Anda di halaman 1dari 35

Disusun Oleh:

Kelompok 4
A. DEFINISI ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS DAN MENYUSUI

Masa nifas merupakan masa pulih kembali,


mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat
kandungan kembali seperti pra hamil. Lama
masa nifas yaitu 6-8 minggu. Asuhan kebidanan
pada Ibu nifas dan menyusui adalah salah satu
dari asuhan yang dilakukan oleh bidan pada ibu
setelah melahirkan dan ibu yang menyusui. Di
Indonesia, ada kebiasaan atau kepercayaan
bahwa wanita bersalin baru boleh keluar rumah
setelah habis nifas yaitu 40 hari.
B. PENGKAJIAN PADA IBU NIFAS DAN MENYUSUI

Pengkajian adalah tahap awal dari proses


keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi
status. Pada dasarnya tujuan pengkajian adalah
mengumpulkan data objektif dan subjektif dari
klien.Pengkajian dilakukan sejak klien datang ke tempat
pelayanan kesehatan, selama klien dirawat, serta
pengkajia ulang untuk melengkapi ataupun
mengevaluasi data.
1. Data Subyektif
Data subyektif adalah data yang didapatkan dari klien,
keluarga, masyarakat, lingkungan, masyarakat, ataupun
budaya melalui proses interaksi atau komunikasi. Data klien
meliputi riwayat kesehatan obstetri dan psikologi serta
komplikasi pada ibu nifas dan menysui.
a. Riwayat Kesehatan Obstetri dan Psikologi pada Ibu
Nifas dan Menyusui

Dalam manajemen kebidanan menurut (Varney,1997)


langkah awal asuhan kebidanan pada ibu masa nifas
dengan melakukan pengkajian dengan mengumpulkan
semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan
ibu.
Seorang bidan dalam mengkaji riwayat kesehatan seorang ibu,
perlu mengkaji hal-hal berikut :
a. Bagaimana perasaannya, termasuk mood (suasana hati) dan
perasaannya menjadi orangtua.
b. Keluhan atau masalah yang sekarang dirasakan.
c. Kesulitan dalam berkemih atau devekasi.
d. Perasaannya tentang persalinan dan kelahiran bayinya.
e. Penjelasan tentang kelahiran : adakah komplikasi,laserasi
atau episiotomi.
f. Suplemen zat besi: adakah ia mendapat tablet zat besi
g. Pemberian asi: apakah berhasil, ataukah ada kesulitan
Wanita mengalami banyak perubahan emosi/psikologis selama masa
nifas, sementara ia menyesuakian diri menjadi seorang ibu. Hal ini
sering terjadi akibat sejumlah faktor. Penyebab yang paling
menonjol adalah:
a. Kekecewaan emosional yang mengikuti rasa puas dan takut
yang dialami kebanyakan wanita selama kehamilan dan
persalinan.
b. Rasa sakit masa nifas awal.
c. Kelelahan karena kurang tidur selama persalinan dan pospartum
di rumah sakit. Di rumah sakit biasanya akibat kebijakan
kunjungan yang kaku, kebijakan perawatan yang tidak fleksibel,
dan tidak ada ketetapan untuk berada diruang.
d. Kecemasan tentang kemampuannya merawat bayi setelah
meninggalkan rumah sakit.
e. Ketakutan tentang penampilan yang tidak menarik lagi bagi
suaminya.
b. Gangguan Psikologis Pada Ibu Nifas dan Menyusui
a) Post Partum Blues

Post partum blues merupakan gangguan psikologis ringan


yang sering terjadi pada minggu pertama. Post partum blues
merupakan kesedihan atau kemurungan yangterjadi setelah
melahirkan, biasanya muncul sementara waktu yatu pada hari
kedua setelah kelahiran bayi hingga 2 minggu post partum.
Gejala yang sering timbul adalah :
Tidak sabar

