Anda di halaman 1dari 34

BUDIDAYA IKAN

KERAPU

Di Keramba Jaring Apung

PENDAHULUAN
Potensi budidaya laut Indonesia mencapai 8,7 juta ha

baru dimanfaatkan sekitar 10% atau 870.000 ha.


Ikan kerapu merupakan komoditas unggulan
perikanan setelah udang, dalam keadaan hidup
mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, mempunyai
prospek pasar yang baik di luar dan dalam negeri.
Beberapa jenis ikan kerapu yang mempunyai nilai
jual tinggi di antaranya kerapu bebek Cromileptes
altivelis, kerapu sunu Pelctropomus maculatus dan P.
leopardus,kerapu macan Epinephelus fuscoguttatus
dan kerapu lumpur E.coicoides.

BIOLOGI

Klasifikasi
Ikan kerapu termasuk famili Serranidae,ordo Percomorphi, Phylum Chordata.
Morfologi
Bentuk badan kerapu bebek lebih pipih dibanding kerapu lainnya, perbedaannya
yang khusus adalah bentuk kepalanya yang cekung. Karapu bebek muda
berwarna putih dengan totol hitam di seluruh bagian tubuh.
Habitat
Ikan kerapu kecil pada umumnya hidup di perairan pantai dengan dasar pasir
berkarang yang banyak ditumbuhi padang lamun
Penyebaran
Daerah penyebaran kerapu bebek dimulai dari Afrika Timur sampai Pasifik
Baratdaya, sedangkan di Indonesia banyak terdapat di perairan Sumatera,
Jawa, Sulawesi dan perairan Ambon.
Pertumbuhan
Pertumbuhan ikan kerapu bebek sangat lambat
Di antara ikan kerapu hanya kerapu lumpur yang pertumbuhannya relatif cepat.
Makanan
Makanan ikan kerapu terdiri dari ikan, cumi dan udang
Ikan kerapu budidaya sudah bisa makan pakan buatan (pellet)

Klasifikasi
Menurut Heemstra dan Randall (1993), Famili

Serranidae terdiri dari 5 sub famili yaitu : Serraninae,


Anthiinae, Niphoninae, Epinephelinae, dan
Grammistinae
Famili Serranidae berasal dari :
Phylum
: Chordata,
sub Phylum: Vertebrata,
Class
: Osteichtyes,
sub Class : Actinopterigii,
Ordo
: Percomorphi,
sub Ordo
: Percoidea

Morfologi
Morfologi ikan kerapu berbeda dari jenis yang satu

dengan lainnya. Contoh : Bentuk badan kerapu


bebek lebih pipih dibanding kerapu lainnya,
perbedaannya yang khusus adalah bentuk kepalanya
yang cekung. Karapu bebek muda berwarna putih
dengan totol hitam di seluruh bagian tubuh.
Ikan kerapu macan memiliki bentuk badan yang
memanjang gepeng membulat, mulut lebar serong ke
atas, rahang atas dan bawah dilengkapi dengan gigigigi geratan berderet 2 baris dst.

Habitat
Ikan kerapu merupakan ikan dasar umumnya

ditemukan di daerah terumbu karang(coral


reefs), namun ada juga yang ditemukan di
daerah muara (estuary) atau daerah pantai
yang berbatu karang (rocky reefs).
Ikan kerapu muda (juvenile) banyak
ditemukan di perairan pantai mulai dari
parairan hutan bakau sampai daerah padang
lamun (sea grass beds), sedangkan yang
lebih dewasa akan menghuni perairan yang
lebih dalam di daerah yang berbatu karang

Penyebaran Geografis
Ikan kerapu macan menyebar di wilayah perairan

Indo-Pacific, Laut Merah, terutama di daerah


kepulauan tropis, di perairan bagian Barat dan
tengah Samudra Pasific, Madagascar, India,
Thailand, Indonesia, Australia, Jepang, Philippina,
New Guinea dan New Caledonia
Ikan kerapu bebek menyebar di wilayah perairan
Lautan Pasifik bagian Barat mulai dari perairan
Selatan Jepang sampai ke Palao, Guam, New
Caledonia, perairan Utara Australia, Perairan
Samudra Hindia bagian Timur, perairan pantai Pulau
Jawa (Heemstra dan Randall, 1993),

Pertumbuhan
Pertumbuhan ikan peliharaan perlu dimonitor untuk

mengetahui lama pemeliharaan dan kebutuhan


pakan harian
Persentase ratio pertumbuhan harian atau Daily
Growth Ratio dihitung dengan formula yang
dikemukakan Yamaguchi (1978) sbb :
DGR = (Abwt Abwo)/{(Abwt + Abwo)1/2t} x 100%
Selain pertambahan beratnya pertumbuhan ikan juga bisa
diketahui dengan mengukur pertambahan panjangnya

