Laporan

kasus

Disentri
Enki Hendrawan

Preseptor : dr. Elli Kusmayati, Sp. A

PENDAHULUAN

Di Inggris 1 dari 5 orang menderita diare infeksi setiap


tahunnya dan 1 dari 6 orang pasien yang berobat ke praktek
umum menderita diare infeksi
Di negara berkembang, diare infeksi menyebabkan kematian
sekitar 3 juta penduduk setiap tahun
Di Indonesia dari 2.812 pasien diare penyebab terbanyak
adalah vibrio cholera1 diikuti dengan Shigella spp

LAPORAN KASUS
Identitas
Nama : An. AM
Usia : 4,5 tahun
Jenis Kelamin
: laki laki
Suku Bangsa
: Aceh
Agama : Islam
Pekerjaan
: tidak bekerja
Pendidikan
: belum sekolah
Alamat
: Desa Blang Crueng
Tanggal Masuk
: 04-09-2016
Tanggal Periksa
: 06-09-2016
No.Register
: 07.99.xx

Identitas orang tua


Nama : Tn. T
Umur : 39 tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan
: Guru ngaji
Nama : Ny. S
Umur : 32 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Pendidikan : S1
Pekerjaan
: Guru SD

ANAMNESIS

Keluhan utama

: demam

Keluhan tambahan : sakit perut dan mencret


Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan demam dikeluhkan naik turun, naik pada
malam hari dan turun pada pagi hari. Pasien mengeluh demam dirasakan
selama 4 hari SMRS. Demam berkurang ketika diberikan obat yang dibelikan ibu
di mantri. Pasien juga mengeluhkan mencret sebanyak selama 2 hari. Mencret
cair dengan sedikit ampas, kira-kira 100cc disertai lender. Pasien juga
mengeluhkan sakit seluruh lapangan perut selama demam disertai mual
pada hari pertama dan kedua demam. Keluhan muntah disangkal. Ibu pasien
mengatakan bahwa anak mengalami Sakit kepala (+), batuk (-), BAK dalam
batas normal. Nafsu makan turun.
Pada hari ketiga rawatan pasien mengeluhkan mencret 3 kali konsistensi cair
berampas, warna gelap, berlendir, darah (-), agak bau.

Riwayat penyakit dahulu


Demam tifoid 2 bulan yang lalu
Keluhan BAB berlendir
Riwayat penyakit keluarga
Disangkal
Riwayat pemakaian obat
Paracetamol dan amoxilin
Riwayat kehamilan dan persalinan
Pasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara, lahir normal di bidan
cukup bulan dengan berat badan lahir 2700 gr, segera menangis

Riwayat makanan
Pasien mendapatkan ASI sampai usia 2 tahun
tanpa disertai pemberian susu formula.
Pasien diberikan makanan pendamping ASI
berupa bubur saring sejak usia 6 hari sampai
usia 6 bulan. Makanan padat mulai diberikan
sejak usia 6 bulan. Nasi kasar diberikan sejak
usia 3 tahun sampai sekarang dengan porsi
setengah sampai satu mangkok kecil
sebanyak 3 kali sehari.

Riwayat imunisasi
Tidak ada
Riwayat tumbuh kembang
Telungkup usia 3 bulan
Merangkak usia 7 bulan
Jalan 11 bulan

Pemeriksaan fisik
1. Penampilan / keadaan umum : lemah
2. Tingkat kesadaran : compos metis
3. Tanda tanda vital
Suhu : 38,3o C
Respirasi rate : 36 x /menit
Nadi : 110 x/menit

Pengukuran Antropometri
Berat Badan : 10 kg
Tinggi Badan : 110 cm
Status gizi (menurut kurva WHO)
BB/U : <-3SD severely underweight
TB/U : > -2SD normal
BB/TB
: < -3SD severely wasted

Kepala :
Bentuk

: Normosefali

Rambut

Warna : Hitam

Tebal / tipis: Tebal

Telinga :
Bentuk: Simetris, Sekret: Tidak ada, Serumen: Minimal, Nyeri: Tidak ada

Jarang / tidak (distribusi) :


Tidak
Mata :
Palpebra
: Tidak edem, tidak
cekung, Konjungtiva: anemis (-),
Sklera : Tidak ikterik, Pupil :
Diameter: 3 mm / 3 mm, Simetris:
Isokor,Reflek cahaya: +/+, Kornea:
Jernih

Hidung :
Bentuk: Simetris, Pernapasan cuping hidung : Tidak ada, Sekret: Tidak ada

Mulut :
Bentuk: Simetris, Sianosis (-), Pursed lips-breathing (-) lidah kotor (-)

uvula simetris (+) tonsil


(T1/T1), hiperemis
(-),kriptemelebar (-)
gigi berlubang (+)

Toraks :
a.

