Anda di halaman 1dari 29

HUKUM DALAM BISNIS

HUKUM KONTRAK

Arie Siswanto,SH,M.Hum.
Suryanto,SE.,MH
Kontrak adalah kesepakatan di antara dua rang atau lebih,
di mana mereka setuju untuk melakukan sesuatu hal
secara timbal balik (an agreement between two or more
parties, by which each of them agree to perform certain
mutual actions).
Pasal 1313 KUH Perdata : Perjanjian adalah suatu
perbuatan satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
terhadap satu orang lain atau lebih.
Apakah perbedaan antara perjanjian dengan kontrak?
Hukum Kontrak: mengatur aspek-aspek hak dan kewajiban
hukum yang muncul dari pembuatan dan pelaksanaan
kontrak.
DI BAWAH
TANGAN

TERTULIS

PERJANJIAN AKTA OTENTIK

LISAN
Asas Terbuka:
Hukum Perjanjian memberikan kebebasan seluas-luasnya untuk
mengadakan perjanjian yang berisi apa saja, asal tidak melanggar
hukum, ketertiban umum dan kesusilaan. Dengan membuat perjanjian,
kita diibaratkan membuat undang-undang bagi diri kita sendiri.
Hukum Perjanjian berlaku secara opsional hanya berlaku jika kita tidak
menentukan aturan-aturan sendiri dalam perjanjian. (Pasal 1138 KUH
Perdata: semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang-undang bagi para pembuatnya).
Contoh: Menurut Hukum Perjanjian, barang yang dibeli harus
diserahkan di tempat di mana barang itu berada sewaktu perjanjian
dibuat. Tetapi, para pihak bisa menentukan sendiri syarat di mana
barang harus diserahkan (di antar ke rumah pembeli, di antar ke
gudang, dsb).
Asas Kebebasan Berkontrak (Freedom of Contract)
Asas ini memberikan kebebasan bagi para pihak untuk memilih sendiri
aspek-aspek yang berkaitan dengan perjanjian mereka, yang bisa
mencakup (Frans Satriyo Wicaksono: 2009):
Kebebasan untuk membuat atau tidak membuat perjanjian
Kebebasan untuk memilih dengan siapa membuat perjanjian
Kebebasan untuk menentukan atau memilih causa dari
perjanjian yang akan dibuat
Kebebasan untuk meentukan objek perjanjian
Kebebasan untuk menentukan bentuk suatu perjanjian
Kebebasan untuk menerima atau menyimpangi ketentuan
perauran perundangan yang bersifat opsional
Asas Konsensualitas
Istilah konsensual berasal dari kata consensus (sepakat). Asas
Konsensualitas menghendaki agar perjanjian didasarkan pada
kesepakatan kedua belah pihak. Perjanjian dianggap ada pada detik
ketika kesepakatan tercapai.
Perjanjian bisa terjadi karena pihak yang satu melakukan penawaran
(offer) dan pihak yang lain melakukan penerimaan (acceptance).
Sewaktu salah satu pihak melakukan penerimaan terhadap sebuah
tawaran itulah saat terjadinya kesepakatan. Namun acceptance harus
dibedakan dari counter-offer, di mana pihak yang ditawari mengajukan
tawaran balik (belum menerima tawaran).
Masalah: kesepakatan tidak harus terjadi lewat pertemuan fisik (misal:
e-commerce).
OFFER ACCEPTANCE

OFFEROR OFFEREE
Asas Pacta sunt Servanda
Asas ini menghendaki agar setiap perjanjian yang dibuat dilaksanakan
dengan itikad baik oleh para pihak yang membuat perjanjian tersebut.
Asas ini merupakan asas yang berlaku secara universal.
Asas Itikad Baik (Principle of Good Faith)
Asas yang menghendaki supaya pembuatan dan pelaksanaan kontrak
dilandasi oleh itikad baik dari para pihaknya, dan tidak didasarkan
pada niat untuk melakukan kecurangan terhadap pihak lain.
Asas Kepastian Hukum
Kontrak berfungsi sebagai perjanjian yang memunculkan hak dan
kewajiban di antara para pihaknya, sehingga pihak ketiga pun
(termasuk pengadilan) harus menghormati sifat kepastian hukum yang
ada di dalam kontrak.
Asas Kepribadian
Pada prinsipnya kontrak hanya bisa dibuat untuk kepentingan pribadi
pembuatnya, baik secara langsung maupun melalui kuasa yang
diberikan kepada orang lain (Pasal 1315 KUH Perdata)
Perjanjian hanya berlaku antar pihak yang membuatnya (Pasal 1317
KUH Perdata) Prinsip umum: Pacta tertiis nec nocent nec prosunt
SYARAT SAHNYA PERJANJIAN

Menurut Pasal 1320 KUHPerdata, perjanjian yang sah


harus memenuhi 4 syarat :
a) kesepakatan di antara pihak-pihak
b) para pihak cakap untuk membuat perjanjian
c) tentang hal tertentu / ada objeknya
d) isi ketentuannya diperbolehkan
Syarat a) dan b) disebut syarat SUBYEKTIF, sedangkan
syarat c) dan d) disebut syarat OBJEKTIF
SYARAT SAHNYA PERJANJIAN