Tidak percaya diri

Menangis tanpa sebab

Cemas tanpa sebab

Sensitif

Merasa kurang menyayangi bayinya

Mudah tersinggung
Etiologi :
Perubahan Hormon

Stress

Ketidaknyamanan fisik

ASI tidak keluar

Kelelahan pasca kelahiran

Suami yang tidak mau membantu

Problem dengan orang tua dan mertua

Takut kehilangan bayi atau rasa memiliki bayi yang terlalu dalam

Bayi sakit

Rasa bosan si ibu dan problem sibling rivalry

Adakalanya ibu merasakan kesedihan karena kebebasan, otonomi, interaksi


sosial, kemandiriannya berkurang hal ini menyebabkan depresi post partum
Cara mengatasi post partum blues yaitu :
Dengan cara pendekatan komunikasi terapeutik

Dengan cara peningkatan support mental atau dukungan keluarga


b) Depresi Post Partum
Definisi menurut Hadi (2004) dikatan depresi post partum
adalah perasaan tidak ada harapan lagi dan pengalaman
yang menyakitkan. Sedangkan pengertian lain dari depresi
post partum adalah gangguan alam perasaan (emosi, fisik
dan spiritual) yang terjadi dalam bulan-bulan pertama .
Prediktor :

Depresi prenatal

Stres mengasuh anak & hidup

Kurangnya dukungan sosial

Kecemasan prenatal

Kepuasan perkawinan

Riwayat depresi sebelumnya

Status sosek & tempramen bayi


Gejala :
Merasa bosan dansedih atau menangis sesudah melahirkan.

Mudah marah, tersinggung dan perasaan lebih sensitif kala melihat bayi menangis,

sering muntah, tanpa sadar kadang suka memarahi sang bayi.


Merasa tersinggiung, bersalah, danmalu selama di RS.

Nafsu makan hilang, dan takut menyentuh bayi

Tidak ada perhatian untuk penampilan pribadi

Gejala fisik seperti banyak wanita sulit bernafas atau berdebar-debar.

Penanganan :
Pelajari diri sendiri

Tidur dan makan yang cukup

Olah raga

Hindari perubahan hidup sbelum dan sudah melahirkan

Beritahukan perasaan anda

Dukungan keluarga danorang lain

Persiapan diri dengan baik

Lakukan pekerjaan rumah tangga

Dukungan emosional
c) Post Partum Psikosa
Adalah depresi yang terjadi pada minggu pertama dalam 6 minggu
setelah melahirkan.Disebabkan karena wanita menderita bipolar disorder
atau masalah psikiatrik lainnya yang disebut schizoaffektif disorder. Wanita
tersebut mempunyai resiko tinggi untuk terkena post partum psikosa.
Gejala :

Delusi

Halusinasi

Gangguan saat tidur

Obsesi mengenai bayi

Gambaran Klinik :

Terkena perubahan mood secara dariastis, dari depresi ke kegusaran dan


bergantung menjadi euforia dalam waktu singkat. Penderita kehilangan
semangat dan kenyamanan dalam beraktifitas,sering menjauhkan diri dari
teman atau keluarga, sering mengeluh sakit kepala dan nyeri dada, jantung
berdebar-berdebar serta nafas terasa cepat.
Pencegahan :
Untuk mengurangi jumlah penderita ini sebagai anggota keluarga

hendaknya harus lebih memperhatikan kondisi dan keadaan ibu


serta memberikan dukungan psikis agar tidak merasa kehilangan
perhatian.
Saran kepada penderita untuk:

Beristirahat cukup

Mengkonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang

Bergabung dengan orang-orang yang baru

Bersikap fleksible

Berbagi cerita dengan orang terdekat

Sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis


Penanganan :
a. Farmakologis
Penanganan dalam tingkat dini terdiri atas psikoanalisis dan obat-obat
sedatif dalam dosis tinggi (konsultasi dengann Dokter, Psikolog, Psikiater)
b. Tenaga kesehatan[9]
. Yakinkan calon ibu bahwa kehamilan dan persalinan merupakan hal

yang normal dan wajar sejak kunjungan awal ANC.