Makanan
Untuk mengetahui kebiasaan makan ikan kerapu

dilakukan analisa isi lambung ikan kerapu. Jumlah


contoh yang diamati E. suilus 124 ekor (30-124mm),
E. morhua 38 ekor 47-128mm)
Kebiasaan makan ikan kerapu ditentukan dengan
metoda Index Relatif Penting dari Pingkas
et.al.,dalam Effendie, 1978. IRP=(N+V)F dimana;
N:Persentase jumlah satu macam makanan,
V:Persentase volume satu macam makanan, dan
F:Frekuensi kejadian satu macam makanan

BUDIDAYA
Lokasi
Lokasi budidaya yang memenuhi persyaratan secara teknis
merupakan aset yang tidak ternilai karena akan menjamin
kelangsungan usaha budidaya
Lokasi budidaya sebaiknya ada di perairan yang terlidung dari
tiupan angin kuat dan hempasan golmbang laut yang besar.
Kedalaman perairan yang disarankan antara 7 9 meter, dasar
perairan pasir berkarang yang ditumbuhi lamun, jauh dari
pencemaran baik limbah industri maupun limbah rumah tangga.
Lokasi budidaya memiliki kualitas air yang meliputi kecepatan arus
20-30cm per detik, dan kecerahan air laut > 5 meter. salinitas 3134, suhu 27-31C, pH 8-8,2 dan oksigen terlarut > 5 mg/l

Keramba Jaring Apung (KJA)


KJA adalah wadah atau sarana untuk memelihara ikan laut

terdiri atas :
1) Rakit apung untuk menggantungkan jaring, biasanya terdiri dari 4

sampai 6 petak yang berukuran 2,5x2,5m atau 3,5x3,5m. Rakit


apung terbuat dari bahan bambu atau kayu.
2) Jaring berbentuk kantong dengan ukuran 1x1x1,5m, 2x2x2,5m,
3x3x3,5m dari bahan polyetheline. Dan untuk menahan
kedudukannya, rakit diikat dengan
3) Tali dan jangkar. Panjang tali jangkar disesuaikan dengan kedalaman
air di lokasi. Rakit apung yang berada dilokasi yang mempunyai
kedalaman laut 7m, panjang tali jangkarnya mencapai 21 meter.
Sebagai pemberat untuk mengikat tali jangkar dapat dipasang patok
bambu, kayu atau drum yang dicor dengan adukan beton.
4) Rumah jaga dan lantai kerja

Benih
Benih
Ikan kerapu yang benihnya sudah bisa diproduksi oleh unit
pembenihan seperti kerapu bebek dan kerapu macan mulai
didederkan di KJA pada ukuran 10-15 gr sampai ukuran 80-100
gr, kemudian dipindah ke dalam jaring dengan mesh size yang
lebih besar sampai mencapai ukuran 200-300 gr dan kemudian
dipelihara dalam jaring pembesaran sampai ukuran panen >500
gr.
Di Kep. Riau budidaya ikan kerapu sunu benihnya berasal dari
hasil tangkapn bubu yang terbuat dari kawat galvanis. Benih
yang dipelihara umumnya berukuran 200-300 gr, dan dipanen
setelah mencapai ukuran > 500 gr.

Pakan
Pakan yang digunakan dalam kegiatan usaha
budidaya kerapu umumnya berupa ikan segar yang
terdiri dari jenis ikan tembang, japuh, petek, teri,
kurisi, kuniran dan jenis ikan laut launya yang
harganya relatif murah.
Budidaya ikan kerapu bebek yang benihnya dari
hatchery sudah menggunakan pakan buatan atau
pellet. Benih kerapu bebek diadaptasikan terhadap
pakan buatan mulai umur 15 hari.
Namun benih kerapu bebek yang pada phase
larvanya diberi pakan zooplankton seperti Brachionus
plicatilis, Artemia salina, Copepoda, jamret dan pakan
rucah tidak memberikan respon terhadap pakan
buatan.

