Hukum Dalam Bisnis FE 03 - Kontrak
Hukum Dalam Bisnis FE 03 - Kontrak
HUKUM KONTRAK
Arie Siswanto,SH,M.Hum.
Suryanto,SE.,MH
Kontrak adalah kesepakatan di antara dua rang atau lebih,
di mana mereka setuju untuk melakukan sesuatu hal
secara timbal balik (an agreement between two or more
parties, by which each of them agree to perform certain
mutual actions).
Pasal 1313 KUH Perdata : Perjanjian adalah suatu
perbuatan satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
terhadap satu orang lain atau lebih.
Apakah perbedaan antara perjanjian dengan kontrak?
Hukum Kontrak: mengatur aspek-aspek hak dan kewajiban
hukum yang muncul dari pembuatan dan pelaksanaan
kontrak.
DI BAWAH
TANGAN
TERTULIS
LISAN
Asas Terbuka:
Hukum Perjanjian memberikan kebebasan seluas-luasnya untuk
mengadakan perjanjian yang berisi apa saja, asal tidak melanggar
hukum, ketertiban umum dan kesusilaan. Dengan membuat perjanjian,
kita diibaratkan membuat undang-undang bagi diri kita sendiri.
Hukum Perjanjian berlaku secara opsional hanya berlaku jika kita tidak
menentukan aturan-aturan sendiri dalam perjanjian. (Pasal 1138 KUH
Perdata: semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang-undang bagi para pembuatnya).
Contoh: Menurut Hukum Perjanjian, barang yang dibeli harus
diserahkan di tempat di mana barang itu berada sewaktu perjanjian
dibuat. Tetapi, para pihak bisa menentukan sendiri syarat di mana
barang harus diserahkan (di antar ke rumah pembeli, di antar ke
gudang, dsb).
Asas Kebebasan Berkontrak (Freedom of Contract)
Asas ini memberikan kebebasan bagi para pihak untuk memilih sendiri
aspek-aspek yang berkaitan dengan perjanjian mereka, yang bisa
mencakup (Frans Satriyo Wicaksono: 2009):
Kebebasan untuk membuat atau tidak membuat perjanjian
Kebebasan untuk memilih dengan siapa membuat perjanjian
Kebebasan untuk menentukan atau memilih causa dari
perjanjian yang akan dibuat
Kebebasan untuk meentukan objek perjanjian
Kebebasan untuk menentukan bentuk suatu perjanjian
Kebebasan untuk menerima atau menyimpangi ketentuan
perauran perundangan yang bersifat opsional
Asas Konsensualitas
Istilah konsensual berasal dari kata consensus (sepakat). Asas
Konsensualitas menghendaki agar perjanjian didasarkan pada
kesepakatan kedua belah pihak. Perjanjian dianggap ada pada detik
ketika kesepakatan tercapai.
Perjanjian bisa terjadi karena pihak yang satu melakukan penawaran
(offer) dan pihak yang lain melakukan penerimaan (acceptance).
Sewaktu salah satu pihak melakukan penerimaan terhadap sebuah
tawaran itulah saat terjadinya kesepakatan. Namun acceptance harus
dibedakan dari counter-offer, di mana pihak yang ditawari mengajukan
tawaran balik (belum menerima tawaran).
Masalah: kesepakatan tidak harus terjadi lewat pertemuan fisik (misal:
e-commerce).
OFFER ACCEPTANCE
OFFEROR OFFEREE
Asas Pacta sunt Servanda
Asas ini menghendaki agar setiap perjanjian yang dibuat dilaksanakan
dengan itikad baik oleh para pihak yang membuat perjanjian tersebut.
Asas ini merupakan asas yang berlaku secara universal.
Asas Itikad Baik (Principle of Good Faith)
Asas yang menghendaki supaya pembuatan dan pelaksanaan kontrak
dilandasi oleh itikad baik dari para pihaknya, dan tidak didasarkan
pada niat untuk melakukan kecurangan terhadap pihak lain.
Asas Kepastian Hukum
Kontrak berfungsi sebagai perjanjian yang memunculkan hak dan
kewajiban di antara para pihaknya, sehingga pihak ketiga pun
(termasuk pengadilan) harus menghormati sifat kepastian hukum yang
ada di dalam kontrak.
Asas Kepribadian
Pada prinsipnya kontrak hanya bisa dibuat untuk kepentingan pribadi
pembuatnya, baik secara langsung maupun melalui kuasa yang
diberikan kepada orang lain (Pasal 1315 KUH Perdata)
Perjanjian hanya berlaku antar pihak yang membuatnya (Pasal 1317
KUH Perdata) Prinsip umum: Pacta tertiis nec nocent nec prosunt
SYARAT SAHNYA PERJANJIAN
boleh dilakukan.
PELAKSANAAN PERJANJIAN
CASE REVIEW
Jones v. Free Flight Sport Aviation, Inc. (Supreme Curt of Colorado,
1981)
On November 17, 1973, William Michael Jones (17 y.o. minor)
signed a contract with Free Flight Sport Aviation for the use of
recreational sky-diving facilities.
The contract included a covenant not to sue and clause exempting
Free Flight from liability.
On December 28, 1973, Jones attained age of maturity (18 years of
age).
Ten months later, while on a Free Flight sky-diving operation, the
plane crashed, causing severe injuries to Jones.
Jones filed suit against Free Flight alleging negligence.
PELAKSANAAN PERJANJIAN
CASE REVIEW
Jones v. Free Flight Sport Aviation, Inc. (Supreme Curt of Colorado,
1981) contd
The trial court and court of appeals granted judgment in favor of Free
Flight. Jones appealed to the Supreme Court of Colorado.
Legal issue: Did Jones breach the contract?
---
If you are Jones lawyer, how would you argue?
What facts that may be employed to support your argument?
PELAKSANAAN PERJANJIAN
ganti rugi;
pembatalan perjanjian;
CASE REVIEW
Miller Bros. Coal, LLC v. Consol of Kentucky, Inc (Bankruptcy Court of
Kentucky, 2009)
Consol entered into a contract mining agreement with Miller
pursuant to which Miller was to mine certain coal for Consol in
what is commonly referred to as the Yellow Mountain area for
a fixed price.
Miller did mine coal from Yellow Mountain and delivered it to
Consol at its Jones Fork preparation plant for several months.
On May 15, 2009, Consol sent notice to Miller Bros. alleging
the occurrence of certain events argued to be force majeure
events:
PELAKSANAAN PERJANJIAN
CASE REVIEW
Miller Bros. Coal, LLC v. Consol of Kentucky, Inc (Bankruptcy Court of
Kentucky, 2009) contd
1) market conditions had limited Consols ability to sell coal
from its Jones Fork plant which caused its stockpiles to be
overfilled with unsold coal;
2) Consols customers werent taking all of the coal they
contracted to buy; and
3) Consol planned to idle the Jones Fork plant.
PELAKSANAAN PERJANJIAN
CASE REVIEW
Miller Bros. Coal, LLC v. Consol of Kentucky, Inc (Bankruptcy Court of
Kentucky, 2009) contd
The Court categorized the events as normal market risks
caused by the significant decrease in the price of coal and
Consols own failure to secure adequate contracts to sell the
coal.
the Court said that the fact Consol had agreed to pay Miller
Bros. a fixed price was determinative of its willingness to
accept market risks in the contract.
HAPUSNYA PERJANJIAN
6. Pembebasan utang
7. Musnahnya barang terutang
8. Pembatalan
9. Berlakunya syarat batal
10. Daluwarsa (30 tahun)
BEBERAPA HAL PENTING DALAM PERJANJIAN