. Ajarkan dan berikan latihan-latihan relaksasi otot dan pernafasan

. Hindari kata-kata yang mematahkan semangat klien

. Tetap jaga wibawa, bila pasien mencoba melucu (tidak ikut tertawa saat

pasien mencoba menarik kita untuk tertawa)


. Perhatikan adanya kelainan-kelainan fisik

. Tinjau keluarga untuk menlihat toleransi dan penerimaan/pengertian

terhadap kondisi pasien serta untuk terapi dan pengawasan selanjutnya.


c. Komplikasi pada Ibu Nifas dan Menyusui
Komplikasi masa nifas biasanya jarang di temukan selama pasien mendapatkan
asuhan yang berkualitas , mulai dari masa kehamilan sampai dengan persalinannya.
Beberapa kemungkinan komplikasi masa nifas yang meliputi :
a. Perdarahan Post Partum
Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 350 atau 500-600 ml
selama 24 jam setelahbayi lahir. Sedangkan menurut Williams (1998) yang
dinamakan Haemoragic Post Partum (HPP) adalah hilangnya darah > 500 ml
dalam 24 jam pertama setelah kelahiran bayi.
Tahap perdarahan Post Partum :
1. Early post partum (primer), terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir

2. Late post partum (sekunder), terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir

3 Hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan komplikasi


perdarahan Post Partum :
. Menghentikan perdarahan
. Mencegah timbulnya syok

. Mengganti darah yang hilang


Hal-hal yang menyebabkan perdarahan Post Partum
a. Atonia uteri
Gagalnya uterus berkontraksi dengann baik setelah persalinan

Penyebab :

Umur yang terlalu muda/terlalu tua

Paritas (multipara dan grandemulti)

Partus lama

Uterus terlalu regang atau besar (pada gemelli,bayi besar)

Kelainan uterus

Faktor sosial ekonomi

Penanganan

Segera lakukan massage uterus dan suntikan ergometrin secara

IV.
Jika tindakan ini tidak berhasil lakukan kompresi bimanual pada

uterus.
b. Retensio plasenta
Keadaan dimana plasenta belum lahir dalamwaktu lebih dari 30 menit
setelah bayi lahir
Penyebab :

Plasenta belum lepas dari dinding uterus, menurut perlekatannya dibagi


mejadi:Plasenta normal, Plasenta adhesiva, Plasenta inkreta, Plasenta
akreta, Plasenta prekreta dan Plasenta sudah lepas akan tetapi belum
dilahirkan
Penanganan :

Manual plasenta

Perasat Crede

Perasat Brant

c. Inversio Uteri
Keadaan dmn keadaan fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya ke
dalam kavum uteri.
Inversio uteri di bagi menjadi :
a. Inversio uteri ringan : Fundus uteri terbalik menonjol dalam kavum uteri,
namun belum keluar dari ruangan rongga rahim
b. Inversio uteri sedang : fundus uteri terbalik dansudah masuk dalam
vagina
c. Inversio uteri berat : uterus danvagina semuanya terbalik dan sebagian
sudah keluar vagina
. Penyebab :

. Uterus lembek, lemah, tipis dindingnya

. Grandemultipara

. Kelemahan alat kandungan (tonus otot rahim yang lemah)

. Tekanan intra abdominal yang tinggi (ex. Mengejan / batuk)

. Penanganan :

. Perbaiki KU ibu

. Berikan Oksigen

. Infus IV cairan elektrolit dan transfusi darah

. Setelah itu lakukan reposisi dengan anestesi umum


d. Robekan jalan lahir
Robekan jalan lahir merupakan penyebab ke2 tersering dari perdarahan Post
Partum.
Gejala :

perdarahan segera, darah segar mengalir segera setelahh bayi lahir, kontraksi
uterus baik, plasenta baik, kadang ibu terlihat pucat, lemah, menggigil.
Robekan perinium di bagi 4 :

Tingkat 1 :
Robekan hanya pada selaput lendir vagina atau tanpa mengenai, kulit perineum
Tingkat 2 :
Robekan mengenai selaput lendir vagina danotot perinea transversalis tapi tidak
mengenai springter ani.
Tingkat 3 :
Robekan mengenai seluruh perinium danotot springter ani
Tingkat 4 :
Robekan sampai mukosa rectum
d. Infeksi Nifas
Infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya
kuman-kuman kedalam alat-alat genital pada waktu persalinan dan nifas.Demam
dalam nifas sering disebabkan infeksi nifas, ditandai dengan suhu 38 C yang
terjadi selama 2 hari berturut-turut. Kuman penyebab infeksi dapat berasal dari
eksogen atau endogen (seperti streptococcus, bacil coli, staphylococcus).
a. Faktor yang mempengaruhi :
Faktor Predisposisi
Semua keadaan yang menurunkan imun, keadaan umum dan kelelahan

seperti : perdarahan, diabetes ,elitus, preeklampsi, malnutrisi, anemia,


pneumonia, penyakit jantung
Tindakan obstetrik operatif (pervaginam danperabdominam)

