Anda di halaman 1dari 16

JOURNAL READING

STUDI KLINIS PENGARUH


SINUSITIS PADA OTITIS MEDIA
SUPURATIF KRONIS
Sellappampatty Veerappapillai Dhanasekaran, Jiji Sanjeevan Nair,
Komathi Raja, Govind Krishnan Gopalakrishnapillai, Abhilash
Kuniyath Chandran, Shankar Radhakrishnan
Oleh :
M. Alip Wildan G99151067
Angga Suryawinata G99151068
Hanif Nugra Pujiyanto
G991151069

Pembimbing :
Putu Wijaya K, dr., Sp.THT-KL, MKes

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN


THT-KL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR.
MOEWARDI
Pendahuluan
OMSK tipe tubotimpanik adalah inflamasi
menetap yang menyebabkan terjadinya
perubahan irrevesible pada mukosa telinga
tengah dan rongga mastoid.
Faktor patologis yang paling penting pada OMSK
adalah disfungsi dari tuba eustaschii dan infeksi
bakteri.2 Obstruksi dari tuba eustachii dapat
menyebabkan otitis media. Penyakit pada hidung
dan sinus paranasal juga dapat mempengaruhi
kondisi telinga tengah.
Pendahuluan
Kondisi patologis pada sinus paranasal sering
mengakibatkan penyakit pada telinga. Perbaikan
pada otitis media yang mengikuti septoplasti
pernah ditulis oleh Grady (1983),4 Vont
Chauenberge dan Derycke (1983),5 dan Kim et al
(1993)6 juga menunjukkan bukti tentang
hubungan kelainan sinonasal pada otitis media.
Tanpa koreksi dari sinusitis, penanganan terhadap
telinga termasuk tindakan operasi sering
mengalami kegagalan dan mempunyai prognosis
yang buruk.8 Oleh karena itu penting untuk
memahami peran dari sinusitis sebagai fokus
sepsis pada OMK aktif.
Bahan dan Metode
Penelitian observationalcross sectional
Departemen THT Vinayaka Mission Kirupananda Variyar
Medical College, Salem
2 tahun dari Januari 2013 sampai Desember 2014
Sampel (n=100):
kelompok usia 20-40 tahun
terdapat sekret telinga selama lebih dari 2 bulan disertai
dengan penurunan pendengaran 25-40 db dan telah
didiagnosis dengan OMSK
Rontgen mastoid dilakukan terhadap semua pasien

Pasien yang terbukti mengalami mastoiditis pada X-ray dan


juga didapati sekret telinga menetap bahkan setelah terapi
dengan antibiotik oral dan topikal (n=70) dilakukan diagnosis
dengan nasoendoskopi dan CT-Scan sinus paranasal.
Hasil
Grup Umur Laki-laki Perempuan Total

20-25 12 12 24

26-30 18 10 28

31-35 8 4 12

36-40 4 2 6

Total 42 28 70

Tabel I. Distribusi Populasi Berdasarkan Umur


dan Jenis Kelamin
Hasil
Tabel II. Hasil Nasoendoskopi pada Populasi Penelitian

Hasil Nasoendoskopi Frekuensi Persentase

Deviasi septum nasal/deformitas septum konka media 28 40%

Medialised uncinate 12 17.1%

Pembesaran konka media 10 14.2%

Pembesaran bulla dengan penonjolan agger 7 10%

Total 70 100%
Hasil
Tabel III. Sekret yang Terlihat di Meatus Medial pada Nasoendoskopi

Jenis Sekret Frekuensi Persentase

38 54.2%
Mukopurulen
18 25.7%
Purulen
14 20%
Mukoid
Total 70 100%
Hasil
Tabel IV. Klasifikasi Derajat Berdasarkan Hasil CT Scan dari Sinus Paranasal

Klasifikasi Frekuensi Persentase


Grade 0
5 7.1%
Grade I
34 48.5%
Grade II
16 22.8%
Grade III
10 14.2%
Grade IV
5 7.1%
Total
70 100%
Hasil
Tabel V. Variasi Anatomi Berdasarkan Hasil CT Scan Sinus Paranasal