Dinding dada / paru

Inspeksi :
Bentuk: Simetris

Leher :
Pembesaran kelenjar leher :
Tidak ada
Kaku kuduk
: Tidak
ada
Massa
: Tidak ada

Retraksi

: Tidak ada

Dispnea

: Tidak ada

Pernapasan

: Gerakan simetris

Palpasi :
Fremitus fokal
Perkusi

: Simetris kanan kiri

: Sonor / sonor

Auskultasi : Suara napas dasar : Vesikuler, Suara napas tambahan: Tidak


ada ronkhi dan tidak ada wheezing

Jantung :
Inspeksi :
Iktus
: Tidak terlihat
Palpasi :
Apeks
: Tidak teraba
Thrill
: Tidak ada
Auskultasi
Frekuensi : 96 X / menit,
Irama : Reguler, Suara dasar
: S1 dan S2 tunggal,
Bising : Tidak ada

Abdomen :
Inspeksi :
Bentuk: Simetris, supel
Lain-lain

: distensi

Palpasi :
Hati

: Tidak teraba

Lien

: Tidak teraba

Ginjal : Tidak teraba


Masa : Tidak teraba
Nyeri
Perkusi :
Timpani / pekak

: hipertimpani

Asites

: Tidak ada

Auskultasi

: Bising usus (+) 15x/i

: (+)

Pemeriksaan Penunjang
5-09-2016
HEMATOLOGI KLINIK
Hb
LED
Eritrosit

11.3 g%
4.4

12-16
<20
3,8-5,8 x 103/mm3

Leukosit
Hematokrit
MCV
MCH
MCHC
RDW
Trombosit
KGDS
Parameter

3.3
38.7
78
22.5
29.9
14
194
68
Hasil

4-11
37-47
76-96
27-32
30-35
11-15
150-450
120-200
Normal Limit

Pemeriksaan serologi
ICT anti dengue : IgM
(-) IgG (-)
Tubex : (-)

Urin rutin
Makroskopis
Kekeruhan
Warna
Berat Jenis
Ph
Protein
Glukosa (reduksi)
Bilirubin
Urobilinogen
Keton
Nitrit
Blood dan Hb
Leukosit
Sediment (Mikroskopis)
Eritrosit
Leukosit
Epitel

Jernih
Kuning muda
1,015
6
(+1)
-

Jernih
Kuning-muda
1,010-1,035
4,6-8,0
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif

0-2
0-2
5-10

0-3/LBP
0-5/LBP
0-5/LBP

Diagnosa
Diagnosa
: Disentri basiler
Diagnose banding : disentri amoeba
gastroenteritis

Tatalaksana
1. Non medikamentosa
Tirah baring
Diet lunak
Rehidrasi oral

2. Medikamentosa
IVFD RL 15 gtt/i
Cefotaxime 250mg /12j
Ranitidin 12.5 mg /12j
Parasetamol 3 x 120mg
Curcuma syr 1x1Cth

Prognosa
Qou ad vitam
: Bonam
Qou ad funtionam
: bonam
Qou ad sanationam : bonam

Follow up pasien
Tanggal

Follow up

Tatalaksana

5 -9 2016

S: demam, sakit perut, mencret, nafsu makan IVFD RL 15 gtt/i


turun, muntah, kurang minum, KU lemah

Cefotaxime 250mg /12j

O : HR : 110 x/I RR : 32 x/I T : 390 C

Ranitidin 12.5 mg ?12j

A : Susp. Dbd, tifoid

Parasetamol 3 x 120mg

P : Darah rutin, urin rutin, tubex, IgM IgG anti Curcuma syr 1x1Cth

6-9-2016

dengue
S : demam(-), mual(-), Muntah (-), mencret (+), Os PBJ
nafsu makan ada,
O : HR : 104 x/I RR :28x/I T : 36.60 C
A : Disentri + hipoglikemia
P : lab 5-9-2016

TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
dys (gangguan) dan enteron (usus), yang berarti radang
usus yang menimbulkan gejala meluas dengan gejala
buang air besar dengan tinja berdarah, diare encer dengan
volume sedikit, buang air besar dengan tinja bercampur
lender (mucus) dan nyeri saat buang air besar (tenesmus)

ETIOLOGI
1. Infeksi menyebar melalui tinja orang yang terinfeksi.
2. Infeksi juga bisa ditularkan melalui kontak mulut-kedubur atau dari makanan,
3. Air
4. benda-benda atau
5. lalat yang terkontaminasi.
6. Wabah sering terjadi di pemukiman yang padat dengan
tingkat kebersihan yang kurang.
7. Anak-anak biasanya memiliki gejala-gejala yang lebih
berat

Disentri basiler, disebabkan oleh Shigella,sp.


