Anda di halaman 1dari 20

OBAT OBAT EMERGENCY

KELOMPOK 2

KULIAHNA.K
N I S M AT R I A N I
HAIDIR
Obat gawat darurat bersifat
life saving yang diperlukan
pada keadaan gawat darurat
untuk menyelamatkan jiwa
atau mencegah terjadinya
kematian dan kecacatan
seumur hidup.
DEFINISI OBAT EMERGENCY
Obat-obatan emergency atau gawat darurat adalah obat-obat
yang digunakan untuk mengatasi situasi gawat darurat atau
untuk resusitasi/life support.(2) Pengetahuan mengenai
obat-obatan ini penting sekali untuk mengatasi situasi
gawat darurat yang mengancam nyawa dengan cepat dan
tepat. Obat-obat emergency atau obat-obat yang dipakai
pada gawat darurat adalah atrofin, efedrinn, ranitidin,
ketorolak, metoklorpamid, amonofilin, asam traneksamat,
adrenalin, kalmethason, furosemid, lidokain, gentamisin,
oxitosin,methergin, serta adrenalin
TUJUAN TERAPI OBAT EMERGENCY
Tujuan terapi obat pada pasien kritis sama pada setiap
individu: untuk mencapai efek yang diinginkan dengan
meminimalkan efek yang merugikan. Berbagai faktor dapat
mengubah farmakodinamik dan farmakokinetik yang
akhirnya mempengaruhi keefektifan terapi obat (Stillwell,
2011).
KLASIFIKASI

Berdasarkan sifat pemakaiannya


obat-obat yang tertuang dalam
Formularium Rumah Sakit
dibedakan dalam dua jenis yaitu
obat gawat darurat dan obat bukan
gawat darurat
Nama Berikan bila Dosis
Efedrin TD menurun 2 cc spuit
>20% dari TD

awal (biasanya
bila TD sistol
<90 diberikan)
Sulfas atropin Bradikardi (<60) 2 cc spuit
Aminofilin bronkokonstriksi 5 mg/kgBB

Spuit 24mg/ml
Dexamethason Reaksi 1 mg/kgBB
anafilaksis
Spuit 5 mg/cc
Adrenalin Cardiac arrest 0,25 0,3 mg/kgBB, 1 mg/cc
(teori)

Prakteknya beri sampai


aman
Succinil cholin Spasme laring 1 mg/kgBB (1cc spuit
1. Epinefrin (Adrenalin)
Klasifikasi
Bronkodilator, vasopressor, stimultan jantung
Efek
Epinefrin meningkatkan kontraktilitas miokardium, FJ, TDS, dan CJ.
Epinefrin juga merelaksasikan otot polos bronkial.
Indikasi.
Henti jantung, reaksi hipersensitivitas, anafilaksis, serangan asma akut,
bradikardia simtomatik, hipotensi berat.
Kontraindikasi
Glaukoma sudut sempit akut dan insufisiensi koroner
2. Amiodaron (Cordarone)
Klasifikasi
Antidisritmia
Efek
memperpanjang durasi potensial aksi, menekan kecepatan konduksi,
memperlambat konduksi pada nodus AV. Mengurangi beban kerja
jantung dan konsumsi oksigen miokardium melalui efek
vasodilatornya.
Indikasi
takidisritmia atrium dan ventrikel
Kontraindikasi
sinus brakikardia berat, blok AV derajat dua atau tiga, syok
kardiogenik
3. Atropin
Klasifikasi
Antikolinergik
Efek
Stropin meningkatkan konduksi melalui nodus AV dan meningkatkan FJ.
Indikasi
Ssinus brakikardia simtomatik, asistole, atau aktivitas listrik tanpa
denyut nadi brakikarida.
Kontraindiaksi
Adhesi antara iris dan lensa, kerusakan hepar dan ginjal lebih lanjut,
asma, glaucoma sudut-sempit, penyakit obstruktif pada saluran GI
dan saluran kemih, miastenia gravis, dan ileus paralitik.
4. Dobutamin (Dobutrex)
Klasifikasi
Inotrope, agonis 1
Efek
Dobutamin meningkatkan kontraktilitas miokardium dan meningkatkan
CJ tanpa perubahan TD yang signifikan. Dobutamin meningkatkan
aliran darah coroner dan konsumsi oksigen miokardium.
Indiaksi
Gagal jantung, dekompensasi jantung
Kontraindikasi
Stenosis subaortik hipertrofik idiopatik, syok tanpa penggantian cairan
adekuat; sensivitas sulfit.
5. Dopamin (Intropin)
Klasifikasi
Simpatomimetik, vasopressor, inotropik
Efek
Dopamine dalam dosis rendah (1-2 mcg/kg/menit) meningkatkan aliran darah ke ginjal
sehingga meningkatkan laju filtrasi glomerulus, aliran urine, dan ekskresi natrium (Na).
dalam dosis rendah sampai sedang (2-10 mcg/kg/menit), dopamin meningkatkan
kontraktilitas miokardium dan CJ. Dalam dosis tinggi (10-20 mcg/kg/menit), dopamin
meningkatkan tahanan perifer dan vasokonstriksi ginjal (Stillwell, 2011). Efek samping yang
sering muncul adalah denyut ektopik, takikardia, sakit karena angina, palpitasi,
hipotensi,vasokonstriksi, sakit kepala, mual, muntah, dispnea. Sedangkan bradikardia,
aritmia ventrikular (dosis tinggi), gangrene, hipertensi,ansietas, piloereksi,
peningkatan serum glukosa, nekrosis jaringan (karena ekstravasasi dopamin),
peningkatan tekanan intraokular, dilatasi pupil, dan azotemia,polyuria jarang terjadi.
Indikasi
Keadaan syok, brakikardia simtomatik
Kontraindikasi
Takidisritmia yang tidak dikoreksi, feokromositoma, VF (fibrilasi ventrikular)
6. Heparin
Klasifikasi
Antikoagulan, antitrombotik
Efek
Menghambat antitrombonin III, mencegah konversi fibrinogen menjadi
fibrin dan prototmbin menjadi thrombin
Indikasi
Terapi thrombosis dan emboli; terapi adjuvan pada IMA
Kontraindikasi
Hipersensivitas, perdarahan aktif (kecuali koagulasi intravascular
diseminata [DIC]); hemophilia; baru menjalani pembedahan
intracranial, intraspinal, atau mata; trombositopenia berat; hipertensi
berat; atau gangguan perdarahan.
7. Morfin Sulfat
Klasifikasi
Analgesik opiate

