Anda di halaman 1dari 17

Unsur unsur Transisi

Nama Anggota Kelompok :


Desi Andriyani
(09)
Elvira Kurnia Sari (14)
Ni Made Dewi D.
(21)
Samuel Richardo
(29)
Skolastika Resti N.
(32)
Edhi Yusuf Pradata
(35)

Unsur unsur Transisi


Unsur-unsur transisi adalah unsur-unsur yang pengisian
elektronnya berakhir pada subkulit d. Berdasarkan prinsip Aufbau,
unsur-unsur transisi baru dijumpai mulai periode 4. Pada setiap
periode kita menemukan 10 buah unsur transisi, sesuai dengan
jumlah elektron yang dapat ditampung pada subkulit d. Diberi nama
transisi karena terletak pada daerah peralihan antara bagian kiri dan
kanan sistem periodik. Aturan penomoran golongan unsur transisi
adalah:
1. Nomor golongan sama dengan jumlah elektron pada subkulit s
ditambah d.
2. Nomor golongan dibubuhi huruf B.
Catatan:
1. Jika s + d = 9, golongan VIIIB.
2. Jika s + d = 10, golongan VIIIB.
3. Jika s + d = 11, golongan IB.
4. Jika s + d = 12, golongan IIB.

Sifat-sifat Umum Unsur Transisi


Unsur transisi mempunyai sifat sifat khas yang
membedakannya dari unsur golongan utama, antara lain
:
1. Sifat logam, unsur transisi tergolong logam dengan titik
cair dan titik didih yang relatif tinggi
2. Bersifat paramagnetik (sedikit tertarik ke dalam medan
magnet).
3. Membentuk senyawa senyawa yang berwarna.
4. Mempunyai beberapa tingkat oksidasi.
5. Membentuk berbagai macam ion kompleks.
6. Berdaya
katalitik,
banyak
unsur
transisi
dan
senyawanya yang berfungsi sebagai katalis, baik dalam
proses industri maupun dalam metabolisme.

Beberapa Senyawaan Yang Dapat


Dibentuk Oleh Unsur Transisi
1.

Tingkat Oksidasi <2


- Dengan ligan Aseptor
- Ligan-ligan Organik
- Ligan Hidrogen

2.

Tingkat Oksidasi 2
- Biasanya bersifat ionik
- Oksidanya (MO), bersifat basa
- Memiliki struktur NaCl
- Mampu membentuk kompleks Aquo, dengan
jalan
mereaksikan, logam, oksida, karbonat dalam
larutan asam dan melalui reduksi katalitik.

3. Tingkat Oksidasi 3
- Beberapa senyawaan bersifat stabil terhadap air, kecuali
kompleks dari logam Cu.
- Flourida (MF3) dan oksidanya (M2O3) bersifat ionik.
- Senyawaan klorida, bromida, iodida dan sulfida bersifat
kovalen.
- Unsur-unsur Ti Co membentuk ion-ion oktahedral [M(H 2O)]3+
- Ion Co3+ dan Mn3+ mudah direduksi oleh air.
- Ion Ti3+ dan V3+ teroksidasi oleh udara.
4. Tingkat Oksidasi 4
- Beberapa contoh senyawaannya antara lain : TiO2, TiCl4, VCl4,
VO2+(Vanadil) dapat berperilaku seperti M2+.
- Logam-logam dengan tingkat oksidasi 4 dapat membentuk
senyawaan kompleks yang bersifat kation, netral dan anion
tergantung ligannya.
- Diluar unsur Ti dan V, umumnya dikenal sebagai komplek
fluoro, dan anion okso.
- Beberapa kompleks tetrahedral dapat dibentuk dengan
ligan : OR, -NR2, -CR3, seperti : Cr(OCMe3)4
5. Tingkat Oksidasi 5, dikenal untuk unsur-unsur V, Cr, Mn, dan

Unsur unsur
Transisi Periode IV

Dari tabel sifat keperiodikan di atas, dapat simpulkan beberapa


sifat atomik dan sifat fisis dari logam transisi :

Jari-jari atom berkurang dari Sc ke Zn, hal ini berkaitan dengan


semakin bertambahnya elektron pada kulit 3d, maka semakin besar
pula gaya tarik intinya, Sehingga jarak elektron pada kulit terluar ke
inti semakin kecil.