Obat obatan
Obat obatan yang sering digunakan adalah
1) Antibiotik seperti Ocytetracicline, Peniciline dan
Streptomysine. Clorapheniol dan Nitrofuran dilarang
untuk digunakan pada usaha budidaya ikan.
2) Imunostimulan seperti beta glucan digunakan untuk
meningkatkan kekebalan dan daya tahan ikan terhadap
serangan penyakit.
3) Vaksin penggunaan vaksin di Indonesia baru pada tahap
penelitian dan pengembangan.
Beberapa jenis parasit ikan laut dapat dirontokan dengan
cara merendam ikan yang terkena parasit tersebut dalam
air tawar selama 10 15 menit.

OPERASIONAL BUDIDAYA
Padat tebar
Pada lokasi budidaya yang ideal benih kerapu macan atau kerapu
lumpur yang berukuran 15-25 gr/ekor dapat ditebar dengan kepadatan
200 ekor/m, dan yang berukuran 50-75 gr/ekor dengan kepadatan 100
ekor/m, sedangkan yang berukuran 100-200 gr/ekor dengan
kepadatan 25 ekor/m. Padat iebar benih yang berukuran kecil (15-25
gr) selama 3 bulan masa pemeliharaan, kelangsungan hidupnya hanya
60%, kelangsungan hidup ikan meningkat seiring dengan bertambah
besarnya ukuran ikan. Di perairan Cigorondong, benih kerapu macan
yang berukuran 10 gr/ekor yang dipelihara selama 3 bulan,
kelangsungan hidupnya 60%, sedangkan di perairan Bojonegara hanya
benih yang berukuran >100 gr/ekor yang mampu bertahan dipelihara
dalam KJA. Pembudidaya ikan di Selat Dompak menggunakan benih
yang berukuran 200-250 gr/ekor dalam kegiatan usaha budidayanya.

Pemberian Pakan

Aktivitas makan pada ikan kerapu dimulai pada saat matahari terbit. Oleh karena itu
untuk mencapai pertumbuhan maksimal pakan sebaiknya diberikan pagi dan sore
hari. Sedangkan untuk benih minimal 3 kali sehari. Tingkat satiasi pada ikan kerapu
yang diberi pakan ikan segar menurun seiring dengan bertambahnya ukuran ikan.
LogY = -3.68log29.78 dan r = -85 (Danakusumah,1986). Tingkat satiasi benih
kerapu berukuran 100 gr adalah 14%, untuk ukuran 1 kg adalah 5% dan pada
induk yang bobotnya 5-6 kg hanya 2-3% dari bobot biomasa.
Konversi pakan
Konversi pakan adalah jumlah pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg
daging ikan. Angka konversi pakan diperoleh dari hasil bagi jumlah pakan yang
dimakan ikan dan selisih pertambahan berat antara berat panen dan berat pada
awal pemeliharaan
Nutrisi pakan
Kualitas pakan sangat tergantung pada kelengkapan nutrisi yang terkandung dalam
pakan. Pakan berupa ikan segar sebenarnya cukup untuk mendukung pertumbuhan
dan kelangsungan hidup ikan budidaya, namun karena diberikan dalam kondisi
basah pada umumnya memberikan nilai konversi yang tinggi,sedangkan pellet yang
diberikan dalam keadaan kering memberikan tingkat konversi yang rendah. Pakan
dalam kegiatan budidaya kebutuhannya mencapai 60% dari biaya produksi. Untuk
mendukung pertumbuhan ikan, protein dalam pakan harus cukup. Karbohidrat dan
lemak digunakan untuk metabolisme. Selain protein, lemak dan karbohidrat, pakan
juga harus mengandung vitamin yang lengkap.

Menghitung Ratio
Pakan Harian, FCR dan Mortalitas
DFR = (Jml Makanan)/{(No + Nt)(ABWo+ABWt)/2)xt} x 100%
FCR = Berat basah pakan yang dimakan/Pertambahan berat

basah ikan

Mortalitas (%) = (No Nt)/No x 100%


Keterangan :
t = Hari

ABWo = Berat rata-rata pada awal pengukuran


ABWt = Berat rata-rata pada hari ke t
No
= Jumlah ikan pada awal pemeliharaan
Nt
= Jumlah ikan pada hari ke t
DFR = Daily Feeding Ratio
FCR = Food Conversion Ratio

MONITORNG PERTUMBUHAN
Data berat biomasa ikan diperlukan setiap bulan, selain untuk

memonitor pertumbuhan juga untuk menghitung jumlah pakan


yang harus diberikan. Ikan ditimbang dalam keadaan hidup.
Kematian ikan selama pemeliharaan juga dihitung untuk
memperoleh nilai kelulusan hidup atau survival rate (SR).
Laju pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh jenis pakan, jumlah
yang diberikan dan mutu pakan. Laju pertumbuhan kerapu
bebek 1 1,3 gram/hari, dan laju pertumbuhan kerapu macan
2,5 3 gram/hari.
Kerapu bebek dengan berat awal 35 gr akan mencapai berat
400 500 gr setelah dipelihara selama 14 bulan, sedangkan
kerapu macan yang berat awalnya 80 gr akan mencapai ukuran
panen setelah dipelihara selama 7 bulan (BBL Lampung, 2001)

