KERAPU
PENDAHULUAN
Potensi budidaya laut Indonesia mencapai 8,7 juta ha
BIOLOGI
Klasifikasi
Ikan kerapu termasuk famili Serranidae,ordo Percomorphi, Phylum Chordata.
Morfologi
Bentuk badan kerapu bebek lebih pipih dibanding kerapu lainnya, perbedaannya
yang khusus adalah bentuk kepalanya yang cekung. Karapu bebek muda
berwarna putih dengan totol hitam di seluruh bagian tubuh.
Habitat
Ikan kerapu kecil pada umumnya hidup di perairan pantai dengan dasar pasir
berkarang yang banyak ditumbuhi padang lamun
Penyebaran
Daerah penyebaran kerapu bebek dimulai dari Afrika Timur sampai Pasifik
Baratdaya, sedangkan di Indonesia banyak terdapat di perairan Sumatera,
Jawa, Sulawesi dan perairan Ambon.
Pertumbuhan
Pertumbuhan ikan kerapu bebek sangat lambat
Di antara ikan kerapu hanya kerapu lumpur yang pertumbuhannya relatif cepat.
Makanan
Makanan ikan kerapu terdiri dari ikan, cumi dan udang
Ikan kerapu budidaya sudah bisa makan pakan buatan (pellet)
Klasifikasi
Menurut Heemstra dan Randall (1993), Famili
Morfologi
Morfologi ikan kerapu berbeda dari jenis yang satu
Habitat
Ikan kerapu merupakan ikan dasar umumnya
Penyebaran Geografis
Ikan kerapu macan menyebar di wilayah perairan
Pertumbuhan
Pertumbuhan ikan peliharaan perlu dimonitor untuk
Makanan
Untuk mengetahui kebiasaan makan ikan kerapu
BUDIDAYA
Lokasi
Lokasi budidaya yang memenuhi persyaratan secara teknis
merupakan aset yang tidak ternilai karena akan menjamin
kelangsungan usaha budidaya
Lokasi budidaya sebaiknya ada di perairan yang terlidung dari
tiupan angin kuat dan hempasan golmbang laut yang besar.
Kedalaman perairan yang disarankan antara 7 9 meter, dasar
perairan pasir berkarang yang ditumbuhi lamun, jauh dari
pencemaran baik limbah industri maupun limbah rumah tangga.
Lokasi budidaya memiliki kualitas air yang meliputi kecepatan arus
20-30cm per detik, dan kecerahan air laut > 5 meter. salinitas 3134, suhu 27-31C, pH 8-8,2 dan oksigen terlarut > 5 mg/l
terdiri atas :
1) Rakit apung untuk menggantungkan jaring, biasanya terdiri dari 4
Benih
Benih
Ikan kerapu yang benihnya sudah bisa diproduksi oleh unit
pembenihan seperti kerapu bebek dan kerapu macan mulai
didederkan di KJA pada ukuran 10-15 gr sampai ukuran 80-100
gr, kemudian dipindah ke dalam jaring dengan mesh size yang
lebih besar sampai mencapai ukuran 200-300 gr dan kemudian
dipelihara dalam jaring pembesaran sampai ukuran panen >500
gr.
Di Kep. Riau budidaya ikan kerapu sunu benihnya berasal dari
hasil tangkapn bubu yang terbuat dari kawat galvanis. Benih
yang dipelihara umumnya berukuran 200-300 gr, dan dipanen
setelah mencapai ukuran > 500 gr.
Pakan
Pakan yang digunakan dalam kegiatan usaha
budidaya kerapu umumnya berupa ikan segar yang
terdiri dari jenis ikan tembang, japuh, petek, teri,
kurisi, kuniran dan jenis ikan laut launya yang
harganya relatif murah.
Budidaya ikan kerapu bebek yang benihnya dari
hatchery sudah menggunakan pakan buatan atau
pellet. Benih kerapu bebek diadaptasikan terhadap
pakan buatan mulai umur 15 hari.
Namun benih kerapu bebek yang pada phase
larvanya diberi pakan zooplankton seperti Brachionus
plicatilis, Artemia salina, Copepoda, jamret dan pakan
rucah tidak memberikan respon terhadap pakan
buatan.
Obat obatan
Obat obatan yang sering digunakan adalah
1) Antibiotik seperti Ocytetracicline, Peniciline dan
Streptomysine. Clorapheniol dan Nitrofuran dilarang
untuk digunakan pada usaha budidaya ikan.
2) Imunostimulan seperti beta glucan digunakan untuk
meningkatkan kekebalan dan daya tahan ikan terhadap
serangan penyakit.
3) Vaksin penggunaan vaksin di Indonesia baru pada tahap
penelitian dan pengembangan.
Beberapa jenis parasit ikan laut dapat dirontokan dengan
cara merendam ikan yang terkena parasit tersebut dalam
air tawar selama 10 15 menit.