Kesepakatan di antara para pihak


Kesepakatan adalah pertemuan kehendak tentang apa
yang diperjanjikan.
Kesepakatan ini harus muncul secara bebas sebagai
kehendak murni para pihak, bukan karena paksaan,
kekhilafan/kesalahan, penipuan atau penyalahgunaan
keadaan
SYARAT SAHNYA PERJANJIAN

Para pihak cakap membuat perjanjian


Setiap orang dewasa pada dasarnya dianggap cakap
melakukan perbuatan hukum, kecuali :
o Mereka yang tidak sehat rohani dan
o Mereka yang diletakkan di bawah perwalian/dibawah
pengampuan (onder curatele).
Dewasa :
o KUH Perdata & Pidana : usia 21 tahun atau sebelum 21
tahun tetapi sudah menikah
o Pernah menikah (meski belum 21 Tahun) status cerai
tidak meniadakan/mengembalikan status kedwasaanya.
SYARAT SAHNYA PERJANJIAN

o Ukuran kedewasaan diperlukan sebagai standar


seseorang dianggap dapat menentukan hukum bagi
dirinya sendiri, serta mampu memperhitungkan
untung/rugi dalam perbuatan hukumnya.
Selain orang (natural person), badan hukum (legal
person) juga bisa menjadi pihak dalam perjanjian.
Seseorang dibawah pengampuan (onder curatele):
Orang yang menurut penilaian hukum tidak dapat
melakukan tindakan-tindakan hukum untuk menjaga
kepentingannya sendiri sehingga memerlukan seorang
wali pengampu (curator).
SYARAT SAHNYA PERJANJIAN

Tentang hal tertentu / ada obyeknya


Yang dimaksud dengan objek adalah pokok yang
diperjanjikan, bisa berupa barang, uang, jasa atau hal-hal
yang terutama dianggap bernilai secara ekonomi.

Isi perjanjian diperbolehkan


Isi perjanjian tidak boleh merupakan sesuatu yang dilarang
oleh undang-undang atau bertentangan dengan kesusilaan
dan ketertiban umum (public order).
SYARAT SAHNYA PERJANJIAN

Syarat a) dan b) : kesepakatan di antara pihak-pihak dan


kecakapan para pihak untuk membuat perjanjian disebut sebagai
syarat SUBJEKTIF (menyangkut subjek / pihak yang membuat
perjanjian).
Dalam hal syarat subjektif tidak terpenuhi, perjanjian yang
sudah terlanjur dibuat akan bersifat dapat dibatalkan (voidable),
perjanjian tetap dianggap sah sepanjang tidak dibatalkan oleh
pihak yang tidak cakap / pihak yang berada di bawah paksaan.
Syarat c) dan d) : tentang hal tertentu dan causa halal/isi
ketentuannya diperbolehkan disebut sebagai syarat OBJEKTIF
(menyangkut objek perjanjian).
Dalam hal syarat objektif tidak terpenuhi, perjanjian yang
terlanjur dibuat akan batal demi hukum (null and void).
PELAKSANAAN PERJANJIAN

Berdasarkan hal yang diperjanjikan untuk dilaksanakan,


perjanjian bisa dibedakan menjadi 3 macam:
Perjanjian untuk menyerahkan suatu barang (jual-
beli, tukar-menukar, hibah, sewa-menyewa)
Perjanjian untuk berbuat sesuatu (perjanjian
ketenagakerjaan, perjanjian penggunaan jasa
profesional)
Perjanjian untuk tidak berbuat sesuatu (perjanjian
untuk tidak mendirikan bangunan, perjanjian untuk
tidak membeli sesuatu)
PELAKSANAAN PERJANJIAN

Hal yang harus dilaksanakan dalam perjanjian disebut


sebagai prestasi (Belanda: prestatie)
Apapun bentuk prestasinya, hukum menuntut agar
perjanjian dilaksanakan dengan itikad baik (good faith),
dengan mengindahkan norma kepatutan dan kesusilaan.
Jika ada pihak dalam perjanjian tidak memenuhi prestasi
yang disepakati, terjadilan wanprestasi (Belanda:
wanprestatie) / ingkar janji / breach of contract.
PELAKSANAAN PERJANJIAN

Wanprestasi bisa berupa:



Tidak melakukan apa yang disanggupi;
Melaksanakan apa yang dijanjikan, tetapi tidak
sebagaimana yang dijanjikan;
Melakukan apa yang dijanjikan, tetapi terlambat;

Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak

boleh dilakukan.
PELAKSANAAN PERJANJIAN

CASE REVIEW
Jones v. Free Flight Sport Aviation, Inc. (Supreme Curt of Colorado,
1981)
On November 17, 1973, William Michael Jones (17 y.o. minor)
signed a contract with Free Flight Sport Aviation for the use of
recreational sky-diving facilities.
The contract included a covenant not to sue and clause exempting
Free Flight from liability.
On December 28, 1973, Jones attained age of maturity (18 years of
age).
Ten months later, while on a Free Flight sky-diving operation, the
plane crashed, causing severe injuries to Jones.
Jones filed suit against Free Flight alleging negligence.
PELAKSANAAN PERJANJIAN

CASE REVIEW
Jones v. Free Flight Sport Aviation, Inc. (Supreme Curt of Colorado,
1981) contd
The trial court and court of appeals granted judgment in favor of Free
Flight. Jones appealed to the Supreme Court of Colorado.
Legal issue: Did Jones breach the contract?
---
If you are Jones lawyer, how would you argue?
What facts that may be employed to support your argument?
PELAKSANAAN PERJANJIAN

Akibat hukum yang bisa timbul (sanksi) melakukan


wanprestasi :
pemenuhan perjanjian;

pemenuhan perjanjian disertai ganti rugi;

ganti rugi;

pembatalan perjanjian;

pembatalan perjanjian disertai ganti rugi


PELAKSANAAN PERJANJIAN

Force majeur (Perancis, berarti superior strength, Latin:


vis major, Belanda: overmacht, US: Acts of God)
Force majeur terjadi dalam hal salah satu pihak dalam
perjanjian tidak dapat melaksanakan kewajibannya sebagai
akibat dari hal-hal yang tak dapat diduga dan berada di luar
kendalinya, bukan karena kelalaiannya (bencana alam).
Dalam hal terjadi force majeur, pihak yang tidak
melaksanakan kewajibannya pada dasarnya tidak dapat
dimintai ganti rugi.
PELAKSANAAN PERJANJIAN

Dalam konteks bisnis, force majeure tidak sama dengan


risiko bisnis (kondisi pasar lesu, pihak ketiga tidak
memenuhi kewajibannya, barang menjadi langka, dsb.)
Force majeure: unforeseeable, risiko bisnis: predictable
PELAKSANAAN PERJANJIAN

CASE REVIEW
Miller Bros. Coal, LLC v. Consol of Kentucky, Inc (Bankruptcy Court of
Kentucky, 2009)
Consol entered into a contract mining agreement with Miller
pursuant to which Miller was to mine certain coal for Consol in
what is commonly referred to as the Yellow Mountain area for
a fixed price.
Miller did mine coal from Yellow Mountain and delivered it to
Consol at its Jones Fork preparation plant for several months.
On May 15, 2009, Consol sent notice to Miller Bros. alleging
the occurrence of certain events argued to be force majeure
events:
PELAKSANAAN PERJANJIAN

CASE REVIEW
Miller Bros. Coal, LLC v. Consol of Kentucky, Inc (Bankruptcy Court of
Kentucky, 2009) contd
1) market conditions had limited Consols ability to sell coal
from its Jones Fork plant which caused its stockpiles to be
overfilled with unsold coal;
2) Consols customers werent taking all of the coal they
contracted to buy; and
3) Consol planned to idle the Jones Fork plant.
PELAKSANAAN PERJANJIAN

CASE REVIEW
Miller Bros. Coal, LLC v. Consol of Kentucky, Inc (Bankruptcy Court of
Kentucky, 2009) contd
The Court categorized the events as normal market risks
caused by the significant decrease in the price of coal and
Consols own failure to secure adequate contracts to sell the
coal.
the Court said that the fact Consol had agreed to pay Miller
Bros. a fixed price was determinative of its willingness to
accept market risks in the contract.
HAPUSNYA PERJANJIAN

Menurut Pasal 1381 KUHPerdata, perikatan (perjanjian)


dapat hapus karena:
1. Pemenuhan perjanjian (pembayaran)
2. Penawaran pembayaran diikuti oleh penyimpanan /
consignatie (dalam hal pihak lain menolak, untuk
menunjukkan itikad baik pihak yang berkewajiban
melaksanakan isi perjanjian)
3. Pembaruan utang / novasi
4. Perjumpaan utang (kompensasi)
5. Percampuran utang (Latin: confusio)
HAPUSNYA PERJANJIAN

6. Pembebasan utang
7. Musnahnya barang terutang
8. Pembatalan
9. Berlakunya syarat batal
10. Daluwarsa (30 tahun)
BEBERAPA HAL PENTING DALAM PERJANJIAN

Hal-hal penting dalam pembuatan perjanjian


1. Subyek (siapa yang saling mengikatkan diri dalam perjanjian) harus jelas
2. Isi perjanjian harus:
Jelas, mencerminkan hak dan kewajiban masing-masing pihak.
Tidak bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan atau ketertiban
umum.
3. Objek perjanjian harus jelas
4. Memuat ketentuan tentang konsekuensi hukum bagi pihak yang tidak
melaksanakan kewajiban perjanjian
5. Memuat cara penyelesaian perselisihan
6. Saksi
7. Lebih safe kalau dibuat dalam bentuk akta notaris, bukan akta di bawah
tangan.

Anda mungkin juga menyukai