Proses persalinan bermasalah seperti partus lama atau macet dengan

ketuban pecah lama, korioamnionitis, persalinan traumatik, kurang baiknya

proses pencegahan infeksi dan manipulasi yang berlebihan


Episiotomi atau laserasi

Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban danbekuan darah dalam rahim


b. Mekanisme terjadinya penyakit
Manipulasi penolong

Infeksi yang didapat di RS

Hubungan seks menjelang persalinan

Sudah terdapat infeksi intrapartum

c. Bentuk Infeksi Nifas


Infeksi local

Luka episiotomi, infeksi vagina dan serviks dengan gambaran klinis :


Pembengkakan luka episiotomi, terjadi pernanahan, perubahan warna lokal,
pengeluaran lokia bercampur nanah, mobilisasi terbatas karena nyeri,
temperatur badan meningkat
Infeksi general

Parametritis, peritonitis, septikemia danpiema dengan gambaran klinis : tampak


sakit dan lemah, suhu meningkat > 39 0C, tekanan darah menurun, nadi
meningkat dan respiasi menurun hingga sesak, kesadaran gelisah hingga koma,
terjadi gangguan involusi uterus dan lokia : berbau, bernanah serta kotor
Penyebaran infeksi general berkelanjutan atau perkotinuitatum, melalui
pembuluh darah danlimfa, bekas implantasi plasenta
d. Patologi
Patologi infeksi nifas sama dengan infeksi luka. Infeksi itu dapat:
Terbatas pada lukanya (infeksi luka perineum, vagina, serviks atau endometrium)

Infeksi itu menjalar dari luka ke jaringan sekitarnya (thrombophlebitis, parametritis,

salpingitis, peritonitis)
e. Pencegahan infeksi nifas
a. Masa kehamilan
Mencegah/mengurangi faktor predisposisi

Pemeriksaan dilakukan bila ada indikasi

Koitus pada hamil tua dikurangi atau dilakukan dengan hati-hati

b.Selama persalinan
Hindari partus lama dan KPD

Menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin

Perlukaan karena tindakan dibersihkan dan dijahit sebaik mungkin

Mencegah terjadinya perdarahan banyak

Petugas memakai APD

Alat harus steril


c. Selama nifas
Perawatan luka dengan baik

Penderita dengan infeksi diisolasi

Pengunjung dibatasi

d. Pengobatan
Berikan terapi sesuai indikasi

Perawatan luka

Lakukan pemeriksaan penunjang (lab kultur)