OPERASIONAL BUDIDAYA
Padat tebar
Pada lokasi budidaya yang ideal benih kerapu macan atau kerapu
lumpur yang berukuran 15-25 gr/ekor dapat ditebar dengan kepadatan
200 ekor/m, dan yang berukuran 50-75 gr/ekor dengan kepadatan 100
ekor/m, sedangkan yang berukuran 100-200 gr/ekor dengan
kepadatan 25 ekor/m. Padat iebar benih yang berukuran kecil (15-25
gr) selama 3 bulan masa pemeliharaan, kelangsungan hidupnya hanya
60%, kelangsungan hidup ikan meningkat seiring dengan bertambah
besarnya ukuran ikan. Di perairan Cigorondong, benih kerapu macan
yang berukuran 10 gr/ekor yang dipelihara selama 3 bulan,
kelangsungan hidupnya 60%, sedangkan di perairan Bojonegara hanya
benih yang berukuran >100 gr/ekor yang mampu bertahan dipelihara
dalam KJA. Pembudidaya ikan di Selat Dompak menggunakan benih
yang berukuran 200-250 gr/ekor dalam kegiatan usaha budidayanya.
Pemberian Pakan
Aktivitas makan pada ikan kerapu dimulai pada saat matahari terbit. Oleh karena itu
untuk mencapai pertumbuhan maksimal pakan sebaiknya diberikan pagi dan sore
hari. Sedangkan untuk benih minimal 3 kali sehari. Tingkat satiasi pada ikan kerapu
yang diberi pakan ikan segar menurun seiring dengan bertambahnya ukuran ikan.
LogY = -3.68log29.78 dan r = -85 (Danakusumah,1986). Tingkat satiasi benih
kerapu berukuran 100 gr adalah 14%, untuk ukuran 1 kg adalah 5% dan pada
induk yang bobotnya 5-6 kg hanya 2-3% dari bobot biomasa.
Konversi pakan
Konversi pakan adalah jumlah pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg
daging ikan. Angka konversi pakan diperoleh dari hasil bagi jumlah pakan yang
dimakan ikan dan selisih pertambahan berat antara berat panen dan berat pada
awal pemeliharaan
Nutrisi pakan
Kualitas pakan sangat tergantung pada kelengkapan nutrisi yang terkandung dalam
pakan. Pakan berupa ikan segar sebenarnya cukup untuk mendukung pertumbuhan
dan kelangsungan hidup ikan budidaya, namun karena diberikan dalam kondisi
basah pada umumnya memberikan nilai konversi yang tinggi,sedangkan pellet yang
diberikan dalam keadaan kering memberikan tingkat konversi yang rendah. Pakan
dalam kegiatan budidaya kebutuhannya mencapai 60% dari biaya produksi. Untuk
mendukung pertumbuhan ikan, protein dalam pakan harus cukup. Karbohidrat dan
lemak digunakan untuk metabolisme. Selain protein, lemak dan karbohidrat, pakan
juga harus mengandung vitamin yang lengkap.
Menghitung Ratio
Pakan Harian, FCR dan Mortalitas
DFR = (Jml Makanan)/{(No + Nt)(ABWo+ABWt)/2)xt} x 100%
FCR = Berat basah pakan yang dimakan/Pertambahan berat
basah ikan
MONITORNG PERTUMBUHAN
Data berat biomasa ikan diperlukan setiap bulan, selain untuk
Menghitung Pertumbuhan
dengan Rumus Yamaguchi 1978
DGR = [(ABWt ABWo)/{(ABWo + ABWt)/2} x t] x 100%
Contoh data hasil pengukuran berat ikan kakap merah L.altifrontalis
Tgl pengukuran
Jml ikan yg diukur
Berat rata-rata (gr)
30 Juli 1983
108
199,9 13,4
30 Agustus
20
289,8 15,6
28 September
20
352,3 16,2
27 Oktober
20
480,0 17,3
28 Nopember
20
539,5 18,4
27 Desember
20
634,0 16,3
1 Pebruari 1984
20
787,0 16,0
12 Maret (225 hari)
50
893,5 13,5
Total produksi
92.927,5 gr
PANEN
Panen total pada umumnya dilakukan pada ikan yang
PASCA PANEN
Hasil panen berupa ikan kerapu hidup, kemudian dikemas dengan
Analisa Usaha
Biaya investasi
2. Biaya oprasional : a. Biaya tetap/Tahun
b. Biaya tidak tetap/Periode
Analisa laba dan rugi : Total penjualan Total biaya
Benefit Cost Ratio (B/C ratio)
B/C ratio = Hasil penjualan/Total biaya
Analisa Break Even Point (BEP)
BEP produksi = Total biaya operasional/harga/kg
BEP harga = Total biaya operasional/Produksi
1.