Encephalitis Toxoplasmosis
Encephalitis Toxoplasmosis
PEMBIMBING
dr. Maula, SpS
Disusun Oleh:
Donatus Aprianto Tumedia
07120080031
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. I. S.
Jenis Kelamin: Laki-laki
Usia: 49 Tahun
Agama : Islam
Status marital : Sudah menikah
Pekerjaan : Polisi
Alamat : Jalan Bungur No 1, Jakarta Timur
Tanggal masuk RS : 07 Januari 2013
Tanggal pemeriksaan:11 Januari 2013
II. ANAMNESIS
Alloanamnesis
KELUHAN UTAMA
Penurunan kesadaran sejak 3 hari SMRS
KELUHAN TAMBAHAN
(-)
II. ANAMNESIS
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang ke IGD Rumah Sakit POLRI tanggal 07
Januari 2013. Menurut keluarga pasien, 3 hari
SMRS pasien tidak sadarkan diri. Awalnya pasien
masih dapat beraktivitas seperti biasa namun saat
3 hari SMRS pasien hanya terbaring di tempat
tidur,saat dipanggil pasien hanya menyaut tapi
tidak melakukan apa- apa, keesokan harinya
pasien hanya terbaring ditempat tidur dan tidak
melakukan apa- apa, menurut keluarga pasien,
pasien merasa lemas pada tangan dan kaki
kirinya.
II. ANAMNESIS
1 hari SMRS saat akan dibangunkan,pasien tidak lagi
menyahut apabila dipanggil sehingga keluarga pasien
membawanya ke RS POLRI keesokan harinya. Istri pasien
mengaku
sebelum
tidak
sadarkan
diri
pasien
mengeluhkan demam dan sakit kepala. Menurut istri
pasien, demam yang dirasakan pasien sudah sejak 1
minggu yang lalu dan hilang timbul dan hanya minum
obat penurun panas yang dibeli di warung sedangkan
sakit kepala pasien sudah dirasakan sejak kurang lebih 2
bulan dan dirasakan hilang timbul,nyeri yang dirasakan
seperti ditusuk- tusuk. Selain itu pasien juga mengeluhkan
diare sejak 2 bulan yang lalu, saat itu pasien sudah
pernah berobat tapi diarenya tidak sembuh.
II. ANAMNESIS
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Istri pasien mengaku, pasien pernah dirawat di RS POLRI
1 bulan SMRS, pasien dirawat dengan keluhan pusing
dan terasa lemah pada tangan dan kaki kiri
pasien.Menurut istri pasien, keluhan pusing pasien
disertai dengan sakit kepala ringan tanpa disertai mual
dan muntah.Menurut istri pasien,pusing yang dirasakan
seperti berputar, namun hanya sementara saja dan
hilang timbul, pusing mulai timbul 1 minggu sebelum
dirawat dirumah sakit namun sakit kepala pasien sudah
dirasakan sejak 2 bulan sebelum dirawat. Sakit kepala
yang dirasakan hilang timbul dan makin parah sehari
sebelum dirawat di rumah sakit
II. ANAMNESIS
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Keluarga pasien tidak pernah mengalami kejadian
serupa. Keluarga pasien menyangkal memiliki
riwayat penyakit keturunan seperti hipertensi,
diabetes, kolesterol, keganasan, asma.
RIWAYAT KEBIASAAN
Menurut keluarga pasien, Pasien sudah terbiasa
merokok dan tidak mengetahui berapa banyak
bungkus yang dihabiskan.Istri pasien juga mengaku
tidak pernah melihat pasien mengkonsumsi obatobatan dan minum- minuman alkohol.
N. II (Nervus Optikus)
Penglihatan lapang pandang pasien sulit dinilai.
OD : Pupil bulat 2 mm, refleks cahaya langsung dan tak langsung
(-)
OS : Pupil bulat 2 mm, refleks cahaya langsung dan tak langsung
(-)
N. IX (Nervus Glosofaringeus)
I. Sensorik : Pengecapan 1/3 posterior lidah sulit dinilai
II. Motorik : Refleks menelan Sulit dinilai
N. X (Nervus Vagus)
- Refleks muntah: Tidak dapat dinilai
- Arkus faring : Tidak dapat dinilai
- Letak uvula : Tidak dapat dinilai
Normotonus
Hipotonus
Normotonus
Hipotonus
Trofi
D
Atrofi
S
Atrofi
Atrofi
Atrofi
Pemeriksaan tanggal
11/01/13
V. Diagnosis
Diagnosis Klinis: Penurunan
kesadaran, hemiparesis sinistra
Diagnosis Topis : Hemisfer dextra
Diagnosis Etiologis : Encephalitis et
causa Toxoplasma Gondii
VIII. Penatalaksanaan
Medikamentosa :
Injeksi Citicholin 2x 1 gr
Injeksi Ceftriaxone 1x 2 gr
Injeksi Ciprofloxacin
Injeksi Nexa 4 x 500 mg
Injeksi Omeprazole 2 x 1
Clindamycin 4 x 600
Hp pro 3 x 2
Bio curliv 3 x 1
Propepsa 4 x 2
IX. PROGNOSIS
PROGNOSIS
Quo ad vitam
: Dubia ad
malam
Quo ad functionam : Dubia ad
malam
Quo ad sanactionam: Dubia ad
malam
Tinjauan Pustaka
Toxoplasmosis
Penyakit infeksi oleh parasit yang
disebabkan oleh Toxoplasma gondii yang
dapat menimbulkan radang pada kulit,
kelenjar getah bening, jantung, paru,
,mata, otak, dan selaput otak.
Acquired Immune Deficiency Syndrome
(AIDS) merupakan kumpulan gejala
penyakit yang disebabkan oleh Human
Immunodeficiency Virus (HIV).
3.2 Epidemiologi
Ensefalitis toksoplasma, merupakan
penyebab tersering lesi otak fokal
infeksi oportunistik tersering pada
pasien AIDS. Di Amerika angka
kejadiannya mencapai 30%-50%,
sedangkan di Eropa mencapai 50% 70%. Berdasarkan penelitian di
bagian neuroinfeksi RSUPNCM angka
kejadian 31%.
Infeksi oportunistik
infeksi yang timbul akibat penurunan
kekebalan tubuh.
infeksi ini dapat timbul karena
mikroba ( bakteri, jamur, virus) yang
berasal dari luar tubuh, maupun
yang sudah ada dalam tubuh
manusia namun dalam keadaaan
normal terkendali oleh kekebalan
tubuh.
TOXOPLASMOSIS
Life cycle of Toxoplasma gondii. The cat is the definitive host in which the sexual phase of the
cycle is completed. Oocysts shed in cat feces can infect a wide range of animals, including birds,
rodents, grazing domestic animals, and humans. The bradyzoites found in the muscle of food
animals may infect humans who eat insufficiently cooked meat products, particularly lamb and
pork. Although human disease can take many forms, congenital infection and encephalitis from
reactivation of latent infection in the brains of immunosuppressed persons are the most important
manifestations. CNS, central nervous system. (Courtesy of Dominique Buzoni-Gatel, Institut
Pasteur, Paris; with permission.)
Patofisiologi
HIV Limfosit T4(memiliki reseptor
CD4)Perlengketan dengan permukaan
reseptor CD4 Peningkatan Apoptosis
Dapat menyerang sistem kekebalan tubuh dan
sistem saraf Infeksi oportunistik
Deplesi sel T CD4 Gagal produksi IL-2, IL-12,
dan IFN-gamma, kegagalan aktivitas Limfosit T
sitokin Menurunkan CD154 Toxoplasmosis
HIV CD4 T sel < 100/mL Encephalitis
toxoplasmosis
Gejala klinis
Demam, sakit kepala, defisit
neurologik fokal dan penurunan
kesadaran merupakan manifestasi
klinis utama dari ensefalitis
toksoplasma.
Hemiparesis merupakan deficit fokal
yang paling sering dijumpai 40-50
% kasus
Kejang sebagai gejala utama
dijumpai pada 15-30 % kasus.
Diagnosis
Diagnosis presumtif ensefalitis toxoplasmosis
berdasarkan gejala klinis neurologi yang progresif
pada ODHA dengan nilai CD4 < 200 sel/l
Pemeriksaan CT scan
Pada CT scan ditunjukkan adanya fokal edema
dengan bercak-bercak hiperdens multiple disertai
dan biasanya ditemukan lesi berbentuk cincin atau
penyengatan homogen dan disertai edema
vasogenik pada jaringan sekitarnya. Ensefalitis
toksoplasma jarang muncul dengan lesi tunggal
atau tanpa lesi.
Pemeriksaan serologi
Tes serologi yang digunakan umumnya untuk
mendeteksi keberadaan anti-T gondii IgG dan IgM
Deteksi juga dapat dilakukan dengan indirect
fluorescent antibody (IFA), aglutinasi, atau enzyme
linked immunosorbent assay (ELISA)
Pada ensefalitis toksoplasma biasanya dijumpai IgG
yang positif, sedangkan IgM negatif
Antara 97% dan 100% dari pasien terinfeksi HIV
dengan ensefalitis toksoplasma memiliki antibodi IgG
anti-T gondii.
Titer IgG mencapai puncak dalam 1-2 bulan setelah
terinfeksi kemudian bertahan seumur hidup
Penatalaksanaan
Standar terapi ensefalitis toksoplasma
kombinasi pirimetamin dan sulfadiazine.
Keduanya bersifat aktif terhadap bentuk
takizoit yang menyebabkan kelainan
patologik pada ensefalitis toksoplasma,
namun tidak aktif terhadap bentuk kista
jaringan.
Karena itu untuk mencegah kekambuhan,
setelah terapi fase akut selesai, harus
dilanjutkan dengan terapi rumatan jangka
panjang.
Asam folinat (leukoforin), harus
Rumatan(profilaksis sekunder)
Pilihan kedua
Piliha ketiga
oral
TERIMA KASIH