Dosen Pembimbing :
dr. Putu Ary Sp.OG
Erlian Anggini
011.06.0023
Daftar singkatan
UPTH = University of Port Harcourt
Teaching Hospital
FHR = fetal heart rate
SCBU = special care baby unit
Latar Belakang
Kehamilan lebih bulan merupakan salah satu
dilema yang muncul pada setiap
managementnya terutama oleh praktisi obstetri
Kehamilan lebih bulan indikasi paling sering
induksi persalinan lebih dari 46,8% yang
dilaporkan di Universitas of Port Harcout Teaching
Hospital (UPTH)
Cont
Misoprostol (sintetic prostaglandin E1
analog) untuk induksi persalinan
pencegahan dan pengobatan pertama
pada ulkus peptikum karena antisekretorik
dari asam lambung dan memiliki efek
untuk melindungi mukosa lambung
berakibat melunakkan serviks dan efek
uterotonic pada alat genital wanita
Cont
Misoprostol diberikan dalam semua rute, tapi secara
pervaginam menunjukkan hasil yang lebih efektif
Masih belum ada konsensus tentang dosis optimum,
frekuensi dan rute pemberian dari misoprostol untuk
induksi persalinan
Range dosis 25g/2jam - 100g dosis tunggal
Di UPTH beberapa obstetrian menggunakan 50 g
misoprostol untuk induksi persalinan pada wanita dengan
nulipara dan 25 g pada wanita dengan multipara
Lainnya rekomendasi ACOG 25g terlepas dari
jumlah paritas
Metodologi
Jenis penelitian : Uji acak tunggal
Subjek : Pasien yang sudah diperiksa
berat janinnya dan tidak ada masalah
untuk melahirkan secara pervaginam
Waktu : September 2011 Mei 2012
Tempat : University of Port Harcourt
Teaching Hospital
Uji statistik : Epi Info version 6.04d
Etik penelitian : Ethic Committee dari
Rumah Sakit
Cont
Pemilihan acak peserta penelitian
dengan menggunakan tabel nomor acak
untuk menerima 25g atau 50g
misoprostol yang sudah terlebih dahulu
diseleksi dengan nilai Bishops Score <6
Dosis diulang setiap 6 jam sampai 4
dosis maksimum. Dosis lanjutan
diberikan dengan menilai kontraksi
uterus dan denyut jantung janin
Angka sectio cesaria, persalinan
pervaginam dalam 24 jam dengan dosis
awal misoprostol, interval sejak induksi
dimulai hingga lahir, perlu induksi oxitocin,
menentukan morbiditas janin dan bayi
Sindrome hiperstimulasi di definisikan
seperti takysistole (enam kali kontraksi
dalam dua kali berurutan dalam periode 10
menit) atau hipertonus/hipersistole uterus
dengan abnormalitas DJJ
Bayi dengan APGAR score <7 pada
satu menit pertama kelahiran disebut
asfiksia
Asfiksia dibagi berdasarkan skor,
asfiksia ringan (6), sedang (4-5) dan
berat (3)
Bayi dengan APGAR score 6 pada 5
menit pertama harus segera
dilakukan resusitasi di neonatal care
(SCBU)
Cont
Kriteria Exclusi :
Bishops Score >6
Presentasi bukan kepala
Ketuban pecah
Oligohidroamnion
Usia kehamilan yang tidak pasti
Pertumbuhan janin terhambat
Komplikasi kehamilan seperti DM dan HT
Sample dihitung berdasarkan rumus :
n =
Ket :
n= nilai minimal jumlah sample
u= persentase dari distribusi normal koresponden
dengan nilai kepercayaan 100% minus daya dan 90%
kekuatan. Nilainya 1.28
v= point persentase dari koresponden berdistribusi
normal dengan nilai signifikansi 0.05 dan sama dengan
1.96
Standar deviasi dari kelompok 50 g
= 2.9, dan kelompok 25 g= 8.48
dan 1 - 2 dengan perkiraan
perbedaannya rata-rata dan hasilnya
4.6
n = = 40
Drop out dari penelitian sekitar 10%
=4
Hasil akhir 44 wanita secara acak
diberikan 25 g misoprostol dan 44
wanita juga secara acak
mendapatkan 50 g misoprostol
Chi-square tes dan t-tes yang
digunakan untuk signifikansi adalah
p=0.05
HASIL
Usia rata-rata wanita pada
kelompok 25 g 29.4 3.21
sedangkan pada grup dengan 50
g 27.0 5.07
Rata-rata dari nilai Bishop Score
pada penilaian awal adalah 2.95
1.08 pada kelompok 25 g dan
2.55 0.82 dari kelompok 50 g
dan tidak ada perbedaan yang
Empat wanita pada kelompok 25 g dan
satu wanita kelompok 50 g dikeluarkan
dari penelitian
32 wanita (80,0%) dalam kelompok 25 g
dan 32 wanita (74,4%) pada kelompok 50
g melahirkan secara pervaginam
23 wanita (57,5%) kelompok 25 g dan 26
wanita (60,5%) kelompok 50 g
melahirkan secara pervaginam dalam 24
jam induksi (p=0,783)
Perbandingan jumlah waita yang tidak
dapat melahirkan secara pervaginam
dalam 12 jam induksi persalinan dengan
misoprostol secara pervaginam pada
kelompok 50 g dan kelompok 25 g
(10/43 vs 6/40, p=0,500)
Proporsi wanita yang melahirkan secara
pervaginam dengan dosis misoprostol satu
kali secara pervaginam kelompok dengan
25 g lebih signifikan dibandingkan dengan
kelompok 50 g (23/43 vs 11/40, p=0,01)
Selain itu, dosis pemberian misoprostol
pada kedua grup tidak menunjukkan
perbedaan (2.12 0.94 vs 1.77 0.97,
p=0,09)
Jumlah wanita yang melahirkan 12-24
jam dan lebih dari 24 jam pada
kelompok 25 g (42.5% dan 22.5%) dan
kelompok 50 g (37.2% dan 16.27%) tidak
ada perbedaan yang signifikan (p>0,05)
Gagal induksi dengan misoprostol
8 wanita (20.0%) dengan 25 g dan
11 wanita (25.58%) dengan 50 g
Sectio cesaria karena abnormal dari
DJJ selama proses induksi 2 wanita
(5.0%) dengan 25 g dan 3 wanita
(7.0%) dengan 50g
Tabel 2. Clinical Outcomes
X2 P
Mode of delivery
Spontaneous vaginal delivery 31 31 0.12 0.733
Cesarean delivery
8 11 0.37 0.55
Instrumental vaginal delivery
1 1 Not derivable 0.7
Cesarean delivery for FHR 2 3 0.01 0.934
abnormalities
11 23 5.79 0.01
Vaginal delivery after 1 dose