Efek
Mengurangi transmisi impuls nyeri; mengurangi kebutuhan oksigen
miokardium; mengatasi kongesti paru
Indikasi
Nyeri dada dengan ACS yang tidak berespons terhadap nitrat, edema
paru kardiogenik
Kontraindikasi
Hipersensivitas, frekuensi pernapasan <12kali/menit
8. Pavulon
Penggunaan
Relaksasi otot rangka
Reaksi samping utama
Kardiovaskuler : takikardia, hipertensi.
Pulmoner : hipoventilasi, apne, bronkospasme.
GI : salvias.
Alergik : kemerahan, anafilaktoid.
Musculoskeletal : blok yang tidak adekuat, blok yang
perpanjang.
9. Penthatol
Klasifikasi
Zat dari sodium thiopental. Bentuk bubuk kuning dlm amp 0,5 gr(biru), 1 gr(merah)
dan 5 gr. Dipakai dilarutkan dgn aquades
Lrt pentotal bersifat alkalis, ph 10,8
Lrt tdk begitu stabil, hanya bs dismp 1-2 hr (dlm kulkas lebih lama, efek menurun)
Pemakaian dibuat lrt 2,5%-5%, tp dipakai 2,5% u/ menghindari overdosis, komplikasi
> kecil, hitungan pemberian lebih mudah
Obat mengalir dlm aliran darah (aliran ke otak )
TIK
Efek :
Efek sedasi dan hipnosis cepat terjadi, tapi sifat analgesik sangat kurang.
Mendepresi pusat pernapasan, membuat saluran napas lebih sensitif thd
rangsangan, depresi kontraksi denyut jantung, vasodilatasi pembuluh darah
hipotensi. Dpt menimbulkan vasokontriksi pembuluh darah ginjal, tak berefek
pada kontraksi uterus, dpt melewati barier plasenta, Dpt melewati ASI,
menyebabkan relaksasi otot ringan, reaksi. anafilaktik syok, gula darah sedikit
meningkat.Metabolisme di hepar, cepat tidur, waktu tidur relatif pendek
Kontraindikasi
Syok berat, Anemia berat, Asma bronkiale, obstruksi saluran napas atas, penyakit
jantung dan liver, kadar ureum sangat tinggi (ekskresinya lewat ginjal)
10. Efedrin
Efedrin adalah alkaloid yang terdapat dalam tumbuhan yang disebut
efedra atau ma-huang. Ma-huang mengandung banyak alkaloid mirip
efedrin yang kemudian dapat diolah menjadi efedrin. Kemampuannya
untuk mengaktivasi reseptor mungkin bermanfaan pada pengobatan
awal asma. Karena efeknya yang mencapai susunan saraf pusat maka
efedrin termasuk suatu perangsang SSP ringan. Pseudoefedrin yang
merupakan satu dari empat turunan efedrin, telah tersedia secara luas
sebagai campuran dalam obat-obat dekongestan. Meskipun demikian
penggunaan efedrin sebagai bahan baku methamfetamin meyebabkan
penjualannya telah dibatasi.
Kontra indikasi
Sangat sensitif terhadap efedrin atau komponen formulasi, aritmia,
glaukoma, sudut tertutup penggunaan bersama dengan agen
simpatomimetik.
Efek samping
Kardiovaskular : Aritmia, nyeri dada, depresi pada tekanan darah,
hipertensi, palpitasi, takikardia, pucat yang tidak biasa. SSP : agitasi,
kecemasan, efek menstimulasi SSP, pening, eksitasi ketakutan,
hiperaktivitas, insomnia, irritabilitas, gugup, tidak bisa istirahat.
Gastrointestinal : anoreksia, gangguan lambung, mual, muntah,
xerostamia. Neuromaskular dan skletal: tremor, lemah. Pernapasan :
dyspnea
11. Sulfas Atropin (Anti Muskarinik)
Klasifikasi
Penghambat reseptor muskarinik atau anti-muskarinik dikelompokkan dalam 3
kelompok yaitu:
Alkaloid antimuskarinik : Atropin dan Skopolamin
Indikasi
Meringankan gejala gangguan pada gastrointestinal yang ditandai dengan
spasme otot polos (antispasmodic), Mydriasis dan cyclopedia pada mata.
Premedikasi untuk mengeringkan sekret bronchus dan saliva yang bertambah
pada intubasi dan anestesia inhalasi. Mengembalikan bradikardi yang
berlebihan. Bersama dengan neostigmin untuk mengembalikan penghambatan
non-depolarising neuromuscular. Antidotum untuk keracunan organophosphor.
Resusitas Kardio-Pumober (Cardiopulmonary resuscitation).
Kontraindikasi
Antimuscarinic kontraindikasi pada angle-closure glaucoma (glaukoma sudut
sempit), myasthenia gravis ( tetapi dapat digunakan untuk menurunkan efek
samping muskarinik dari antikolinesterase), paralytic ileus, pyloric stenosis,
pembesaran prostat
Efek samping
Efek samping antimuskarinik termasuk kontipasi, transient (sementara)
bradycardia (diikuti dengan takikardi, palpitasi, dan aritmia), penurunan
sekret bronkial, retensi urin, dilatasi pupil dengan kehilangan akomodasi ,
fotophobia, mulut kering; kulit kering dan kemerahan. Efek samping yang
terjadi kadang-kadang : kebingungan (biasanya pada usia lanjut) , mual,
muntah dan pusing.
12. Aminofilin (Derivat Xantin: theophylline ethylenediamine)