e. Macam-Macam Infeksi Nifas
a) Endometritis
Merupakan jenis infeksi yang paling sering, kuman-kuman memasuki
endometrium biasanya pada luka bekas insersio plasenta dandalam waktu
singkat mengikutsertakan seluruh endometrium.
Pada endometritis yang tidak meluas, penderita pada hari pertama merasa
kurang sehat dan perut nyeri, milai hari ke-3 suhunya meningkat, nadi cepat,
namun dalam kurun waktu 1 mingguu keadaan akan menjadi normal.
b) Peritonitis
Infeksi nifas dapat menyebar melalui pembuluh limfe di dalam uterus
langsung mencapai peritonium shg menyebabkan peritonitis.Peritonitis yang
hanya terbatas pada daerah pelvis, gejalanya tidak seberat pada peritonitis
umum.Penderita demam, perut bawah nyeri, tetapi keadaan umum tetap
baik.Sedangkan pada peritonitis umum suhu meningkat mjd tinggi, nadi
cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri. Muka mejadi pucat, mata cekung
dan kulit muka dingin.
Penanganan yang diberikan :Lakukan nasogastric suction, berikan
infus (NaCl atau RL), berikan antibiotika sehingga bebas panas
selama 24 jam (Ampisilin 2 gr IV, kemudian 1 gr setiap 6 jam,
ditambah gentamicin 5 mg/kgBB IV dosis tunggal/hari dan
metronidazol 500mg IV setiap 8 jam), Laparotomi diperlukan untuk
pembersihan perut (peritoneal lavage).
c) Bendungan Asi
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan
duktus laktiferi atau oleh kelenjar yang tidak dikosongkan dengan
sempurna atau karena kelainan pada puting susu. Menurut Huliana
(2003) payudara bengkak terjadi karena hambatan aliran darah vena
atau saluran kelenjar getah bening akibat ASI terkumpul dalam
payudara.
Kejadian ini timbul karena produksi yang berlebihan, sementara
kebutuhan bayi pada hari pertama lahir masih sedikit.
Faktor predisposisi terjadinya bendungan ASI antara lain :Faktor hormon,
hisapan bayi, pengosongan payudara, cara menyusui, faktor gizi dan kelainan
pada puting susu. Gejala yang biasa terjadi pada bendungan ASI antara lain
payudara penuh terasa panas, berat dan keras, terlihat mengkilat meski tidak
kemerahan.Patofisiologi terjadinya bendungan ASI biasanya ASI mengalir
tidak lancar, namun ada pula payudara yang terbendung membesar,
membengkak dan sangat nyeri, puting susu teregang menjadi rata. ASI tidak
mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap ASI. Ibu
kadang-kadang menjadi demam, tapi biasanya akan hilang dalam 24 jam.
Upaya pencegahan untuk bendungan ASI adalah :

Menyusui dini, susui bayi sesegera mungkin (setelah 30 menit) setelah

dilahirkan
Susui bayi tanpa jadwal atau ondemand

Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi melebihi


kebutuhan bayi
Perawatan payudara pasca persalinan
Upaya pengobatan untuk bendungan ASI adalah :
Kompreshangat payudara agar menjadi lebih lembek

Keluarkansedikit ASI sehingga puting lebih mudah ditangkap dan


dihisap oleh bayi.
Sesudahbayi kenyang keluarkan sisa ASI
Untukmengurangi rasa sakit pada payudara, berikan kompres dingin

