Latar belakang
Bahwa untuk meningkatkan mutu pelayanan
kefarmasian di Apotek yang berorientasi kepada
keselamatan pasien, diperlukan suatu standar yang
dapat digunakan sebagai acuan dalam pelayanan
kefarmasian di Apotek
bahwa Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan
Farmasi di Apotek sudah tidak sesuai dengan
perkembangan dan kebutuhan hukum
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, serta untuk
melaksanakan ketentuan Pasal 21 ayat (4) Peraturan
Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian, perlu menetapkan Peraturan Menteri
DEFINISI APOTEK
Menurut PP No. 26 tahun 1965 tentang
apotek Pasal 1. Yang dimaksud dengan
apotik dalam Peraturan Pemerintah ini ialah
suatu tempat tertentu, dimana dilakukan
usaha-usaha dalam bidang farmasi dan
pekerjaan kefarmasian.
Menurut UU No. 41 tahun 90 pasal 1 ayat 2,
apotek adalah tempat dilakukannya
pembuatan, pengolahan, peracikan,
pengubahan bentuk, pencampuran,
penyimpanan dan penyerahan sediaan
farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya
DEFINISI APOTEK
Menurut PERMENKES RI No.
922/MENKES/PER/X/1993, apotek adalah
suatu tempat tertentu, tempat dilakukan
pekerjaan kefarmasian dan penyaluran
perbekalan farmasi kepada masyarakat.
Menurut KEPMENKES RI No.
1332/MENKES/SK/X/2002, apotek adalah
suatu tempat tertentu, tempat dilakukan
pekerjaan kefarmasian dan penyaluran
sediaan Farmasi, perbekalan Kesehatan
lainnya kepada masyarakat
Menurut Kepmenkes RI
No.1027/MENKES/SK/IX/2004, apotek adalah
suatu tempat tertentu, tempat dilakukan
pekerjaan kefarmasian dan penyaluran
Sediaan Farmasi, perbekalan Kesehatan
lainnya kpd masyarakat.
Menurut Peraturan Pemerintah no. 51 tahun
2009 pasal 1 ayat 13 Apotek adalah sarana
pelayanan kefarmasian tempat dilakukan
praktek kefarmasian oleh apoteker.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor
889/MENKES/PER/V/2011 Tentang Registrasi,
Izin Praktik, Dan Izin Kerja Tenaga
Kefarmasian pasal 1 ayat 3 apoteker adalah
sarjana farmasi yang telah lulus sebagai
apoteker dan telah mengucapkan sumpah
DEFINISI APOTEK
DEFINISI APOTEK
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia
Nomor 35 Tahun 2014 Apotek Adalah
Sarana Pelayanan Kefarmasian Tempat
Dilakukan Praktik Kefarmasian Oleh
Apoteker.
Lanjutan
6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996
tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara RI
Nomor 49 tahun 1996, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3637);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 1998
tentang pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat
Kesehatan ( Lembaran Negara Nomor 138 tahun
1998 Tambahan Lembaran Negara Nomor
3781 );
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1332 / Menkes / SK / X / 2002 tentang
perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan No.
922 / Menkes / Per / X / 1993 tentang ketentuan
dan tata cara pemberian izin Apotik.
9. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922 / Menkes
/ Per / X / 1993 tentang ketentuan dan tata cara
Lanjutan..
Lanjutan..
Persyaratan teknis bangunan Apotek
sekurang-kurangnya terdiri dari (Menteri
Kesehatan Republik Indonesia, 2002):
Ruang tunggu pasien
Ruang peracikan dan penyerahan
resep
Ruang administrasi dan Ruang Kerja
Apoteker
Ruang penyimpanan obat
Ruang pencucian alat
Kamar kecil (WC)
Lanjutan..
Selain persyaratan diatas bangunan apotek juga
harus dilengkapi dengan (Menteri Kesehatan
Republik Indonesia, 2002):
Sumber air yang memenuhi persyaratan
kesehatan yang dapat diperoleh dari sumur,
PAM, sumur pompa dan lain-lain.
Penerangan harus cukup terang sehingga dapat
menjamin pelaksanaan tugas dan fungsi Apotek.
Alat pemadam kebakaran yang berfungsi
dengan baik sekurang-kurangnya dua buah.
Ventilasi dan sanitasi yang baik serta memenuhi
persyaratan hygiene lainnya.
Papan nama berukuran minimal dengan panjang
60 cm dan lebar 40 cm, yang memuat nama
Apotek, nama APA, nomor Surat Izin Apotek
(SIA), alamat apotek dan nomor telpon apotek.
Lanjutan..
3. Perlengkapan
Apotek
Perlengkapan yang harus tersedia di
Apotek menurut Menteri Kesehatan
Republik Indonesia (2002) antara lain:
Alat pembuatan, pengolahan dan
peracikan seperti timbangan
miligram dan gram minimal 1 set,
mortar, serta perlengkapan lain
yang disesuaikan dengan
kebutuhan.
Perlengkapan dan alat perbekalan
farmasi seperti lemari penyimpanan
obat, lemari pendingin, serta lemari
untuk penyimpanan narkotika dan
psikotropika.
Lanjutan..
Wadah pengemas dan pembungkus seperti
etiket dan plastic pengemas.