Bronkodilatasi, chronotropic (mempengaruhi denyut miokard) dan


inotropic ringan, diuretic ringan
Indikasi
Bronkodilatasi karena berbagai sebab, termasuk gagal jantung
kongestif
Pemberian
Dosis :
IV: 4 mg/kgBB dalam 15 menit. Infus: Berikan dosis bolus diikuti infus
0,5 mg/kgBB/jam, kurang dosis pada usia lanjut, chirrosis hepatis
atau gagal hepar atau penderita dengan pengobatan crythromcin
atau cimetidine. Oral: 100-300 mg 3-4 kali sehari. Rectal: 360 mg
suppositoria 1-2 kali sehari
Efek samping
Aritmia, muntah, diuresis, merangsang SP (Matindale, 2005)
13. Deksamethason (Kortikosteroid)
Indikasi
Antialergi dan obat untuk anafilaksis.
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap deksametason atau komponen lain dalam formulasi;
infeksi jamur sistemik, cerebral malaria; jamur, atau penggunaan pada
mata dengan infeksi virus (active ocular herpes simplex). Pemberian
kortikosteroid sistemik dapat memperparah sindroma Cushing.
Pemberian kortikosteroid sistemik jangka panjang atau absorpsi
sistemik dari preparat topikal dapat menekan hypothalamic-pituitary-
adrenal (HPA) dan atau manifestasi sindroma Cushing pada beberapa
pasien. Namun risiko penekanan HPA pada penggunaan deksametason
topikal sangat rendah. Insufisiensi adrenal akut dan kematian dapat
terjadi apabila pengobatan sistemik dihentikan mendadak.
Efek samping
Kardiovaskuler : Aritmia, bradikardia, henti jantung, kardiomiopati, CHF,
kolaps sirkulasi, edema, hipertens, ruptur miokardial (post-MI), syncope,
tromboembolisme, vasculitis. Susunan saraf pusat : Depresi, instabilitas
emosional, euforia, sakit kepala, peningkatan tekanan intracranial,
insomnia, malaise, neuritis, pseudotumor cerebri, perubahan psikis,
kejang, vertigo. Dermatologis : Akne, dermatitis alergi, alopecia,
angioedema, kulit kering, erythema, kulit pecah-pecah, hirsutism,
hiper-/hipopigmentasi, hypertrichosis, perianal pruritus (pemberian IV),
petechiae, rash, atrofi kulit, striae, urticaria, luka lama sembuh.

Anda mungkin juga menyukai