Variasi Anatomi Frekuensi Persentas


e
Deviasi Septum Nasal
28 40%

Medialised uncinate dengan penebalan mukosa maksila


14 20%

Pembesaran bulla
7 10%

Concha bullosa
13 18.5%

Penonjolan agger
8 11.4%

Total
70 100%
Hasil
Tabel VI. Hasil Otoendoskopi pada Populasi Penelitian

Jenis Perforasi Frekuensi Persentase

Besar 38 54.2%

Subtotal 22 51.4%

Kecil 10 14.2%

Total 70 100%
Diskusi
Van Cauwenberge et al menyampaikan bahwa
peningkatan resistensi hidung akan menyebabkan
peningkatan pula pada tekanan statis telinga
tengah serta tekanan penutupan tuba eustachius,
yang dapat mengakibatkan terjadinya edema
mukosa dan pada akhirnya mengakibatkan
disfungsi tuba eustachius.13 Gutierrez-Marcos
menyampaikan bahwa deviasi septum yang
obstruktif juga menyebabkan terjadinya disfungsi
tuba eustachius.14
Gocmen et al, dengan menggunakan prosedur CT
scan paranasal, juga melaporkan adanya deviasi
septum nasal pada 52% pasien OMSK.16 Hal ini
sejalan dengan penelitian kami dimana
didapatkan 40% dari pasien OMSK mengalami
Diskusi
Fireman et al. menekankan bahwa otitis media
adalah penyakit multifaktorial yang dipengaruhi
oleh banyak proses etiologi termasuk
abnormalitas hidung dan sinus paranasal.19
Eryilmaz et al menemukan terdapatnya
perbedaan yang signifikan antara rinosinusitis
kronis pada pasien dengan (57,7 %) dan tanpa
(25 %) otitis media kronis dengan efusi.20 Grote
dan Kuijpers menemukan terdapatnya sinusitis
maksilaris sebanyak 47% dari 1.252 kasus anak
dengan otitis media kronis dengan efusi.21
Pada penelitian ini didapatkan sinusitis maksilaris
pada 48,5% dari keseluruhan populasi.
Diskusi
. Penelitian menunjukkan bahwa pada pasien
dengan OMSK, 62% diantaranya didapatkan
discharge telinga dengan jenis mukopurulen dan
60% mengalami perforasi sentral yang berukuran
besar pada membran timpaninya. Hasil ini sejalan
dengan penelitian kami di mana 54% dari
populasi penelitian mengalami perforasi sentral
yang besar disertai dengan discharge yang
mukopurulen.
Grote dan Kuijpers21 dalam studi mereka,
menggunakan otoendoskopi pada mukosa telinga
tengah pasien OMSK, menyampaikan bahwa 71%
diantaranya mengalami edema mukosa telinga
tengah dan 29% lainnya tampak berupa mukosa
polypoidal yang sejalan dengan hasil penelitian
Penelitian ini telah menunjukkan bahwa sinusitis
adalah salah satu faktor predisposisi yang paling
penting dalam terjadinya OMSK.
Deviasi septum nasal, peningkatan tekanan
telinga tengah, dan medialised uncinate adalah
varian anatomi hidung dan sinus paranasal yang
paling banyak menjadi predisposisi terjadinya
sinusitis.
Sinusitis harus dianggap sebagai salah satu faktor
risiko yang penting dalam terjadinya OMSK serta
penting untuk diidentifikasi dan segera dilakukan
tatalaksananya.
Terima Kasih
Daftar
Pustaka
1. World Health Organization. Chronic Suppurative Otitis Media.Burden of Illness and Management Options. Geneva: WorldHealth
Organization, 2004. Available from: http://www.who.int/pbd/publications/Chronicsuppurativeotitis_media.pdf.Accessed April 27, 2016
2. Verhoeff M, van der Veen EL, Rovers MM, Sanders EA, Schilder AG. Chronic suppurative otitis media: a review. Int J Pediatr
Otorhinolaryngol. 2006; 70: 1-12