Untukmengurangi statis di vena dan pembuluh getah bening lakukan


pengurutan (masase) payudara yang dimulai dari putin kearah korpus.
(Sastrawinata, 2004).
d) Infeksi Payudara / Mastitis
Dalam masa nifas dapat terjadi infeksi dan peradangan pada mammae
terutama pada primipara.Tanda-tanda adanya infeksi adalah rasa panas
dingin disertai dengan kenaikan suhu, penderita merasa lesu dan tidak ada
nafsu makan.Penyebab infeksi adalah staphilococcus aureus.Mamae
membesar dan nyeri dan pada suatu tempat, kulit merah, membengkak
sedikit, dan nyeri pada perabaan.Jika tidak ada pengobatan bisa terjadi
abses.
Berdasarkan tempatnya infeksi dibedakan menjadi :
Mastitis yang menyebabkan abses dibawah areola mamae.
Mastitis ditengah-tengah mammae yang menyebabkan abses ditempat itu.
Mastitis pada jaringan dibawah dorsal dari kelenjar-kelenjar yang
menyebabkan abses antara mammae dan otot-otot dibawahnya.
Untuk pencegahan sebaiknya dilakukan perawatan puting susu pada laktasi
merupakan usaha penting untuk mencegah mastitis. Perawatan terdiri atas
membersihkan puting susu dengan minyak baby oil sebelum dan sesudah menyusui
untuk menghilangkan kerak dan susu yang sudah mengering. Selain itu juga
memberi pertolongan kepada ibu menyusui bayinya harus bebas infeksi dengan
stafilococus. Bila ada luka atau retak pada puting sebaiknya bayi jangan menyusu
pada mammae yang bersangkutan, dan air susu dapat dikeluarkan dengan pijitan.
Untuk pengobatan yaitu segera setelah mastitis ditemukan pemberian susu pada
bayi dihentikan dan diberikan pengobatan sebagai berikut :Berikan kloksasilin 500
mg setiap 6 jam selama 10 hari., sangga payudara, kompres dingin, bila diperlukan
berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam. Ikuti perkembangan 3 hari
setelah pemberian pengobatan, bila ada abses atau nanah perlu dikeluarkan dengan
sayatan sedikit mungkin pada abses, dan nanah dikeluarkan sesudah itu dipasang
pipa ketengah abses, agar nanah bisa keluar.
e)Thrombophlebitis
Penjalaran infeksi melalui vena.Sering terjadi dan menyebabkan kematian. Dua
golongan vena yang memegang peranan yaitu:Vena-vena dinding rahim ligamen
Latum (vena ovarica, vena uterina, dan vena hipogastrika) atau disebut
tromboplebitis pelvic dan Vena-vena tungkai (vena femoralis, poplitea, dan
saphena) atau disebut tromboplebitis femoralis.
a. Tromboplebitis pelvicYang paling sering meradang adalah vena ovarica,
karena pada vena ini mengalirkan darah dari luka bekas
plasenta.Penjalarannya yaitu dari vena ovarica kiri ke vena renalis, vena
ovarica kanan ke cava inferior
b. Tromboplebitis femoralisDaritrombophelebitis vena saphena magna atau
peradangan vena femoralis sendiri. Penjalaranthrombophebitis vena terin.
Akibat parametritis : thrombophlebitis pada vena femoralis mungkin
terjadi karena alirandarah lambat didaerah lipat paha karena vena tertekan
ligameninguinale.Thrombophlebitisfemoralis terjadi oedem tungkai yang
mulai pada jari kaki dan naik ke kaki, betis, dan paha. Biasanya hanya 1
kaki yang bengkak tapi kadang keduanya.Penyakit ini dikenal dengann
nama phlegmasia alba dolens (radang yang putih dannyeri).
C. PENGKAJIAN DATA OBJEKTIF

Pengkajian data objektif adalah pengkajian yang dilakukan guna mendapatkan data yang
bersifat objektif melalui serangkaian hasil pemeriksaan, misalnya pemeriksaan melalui
inpeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi. Adapun pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah
sebagai berikut:
Pemeriksaan Tanda tanda vital
Tekanan darah (TD), nadi, suhu/temperature dan respiration rate (RR) adalah pengkajian
dasar pasien, yang diambil dan didokumentasikan dari waktu ke waktu yang menunjukkan
perjalanan kondisi pasien. Jenis pemeriksaan tanda-tanda vital diantaranya:
Tekanan Darah (TD) normalnya 100-120/60-80 mmHg
Tekanan darah memiliki 2 komponen yaitu sistolik dan diastolik. Pada waktu ventrikel
berkonstraksi, darah akan dipompakan ke seluruh tubuh, tekanan aliran darah pada saat
itu disebut tekanan darah sistolik.Pada saat ventrikel sedang rileks, darah dari atrium
masuk ke ventrikel, tekanan aliran darah pada waktu ventrikel sedang rileks disebut
tekanan darah diastolik.
Nadi
Frekuensi denyut nadi dihitung dalam 1 menit, normalnya 60-100 x/menit.Takikardi
jika > 100 x/menit dan bradikardi jika < 60 x/menit
Lokasi pemeriksaan denyut nadi diantaranya :
Arteri radialis
Arteri ulnaris
Arteri brachialis
Arteri karotis
Arteri temporalis superfisial
Arteri maksiliaris eksterna
Arteri femoralis
Arteri dorsalis pedis
Arteri tibialis posterior
Suhu

Lokasi pemeriksaan suhu tubuh : mulut (oral) tidak boleh dilakukan pada anak/bayi, anus (rectal)
tidak boleh dilakukan pada klien dengan diare, ketiak (aksila), telinga (timpani/aural/otic) dan dahi
(arteri temporalis).
Hipotermia (<35 C)
Normal (35-37 C)
Respiration Rate (RR)