Energi ionisasi cenderung bertambah dari Sc ke Zn. Walaupun


terjadi sedikit fluktuatif, namun secara umum Ionization Energy (IE)
meningkat dari Sc ke Zn. Kalau kita perhatikan, ada sesuatu hal
yang unik terjadi pada pengisian elektron pada logam transisi.
Setelah pengisian elektron pada subkulit 3s dan 3p, pengisian
dilanjutkan ke kulit 4s tidak langsung ke 3d, sehingga kalium dan
kalsium terlebih dahulu dibanding Sc. Hal ini berdampak pada grafik
energi ionisasinya yang fluktuatif dan selisih nilai energi ionisasi
antar atom yang berurutan tidak terlalu besar. Karena ketika logam
menjadi ion, maka elektron pada kulit 4s lah yang terlebih dahulu
terionisasi.

Konfigurasi elektron. Unsur unsur transisi periode ke empat mengisi


subkulit 3d, mulai dari d1 untuk Scadium hingga d10 untuk Zink. Pada
konfigurasi elektron kromium dan tembaga subkulit 4s berisi satu
elektron. Konfigurasi tersebut menunjukkan kestabilan subkulit d yang
terisi penuh atau setengah penuh. Sifat sifat khas unsur transisi
berkaitan dengan adanya subkulit yang terisi tidak penuh. Oleh karena
itu, ada pendapat yang mengatakan bahwa unsur transisi adalah unsur
yang mempunyai unsur subkulit d terisi tidak penuh paling tidak pada
salah satu tingkat oksidasinya. Semua unsur transisi periode keempat
memenuhi definisi ini kecuali Zink. Pada tingkat oksidasi nol (sebagai
unsur), maupun pada oksidasi +2 (satu satunya tingkat oksidasi Zink),
subkulit 3d-nya terisi penuh :
Zn (Z=30)
: [Ar] 3d10
4s2
Zn2+
: [Ar] 3d10

Tembaga, meskipun pada tingkat oksidasi nol mengisi penuh


subkulit sd, namun pada tingkat oksidasi 2+ terisi tidak penuh
:
Cu (Z=29)
: [Ar] 3d10 4s1
2+
Cu2+
: [Ar] 3d99

Bilangan oksidasi Senyawa-senyawa unsur transisi di alam ternyata


mempunyai bilangan oksidasi lebih dari satu. Adanya bilangan oksidasi
lebih dari satu ini disebabkan mudahnya melepaskan elektron valensi.
Dengan demikian, energi ionisasi pertama, kedua dan seterusnya
memiliki harga yang relatif lebih kecil dibanding unsur golongan utama.
Walaupun unsur transisi memiliki beberapa bilangan oksidasi,
keteraturan dapat dikenali. Bilangan oksidasi tertinggi atom yang
memiliki lima elektron yakni jumlah orbital d berkaitan dengan keadaan
saat semua elektron d (selain elektron s) dikeluarkan. Jadi, dalam kasus
skandium dengan konfigurasi elektron (n-1)d1ns2, bilangan oksidasinya
3. Mangan dengan konfigurasi (n-1)d5ns2, akan berbilangan oksidasi
maksimum +7. Bila jumlah elektron d melebihi 5, situasinya berubah.
Untuk besi Fe dengan konfigurasi elektron (n-1)d 6ns2, bilangan oksidasi
utamanya adalah +2 dan +3. Sangat jarang ditemui bilangan oksidasi +6.
Bilangan oksidasi tertinggi sejumlah logam transisi penting seperti kobal
Co, Nikel Ni, tembaga Cu dan zink Zn lebih rendah dari bilangan oksidasi
atom yang kehilangan semua elektron (n1)d dan ns-nya. Di antara
unsur-unsur yang ada dalam golongan yang sama, semakin tinggi
bilangan oksidasi semakin penting untuk unsur-unsur pada periode yang
lebih besar.