Alat administrasi seperti blanko pesanan
obat, blanko kartu stok obat blanko salinan
resep, blanko faktur, blanko nota
penjualan buku pencatatan dan pesanan
obat narkotika serta form laporan obat
narkotika yang jumlahnya sesuai dengan
kebutuhan.
Buku standar yang diwajibkan seperti
Farmakope Indonesia edisi terbaru 1 buah.
Kumpulan peraturan perundang-undangan
yang berhubungan dengan Apotek.
Lanjutan..
4. Tenaga kesehatan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.
922/MENKES/PER/X/1993 Tentang Ketentuan
dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, tenaga
kesehatan antara lain:
Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah
apoteker yang telah diberi Surat Izin
Apotek (SIA).
Apoteker Pendamping adalah apoteker
yang bekerja di Apotek di samping
Apoteker Pengelola Apotek dan atau
menggantikannya pada jam-jam tertentu
pada hari buka Apotek.
Lanjutan..
Apoteker Pengganti adalah apoteker yang
menggantikan Apoteker Pengelola Apotek
selama selama Apoteker Pengelola Apotek
tersebuttidak berada di tempat lebih dari
3 (tiga) bulan secara terus-menerus, telah
memiliki Surat Izin Kerja dan tidak
bertindak sebagai Apoteker Pengelola
Apotek di Apotek lain.
Asisten Apoteker adalah mereka yang
berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku berhak melakukan
pekerjaan kefarmasian sebagai asisten
apoteker.
Lanjutan..
Selain diatas terdapat tenaga lainnya yang
dapat mendukung kegiatan di Apotek antara
lain:
Juru resep adalah petugas yang
membantu pekerjaan asisten apoteker.
Kasir adalah orang yang bertugas
menerima uang, mencatat penerimaan
dan pengeluaran uang.
Pegawai tata usaha adalah petugas yang
melaksanakan administrasi Apotek dan
membuat laporan pembelian, penjualan,
penyimpanan dan keuangan Apotek.
Pelaksanaan Standar
Pelayanan Kefarmasian Di Apotek
Pelaksanaan
praktik
profesi
dan
pelayan
kefarmasian di Apotek diatur dalam Kepmenkes RI
Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
Terdiri dari :
Pengelolaan
Sumber Daya
Pelayanan Resep
d. Pemusnahan
Prosedur Pemusnahan :
1.Melaksanakan inventarisasi terhadap sediaan
farmasi dan perbekalan kesehatan yang akan
dimusnahkan.
2.Menyiapkan adminstrasi (berupa laporan dan berita
acara pemusnahan).
3.Mengkoordinasikan jadwal, metode dan tempat
pemusnahan kepada pihak terkait
4.Menyiapkan tempat pemusnahan
5.Pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk
sediaan.
6.Membuat laporan pemusnahan, yg memuat:
a. Waktu dan tempat pelaksanaan pemusnahan
b. Nama dan jumlah
c. Nama apoteker pelaksana pemusnahan
e. Pengendalian dan
Pelaporan
Prosedur Tetap Pengelolaan Resep (Administrasi) :
1.Resep asli dikumpulkan berdasarkan tanggal yang sama dan
diurutkan sesuai nomor resep.
2.Resep yang berisi narkotika dipisahkan atau digaris bawah
dengan tinta merah.
3.Resep yang berisi psikotropika digaris bawah dengan tinta
biru.
4.Resep dibendel sesuai dengan kelompoknya.
5.Bendel resep ditulis tanggal, bulan dan tahun yang mudah
dibaca dan disimpan di tempat yang telah ditentukan
6.Penyimpanan bendel resep dilakukan secara berurutan dan
teratur sehingga memudahkan untuk penelusuran resep
7.Resep yang diambil dari bendel pada saat penelusuran
harus dikembalikan pada bendel semula tanpa merubah urutan
8.Resep yang telah disimpan selama dari tiga tahun dapat
dimusnahkan sesuai tata cara pemusnahan
PELAYANAN RESEP
proses pelayanan permintaan tertulis dokter,
dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker untuk
menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien
sesuai peraturan perundangan yang berlaku
Prosedur pelayanan resep :
1. Skrining resep
2. Penyiapan
farmasi
perbekalan
3. Penyerahan
farmasi
perbekalan
Skrining Resep
Prosedur PIO
Prosedur Swamedikasi
Konseling
Suatu proses yang sistematis untuk
mengidentifikasi dan menyelesaikan
masalah pasien yang berkaitan
yg perlu mendapatkan konseling :
denganPasien
pengambilan
dan
1. Pasien dengan penyakit kronik
penggunaan
obat.
seperti
: diabetes, TB, dan asma, dll.
2. Pasien dengan sejarah ketidakpatuhan
dalam pengobatan
3. Pasien yang menerima obat dengan
indeks terapi sempit yang
memerlukan pemantauan.
4. Pasien dengan resep polifarmasi
5. Pasien lansia
6. Pasien pediatrik melalui orang tua atau
pengasuhnya
7. Pasien yang mengalami Drug Related
Prosedur
Konseling
Indikator mutu
pelayanan di apotek :
kepuasan pasien,
kepatuhan pasien dan
keberhasilan
pengobatan
Tujuan :
mengevaluasi seluruh
kegiatan pelayanan
kefarmasian di apotek,
dan