Menghitung Pertumbuhan
dengan Rumus Yamaguchi 1978
DGR = [(ABWt ABWo)/{(ABWo + ABWt)/2} x t] x 100%
Contoh data hasil pengukuran berat ikan kakap merah L.altifrontalis
Tgl pengukuran
Jml ikan yg diukur
Berat rata-rata (gr)
30 Juli 1983
108
199,9 13,4
30 Agustus
20
289,8 15,6
28 September
20
352,3 16,2
27 Oktober
20
480,0 17,3
28 Nopember
20
539,5 18,4
27 Desember
20
634,0 16,3
1 Pebruari 1984
20
787,0 16,0
12 Maret (225 hari)
50
893,5 13,5
Total produksi
92.927,5 gr

Jumlah pakan yang habis 908,7kg


Kelangsungan hidup 96,3%
FCR : 9,8

PANEN
Panen total pada umumnya dilakukan pada ikan yang

mempunyai ukuran relatif seragam. Jika ukuran ikan bervariasi,


maka dilakukan panen pilih terhadap ikan yang sudah mencapai
ukuran sesuai dengan permintaan pasar, terutama pada saat
harga jual tinggi.
Sebelum panen ikan dipuasakan atau tidak diberi makan untuk
mencegah muntah selama pengangkutan.
Pelaksanaan panen pada umumnya dilakukan pada sore hari
atau disesuaikan dengan jadwal keberangkatan pesawat. Hal ini
dilakukan mengingat ikan pada saat sampai di tujuan ekspor
tetap dalam keadaan hidup.
Ukuran panen untuk ikan kerapu berkisar dari 0,5 1,2 kg/ekor,
dan yang dimaksud dengan ukuran super pada ikan kerapu
adalah yang berukuran 0,6 kg/ekor

PASCA PANEN
Hasil panen berupa ikan kerapu hidup, kemudian dikemas dengan

kantong plastik dan dimasukan ke dalam box styrofoam.


Tahapan pengemasan sbb: ikan diaklimatisasi secara bertahap dengan
menambahkan es balok pada media. Media kemudian disirkulasi agar
suhu airnya merata ke seluruh badan air dalam bak penampungan.
Target suhu air dalam bak penampungan antara 17 - 20C, dalam
kondisi tersebut ikan akan berada pada tingkat resting metabolism.
Setelah pingsan, ikan seberat 7 kg dimasukan ke dalam kantong plastik
yang telah diisi air yang suhunya 17C sebanyak 3 liter. Kemasan
kantong plastik kemudian diisi oksigen dan diikat. Kantong plastik yang
berisi ikan kemudian dimasukan kedalam box styrofoam, dan es batu
dalam kemasan botol akua dimasukan kedalam box untuk
mempertahankan suhu agar tidak naik selama pengangkutan. Berat
keseluruhan 1 box styrofoam sekitar 20 kg.
Kemasan yang baik akan mampu menahan kelangsungan hidup ikan
selama 24 jam.
Ikan dalam jumlah besar pada umumnya diangkut dengan kapal laut
yang dilengkapi sirkulasi air laut palkanya.
Diperlukan keterampilan khusus untuk pekerjaan ini

Transfortasi Ikan Hidup


Ada dua metoda transfortasi ikan hidup yaitu:

metoda transfortasi terbuka dan transfortasi


tertutup
Transfortasi terbuka adalah metoda
transfortasi yang menggunakan pendekatan
stabilitas konsentrasi oksigen media
transfortasi selama perjalanan
Transfortasi tertutup atau lebih tepat disebut
teknik pengepakan adalah metoda transfortasi
yang menggunakan pendekatan basal
metabolisme

Analisa Usaha
Biaya investasi
2. Biaya oprasional : a. Biaya tetap/Tahun
b. Biaya tidak tetap/Periode
Analisa laba dan rugi : Total penjualan Total biaya
Benefit Cost Ratio (B/C ratio)
B/C ratio = Hasil penjualan/Total biaya
Analisa Break Even Point (BEP)
BEP produksi = Total biaya operasional/harga/kg
BEP harga = Total biaya operasional/Produksi
1.

Anda mungkin juga menyukai