Sifat Magnet. Unsur transisi peride keempat dan


senyawa

senyawa
umumnya
bersifat
paramagnetik (apabila zat ditarik ke dalam medan
magnet). Feromagetisme (apabila zat ditarik kuat ke
dalam medan magnet) hanya diperlihatkan oleh
beberapa logam, yaitu besi, korbal, dan nikel, serta
logam logam campur tertentu. Sifat magnet dari
suatu zat dapat ditunjukkan dan diukur dengan
neraca. Zat yang bersifat dimagnetik akan
menunjukkan berat kurang, sedangkan yang bersifat
Sifat magnet
zat berkaitan
paramagnetik
menunjukkan
beratdengan
lebih. konfigurasi
elektronnya. Zat yang bersifat paramagnetik mempunyai
setidaknya 1 elektron tak berpasangan. Semakin banyak
elektron tak berpasangan, semakin bersifat paramagnetik.
Pengukuran sifat magnet dapat digunakan untuk
menentukan jumlah elektron tak berpasangan dalam satu
spesi.

Warna senyawa unsur transisi. Pada umumnya unsur


unsur transisi periode keempat membentuk senyawa
berwarna, baik dalam bentuk padat maupun larutan. Warna
senyawa dari unsur transsisi juga berkaitan dengan adanya
subkulit d yang terisi tak penuh.

Unsur

Keterangan

Scandiu
m

Limpahan skandium di kulit bumi sekitar 0,0025%.


Secara ilmiah skandium terdapat sebagai mineral thortveitite (Sc2Si2O).
Salah satu manfaatnya digunakan pada lampu intensitas tinggi.

Titanuim

Kelimpahan titanium menempati urutan ke-9 terbanyak di kulit bumi, yaitu 0,6%.
Titanium banyak digunakan di industri pesawat terbang dan industri kimia.
Digunakan sebagai katalis pada industri plastik
Titanium dioksida (TiO2) bersifat inert, putih cerah, tidak tembus cahaya, dan tidak berbau (nontosik).

Vanadium terdapat di alam sebagai vanadit 3Pb3(VO4)2.


Vanadium dipakai sebagai logam campur, misalnya alisai besi vanadium (ferovanadium) yang keras, kuat,
dan tahan karat. Baja vanadium antara lain digunakan untuk membuat per mobil. Vanadium pentoksida
(V2O5) digunakan sebagai katalis pada pembuatan asam sulfat menurut proses kontak (lihat pembuatan
belerang).

Walaupun kelimpahannya di kulit bumi hanya 0,0122%, namun kromium merupakan salah satu komponen
paling penting dalam industri logam. Sumber kromium adalah tambang kromite [Fe(CrO2)2], yang dapat
direduksi menghasilkan alloy Fe dan Cr yang disebut ferrokrom.
Logam kromium sangat keras, memiliki warna cemerlang, dan tahan terhadap korosi. Oleh karena sifat-sifat
ini, kromium banyak digunakan sebagai plating logam-logam lainnya.

Vanadiu
m

Kromiu
m

Mangan

Besi

Kobalt

Di alam besi terdapat dalam bentuk senyawa, antara lain sebagai hematit (Fe2O3), magnetik (Fe3O4), pirit
(FeS2), dan siderit (FeCO3).Unsur ini merupakan bagian unsur keempat terbanyak dibumi

Di alam, Kobalt terdapat dalam bentuk senyawa seperti kobalt glans (CoAsS), lemacitte (Co 2S4), dan smaltit
(CoAs2).
Seperti nikel, kobalt digunakan untuk membuat aliasi (paduan) logam. Besi yang dicampur dengan kobalt
mempunyai sifat tahan karat.

Nikel

Tembag

Di alam mangan terdapat dalam bentuk senyawa, seperti batu kawi atau pirolusi (MnO2), spat mangan
(MnO3), dan manganit (Mn2O3.H2O).
Mangan ternyata banyak digunakan pada produksi baja dan umumnya sebagai alloy mangan-besi atau
ferromanganese.

Di alam nikel terdapat dalam bentuk senyawa, misalnya pentlandite (FeS.NiS). Deposit nikel banyak
terdapat di Kanada.
Nikel merupakan logam putih mengkilat seperti perak dan dapat dijadikan sebagai penghantar panas dan
listrik yang baik.
Tembaga merupakan penghantar panas dan listrik yang sangat baik. Oleh karena itu, tembaga banyak
digunakan untuk alat-alat elektronik. Tembaga terdapat di alam dalam keadaan bebas dan juga dalam

Anda mungkin juga menyukai