1. Shigella adalah basil non motil, gram negatif, famili
enterobacteriaceae.
2. Ada 4 spesies Shigella, yaitu
3. S.dysentriae, S.flexneri, S.bondii dan S.sonnei
4. Semua strain kuman Shigella menyebabkan disentri,
yaitu suatu keadaan yang ditandai dengan diare,
dengan konsistensi tinja biasanya lunak, disertai
eksudat inflamasi yang mengandung leukosit
polymorfonuclear (PMN) dan darah

lambung dan usus


halus
menginvasi sel epitel mukosa kolon

Pada keadaan
akut dan fatal
ditemukan
mukosa usus
hiperemik,
lebam dan
tebal, nekrosis
superfisial,
tapi biasanya
tanpa ulkus

Pada keadaan
subakut
terbentuk
ulkus pada
daerah folikel
limfoid

S.dysentriae, S.flexeneri, dan S.sonei menghasilkan


eksotoksin antara lain ShET1, ShET2, dan toksin Shiga
Enterotoksin tersebut merupakan salah satu faktor
virulen sehingga kuman lebih mampu menginvasi sel
eptitel mukosa kolon dan menyebabkan kelainan pada
selaput lendir yang mempunyai warna hijau yang khas.
Pada infeksi yang menahun akan terbentuk selaput yang
tebalnya sampai 1,5 cm sehingga dinding usus menjadi
kaku, tidak rata dan lumen usus mengecil. Dapat terjadi
perlekatan dengan peritoneum

Klinis
Diare mendadak yang disertai darah dan lendir dalam tinja.
Pada disentri shigellosis, pada permulaan sakit, bisa terdapat
diare encer tanpa darah dalam
6-24 jam pertama, dan
setelah 12-72 jam sesudah permulaan sakit, didapatkan darah
dan lendir dalam tinja.
Panas tinggi (39,5 - 40,0 C), kelihatan toksik.
Muntah-muntah.
Anoreksia.
Sakit kram di perut dan sakit di anus saat BAB.
Kadang-kadang disertai dengan gejala menyerupai ensefalitis
dan sepsis (kejang, sakit kepala, letargi, kaku kuduk,
halusinasi).

Amoeba (Disentri amoeba), disebabkan Entamoeba hystolitica

E.histolytica merupakan protozoa usus, sering hidup


sebagai mikroorganisme komensal (apatogen) di usus
besar manusia
dapat berubah menjadi patogen dengan cara
membentuk koloni di dinding usus dan menembus
dinding usus sehingga menimbulkan ulserasi
Siklus hidup amoeba ada 2 bentuk yaitu trofozoit yang
dapat bergerak dan bentuk kista

Bentuk trofozoit ada 2 macam, yaitu


trofozoit komensal (berukuran < 10 mm) dan trofozoit
patogen (berukuran > 10 mm).
Trofozoit komensal dapat dijumpai di lumen usus tanpa
menyebabkan gejala penyakit
Sementara trofozoit patogen yang dapat dijumpai di
lumen dan dinding usus (intraintestinal) maupun luar
usus (ekstraintestinal) dapat mengakibatkan gejala
disentri

Bentuk kista juga ada 2 macam, yaitu kista muda dan


kista dewasa
Bentuk kista hanya dijumpai di lumen usus
Bentuk kista bertanggung jawab terhadap terjadinya
penularan penyakit dan dapat hidup lama di luar tubuh
manusia serta tahan terhadap asam lambung

Patofisiologi
Trofozoit yang mula-mula hidup sebagai komensal di
lumen usus besar dapat berubah menjadi patogen
faktor kerentanan tubuh pasien, sifat keganasan
(virulensi) amoeba, maupun lingkungannya mempunyai
peran

Amoeba yang ganas dapat


memproduksi
enzim
fosfoglukomutase dan lisozim
yang dapat mengakibatkan
kerusakan
dan
nekrosis
jaringan dinding usus
Bentuk ulkus amoeba sangat
khas yaitu di lapisan mukosa
berbentuk kecil, tetapi di
lapisan
submukosa
dan
muskularis
melebar
(menggaung)

Klinis
Diare disertai darah dan lendir dalam tinja.
Frekuensi BAB umumnya lebih sedikit daripada disentri
basiler (10x/hari)
Sakit perut hebat (kolik)
Gejala konstitusional biasanya tidak ada (panas hanya
ditemukan pada 1/3 kasus).

DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan atas gejala-gejala
pada seseorang yang tinggal di daerah dimana Shigella
sering ditemukan.
Untuk memperkuat diagnosis, dibuat pembiakan bakteri
pada contoh tinja segar.
Pulasan cairan feses menunjukkan polimorfonuldear dan
sel darah merah.
Kultur feses dapat digunakan untuk isolasi dan
identifikasi dan sensitivitas antibiotik

Pemeriksaan Penunjang
Disentri basiler
Pemeriksaan tinja. Pemeriksaan tinja secara
langsung terhadap kuman penyebab serta biakan
hapusan (rectal swab
Polymerase Chain Reaction (PCR). Pemeriksaan
ini spesifik dan sensitif, tetapi belum dipakai
secara luas.
Enzim immunoassay. Hal ini dapat mendeteksi
toksin di tinja pada sebagian besar penderita
yang terinfeksi S.dysentriae tipe 1 atau toksin
yang dihasilkan E.coli.

Aglutinasi. Hal ini terjadi karena aglutinin terbentuk pada


hari kedua, maksimum pada hari keenam. Pada
S.dysentriae aglutinasi dinyatakan positif pada
pengenceran 1/50 dan pada S.flexneri aglutinasi antibodi
sangat kompleks, dan oleh karena adanya banyak strain
maka jarang dipakai.
Gambaran endoskopi memperlihatkan mukosa
hemoragik yang terlepas dan ulserasi. Kadang-kadang
tertutup dengan eksudat. Sebagian besar lesi berada di
bagian distal kolon dan secara progresif berkurang di
segmen proksimal usus besar.

Disentri amoeba
Pemeriksaan tinja
Biasanya tinja berbau busuk, bercampur darah dan
lendir.
Untuk pemeriksaan mikroskopik diperlukan tinja yang
segar. Kadang diperlukan pemeriksaan berulang-ulang,
minimal 3 kali seminggu dan sebaiknya dilakukan
sebelum pasien mendapat pengobatan
Dengan sediaan langsung tampak kista berbentuk bulat
dan berkilau seperti mutiara
terdapat badan-badan kromatoid yang berbentuk batang
dengan ujung tumpul

Pemeriksaan sigmoidoskopi dan kolonoskopi


Pemeriksaan ini berguna untuk membantu diagnosis
penderita dengan gejala disentri, terutama apabila pada
pemeriksaan tinja tidak ditemukan amoeba
didapatkan ulkus yang khas dengan tepi menonjol,
tertutup eksudat kekuningan, mukosa usus antara ulkusulkus tampak normal

PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan komprehensif dapat dilakukan
dengan cara:
1. Mencegah terjadinya dehidrasi
2. Tirah baring
3. Dehidrasi ringan sampai sedang dapat dikoreksi
dengan cairan rehidrasi oral
4. Bila rehidrasi oral tidak mencukupi dapat
diberikan cairan melalui infus
5. Diet, diberikan makanan lunak sampai frekuensi
BAB kurang dari 5kali/hari, kemudian diberikan
makanan ringan biasa bila ada kemajuan

FARMAKOLOGIS:
Menurut pedoman WHO, bila telah terdiagnosis
shigelosis pasien diobati dengan antibiotik. Jika setelah
2 hari pengobatan menunjukkan perbaikan, terapi
diteruskan selama 5 hari
Setiap diare berdarah diobati sebagai shigelosis dan
diberikan kotrimoksazol (Trimetoprim 4mg/KgBB
dan sulfametoksazol 20mg/KgBB PO dua kali
sehari)
Jika tidak membaik ganti dengan sefiksim 8mg/KgBB
PO selama 5 hari
Jika terdapat amuba vegetative pada pemeriksaan
tinja berikan metronidazole dengan dosis
50mg/KgBB dibagi 3 dosis selama 5 hari

PROGNOSIS

Dengan penggantian Cairan yang adekuat, perawatan


yang mendukung, dan terapi antimikrobial diindikasikan,
prognosis diare infeksius hasilnya sangat baik dengan
morbiditas dan mortalitas yang minimal

Pencegahan
menjaga higiene pribadi yang
baik
mencuci tangan
air yang digunakan untuk
memasak harus disaring dan
diklorinasi
Ketika berenang di danau atau
sungai, harus diperingatkan
untuk tidak menelan air
Semua buah dan sayuran harus
dibersihkan

Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai

  • Cover
    Cover
    Dokumen3 halaman
    Cover
    Enki Hendrawan
    Belum ada peringkat
  • Lapkas Gizi
    Lapkas Gizi
    Dokumen25 halaman
    Lapkas Gizi
    Enki Hendrawan
    Belum ada peringkat
  • Anestesi Umum Pada Sinusitis
    Anestesi Umum Pada Sinusitis
    Dokumen31 halaman
    Anestesi Umum Pada Sinusitis
    Enki Hendrawan
    100% (1)
  • Lapkas Ga
    Lapkas Ga
    Dokumen30 halaman
    Lapkas Ga
    Enki Hendrawan
    Belum ada peringkat
  • Lapkas Anestesi
    Lapkas Anestesi
    Dokumen33 halaman
    Lapkas Anestesi
    Enki Hendrawan
    Belum ada peringkat
  • Anak
    Anak
    Dokumen3 halaman
    Anak
    Enki Hendrawan
    Belum ada peringkat
  • Disentri
    Disentri
    Dokumen29 halaman
    Disentri
    Enki Hendrawan
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen5 halaman
    Daftar Isi
    Enki Hendrawan
    Belum ada peringkat
  • Prom Kes
    Prom Kes
    Dokumen13 halaman
    Prom Kes
    Enki Hendrawan
    Belum ada peringkat
  • Status Neurologi
    Status Neurologi
    Dokumen15 halaman
    Status Neurologi
    Enki Hendrawan
    Belum ada peringkat
  • Puisi Habibie
    Puisi Habibie
    Dokumen1 halaman
    Puisi Habibie
    Enki Hendrawan
    Belum ada peringkat
  • Lapkas
    Lapkas
    Dokumen35 halaman
    Lapkas
    Enki Hendrawan
    Belum ada peringkat
  • Absens I
    Absens I
    Dokumen1 halaman
    Absens I
    Enki Hendrawan
    Belum ada peringkat
  • Lapkas Ga
    Lapkas Ga
    Dokumen30 halaman
    Lapkas Ga
    Enki Hendrawan
    Belum ada peringkat
  • Lapkas Anestesi
    Lapkas Anestesi
    Dokumen33 halaman
    Lapkas Anestesi
    Enki Hendrawan
    Belum ada peringkat
  • Dapus 1
    Dapus 1
    Dokumen2 halaman
    Dapus 1
    Enki Hendrawan
    Belum ada peringkat
  • Tumor Parotis
    Tumor Parotis
    Dokumen28 halaman
    Tumor Parotis
    Enki Hendrawan
    Belum ada peringkat
  • Pendahuluan
    Pendahuluan
    Dokumen2 halaman
    Pendahuluan
    Enki Hendrawan
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustak1
    Daftar Pustak1
    Dokumen4 halaman
    Daftar Pustak1
    Enki Hendrawan
    Belum ada peringkat
  • Appendiksitis
    Appendiksitis
    Dokumen24 halaman
    Appendiksitis
    Enki Hendrawan
    Belum ada peringkat
  • COVER Makalah PD
    COVER Makalah PD
    Dokumen1 halaman
    COVER Makalah PD
    Enki Hendrawan
    Belum ada peringkat
  • Referat Apendisitis
    Referat Apendisitis
    Dokumen28 halaman
    Referat Apendisitis
    Safitri Qamila
    Belum ada peringkat
  • COVER Makalah PD
    COVER Makalah PD
    Dokumen1 halaman
    COVER Makalah PD
    Enki Hendrawan
    Belum ada peringkat
  • Pendahuluan Cikuguya
    Pendahuluan Cikuguya
    Dokumen2 halaman
    Pendahuluan Cikuguya
    Enki Hendrawan
    Belum ada peringkat
  • Pendahuluan
    Pendahuluan
    Dokumen2 halaman
    Pendahuluan
    Enki Hendrawan
    Belum ada peringkat
  • Bab II Cikugunya
    Bab II Cikugunya
    Dokumen17 halaman
    Bab II Cikugunya
    Enki Hendrawan
    Belum ada peringkat
  • Anemia Aplastik
    Anemia Aplastik
    Dokumen27 halaman
    Anemia Aplastik
    Faisal M
    96% (24)
  • Arthritis Gout
    Arthritis Gout
    Dokumen18 halaman
    Arthritis Gout
    Asairul Hidayat
    100% (2)
  • Pendahuluan Cikuguya
    Pendahuluan Cikuguya
    Dokumen2 halaman
    Pendahuluan Cikuguya
    Enki Hendrawan
    Belum ada peringkat