3. De Souza C, Bhaya M. The role of nasal and sinus surgery in otitis media. Operative techniques in Otolaryngology. HeadNeck Surg. 1996;
7:16-9
4. Grady D, Mathias P, Anderson R, Snider G, Sprinkle PM. Improvement of middle ear disease following septoplasty. AmJ Otol. 1983; 4:327-
31
5. van Cauwenberge P, Deryeke A. The relationship between nasal and middle ear pathology. Acta Otorhinolaryngol Belg.1983; 37: 830-41
6. Kim CS, Jung HW, Yoo KY. Prevalence of otitis media andallied diseases in Korea- Results of a nation-wide survey 1991. J Korean Med
Sci.1993; 8:34-40.
7. Bozkus F, Bozan N, Iynen I, Sakin YF, Kiris M. Analysis ofsinonasal, pharyngeal and allergy-related risk factors forchronic suppurative otitis
media. Acta Medica Mediterranea 2013, 29: 47-52
8. Bluestone CD. Epidemiology and pathogenesis of chronicsuppurative otitis media: implications for prevention andtreatment. Int J Pediatr
Otorhinolaryngol.1998; 42: 207-36
9. Nelson JD. Chronic suppurative otitis media, Pediatr. InfectDis. J. 1988; 7 (6): 446-8
10.Shrestha D, Thapa P, Bhandari YB. Types of pathologyand ossicular status in atticoantral disease undergoingmastoidectomy at Bir
Hospital. Journal of College of MedicalSciences-Nepal 2010; 6(4): 26-30
11.Karki R, Rai K. Pattern of Otorhinolaryngological Diseases atRural Medical Camps in Far Western Region of Nepal. MJSBH July-December
2012; 11(2): 29-31
12.Poorey VK, Iyer A. Study of Bacterial Flora in CSOM and its Clinical Significance. Ind J. Otolaryngol Head Neck Surg.2002; 54(2): 91-5
13.van Cauwenberge PB, Vander Mijnsbrugge AM, Ingels KJ. Themicrobiology of acute and chronic sinusitis and otitis media:areview. Eur Arch
Otorhinolaryngol. 1993; 250 Suppl 1: S3-6
14.Gutierrez-Marcos JA, Fandinoizun-Degui J, Garcia- PalmerR. Deviations of the nasal septum and their relation to tubalphysiopathology. Rev
Laryngol Otol Rhinol Bord. 1992;113(5): 383-5
15.Deron P, Clement PA, Derde MP. Septal surgery and tubalfuction: Early and late results. Rhinology 1995; 33(1): 7-9
16.Gocmen H, Ceylan K. Burun ve paranasal sinus pathologies versus tympanic membrane pathologies. Otoscope 2004; 1:34-8
17.Yeolekar AM, Dasgupta K S. Otitis media: Does the onus lie onsinonasal pathology. Indian J Otol. 2011;17:8-11
18.Fujita A, Honjo I, Kurata K, Gan I, Takahashi H. Refractoryotitis media with effusion from viewpoints of eustachian tubedysfunction and
nasal sinusitis. Am J Otolaryngol. 1993; 14(3):187-90
19.Fireman P. Otitis media and nasal disease: A role for allergy. JAllergy Clin Immunol. 1988; 82(5): 917-26
20.Eryilmaz A, Akmansu H, Dursun E, Dagli M, Acar A, TurkayM, et al. Is there a relationship between chronic rhinosinusitisand otitis media
with effusion in pediatric patients. TurkOtolarengoloji Arivi 2004; 42(3): 164-8
21.Grote JJ, Kuljpers W. Middle ear effusion and sinusitis. JLaryngol Otol. 1980; 94: 177-83
22.Stammberger H. An endoscopic study of tubal function andthe diseased ethmoid sinus. Arch Otol Rhinol Laryngol. 1986;243(4):254-9
23.Takahashi H, Miura M, Honjo I, Fujita A. Cause of eustachiantube constriction during swallowing in patients with otitismedia with effusion.
Ann Otol Rhinol Laryngol. 1996 105(9):724-8

Anda mungkin juga menyukai