Yang dinilai pada pemeriksaan pernafasan adalah : tipe pernafasan, frekuensi, kedalaman dan suara nafas.
Respirasi normal disebut eupnea (laki-laki : 12 20 x/menit), perempuan : 16-20 x/menit)
RR > 24 x/menit : Takipnea
RR < 10 x/menit : Bradipnea
Nadi, RR, dan tekanan darah (TD) berdasarkan usia (Keperawatan Klinis, 2011)

Usia Nadi (kali/menit) RR (kali/menit) TD sistolik (mmHg)

Dewasa (>18 tahun) 60-100 12-20 100-140

Remaja (12-18 tahun) 60-100 12-16 90-110

Anak-anak (5-12 tahun) 70-120 18-30 80-110

Pra sekolah (4-5 tahun) 80-140 22-34 80-100

Bawah 3 tahun/Toddler 90-150 24-40 80-100

(1-3 tahun)

Bayi (1 bulan 1 tahun) 100-160 30-60 70-95

Baru lahir/infant (0-1 120-160 40-60 50-70

bulan)
Jantung dan Paru- paru
Denyut nadi antara 60-80 x/menit. Denyut nadi di atas 100x/menit pada
nifas mengidentifikasikan adanya infeksi1 atau haemoragic post partum2.
Salah satu akibatnya proses persalinan yang sulit atau kehilangan darah
berlebih
Payudara
Berbeda dengan perubahan atrofik yang terjadi pada organ-organ pelvis,
payudara mencapai maturitas yang penuh selama masa nifas, kecuali jika
laktasi disupresi. Payudara akan menjadi lebih lebih besar, lebih kencang,
dan mula-mula lebih nyeri tekan sebagai reaksi terhadap perubahan
hormonal serta dimulainya laktasi. [9] Pengkajian fisik dengan perabaan
apakah terdapat benjolan pembesaran kelenjar, atau abses, serta
bagaimana keadaan putting
Abdomen
Dinding abdominal lembek setelah proses persalinan karena peregangan
selama kehamilan. Semua wanita puerperal mempunyai beberapa derajat
tingkat diastasis recti, yang merupakan separasi dari otot rectus abdomen.
Uterus
Pada pemeriksaan uterus sama halnya dengan pemeriksaan payudara
dilakukan terlebih dahulu periksa pandang warna perut, pembesaran pada
perut, kemudian dilakukan pemeriksaan raba (palpasi) yakni : periksa ada
tidaknya rasa nyeri saat diraba, periksa kontraksi uterus, kemudian raaba
tinggi fundus.
Kandung kemih

Kondisi kandung kemih sangat berpengaruh terhadap keadaan kontraksi


uterus, pemeriksaan kandung kemih dilakukan bersamaan saat memeriksa
pembesaran uterus, jika kandung kemih penuh anjurkan ibu untuk buang
air kecil, jika ibu tidak bisa buang air kecil secara spontan dapat
dikeluarkan dengan kateter sekali pakai.
Pemeriksaan castoverbal angle (CVA)

Genitalia dan Perineum

Pemeriksaan selanjutnya adalah pemeriksaan genetalia dan perineum, pada


pemeriksaan ini harus dilakukan secara aseptic dan antiseptic, sebelum
melakukan pemeriksaan anjurkan ibu untuk membersihkan daerah genetalia
dengan sabun dan air mengalir terlebih dahulu .
Bidan mencuci tangan dengan langkah cuci tangan yang benar, ibu
diminta menekuk kedua kakinya dan membuka kedua pahanya,
kemudian bidan menggunakan sarung tangan kedua tangannya,
perhatikan daerah genetalia dan perineum ibu apakah bersih atau tidak,
warnanya ada atau tidaknya tanda-tanda infeksi, ada tidaknya
pengeluaran dari vagina ibu, jika ada luka pada perineumnya
perhatikan kondisi lukanya. Jika daerah genetalia dan perineum ibu
masih kotor dibersihkan dengan langkah yang benar.

Ektremitas Bawah
Pada pemeriksaan ekstremitas ibu masa nifas yang dilakukan terutama
ada tidaknya odema, tanda-tanda trombooflebitis, nyeri tungkai dengan
melakukan pemeriksaan raba betis ibu ada tidaknya nyeri tekan, ada
tidaknya varises, kemerahan pada daerah tersebut kemudian.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai